Anda di halaman 1dari 16

SAMBUNGAN BAJA

Tugas Makalah

Nama : Yoza Aditya Ferliandri

NPM : 20510009

Mk : Struktur baja 1

Dosen Pembimbing : Ganda anderson ST . M.T

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TAMAN SISWA PALEMBANG

TAHUN 2021 - 2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok,

kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun beton,

pada tempat-tempat tertentu harus disambung. Hal ini dikarenakan keterbatasan

ketersediaan material di pasaran dan juga berhubungan dengan kemudahan pemasangan

di lapangan. Khusus untuk konstruksi yang terbuat dari bahan beton, boleh jadi

sambungan bukan merupakan sesuatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena pada

konstruksi beton struktur secara keseluruhan adalah bersifat monolit (menyatu secara

kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang terbuat dari baja maupun kayu, sambungan

merupakan sesuatu hal yang perlu mendapat perhatian serius yang matang karena pada

konstruksi baja dan kayu, elemen-elemen struktur yang disambung tidak dapat bersifat

monolit seperti konstruksi beton.

Pada umumnya sambungan berfungsi untuk memindahkan gaya-gaya yang

bekerja pada elemen-elemen struktur yang disambung. Sambungan dibuat karena

keterbatasan bahan yang tersedia di pasaran dan juga untuk kemudahan pemasangan di

lapangan serta kemudahan dalam hal pengangkutan. Misalkan saja akan dibuat suatu

struktur rangka gading-gading kap terbuat dari baja profil siku, maka tidak mungkin

melaksanakannya secara langsung di lapangan karena tidak akan ekonomis, tetapi akan
lebih hemat jika terlebih dahulu merakitnya di pabrikasi ( bengkel/workshop ), baru

selanjutnya tinggal menyambungkannya pada kolom-kolom di lapangan.

Bahan baja sebagai bahan bangunan, diproduksi di pabrik-pabrik peleburan dalam

bentuk ukuran dan panjang yang tertentu sesuai dengan standar yang dilakukan. Oleh

karena itu tidaklah mungkin membangun suatu konstruksi secara monolit (dipabrikasi,

dicetak) akan tetapi terpaksa dibangun dari elemen-elemen yang disambung satu persatu

di lapangan dengan menggunakan salah satu alat- alat sambung atau kombinasi dari dua

alat sambung seperti yang telah disebutkan di atas.

Jenis paling umum dari sambungan baja struktural yang digunakan adalah

sambungan yang menggunakan baut dan sambungan yang menggunakan las. Pada masa

silam, paku keling juga banyak digunakan sebagai salah satu alat sambung dalam struktur

baja. Akan tetapi, karena rendahnya kekuatan jenis alat sambung ini, tingginya biaya

pemasangan, dan kerugian-kerugian lain maka paku keling sudah sangat jarang

digunakan lagi sebagai alat sambung.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apakah  Pengertian dari sambungan ?

2.      Apa saja Macam-macam sambungan ?

3.      Apa saja  System sambungan baut pada baja ?

4.      Apa saja  System sambungan las dan macamnya ?


1.3 Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui Pengertian sambungan

2.      Mengetahui Macam-macam sambungan

3.      Mengetahui  System sambungan baut pada baja

4.      Mengetahui  System sambungan las dan macamnya


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sambungan

Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam

bagian. Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku

bagian yang lain diperlukan / memberikan sambungan.

Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan

menggunakan suatu cara tertentu.

Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang

diperlukan rivet, struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet.

Pangaruh adanya lubang rivet menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan

kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak pada pesawat terbang banyak terlihat justru pada

bagian sambungan keling ini, banyak ditemukan retak “Multiple Site Damage” (MSD)

yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya retak-retak yang berasal dari lubang paku

keling akibat adanya beban dinamis.

2.2 Macam-Macam Sambungan:

1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya,

contoh:sambungan keeling dan sambungan las.

2)  Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita

bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,

contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.


2.3 System Sambungan pada Pada Baja

Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 –

2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN

GEDUNG adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-

83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau

penggantinya.

Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490

merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal

yang diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut

dengan kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang lain; keadaan ini

memperkecil kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan

maksimumnya.

Jenis Sambungan Baja

  Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta

sambungan yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan

baut. Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan paku

keling sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.

a. Baut kekuatan tinggi

Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM

sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan

digunakan dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan


tebal. Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural, dan

dapat dipotong atau digiling (rolled).

Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan

tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit

(klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban

kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan

(friksi) pada potongan yang disambung. Sambungan dengan baut kekuatan

tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan

gelincir (slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing

type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan. 

b.   Paku keeling

 Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang,

tetapi beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku

keling dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala

di salah satu ujungnya. Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan

identifikasi ASTM A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy =

38 ksi) (260 MPa), serta kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan

pada bahan baja batangan. Pembuatan dan pemasangan paku keling

menimbulkan perubahan sifat mekanis.

Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga

warnanya menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam

lubang, dan kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga


terbentuk kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai (shank) paku

keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir

penuh, sehingga menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan

akibat pendinginan paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya,

sehingga tidak dapat diperhitungkan dalam perencanaan. Paku keling juga

dapat dipasang pada keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi

karena paku tidak menyusut setelah dipasang.

c. Baut Hitam

Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM

A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu

menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang

dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang

ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk

dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat

statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan

yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang

tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta

kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.

d. Baut Sekrup (Turned Bolt)

Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari

bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila
dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan

memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian

konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku

keling yang baik sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam

mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat.

Saat itu baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena

baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.

e. Baut Bersirip (Ribbed Bolt)

Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan

tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai

sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut

bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut

tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang

sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama

bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang

mengalami tegangan berganti (bolak-balik).

2.4 System Sambungan Pada Las Dan Macamnya

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan

energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai

kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi

kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang
lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih

sederhana dan relatif murah.

Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:

1) Las Resistansi Listrik (Tahanan)

Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang

disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan

sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik.

Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan

tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk

menyambung pelat-pelat tipis sangat.

2) Las Titik (Spot Welding)

Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik.

Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda

atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan

elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan

disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung

elektroda diberi air pendingin.

3) Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)

Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik,

tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang

dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki

4) Las Busur Listrik


Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya

energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil

proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las.

Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º.

          Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah

pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi

lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan

non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda

dalam kelompok mild steel (baja lunak).

5) Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2

H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam

induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan

atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah

asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

6) Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu

pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan

secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium

kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya.

Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali

habis (non consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini
adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari

terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan logam yang dilas.

7) Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)

Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh

dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat

elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.

2.5 Sambungan Paku Keling

Paku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana.

sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki,

kapal  Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini

juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan

Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan

dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai

kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya.

Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk

melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku

kelingnya.

*  Bagian utama paku keling adalah :

1.      Kepala

2.      Badan

3.     Ekor

4.      Kepala lepas
*  Bahan paku keeling

Yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga

tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.

Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys)

aluminium (+alloys), monel, dll

 Penggunaan Paku Keling

Pemakaian paku keling ini digunakan untuk :

 Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler ( boiler,  tangki dan pipa-pipa

tekanan tinggi ).

 Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).

 Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-pipa

tekanan).

 Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang, kapal).

 Keuntungan Dan Kelemahan

a.       Keuntungan

Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan las mempunyai keuntungan

yaitu :

 Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu

banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.

 Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.

 Pemeriksaannya lebih mudah


 Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku keling

tersebut

b.      Kelemahan

 Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku

kelingnya di samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama

paku keling dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan

tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan peledak (dinamit) khususnya untuk

jenis-jenis yang besar.

 Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua

komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan

rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika, dll


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan

menggunakan suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas

dengan cara merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas

dan dapat kita bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,

Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,

Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.

3.2   Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,

baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga

masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para

pembaca atau  makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat

membangun. Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

 Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian


Konstruksi           Baja I Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group

Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan


Perencanaan

Rahdat hidayat 12: MAKALAH SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI BAJA

http://digilib.unimed.ac.id/22741/9/9.%205103210028%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai