UTILITAS BANGUNAN
Oleh :
NURSITA KAIMUDIN
2014-71-015
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
T.A.2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya
sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan Tak lupa pula kita kirimkan
salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan
agama islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen selaku dosen mata
kuliah yang telah memberikan dan mentrasferkan ilmunya kepada penulis dan teman-teman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Namun, demikian kami berharap
semoga isi tugas ini dapat benar-benar bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para
pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca
demi terwujudnya kesempurnaan tugas ini.
Wassalamualaikum Wr, Wb .
Ambon, 2 November 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk
mendapatkan produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan beban
statis dalam analisa kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga harus sudah
memperhitungkan beban dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika perlu.
Analisa perambatan retak merupakan salah satu analisa kegagalan terhadap beban fatigue,
terutama pada struktur sambungan yang banyak digunakan untuk konstruksi dibidang
kelautan dan penerbangan. Dengan berkembangnya teknologi, jumlah angkutan udara di
Indonesia semakin meningkat, dari seluruh angkutan udara yang didominasi oleh pesawat
terbang, penggunaan sambungan pada struktur pesawat ini masih memegang peranan penting,
terutama sambungan keling banyak dijumpai dibagian perut (fuselage), sayap (wing) dan
ekor (tail unit) dari pesawat terbang. Beban dinamis yang terjadi pada fuselage paling kritis
disebabkan adanya tabrakan turbulensi campuran gas dengan partikel udara terhadap pesawat
dan adanya perbedaan tekanan udara di dalam kabin terhadap tekanan udara di luar kabin
kapal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari sambungan
2. Apa saja Macam-macam sambungan
3. Apa saja System sambungan baut pada baja
4. Apa saja System sambungan las dan macamnya
5. Apa yang dimaksud pengertian Gempa Bumi
6. Apa penyebab Gempa Bumi
7. Apa dampak Gempa Bumi
8. Bagaimana cara mencegah Gempa Bumi
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian sambungan
2. Mengetahui Macam-macam sambungan
3. Mengetahui System sambungan baut pada baja
4. Mengetahui System sambungan las dan macamnya
5. Mengetahui pengertian Gempa Bumi
6. Mengetahui penyebab Gempa Bumi
7. Mengetahui dampak Gempa Bumi
8. Mengetahui cara mencegah Gempa Bumi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam bagian.
Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku bagian yang
lain diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang diperlukan
rivet, struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet. Pangaruh adanya
lubang rivet menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan kekuatan struktur. Hasil
inspeksi retak pada pesawat terbang banyak terlihat justru pada bagian sambungan keling ini,
banyak ditemukan retak “Multiple Site Damage” (MSD) yang dapat didefinisikan sebagai
terjadinya retak-retak yang berasal dari lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.
B. Macam-Macam Sambungan:
1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya,
contoh:sambungan keeling dan sambungan las.
2) Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita
bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.
Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 – 2002
TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-
83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490
merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal
yang diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut
dengan kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang lain; keadaan ini
memperkecil kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan
maksimumnya
Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya pratarik
(pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak menimbulkan
deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut menunjukkan kelakuan tegangan-
regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh yang jelas. Sebagai pengganti
tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan untuk baut.
Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan
leleh yang ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan
0,5% akibat beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-masing
minimal sekitar 70% dan 80% dari kekuatan tarik maksimumnya.
b. Paku keeling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi
beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keling dibuat dari baja
batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu ujungnya. Baja paku
keling adalah baja karbon sedang dengan identifikasi ASTM A502 Mutu I (Fv = 28 ksi)
(1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta kekuatan leleh minimum yang
ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan. Pembuatan dan pemasangan paku keling
menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya
menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan kepalanya
ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain yang bulat. Selama
proses ini, tangkai (shank) paku keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara
penuh atau hampir penuh, sehingga menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan
akibat pendinginan paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak
dapat diperhitungkan dalam perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada keadaan
dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi karena paku tidak menyusut setelah dipasang.
c. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan
merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan
sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu
sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau
pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain
yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung
sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las.
Baut hitam (yang tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar,
serta kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.
−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut termasuk dalam bidang geseran
[Gambar 6.11(a)]
−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam bidang geseran
[Gambar 6.11(b)]
Sambungan-sambungan baut (tipe N atau X) atau paku keling bisa mengalami keruntuhan
dalam empat cara yang berbeda.
−> Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu atau
lebih lubang-lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik (Iihat Gambar 6.12a).
−> Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja di
belakang alat-alat penyaambung akan meleteh akibat geseran (Iihat Gambar 6.12b).
−> Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya geseran
−> Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak dapat
menahan gaya-gaya yang disalurkan oleh alat-alat penyambung (Gambar 6.12d).
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun batang-batang
yang disambung harus direncanakan supaya dapat mengatasi keempat jenis keruntuhan yang
dikemukakan di atas.
−> Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagian-bagian yang
disambung, bagian-bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tegangan
tarik yang bekerja pada penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan yang bekerja pada
penampang etektif netto lebih kecil dari 0,5 F .
−> Kedua, untuk mencegah robeknya baja yang terletak di belakang alat penyambung, maka
jarak minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi batang dalam arah yang sarna
dengan arah gaya tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t . Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh
alat penyambung, dan t adalah tebal kritis dari bagian yang disambung.
−> Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran, maka
jumlah alat penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya dapat membatasi
tegangan geser maksimum yang terjadi pada bagian alat penyambung yang kritis.
−> Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung akibat
penyaluran gaya dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan jumlah minimum
alat penyarnbung yang dapat mencegah terjadinya kehancuran tersebut.
Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas.
Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan
sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan
sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di
samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif
murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung
ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan
tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi
listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan
tumpul. Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis
sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang
biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda
penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah.
Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas
bergerak menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai
bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu
pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan secara
manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan
lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan
Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non
consumable electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000
0F atau 1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi
udara luar terhadap cairan logam yang dilas.
o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari
busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda
yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu
di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan,
dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan
berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah
sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan
ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah
menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam
Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full
penetration groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum
dan biasanya lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung
yang akan disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan)
dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan,
dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya,
kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan
dengan akurat.
2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini mempunyai dua
keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam
pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser
untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan
khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan
menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di
lapangan. Potongan yang akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa
menggunakan alat pemegang khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke
posisinya dengan beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali
setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat
yang tebalnya berlainan.
3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T,
profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener),
penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak
lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam
pembuatan penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut
maupun las tumpul.
4) Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat
seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.
5) Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar
dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran
(alignment) awal.
Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis
sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara
untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih
sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan
lebih kokoh (lebih sempurna).
b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi,
sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu
memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f. Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik
maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka
kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal.
Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan
yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi
yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat
seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan
las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)
1 Pengertian
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir
untuk mengikat dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan
jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari
2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur
(Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di bagian dalam).
2 Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir
memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾ Digunakanu untuk bagian mesin yang memerlukan sambungan dan pelepasan
tanpa merusak bagian mesin perawatan. ¾ Untuk memegang dan penyesuaian dalam
perakitan atau
3 Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir
3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.
c. Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine tools, v
alves, screw jacks.
d. Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass valves, bench
vices
e. Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
Aplikasi : digunakan untuk tugas berat, railway carriage couplings, hydrant, dll,
f. Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada satu arah, bench
vices.
g. Metric threat
Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga,
persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada
umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk
menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir
segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan
menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1. seri ulir kasar metris
2. seri ulir kasar UNG
3. seri ulir lembut simetris
4. seri ulir lembut UNF
Kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal
profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam,
ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan
toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A,
untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam
standar amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam dari
Lubang yang panjang.
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam
Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka
sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah
kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10
tegangan beban jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala
persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian
khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
a. Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan
dengan sebua mur
b. Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan
pada salah satu bagian .
c. baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat
menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir,
dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa
bumi biasa disebabkan oleh pergerakankerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga
digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi
kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi
karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas
magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi
maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya
gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektoni k ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau
bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian
bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-
tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.
Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan
batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan
seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan
satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi
tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan
menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun
kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan
postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh
kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik
ialah seperti yang terjadi
di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB
3. Gempa bumi runtuhan ; Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada
daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
4. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.
B. Penyebab Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat
ditahanlagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa
bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam
gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung
berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air
yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang
juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. Pada
beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir,
gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan
memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang
disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Goncangan gempa bisa sangat hebat dan dampak yang ditimbulkannya juga tidak
kalah dahsyat. Gempa merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkanbencana.
Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi
mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
- Gelombang tsunami
Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika sumber
gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat gempa terjadi
patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan tetapi tidak lama
kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa menerjang pantai dan
masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa saja yang dilaluinya.
Sebelum tsunami muncul, biasanya muncul tanda-tanda seperti terjadi gerakan tanah,
getaran kuat, muncul cairan hitam atau putih dari arah laut, biasanya juga terdengar
bunyi keras, tercium bau garam menyengat dan air laut terasa dingin.
- Kerusakan bangunan
Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui bahwa
terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi tanggal 27
Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan
perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa.
Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat
pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan
tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian
tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas
pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor.
Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak bertekanan,
berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata air kecil,
relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah. Kantong-
kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier
berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika
terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi
kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah
gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di
tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat
patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata
air setelah guncangan gempa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas
dengan cara merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan
dapat kita bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.
1. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
2. Tipe gempa bumi adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik.
3. Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan
oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya
mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik
dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
atau makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.
Sehingga makalah dapat tersusun dengan baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi Baja I Jilid I.
Jakarta : Delta Teknik Group
2. Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
3. STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3/ Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.
4. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Perm