Anda di halaman 1dari 7

1.

Tupai dan Semut Hitam

Alkisah di sebuah kota kecil ada seorang petani yang sedang duduk di tepi sawah. Dia
duduk sambil memandangi sawahnya yang luasnya tidak seberapa itu. Di samping sawah
tersebut ada juga ladang miliknya. Di ladang tersebut, ia menanam pohon rambutan, pohon
sirsak dan mangga. Hatinya sangat senang melihat pohon-pohonnya yang akan panen.
Sambil menghitung berapa banyak buah yang akan dihitung dan keuntungan yang dia
dapat, tiba-tiba ia melihat seekor tupai meloncat dari pohon satu ke pohon lainnya.

Lalu, muncullah kesedihan dalam hatinya bahwa tupai akan merusak panennya tahun ini.
Ternyata, wajah petani tersebut menggoreskan rasa haru pada semut hitam. Raja semut
hitam yang melihatnya segera mengumpulkan pasukannya untuk mengusir tupai tersebut.
Jadi, semut hitam berbaris dari akar pohon yang paling bawah sampai batang pohon yang
paling tinggi.

Tupai yang melihat semut hitam berbaris langsung pergi dari pohon ladang tersebut.
Konon, semut hitam adalah musuh dari tupai. Karena kekompakan semut hitam dan
jumlahnya banyak, maka tupai tidak berani dengan semut hitam. Petani tersebut lalu
penasaran, mengapa tupai tersebut pergi dari ladangnya.

Padahal, dia yakin tidak akan ada yang bisa menangkap tupai. Tupai adalah binatang yang
sangat pandai dalam meloncat. Karena kepandaiannya itulah, banyak petani yang menjadi
rugi karena buah panennya banyak dirusak oleh tupai. Lalu petani tersebut, mendekati
pohon tersebut dan melihat semut yang berbaris di pohonnya. Petani tersebut sangat
bersyukur, karena semut hitam telah berhasil mengusir hama tupai dari ladangnya. Kisah
ini mengingatkan bahwa sepandai-pandainya tupai meloncat, pasti akan jatuh juga. Tidak
ada orang yang sempurna dalam dunia ini.

Motivasi:
Sepandai apapun kita, tentunya pasti memiliki kekurangan. Tupai yang pandai meloncat,
tetap memiliki kekurangan. Kekurangannya yakni takut pada semut hitam. Tuhan sudah
memberikan talenta kepada kita, gunakanlah sebaik-baiknya dalam hal positif. Ketika satu
orang diberikan talenta dalam bermain musik, bukan berarti orang tersebut juga pandai
dalam bidang lain. Maka dari itu, bersyukurlah apapun talenta yang Tuhan berikan pada
kita. Tetaplah rendah hati, meskipun orang lain tidak sepandai kita.

2. Belalang yang Selalu Meremehkan

Dahulu kala, hidup seekor belalang yang riang dan gembira. Kesehariannya dihabiskan
untuk bersenang-senang. Sambil menikmati harinya, terkadang dia melihat teman-temanya
yang lain sedang sibuk mengumpulkan makanan untuk persiapan di musim kemarau. Salah
seekor semut menyapanya “Wahai belalang, mengapa engkau tidak mempersiapkan
makanan sebagai bekal di musim kemarau nantinya?” Belalang menjawab dengan enteng
“Santai saja, saya tidak terlalu memikirkan itu”. Singkat cerita, musim kemarau pun tiba.

Semua serba kering, tanaman yang dulunya hijau dan banyak menghasilkan buah, sekarang
menjadi kering tanpa tersisa apa-apa. Belalang kebingungan harus mencari makan kemana
lagi, dia teringat dengan ungkapan samut waktu itu kepadanya, dia sangat menyesal tidak
melakukan persiapan sebelumnya. Tak lama setelah itu, belalang tergeletak pingsan karena
tak sanggup menahan rasa lapar dan hausnya. Akhirnya, dia pun diselamatkan oleh semut
dan diberikan makanan agar kondisinya membaik.

Motivasi:
Jangan pernah meremehkan segala sesuatu. Terkadang musibah tidak langsung datang
begitu saja, oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam segala kemungkinan yang terjadi.
Dengarkan juga nasehat dari teman, terkadang itu baik untuk diri kita.

3. Lubang Paku

Ada seorang anak yang memiliki kondisi temperamen yang begitu buruk. Lalu ia diberikan
sebungkus paku yang dari ayahnya. Ayahnya berkata jika anak tersebut sedang dalam
kondisi marah ia harus memukul paku ke pagar. Hari pertama ia menancapkan paku
sebanyak 37. Namun seiring berjalannya waktu paku yang ia tancapkan ke pagar mulai
berkurang. Hingga pada suatu waktu ia berhasil tidak menancapkan paku ke pagar.
Keberhasilan yang ia lakukan diceritakan kepada ayahnya.

Sang ayahnya mulai memberikan perintah kembali untuk mencabut semua paku yang ia
tancapkan di pagar sebelumnya. Lalu ketika anak tersebut telah menyelesaikan tugasnya, ia
kembali menceritakan kepada ayahnya. Lalu ayahnya mengajaknya keluar untuk melihat
pagar tersebut dan berkata “bagus nak kamu sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik.
Kamu sudah berhasil menguasai rasa amarahmu juga.

Tapi bagaimana dengan pagar tersebut masih tetap ada lubang yang tersisa dari tancapan
paku itu?” Tanya sang ayah kepada anak. Lalu ayah tersebut mulai memberikan penjelasan
singkat dengan berkata “lubang paku ini seperti amarah yang kau lontarkan kepada orang
lain naik. Mungkin kau berhasil meminta maaf kepadanya dan tak akan mengulanginya.
Namun apakah luka yang akan mereka terima bisa dengan cepat sembuh?” Ucap ayah
tersebut.

Motivasi:
Dari cerita tersebut kita bisa belajar jika ucapan dan tindakan yang didasari oleh rasa
amarah hanyalah akan memberikan bekas luka kepada orang lain. Meski mereka
memberikan ucapan maaf kepada kita ketika permintaan maaf kita lontarkan. Namun
apakah kita bisa menjamin luka yang mereka rasakan dari ucapan atau tindakan yang kita
lakukan atas dasar amarah bisa sembuh, mungkin tidak. Bukan bagaimana cara mereka
memberikan ucapan pengampunan kepada kita.

Tapi bagaimana kita mengendalikan emosi hingga tak menyakiti orang lain. Mungkin lidah
adalah salah satu bagian tubuh yang terbilang tidak membunuh orang lain. Akan tetapi
ucapan yang keluar dari mulut kita terkadang adalah salah satu senjata yang menyakiti
orang lain tanpa kita sadari. Maka dari itu mengontrol emosi adalah kunci untuk tidak
menyakiti orang sekitar kita. Semua butuh tahap, namun jika kita berusaha tentunya hasil
pengendalian emosi dalam diri juga akan lebih mudah tercapai.

4. Berlatih untuk Ujian

Ujian sekolah selalu dipandang menjengkelkan oleh Andin. Ia selalu malas dan cenderung
takut jika minggu ujian akan tiba. “Malas banget, ujian itu bikin pusing,” keluh Andin pada
seorang temannya. Saking malasnya, Andin justru tak bisa belajar karena ia takut tak bisa
mengerjakan soal-soal saat ujian. Andin hanya memandang buku-buku latihan soal dan tak
mampu untuk berkonsentrasi. Malam berikutnya kejadian serupa dialami Andin. 

Ia kian tegang karena sulit untuk berkonsentrasi sementara ujian sudah akan datang.
Gerak-gerik Andin yang gusar dibaca oleh ibunya. Mulanya sang ibu bertanya kepada
Andin, bagaimana persiapannya untuk menghadapi ujian. “Lancar bu, aku setiap malam
belajar,” ungkap Andin pada ibunya. Lalu pada malamnya, sang ibu diam-diam berkunjung
ke kamar Andin. Di sana Andin terlihat berkeringat dan terlihat serba bingung. Lagi-lagi,
Andi sulit belajar karena merasa takut. Esok paginya, Ibu Andin kembali bertanya, tapi
pertanyaanya berbeda. 

“Semalam belajar apa, Andin?” Andin bingung karena ia sama sekali tak bisa menyerap apa
yang dipelajari semalam. “Matematika,” jawab Andin singkat. Tahu jika anaknya kesulitan,
Ibu Andin lalu memberikan masukan. “Andin, tak masalah jika kamu takut menghadapi
ujian, tak masalah juga bila hasilnya kurang bagus.” “Namun yang pasti, belajarlah dengan
hati gembira dan jangan simpan rasa takut.

Sebab seburuk apapun hasil ujian yang penting kita sudah berusaha.” Andin kemudian
melihat ibunya dan kemudian menangis. Ia lalu berkata pada ibunya, jika sudah seminggu
ini tidak bisa belajar karena takut. Malam yang lain tiba, tapi kali ini hati Andin merasa
tenang karena mendapat kata-kata motivasi oleh ibunya. “Hari ini aku belajar dulu, soal
hasil tidak masalah yang penting berusaha,” tutur Andin dalam hati. Sampai akhirnya ia pun
bisa belajar maksimal untuk menghadapi ujian sekolahnya dalam waktu dekat.
Motivasi:
Biasakanlah persiapan belajar jauh-jauh hari sebelum melakukan apapun, karena sesuatu
yang mendadak tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal.

5. Pak Tua dan Seorang Pemuda

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak
muda yang sedang dirundung masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya ruwet. Tamu
itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu
menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan
seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta temannya untuk mengambil
segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

“Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?”, ujar Pak tua itu. “Asin, asin sekali,”
jawab sang tamu, sambil meludah ke samping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu
mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat
tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi
telaga yang tenang itu. Pak tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke alam
telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang dengan mengaduk-aduk dan
tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.

“Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.” Saat tamu itu selesai mereguk air, Pak tua
berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”. “Segar”, sahut tamunya. ‘Apakah kamu merasakan
garam di dalam air itu?’, tanya Pak tua lagi. ‘Tidak’, jawab si anak muda. Dengan bijak, Pak
tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan,
bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah
layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama
dan memang akan tetap sama.”

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua
akan tergantung hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup,
hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.

Luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu.” Pak tua itu kembali
memberikan nasehat. “Hatimu adalah wadah itu. Kalbumu adalah tempat kamu
menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga
yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan
kebahagiaan.”
Motivasi:
Lapangkanlah hati dalam setiap kehidupan yang dijalani. Masalah yang muncul dan
berbagai rintangan merupakan hal yang lumrah. Sebagai umat manusia, kita wajib mencari
solusi dari setiap masalah yang terjadi dan jangan pernah putus asa.

6. Lompatan Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari
kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati
kebebasannya. Di perjalanan ia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun ia keheranan
kenapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa
melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun
bentuk tubuh?” Belalang itu pun menjawabnya, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena
semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”.

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang selama ini membuat
lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas. Kadang-
kadang kita sebagai manusia tanpa sadar pernah juga mengalami hal yang sama dengan
belalang. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun,
perkataan teman, atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak
semu yang membatasi semua kelebihan kita.

Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita
tanpa pernah berpikir benarkah anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih
memilih untuk mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri. Tidakkah anda
pernah mempertanyakan kepada hati nurani bahwa anda bisa “melompat lebih tinggi dan
lebih jauh” kalau anda mau menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah anda ingin membebaskan
diri agar anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini anda anggap diluar batas kemampuan
anda?

Motivasi:
Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya
menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha
mencapai apapun yang ingin dicapai. Sakit memang, lelah memang, tetapi bila kita sudah
sampai ke puncak, semua pengorbanan itu pasti terbayar. Kehidupan kita akan lebih baik
kalau hidup dengan cara hidup yang dipilih. Bukan cara hidup yang seperti mereka pilihkan
untuk kita.
7. Buah Kebaikan

Suatu hari diceritakan ada sebuah rumah di tengah hutan yang dihuni oleh seorang ibu dan
anak. Anak dari ibu tersebut terbilang masih dalam usia kecil. Pada waktu berikutnya anak
tersebut berada di halaman rumah untuk bermain. Pada saat yang bersamaan datanglah
seekor rusa.

Rusa tersebut berusaha memasukkan tanduknya ke dalam pakaian sang anak kecil tadi.
Sehingga anak kecil tersebut seperti terangkat di atas tanduk rusa. Seketika anak tersebut
ketakutan terhadap rusa dan menangis sambil berteriak memanggil ibunya. Secara refleks
sang ibu keluar dari rumah dan mulai melihat yang terjadi.

Tak disangka anak tersebut sudah dibawa lari ke dalam hutan oleh rusa. Sang ibu sekuat
tenaga berusaha mengejar rusa tersebut masuk ke dalam hutan. Namun sampai di dalam
hutan, anak kecil yang dibawa rusa tersebut sudah berada di area rerumputan luas dan
bermain seperti biasanya.

Sang ibu begitu bahagia telah menemukan anaknya dan mulai menggendong anaknya.
Mereka kembali pulang ke rumah yang ditinggali. Namun apa yang terjadi, ternyata rumah
tersebut telah tertimpa oleh pohon besar. Tentunya kondisi rumah tersebut menjadi rata
luluh rantak. Sang ibu mulai berpikir jika ia masih di dalam tanpa mengejar sang anak apa
yang akan terjadi padanya.

Seketika ia ingat pada beberapa tahun sebelumnya ia menyelamatkan anak rusa dari
incaran pemburu. Ibu tersebut menutupi anak rusa dengan berbagai macam kain agar tak
ketahuan oleh para pemburu. Ketika para pemburu sudah tiada di tempat tersebut, sang ibu
mulai mengambil kain yang menutupi rusa dan mulai melepaskan rusa tersebut ke dalam
hutan.

Tanpa disangka jika rusa yang membawa anaknya tadi adalah anak rusa yang telah ia
selamatkan dulu. Seakan-akan anak rusa tersebut berusaha untuk mengucapkan terima
kasih kepada sang ibu dengan cara membawa anaknya lari ke hutan untuk menyelamatkan
keluarga ibu dari hatman pohon tumbang.

Motivasi:
Dari kejadian tersebut ibu berkata kepada sang anak jika membantu semua makhluk
ciptaan Tuhan meski sekecil apa pun kelak tetap akan berbalik pada diri kita. Dari cerita
kecil tersebut kita juga bisa belajar bagaimana pentingnya untuk membantu makhluk
Tuhan tanpa membedakan hal apa pun. Sebab semua benih kebaikan yang kita tanamkan
kelak akan kita tuai di kemudian hari.
Jika tidak kita yang menuai, mungkin yang akan menuai adalah anak cucu kita kelak. Tidak
akan rugi untuk membantu ciptaan Tuhan. Oleh karena itu jangan ragu untuk membagi
kebaikan seperti yang dirangkum di buku “Chicken Soup For The Soul – Berbagi Kebaikan”.
Buku ini membagikan 101 kisah inspiratif yang menghangatkan dan menginspirasi.

8. Cerita di Balik Merek KFC

Cerita inspiratif pertama datang dari Kolonel Sanders, penemu resep ayam goreng KFC. Jika saja
dia menyerah saat itu, hari ini kita tidak akan menemukan restoran tersebut.

Tahun 1955, Kolonel Sander yang telah lanjut usia dan menjadi purnawirawan tentara, merasa
tidak cukup dengan uang pensiunan. Dia butuh penghasilan tambahan agar bisa hidup layak.

Dia pun mulai berpikir untuk menjual sesuatu tanpa modal. Saat itu, yang dia punya adalah resep
ayam goreng.

Kolonel Sanders menawarkan resepnya ke restoran, di mana 1.009 di antaranya menolak. Mereka
beralasan jika semua orang bisa membuat ayam goreng sehingga tidak perlu membeli.

Kemudian, ada satu restoran yang memberinya kesempatan. Ayam gorengnya pun terkenal
sampai sekarang.

Cerita inspiratif Kolonel Sanders mengajarkan kepada kita agar selalu berani melawan
ketidakmungkinan. Di usia senjanya, dia tetap bertekad memperbaiki kualitas hidup dengan
mencari peluang bisnis.

Anda mungkin juga menyukai