Anda di halaman 1dari 8

Ceramah 1 tentang membaca Al-Quran

Assalamu'alaikum wr. wb.

Membaca Al-Quran merupakan bagian dari ibadah kepada Allah. Sebab, satu huruf yang
dibaca mendapat sepuluh pahala kebaikan. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa membaca
satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran), baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu
nilainya sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif-lam-mim itu satu huruf. Akan
tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)

Berarti, andai kita membaca satu ayat saja, maka balasannya sudah ratusan kali lipat.
Bisa dibayangkan, bagaimana kalau kita membacanya sampai berayat-ayat? Tentu
balasannya ratusan, ribuan, jutaan dan seterusnya berlipat-lipat.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Quran, yaitu Thuma'ninah
(tenang), Tartil (berurutan), dan Dawwam (berkelanjutan). Thuma'ninah berarti tidak
terburu-buru atau terlalu cepat demi mengejar bacaan yang banyak dalam waktu yang
singkat. Dengan tenang, bacaan huruf-huruf akan terkontrol dari kesalahan.

Tartil berarti teratur bacaannya. Ini berkaitan dengan tajwid dan makhroj. Sedangkan
dawwam berarti berkelanjutan, terus-menerus, sesering mungkin, dan tidak berhenti
hanya satu kali saja. Minimal ada waktu khusus dalam satu hari satu malam untuk
membaca Al-Quran, meskipun hanya beberapa ayat sesuai perhitungan waktu. Misalnya
setelah sholat Maghrib atau sholat Shubuh.

Itulah tiga perkara penting yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Quran. Jadi, kita
sebagai muslim jangan sampai hanya demi mengejar pahala, lantas semaunya dalam
membaca Al-Quran. Dikhawatirkan kecerobohan tersebut bisa menghilangkan nilai atau
pahala dari bacaannya.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 2 tentang keistimewaan Ramadhan
Assalamu'alaikum wr. wb.

Salah satu muatan ibadah Ramadhan ialah puasa yang menjadi ibadah terpenting. Allah
berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 184 yang berarti, "...Puasa itu adalah lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahuinya."

Rasulullah bersabda, "Allah berfirman: 'Setiap amal anak Adam bercampur hawa nafsu,
kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untukKu dan Aku sendiri yang akan
membalasnya.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain puasa, satu hal lagi yang luar biasa dalam bulan Ramadhan ialah diturunkannya
Al-Quran dalam salah satu malamnya yang disebut sebagai "Lailatul Qadar" (Malam
Kemuliaan).

Allah berfirman dalam QS. Al-Qadr ayat 2-3, "Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar
itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan."

Hadirin Rahimakumullah,

Firman Allah dan Sabda Rasul tersebut menggambarkan bahwa dalam bulan Ramadhan
itu penuh dengan keistimewaan-keistimewaan. Oleh karena itu, orang yang masih
sempat dipertemukan dengan bulan Ramadhan, berarti Allah masih sayang padanya dan
ingin memberikan momen-momen yang terbaik untuknya.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 3 tentang cara menyikapi perbedaan
Assalamu'alaikum wr. wb.

Hadirin Rahimakumullah,

Manusia diciptakan oleh SWT kaya akan perbedaan, mulai dari perbedaan warna kulit,
suku, bangsa, bahasa sampai dengan perbedaan pada selera, isi hati, pikiran, cita-cita
dan keinginannya.

Perbedaan-perbedaan itu bukan untuk saling merasa paling unggul apalagi saling
mengalahkan satu sama lain, tapi justru untuk menjadi sarana saling mengenal dan
saling sambung rasa di antara umat manusia. Karena hanya ketaqwaanlah yang
membedakan di antara mereka di hadapan Allah SWT, siapa yang paling unggul
ketakwaannya itulah yang paling mulia di sisi-Nya.

Karena itu, perbedaan merupakan sunnatullah yang tidak bisa dihindari, dan bukan
bahan untuk unjuk kelebihan dan kesombongan, tetapi itu merupakan karunia yang
diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia dan harus disyukuri oleh semua.

Apalagi jika perbedaan itu terjadi di kalangan umat Islam dimana syahadatnya sama,
kitab sucinya sama, dan sunnahnya sama yaitu sunnah Rasulullah SAW. Perbedaan-
perbedaan di kalangan umat Islam merupakan dinamika dan kekayaan umat yang
didukung oleh sabda Rasulullah yang bermakna "Perbedaan pendapat umatku adalah
rahmat."

Jika perbedaan-perbedaan itu disikapi dengan ikhlas, lapang dada dan legowo, insya
Allah akan terasa damai, tidak akan meruncing menjadi perpecahan umat. Akan tetapi
bila disikapi dengan sinis atau suudzon, maka perbedaan itu tidak akan mendatangkan
manfaat apa-apa.

Demikian yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 5 tentang larangan berbuat dosa
Assalamu'alaikum wr. wb.

Hadirin yang berbahagia,


Allah berfirman dalam surat Al-Araf ayat 19 yang berarti, "dan Kami berfirman: Wahai
Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik di mana saja kalian sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang
menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim."

Firman Allah tersebut memberi petunjuk, bahwa setelah Adam dan Hawa diciptakan,
Allah SWT mempersilahkan keduanya untuk tinggal di surga dan menikmati segala
fasilitasnya sekehendak mereka berdua, di lokasi manapun dan waktu kapanpun, tanpa
batas.

Hanya ada satu larangan yaitu tidak boleh mendekati pohon khuldi, apalagi memanjat
dan memakan buahnya. Melanggar larangan ini berarti berbuat dosa, yang sudah pasti
akan ada sanksinya.

Namun, Adam dan Hawa yang digoda oleh Iblis akhirnya melanggar larangan tersebut
dan memakan buah khuldi. Adam dan Hawa pun diturunkan ke bumi dan
menyampaikan penyesalannya yang mendalam kepada Allah dengan bertobat secara
terus menerus.

Setelah keduanya berada di bumi, kesenangan tidak bisa mereka peroleh seperti di
surga. Segalanya terbatas dan terdapat larangan yang sama seperti di surga, yaitu jangan
berbuat dosa. Karena perbuatan dosa akan menyulitkan hidup.

Supaya hidup diberi kemudahan dan diringankan, hapuslah dosa dengan taubat dan
istighfar sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Adam As. Allah SWT berjanji, bagi
mereka yang beristighfar akan dimudahkan hidupnya dengan menurunkan hujan untuk
kesuburan tanah dan tanaman, memberikan banyak harta dan memberikan banyak
rezeki dan sebagainya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, jika ada tutur kata yang kurang berkenan di hati
hadirin sekalian saya mohon maaf sedalam-dalamnya.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Ceramah 6 tentang bersyukur
Assalamu'alaikum wr. wb.

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang bermakna, "Sungguh jika kalian
bersyukur pasti akan Ku tambah nikmatKu kepada kalian, dan sungguh jika kalian kufur,
sesungguhnya azabKu amat pedih."

Hadirin yang berbahagia,

Syukur artinya menggunakan pemberian sesuai dengan kehendak yang memberi.


Siapakah yang paling banyak memberi? pastilah Allah, karena Allahlah Yang Maha
Pemberi. Diri kita, anggota badan kita, akal kita, semua yang ada di sekitar kita adalah
pemberian Allah. Rezeki yang kita makan, ilmu yang kita pelajari, semuanya adalah
nikmat dari Allah.

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Demikian sebanyak 31
kali dalam surat al-Rahman, Allah SWT mengingatkan jin dan manusia akan nikmat yang
telah diberikanNya kepada mereka.

Bersyukur sebetulnya merupakan konsekuensi logis bagi manusia kepada Allah, karena
Allah telah menciptakannya, dan Allah telah memberinya rezeki yang tak terhitung
jumlahnya. Tapi manusia kerap melupakan Pemberi nikmat-nikmat itu, pikiran mereka
kebanyakan hanya tertuju kepada nikmat-nikmat itu, tapi tidak sampai kepada siapa
yang memberinya.

Untuk itu, supaya kita termasuk orang-orang yang bersyukur, hendaknya kita melakukan
perubahan pola pikir dan sikap, ubah fokus pada keinginan menjadi fokus pada apa yang
telah dimiliki. Dengan mengubah cara pandang kita bahwa apa yang telah dicapai adalah
hasil usaha sendiri, menjadi pandangan bahwa keberhasilan yang telah dicapai adalah
atas pertolongan dan karunia Allah SWT.

Demikian, semoga kita masuk pada golongan hamba-hamba Allah yang pandai
bersyukur, bukan lalai dan kufur.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 7 tentang menjadi manusia terbaik
Assalamu'alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah menurunkan Al-Quran melalui
malaikat yang terbaik yaitu malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW di Lauhul Mahfudz, di
negeri yaitu Mekkah dan Madinah, di bulan yang terbaik yaitu bulan Ramadhan dan di
malam yang terbaik malam Lailatul Qadar.

Menjadi manusia terbaik bukan hanya diukur dengan seberapa banyak ilmu yang
dimiliki, tetapi lebih dari itu seberapa bermanfaatkah ilmu yang dia miliki untuk orang
lain? Tentunya, orang yang memiliki sedikit ilmu lalu dia mengamalkannya dan
mendakwahkannya akan lebih baik daripada orang yang memiliki banyak ilmu namun
tidak mengamalkan dan mendakwahkannya.

Orang yang telah mengetahui satu huruf dari Al-Quran, lalu dengan pengetahuannya itu
dia mengajarkan anak-anaknya, keluarganya, dan masyarakatnya maka dia adalah
manusia terbaik. Karena dia telah memberikan banyak manfaat dari ilmu yang telah dia
dapatkan, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain.

Allah berfirman yang artinya, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan dia berkata; sungguh
aku termasuk orang-orang muslim."

Oleh karenanya, marilah kita menjadi manusia terbaik yaitu manusia-manusia yang
selalu belajar dan mengajarkan Al-Quran tanpa mengenal batas usia. Dimulai dengan
belajar membacanya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan belajar
mentadabburinya.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 9 tentang orang-orang yang Sukses di bulan Ramadhan
Assalamu'alaikum wr. wb.

Ma'asyiral muslimin arsyadakumullah,

Bulan Ramadhan telah tiba, bulan yang penuh kesucian dan keberkahan. Bulan yang
selalu dinantikan kedatangannya oleh setiap orang yang beriman dan berharap
kehidupan akhirat. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama bermuhasabah, menilai
amal-amal diri kita sendiri selama ini.

Bermuhasabah atau menghitung amalan yang selama ini telah kita lakukan, merupakan
cara orang bijak untuk mengetahui kekurangan yang ada. Di samping itu, muhasabah
akan menghindarkan seseorang dari takabur, sombong, merasa dirinya telah banyak
menumpuk pahala, padahal bisa saja di sisi Allah tidak ada nilainya sedikit pun.

Kaum muslimin rahimakumullah,

salah satu tujuan ibadah puasa adalah untuk mencapai kesucian hakiki. Kesucian ini
akan dicapai oleh mereka yang melaksanakan ibadah puasa tidak hanya untuk menahan
lapar dan dahaga. Sehingga hatinya selalu bersih, perilakunya selalu terkontrol serta
terarah kepada hal-hal yang positif.

Orang semacam itulah yang pada hakikatnya berhak untuk bergembira di hari ini, dan
merekalah orang-orang yang menggapai predikat taqwa. Sebagaimana disebutkan dalam
ayat 183, surat al-Baqarah, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa."

Demikianlah, orang yang sukses dalam berpuasa adalah mereka yang sukses mensucikan
jiwanya dan selalu berusaha membersihkan dirinya dari dosa, sehingga ketika ia
berjumpa kembali kepada Allah dalam keadaan tenang, tanpa sedikit pun ragu atau
khawatir.

Wassalamu'alaikum wr. wb.


Ceramah 10 tentang semangat
Assalamu'alaikum wr. wb.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat ke-139, "Janganlah kamu merasa lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." Ayat ini mempertegas kedudukan
seorang mukmin, bahwa orang mukmin adalah orang yang paling tinggi derajatnya.

Ayat tersebut diturunkan untuk membangun kembali mentalitas umat yang sempat
jatuh dalam keterpurukan, yang mungkin tidak jauh seperti kondisi umat kita sekarang
ini. Terdapat tiga pilar dalam membangkitkan semangat umat yaitu, pertama perlu
adanya harapan positif pada setiap diri kita. Kita tidak boleh menyerah dan terus
membangun harapan untuk menang dan berjaya.

Kedua, kekuatan dan kualitas iman kita. Iman yang lemah berpotensi mengurangi
bahkan menghilangkan harapan. Karenanya penting untuk menguatkan kualitas dan
kekuatan iman kita. Kemudian pilar yang ketiga, umat perlu menguasai dan memahami
sunnatullah yang berlaku di atas bumi.

Allah berkalam, "Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya
kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa
(kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran).

Artinya, posisi umat manusia dalam kehidupan terus berputar, kadang ada di atas tapi
suatu saat juga di bawah. Semakin umat dekat dengan agamanya, maka semakin dekat
pula kejayaan umat, begitu pula sebaliknya. Demikianlah, kita sebagai umat Allah jangan
pernah putus harapan dan menyerah akan kehidupan.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Anda mungkin juga menyukai