Anda di halaman 1dari 9

Edisi 02 Tahun 19

Tiada Puncak
Pada Kesabaran
Q.S. Az-Zumar: 10
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan
diberi balasan tanpa batas”

• Diantara anugerah terbesar seorang hamba ialah kesabaran


• Semua yang terlahir di dunia ini pasti merasakan kesulitan, ke-
pahitan dan kesempitan dalam hidup karena kebahagian yang
sejati ketika ia telah masuk ke dalam surga
• Sabar memang sulit, tapi bisa dilatih dan perlu pengetahuan
tentang sabar tersebut
• Ketika sudah mengilmui tentang makna sabar dan mengamal-
kannya, seseorang akan mendapatkan keridhoan dari Allah
Ta’ala sehingga mendapatkan pahala yang tanpa batas
• Dan kalau ditanya sampai kapan sabarnya? Sebagaimana fir-
man Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sam-
pai datang kepadamu al-yaqin (kematian)” (Q.S. Al-Hijr: 99)
B anyak masyarakat menilai dan merasakan bahwa kesaba-
ran itu ialah sesuatu yang menjengkelkan hati seseorang
tatkala mendapati keadaan yang sulit serta tidak sesuai harapan.
Sehingga anggapan mereka ketika berada pada kondisi tersebut,
ingin segera keluar dari nya.
Bahkan tidak sedikit masyarakat kita mengalami keadaan
hidup yang serba sulit, terlilit hutang, istri tidak sholehah, anak
tidak berbakti, kehilangan mata pencarian, ditinggal orang yang
dicintai, sampai-sampai dirinya pun mendapatkan keadaan di-
mana Allah uji dengan sakit. Lalu apa yang mereka lakukan? Me-
reka semua akan mengatakan kesabaran ada batasnya loh, saya
bukan malaikat, saya bukan nabi, saya bukan manusia super dan
segala hal-hal yang semisal akan diucapkan.
Karena itulah mereka mengatakan bahwa kesabaran itu ti-
dak ada pada kami. Maka sikap-sikap diatas tidaklah keluar dari
beberapa hal, yaitu menganggap dirinya hebat tanpa meng-
gantungkan setiap urusan kepada Allah dan tidak menge-
tahui hakikat takdir serta kurang dekatnya dengan ajaran
agama. Ingatlah, bahwa segala sesuatu itu harus kita sandar-
kan kepada Allah baik hal yang kecil maupun besar. Untuk itu
butuh pengetahuan tentang solusi tersebut, dimana jalan keluar
itu tidak dapat diraih kecuali dengan sentuhan agama.

2
Mencela takdir buruk
Dalam hadis qudsi Allah Ta’ala berfirman, “Anak Adam itu
telah menyakiti-Ku (karena) dia suka mencela masa (waktu), dan
Aku-lah pencipta (pengatur) waktu itu. Di tangan-Ku lah segala
urusan, Aku menggilir siang dan malam”. (H.R. Bukhari: 4826
dan Muslim: 2246)
Imam An-Nawawi rahimahullah pernah menjelaskan tentang
hadis di atas bahwa dahulu orang-orang Arab kebiasaan mere-
ka adalah mencela dan menghina waktu. Pada saat itu mereka
tertimpa berbagai macam musibah seperti kematian, kepikunan,
hilang (rusak)-nya harta dan lain sebagainya sehingga mereka
mengucapkan ’Ya khoybah dahr’ (ungkapan mencela waktu) dan
ucapan celaan lainnya yang ditujukan kepada waktu. (Soal ta-
nya jawab islamweb no 296855)

Musibah apapun teratasi dengan


kesabaran
Diantara anugerah terbesar seorang hamba ialah kesabar-
an. Bagaimana bisa kesabaran disebut sebagai anugerah? Sebab
tidak semua orang memiliki kesabaran. Contohnya para Nabi dan
Rasul yang diutus kepada kaumnya. Mereka mendapatkan sik-
saan bahkan sampai ada yang dibunuh. Namun mereka semua
bersabar terhadap upaya-upaya kaumnya untuk mencelakannya.

3
Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebe-
lum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Kami kepada mereka. Tak seorang pun yang dapat
mengubah kalimat- kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya
telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul itu.” (Q.S.
Al-An’am: 34).
Apa yang terjadi terhadap Nabi dan Rasul diatas adalah anu-
gerah dari Allah Ta’ala kepada mereka. Sehingga buah dari ke-
sabaran tersebut mereka mendapatkan pertolongan Allah dan
terbebas dari musibah.

Merasa Kesabaran tidak akan dibe-


rikan kepada manusia biasa
Semua yang terlahir di dunia ini pasti merasakan kesulitan,
kepahitan dan kesempitan dalam hidup. Seorang mukmin men-
dapatkan kebahagian yang sejati ketika ia telah masuk ke da-
lam surga. Karena surgalah tempat yang abadi, tiada kesusah-
an, tiada kesengsaraan.
Diantara kisah manusia yang mendapatkan ujian yaitu Abu
Qilabah. Beliau adalah seorang manusia yang serba kekurang-
an, kedua tangannya buntung, matanya buta, dan sebatang kara

4
tanpa sanak dan keluarga. Lalu apakah dia mengeluh atau me-
ngatakan dia tidak bisa bersabar karena bukan manusia yang ter-
pilih seperti nabi? Jawabannya adalah tidak. Bahkan dia bersa-
bar. Apa yang dia lakukan? Tidak hentinya beliau mengucapkan
“Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah yang melebihkanku
diatas banyak ciptaanmu (manusia)” .
Tergambar dalam kisahnya tersebut ada seseorang yang ter-
sesat, dan kemudian terheran-heran ada sosok lelaki yang tua di
dalam kemah, dimana keadaanya sangat tidak normal, kedua ta-
ngannya buntung, matanya buta, dan tidak ada yang mengurusi-
nya, tetapi malah tetap melantunkan pujian kepada Allah Ta’ala.
Terjadi dialog diantara orang tersebut dan Abu Qilabah, “Apa
yang membuat kamu mengucapkan pujian kepada Allah Ta’ala
atas banyak kelebihan yang diberikan kepadamu padahal kondi-
simu serba kekurangan? “ Tanya seseorang tersebut.
Maka singkat cerita Abu Qilabah memberikan nasehat, “Di-
balik semua kekuranganku Allah masih memberikan banyak kele-
bihan? Misalnya Allah masih memberikanku fikiran dan akal yang
sehat walaupun fisiku tidak sempurna, sehingga aku mampu ber-
fikir. Kemudian disi lain aku masih bisa mendengar adzan, karena
mungkin saja banyak yang tuli disekitarku hingga mengabaikan
adzan. Selanjutnya dengan lisan, Aku bisa gunakan untuk berdzi-
kir kepada-Nya, serta dengan menjadi Muslim Aku akan selamat
dunia dan akhirat. Maka inilah nikmat yang diberikan kepadaku,

5
sehingga Aku masih bisa bersyukur kepada-Nya.” [Dinukil dari
web http://basweidan.com/ Abu Hudzaifah Al Atsary]
Benarlah apa yang telah Allah Ta’ala firmankan (yang artinya),
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ba-
rat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi- nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, mu-
safir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang me-
minta-minta, dan (memerdeka-kan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati
janjinya bila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesem-
pitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 177).

Kenapa sabar itu sulit


Sabar memang sulit, tapi bisa dilatih dan perlu pengetahu-
an tentang sabar tersebut. Mari kita melihat kepada hadis Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kesabaran.
Dari Abu Malik al-Harits bin ‘Ashim Al-Asyh’ari radhiyalaahu
‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, “Bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillah
memenuhi timbangan, subhanallah dan alhamdulillah keduanya

6
memenuhi antara langit dan bumi. Shalat itu cahaya, sedekah itu
bukti nyata, kesabaran adalah cahaya, sedangkan al-Quran ada-
lah hujjah yang membelamu atau hujjah yang menuntutmu. Se-
tiap manusia berbuat, seakan-akan ia menjual dirinya, ada yang
memerdekakan dirinya sendiri ada yang membinasakan dirinya
sendiri” (H.R. Muslim: 223)
Dari hadis di atas kita akan mendapati kata sabar dalam ha-
dis tersebut menggunakan kata ‫ ضياء‬yang maknanya ialah ca-
haya mengeluarkan hawa yang panas. Sedangkan ‫ نور‬maknanya
ialah cahaya yang tidak mengeluarkan hawa panas. Maka pantas
orang yang menahan kesabaran tersebut seolah-olah menahan
cahaya yang mengeluarkan hawa panas dalam dirinya, sehing-
ga orang yang tidak terlatih akan silau dengan cahaya tersebut
dan tidak kuat dengan suhunya yang panas. Sedangkan orang
yang berlatih akan tahan terhadap panas tersebut.

Buah dari kesabaran


Allah Ta’ala tidak akan menelantarkan seseorang yang ber-
usaha untuk berbuat kebajikan. Dan tentu saja semua itu akan
diganjar dengan pahala yang besar dari Allah Ta’ala. Ketika se-
orang mukmin mampu memenjarakan dirinya dari kesenangan
dunia, sahwatnya, hal-hal yang dimakruhkan serta yang diha-
ramkan atasnya, maka dia akan mendapatkan pahala atas ke-
sabarannya.

7
AllahTa’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
diberi balasan tanpa batas” (Q.S. Az-Zumar: 10)
Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menyampai-
kan dalam haditsnya,
“Dunia itu penjara bagi setiap mukmin, surga bagi orang ka-
fir” (H.R. Muslim)
Imam An-Nawawi Rahimahulullah Mengatakan makna dari
mukmin terpenjara maksudnya seorang mukmin dilarang un-
tuk melakukan perbuatan haram ketika di dunia. Tentu ini ada-
lah beban syariat baginya untuk melakukan ketaatan-ketaatan
yang menyulitkannya, sehingga ketika mukmin itu wafat maka
dia telah beristirahat dari perkara tersebut.
Kesabaran itu ada tiga macam,

1. Sabar dalam ketaatan kepada-Nya


2. Sabar untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala
3. Sabar terhadap musibah dan tidak mengeluh terhadap takdir-
Nya
Dengan demikian, ketika sudah mengilmui tentang makna
sabar dan mengamalkannya, seseorang akan mendapatkan
keridhoan Allah Ta’ala sehingga mendapatkan pahala yang tan-
pa batas.

8
Dan kalau ditanya sampai kapan sabarnya ?
Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin
(kematian)” (Q.S. Al-Hijr: 99)
Kita berdoa semoga Allah Ta’ala menjadikan kita manusia
yang bisa bersabar dalam segala keadaan, sampai datang kepa-
da kita kematian yang khusnul khatimah. Aamiin.
̴‿̴
Ditulis : Hendri Abu Abdirrahman Al-idris (Alumni Takhosus Al-Bar-
kah Rodja Cilengsih Kelas Ulumus Syariah Dan Mahad Umar Bin
Khatab Yogyakarta)
Dimurajaah : Ustaz Abu Salman, B.I.S.

YUK NGAJI DI Dengarkan


radiomuslim.com BEDAH BULETIN AT-TAUHID
(1467 AM) Jum’at 20.00 WIB bersama
Ust. Abu Salman

SUSUNAN REDAKSI
Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Wildan S., S.Farm., Apt. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI
Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0823-2461-6668

Anda mungkin juga menyukai