Anda di halaman 1dari 16

Ujian dan Cobaan

1. Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah
Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa
bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya
murka Allah. (HR. Tirmidzi)
2. Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat
baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa. (HR. Bukhari)
3. Saad bin Abi Waqqash berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya? Nabi Saw
menjawab, Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru
(menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis
(lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu
(keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari
dosa-dosa. (HR. Bukhari)
4. Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan
suatu musibah). (HR. Bukhari)
5. Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya
dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia
mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani)
6. Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar
permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi)
7. Apabila Aku menguji hambaKu dengan membutakan kedua matanya dan dia
bersabar maka Aku ganti kedua matanya dengan surga. (HR. Ahmad)
8. Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit
atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan
itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
9. Seorang mukmin meskipun dia masuk ke dalam lobang biawak, Allah akan
menentukan baginya orang yang mengganggunya. (HR. Al Bazzaar)

10. Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya,
Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah? Nabi Saw menjawab, Melibatkan diri
dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
11. Bukanlah dari (golongan) kami orang yang menampar-nampar pipinya dan
merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan doa-doa jahiliyah. (HR. Bukhari)
Penjelasan:
Dilakukan pada saat kematian anggota keluarga pada jaman jahiliyah.
12. Allah menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang
menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni.
Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (mutunya)
dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang
ditimpa fitnah (musibah). (HR. Ath-Thabrani)
13. Salah seorang dari mereka lebih senang mengalami ujian dan cobaan daripada
seorang dari kamu (senang) menerima pemberian. (HR. Abu Yala)
14. Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan
Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan
memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan
pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah. (HR. Ahmad)
17. Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu
dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun maka menjadi hak atas
Allah untuk mengampuninya. (HR. Ath-Thabrani)
15. Bencana yang paling payah ialah bila kamu membutuhkan apa yang ada di tangan
orang lain dan kamu ditolak (pemberiannya). (HR. Ad-Dailami)
16. Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan
menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong
orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi)

SETIAP MUSLIM AKAN MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN


Oleh
Ustadz Said Yai, Lc

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu
benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan
dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [li 'Imrn/3 : 186]
SEBAB TURUNNYA
Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kisah yang terjadi di pemukiman al-Hrits bin
al-Khazraj (Madinah) sebelum perang Badar. Kaum Muslimin ketika itu sedang
berkumpul dengan kaum musyrikin dan orang-orang Yahudi. Datanglah Raslullh
Shallallahu alaihi wa sallam ke tempat itu dan memberi salam. Di majlis tersebut, ada
'Abdullh bin Ubai bin Sall, dia berkata, "Janganlah kalian mengotori kami!" Raslullh
Shallallahu alaihi wa sallam pun mengajak mereka untuk masuk ke dalam Islam dan
membacakan al-Qur'n kepada mereka. 'Abdullh bin Ubai menyahut, "Wahai lelaki!
Apa yang engkau katakan bukanlah sesuatu yang bagus. Jika itu adalah sesuatu yang
haq, maka janganlah kamu mengganggu kami dengan perkataan itu! Kembalilah ke
hewan tungganganmu! Barang siapa mendatangimu, maka ceritakanlah perkataan
itu!"
Perkataan itu sangat menyakitkan hati kaum Muslimin, sehingga terjadilah
pertengkaran di majlis itu antara mereka dengan orang-orang kafir. Akhirnya,
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam menenangkan mereka. Setelah mereka tenang,
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pun kembali ke tunggangannya dan pergi.
Setelah itu, Allh Azza wa Jalla menurunkan ayat ini yang berisi perintah untuk
bersabar atas gangguan-gangguan orang-orang kafir.[1]
TAFSIR RINGKAS
Syaikh 'Abdurrahmn as-Sa'di rahimahullah berkata, "Allh Azza wa Jalla mengabarkan
dan mengatakan kepada kaum Mukminin bahwa mereka akan diuji pada harta mereka
melalui (perintah untuk) mengeluarkan nafkah-nafkah wajib dan yang sunat serta
terancam hilang harta untuk (berjuang) di jalan Allh Azza wa Jalla . (Mereka juga akan
diuji) pada jiwa-jiwa mereka dengan diberi berbagai beban berat bagi banyak orang,
seperti jihad di jalan Allah atau tertimpa penyakit.
(Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi
Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati) berupa celaan terhadap kalian, agama, Kitab dan
Rasul kalian oleh karena itu, Allh Azza wa Jalla berkata, 'Jika kamu bersabar dan
bertakwa' maksudnya, jika kalian bersabar atas segala kejadian pada harta dan diri
kalian berupa ujian, cobaan dan gangguan dari orang-orang zhalim, serta kalian dapat
bertakwa kepada Allh Azza wa Jalla dalam kesabaran itu dengan niat mengharap
wajah Allh Azza wa Jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya, dan kalian tidak
melampaui batas kesabaran yang ditentukan oleh syariat, maksudnya tidak boleh
bersabar atau menahan diri pada saat syariat mengharuskan membalas perlakuan
musuh-musuh Allh Azza wa Jalla . (Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk

urusan yang patut diutamakan) artinya itu termasuk perkara yang harus didahulukan
dan dimeraihnya dengan berlomba-lomba. Tidak ada yang diberi taufik untuk dapat
melakukan ini kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dan semangat tinggi. Allah
k berfirman, (artinya): 'Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar.[2][3]' ."
Ujian Adalah Sunnah Kauniyah Pada Setiap Muslim
Allh Azza wa Jalla berfirman:

Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu [li 'Imrn/3: 186]
Ujian adalah sunnah kauniyah (ketetapan Allh Azza wa Jalla yang pasti terjadi) bagi
setiap Muslim. Seorang Muslim tidak mungkin mengelak dari ujian tersebut. Oleh
karena itu, Allh memberi penekanan pada firman-Nya dengan menggunakan dua
huruf (yaitu huruf lam dan nun yang bertasydid, sehingga makna kalimat tersebut,
kamu sungguh sungguh atau benar-benar akan diuji)."[4]
Imam Ibnu Katsr rahimahullah berkata, "Firman Allh (yang artinya), Kamu sungguhsungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu seperti firman-Nya (yang artinya) :
Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan 'Inna lillhi wa inn ilaihi rji'n'[5] . Seorang Mukmin pasti akan
diuji pada harta, jiwa, anak dan keluarganya."[6]
Allh Azza wa Jalla juga berfirman:




Demikianlah, apabila Allh menghendaki niscaya Allh akan membinasakan mereka,
tetapi Allh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain
[Muhammad/47: 4]
Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

:

Demi yang jiwaku berada di tangannya! Dunia ini tidak akan fana, kecuali setelah ada
seseorang yang melewati sebuah kuburan dan merenung lama di dekatnya seraya
berkata, 'Seandainya aku dulu seperti penghuni kubur ini. Bukan agama yang
mendorong dia melakukan ini namun hanya ujian saja" [7]
Kekokohan Iman Dan Kadar Ujian Selalu Berbanding Lurus
Semakin kuat iman seseorang, maka ujian yang akan diberikan oleh Allh akan
semakin besar. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa'd bin Ab
Waqqsh Radhiyallahu anhu :







Ya Raslullh! Siapakah yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab, "Para Nabi
kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang
akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya
akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan
agamanya [8]
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda:



Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya,
apabila Allh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha
dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya
maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya[9]
Mengapa Allh Azza wa Jalla Mengabarkan Bahwa Ujian Ini Pasti Akan Terjadi?
Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari berita tentang kepastian ujian pada kita, di
antaranya:
1. Kita akan mengetahui bahwa ujian tersebut mengandung hikmah Allh Azza wa
Jalla . Yakni, dapat dibedakan siapa Muslim yang imannya benar dengan yang tidak.
2. Kita akan mengetahui bahwa Allhlah yang menakdirkan semua ini.
3. Kita bisa bersiap-siap untuk menghadapi ujian itu dan akan bisa bersabar serta akan
merasa lebih ringan dalam menghadapinya.[10]
Ujian Tidak Hanya Dengan Sesuatu Yang Buruk
Allh Azza wa Jalla tidak hanya menguji seseorang dengan sesuatu yang buruk. Akan
tetapi, juga menguji seseorang dengan sesuatu yang baik. Allh Azza wa Jalla
berfirman:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan [al-Anbiy'/21 : 35]
Terkadang seorang Muslim apabila ditimpa dengan musibah dan kesusahan, ia sanggup
bersabar.Namun, begitu diberi kenikmatan yang berlebih, terkadang ia tidak bisa lulus
dari ujian tersebut. 'Abdurrahmn bin 'Auf Radhiyallahu anhu pernah berkata:




Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika) bersama Raslullh Shallallahu alaihi
wa sallam dan kami dapat bersabar. Kemudian kami diuji dengan kesenangankesenangan setelah beliau wafat dan kami pun tidak dapat bersabar[11]
Ujian Adalah Rahmat Dari Allh Azza Wa Jalla
Ujian yang diberikan oleh Allh Azza wa Jalla adalah rahmat (kasih sayang) Allah Azza
wa Jalla kepada seluruh manusia terlebih lagi untuk kaum Muslimin.
Allh Azza wa Jalla berfirman:

Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami
menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu [Muhammad/47:31]
Dengan adanya ujian itu, akan tampak orang yang benar-benar beriman dengan yang
tidak. Ini adalah rahmat dari Allh Azza wa Jalla . Allh Azza wa Jalla berfirman:

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami Telah
beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? [al-'Ankabt/29:2]
Ujian Lain Yang Lebih Berat
Ternyata ada ujian yang lebih berat dari ujian pada harta dan jiwa. Allh Azza wa Jalla
berfirman:

Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orangorang yang mempersekutukan Allh [li 'Imrn/3 : 186]
Dengan penggalan ayat di atas, dapat diketahui ujian yang lebih berat daripada ujian
yang telah disebutkan. Ujian yang lebih berat dari hal-hal tersebut adalah ujian yang
menimpa agama (keyakinan) kita. Kalau kita memperhatikan makna ayat yang kita
bahas ini, maka kita akan menemukan bahwa Allh Azza wa Jalla telah mengurutkan
ujian-ujian tersebut mulai dari yang cobaan yang lebih ringan dan dilanjutkan ke
cobaan yang lebih berat. Ujian pada harta lebih ringan daripada ujian pada jiwa. Ujian
pada jiwa lebih ringan daripada ujian pada agama. Seseorang bisa saja memiliki harta
yang melimpah dan badan yang sehat, tetapi jika dia keluar dari agama Islam karena
tidak tahan menghadapi cemoohan, gangguan serta teror orang-orang kafir. Ini
merupakan satu bentuk kerusakan yang sangat besar baginya, baik di dunia maupun di
akhirat.
Orang-Orang Kafir Tidak Akan Berhenti Mengganggu Kaum Muslimin
Gangguan dari orang-orang kafir, baik berupa ejekan maupun gangguan fisik, pasti
akan terus ada. Allh Azza wa Jalla berfirman:

Sebagian besar Ahli kitab karena kedengkian mereka menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, setelah nyata bagi
mereka kebenaran. [al-Baqarah/2:109] [12]
Cara Menghadapi Segala Ujian
Allh Azza wa Jalla tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terbengkalai, tidak
terurus. Oleh karena itu, Allh Azza wa Jalla mengajarkan kepada kaum Muslimin
bagaimana cara menghadapi ujian tersebut. Allh Azza wa Jalla berfirman:

Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang patut diutamakan [li 'Imrn/3 : 186]

Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan ketakwaan. Hukum bersabar dan
bertakwa dalam menghadapi ujian bukan sunat, tetapi sesuatu yang wajib dikerjakan
oleh seluruh orang Muslim. Setidaknya, dalam al-Qur'n ada enam tempat di mana
Allh Azza wa Jallak menggabungkan kata kesabaran dan ketakwaan dalam konteks
yang sama. Yaitu, dalam surat Ali 'Imrn ayat 118, 125, dan 186, dalam surat Ysuf
ayat 90, dalam surat an-Nahl ayat 125 hingga 128 dan surat Thh ayat 132.[13] Ini
menunjukkan bahwa kesabaran memiliki hubungan yang sangat erat dengan
ketakwaan.
Hasil Yang Didapatkan Dengan Bersabar
Orang yang dapat bersabar menghadapi semua ujian akan memperoleh hal-hal yang
terpuji, di antaranya [14] :
1. Dia akan mendapatkan pahala seperti para nabi yang memiliki keteguhan hati
(ulul-'azm).[15]
2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan petunjuk dari Allah.
Allh Azza wa Jalla berfirman yang artinya: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan
yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk." [al-Baqarah/2:157]
3. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Allh Azza wa Jalla berfirman
yang artinya: "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orangorang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar" [Fushshilat/41: 35]
4. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allh Azza wa Jalla berfirman yang
artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas." [az-Zumar/39 : 10]
5. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allh Azza wa Jalla. Raslullh Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:



Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allh membiarkannya berjalan di
atas bumi dengan tidak memiliki dosa [16]
KESIMPULAN DAN FAIDAH DARI AYAT
1. Ujian pada harta, diri dan agama adalah sunnah kauniyahpada setiap Muslim.
2. Orang-orang kafir akan selalu mengganggu kaum Muslimin, baik dengan perkataan
ataupun perbuatan
3. Allh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Muslimin agar mereka bersabar dan
bertakwa untuk menghadapi seluruh ujian tersebut.
4. Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) berbeda dengan kaum musyrikin. Meski demikian,
mereka memiliki kesamaan, yaitu kekufuran dan tempat kembali mereka di akhirat
nanti adalah neraka. Na'dzu billh min dzlik.

Makalah tentang ujian dan cobaan

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan di dunia ini setiap orang mempunyai permasalahan masing-masaing
tanpa terkecuali. Permasalahan tersebut dapat berupa ujian dan cobaan dalam hidup.
Kita bahkan mengatakan bahwa ujian dan cobaan merupakan teman yang mengiringi kita
dalam memberi suasana yang beragam dalam hidup ini. dan ada juga pepatah yang mengatakan
bahwa jika hidup tak punya ujian maka hidup terasa hampa.
Yang memberikan ujian dan cobaan kepada kita yaitu Allah SWT. Dia memberikan ujian
kepada kita pasti mempunyai tujuan. Salah satu tujuan yang paling jelas adalah untuk menguji
keimanan kita kepada Allah SWT.
Seperti yang kita lihat di masyarakat kita, begitu banyak ujian dan cobaan yang menimpa
pada setiap manusia hanya kadarnya yang berbeda satu sama lain. Banyak manusia yang justru
diuji dengan cobaan malah membuat keimanannya menjadi lemah, tapi ada juga yang diberi
cobaan malah membuat dirinya semakin tinggi keimanannya kepada Allah SWT.
Allah juga telah memberi tahu kepada kita lewat kitab sucinya yaitu Al-Quran mengenai
ayat-ayat tentang ujian dan cobaan. Tidak hanya sekedar itu, tapi Allah juga memberi solusi
lewat Al-Quran dalam menyikapi masalah ujian dan cobaan.
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan ditampilkan dan dijelaskan ayat tentang ujian
dan cobaan baik dari permasalahannya sampai dengan solusinya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan sebagai berikut:
1. Quran surat apa saja dan hadits yang berbicara tentang ujian dan cobaan?
2. Apa pengertian dari ujian dan cobaan menurut pandangan Islam?
3. Bagaimana solusi dari Al-Quran dan hadits dalam menghadapi ujian dan cobaan?
C. Tujuan penulisan
Tujuan kami memilih judul Ayat Al-Quran tentang hadits dan cobaan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui ayat Quran dan hadits yang berbicara tentang ujian dan cobaan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari ujian dan cobaan menurut pandangan Islam.
3. Untuk mengetahui solusi dari Al-Quran dan hadits dalam menghadapi ujian dan cobaan.
4. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Al-Quran dan hadits.

PEMBAHASAN
A. Ayat Al-Quran dan hadits yang berbicara tentang ujian dan cobaan
Jika kita menelaah setiap ayat dalam Al-Quran maka segala sesuatu yang ada di bumi ini
telah diatur oleh Allah SWT dan dijelaskan dalam Al-Quran. Begitu juga tentang ujian dan
cobaan yang merupakan salah satu permasalahan yang ada di bumi ini. Dan Allah telah
menjelaskannya dalam Al-Quran.

Berikut beberapa ayat Al-Quran dan hadits tentang ujian dan cobaan:
Qs. Al-Ankabut(29): 2-3


)(













)(

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.

Qs. Al-Baqarah (2): 286




)(



Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir".

Qs. Yusuf (12): 87




















)(



Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir.
-

Qs. Az-Zumar (39): 53










)(


Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Qs. Al-Imran (3): 200







)(





Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.
-

Qs. At-Taubah (9): 129














)(

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
Arasy yang agung".

Qs. At-Taubah (9): 111

).(

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka.
hadits tentang ujian dan cobaan:



Para nabi, kemudian yang serupa dan yang serupa. Orang diuji sesuai dengan agamanya, jika
kuat agamanya, maka berat pula ujiannya, dan jika agamanya ringan, maka ringan pula
ujiannya. (HR. Tirmidzi 2322. Dishahihkan al-Albani, Silsilah Ahadits Shahihah 1/273)
Amr bin Auf radhiyallahu anhu berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
Bergembiralah kamu, dan bercita-citalah dengan apa yang Allah berikan kepadamu. Demi Allah
tidaklah aku khawatir kemiskinan menimpa dirimu, akan tetapi aku khawatir bila kamu
dilapangkan urusan duniamu sebagaimana umat sebelummu, kamu akan berlomba-lomba
mengejarnya seperti orang sebelummu, lalu berlomba-lomba itu menghancurkan dirimu seperti
mereka pada zaman dahulu. (HR. Bukhari 3712)
B. Pengertian ujian dan cobaan menurut pandangan Islam.
Ujian oleh Allah diletakkan pada suatu kata yang mengandung makna pada rangkaian
sebuah kalimat yang berarti : diuji itu sama dengan dites kemampuannya untuk mendapat derajat
yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Tentu ujian ini selalu berjalan di setiap alur kehidupan masyarakat yang mempunyai
keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.
Allah berfirman dalam (Qs. Al-Ankabut(29): 2-3)










)(













)(

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui
orang-orang yang dusta.
dan Qs. Al-Anam (6):53)

)(

Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan
sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orangorang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah
berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?"
Jika seseorang ingin kaya, tentu Allah menguji dulu melalui seputaran kekayaan dan
kemiskinan, dengan alat uji bagaimana seseorang saat menghadapi orang-orang yang sedang
membutuhkan keberadaan seseorang, maka Allah segera memberi kekayaan kepada orang-orang
yang telah lulus dalam ujian.
Jika seseorang menginginkan dijauhkan dari larangan dan didekatkan dengan perintah,
maka Allah pasti mengujinya melalui seputaran perintah dan larangan dengan dijadikannya

manusia bisa melihat dan mendengar, agar Allah meninggikan derajat manusia itu apabila
mereka mampu menahan larangan ketika dia melihat dan mampu menahan larangan ketika dia
mendengar.
Allah berfirman dalam Qs. Al-Insaan (76): 2)

)(

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar
dan melihat.
Jika seseorang menginginkan menjadi orang-orang yang baik, maka Allah akan menguji
dengan seputaran kebaikan dan keburukan agar Allah meningkatkan derajat yang lebih baik
kepada orang-orang yang telah lulus ujian.
Allah berfirman dalam Qs. Al-Anbiyaa(21):35)













)(


Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu
dikembalikan.
Dalam sektor kehidupan apapun di bumi ini tidak akan pernah kita jumpai manusia
normal, yang ingin mencapai suatu tujuan tanpa melewati sebuah proses ujian.
Ujian adalah management Allah yang memantau manusia yang berkeinginan untuk
mencapai sebuah tujuan, agar Allah mengetahui secara otomatis mana yang dengan sungguhsungguh dan mana yang hanya setengah hati, serta mana yang hanya di mulut saja atau malah
sebaliknya.
Di satu pihak cobaan adalah materi yang menjadi isi dari pada ujian, sementara di sisi
lain cobaan adalah materi yang menjadi isi daripada adzab.
Cobaan mempunyai peran ganda yang Allah kirimkan kepada orang-orang yang sedang
duji dan cobaan juga dikirim oleh Allah kepada orang-orang yang sedang diadzab.
Cobaan hidup baik fisik maupun non fisik, akan menimpa semua orang, baik berupa
lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan orang-orang yang dicintai, kerugian harta benda, dan
lain sebagainya. Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi, oleh sebab itu tidak ada
seorangpun yang dapat menghindar
Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Baqarah(2):214

)(

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Qs. At-Taghaabun(64): 15


)(

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala
yang besar.
Qs. Al-Baqarah(2): 155-156)













(














)




)(


155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi
wa innaa ilaihi raaji`uun"
Ujian dan cobaan adalah bagian dari masalah hidup dari Allah SWT atas ketaatan yang
kita lakukan. Dengan adanya masalah yang berupa ujian dan cobaan, Allah ingin menguji,
seberapa kadar ketakwaan dan kepatuhan kita terhadap-Nya. Jika dalam keadaan normal kita
bersedia patuh, taat ibadah, tekun mengerjakan yang sunah, sanggup menjauhi yang haram,
Tuhan ingin tahu, kalau diberi ujian dan cobaan, apakah kita tetap bersikap seperti itu. Ketika
ekonomi kita cukup, kita begitu rajin datang shalat berjamaah, puasa tak pernah bolong, seninkamis dikerjakan, sedekah rutin. Lalu ketika kita diberi kesulitan berupa ekonomi sulit, masih
sanggupkah kita konsisten melakukan itu semua? Kalau sanggup, kitapun lulus menjadi hamba
yang derajatnya lebih tinggi ketimbang sebelumnya. Kemusliman kita pun naik kelas.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh H.R Tirmidzi, yaitu:





Bahwasanya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah
taala apabila mencintai suatu kaum maka kaum itu diuji terlebih dahulu, maka barangsiapa
yang rela mendapat ujian itu baginya keridaan Allah, dan barang siapa yang benci atas ujian
itu, baginya kemurkaan Allah. (H.R Turmudzi).
Ada pula ujian dan cobaan itu bisa bermakna sebagai teguran. Kita yang sebelumnya
ibadahnya rajin, tapi beberapa waktu terakhir malah sering meninggalkan ibadah. Sedekah yang
dulunya rutin sekarang sudah tak pernah. Mungkin karena Tuhan hendak mengembalikan kita
kepada ketaatan, Tuhan akhirnya menghadirkan ujian dan cobaan sebagai teguran. Jika dibiarkan
hidup enak tanpa ujian dan cobaan, takutnya kita lalai.
Ada pula ujian dan cobaan merupakan azab atau siksa Tuhan di muka bumi. Ini
diperuntukkan bagi orang yang sudah berani melanggar larangan Allah, meninggalkan kewajiban
pada-Nya, tak pernah menghadap-Nya, mengabaikan yang halal dan memakai barang haram.
Azab Tuhan dihadirkan sejak di dunia sebelum mendapat azab nanti di akherat.
C. Solusi dari Al-Quran dan hadits dalam menghadapi ujian dan cobaan.

Al-Quran telah memberi solusi bagi hamba-Nya dalm menghadapi ujian dan cobaan
yang menimpanya. Di antaranya:
1. Muhasabah diri
Lakukan muhasabah (evaluasi diri) mengapa ujian dan cobaan itu terjadi? Adakah hal tersebut
Allah berikan kepada kita sebagai peningkatan kualitas keimanan?. Muasabah ini juga sangat
penting agar kita menyadari titik kesalahan dan kekeliruan kita. Sehingga kita dapat bertindak
lebih baik di masa-masa selanjutnya.
2. Menerima dengan ridla.
Terimalah ujian dan cobaan yang kita hadapi dengan hati yang ridla. Jikapun kita tidak ridla
dengan apa yang terjadi, hal itu tidak akan bisa mengubah apa yang telah berlalu. Dengan
keridlaan justru hati menjadi tenang, pikiran menjadi jernih dan lapang untuk menemukan solusi.
Sehingga kita dapat bangkit dengan penuh ketegaran melewati ujian tersebut. Sikap ridla juga
akan mendatangkan keridlaan serta rahmat Allah atasnya.
Firman Allah Qs. At-Taubah(9): 59








)(

Jika mereka sungguh-sungguh rida dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada
mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami
sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi
mereka).

3. Bersabar
Hal itu sudah dijelaskan dalam Qs. Al-Baqarah (2): 155-157













(














)




) (


)(







155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar,
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi
wa innaa ilaihi raaji`uun"
157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

4. Bertaubat jika bersalah


Adakalanya ujian dan cobaan itu diberikan oleh Allah SWT untuk mengingatkan kita atas
kesalahan dan kekeliruan yang kita lakukan. Jika kita telah menyadari bahwa ada kekhilafan
yang telah kita lakukan, maka bersegeralah untuk bertaubat, yaitu dengan menyesali kesalahan
tersebut, berjanji untuk tidak mengulanginya dan berusaha untuk menggantinya dengan amal
yang lebih baik.
5. Memahami sunnatullah
Boleh jadi ibadah kita sudah mantap, akhlak juga sudah baik, tetapi jika perilaku kita terhadap
lingkungan di sekitar kita tidak sesuai dengan sunnatullah, maka musibah pun akan tetap datang.
Maka kita harus memperbaiki perilaku kita agar tidak bertentangan dengansunnatullah.
6. Bersyukur
Seorang mukmin yang memiliki kualitas iman yang tinggi bukan saja menerima ujian dan
cobaan yang datang dengan sabar serta ridla, bahkan dia dapat bersyukur. Dia menyadari bahwa
sesungguhnya ujian dan cobaan belum seberapa dibandingkan dengan yang diterima orang lain.
Ini akan menjadikan ia terus bersyukur, karena merasa Allah SWT masih sayang kepadanya. Ia
yakin masih ada nikmat iman dan Islam yang lebih berharga dari dunia dan seluruh isinya.
7. Tetap optimis
Tidak ada alasan untuk berputus asa, harapan hari esok lebih baik akan selalu terbuka.
Kesenangan itu tidak akan terasa jika tidak ada sakit. Harapan yang baik pasti diberikan Allah
SWT kepada setiap orang, sebagaimana dijanjikan oleh-Nya: Qs. Al-Insyirah (94):5-6

)(
) (







Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan


8. Mendekatkan diri kepada Allah
Puncak dari semua ikhtiar yang kita lakukan untuk menghindari dan menerima ujian dan cobaan
itu dengan sebaik-baiknya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita sadar bahwa Dia
mencintai dan menyayangi kita. Maka apapun yang diberikan, kita tidak akan menolak-Nya,
menaati perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka kami menyimpulkan bahwa:
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan diberi ujian dan cobaan oleh Allah SWT.
Tentunya Allah mempunyai tujuan dalam memberikan ujian dan cobaan tersebut, seperti halnya
saat manusia diciptakan di dunia ini yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Ujian dan cobaan
itu juga bisa dijadikan salah satu alat dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan Allah SWT akan
menguji seberapa kuat dan sungguh-sungguh dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Hal itu bisa dilihat dalam penyikapan yang manusia lakukan terhadap ujian dan cobaan yang
menimpanya. Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh manusia dalam menghadapi ujian
dan cobaan, antara lain: muhasabah diri, menerima dengan ridla, bersabar, bertaubat jika
bersalah, memahami sunatullah, bersyukur, tetap optimis, mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas maka kami menyarankan sebagai berikut:
Jangan berputus asa dan jangan bersedih dalam menghadapi ujian dan cobaan dalam hidupnya
karena Allah SWT akan mengangkat derajat hamba-Nya ke tempat yang lebih tinggi bagi hambaNya yang sabar dan bersyukur dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai