Anda di halaman 1dari 5

Kegagalan adalah Pengantar Menuju Sukses

Dalam suatu siang, seekor burung tekukur sedang berkeliling untuk mencari makan. Ia melihat
lahan pertanian yang sangat luas dan disana juga ada beberapa petani yang sedang memanen hasil
pertanian mereka. Burung tekukur itu merasa lapar dan dengan serius mencari tempat dimana ia akan
mencari makanan lebih lanjut dan tentu jauh dari manusia-manusia agar terhindar dari bahaya.

Nah kemudian ia akhirnya mendarat, namuan sayangnya ia tertipu karena ternyata ia masuk ke
dalam sebuah perangkap yang dibuat oleh sang petani. Perangkap yang dibuat sangatlah kuat menahan
burung tekukur di dalam sangkarnya. Sang burung pun akhirnya mengerahkan seluruh kekuatannya
untuk keluar dari perangkap tersebut. Apa daya, perangkap yang dibuat sangat kuat sehingga ia tak
berdaya untuk keluar dari perangkap tersebut.

Waktu demi waktu, siang hingga malam ia berusaha mengerahkan seluruh tenaganya untuk
keluar dan tidak sampai dilihat oleh manusia karena akan sangat-sangat membahayakan baginya. Ia
terus berusaha mengerahkan tenaga yang ia punya walaupun sebenarnya dalam keadaan yang sangat
lapar. Dengan mengerahkan segala kekuatan yang ia punya untuk lepas dari perangkap akhirnya ia
berhasil menembus perangkap yang dibuat oleh manusia. Betapa leganya ia dan segera mengepakkan
sayapnya dengan kencang dan terbang tinggi melebihi burung tekukur pada umumnya.

Ia kemudan terbang sangat tinggi bahkan burung tekukur lain tak bisa menjangkaunya. Saat ia
berhenti sejenak di sebuah pohon, burung tekukur lain menghampirinya. Burung lain pun kemudian
bertanya mengapa dia bisa terbang sebegitu tinggi dan dengan begitu cepat menyambar anak ayam di
darat bak burung elang. Dia pun menjawab saat bahwa dia sempat terperangkap dalam sebuah
perangkap manusia yang sangat kuat, dengan sekuat tenanga saya keluar, walaupun sangat melelahkan
saya terus mencoba untuk menembusnya, dan dengan kekuatan yang benar-benar penuh akhirnya saya
bisa bebas dan terbang setinggi-tingginya seperti apa yang dia lihat. Dia pun menambahkan bila saja
dirinya tidak sempat terjebak dalam sebuah perangkap mungkin saja dia tidak akan pernah tau bahwa
dia akan mampu terbang degan sangat begitu tinggi melebihi burung tekukur pada umunya. Saat kita
benar-benar menginginkan sesuatu terjadi sekalipun itu mimpi yang besar dan kita memiliki tekad dan
semangat yang kuat untuk meraih hal tersebut, kita pasti bisa mewujudkannya. Sang burung lain
tersebut kemudian terkesima dengan jawabannya lalu pergi meninggalkan Sang Burung Tekukur
tersebut.

Banyak orang yang menginginkan kesuksesan. Baik orang miskin hingga orang kaya. Namun tak
banyak dari mereka yang mengeluarkan usahanya 100% sehingga tak banyak yang menjadi sukses.
Katakan Bisa dan Kau Benar-Benar Bisa

Di sebuah sekolah menengah sedang dilakukan pemilihan atlet lari jarak pendek. Setelah
melalui beberapa tes, Deny terpilih menjadi atlet terpilih untuk mewakili sekolahnya berlomba di
kancah provinsi. Minggu depan adalah hari dimana Deny akan berlomba dan diantar oleh Guru
Olahraga sebagai pelatihnya.

Waktunya pun tiba, 30 menit sebelum perlombaan Deny sudah bersiap di tenda kelompok para
atlet. Saat itu terpancar keraguan, melihat banyak atlet-atlet terkenal yang akan ia ajak bertanding.
Beberapa dari mereka adalah juara di kelasnya dan pernah mewakili provinsi tersebut dalam Pekan
Olahraga Nasional. Karena ini adalah kali pertama Deny tampil di luar, ia merasasangat tertekan akan
tanggung jawabnya mewakili sekolahnya. Wajahnya semakin usang saat seorang atlet bertanya, “Baru
pertama kali ya? Tumben saya lihat.” Deny tak membalas hanya tersenyum kecil sambil menganguk.
Kata-kata itu biasa saja namun baginya sangat membuatnya tidak percaya diri. Ia kemudian merasa
tertekan karena takut bila kalah.

Melihat wajah Deny yang risau, sang pelatih mendekatinya. “Den, kamu tidak apa kan?
Mengapa wajahmu usang seperti itu?” Sembari mengajak jalan Deny ke arah belakang. “Pak, maaf saya
tidak siap. Saya tidak bisa melanjutkan lomba ini” jawab Deny sambil gugup. “Den, ini memang yang
pertama tapi Bapak yakin kamu bisa.” Tungkas sang pelatih. “Mereka semua profesional pak,
bagaimana saya bisa menang?” tanya Deny. “Den, kamu tidak boleh melihat kesana, lihat saja kedepan,
lihat garis finish, yakin kamu bisa finish pertama. Jangan remehkan dirimu sendiri, ini tanggung jawab
kamu pada dirimu, bukan pada saya, atau bahkan sekolah.” tungkas sang pelatih. “Tapi pak,” “ Den, liat
garis finish, jangan menoleh ke belakang, ke samping atau ke atas. Liat garis finish dan kamu akan
memang.” Wajah Deny berubah, wajahnya terlihat lebih cerah, “baik, Pak” jawab Deny lugas. Panggilan
untuk para atlet pun dilakukan dan mereka sudah bersiap di garis start tidak luput ada Deny saat itu.

Ia tak melihat lawan di sebelahnya, atau bahkan memperhatikan langit saat itu, matanya hanya
fokus kedepan dan melihat garis finish. Ketika pluit berbunyi ia berlari sekencang-kencangnya dan
alhasil dia finish pertama. Sebagai pendatang baru, semua mata terkesima dan Deny mendapatkan
gelar bergensi pertamanya.

Banyak dari kita yang terlalu memusingkan orang lain padahal ia tak perlu melakukan itu karena
akan menambah rumit kehidupannya. Fokus pada tujuan dan mengejar impian adalah sebuah tanggung
jawab pada diri sendiri bukan pada orang tua, atau bahkan orang lain yang hanya melihat dari luar
tanpa merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Karena hidup terlalu pendek untuk selalu mendengar
komentar orang lain dan membuat semua orang senang.
Segelas Jus Alpukat

Di sebuah restoran bintang lima, seorang kakek tua datang dengan baju yang lusuh dan sandal
jepit yang sudah lama. Ia kemudian menuju sebuah meja yang mewah, namun kemudian seorang
waiter mendatanginya. Seorang waiter itu pun bertanya apakah yakin sang kakek akan duduk disana
mengingat meja tersebut memiliki minimum pembelanjaan. Sang kakek tidak menjawab namun
menghentikan niatnya dan menuju sebuah meja kecil di pojok restoran tersebut. Nah sang waiter pun
membiarkan sang kakek dan tak menghiraukannya. Beberapa saat sang kakek duduk, tak satupun ada
yang menghampirinya. Sementara waiter dan waitress yang lain menyibukan diri dengan tamu lain atau
teman kolega kerjanya. Sang kakek kemudian melambaikan tangan, bahkan sudah kesekian kalinya.

Selang beberapa waktu, seorang waitress dengan ekspresi judes mendatangi kakek tersebut.
Sang kakek pun kemudian meminta segelas jus alpukat. “ Hanya itu pak?” sahut sang waitress dengan
judes. Sang kakek pun mengiyakan. Beberapa saat kemudian, jus alpukat datang dan sang kakek
langsung meminta bon dari jus tersebut. Setelah sang kakek menikmatinya. Ia menaruh uang 200 ribu
rupiah diatas bon tersebut. Padahal jus tersebut hanya 50 ribu rupiah. Sang kakek pun meninggalkan
restoran dan tersenyum kepada sang waitress saat berpapasan.

Mengetahui uang yang diberikan lebih, sang waitress berlari mengejar sang kakek. Sang kakek
pun kemudian berkata “Bawa saja kembaliannya, Nak.” Sang waitress pun terdiam dan termenung
melihat sang kakek berjalan meninggalkan restoran.

Jangan pernah meremehkan siapapun terlepas dari bagaimana mereka berpenampilan. Karena
di dunia ini siapapun bisa saja menjadi siapapun sesuka hati mereka. Lebih dari itu, penampilan tidak
bisa dijadikan sebuah patokan dalam menilai seseorang secara keseluruhan. Karena penampilan bisa
saja bohong namun kepribadian tidak akan bisa dibohongi.
Menerima Kenyataan dengan Tulus Ikhlas

Dalam suatu siang, Ibnu Abbas berbicara dengan sahabatnya. “Hei kawan, apakah kau mau
bertemu dengan seseorang yang kelak akan menemui surga?” Sang kawan pun menjawab dengan
senang hati, “mengapa tidak, mari saya ingin melihatnya.” Kemudian mereka berdua berangkat menuju
sebuah tempat di bagian barat dunia.

“Apa kau lihat wanita yang berkulit sawo matang dan berambut ikal itu?” tanya Ibnu kepada
kawannya. “Iya, saya melihatnya” sahut sang kawan. Ibnu melanjutkan “Iya sebenarnya sedang
menderita sakit keras dan tidak mendapatkan obatnya kecuali dengan bersabar.” “Oh ya?” Sahut sang
kawan.

“Dulu Rasul pernah bercerita padaku bahwa ia adalah wanita yang datang menemui Rasul
untuk meminta didoakan agar penyakitnya segera sembuh karena ia sungguh merasa tidak menjalani
hidup di dunia.” “Rasul pun membalas bila kau mampu bersabar, dan menerima penyakit itu kelak saat
kau meninggal, kau akan langsung masuk surga, namun bila kau mau aku bisa saja mendoakan agar
kamu bisa segera mendapakan kesembuhan.” Jelas Ibnu. Lalu sang kawan pun bertanya, “lantas apa
yang dilakukan wanita itu?”

Ibnu menjawab dengan nada santai, “wanita itu memilih untuk sabar dan menerima keadaan
penyakitnya.” Sang kawan pun terdiam dan berparas terharu

Cerita seorang wanita itu memberikan gambaran bahwa tidak semua masalah harus benar-
benar diselesaikan. Namun begitu kesabaran adalah kunci utamanya, entah akan diselesaikan sekarang
atau menunggu beberapa waktu sehingga masalah itu dapat ditangani. Menjadi sabar dan menerima
keadaan apa adanya kadang pilihan untuk menyelesaikan sebuah masalah daripada melakukan sebuah
perlawanan yang mungkin hasilnya akan sia-sia.
Kasih Hingga Hari Tua

Pada suatu siang, sebuah keluarga kecil berkunjung ke rumah masa kecil mereka melihat kakek
dan nenek. Sesampainya disana kedua cucunya ditinggalkan oleh kedua orang tuanya untuk urusan
penting di kampung halaman dengan beberapa kerabat lainnya. Sang cucu pun bercakap-cakap dengan
kakek dan neneknya karena telah lama tidak bertemu. Ia juga memasakan kakek dan neneknya sebuah
masakan enak yang biasa ia buat di rumah bersama keluarga kecilnya. Tibalah saat dia menghidangkan
makanan tersebut dan mereka duduk bersama dalam satu meja. Sang cucu pun mengutarakan sebuah
pertanyaan yang membuat suasana meja makan menjadi hening sejenak.

“Kek, nek, mengapa kalian selalu akur terus sampai saat ini?” tanya sang cucu dengan penuh
rasa ingin tau sembari memotong makanan di piringnya.

Sang kakek dan nenek pun terdiam saling memandang dan kemudian pelan-pelan tersenyum.

“Mungkin nenek akan menceritakannya padamu” sahut sang kakek pelan.

“Dulu kita pernah menonton sebuah acara di televisi, acara itu membahas tentang bagaimana
cara menjaga hubungan suami istri hingga hari tua. Nah kami menonton hingga selesai dan mencoba
melakukannya. Esok malam kami bersepakat untuk tidur terpisah. Kami masing-masing mencatat apa
kekurangan pasangan kami kemudian dibahas keesokan paginya.

Pagi itu tiba, setelah kami sarapan kami saling mengutarakan hal yang tidak disukai pada
pasangan kami. Nah nenek pertama kali menyebutkan apa saja yang nenek tidak sukai pada kakek. Ada
banyak sekali, bahkan dalam catatan ada hingga dua lembar. Banyak sekali. Kakek sampai tertawa
mengapa banyak sekali keburukannya dipandang oleh istrinya. Nah kemudian setelah selesai
membahas itu. Kakek pun kemudian mendapat gantinya.” Jelas sang nenek.

Dengan pelan setelah seruputan kopi kakek melanjutkan penjelasan nenek. “Saat itu kakek
membawa kertas banyak, tapi tak satupun berisi tulisan. Kakek hanya bilang, tak ada hal buruk padamu
yang aku liat dan tak ada satupun dari perilaku atau sikapmu yang ingin aku ubah, tetaplah menjadi
seperti ini.”

“Nenek saat itu merasa terharu, sebegitunya kakek menilai nenek walau nenek banyak tidak
suka pada dia. Sejak saat itulah tak pernah ada masalah yang begitu besar hingga membuat kami
bertengkar hebat dan menyebabkan perpisahan.” Tutup sang nenek.

Sang cucu pun terkesima hingga sempat menghentikan kunyahan makanannya dan terkesima
dengan cerita sang kakek dan nenek. Ia bahkan tak membalas sama sekali dan kemudian
menganggukan kepalanya sambil melanjutkan kunyahan makanannya.

Darisanalah kita belajar bahwa pentingnya saling menghargai untuk terus menjaga hubungan
suami istri. Apapun yang menjadi sikap dan perilaku sang suami dan istri baiknya saling dihargai dan bila
ada yang memang tidak sesuai atau tidak sewajarnya hendak dibicarakan dengan baik-baik. Karena
perpisahan hubungan hingga perceraian hanya akan membuat hubungan dan situasi rumah tangga
semakin tidak karuan dan menemui kebuntuan hingga mengorbankan hal lain dari anak hingga
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai