Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA BAJA

Disusun oleh:

Rifki Eksi Agustian (220541059) A

Dosen Pengampu:
Agus Afandi, S.T., M.T

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2022/202
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb

Alhamdullillah segala puji bagi Allah SWTyang maha kuasa ,maha


kasih dan maha penyayang kepada segenap makhluknya sehingga dengan rahmat
dan izinnya kami bisa menyelesaikan makalah ini

Shalawat dan salam kepada Rosullah SAW,teladan sepanjang zaman


yang telah membawa umat manusia kepada jalan yang benar.Penulisan makalah
ini bertujuan untuk menyelesaikan makalah prodi teknik sipil.Selain untuk
menyelesaikan makalah ini tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mempersentasekan materi ini dengan jelas dan dapat mudah di pahami.

Kami menyadari kemampuan kami sebagai mahasiswa yang


pengetahuannya masih belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam
penulisan makalah ini,bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan ada kritikdan saran yang positif agar
makalah ini menjadi baik dan berguna di masa depan.

Pangkalpinang, 27 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A.  Latar belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................2
A. Pengertian Sambungan...........................................................................2
B. Macam-Macam Sambungan...................................................................2
C. System Sambungan pada Pada Baja.......................................................2
D. System Sambungan Pada Las Dan Macamnya......................................9
E. Sambungan Paku Keling........................................................................18
BAB III PENUTUP..........................................................................................21
A. Kesimpula................................................................................................21
B. Saran .......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk mendapatkan
produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan beban statis dalam analisa
kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga harus sudah memperhitungkan beban
dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika perlu.
Analisa perambatan retak merupakan salah satu analisa kegagalan terhadap beban fatigue,
terutama pada struktur sambungan yang banyak digunakan untuk konstruksi dibidang kelautan dan
penerbangan. Dengan berkembangnya teknologi, jumlah angkutan udara di Indonesia semakin
meningkat, dari seluruh angkutan udara yang didominasi oleh pesawat terbang, penggunaan
sambungan pada struktur pesawat ini masih memegang peranan penting, terutama sambungan
keling banyak dijumpai dibagian perut (fuselage), sayap (wing) dan ekor (tail unit) dari pesawat
terbang. Beban dinamis yang terjadi pada fuselage paling kritis disebabkan adanya tabrakan
turbulensi campuran gas dengan partikel udara terhadap pesawat dan adanya perbedaan tekanan
udara di dalam kabin terhadap tekanan udara di luar kabin kapal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah  Pengertian dari sambungan
2.      Apa saja Macam-macam sambungan
3.      Apa saja  System sambungan baut pada baja
4.      Apa saja  System sambungan las dan macamnya

C.    Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian sambungan
2.      Mengetahui Macam-macam sambungan
3.      Mengetahui  System sambungan baut pada baja
4.      Mengetahui  System sambungan las dan macamnya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam
bagian. Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke
suku bagian yang lain diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang
diperlukan rivet, struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet.
Pangaruh adanya lubang rivet menimbulkan konsentrasi tegangan yang
menurunkan kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak pada pesawat terbang banyak
terlihat justru pada bagian sambungan keling ini, banyak ditemukan retak
“Multiple Site Damage” (MSD) yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya retak-
retak yang berasal dari lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.

B.     Macam-Macam Sambungan:
1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara
merusaknya, contoh:sambungan keeling dan sambungan las.
2)  Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita
bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,

C.    System Sambungan pada Pada Baja


Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 -
1729 – 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK
BANGUNAN GEDUNG adalah baut yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-
81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI (0541-89-A, 0571-89-A, dan
0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.

Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun


baut A490 merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki

2
mur segi enam tebal yang diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu
mukanya. Bagian berulir baut dengan kepala segienam lebih pendek dari pada
baut standar yang lain; keadaan ini memperkecil kemungkinan adanya ulir pada
tangkai baut yang memerlukan kekuatan maksimumnya.

a) Beban Leleh dan Penarikan Baut

Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya
pratarik (pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan
tidak menimbulkan deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut
menunjukkan kelakuan tegangan-regangan (beban-deformasi) yang tidak
memiliki titik leleh yang jelas. Sebagai pengganti tegangan leleh, istilah beban
leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan untuk baut. Beban leleh adalah
beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh yang
ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan
0,5% akibat beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-
masing minimal sekitar 70% dan 80% dari kekuatan tarik maksimumnya.

Jenis Sambungan Baja

 Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan


serta sambungan yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet)
dan baut. Baut kekuatan tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan
paku keling sebagai alat utama dalam sambungan struktural yang tidak dilas.
a. Baut kekuatan tinggi
Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM
sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan
digunakan dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek
dari pada baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).
 Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas
dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang

3
tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat
dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793
sampai 896 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-kadang
digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga
untuk baut angkur serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan tinggi
berkisar antara 1/2 dan 1 1/2 inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling
sering digunakan pada konstruksi gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang
ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan
tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit
(klem/clamping force) pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja
yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan (friksi) pada
potongan yang disambung. Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat
direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan gelincir (slip) yang
tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan
gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan. 

b.   Paku keeling
 Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang,
tetapi beberapa tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keling
dibuat dari baja batangan dan memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu
ujungnya. Baja paku keling adalah baja karbon sedang dengan identifikasi ASTM
A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2 (Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta
kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan baja batangan.
Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga
warnanya menjadi merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam
lubang, dan kepalanya ditekan sambil mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk
kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai (shank) paku keling mengisi
lubang (tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh, sehingga
menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan

4
paku keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat
diperhitungkan dalam perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada
keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit tidak terjadi karena paku tidak
menyusut setelah dipasang

c. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM
A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu
menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang
dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang
ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan (platform), gording, rusuk
dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat
statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan
yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang
tidak dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta
kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar.

d. Baut Sekrup (Turned Bolt)


 Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari
bahan berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila
dibandingkan baut hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan
memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor, seperti pada bagian
konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa hingga penembakan paku
keling yang baik sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam
mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat.
Saat itu baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena
baut kekuatan tinggi lebih baik dan lebih murah.

e. Baut Bersirip (Ribbed Bolt)


Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan
tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai

5
sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut
bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut
tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang
sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama
bermanfaat pada sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang
mengalami tegangan berganti (bolak-balik).
 Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi
(interference-body bolt.) yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti
sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya.
Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang
disebut baut bersirip terputus (interrupted-rib). Baut bersirip sukar dipasang pada
sambungan yang terdiri dari beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325
dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang
melalui sejumlah plat; namun, baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut
yang harus mencengkram erat pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan
mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti yang umumnya dilakukan pada baut
A325 biasa yang polos

b) Teknik Pemasangan
Tiga teknik yang umum untuk memperoleh pratarik yang
dibutuhkanadalah metode kunci yang dikalibrasi (calibrated wrench), metode
putaranmur (turn-of the nut), dan metode indikator tarikan langsung (direct
tensionindicator). Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan kunci
puntirmanual (kunci Inggris) atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti
padaharga puntir yang ditetapkan. Secara umum, masing-masing proses
pemasangan memerlukan minimum 2 1/4 putaran dari titik erat untukmematahkan
baut. Bila metoda putaran mur digunakan dan baut ditariksecara bertahap dengan
kelipatan 1/8 putaran, baut biasanya akan patahsetelah empat putaran dari titik
erat. Metode putaran mur merupakanmetode yang termurah, lebih handal, dan
umumnya lebih disukai. Metode ketiga yang paling baru untuk menarik baut
adalah metodeindikator tarikan langsung. Alat yang dipakai adalah cincin

6
pengencangdengan sejumlah tonjolan pada salah satu mukanya. Cincin
dimasukkan dantara kepalabaut dan bahan yang digenggam, dengan bagian
tonjolanmenumpu pada sisi bawah kepala baut sehingga terdapat celah
akibattonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan-tonjolan
tertekandan memendek sehingga celahnya mengecil. Tarikan baut
ditentukandengan mengukur lebar celah yang ada.

c) Perancangan Sambungan Baut

Sambungan-sambungan yang dibuat dengan baut tegangan tinggi


digolongkan menjadi: 

1) Jenis sambungan gesekan 


2) Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut termasuk dalam bidang
geseran
3) Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam
bidang geseran

Sambungan-sambungan baut (tipe N atau X) atau paku keling bisa


mengalami keruntuhan dalam empat cara yang berbeda. 

Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu


atau lebih lubang-lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik

Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja
di belakang alat-alat penyaambung akan meleteh akibat geseran

Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya


geseran
Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak
dapat menahan gaya-gaya yang disalurkan oleh alat-alat penyambung
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun
batang-batang yang disambung harus direncanakan supaya dapat mengatasi

7
keempat jenis keruntuhan yang dikemukakan di atas. 
Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagian-bagian yang
disambung, bagian-bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga
tegangan tarik yang bekerja pada penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan
yang bekerja pada penampang etektif netto lebih kecil dari 0,5 F .
Kedua, untuk mencegah robeknya baja yang terletak di belakang alat
penyambung, maka jarak minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi
batang dalam arah yang sarna dengan arah gaya tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t .
Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh alat penyambung, dan t adalah tebal kritis
dari bagian yang disambung. 
Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran,
maka jumlah alat penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya
dapat membatasi tegangan geser maksimum yang terjadi pada bagian alat
penyambung yang kritis. 
Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung
akibat penyaluran gaya dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan
jumlah minimum alat penyarnbung yang dapat mencegah terjadinya kehancuran
tersebut.

Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB)


1.      Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi
karena pengencangan awal.
2.      Gaya tersebut dinamakan proof load.
3.      Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu tinggi
hingga taraf gaya tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini
baik untuk gaya bolak-balik.
4.      Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe
tumpu.
5.      Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan dan
diikuti dengan setengah putaran setelah kencang tangan. Atau menggunakan
kunci torsi yang telah dikalibrasi sehingga menghasilkan setengah putaran
setelah kencang tangan

8
6.      Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci
dan 7/8 inci.
7.      Diamter yang paling sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8
inci dan 1 inci
8.      Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling.

D.    System Sambungan Pada Las Dan Macamnya

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan


energi panas. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta
mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga
mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika
dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional
pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung
logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang
disambung ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik
dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya
resistensi listrik. Sambungan las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok
sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi
listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat
tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø  Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik.
Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni,
elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam
keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan pelat yang akan disambung.

9
Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya
pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.

Ø  Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)


Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik,
tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda
yang dapat berputar sesuai dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki
o Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif
diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang
ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi dari titik lebur bahan dasar
dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat dicapai pada proses
pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang
mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi
logam lasan.
          Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk
adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda
diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama yaitu mild steel, hight carbon steel,
special alloy steel, cast iron dan non ferrous. Rentangan terbesar dari pengelasan
busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).
o Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas
C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencair logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan
gas-gas asetilen, propan atau hidrogen. Diantara ketiga bahan bakar ini yang
paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan
sebagai las oksi-asetilen.
o Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah
satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari
pengelasan secara manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro

10
(alumunium, magnesium kuningan dan lain-lain, baja spesial (Stainless steel) dan
logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak
menggunakan proses elektroda sekali habis (non consumable electrode).
Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau
1664,8 0C dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi
udara luar terhadap cairan logam yang dilas.
o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya
diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja
dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari nozzle bersamasama dengan gas
pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang
yang bertemu di sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang
tersedia untuk pengelasan, dan biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las
terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang
banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan sebidang (butt),
lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung
plat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis
sambungan ini ialah menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan
lewatan tunggal seperti dalam Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan
las tumpul penetrasi sempurna (full penetration groove weld), sambungan
sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya lebih estetis
dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan
disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan)
dan dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat
dilakukan, dan potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara
teliti. Akibatnya, kebanyakan sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat
mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

11
2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling
umum. Sambungan ini mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan
ketepatan dalam pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain.
Potongan tersebut dapat digeser untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam
pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan
persiapan khusus dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran.
Sambungan lewatan menggunakan las sudut sehingga sesuai baik untuk
pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang akan disambung
dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang
khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan
beberapa baut pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah
dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk
menyambung plat yang tebalnya berlainan.

3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-
up) seperti profil T, profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau
penguat samping (bearing stiffener), penggantung, konsol (bracket). Umumnya
potongan yang disambung membentuk sudut tegak lurus seperti pada Gambar
6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan penampang
yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las
tumpul.
4) Sambungan Sudut

12
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk
boks segi empat seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul
momen puntir yang besar.

5) Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai
untuk menjaga agar dua atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk
mempertahankan kesejajaran (alignment) awal.
Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan
kombinasi kelima jenis sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena
biasanya terdapat lebih dari satu cara untuk menyambung sebuah batang struktural
dengan lainnya, perencana harus dapat memilih sambungan (atau kombinasi
sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a .Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan
menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
b.  Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c.  Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d. Dengan   las  berat   sambungan   hanya   berkisar   1  –  1,5%   dari  berat
konstruksi,sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat
konstruksi.
e .Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang
pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan
sebagainya ).
f .Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga
kekuatannya utuh.
Kerugian Sambungan Las
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika
pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika

13
pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak
baik   bahkan   membahayakan   dan   dapat   berakibat   fatal. 
 Salah   satu
sambungan  las  cacat  lambat  laun  akan  merembet  rusaknya  sambungan
yang  lain  dan  akhirnya   bangunan   dapat  runtuh   yang  menyebabkan kerugian
materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk
konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia
tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b.  Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

 SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)

1 Pengertian
Sambungan  ulir  adalah  sambungan  yang  menggunakan  kontruksi  ulir
untuk   mengikat   dua   atau   lebih   komponen   permesinan.   Sambungan   Ulir
merupakan jenis dari sambungan semi permanent (dapat dibongkar pasang).
Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni Baut (Inggris=Bolt, yakni yang
memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang memiliki ulir di
bagian dalam).
2  Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang)
sambungan ulir memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾   Digunakanu   untuk   bagian   mesin   yang   memerlukan   sambungan   dan
pelepasan tanpa merusak bagian mesin perawatan. ¾   Untuk memegang dan
penyesuaian dalam perakitan atau
3   Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau   dari   sisi   teknik   sambungan   ulir   memiliki   keuntungan   da
n kerugian sebagai berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir
1 . Mempunyai  reliabilitas (kehandalan)  tinggi  dalam operasi.
2 .  Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.

14
3.  Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa
kondisi operasi.
4 . Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

Kerugian Sambungan Ulir


1   Konsentrasi  tegangan  yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan
berbagai kondisi beban.
Nomenklatur Ulir
•      Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup.
Sekrup dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau
diameter nominal.
•      Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai
core atau diameter root
•      Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut
dan mur.
•      Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang
ditempuh ulir dalam satu kali putaran.
Bentuk Ulir
a.  British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero dan
automobile
b.  British Association (BA) threat
Mata  Ulir berbentuk  segitiga  dengan  puncak  tumpul   Aplikasi  : Untuk
mengulir pekerjaan yang presisi.
c.  Square threat

15
Mata  Ulir  berbentuk  Segiempat.  Aplikasi  :  power  transmisi,  machine
tools, valves, screw jacks.
d.  Acme threat
Mata  Ulir  berbentuk  Trapesium  Aplikasi  :  cutting  lathe,  brass  valves,
bench vices

e.  Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.


Aplikasi  :  digunakan  untuk  tugas  berat,  railway  carriage  couplings,
hydrant,  dll,
f.  Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan  daya pada satu arah,
bench vices.
g.  Metric threat
Aplikasi : general purpose
1.      Tegangan internal akibat gaya pengencangan
2.      Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
3.      Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
4.      Tegangan geser pada ulir.
5.      Tegangan tekan pada ulir.
6.      Tegangan   tekuk,   jika   permukaan   dibawah   kepala   baut/screw tidak
dalam posisi sempurna thd sumbu baut.

Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi
tiga, persegi, trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi
gergaji, pada umumnya dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir
bulat dipakai untuk menghindari kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang
paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan
inch, dan menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :

16
1.      seri ulir kasar metris
2.      seri ulir kasar UNG
3.      seri ulir lembut simetris
4.      seri ulir lembut UNF

 Kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif
( diameter dimana tebal profil dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan
diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran tersebut dinyatakan dengan diameter
efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas
3A, 2A, dan 1A, untuk ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan
dalam standar amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan
kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir
dalam dari Lubang yang panjang.
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti
diperlihatkan dalam Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel
tersebut adalah sbb : angka sebelah kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum
kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk
mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi
enam , dan kepala persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut

17
penjepit , baut untuk pemakaian khusus , sekrup mesin sekrup penetap , dan mur,
seperti diuraikan dibawah ini :
a.       Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana
jepitan diketatkan dengan sebua mur
b.      Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir
yang ditapkan pada salah satu bagian .
c.       baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua
ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu
bagian yang mempunyai lubang berulir, dan jepitan diketatkan dengan sebuah
mur.

E.      Sambungan Paku Keling


Paku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana.
sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki,
kapal  Dan pesawat terbang. Penggunaan metode penyambungan dengan paku
keling ini juga sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium.
Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat-
pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk
kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai
kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit
untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada
batang paku kelingnya.
*  Bagian utama paku keling adalah :
1.      Kepala
2.      Badan
3.     Ekor
4.      Kepala lepas
*  Bahan paku keeling
Yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga
tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

18
Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper
(+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll

 Penggunaan Paku Keling


Pemakaian paku keling ini digunakan untuk :
Ø  Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler ( boiler,  tangki dan pipa-
pipa tekanan tinggi ).

Ø  Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).


Ø  Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-
pipa tekanan).
Ø  Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang,
kapal).
 Keuntungan Dan Kelemahan
a.       Keuntungan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan las mempunyai
keuntungan yaitu :
*  Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu
banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.
*  Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
*  Pemeriksaannya lebih mudah
*  Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku keling
tersebut
b.      Kelemahan
* Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang
paku kelingnya di samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi
selama paku keling dipasang. Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan

19
dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa dengan peledak (dinamit)
khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
* Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua
komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan
rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika, dll
            

Sambungan Pasak dan pena


Macam-macam pasak dan pena :.
a. Pasak memanjang
1.  Pasak penampang bujursangkar
2.  Pasak penampang perssegi panjang
3.  Pasak tirus tanpa kepala
4.  Pasak dengan kepala
5.  Pasak tembereng
6.  Pasak bulat
7.  Pasak gigi
b. Pasak melintang dan pen
1. Pasak tirus : tirus satu sisi dan tirus dua sisi
2. Pasak silinder tirus : tirus selalu memanjang, tirus dengan ujung berulir
3. Pen silinder lurus : tanpa kepala, dengan kepala, silinder belah
4. Pen dengan dengan alur gurat taktik
Fungsi sambungan pasak dan pena :
Pasak dan pena digunakan untuk menyambung dua bagian batang
atau  penampang roda, roda gigi, roda rantai, dan lain-lain pada poros sehingga
terjamin tidak berputar pada poros

20
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan
menggunakan suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat
dilepas dengan cara merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang
dapat kita lepas dan dapat kita bongkar  tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan
dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kepada para pembaca atau  makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah dapat
tersusun dengan baik dan sempurna.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi           Baja I


Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group
Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung    Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan
STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3/  Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
buku ajar diktat elemen mesin 1oleh: Drs. Lagiyono, MPd, MT

22

Anda mungkin juga menyukai