Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH STRUKTUR RANGKA BAJA

“DESAIN OF STEEL BEAMS FOR SHEAR AND TORSION”

DISUSUN OLEH :
ABD RAHMAN FIRDAUS
AYU TRI REZEKI
M. IHWANDI
MIYANDA
YOSI KHAIRUNNISA

DOSEN PEMBIMBING
Endy Sudeska, ST., MT

PRODI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terimakasih juga saya ucapkan
kepada dosen pembimbing bapak Endy Sudeska, ST., MTyang turut yang telah membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di
tentukan .Terimakasih juga kepada teman-teman yang turut andil dan bekerja sama dalam
terselesainya makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa penulis haturkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiama kelak. Makalah ini kami
buat dalam rangka untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai Design of Steel
Beams for Shear and Torsion harapan agar mahasiswa bisa lebih memperdalam pengetahuan
Design of Steel Beams for Shear and Torsion.
Dengan segala keterbatasan yang ada penulis telah berusaha dengan segala daya dan
upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan Saranya ,penulis ucapkan
terimakasih.

Tembilahan, Mei 2022

KELOMPOK 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Desain pada Badan Balok....................................................................2
1. Geser pada Badan Balok................................................................2
a. Hasil Web................................................................................3
2. Geser Sumbu leleh.........................................................................5
3. Geser Membujur pada ruas terbangun...........................................5
a. Geser Blok...............................................................................7
b. Kekuatan Geser Blok untuk Sambungan Baut........................8
c. Kekuatan Geser Blok untuk Sambungan Las..........................8
d. Kuat Geser Blok untuk Balok Coped......................................7
4. Web Local Yielding.....................................................................10
5. Web Yielding at Support.............................................................12
6. Hasil Web di Girder Interior........................................................14
7. Melumpuhkan Web.....................................................................15
B. Desain untuk Torsi.............................................................................19
1. Torsi dibagian tertutup.................................................................19
2. Torsi dibagian terbuka.................................................................19
3. Kekuatan sfesifikasi.....................................................................21
4. Putaran HSS mengalami Torsi.....................................................21
5. Rectanguler HSS tunduk pada Torsi............................................22
6. Bentuk W tunduk pada Torsi.......................................................25

BAB III PENUTUP


a. Kesimpulan........................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiridari besi.
Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yangmenyebabkan
tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran,sehingga membentuk
baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi
Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiridari besi.
Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yangmenyebabkan
tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses pembakaran,sehingga membentuk
baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi
1. Kekuatan tinggi
Kekuatan baja bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan leleh fy atau kekuatan tarik
fu. Mengingat baja mempunyai kekuatan volume lebih tinggi dibandingdengan
bahan lain, hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja bisa
mempunyai beban mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih panjang,sehingga
struktur lebih ringan dan efektif
2. Kemudahan pemasangan
Komponen-komponen baja biasanya mempunyai bentuk standar serta
mudahdiperoleh dimana saja, sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan
dilapanganadalah pemasangan bagian-bagian yang telah disiapkan.
3. Daktilitas
Daktilitas adalah sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besardibawah
pengaruh tegangan tarik tanpa hancur atau putus. Daktilitas mampumencegah
robohnya bangunan secara tiba-tiba
Terlepas dari semua kekurangan dan kelebihannya, baja struktur sangatcocok
digunakan pada elemen – elemen truss, seperti kuda – kuda atap, menaraantena, maupun
struktur jembatan truss.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendesign Geser dan Torsi pada Baja Balok
2. Apa itu Geser dan Torsi pada Baja Balok

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara Mendesign Geser Dan Torsi pada Baja Balok yang telah
di rumuskan
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Geser dan Torsi pada Baja Balok serta
mengetahui fungsi dari Geser dan Torsi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desain Balok Baja Geser dan Torsi


Muatan yang diterapkan pada sebuah balok menghasilkan gaya geser V pada balok.
Asalkan bahwa tekanan yang dihasilkan dalam balok berada dalam batas elastis, stres
yang digeser yang dihasilkan pada tingkat tertentu di bagian silang serong anggota
diberikan melalui ungkapan tersebut
f τ =VQ /¿
Dimana
V= menerapkan kekuatan shear pada bagian itu
Q= statical saat daerah, di atas tingkat dipertimbangkan, tentang sumbu netral
bagian
I= inersia
t = lebar bagian pada tingkat dipertimbangkan

1. Geser pada badan Balok


Kapasitas geser nominal dari bentuk-W dengan badan tanpa pengaku bergantung
pada kerampingan badan, dan parameter kerampingan badan didefinisikan sebagai

λ=h /t w

di mana h adalah jarak bersih antara sayap dikurangi radius sudut pada setiap sayap,
untuk bentuk gulungan atau jarak bersih antara sayap, untuk bagian yang dilas
terpasang.

Ketika parameter kelangsingan web balok meningkat, kegagalan web terjadi oleh:
• Hasil plastis dari jaring dalam balok dengan jaring kompak
• Tekuk badan tidak elastis dari badan pada balok dengan badan tidak kompak
• Tekuk badan elastis badan pada balok dengan badan ramping
Hubungan antara kekuatan geser nominal dan kelangsingan badan ditunjukkan pada
fig 5.2

2
a. Hasil Web
(i) λ ≤ λ p
Kapasitas geser nominal maksimum dari bentuk-I yang digulung adalah V u=V . Seperti
p

ditunjukkan pada Gambar. 5.2 saat parameter kelangsingan badan meningkat


melebihi 2, kapasitas geser nominal menurun. Ketika λ p tidak melebihi A plastisitas
penuh badan dimungkinkan dan parameter kelangsingan pembatas untuk keadaan
batas leleh badan diberikan oleh American Institute of Steel Construction, Spesifikasi
untuk Bangunan Baja Struktural (AISC 360) Persamaan. (G2-3) sebagai

k υ E 0.5
λ p=1.10( )
Fy

di mana k = 5... untuk jaring tanpa pengaku dengan λ <260 maka,


E 0.5
λ p=2.46 .. untuk jaring tanpa pengaku dengan < 260
Fy
Kekuatan geser nominal diberikan oleh AISC 360 Persamaan. (G2-1) sebagai

V n=V p

Dimana 0.6F = kuat luluh geser baja


A = dt
d = kedalaman keseluruhan balok
t w= ketebalan
C = koefisien geser badan yang memperhitungkan pengaruh tekuk
pada kekuatan geser
= 1,0... untuk 2.46(E/ F y ¿ 0.5

Kecuali M12,5 x 12.4, M12.5 x 11.6, M12 x 11.8, M12 x 10.8, M12 x 10, M10x8,
dan M10x7.5, semua bentuk W-, S-, M-, dan HP dengan tegangan leleh 50 ksi
memenuhi kriteria tersebut.

3
E 0.5
(ii) λ ≤ 2.24( )
Fy
Seperti yang ditentukan dalam AISC 360 Detik. G2.1(a), kriteria berikut berlaku
untuk badan tanpa pengaku dengan parameter batas kelangsingan

E 0.5
h /t w ≤2.24 ( )
Fy

LRFD ASD
Faktor hambatan geser adalah Factor keaman untuk geser adalah
φ v =1,0 Ω v =1,5
Dari AISC 360 persamaan (G2-1) kuat Dari AISC 360 persamaan (G2-1) kuat
geser nominal adalah geser nominal adalah
V n=0,6 F y A w V n=0,6 F y A w
Kuat geser rencana adalah Kuat geser yang diijinkan adalah
φ u V n =0,6 F y A w V n Ωv =0,6 F y A w /1.5
¿ 0,6 F y A w ¿ 0,4 F y A w
Manual AISC tebel 3-2 memberikan nilai Manual AISC tebel 3-2 memberikan nilai
φ u V n untuk bentuk -W dengan tegangan φ u V n untuk bentuk -W dengan tegangan
leleh 50 ksi leleh 50 ksi

Dengan pengecualian W44 x 230, W40 x 149, W36 x 135, W33 x 118, W30 x 90,
W24 x 55, W16 x 26, dan W12 x 14, semua bentuk W-, S-, dan HP dengan tegangan
leleh 50 ksi memenuhi kriteria tersebut.

E 0.5 E
(iii) 2.24 ( ) ≤ λ ≤ 2.46( ) 0.5
Fy Fy
Seperti yang ditentukan dalam AISC 360 Detik. G1. dan Sek. G2.1 (b), kriteria
berikut berlaku untuk badan pelat tanpa pengaku dari semua bentuk simetri ganda
lainnya dan bentuk serta saluran simetris tunggal dengan parameter kelangsingan

E 0.5 E 0.5
2.24 ( ) ≤ λ ≤ 2.46( )
Fy Fy

LRFD ASD

Faktor Hambatan geser adalah Factor keamana untuk geser adalah


φ v =0,9 Ω v =1,67
Dari AISC 360 persamaan (G2-1) kuat Dari AISC 360 persamaan (G2-1) kuat
geser nominal adalah geser nominal adalah
V n=0,6 F y A w V n=0,6 F y A w
Kuat geser rencana adalah Kuat geser yang diijinkan adalah

4
φ v V n =0,9 x 0,6 F y A w Ω v V n=0,6 F y A w /1.67
¿ 0,54 F y A w ¿ 0,36 F y A w
Manual AISC tebel 3-2 memberikan Manual AISC tebel 3-2 memberikan
nilai φ u V n untuk bentuk -W dengan nilai φ u V n untuk bentuk -W dengan
tegangan leleh 50 ksi tegangan leleh 50 ksi

Contoh 5.2
Balok W16 x 89, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara sederhana pada
bentang 20 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi merata sebesar w=2
kips/ft, yang mencakup berat sendiri balok, dan beban hidup terdistribusi merata w l =
6,0 kips/ft. Balok dibreising secara lateral pada tumpuan dan pada titik ketiga
bentang. Tentukan apakah balok cukup untuk geser.Dari AISC Manual Tabel 1-1,
properti dari W16 x 89 adalah

d = 16,8 inci

t w=0,525 inci
h
=27,0
tw

2.24
( )
E
Fy
0.5
=2.24 (29.000/50)
0.5

¿ 53,95
> 27.0... maka, φ = 1.0 dan Ω = 1.5
V = geser nominal
= 0.6 F y A w
= 0,6 x 50 × 16,8 x 0,525
= 264 kips

2. Geser Sumbu Lemah


Untuk bentuk simetri tunggal dan ganda yang dibebani pada sumbu lemah, sayap
komponen struktur bertindak sebagai penampang persegi dalam menahan gaya geser.
Distribusi tegangan geser pada penampang persegi ditunjukkan pada Gambar 5.3.
Tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral penampang dan dapat ditentukan
dengan menerapkan persamaan

fv = VQ / td

di mana momen statik Q dari luas persegi panjang di atas sumbu netral tentang sumbu
netral = (ld/2) x d/4
= td2/8
I =- momen inersia persegi panjang
= td3/12
T = lebar persegi panjang pada sumbu netral
Fv = V(td/8)/(td/12)

5
= 1.5V/td
Tegangan geser rata-rata pada kedalaman persegi panjang adalah fr=V/td

Oleh karena itu, tegangan geser maksimum pada persegi panjang adalah 1,5 kali
tegangan geser rata-rata. Sesuai dengan AISC 360 Sec G7, kekuatan geser nominal
bentuk simetris tunggal dan ganda yang dibebani pada sumbu lemah dapat ditentukan
dengan menggunakan AISC 360 Persamaan. (G2-1) dan AISC 360 Detik. G21(b)
dengan kv=1.2 dan Aw= bf tf untuk setiap sayap. Semua bentuk W-, S-, M-, dan HP
dengan tegangan leleh 50 ksi gagal dengan keadaan batas leleh dengan C-1.0. Faktor
hambatannya adalah φ r = 0,9 dan faktor keamanannya adalah Ωv=1,67.

3. Geser Membujur pada Ruas Terbangun


Seperti ditunjukkan pada Gambar 5.4a, pelat dapat ditambahkan ke komponen struktur
yang digulung untuk memperkuat komponen struktur tersebut. Juga, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. 5.4b, gelagar landasan pacu derek overhead sering kali
terdiri dari bagian yang dibangun yang terdiri dari bentuk-W dan saluran seperti yang
dirinci oleh Fisher.' Selain itu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.4c, gelagar

badan pelat dibangun dari pelat individu untuk memberikan kekuatan lentur komponen
struktur yang lebih besar daripada penampang canai yang tersedia. Untuk menentukan
kekuatan las yang diperlukan untuk menyambung bersama-sama bagian-bagian
individu dari bagian yang dibangun, perlu untuk menghitung geser memanjang pada
antarmuka bagian-bagian tersebut.

Geser pada antarmuka diberikan oleh

v= VQ / I
Di mana
V = menerapkan gaya geser pada penampang
Q = momen statik dari luas bagian di atas antarmuka terhadap netral sumbu bagian
bangun
I = momen inersia bagian bangun

Contoh 5.6. Geser Membujur


Gelagar terpasang yang ditunjukkan pada Gambar 5.4a terdiri dari W10x 88 dengan
pelat 12-x ¼-dalam tempat yang dilas ke flens atas. Geser pada tumpuan ujung terdiri

6
dari geser akibat beban mati sebesar V-10 kips, yang meliputi berat balok, dan geser
akibat beban hidup Vl-30 kaps. Tentukan geser memanjang

di antarmuka Properti yang relevan dari W10 x 88 adalah


Aw = area
= 25,9 inci2
D = kedalaman
=108 inci
I = momen inersia
=534 inci

Sifat-sifat pelat 12-x1/4-10 adalah


Ap = area
= 3 inci
Ip = momen inersia
= 0.016 in 4

Property bagian built up diperoleh yang ditunjukan pada table 5.1

bagia A Y I Ay Ay
n
piring 3.0 10.925 0 32.8 358
balok 25.9 5.400 534 139.9 755
total 28.9 534 172.7 1113

Ketinggian titik pusat bagian bangun adalah


y1= ∑Ay / ∑A
= 172.7 /28.9
=5.98 inci
Momen inersia bagian bangun adalah
I =∑I + ∑A (y-y1)2
= 534+ 3x 4.9452 + 25.9 x 0.582
= 616 inci4
Q = momen statis dari luas pelat terhadap sumbu netral dari bagian bangun
= Ap (y -y1 )
= 3 (10.925 – 5.98 )
= 14.84 inci3

a. Geser Blok
Kegagalan geser balok dalam suatu sambungan melibatkan komponen geser dan
tegangan, dan ditentukan dalam AISC 360 Detik. J4.3. Penerapan ketentuan AISC
dicakup oleh Geschwindner dan Epstein dan Aleksiewicz. Dalam hubungan apapun,
beberapa mode kegagalan geser blok yang berbeda mungkin terjadi. Sambungan baut
dari tegangan.

7
anggota ke pelat buhul ditunjukkan pada Gambar. 5.5a dan tiga kemungkinan
mode kegagalan geser blok ditunjukkan pada Gambar. 5.5b, c, dan d. Setiap mode
melibatkan keruntuhan geser di sepanjang bidang yang sejajar dengan gaya yang
diterapkan dan keruntuhan tarik di sepanjang bidang yang tegak lurus terhadap gaya
yang diterapkan. Kegagalan dapat terjadi baik pada batang tarik, seperti pada mode (b)
dan (c), atau pelat buhul, seperti pada mode (d). Jalur kegagalan ditentukan oleh garis
tengah lubang baut dan geser baut tidak terjadi.
b. Kekuatan Geser Blok untuk Sambungan Baut
Kekuatan nominal geser balok total adalah jumlah dari kekuatan daerah tarik dan
luas geser. Keruntuhan tarik terjadi dengan pecahnya daerah tegangan netto.
Kegagalan geser kemudian terjadi baik oleh keruntuhan di daerah geser bersih atau
oleh leleh geser di daerah geser kotor dan nilai minimum yang berlaku. Kekuatan
pecah nominal dalam tegangan diberikan oleh

Pn=Ubs F u Ant
Kekuatan pecah nominal dalam geser diberikan oleh
Vn=0.6Fn Anv
Kekuatan luluh nominal dalam geser diberikan oleh
Vn = 0.6Fy Anv
di mana
Anv = Luas geser Anet Luas tegangan netto
Ant = luas geser kotor
Agv= tegangan luluh minimum yang ditentukan
Fy= kekuatan tarik minimum yang ditentukan
Fu= Koefisien reduksi
Ubs= untuk tegangan tarik
=1.0 untuk tegangan tarik seragam
=0,5 untuk tegangan tarik yang tidak seragam

c. Kekuatan Geser Blok untuk Sambungan Las

8
Seperti ditunjukkan pada gambar 5.6, blok geser juga dapat terjadi pada
sambungan las. Untuk situasi ini, area bersih tidak dapat diterapkan dan AISC
persamaan (J4-5) dikurangi menjadi

Rn = 0.6 F y A gv + U bs F u A ¿

Contoh 5.8. Blok Geser , sambungan Dilas


Tentukan kuat geser balok pelat 1/2-in, yang ditunjukkan pada gambar 5.6, yaitu
yang memiliki tegangan leleh 36 ks dan kuat tarik 58 ksi. Sudutnya adalah 2 x 2 x ½
in dan berdimensi L = 4 in.
Tegangan tarik seragam dan
U bs = 1.0
Dari gambar 5.6, luas geser kotor adalah
A gv = 2 x 4 x 0.5
= 4 ¿2
Dari gambar 5.6, luas tegangan bruto adalah

A¿ = 2 x 0.5
= 1.0 ¿2
Kekuatan luluh dalam geser diberikan oleh

0.6 F y A gv = 0.6 x 36 x 4
= 86 kips

Kekuatan pecah dalam ketegangan diberikan oleh

U bs F u A ¿ = 1.0 x 58 x 10
= 58 kips
Kuat nominal geser balok adalah

Rn = 0.6 F y A gv + U bs F u A ¿)
= 86 + 58
= 144 kips

LRFD ASD

9
The resistance factor for block shear is The safety factor for block shear is
φ = 0.75 Ω = 2.0
The design shear strength is The allowable block shear strength is
φ Rn = 0.75 x 144 Rn /Ω = 144/2.0
= 108 kips = 72 kips

d. Kuat geser Blok untuk Balok Coped


Sambungan balok ke gelagar biasanya dibuat dengan sayap atas ditahan di
ketinggian yang sama, seperti yang dilakukan pada gambar. 5.7. Hal ini memerlukan
penanganan flense atas balok seperti yang diilustrasikan Badan. dari balok-balok yang
diatasi kemudian mengalami kegagalan geser blok.
Gambar 5.8a menunjukkan balok kopel ditipikal dengan tab geser yang dibaut.
Dua kongfiguransi ditunjukkan pada (b) dan (c). dalam kasus (b), satu baris baut
digunakan untuk menghubungkan tab geser ke badan balok. Hal ini menghasilkan
distribusi tegangan yang seragam pada bidang tarik dan koefisien reduksi adalah U bs =
1.0. dalam kasus (c), garis baut yang paling dekat dengan ujug balok menahan
sebagian besar beban dan distribusi tegangan tarik tidak seragam yang menghasilkan
koefisien reduksi U bs = 0.5.

Figure 5.7 Coped beam

10
Figure 5.8 Web tear out in coped beams.
Manual AISC menyediakan table untuk memfasilitasi penentuan kekuatan geser
blok pada balok kopel. AISC Manual Table 9-3a memberikan nilai φ ( F u A nt)/t dan
( F u A nt )/tΩ, AISC Manual Tabel 9-3b memberikan nilai φ (0.6 F y A gv )/t dan (0.6
F u A nv)/tΩ.

4. Web Local Yielding


Balok yang membingkai menjadi kolom didukung oleh sambungan baja-ke-baja.
Dalam banyak situasi, gelagar dapat ditopang pada dinding beton atau pasangan bata
dan dalam hal ini, balok dilengkapi dengan pelat bantalan seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5.9. Fungsi pelat bantalan ada dua

Figure 5.9 Web local yielding at support.

 Untuk mendistribusikan reaksi tumpuan ke badan balok sehingga tidak terjadi


pelelehan badan
 Untuk mendistribusikan reaksi pendukung ke dinding beton atau pasangan bata
untuk mencegah kegagalan tekan pada beton atau pasangan bata

Distribusi tekanan bantalan pada pelat bantalan sangat kompleks. Defleksi gelagar
menghasilkan tekanan yang lebih besar di tepi bagian dalam pelat. Membungkuk pelat
dalam arah tegak llurus gelagar mengurangi tekanan disisi pelat. Namun, biasanya
diasumsikan bahwa tekanan terdistribusi secara merata diatas pelat. Diasumsikan juga
bahwa kantilever pelat dari ujung sayap-sayap fillet, yang ditunjukkan sebagai dimensi
n pada Gambar 5.9, dan kekakuan sayap balok diabaikan. Oleh karena itu, momen
lentur pada pelat adalah
M = qn2 /2 …per satuan panjang

Dimana q = pressure under the platen assumed uniform


n = B/2 – K
B = width of plate
k 1 = distance from web center line to flange toe of fillet

11
Kekuatan lentur nominal pelat lentur terhadap sumbu minor diberikan oleh AISC
360 Perssamaan. (F11-1) sebagai

Mn = M p
= F yZ
< 1.6 F y S
Dimana Z = plastic section modulus referred to the minor axis
S = elastic section modulus referred to the minion axis
M p = plastic moment of resistance referred to the minor axis

Kapasitas dukung nominal penyangga beton, ketika pelat bantalan menutupi


seluruh area penyangga, diberikan oleh AISC 360 persamaan (J8 -1) sebagai
P p = 0.85 f ' cA

Dimana A = area of bearing plate


= Bl b
f ' c = concrete compressive strength

Untuk bantalan pada beton, AISC 360 detik. J8 memberikan faktor hambatan dan
faktor-faktor keamanan sebagai
φ = resistance factor ….. LRFD
= 0.65
Ω = safety factor …. ASD
= 2.31

5. Web yielding at support


Reaksi tumpuan pada ujung gelagar diteruskan melalui sayap kebadaan gelagar.
Tegangan keruntuhan pada badan sama dengan tegangan luluh F y . Telah ditetapkan
secara empiris bahwa beban dari pelat bantalan tersebar pada kemiringan 2,5 hingga
1,0 ke kaki web fillet. Sesuai yang ditunjukkan Gambar 5.9. bagian kritis di web ada
dibagian atas web fillet sesuai dengan AISC 360 detik. (J10.2(b), untuk beban yang
diterapkan pada jarak tidak lebih dari d dari ujung gelagar, kekuatan luluh badan
nominal diberikan oleh AISC 360 Persamaan. (J10-3) sebagai

Rn = (2.5k + l b) F y t w
Dimana l b = length of bearing plate
k = distance from outer face of flange to web toe of fillet
t w = web thickness

Ketika kekuatan badan yang diperlukan melebihi kekuatan yang tersedia, sepasang
pengaku melintang harus disediakan untuk mendistribusikan reaksi tumpuan diatas
kedalaman badan. Pengaku, satu dikedua sisi badan, dilas ke sayap yang dibebani dan
diperpanjang hingga ketinggian tengah gelagar. Sebagai alternatif, pelat pengganda

12
dapat digunakan.ini terdiri dari pelat yang dilas ke badan untuk menambah luas efektif
badan.
Untuk hasil web lokal, AISC 360 detik. J10.2 memberikan faktor resistansi dan
keamanan faktor sebagai
φ = resistance factor …. LRFD
= 1.00
Ω = safety factor …. ASD
= 1.50
Untuk memudahkan penentuan kekuatan luluh lokal web, Manual AISC Tabel 9-4
memberikan nilai φ R1 , R1/Ω, φ R2 , dan R2/Ω dimana
R1 = 2.5k F y t w
R2 = F y t w

Contoh 5 Hasil lokal Web


Gelagar W14 x 30, ditunjukkan pada Gambar 5.9, memiliki dimensi B = 7 in, l b = 6 in,
dan ketebalan t = 7/8 inci. Pelat bantalan duduk di dinding beton dengan silinder
'
kekuatan f c = 3000 psi. reaksi tumpuan terdiri dari geser akibat beban mati V D = 10
kips dan geser akibat beban hidup V L = 30 kips.
Periksa hasil lokal web
Properti yang relevan dari gelagar W14 x 30 adalah

t w = 0.27 inci
k = 0.785 inci
kekuatan luluh beban nominal adalah
Rn = (2.5k + l b) F y t w
= (2.5 x 0.785 + 6) x 50 x 0.27
= 107 kips

LRFD ASD
From ASCE 7 Sec. 2.3.2 combination 2: From ASCE 7 Sec. 2.4.1 combination 2:
V n = factored support reaction V n = factored support reaction
= 1.2 V D + 1.6 V L = VD + VL
= 1.2 x 10 + 1.6 x 30 = 10 + 30
= 60 kips = 40 kips
φ Rn = design web yield strength Rn /Ω = allowable web shear strength
= 1.0 x 107 = 107/1.5
= 107 kips = 71 kips
¿ V n ….. satisfactory ¿ V n ….. satisfactory
Using AISC Manual Table 9-4: Using AISC Manual Table 9-4:
φ Rn = φ ( R1 + l b R 2) Rn /Ω = ( R1 + l b R 2)/Ω
= 26.5 + 6 x 13.5 = 17.7 + 6 x 9
= 108 kips = 72 kips

13
Figure 5.10 Web local yielding at interior of girder

6. Hasil Web di Girder Interior


Ketika beban terkonsentrasi diterapkan pada jarak lebih dari d dari ujung gelagar,
beban dapat menyebar ke badan dikedua sisi plat bantalan seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5.10. sesuai dengan AISC 360 detik. J10.2(a), kekuatan luluh badan
nominal diberikan oleh AISC 360 Persamaan. (J10-2) sebagai

Rn = (5k + l b) F y t w

Dimana l b = length of bearing plate


K = distance from outer face flange to web toe of fillet
t w= Web thickness

Contoh 5.12. Hasil lokal web di interior Girder


Girdir W14 x 30, ditunjukkan pada Gambar 5.10, memiliki strow hasil 50 ks. Ginder
menopang kolom pada jarak dari gelagar dan melebihi kedalaman gelagar. Kolom
berada diatas plat bantalan seperti yang ditunjukkan Beban yang diterapkan oleh
kolom terdiri dari beban mati V D = 20 Kips dan beban hidup V L = 60 Kips. Tentukan
panjang plat bantalan untuk mencegah kegagalan luluh badan lokal.
Properti yang relevan dari W14 x 30 sebuah girder

t w = 0.27 in
K = 0.785 in

14
LRFD ASD
From ASCE 7 Sec. 2.3.2 combination 2: from ASCE 7 Sec 24.1 combination 2:
V u = factored load V a = beban factor
= 1.2 V D + 1.6 V L =VD +VL
= 1.2 x 20 + 1.6 x 60 = 20 + 60
= 120 kips = 80 kips
Rn= required nominal web yield strength Rn = required nominal web shear strength
=V u/φ = Ω. V a
= 120/1.0 = 1,5 x 80
= 120 kips = 120 kips
l b = required length of base plate l b = required length of base plate
= Rn / F y t w – 5k = Rn / F y t w – 5k
= 120/(50 x 0.27) – 5 x 0.785 = 120/(50 x 0.27) – 5 x 0.785
= 4.96 in … use 5 in = 4.96 in … use 5 in

7. Melumpuhkan Web
Beban terpusat yang diterapkan pada sayap gelagar menghasilkan tegangan tekan
pada badan. Jika tegangan tekan berlebihan, tekuk lokal badan dapat terjadi di dekat
persimpangan sayap dan badan. Ini dikenal sebagai melumpuhkan web dan lebih
kritis di ujung girder daripada di bagian dalam.
Kekuatan lumpuh badan nominal balok, dengan beban berkonsentrasi diterapkan
pada jarak tidak kurang dari d/2 dari ujung balok, diberikan oleh AISC 360
persamaan. (J10-4) sebagai
Rn = 0.80t 2w[1 + 3(l b/d)(t w/t f ¿1,5 ](E F y t f /t w ¿ 0,5
Untuk beban yang diterapkan pada jarak kurang dari d/2 dari ujung balok, dan untuk
l b/d < 0.2, nilai kekuatan lumpuh web nominal diberikan oleh AISC 360 persamaan.
(J10-5a) sebagai
Rn = 0.40t 2w[1 + 3(l b/d)(t w/t f ¿1,5 ] (E F y t f /t w ¿ 0,5

Untuk beban yang diterapkan pada jarak kurang dari d/2 dari ujung balok, dan untuk
l b/d > 0.2, nilai kekuatan lumpuh badan nominal diberikan oleh AISC 360
persamaan. (J10-5b) sebagai

Rn = 0.40t 2w[1 + (4l b/d – 0.2) (t w/t f ¿1,5 ](E F y t f /t w ¿ 0,5

Dimana d = overall depth of the beam

15
t f = flange thickness
t w = web thickness
l b = length of bearing plate

Untuk melumpuhkan web AISC 360 detik. J10.3 memberikan factor resistensi dan
factor keamanan sebagai factor

φ = resistance factor …. LRFD


= 0.75
Ω = safety factor …. ASD
= 2.00

Untuk memudahkan penentuan kekuatan lumpuh badan, AISC manual table 9-4
memberikan nilaiφ R3 , R3 / Ω, Φ R 4, R4 / Ω,φ R5 , R5/ Ω, φ R6 , dan R6 / Ω di mana

R3 = 0.4t 2w(E F y t f /t w ¿ 0,5


R4 = 0.4t 2w[3/d)(t w/t f ¿1,5(E F y t f /t w ¿ 0,5
R5 = 0.4t 2w[1 – 0.2)(t w/t f ¿1,5 (E F y t f /t w ¿ 0,5
R6 = 0.4t 2w[4/d)(t w/t f ¿1,5(E F y t f /t w ¿ 0,5

Baik sepasang pengaku transpirasi, atau pelat pengganda diperlukan dengan panjang
minimum sama dengan setengah kedalaman balok, dilokasi beban beban
terkonsentrasi ketika kekuatan lumpuh badan yang diperlukan melebihi kekuatan
yang tersedia.

Untuk beban yang diterapkan pada jarak dari d/2 dari ujung balok, kekuatan nominal
pincang badan diberikan oleh AISC 360 persamaan. (J10-4) sebagai

Rn = 0.80t 2w[1 + 3(l b/d) (t w/t f ¿1,5 ]( (E F y t f /t w ¿ 0,5

LRFD ASD
The design crippling strength is obtained The allowable crippling strength is
from AISC Manual Table 9-4 as obtained from AISC Manual Table 9-4 as
φ Rn = 2(φ R3 + l b φ R4 ) Rn /Ω = 2( R3 /Ω + l b R 4 /Ω)
= 2(31.4 + 8.5 x 4.00) = 2(21.0 + 8.5 x 2.67)
= 131 kips = 87 kips

8. Tekuk Samping Web


Seperti ditunjukkan pada Gambar 5.11, tekuk goyang badan dapat terjadi pada sayap
tarik dan balok yang dibebani dengan beban terpusat pada sayap tekan. Hal ini terjadi
ketika perpindahan lateral relative antara sayap tekan yang dibebani dan sayap tarik

16
tidak tertahan pada titik aplikasi. Tekuk ke samping dapat dicegah dengan
memberikan bresing lateral baik pada sayap tarik maupun sayap tekan pada titik
beban dan mencegah rotasi sayap tekan. Bracing lateral pada sayap masing-masing
harus dirancang untuk 1 persen daribeban terpusat yang diterapkan pada titik
tersebut. Alternatifnya, sepasang pengaku dapat digunakan, dirancang untuk
memikul beban penuh, dan memanjang dari titik beban hingga setidaknya setengah
kedalaman balok. Rotasi sayap tekan juga harus dicegah.

Sesuai dengan AISC 360 Komentar Persamaan. (C-J10-1) jika sayap yang dibebani
adalah dibingkai ulang terhadap rotasi, seperti ketika terhubung ke pelat, tekuk ke
samping tidak akan terjadi ketika
(hb f / Lb/t w) > 2.3

Dimana h = the clear distance between flanges less the corner radius at each flange,
for rolled shapes
= the clear distance between flanges, for built-up welded sections
t w = web thickness
b f = flange width
Lb= largest laterally unbraced length along either flange at the load
location as defined in AISC 360 Commentary Fig. C-J10.2

Figure 5.11 Web sidesway buckling.

Sesuai dengan AISC 360 Komentar Persamaan. (C-J10-2) jika sayap yang dibebani
tidak ditahan terhadap rotasi, tekuk goyang tidak akan terjadi ketika

(hb f / Lb t w) > 1.7

Kekuatan tekuk ke samping badan nominal balok, ketika sayap yang dibebani
ditahan terhadap rotasi dan ketika (hb f / Lb t w) > 2.3, diberikan oleh AISC 360
Persamaan. (J10-6) sebagai

Rn = (C r t 3w t f /h2 )[1 + 0.4(hb f ¿ Lb t w ¿ 3]

17
Dimana C r = 960,000 … untuk M u < M y (LRFD) atau 1,5 M a < M y (ASD) pada
lokasi beban
C r = 480,000 … untuk M u > M y (LRFD) atau 1,5 M a > M y (ASD) pada
lokasi beban
M y = F yS

Kekuatan tekuk goyang badan nominal balok, ketika sayap dibebani tidak ditahan
terhadap rotasi dan ketika ((hb f / Lb t w) < 1.7, diberikan oleh AISC 360 Persamaan.
(J10-7) sebagai

Rn = (C r t 3w t f /h2 )[0.4(hb f / Lb t w ¿ 3]

Untuk tekuk sideway web, AISC 360 detik. J10.4 memberikan factor resistensi dan
factor keamanan sebagai
φ = resistance factor … LRFD
= 0.85
Ω = safety factor … ASD
= 1,76

Contoh 5.14. Tekuk samping Web


Sebuah gelagar W14 x 30 dengan tegangan 50 ks ditumpu secara sederhana pada
bentang 20 kaki dan memiliki beban terpusat yang diterapkan ditengah bentang.
Plang atas ditahan terhadap rotasi dan dibreising secara lateral pada ujung-ujungnya
dan pada lokasi beban. Dapat diasumsikan bahwa M u dan 1,5 M a melebihi M y di
lokasi beban. Tentukan kekuatan tekuk goyang badan nominal dari gelagar W14 x
30.
Sifat-sifat dari W14 x 30 adalah

t f = flange thickness
= 0,385 inci
h/t w = web slenderness parameter
= 45,4 inci
t w = Web thickness
= 0,27 inci
b f = flange width
= 6,73 inci

h = the clear distance between flanges less the corner radius at cach flange
= t w (h/t w)
= 0,27 x 45,4
= 12,26 inci
Lb = 240 inci … dari komentar 360 Gambar. C-J10.2
hb f / Lb t w = 45,4 X 6,73/240
= 1,27
<2,3 … tekuk samping web dapat terjadi

18
Kekuatan tekuk ke samping badan nominal diberikan oleh AISC 360 persamaan. (J10-6)
sebagai
Rn = ( C r t 3w t f /h2 )[1 + 0.4(hb f / Lb t w ¿ 3]
= (480,000 x 0,273 x 0,385/12,262 )[1 + 0,4(1,27¿3 ]
= 44,03 Kips

B. Desain untuk Torsi


1. Torsi dibagian tertutup
Momen torsional konstan, atau Torsi, diterapkan pada tabung slinder menghasilkan
sudut memuatar antara ujung
θ = TL/GJ
Dimana T = apllied torque
L = length of tube
G = shear modulus of elasticity
= 11,200 Ksi for steel
J = torsional constant of the section
= I 0 … for cylindrical members
I 0 = polar moment of inertia

Sudut puntir per satuan panjang adalah

θ ' = θ /L
= T/GJ

Dalam tabung slinder, bagian bidang tetap datar ketika torsi diterapkan. Ini adalah contoh
torsi murni, juga dikenal sebagai torsi St. Venant, dan tahanan torsional St. Venant adalah

T t = GJθ '

Tegangan geser yang dihasilkan dalam slinder tipis diasumsikan terdistribusi merata
pada ketebalan slinder dan diberikan oleh

τ t = T t R/J
Dan, T t = τ tJ/R
= τ tC

Dimana R adalah jari-jari luartabung dan C adalah konstanta torsional untuk penampang
struktur berongga.
Dalam tabung persegi panjang, pendekatan yang ssama diadopsi karena penampang
titik-titik dislokasi longitudinal relative pada penampang ditahan dan efek lengkung dapat
diabaikan. Nilai konstanta torsi C diberikan dalam Tabel Manual AISC 1-11, 1-12, dan 1-
13 untukpenampang struktur berongga persegi panjang, bujur sangkar dan bulat.

19
2. Torsi di Bagian Terbuka
Ketika torsi diterapkan pada penampang terbuka, seperti bentuk-W, penampang
bidang tidak tetap bidang setelah deformasi. Warping terjadi karena perpindahan
longitudinal relative dari titik-titik pada penampang. Tahanan torsi total adalah jumlah
dari tahanan St. Venant dan tahanan bengkok yang diberikan
T = GJθ ' - EC w θ ' ' '
Dimana E = modulus of elasticity
C w= warping constant
θ ' ' ' = third derivative of θ with respect to the length of the
member

Nilai J dan C diberikan dalam Manual AISC tabel 1-1 sampai 1-10.
Seperti ditunjukkan pada gambar 5.12, tegangan geser dihasilkan dalam bentuk W
oleh St. Venant dan torsi warping dan tegangan normal dihasilkan pada sayap dengan
torsi melengkung. Tegangan geser yang dihasilkan pada sayap dan badan bentuk W
oleh torsi St. Venant adalah
τ t = Gtθ '

Dimana t adalah ketebalan anggota

Figure 5.12 Torsion effects in a W-shape.

Warping menghasilkan geser yang dapat diabaikan pada jarring berbentuk –W.
tegangan geser yang dhasilkan pada sayap bervariasi secara parabola dan pada pusat
sayap diberikan oleh:
τ w = −ES w1 θ ' ' ' / t f

Dimana Sw 1adalah momen statik melengkung untuk sebuah titik ditengah sayap dan
t f adalah tebal sayap.
Tegangan normal pada tepi plang akibat pembengkokan adalah

σ w = EW no θ' '

Dimana W adalah fungsi pelengkungan yang dinormalisasi pada suatu titik di tepi
plang.

20
Nilai θ , θ' , θ ' ' , θ ' ' ' , W no , dan Sw 1 diberikan oleh Seaburg untuk beberapa kasus
pembebanan dan kondisi dukungan untuk bentuk-W, saluran, bentuk-T, dan sudut.
Penahan dukungan memodifikasi nilai θ dan turunannya dan mempengaruhi efek
warping. Di ujung bebas, di mana penampang dapat melengkung dengan bebas

θ'' = 0

Pada ujung yang disematkan secara torsi, seperti sambungan tab geser web, di mana
penampang dapat berputar secara lateral

θ = θ''
=0

Pada ujung yang tetap secara torsi, seperti sambungan yang dilas dengan pelat
pengaku, dimana penampang tidak dapat melengkung

θ = θ'
=0

3. Kekuatan Spesifikasi
Untuk torsi, AISC 360 detik. H3.1 memberikan factor resistensi dan factor
keamanan sebagai
φ = resistance factor … LRFD
= 0,90
Ω = safety factor … ASD
= 1,67

Ketika mempertimbangkan interaksi lentur, tekan, dan torsi pada komponen struktur
jika kekuatan punter yang diperlukan tidak lebih dari 20 persen dari kekuatan punter
yang tersedia, efek punter dapat diabaikan. Jika tidak, perlu untuk memeriksa
ekspresi interaksi yang diebrikan oleh AISC 360 Persamaan. (H3-6) sebagai

( Pr / Pc + M r / M c ) + (V r /V c + T r/T c ¿2 < 1.00

Di mana Pr = required axial strength


M r = required flexural strength
V r = required shear strength
T r = required torsional strength
Pc = available axial strength
M c = available flexural strength
V c = available shear strength
T c = available torsional strength

Untuk metode LRFD


P c = φ Pn
M c = φb M n
V c = φbV n
T c = φT Tn

21
Untuk metode ASD
Pc = Pn/Ω
M c = M n/Ω
V r = V n/Ωσ
T c = T n /ΩT

4. Putaran HSS Mengalami Torsi


Kekuatan torsi nominal diberikan oleh AISC 360 Persamaan. (H3-1) sebagai

T n = F crC

Dimana C = torsional constant for hollow structural sections


F cr = critical stress given by the larger value of
F cr = 1,23E/[(L/D¿0,5 (D/t¿5 / 4] … untuk leleh puntir
Atau

F cr = 0,60E/(D/t¿3 /2

Tetapi tidak boleh melebihi


F cr < 0,6 F y

Di mana L = length of member


D = outside diameter
t = wall thickness

Yang relevant diperoleh dari manual AISC table 1-3 sebagai


T = 0. 465in
D/t = 21.5
D =10..0
C = 63.5
Fcr = Critical strees given by the larger value of
Fcr = 1.23 E / [(L/D) 0.5 (D/t) 5/4 ] … for torsional yielding
= 1.23 x 29,000 / [(240/10) 0.5 (21.5) 5/4 ]
= 157 ksi
Atau
Fcr = 0.60E/ (D/t) 3/2
= 0.60x 29,000/ (21.5)3/2
= 175 ksi
Namun nilai maximum F cr Adalah
F cr = 0.60 Fy
= 0.60x 42
= 25.2 ksi … mengatur
Tn = nominal torsional strength
= Fcr C
= 25.2 x 63.5
= 1600 kip-in

22
5. Rectangular HSS Tunduk pada Torsi
Kekuatan torsi nominal diberikan oleh AISC 360 Persamaan. (H3-1) sebagai
Tn = Fcr C

Sesuai dengan AISC 360 Eq (H3-3), kekuatan torsi nominal diatur oleh hasil
torsional ketika parameter kelangsingan adalah
h/t≤2.45(E/ Fy) 0.5
kemudian,
Fcr = 0.6 Fy

di mana jarak bersihnya antara flensa dikurangi radius sudut dalam di setiap sisi dan t
adalah ketebalan dinding desain Sesuai dengan AISC 360 Persamaan. (H3-4),
kapasitas torsi nominal diatur oleh tekuk torsi inelastis ketika parameter
kelangsingan adalah

2.45(E/Fy) 0.5 <h/t ≤ 3.07(E/Fy) 0.5


kemudian,
F cr =0.6Fy [2.45(E/ Fy) 0.5 ]/(h/t)

Sesuai dengan AISC 360 Persamaan 0113-5), kapasitas torsi nominal diatur oleh
tekuk torsi elastis ketika parameter kelangsingan adalah

3.07 (E/Fy) 0.5 <h/t ≤ 260


kemudian,
F cr =0.458π2 E/ (h/t)

Contoh 5.16. Torsi dalam HSS Persegi Panjang


Balok HSS10 5x 3/8 dengan tegangan leleh 46 kat ditopang secara sederhana pada
bentang 10 kipas memiliki beban terpusat yang diterapkan di tengah bentang. Beban
diterapkan pada ekontriksi jika 12 in sehubungan dengan pusat massa balok dan
konstanta beban mati W-4 kips dan beban hidup W-120) kips. Ujung balok dijepit
secara lentur dan torsi dan berat sendiri balok dapat diabaikan. Balok diorientasikan
dengan lentur yang terjadi terhadap sumbu majut. Tentukan
kecukupan balok Sifat relevan yang diperoleh dari AISC Marmal Tabel 1-11 sebagai

t = 0.349 in
b/t = 11.3
h/t = 25.7
< 2.46 (E/ Fy) = 61.8 … hence, from AISC 360 Eq. (G2-3), Cr =1.0
0.5

< 2.46 (E/ Fy) 0.5 … hence, from AISC 360 Eq. (H3-3), torsional yield governs
z = 30.4 in3
C = 31.2 in3
h = 25.7 x 0.349
= 8.97 in

23
Sesuai dengan AISC Manual halaman 143 bagian ini kompak. Oleh karena itu, hasil
lentur mengatur dan

Mn = F YZ
= 46X 30.4 / 12
= 117 kip-ft
Vn = 0.6 F Y A W C v
= 0.6 F Y (2ht) C v … from AISC 360 Sec.G5
= 0.6 x 46 x2 x 8.97 x 0.349 x 1.0
=173 kips
Tn = F cr C … from AISC 360 Eq. (H3-1)
= 0.6 X 46 X 30.2 / 12
= 117 kip-ft

Menerapkan American Society of Civil Engineers, Beban Desain Minimum untuk


Bangunan dan Struktur Lainnya ASCE 7, Sec. 2.3 dan 2.4 memberikan

LRFD ASD

From ASCE 7 Sec.2.3.2 combination 2: From ASCE 7 Sec.2.4.1 combination 2:


Wn = factored load Wn = factored load
= 1.2 WD+ 1.6WL = WD+ WL
= 1.2 X 4.0 + 1.6 X 12.0 = 4.0 + 12.0
= 24 kips = 16 kips

The required strengths are


LRFD ASD
Mr = required fluexeral strength Mr = required fluexeral strength
= WnL/4 = WnL/4
= 24 x 10/4 = 16 x 10/4
= 60 kip-ft = 40 kip-ft
Vr = required shear strength Vr = required shear strength
= WnL/2 = WnL/2
= 24/2 = 16/2
= 12 kips = 8 kips
Tr = required torsional strength Tr = required torsional strength
= Wne = Wne
= 24 x12/12 = 16 x12/12
= 24 kip-ft = 24 kip-ft

The available strengths are


LRFD ASD

24
Mc = desain fluexeral strength Mc = allowable fluexeral strength
= ⱷb Mn = MU / Ωb
= 0.9 x 117 = 117 / 1.67
= 150 kip-ft = 70 kip-ft
Vc = desain shear strength Vc = allowable shear strength
= ⱷu Vn = VU / ΩV
= 0.9 x 173 = 173 / 1.67
= 156 kips = 104 kips
Tc = desain torsional strength Tc = allowable torsional strength
= ⱷT TU = TU / ΩV
= 0.9 x 72 = 72 / 1.67
= 65 kip-ft = 43 kip-ft

Oleh karena itu, Tr . 0.2 x Tc dan efek torsi harus dipertimbangkan Mengganti dalam
ekspro interaksi AISC 360 Eq. (H3-6) gives

LRFD ASD
Mr / Mc + ( Vr/ Vc + Tr/Tc ) 2 Mr / Mc + ( Vr/ Vc + Tr/Tc ) 2
= 60/ 105 + ( 12/156 + 24/ 65) 2 = 40/ 70 + ( 8/104 + 16/ 43) 2
= 0.77 = 0.77
< 1.0 … satisfactory < 1.0 … satisfactory

6. Bentuk W Tunduk pada Torsi


Sesuai dengan AISC 360 Detik H3.3, status batas harus dipertimbangkan. Ini adalah
Keadaan
 batas leleh di bawah tegangan normal yang diberikan oleh AISC 360 E4 (3-7) sebagai

Fn = Fy
Tegangan normal yang diperlukan adalah
Fr = σ b + σw
di mana Fn = kekuatan torsi nominal
Fy = Tegangan hasil
σb = tegangan normal akibat tekukan
σw = tegangan normal akibat puntiran bengkok

Keadaan batas leleh geser di bawah tegangan geser diberikan oleh AISC 360
Persamaan. (H3-8) sebagai
Fn = 0.6Fy
Tegangan geser yang dibutuhkan adalah

Fr = τb + τw+ τt
di mana τb = tegangan geser akibat tekukan
τw = tegangan geser akibat torsi
τt = tegangan geser akibat torsi St. Venant

25
Keadaan batas tekuk yang diberikan oleh AISC 360 Persamaan (H3-9) sebagai

Fu = Fcr
Di mana F adalah tegangan tekuk kritis untuk penampang.

Bagian Komentar AISC 360 H3.3 menunjukkan bahwa tegangan yang diperlukan
dapat diperoleh dengan analisis elastis. Tegangan normal dan tegangan geser dapat
dipertimbangkan secara terpisah karena nilai maksimum jarang terjadi pada lokasi
yang sama.

Contoh 5.17. Torsi dalam Bentuk-W


Balok AW14 x 109, dengan tegangan leleh 50 ks dan bentang L-10 ft, dibebani
seperti ditunjukkan pada Gambar 5.13. Balok menopang beban mati yang
terdistribusi merata sebesar m, 1 kip/ft, yang mencakup berat sendiri

balok, dan lima beban terdistribusi merata 30 kps/it Ujung-ujung balok dicintai
secara lentur dan torsional dan beban memiliki eksentrisitas 2 in. Tentukan tegangan
yang dihasilkan pada balok pada tumpuan oleh efek torsi Forsional yang relevan
properti W14 x 109 diberikan di Aplikasi Seaburg. A as

1-7,12 inci J = 7.12 in


A = 85,7 inci
Wno = 91 inci
Sw1 = 154 mm
L/a = 10x12/85.7
= -1,40
Dari AISC Manual Tabel 1-1, properti yang relevan dari W14 x 109 adalah

Wno = 0,860 inci


Sw1 = 0,525 inci
Pada tumpuan ujung tetap, rotasi balok dan turunan pertama rotasi adalah

26
Ѳ =0
Ѳ’ = 0
Oleh karena itu, tegangan geser pada badan balok dan sayap pada tumpuan, akibat
torsi St. Verant, adalah
Τtf = Gt Ѳ’
=0
= Τtw

Menerapkan American Society of Civil Engineers, Beban Desain Minimum untuk


Bangunan dan Struktur Lainnya ASCE 7, Sec. 2.3 dan 2.4 memberikan

LRFD ASD
From ASCE 7 Sec.2.3.2 combination 2: From ASCE 7 Sec. 2.4.1combination:
Wu = factored load We = factored load
= 1.2 wD + 1.6WL = wD + W L
= 1.2 X 1.0 + 1.6 X 3.0 = 1.0 + 3.0
= 6 Kips /ft = 4 Kips /ft
Tr = required torsional Tr = required torsional
= wu e = wu e
=6x2 =4x2
= 12 kip-in /ft = 8 kip-in /ft
TrL /GJ = 12 X 10 / (11,200 X 7.12) TrL /GJ = 12 X 10 / (11,200 X 7.12)
= 1.505 X 10-3 m rad/ in = 1.003 X 10-3 m rad/ in
=n =n

Tegangan normal maksimum pada sayap balok pada tumpuan, akibat torsi warping,
diperoleh dari Persamaan Scaburg. 4.3a sebagai

LRFD ASD
Ѳ’’= 0.22n/2a Ѳ’’= 0.22n/2a
= 0.22 x 1.505 x 10-3 / (2 x 85.7) = 0.22 x 1.003 x 10-3 / (2 x 85.7)
= 1.931 x 10-6 rad/ in2 = 1.287 x 10-6 rad/ in2
Ѳ’’’= -1.0 n /2a2 Ѳ’’’= -1.0 n /2a2
= -1.0 x 1.505 x 10-3 / (2 x 85.72) = -1.0 x 1.003 x 10-3 / (2 x 85.72)
= -1. 025 x 10-7 rad/ in3 = -6. 828 x 10-8 rad/ in3

Tegangan normal maksimum pada sayap balok pada tumpuan, akibat torsi warping,
diperoleh dari Persamaan Scaburg. 4.3a sebagai

27
LRFD ASD
Ѳuf = EWno Ѳ’’ Ѳuf = EWno Ѳ’’
= 29.000 x 49.1 x 1.931 x 10-6 = 29.000 x 49.1 x 1.287 x 10-6
= 2.75 ksi = 1.83 ksi

Tegangan geser maksimum pada sayap balok pada tumpuan, akibat torsi lengkung,
diperoleh dari Persamaan Seaburg. 4.2a sebagai

LRFD ASD
τuf = EWw1 θ’’’/tf τuf = EWw1 Ѳ’’’/tf
= -29.000 x 154 x -1.025 x 10-7/ = - 29.000 x 154 x -6.828 x 10-8 / 0.860
0.860 = 0.36 ksi
= 0.53 ksi

Seperti ditunjukkan pada Gambar. 5.12, tegangan geser dan tegangan normal
dihasilkan dalam bentuk-W oleh lentur. Tegangan normal yang dihasilkan pada
sayap adalah
σbf = M / S
di mana M adalah momen yang diterapkan dan S adalah modulus penampang elastis.
Tegangan geser yang dihasilkan pada badan oleh lentur adalah
τ = VQ/It
di mana V = geser yang diterapkan
Qw = momen statis pada kedalaman tengah penampang
Tw = tebal badan
Tegangan geser yang dihasilkan pada sayap oleh lentur adalah
Τbf = VQf/Itf
Contoh 5.18. Torsi dan Tegangan Gabungan dalam Bentuk-W Untuk balok W14 x
109, yang dianalisis pada Contoh 5.17, tentukan kombinasi tegangan lentur dan
torsional pada tumpuan dan tentukan kecukupan balok.
Sifat torsi yang relevan dari W14 x 109 diberikan di Aplikasi Seaburg. sebagai
Qf = momen statis untuk suatu titik pada sayap tepat di atas badan
= 41.2 in3
Qw = momen statis pada kedalaman tengah penampang
= 95.9 in3
Dari AISC Manual Tabel 1-1, properti yang relevan dari W14 x 109 adalah
I = 1240 inci
S = 173 inci
TF = 0,860 in
Tw = 0,525 inci
Dari Tabel 3-2 Manual AISC, properti yang relevan dari W14 × 109 adalah
L P = 41,2 inci

28
Lr = 95,9 inci

LRFD ASD
Wn = factored load Wa = factored load
= 6 kips / ft = 4 kips / ft
Required bending moment at the support is Required bending moment at the support is
Mr = wu L2 / 12 Mr = wu L2 / 12
= 6 X 102 / 12 = 4 X 102 / 12
= 50 kip-ft = 33.3 kip-ft
Corresponding normal stress in the flange Corresponding normal stress in the flange
due to bending is due to bending is
σbf = Mr / s σbf = Mr / s
= 50 X 12 / 173 = 33.3 X 12 / 173
= 3.47 ksi = 2.31 ksi
Required normal stress in the flangue due Required normal stress in the flangue due
to combined bending and torsional is to combined bending and torsional is
Fra = σbf + σwf Fra = σbf + σwf
= 3.47 + 2.75 = 2.31 + 1.83
= 6.22 ksi = 4.14 ksi
< 0.9 Fy … limit state of yielding under < Fy / 1.67 … limit state of yielding
normal stress is satisfactory under normal stress is satisfactory

Check limit state of flange shear yielding

LRFD ASD

29
Required shear force at the support is Required shear force at the support is
Vr = wu L / 2 Vr = wu L / 2
= 6 X 10/ 2 =4 X 10/ 2
= 30 kip-ft = 20 kip-ft
Corresponding shear stress in the flange Corresponding shear stress in the flange
due to bending is due to bending is
τbf = Vr Qf / ltf τbf = Vr Qf / ltf
= 30 x 41. 2/ ( 1240 x 0.860 ) = 20 x 41. 2/ ( 1240 x 0.860 )
= 1.16 ksi = 0.77 ksi
Required shear stress in the flangue due to Required shear stress in the flangue due to
combined bending and torsional is combined bending and torsional is
Fro = τbf + τwf + τtf Fro = τbf + τwf + τtf
= 1.16 + 0.53 + 0 = 0.77 + 0.36 + 0
= 1.69 ksi = 1.13 ksi
< 0.6 F y … limit state of flange < 0.4 F y … limit state of flange
shear yielding is satisfactory shear yielding is satisfactory

LRFD ASD
Shear stress in the web due flexure is Shear stress in the web due flexure is
Τwf = Vr Qf / ltf Τwf = Vr Qf / ltf
= 30 x 95.9 / (1240 x 0.525) = 20 x 95.9 / (1240 x 0.525)
= 4.42 ksi = 2.95 ksi
Required shear stress in the web due to Required shear stress in the web due to
combined bending and torsion is combined bending and torsion is
Fro = τbf + τwf + τtf Fro = τbf + τwf + τtf
= 4.42 + 0 + 0 = 2.95 + 0 + 0
= 4.42 ksi = 2.95 ksi
< 0.6 Fy … limit state of web < 0.4 F y … limit state of web
shear yielding is satisfactory shear yielding is satisfactory

Check limit state of lateral- torsional buckling

LRFD ASD
The Unbraced Length Is The Unbraced Length Is
Lb = 10 Ft Lb = 10 Ft
<L P … Limit State Of Lateral – <L P … Limit State Of Lateral –
Torsional Buckling Does Not Govern Torsional Buckling Does Not Govern
The Beam Is Adequate The Beam Is Adequate

Referensi

30
1. Institut Konstruksi Baja Amerika (AISC). 2005. Manual Konstruksi Baja, edisi ke-
13, AISC, Chicago, IL.
2. Institut Konstruksi Baja Amerika (AISC). 2010. Spesifikasi Bangunan Baja
Struktural (AISC 360-10). AISC, Chicago, IL.
3. Masyarakat Insinyur Sipil Amerika (ASCE). 2010. Beban Desain Minimum untuk
Bangunan dan Struktur Lainnya, (ASCE 7-10). ASCE, Reston, VA.
4. Fisher, J. M. 2005. Bangunan Industri, Atap ke Batang Jangkar, Panduan Desain No.
7,
Edisi ke-2. AISC, Chicago, IL. Geschwindner, L. R. 2006. "Evolusi 5.
Ketentuan Shear Lag dan Block Shear dalam Spesifikasi AISC," Jurnal Teknik, Kuartal
ke-4 2006.
6. Epstein, H. I. dan Aleksiewicz, L. J. 2008. "Persamaan Geser Blok Ditinjau
Kembali ... Lagi," Jurnal Teknik, Kuartal 1 2008.
7. Seaburg, P. A. dan Carter, C. J. 1997. Anggota Baja Struktural Analisis Torsi,

Masalah
5.1 Diketahui: Balok C12 x 30, dengan tegangan leleh 36 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban yang terdistribusi secara
merata yang terdiri dari komponen beban mati w,= 1 kip/ft, yang termasuk
kelonggaran untuk berat balok, dan komponen beban hidup w, = 3 kips/ft. Balok
dikuatkan secara terus menerus pada sayap tekannya.
Cari: Dengan menggunakan kombinasi beban level tegangan ijin (ASD), tegangan
geser maksimum dan tegangan geser rata-rata pada balok.
5.2 Diketahui: Sebuah balok C12 x 30, dengan tegangan leleh 36 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban yang terdistribusi secara
merata yang terdiri dari komponen beban mati w=1 kip/ft, yang meliputi
penyisihan untuk berat balok, dan komponen beban hidup w, =3 kips/ft. Balok
dikuatkan secara terus menerus pada sayap tekannya.
Cari: Dengan menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD), tegangan
geser maksimum dan tegangan geser rata-rata pada balok.
5.3 Diketahui: Balok W30 x 90, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 20 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
secara merata sebesar w, = 3 kips/ft, yang mencakup berat sendiri balok, dan
beban hidup terdistribusi merata w = 9,0 kips/ft. Balok dikuatkan secara terus
menerus pada sayap tekannya.
Temukan: Menggunakan cara kombinasi beban tingkat tegangan yang diijinkan
(ASD) apakah balok cukup untuk geser
5.4 Balok Ginen A W30 x 90, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 20 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
merata sebesar 2-3 kips/ft. yang mencakup berat sendiri balok, dan beban kasih
yang terdistribusi merata sebesar m,-9,0 kips/ft. Balok secara terus menerus
dikuatkan pada flens kompresinya
Temukan Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD) apakah balok
cukup dalam mengukur

31
5.5 Diketahui: Balok W30 x 99, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
merata sebesar w, 15 kips/ft, yang mencakup berat sendiri balok, dan beban hidup
terdistribusi merata w = 45 kips/ft. Balok dikuatkan secara terus menerus pada
sayap tekannya.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban tingkat tegangan yang diizinkan
(ASD) apakah balok memadai di geser
5.6 Diketahui: Balok W30 x 99, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
merata sebesar m= 15 kips/ft. yang meliputi berat sendiri balok, dan beban hidup
terdistribusi merata w,= 45 kips/ft. Balok dikuatkan secara terus menerus pada
sayap tekannya.
Temukan Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD) apakah balok
cukup dalam mencukur.
5.7 Diketahui: Sebuah balok M12 x 10, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
secara merata sebesar w,= 0,6 kips/ft, yang meliputi berat sendiri balok, dan
beban hidup yang terdistribusi secara merata dari w,-1,8 kips/ft. Balok dikuatkan
secara terus menerus pada sayap tekannya.
Cari : Menggunakan kombinasi beban level tegangan yang diijinkan (ASD)
apakah balok memenuhi syarat untuk geser
5.8 Diketahui: Sebuah balok M12 x 10, dengan tegangan leleh 50 ksi, ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft. Balok menopang beban mati yang terdistribusi
merata sebesar w,-0,6 kips/ft. yang meliputi berat sendiri balok, dan beban hidup
terdistribusi merata sebesar 10,1,8 kips/ft. Balok dikuatkan secara terus menerus
pada sayap tekannya.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD) apakah balok
memenuhi syarat untuk geser.
5.9 Diberikan: Sebuah balok HP12 x 84, dengan tegangan leleh 50 ksi, dibebani
terhadap sumbu lemah.
Cari: Dengan menggunakan metode level tegangan ijin (ASD), kapasitas geser
ijin balok.
5.10 Diketahui: Sebuah balok HP12 x 84, dengan tegangan leleh 50 ksi, dibebani
terhadap sumbu lemah.
Cari: Dengan menggunakan metode tingkat kekuatan (LRFD), kapasitas geser
desain balok.
5.11 Diberikan: Gelagar terpasang yang ditunjukkan pada Gambar 5.14 terdiri dari
W30 x 99 dengan C15x33.9 yang dilas ke flensa atas. Geser pada tumpuan ujung
terdiri dari geser akibat beban mati VD = 30 kips, yang meliputi berat balok, dan
geser akibat beban hidup V₁ = 90 kips.
Cari: Menggunakan kombinasi beban level tegangan ijin (ASD), geser
longitudinal pada antarmuka.
5.12 Diberik…

32
GAMBAR 5.15 Rincian Soal 5.13 dan 5.14.
5.13 Diberikan: Balok kopel W16 x 40, ditunjukkan pada Gambar 5.15, yang memiliki
tegangan leleh 50 ksi dan kuat tarik 65 ksi, dihubungkan ke tab geser 1/2-in.
Diameter baut 3/4 in.
Cari: Dengan menggunakan kombinasi beban level tegangan ijin (ASD), kekuatan
geser balok badan balok.
Diketahui: Balok kopel W16 x 40, ditunjukkan pada Gambar 5.15, yang memiliki
tegangan leleh 50 ksi dan kuat tarik 65 ksi, dihubungkan ke tab geser 1/2-in.
Diameter baut 3/4 in.
Cari: Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD), kekuatan geser
balok badan balok.
5.15 Diketahui: Kedua sudut 3½- x 32 x 3/8-in, yang ditunjukkan pada Gambar 5.16,
dibaut ke pelat 3/4-in dengan baut berdiameter 3/4-in. Semua komponen adalah
baja kelas 36.
Cari: Menggunakan kombinasi beban level tegangan yang diijinkan (ASD)
kekuatan geser blok dari sudut.

33
5.16 Diketahui: Kedua sudut 3%- x 32 x 3/8-in, yang ditunjukkan pada Gambar 5.16,
dibaut ke pelat 3/4-in dengan baut berdiameter 3/4-in. Semua komponen adalah
baja kelas 36.
Cari: Dengan menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD), kekuatan
geser balok dari sudut.
5.17 Diketahui: Gelagar W12 x 50, yang ditunjukkan pada Gambar 5.17, memiliki
tegangan leleh 50 ksi. Gelagar ditopang pada pelat bantalan dengan tegangan leleh
36 ksi dan panjang 1,= 6 in. Pelat bantalan diletakkan pada dinding beton dengan
kekuatan silinder f=3000 psi. Reaksi tumpuan terdiri dari geser akibat beban mati
V₂ = 15 kips dan geser akibat beban hidup V₁ = 45 kips.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban level tegangan yang diijinkan (ASD),
lebar dan tebal pelat bantalan.
5.18 Diketahui: Gelagar W12 x 50, yang ditunjukkan pada Gambar 5.17, memiliki
tegangan leleh 50 ksi. Gelagar ditopang pada pelat bantalan dengan tegangan leleh
36 ksi dan panjang 1 = 6 in. Pelat bantalan diletakkan pada dinding beton dengan
kekuatan silinder f= 3000 psi. Reaksi tumpuan terdiri dari geser akibat beban mati
V,= 15 kips dan geser akibat beban hidup V₁ = 45 kips.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD), lebar pelat
bantalan dan ketebalan.
34
5.19 Diketahui: Gelagar W12x50, yang ditunjukkan pada Gambar 5.18, memiliki
tegangan leleh 50 ksi. Gelagar menopang beban terpusat di tengah bentang pada
pelat bantalan dengan panjang 1-5 in.
Cari: Dengan menggunakan metode level tegangan ijin (ASD), kekuatan lumpuh
badan balok.
5.20 Diketahui: Gelagar W12x50, ditunjukkan pada Gambar 5.18, memiliki tegangan
leleh 50 ksi. Gelagar menopang beban terpusat di tengah bentang pada pelat
bantalan dengan panjang 1 = 5 in.
Cari: Menggunakan metode tingkat kekuatan (LRFD), kekuatan melumpuhkan
badan balok.
5.21 Diberikan: Sebuah HSS10,000 x 0,500 dengan tegangan luluh 42 ksi.
Cari: Kekuatan torsi nominal.

5.22 Diketahui: Balok HSS10x4x5/8 dengan tegangan leleh 46 ksi ditumpu secara
sederhana pada bentang 10 ft dan memiliki beban terpusat yang diterapkan di
tengah bentang. Beban diterapkan pada eksentrisitas e=12 terhadap pusat massa
balok dan terdiri dari beban mati W₂=5 kips dan beban hidup W, = 15,0 kips.
Ujung balok dijepit secara lentur dan torsi dan berat sendiri balok dapat diabaikan.
Balok diorientasikan dengan lentur yang terjadi terhadap sumbu mayor.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban tingkat tegangan yang diijinkan
(ASD), apakah balok memadai.
5.23 Diketahui: Sebuah balok HSS10 x 4 x 5/8 dengan tegangan leleh 46 ksi ditumpu
secara sederhana pada bentang 10 kaki dan memiliki beban terpusat yang
diterapkan pada tengah bentang. Beban diterapkan pada eksentrisitas e=12
terhadap pusat massa balok dan terdiri dari beban mati W,-5 kips dan beban hidup
W,- 15,0 kips Ujung balok dijepit secara lentur dan torsional. dan berat sendiri
balok dapat diabaikan. Balok diorientasikan dengan lentur yang terjadi terhadap
sumbu mayor.
Temukan: Menggunakan kombinasi beban tingkat kekuatan (LRFD), apakah
balok memadai.

35
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Secara umum dari hasil perhitungan Design of Steel Beams for Shear and Torsion
dengan diperoleh hasil bahwa LRFD-AISC lebih ekonomis dibandingkan dengan metode
ASD-AISC.
LRFD (Load And Resistance Factor Deisgn) adalah spesifikasi yang dikeluarkan oleh
AISC (America Instate Of Steel Construction) untuk desain konstruksi baja, berdasarkan
ketahanan metode kekuatan ultimit (Metode Plastis). LRFD memberikan perbandingan
yang lebih spesifik antara beban Q dan resistensi Rn, seperti persamaan untuk
persyaratan mendapatkan keamanan sebagai berikut:

ϕRn ≥ ∑ γi Qi

Dimana : ∑ = Penjumlahan
i = menunjukan berbagai kondisi
Qi = pengaruh beban nominal
Yi = faktor beban terkait beban Qi yang ditinjau
Yi Qi = kuat perlu, dari kondisi batas yang paling ekstrim
Rn = kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
ϕ = faktor tahanan sesuai jenis struktur yang di tinjau
ϕRn = kuat rencana, kekuatan struktur yang direncanakan

Dimana ruas kiri mewakili resistensi (kekuatan) dari komponen atau sistem, sedangkan
ruas kanan mewakili beban yang diharapkan akan ditanggung sehingga cenderung
memberikan struktur yang lebih aman, Pada sisi kekuatan harga nominasi resistensi Rn
dikalikan dengan faktor resistensi (reduksi kekuatan) ϕ untuk mendapatkan kekuatan
desain. Pada sisi beban berbagai efek beban Qi (seperti beban mati, beban hidup, dan
beban salju) dikalikan dengan faktor-faktor kelebihan beban γi untuk mendapatkan
jumlah ∑ γi Qi dari beban-beban terfaktor.
LRFD (Load And Resistance Factor Design) adalah suatu metode dalam perencanaan
bangunan gedung yang memperhitungkan faktor beban dan faktor ketahanan material.
Konsep desain ini pada prinsipnya tegangan yang terjadi dalam setiap elemen struktur
harus lebih kecil dari tegangan yang di ijinkan. Dengan pengertian lain, beban yang
bekerja harus lebih kecil dari kapasitas kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor
keamanan safety factor.

36

Anda mungkin juga menyukai