STRUKTUR BAJA
MPK 51177
Oleh :
Piju syukur penyusun panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca/Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya handout Mata Kuliah Struktur Baja I di Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Bali. Pada buku ajaran ini menggunakan Peraturan Perencanaan
bangunan Baja Indonesian ( PPBBI ) sebagai standar samping ada juga yang ada juga yang
materi kuliah ini banyak kekurangannya sehingga diperlukan tambahan dan penyempurnaan.
Penyusun mengharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritik dan saran- saran untuk
Penyusun
DAFTAR ISI
PENGANTAR
3.1.1.4 Sambungan kolom dan balok yang memikul momen + geser ........17
Daftar Pustaka
BAB I
( ‘STEEL STRUCTURE )
Struktur baja mulai dipakai pada saat pembangunan jembatan di St. Louis Missouri, mulai 1868
Baja yang dipergunakan untuk konstruksi adalah baja paduan ( “alloy steel”) terdiri atas 98%
Batas proporsional
Perencanaan struktur baja dimana tegaknya tidak melebihi batas proporsional disebut
perencanaan secara elastis ( “Workin strees design “ ) atau “elastic design” atau “allowable strees
desiogn”. Setelah melewati batas elastis, perencanaan struktur baja adalah dalam batas plastis (
“Plastic design “ ).
σ “Strain hardening “ :
Σ Σ kenaikan regangan
Σy = regangan leleh
Σp = regangan plastis
sebesar 0.2%
0,002 Σ
2. Tegangan dasar :
σ=
,
Harga tegangan leleh dan tegangan dasar ada pada tabel 1 hal. 5
Transportation Officials.
(“Load Factor”).
δ1 = Teganan leleh
MENURUT AISC :
- Beban mati + hidup (L) + atap ( Lr) atau beban es (S) atau air hujan (R =
rain)
- Beban mati =+ beban atap, atau es atau air hujan + beban hidup atau
angin.
Lihat Lampiran I :
Contoh C 12 X 30
• MC (“Miscellaneous Channel”)
• Angle (Siku L)
Contoh L 9 x 4 x ½
• Bentuk T
Tengah badannya
badannya
badannya
B. Standard Jerman
Flens sebelah dalam agak miring kea rah badan (Identik dengan bentuk S,
standard Amerika)
2. Profil IPE
3 Profil DIN
4 Profil DIE
5. Pofil DIR
6. Profil DIL
10. Profil T
Pada lampiran III kami cantumkan profil baja yang ada di pasaran
Apakah struktur stabil atau tidak, ini ada kaitannya dengan tekuk,
Perencanaannya kita harus meliputi 3 aspek tersebut. Selain itu juga harus
- “ Dinamyc Response”
yaitu getaran akibat lalu lintas atau orang pada struktur baja. Ataupun
Pada PPBBI Bab 2, tabel 1 dapat anda lihat besarnya tegangan dasar
Dan jika tebal elemen antara 40 mm – 100 mm, maka harga tegangan-
tegangan izin :
σn = σ
σn = 1,3 σ
σseta = 1,3 σ
σ = √σ + 3τ <σ
gempa
dipergunakan :
lubang :
σtarik=
N = Gaya tarik
= tegangan dasar
2.1.3 Batang Tarik dengan adanya perlemahan akibat
Lubang :
σmax
σrata - rata
tegangan rata-rata.
σ 2
= ≤0,75 σ
N N
d1 = diameter lubang
Jika letak lubang tidak segaris
a,b
1 2 3
N 45 b N
s s s s
a b
Kita tinjau beberapa potongan dan luas penampang netto untuk setiap
A =A ! – 1. A"! #
$%
A =A ! – 2. A"! # &! .dimana
4
t = tebal : plat
A 85% A !
A dan B : u
u
C
N B D NAnetto = Abruto = - 2 Alubang
$%) $%)
& !) & !%
+
$%) $%)
A =A ! - 3A"! # &! & !%
+
)
A B
d1
u u
a
g u
b c
E C
F
1 2
A B
C D
u = g +g -t
E F
U2 = gb+ ga - t
Anettoterkecil.
paku2keling d.l.l.).
N
Haraga N yang diizinkan lebih kecil dari
Ac = C1. An
Ct = Faktor reduksi
An = Luas netto
Untuk semua bentuk dan penampang “Built ip”, dimana jumlah baut
2 bh Ct =0,75.
2.1.5 Tegangan izin tarik pada batang Tarik
ft= 0,33 fu
A36 fu = 58 ksi
Sebagai berikut :
(Konstruksi Utama)
c. Penggantung plafond, d. l. l.
pengikat
gording penggantung
balok
kolom
balok
baja
PPBBI mengatur tentang batang Tarik berupa baja bulat sebagi berikut :
Sebaiknya memakai wartel mur yang dipasang pada tempat-tempat yang tak
mudah dijangkau orang dan diameter batang baja bulat ≤ 1/500 panjang
batang.
Jika diketahui besrnya gaya tarik (Normal), panjang batang dan mutubaja,
-.
2. Anetto=
/ %
3. Abruto=
1
-23
4. Lalu Check apakah ≤ 240
• Contoh-contoh soal :
65
65 305 satuan : mm
100
75
55 50
Jawab :
a 6 mm
1
4
3 u = 6,5
=
u = 10
305 mm
2 5
=
S =5,5
S =5
Tinjau potogan a yang melalui lubang 1 dan 2 :
= 16,57cm2
( , )% (>,?) ( )% (>,?)
&(?, ) &( >)
Anetto= 18,3 – 3(0,96) + +
= 16,49cm2
Anetto=85% Abruto
20
60
60
320
60 N
60
100
50
1
4 6
2 6
6
5 6
3 6 Abruto = 2(32) = 64cm2
A1 lubang = (2,3) (2) = 4,6cm2
5 10
b. melalui lubang 1, 4, 2, 5, 3,
c. melalui lubang 1, 4, 5, 3
d. melalui lubang 1, 4, 6
Tinjau potongan a :
Tinjau potongan b :
>% .
&. ?
Anetto= 64 – 5 (4,6) + 4( )
= 74,33 cm2
Tinjau potongan c :
>% . >% .
&. ? &. ?
Anetto= 64 – 4 (4,6) +( +0+ )
= 62,3 cm2
Tinjau potongan d :
>% . % .
&. ? &. ?
Anetto= 64 – 3 (4,6) +( + ) = 60,6 cm2
σrata-rata= = 0, 75σ
>,
0,75 (1600) =
N = 60240 kg
Letak lubang seperti gambar (Lihat halaman 16). Diameter lubang 23 mm.
13
1 2
A B
60 C D 60 = u1
50 E F 50
50
120 1 s= 70 s= 70 s= 70
2
Pertanyaan A netto profil ?
Jawab :
Potongan 1 – 1 :
Potongan 2 – 2 :
dimana s = 70 mm = 70 cm
ut = 6 cm
= 8,7 cm
= 25,21cm2
= 25,245 cm2
75
30
40
50
45 75 75 4.5 50 50 50 50
1 2,3
A B
C D E 120 + 120 – 15
= 225 mm
G H I J
50 50 50
1,2 3
•
: Anetto= (22,5) (1,5) – 2 (2) (1,5) + 0 = 27,75 cm2
= 27,946 cm2
tr = 0,75
0,75 (1600)
N 65030 kg
A 50
C 50
B 50 250
50
E 50
50 60 75
Pernyataan luas penampang netto jika diameter lubang
20 mm
Jawab :
2 melalui lubang A, E
3 melalui lubang A, B, E
4 melalui lubang A, D, E
5 melalui lubang A, C, D, E
6 melalui lubang C, D, E
Potongan 1:
Potongan 2:
Potongan 3:
%. %.
Potongan 4:
?% . ?% .
&. > &. >
Anetto= 25 (1) – 3 (2) + + = 20,8 cm2
Potongan 5:
( @,& )% ( ) ( A, )% ( ) ?% .
&( ) &. &.
Anetto= 25 (1) – 4 (2) + + +
19,275cm2
Potongan 6:
A, % . ?% .
&. &.
AnettO= 25 (1) – 3 (2) + + =23,61cm2
Soal no. 6 : Diketahui batang Tarik dari profil baja siku samakaki, memikul baja
>>>>
&B,
A netto taksiran = = 16,01 cm2
?,>
/ %
A bruto taksiran = = 18,84 cm2
1 &>>
&> &>
imin = = = 1,67 cm
dari tabel profil siku samakaki diperoleh profil yang memenuhi syarat adalah L
Anetto = 18,53cm2
>>>>
σ=
/, @
= = 1079,3 kg/cm2 tr(=1249,5 kg/cm2)
diizinkan.
100. 150. 10
50
50 150 N 150
50
50 50
50 50 50 50 50
Jawab : 21600 kg
Petunjuk : netto = 24 (1) – 3 (2) (1) = 18 cm2
diameter liubang 20 mm
a. 50
50 tebal pelat 16 mm
50
300 50
50 Jawab : 38,4 cm2
50
75
b.
50 diameter lubang 20 mm
100
100 tebal pelat 16 mm
50
75 Jawab : 40,8 cm2
c.
diameter lubang 20 mm
50
75 tebal pelat 12 mm
75 400
75
75 jawab : 40,8 cm2
50
60 50
Soal 3 : Tentukan luas netto untuk keadaan berikut :
150. 100. 12 12
N 60
150
55
40 45 45 45 40 140
1/2 (140-12)=64mm
diameter lubang 20 mm
35
60 150+100-12
107 = 238 mm
107
36
45
Soal4 : Tentukan gaya normal tarik yang diizinkan untuk profil
50 75 75 65
105
12 mm
75
75
75 N 160
Soal5 : Diketahui pelat (tebal 17 mm) disambung satu sama lain dengan
pelat penyambung
8 mm
17 mm
8 mm
75
50
N 50 N
s s
75
Pertanyaan :
(teorinya belum)
Jawab : s = 48 mm
n = 41,616 ton
$% . ,A
&.
Anetto= 1,7 (25) – 3(2,3) (1,7) + .2 = .2
34,68
s diperoleh
Seperti tergambar.
40 t 150
s s s
Jawab : s = minimum 47 mm
siku dobel
80 t
tebal 10mm
memenuhi syarat)
2,5 t 15 t
3m
E
4,5 m 4,5 m 4,5 m 4,5 m
15 t 15 t 15 t
buah.
bekerja padanya ?
Pada Bab ini akan bisa bahas alat penyambung berupa baut dan las, sedangkan
untuk paku keling tidak kami bahas karena perhitungan sama seperti pada baut
hanya tegangan izinnya saja yang berlainan. Disamping itu juga akan dibahas
1. Baut (“Bolt”)
baut hitam
3. Las (“Welding”)
Kalau dibandingkan ketiga sarana penyambung ini maka las merupakan sarana
Baut yang banyak digunakan adalah baut A325 dan A490. kepala baut
berbentuk segi enam. Pada kepala baut tertulis tanda baut tersebut (A325 atau
A490).
A 325 A 325
A 325
* *
*
F
Panjang ulir
D
3
H “ ring “ (cincin )ditandai
Panjang baut
dengan tipe baut
misalkan 3 artinya ( artinya
baut tipe 3 )
tanda mur symbol
standard pabrik
*
2 3
W N
mur untuk baut tipe 3
Dimensi baut dan kekuatan tarik minimum untuk A325 dan A490
Baut dari baja karbon rendah memenuhi sandar ASTM-307. Dipakai pada
Pada bidang
geser bautnya
tak ada ulir
(2) Baut diulir penuh :
Catatan :
ASTM A307 adalah tentang “Specifications for low carbon steel externally &
Pada kepala baut biasanya ditulis dengan kode seperti contoh : 46. 4.8
= 2400kg/cm2
Pada ASTM A – 307 : kekuatan tarik untuk mutu A dan B adalah min. 60
d.
d
Untuk baut tak diulir penuh, diameter nominal adalah diameter terluar dari
batanga baut.
Untuk baut diulir penuh, diameter inti (teras. kem) batang tulis dengan
Kami ambil dari tabel baja untuk baut hitam sebagai berikut
d &
Abaut = πd
P
P
Pada keadaan ini baut memiliki 1 irisan. Gaya yang bekerja pada baut
2. “Butt Join”
P
P
•
•
•
E. Daya pikul 1 baut dan tegangan izin untuk baut :
P P P P
1 irisan 2 irisan
Kekuatan baut 2 irisan = 2 kali baut 1 irisan. Kekuatan baut biasanya ditulis
Dengan notasi N :
Karena baut memikul geser maka ditulis Ngeser 1 irisan = πd untuk baut
&
diulir penuh
Catatan : Pada refrensi yang lain, untuk baut diulir penuh dipergunakan dk
(diameter inti).
Untuk meninjau kekuatan baut, selain ditinjau baut itu sendiri juga ditinjau
Jika pelat tidak kuat, maka lubang baut pada pelekat akan berubah bentuk
Pada bidang kontak antara baut dan pelat terjadi tegangan yang disebut
pelat penyambung.
s
s s
s s
karena s1< s2maka s pilih terkecil anτtara
s = s1 2 s1dan s2
σI=Kσ + 1,56τ ≤σ
perhitungan untuk baut pada contoh soal sebagai tegangan idiin kami
P
P
s s s
d = diameter baut.
F. Jarak baut dan jumlah dalam 1 baris :
Jarak antara baut ke baut dalam 1 baris = s. Jarak antara sumbu baut paling
u
.. .. .. .
. . .
t t
t
s s s s s s
+ + + + u
u
+ + + + u
+ + + +
2,5d ≤u≤ 7d atau 14t
+ + + + + +
+ + + +
+ - + + + +
s s
s s
s2 ≤ (7d – 0,5 u)
≤(14t – 0,5 u)
P
*
1/6 P. (← )
masing – masing baut memikul
P
( Eksentris )
P
M = P.e
*
ttk berat ttk berat pola
pola baut e baut
P
Terhadap titik berat pola baut ada eksentrisitasi = e.
memikul 1/6 P ( ↑ ).
sebagai berikut :
K& M = K .r + K .r + …. + K ? .r?
1 dimana r , … r? adalah jarak
K
* *4 baut titik berat pola baut
M) M% M
= = …. =
K
) %
K =
) . U
K =
2
%. U
K
* *5
dstnya
M = P. e
3
*K *6
@
. M . M . . M .
Diperoleh M = )
.r + %
+ ….. + %
M
= ( r + r + r@ + ….. + r )
∑ni=1n r21
M
N=
S.
K = ∑3T) %3
S. V
Jadi K ? = % E % ……E %
) % V
S.[V
K ?Y = ∑3T)(\%3 E %3
S.\V
K ?Z = ∑3T)(\%3 E %3
Kemudian akibat gaya P dan M gaya baut yang paling besar dui check
momen P.e adalah baut terluar, dalam hal ini adalah baut No.1, 3, 54 ,6
H. Sambungan yang membebani baut // sumbunya
e P
+ +
+ +
+ +
+ +
pelat + +
kolom konsol
baut yg memikul gaya // sb nya
Akibat momen = p.e : Perhitungan gaya yang dipikul baut dapat dilakaukan
2 cara :
N1
1
2 N2
3 N3
N4
4
ttk
5 putar M = P.e
N1 = adalah gaya yang dipikul oleh baut No.1 (ingat ada 2 baut).
Perbandingan segitiga :
= %%= ⋯ =
]) ] ]_
) _
] ] ] ]
M = h1 .h1 + h2. h2 + ….. + hn. .h2 + …… + hn. .hn
(h + h + ….. + h )
]
=
∑-a h-
]
=
e.fg
Nn = ∑i
jTh f
%
k.lm
Jadi NI = ∑m 2
o=n ln
Ganya baut paling besar diterima oleh baut No.1 (ada 2 baut). Jadi
>, (S.]) )
∑3Tb ]%b
P.e→N1(1 baut) = (←)→ menimbulakan σtarik
σ- = √σ + 3τ ?d
e V
H
1 A
2
3
4
e
Gaya V dan H dipindahkan ke titik berat pola baut. Pola baut ada 2 tipe
1 * 1
Timbul M
Akibat H masing – masing baut
2 2
H * Memikul 0,25 H ( → )
Akibat B masing – masing baut
3 * 3
Memikul 0,25 V ( ↑ )
* 4
ttk berat V
pola baut
Akibat momen : Baut yang memikuk gaya terbesar adalah 1 dan 4
Tetapi arah gaya yang diterima baut 4 searah dengan akibat gaya H
(baut 4 memikul 0,25 H), sedangkan arah gaya yang diterima baut 1
tinjau.
baut (N)
yang memikulnya.
method)
g. netral
x
1= @b (−x)@ + b@
@
Jumlah baris = 2
y/
τbaut = ) <τbaut
wD%
z
3. Syarat PPBBI
σ- = √σ + 3τ
{
)2 ≤1
{
atau AISC : ( )2 + (
“ cleat angle “
( siku penjepit) ••
beam gage “ : g
1/2” ( 6 mm)
(AISC)
L
“ seat angle “
( siku dudukan ) ada 6 tipe
L
A D
a
B E
C F
a a
LRFD dapat kita tentukan ukuran seat angle yang diperlukan jika
angle” diukur dri ujung balok ke suatu titik, jarak tersebut kita
kita namakan B.
.$- " .
.
B=
}
“ cleat angle “
b
B
+ 300
b = B - h2 √3
1 cm
penampang
t kritis
S
Maka σ = )1 % ≤σ
V
B
ambil 12 mm
30 h
“seat angle”
“stiffening leg“
(kaki pengaku)
pelat pengisi
~
B=
}.
kontak b.
b = B - √3. h
profil T yang dipakai harus lebih besar daripada tebal badan dari
profil balok.
MY’Y’ = 1/2 R. f
Akibat MY’Y’:
S•€ •€ .])
∑•3T) %)
N1
+1 Sƒ€ ƒ€ . )
∑z3T) %3
K1 (berupa geser) =
+2
+3 r1adalah jarak baut No.1 thd titik
+4 berat pola baut
+
K _‚
= Adalah akibat MX’X’,MY’Y’ dan akibat R (dipikul oleh 8 baut).
Pada sambungan jenis ini, tak boleh terjadi perubahan sudut antara antara
boleh terjadi.
D M
Sebelum kita membahas teori ini baiklah kita bahas dulu perencanaan siku
Pada sambungan balok dan kolom yang hanya memikul lintang (geser) saja,
memenuhi syarat sambungan yang semi kaku. Tetapi jika siku tersebut, yang
akan menimbulkan gaya pada baut , disamping gaya lintang yang bekerja.
Untuk sambungan yang kaku sekali, deformasi ini tidak boleh terjadi. Pada
gambar diatas, tergambar bentuk deformasi dari siku. Deformasi yang terjadi
A
b
R M
a A
1 M
B
B
∆ M
C
a
R
Anggap baut A dan C, perletakan berupa jepit
θA θC= 0
Panjang siku = b
t = tebal flens
Tinjau bagian BC :
S …._% S ˆ._%
@†‡ ?†‡
θB = + dimana MC = MB (Lihat mekanika Teknik III jilid I)
S …._%
&†‡
= (1)
Tinjau bagian AB :
S …._) S ˆ._) ∆
−
@†‡ ?†‡
θA = - = 0 (A diangap jepit)
)
S Š._) S …._)
@†‡ ?†‡
jadi = -
S …._) S …._) ∆
−
@†‡ ?†‡
θB = -
)
) )
(MB - Ra + MB)
?†‡ ?†‡
= (3MB - 3MA)=
~.
+ MŒ )……(2)
)
†‡
= (−
~) %)
MŒ =
& )E %
~ )( )E %)
& )E %
dan
Jika a = a = a→diperoleh MA= 0.6 R a
MB= 0.4 R a
MC= 0.2 R a
Jadi jika deformasi terjadi pada siku penyambung, maka pad siku tersebut akan terjadi
momen. Momen ini dipergunakan untuk merencanakan tebal flens siku penyambung.
(M – 1/2MŒ )
@†‡ †‡
= = (0.6 R a – 0,2 R a)
>. @@@~ •
†‡
=
Kembali kepersoalan :
1
2
3 8
4 9 h a
5 10
6
7
I II
Lihat Gambar I :
Baut 1 dan 2 memikul gaya tarik. 3 dan 4 tekan. Lengan momen antara
titik berat baut 1,2 dengan titik berat baut 6,7 dan a
S
D -.!" !
a= dimana daya pikul baut = 2 kali daya pikul 1 baut
S
]
Gaya geser yang bekerja pada baut =
S/]
D -.!" !
=
Setelah kita peroleh jumlah baut yang menghubungkan siku dan flens kolom,
M’ = 0.6 R.a’
S
Dimana R =
SŽ
Check : σ = ) %
b= panjang siku (⊥ bidang gambar)
V
••
Dipikul oleh siku yang menghubungkan badan balok dengan flens kolom.
‘
D -.!" !
Jumlah baut =
‘
D -.!" !
Jumlah baut =
Akibat momen :
C. Ukuran profil :
Akibat lintang :
Idem
+ + + + + +
+ + + + + +
Jadi jika flens terputar, maka harus disambung dengan pelat penyambung flens
yang mampu memikul momen flens. Jika badan terputus, maka harus
badan.
Pembagian momen yang bekerja : Atas mamen flens dan momen badan :
Patokan :
‡ _”_
‡} ’3‚ .S _”_
Jadi : Mbadan=
Menentukan Ibadan:
ts
h
tb
ts
Ibadan = tb (h – 2ts)2
(momen + lintang ).
Jika kita harus menentukan dulu momen max dan lintang max yang dapat
Kerugian :tidak dapat dipasang dimana saja, jadi kita pasang dilokasi dimana
A. Menentukan M max :
lubang
Inetto = Iprofil – 4 A. a2
A = luas 1 lubang
Mma x = Mnetto . H
B. Menentukan D maximum :
{. .
•
Dmaxtidak sama dengan tetapi dicari dengan rumus Huber Henky.
σmax τ
ts
σ1
] ]
σ : σ = ( - t $ ):
–
x “
σ = %
]/
.σ
diperoleh
{.
•
Dmax=
1 =1x(bukan 1netto)
di lokasi sambungan
tersebut akan disambung pada lokasi sejauh 4.5 meter dari perletakan. Maka
langkah pertama menentukan M, D pada lokasi tersebut. Selanjutnya adalah
Menetukan besarnya h’ :
Jika akan dihitung secara tepat
t maka h’ adalah jarak antara titik
berat diagram teg.
(trapezium).dan karena tebal pelat
penyambung (=t) kecil maka boleh
h’ dianggap titik berat diagram teg
tersebut ada di tengah – tengah.
t Jadi h’ = h + t
S’‚ “
]
Jadi S =
Dan perlu diingat : luas pelat penyambung lusa flens. Tebal pelat penyambung
biasnya 6, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 25, 28, 30, 32, 38, 50, 65, 70,
•
An= ; σ = teg. tarik izin pelat = σ
)
•
Jumlah baut (=n) = ; N = daya pikul izin 1 baut.
Contoh INP40 :
ts H = 400 mm
ts= 21,6 mm
r (kelengkungan) = 14,4 mm
h1
h h1= h – 2 ts– 2r
d
= 400 – 2 (21,6) – 2(14,4) = 328 mm
dan pada tabel = 323 mm
t Jadi tinggi pelat penyambung
maximum 323mm
2. .t.h@ ≥. d (h – 2ts)3
t diperoleh
D
** Untuk tipe sambungan yang dibuat berdasarkan M, D yang bekerja :
21,6
Ix = 29210 cm4
Wx = 1460 cm3
400 Sx = 857 cm3
14,4 Aprofil = 118 cm2
155
σ
2,16
σ1
20
S
σ=
—ƒ
˜. >™
&?>
= 1600→ P = 11,68 ton
σ1 :σ = (20 – 2,16) : 20
τmax
‘.•Y
τš \ . Y
=
b = 1,44 cm
D = P ton = 1000 p kg
P = 45,55 ton
= 15,06 P kg/cm2
P≤12,80 ton
S @y
])
N1 = = = 1,182 ton
, / y. >>>
Akibat N1 = σ
.)z w( , )%
= = 155,47 P kg/cm2
>, y. >>>
Akibat geser τ = )w( , )%
= 65,77 P kg/cm2
z
√σ + 3τ ≤σtr
σ = K(155,47P) + 3(65,77P)≤0,7(1600)
P≤5,81 ton
>, y. >>>
H•ž = ( ,@)( ,?)
≤ 2400
P ≤ 35,3 ton
(Tapi lendutan balok tak ditinjau dan kolom belu kita tinjau →
teori kita belum sampai disini ).
S B
A • 150
1,5 m 4,5 m 10,7
* 300
tebal 10mm
1 7,1
S 4,5m B
(& , )(&, )
= + P = (94,95+ P) kg
Kg/cm.
1 2 3
∝
17cm
4 5 6
P + 94, 95
8 cm 8 cm
K = K @ =K & = K ?
(yEB&,B )( @)(K/% E/, % )
& (@/B& (yEB&,B ).#
=
/,
/
Tg α =
cos Ÿ = 0,6854
sin Ÿ = 0,7282
((0,7282)0,38942(¥ + 49,95))
Ktotal = ¢
+(0,6854(0,38942)(¥ + 49,95))
= (P+94,95). 0,5181
>, / (˜EB&,B )
τ= )
. ¦( , )%
z
P ≤ 13992 kg
>, / (˜EB&,B )
H•ž =
( ,@)(>,A )
≤ 2400
P≤ 7470 kg
momen, artinya titik berat pelat penyambung harus berimpitan dengan titik
Disamping itu, luas netto penyambung harus lebih besar atau sama dengan
3.1.2.3 Pendahuluan :
1. Las antogen
2. Las listrik
(batang elektrode).
B. Macam-macam las
Pada konstruksi baja, kebanyakan digunakan 2 macam las yaitu las sudut
(hampir 80% dari macam las yang dipakai), dan las tumpul (“Grove weld”).
Gambar:
A A
Las tumpul
Las sudut
jjljkkklklkl
1b = 1bruto– 3 a
a = tebal las
Untuk ketiga jenis las sudut, harga a seperti tercantum pada gambar
dibawah ini :
a a a
Dan jika diperluakan panjang las > 40 a, maka pengelasan harus dilakukan
terputus-putus.
Untuk las yang terputus-putus :
- Batang tekan :
≤ 16t atau 30 cm
Batang tarik :
≤ 24t
a ≤ 1/2 t √2
3. Gaya yang ditahan las membentuk sudut dengan bidang retak las.
12131545413
P
bidang retak las Pr
Py
σ α= σ
√$- % E@¨ $%
y
σ© = <σ©
σ- = √σ + 3τ
atau σ- = <σ
ª
«
P = σ. A (untuk α = 900)
P P
4.2 Las tumpul (Gaya tekan)
P = σ. A (untuk α = 900)
P P
¥= 0,58.H . A
4.3
P P (untuk α =00 )
P= 0,58.σ. A
4.4
P P (untuk α =00 )
P= 0,58.σ. A
4.5
(untuk α =790)
P P
4.6
P= 0,75.σ. A
P P (untuk α =450)
4.7
P= 0,75.σ. A
P P (untuk α =450)
P P P P P P
t t
P= 1,2.σ. A P= 0,82.σ. A P= 0,89.σ. A
(α =720) (α =770)
Pada hubungan batang tarik dengan pelat tumpul buhul., las terbagi atas 2
Las
Kepala
BAB IV
BATANG TEKAN
(“COMPRESSION MEMBERS”)
4.1.1 Pendahuluan
N N
Batang tekan tersebut hanya mampu menerima gaya tekan sampai batas
L K=1
K=1
• •
K = 1/2
Lk
K = 1/2 √2
Lk •
yF
σ. = A = luas penampang batang tekan
w% †‡
1
.1F
= = 1/A
w% †-%
¯
1%F
= = angka kelangsingan batang
w% †
¯ = L. /1
°%
=
²
Utuk tabel W : σk=
σF)
³
Satandard AISC : σk =
f = faktor keamanan
4.1.2 Pengaturan tentang stabilitas batang tekan (PPBBI)
W ≤σ
B. Mendapatkan harga W :
PPBBI mengadaptasi rumus tekuk dari TGB 1972. Pada suatu mutu baja
Jadi pada saat λ<λ# , maka baja akan meleleh dan tegangan pada
w% †
σ =
°%µ
tercapai pada saat tegangan mencpai tegangan leleh, karena ada tegangan
w% †
Jadi : (σ = 0,3 σ ) =
°%µ
†
Diperoleh λ# = πq
>.A µ
Sayarat : ≤σ.
)
Ruas kiri dan kanan dikalikan dengan
F
H
H¸¹
)
≤ .σ.
F
)
,
W
° †
λ$ = = dimana λ# = πq
°µ >,A 3
Hubungan λ$ dan W:
≤ 0,183 1
,&
,183<λ$ < 1
, B@x°“
W=
W = 2,381 λ$
≥1
, . >V
λ# = πq
>.A ( >>)
= 118,74
¶ >
λ$ =
¶· /,A&
= = 0,42
,
karena 0,183<¯º <1→ W =
, B@x>,&
= 1,2
diperoleh W = 1,193.
Pertanyaan W = ?
λ = 50 → W = 1,234
λ = 57 → W = 1,206
B,/x >
¯ = 56,8 → W = 1,234 -
Ax >
(1,234 – 1,206)
= 1,207
C. Pembatasan harga λ :
λš- -š!š = 20
λš .$-š!š = 200
c. Pengelasan.
tekanan
tegangan
pada flens
tagangan
pada badan
+ q»
‡Y x ‡Z ‡Y E‡Z
Imax= ¼ + I\
-q »
‡Y x ‡Z ‡Y E‡Z
Imin = ¼ + I\
Pada saat tunngal (terdiri atas 1 profil saja), kedua sumbu merupakan
sb X = sb bahan
sb Y = sb bebas bahan
Y
X dan Y sb bebas bahan
X
Pada profil berikut :
4.1.5 Profil tersusun dihubungkan dengan plat melintang, dengan gaya tarik
3) Kelangsingan batang :
Y
i adalah i
L1 (terkecil)
X
a a
1FZ ‡Z "
= dimana iy = q
-Z
λY =
_‚
2
°a
X I _‚
= 2i° + A profil
terhadap sumbu Y.
Harga m adalah jumlah profil tunggal yang membentuk satu kesatuan.
m=2
a a a
b
m=3
Y
Y
X
X
c
mX = my= 2
d
mX = 2 my= 2
Khusus gambar (b) :
Iy total = 2 I + AI profil . a
#
4.1 Pelat kopel membagi profil tersusun atas beberapa bagian yang
sama panjang.
Misalkan panjang batang 400 cm, jarak kopel pelat diambil 50cm,
&>>
>
Berarti jumlah kopel pelat = + 1 = 9 kopel pelat.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
8 x 50 cm
N N
x f
1/2L
Benteng
D% \ w% w\
sin
D\ % 1% 1
=-f
D• w• w\
cos
D\ • 1% 1
=-f
Ä•Å
ÄÆ •
D = -EI
w• w\
cos
1• 1
=f
diagram D digambarkan :
w•
1•
untuk x = 0 → D = EI f
x=½L→D=0
w•
1•
x = L → D = EI F
diagram D akibat
normal tekan
++
++
++
++
++
4.3 Ukuran pelat kopel :
‡} ‡
≥10
1
Y lemah
X
Karena IY= lebih kecil daripada
IXmaka I1= IY
terbesar antara
N N
• •
L q
• •
N N
‘.•Z
Y
‡Z.
λ=
Sy= A1 profil .( a)
Ingat :
L b Jika ada 2 pelat kopel maka
gaya yang dipikul pola baut
t adalah L/2.
1
τ= dimana L adalah untuk 1 pelat kopel dan
σ = √σ + 3π
4.5.2 Jika menggunkan las :
Pindahkan L ke las No. 2
Timbul momen L. n
2. Arya Ajmani.
edition, AISC.