Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA RINGAN DAN BAJA

BERAT DENGAN APLIKASI BRIDSCAD

DOSEN PENGAMPUH : HAMSYAH S.T,M.T

DISUSUN OLEH :

 HERAWATI NAS (222190034)


 SITI NURHALIZAH RASYID (222190039)
 MUH FATHUR RAHMAN (222190031)
 MUH KHOMAINI BAIHAQI (222190045)
 MUH YUDIANSYAH (222190029)
 ANDI ANGGARA (222190032)
 NURFADILLAH (222190040)

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM......

Ilmu teknik sipil pada dasarnya adalah ilmu yang kuno. Orang-orang ter
dahulu pun telah mampu menciptakan berbagai macam konstruksi yang kokoh.
Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai macam penemuan bangunan-bangunan
prasejarah. Namun ilmu teknik sipil terus berkembang karena 3 hal yaitu :
1. Adanya inovasi-inovasi material baru
2. Teknik atau metode pelaksanaan yang semakin canggih
3. Adanya teknologi yang membantu dalam pelaksanaan, pengawasan dll.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menolong hambanya


menyelesaikan materi ini tepat pada waktunya dan dengan kemudahan. Tanpa
pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Materi ini kami susun agar pembaca dapat memahami dan mengerti tentang
“ANALISIS STRUKTUR RANGKA BAJA RINGAN DAN RANGKA BAJA
BERAT DENGAN APLIKASI BRIDSCAD” yang kami sajikan berdasarkan
berbagai sumber.

Terima kasih juga kepada bapak selaku dosen pengampuh mata kuliah
struktur baja, yang sudah memberikan tugas kepada kami dan memberikan
tanggung jawab sepenuhnya kepada kelompok kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikanyya tepat pada waktunya.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I BAJA......................................................................................................... 1

1.1. PENGERTIAN BAJA.............................................................................................. 1


1.2. PENGERTIAN BAJA RINGAN............................................................................... 1
1.3. PENGERTIAN BAJA BERAT.................................................................................. 2
1.4. PROFIL BAJA........................................................................................................ 4
1.5. JENIS BAJA........................................................................................................... 9
1.6. KLASIFIKASI BAJA............................................................................................... 11
1.7. PROSES PEMBUATAN BAJA................................................................................
20

BAB II STRUKTUR BAJA........................................................................................... 23

2.1. SIFAT BAJA STRUKTUR.......................................................................................


24
2.2. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAJA......................................................................
24
2.3. ALAT SAMBUNG BAJA......................................................................................... 25
2.4. UNSUR STRUKTUR BAJA.................................................................................... 25
2.5. KARAKTERISTIK MATERIAL...............................................................................
26

BAB II APLIKASI DAN PENGAPLIKASIAN BRIDSCAD.......................... 31

3.1. PENGERTIAN BRIDSCAD....................................................................................


31
3.2. .EDISI BRIDSCAD.................................................................................................
34
3.3. FITUR-FITUR BRIDSCAD....................................................................................
34

iii
3.4. DATA PERENCANAAN BAJA RINGAN DAN BAJA BERAT.................................
35
3.5. PENGGUNAAN PADA STRUKTUR BAJA RINGAN.............................................
36
3.6. ANALISIS MENGGUNAKAN BAJA RINGAN........................................................
37
3.7. PENGGUNAAN PADA STRUKTUR BAJA BERAT................................................
38
3.8. ANALISIS PEMBEBANAN PADA BAJA BERAT....................................................
40

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 4

iv
BAB I

BAJA

1.1. PENGERTIAN BAJA

Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan,
mulai dari peralatan rumah, transportasi, generator pembangkit listrik, kerangka
gedung, jembatan hingga peralatan tempur semua menggunakan baja. Dari sebuah
eksploitasi besi baja mendapati peringkat pertama di antara barang tambang
logam dan lainya. Hampir 95% semua produk rata-rata menggunakan bahan
logam.

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon
sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara
0.2% hingga 2.1% berat sesuai gradennya. Fungsi karbon dalam baja adalah
sebagai unsur pengeras. Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon
adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan nikel. Dengan
memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength),
namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta menurunkan
keuletannya (ductility). Pengaruh utama dari kandungan karbon dalam baja adalah
pada kekuatan, kekerasan, dan sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon yang
besar dalam baja mengakibatkan meningkatnya kekerasan tetapi baja tersebut
akan rapuh dan tidak mudah dibentuk (Davis, 1982).

1.2. PENGERTIAN BAJA RINGAN


Baja ringan merupakan baja memiliki kualitas tinggi yang bersifat ringan dan
tipis, kekuatannya tidak kalah dengan baja konvensional walaupun tipis, baja
ringan juga memiliki derajat kekuatan tarik 550 mpa dan baja berat sekitar 300
mpa (Puri 2013). Kekuatan tarik dan tegangan ini untuk kompensasi bentuknya

1
yang tipis. Ada beberapa jenis baja ringan yang terbagi berdasarkan nilai
tegangan tariknya (tensile strength). Menurut (Selleng n.d. 2018), tegangan tarik
pada dasarnya didasari pada fungsi akhir dari baja ringan tersebut. Misalnya
untuk berbagai produk struktur seperti rangka atap baja ringan haruslah
menggunakan baja ringan dengan tegangan tarik tinggi (G550). Namun untuk
berbagai produk home appliances misalnya, diperlukan baja ringan dengan
tegangan tarik lebih rendah (G300, G250, dll) dan yang lebih lentur dan lunak
sehingga lebih mudah dibentuk. Karna tingkat kualitas dan kuat tariknya tinggi,
tak heran baja ringan lebih tipis dan ringan dibandingkan baja konvensional.
Baja G550 bisa diartikan sebagai baja yang mempunyai kuat tarik 550MPa. Uji
kualitas ini hanya dapat dibuktikan di laboratorium (Selleng . 2018)

Standar umum untuk bahan struktural (menanggung beban), ketebalan lapisan


alumunium zinc tidak boleh kurang dari 150 gram/m2 (AZ 150) sedangkan untuk
lapisan zinc (galvanis) tidak kurang dari 200 gram/m2 (Z 200). Ketahanan baja
ringan, tergantung pada ketebalan lapisan anti karatnya. Di Indonesia ketebalan
baja ringan antara 0,4 mm– 1 mm.

Menurut (Wildensyah 2010) Rangka atap baja ringan memiliki beberapa


elemen yaitu kuda-kuda, gording/reng dan jurai. Kuda-kuda merupakan struktur
utama dalam konstruksi atap baja ringan. Kuda-kuda terbagi atas beberapa bagian,
antara lain : (Purwanto 2019)top chord (elemen atas), bottom chord (elemen
bawah) dan web adalah elemen yang tersusun secara vertikal dan diagonal yang
terhubung pada chord. Jarak pemasangan antar kuda-kuda ditentukan berdasarkan
penutup atap yang digunakan. Semakin berat bobot atap yang digunakan maka
semakin dekat jarak antar kuda-kuda baja ringan tersebut (Nugroho and Budi
Setiawan 2018).

1.3. PENGERTIAN BAJA BERAT (WF)

Material baja ini lebih unggul jika ditinjau dari segi kekuatan, dan kekakuan.
baja berat merupakan sebuah rangka baja yang tersusun dari beberapa batang baja

2
yang dirangkai atau disambung menjadi konstruksi berbentuk segitiga.
Penyambungan beberapa batang baja dilakukan pada ujung baja (sesuai ukuran)
dengan cara dibaut, dilas, atau bisa juga menggunakan paku kelling. Konstruksi
ini dipakai untuk atap bangunan, sebagai pengganti kayu atau cor beton, dan lain
semacamnya. Biasanya, konstruksi baja berat digunakan untuk pembuatan
bangunan-bangunan besar, seperti pembuatan gedung pabrik, gudang pabrik,
gedung perguruan tinggi, atau juga rumah kategori besar.

Jadi tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek konstruksi bangunan


(jembatan atau gedung serta tower (Husnah and Kartini 2018) maka baja selalu
ditemukan, meskipun tentu saja volumenya tidak harus mendominasi. Tinjauan
dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai mengevaluasi
struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain kondisi tadi
akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup struktur
bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan bahkan dapat
mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun (belum
berfungsi).

Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan sekitarnya


adalah penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik. Baja merupakan
bahan campuran besi (fe), 1.7% zat arang karbon (C), 1.65% mangan (Mn), 0.6%
silicon (Si), 0.6% tembaga (Cu). Baja dihasilkan dengan menghaluskan biji besi
dan logam besi tua bersama dengan bahan-bahan tambahan pencampur yang
sesuai, dalam tungku bertemperatur tinggi untuk menghasilkan massa-massa besi
yang besar, selanjutnya dibersihkan untuk menghilangkan kelebihan zat arang dan
kotoran lainnya. Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat
dikategorikan sebagai berikut:

1) Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel) yaitu lebih kecil
dari 0.15%
2) Baja dengan persentase zat arang ringan (mild carbon steel) yaitu 0.15%-
0.29%

3
3) Baja dengan persentase zat arang sedang (medium carbon steel) yakni 0.3%-
0.59%
4) Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel) yaitu 0.6% 1.7%.

1.4. PROFIL BAJA

Terdapat banyak jenis bentuk profil baja struktur yang tersedia di pasaran.
Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Beberapa jenis profil baja menurut ASTM bagian I di antaranya adalah profil
IWF, O,C, profil siku (L), tiang tumpu (HP) dan profil T struktural.

Gambar 1. Macam-macam Profil Baja

Sejarah profil baja struktur tidak terlepas dari perkembangan rancangan


struktur di Amerika Serikat yang kemudian diikuti oleh negara lain. Bentuk
profil yang pertama kali dibuat di Amerika Serikat adalah besi siku pada tahun
1819. Baja I pertama kali dibuat di AS pada tahun 1884 dan struktur rangka yang
pertama (Home Insurance Company Builing of Chicago) dibangun pada tahun
yang sama. William LeBaron Jenny adalah orang pertama yang merancang
gedung pencakar langit dimana sebelumnya gedung dibangun dengan dinding
batu. Untuk dinding luar dari gedung 10 lantai Jenny menggunakan kolom cast
iron dibungkus batu. Balok lantai 1 s.d. 6 terbuat dari wrought iron, dan untuk
lantai di atasnya digunakan balok baja struktur. Gedung yang seluruh rangkanya
dibuat dari baja struktur adalah Gedung Rand-McNally kedua di Chicago dan

4
selesai dibangun pada tahun 1890. Menara Eiffel yang dibangun pada tahun
1889 dengan tinggi 985 ft dibuat dari wrought iron dan dilengkapi dengan
elevator mekanik. Penggabungan konsep mesin elevator dan ide dari Jenny
membuat perkembangan konstruksi gedung tinggi meningkat hingga sekarang.
Sejak itu berbagai produsen baja membuat bentuk profil berikut katalog yang
menyediakan dimensi, berat dan properti penampang lainnya. Pada tahun 1896,
Association of American Steel Manufacturers (sekarang American Iron and Steel
Institute, AISI) membuat bentuk standar. Sekarang ini profil struktur baja telah
di standarisasi, meskipun dimensi eksaknya agak berbeda sedikit tergantung
produsennya. Baja struktur dapat dibuat menjadi berbagai bentuk dan ukuran
tanpa banyak mengubah sifat fisiknya. Pada umumnya yang diinginkan dari
suatu elemen adalah momen inersia yang besar selain luasnya. Termasuk di
dalamnya adalah bentuk I, T, dan C. Pada umumnya profil baja dinamai
berdasarkan bentuk penampangnya. Misalnya siku, T, Z, dan pelat. Perlu kiranya
dibedakan antara balok standar Amerika (balok S) dan balok wide-flange (balok
W atau IWF) karena keduanya mempunyai bentuk I. Sisi dalam dan luar dari
flens profil W hampir sejajar dengan kemiringan maksimum 1:20. Balok S
adalah balok profil pertama yang diproduksi di AS, mempunyai kemiringan flens
sisi dalam 1:6. Perhatikan bahwa tebal flens profil W yang hampir konstan
dibandingkan profil S dapat mempermudah penyambungan. Sekarang ini
produksi wide-flange hampir 50% dari seluruh berat bentuk profil yang
diproduksi di AS, sedangkan di Indonesia hampir seluruh balok menggunakan
profil W. Gambar 1.1 memperlihatkan profil W dan S serta profil lainnya.
Beberapa properti penampang yang digunakan dalam buku ini mengacu pada
Manual of Steel Construction Load & Resistance Factor Design edisi kedua
yang diterbitkan oleh American Institute of Steel Construction (AISC), 1
Desember 1993. Manual terdiri dari Volume I (Structural Members,
Specifications Codes) dan Volume II (Connections). Selain itu, profil yang
digunakan dalam buku ini juga mengacu pada manual yang dikeluarkan oleh
produsen baja Indonesia. Profil diberikan singkatan berdasarkan suatu sistem
yang dijelaskan dalam buku ini untuk digunakan dalam penggambaran,

5
spesifikasi, dan desain. Sistem ini telah di standarisasi sehingga semua produsen
dapat mengacu pada sistem yang sama untuk tujuan pemesanan, pembayaran,
dll. Berikut ini adalah beberapa contoh sistem singkatan dari profil baja yang
digunakan dalam peraturan AISC LRFD-93. Kelebihan dari sistem penamaan
(kodifikasi) yang ada dalam AISC dirasakan lebih memudahkan karena
didasarkan pada berat baja persatuan panjang, selain juga didasarkan pada
dimensi tinggi profil. Oleh karenanya dalam buku ini juga akan digunakan
sistem pengkodean yang serupa.

1. W27 x 114 adalah penampang Wide-flange dengan tinggi penampang


mendekati 27 in dengan berat 114 lb/ft.
2. S12 x 35 adalah penampang Standar Amerika dengan tinggi penampang
mendekati 12 in dan berat 35 lb/ft.
3. HP12 x 74 adalah profil untuk tiang pondasi dengan tinggi profil mendekati
12 in dan berat 74 lb/ft. Profil ini dibuat dengan material yang sama seperti
profil W tetapi dengan web yang lebih tebal dengan tujuan supaya lebih kuat
terhadap proses pemancangan.
4. M8 x 6,5 adalah profil dengan tinggi 8 in dan berat 6,5 lb/ft. Berdasarkan
dimensinya, profil ini tidak dapat digolongkan dalam penampang W, S, atau
HP.
5. C10 x 30 adalah profil tipe kanal dengan tinggi 10 in dan berat 30 lb/ft.
6. MC18 x 58 adalah sejenis kanal tetapi dari dimensinya tidak dapat
dikelompokkan sebagai C.
7. L6 x 6 x ½ adalah siku sama kaki dengan panjang kaki 6 in dan tebal ½ in.
8. WT18 x 140 adalah profil T yang didapat dengan memotong separuh profil
W36 x 240.
9. Penampang baja persegi dikelompokkan menjadi pelat dan bar. Pada
umumnya penampang lebih besar dari 8 in. disebut pelat, sedangkan yang
lebih kecil dari 8 in disebut tulang / batang. Informasi detail dari penampang
ini diberikan dalam Part 1 dari Manual LRFD. Pelat umumnya diberi notasi
berdasarkan tebal x lebar x panjang, misalnya: PL ½ x 6 x 1 ft 4 in.
10. IWF 100x100x17,2 adalah profil wide-flange dengan lebar flens 100 mm,
6
tinggi profil 100 mm, dan berat per meter 17,2 kg.

Adapun bentuk macam-macam profil baja ringan dan berat yang umum
digunakan yaitu :
a. Profil C

Gambar 2. Profil C75/075


Pada kuda-kuda dapat digunakan sebagai top chord, bottom chord dan web.

b. Profil U terbalik

Gambar 3. Profil reng Model U 32/045


Dapat digunakan sebagai top chord dan bottom chord pada kuda-kuda,
sebagai jurai, sebagai bracing serta sebagai gording apabila menggunakan atap
metal longspan.

c. Profil hollow

7
Gambar 4. Profil hollow
Profil ini jarang sekali digunakan pada kuda-kuda. Biasanya digunakan
sebagai rangka untuk partisi.

d. Profil reng asimetris

Gambar 5. Profil reng asimetris


Profil reng ini biasanya digunakan sebagai reng contohnya berfungsi agar
pemasangan genteng tidak melorot.

Data profil secara lengkap dapat dilihat dalam peraturan AISC LRFD.
Dimensi diberikan dalam bentuk desimal (diperlukan oleh perancang teknik)
dan juga sampai dengan 1/16 in (digunakan oleh juru gambar). Data lain yang
diberikan dalam manual AISC-LRFD adalah luas penampang, momen inersia,
jari-jari girasi, dll. Tentu saja dalam proses manufaktur baja akan terjadi
variasi sehingga besaran penampang yang ada tidak sepenuhnya sesuai
dengan yang tersedia dalam tabel manual tersebut. Untuk mengatasi variasi
tersebut, toleransi maksimum telah ditentukan dalam peraturan. Sebagai
konsekuensi dari toleransi tersebut, perhitungan tegangan dapat dilakukan
berdasarkan properti penampang yang diberikan dalam tabel. Dari tahun ke

8
tahun terjadi perubahan dalam penampang baja. Hal ini disebabkan tidak
cukup banyaknya permintaan baja profil tertentu, atau sebagai akibat dari
perkembangan profil yang lebih efisien, dll

1.5. JENIS BAJA


Menurut (Badan Standardisasi Nasional 2002), baja struktur dapat
dibedakan berdasarkan kekuatannya menjadi beberapa jenis, yaitu BJ 34, BJ
37, BJ 41, BJ 50 dan BJ 55. Besarnya tegangan leleh (fy) dan tegangan
ultimate (fu) berbagai jenis baja struktur sesuai dengan (Badan Standardisasi
Nasional 2002), dapat dilihat pada tabel 1.

Jenis Kuat Tarik Tegangan Leleh


baja Batas (fu) MPa (fy) MPa
BJ 34 340 210
BJ 37 370 240
BJ 41 410 250
BJ 50 500 290
BJ 55 550 410
Tabel 1. Kuat tarik batas dan tegangan leleh

Baja merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat
dibentuk menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan. Secara
garis besar ada 2 jenis baja, yaitu :

a. Baja Karbon Baja karbon disebut juga plain karbon steel, mengandung
terutama unsur karbon dan sedikit silicon, belerang dan pospor. Berdasarkan
kandungan karbonnya, baja karbon dibagi menjadi :

 Baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C) Baja ini dengan komposisi
karbon kurang dari 2%. Fasa dan struktur mikronya adalah ferrit dan perlit.
Baja ini tidak bisa dikeraskan dengan cara perlakuan panas (martensit) hanya
bisa dengan pengerjaan dingin. Sifat mekaniknya lunak, lemah dan memiliki

9
keuletan dan ketangguhan yang baik. Serta mampu mesin (machinability) dan
mampu las nya (weldability) baik cocok untuk bahan bangunan konstruksi
gedung, jembatan, rantai, body mobil.
 Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C) Baja karbon sedang
memiliki komposisi karbon antara 0,2%-0,5% C (berat). Dapat dikeraskan
dengan perlakuan panas dengan cara memanaskan hingga fasa austenit dan
setelah ditahan beberapa saat didinginkan dengan cepat ke dalam air atau
sering disebut quenching untuk memperoleh fasa ang keras yaitu martensit.
Baja ini terdiri dari baja karbon sedang biasa (plain) dan baja mampu keras.
Kandungan karbon yang relatif tinggi itu dapat meningkatkan kekerasannya.
Namun tidak cocok untuk di las, dengan kata lain mampu las nya rendah.
Dengan penambahan unsur lain seperti Cr, Ni, dan Mo lebih meningkatkan
mampu kerasnya. Baja ini lebih kuat dari baja karbon rendah dan cocok untuk
komponen mesin, roda kereta api, roda gigi (gear), poros engkol (crankshaft)
serta komponen struktur yang memerlukan kekuatan tinggi, ketahanan aus, dan
tangguh.
 Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C) Baja karbon tinggi memiliki
komposisi antara 0,6- 1,4% C (berat). Kekerasan dan kekuatannya sangat
tinggi, namun keuletannya kurang. baja ini cocok untuk baja perkakas, dies
(cetakan), pegas, kawat kekuatan tinggi dan alat potong yang dapat dikeraskan
dan ditemper dengan baik. Baja ini terdiri dari baja karbon tinggi biasa dan
baja perkakas. Khusus untuk baja perkakas biasanya mengandung Cr, V, W,
dan Mo. Dalam pemaduannya unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan karbon
menjadi senyawa yang sangat keras sehingga ketahanan aus sangat baik. Kadar
karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik, kekerasan
dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat tarik dan
kekerasan baja semakin meningkat tetapi keuletannya cenderung turun.
Penggunaan baja di bidang teknik sipil pada umumnya berupa baja konstruksi
atau baja profil, baja tulangan untuk beton dengan kadar karbon 0,10% -
0,50%. Selain itu baja karbon juga digunakan untuk baja/kawat pra tekan
dengan kadar karbon s/d 0,90 %. Pada bidang teknik sipil sifat yang paling

10
penting adalah kuat tarik dari baja itu sendiri.

b. Baja Paduan Baja dikatakan di padu jika komposisi unsur-unsur paduannya


secara khusus, bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsur fosfor dan
mangan. Baja paduan

Semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di gunakan untuk


baja paduan, yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.

 Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel) Baja paduan rendah merupakan baja
paduan yang elemen paduannya kurang dari 2,5% wt, misalnya unsur Cr, Mn,
Ni, S, Si, P dan lainlain. Biasanya digunakan untuk membuat perkakas potong,
gergaji, cetakan penarikan, pahat kayu, mata pisau, pemotong kikir, gurdi batu.
 Baja Paduan Menengah (Medium Alloy Steel) Baja paduan menengah
merupakan baja paduan yang elemen paduannya 2,5% - 10% wt, misalnya
unsur Cr, Mn, Ni, S, Si, P dan lain-lain. Biasanya digunakan untuk membuat
alat pengukur, cetakan penarikan, rol derat, mata gunting untuk plat tebal.
 Baja Paduan Tinggi (High Alloy Steel) Baja paduan tinggi merupakan baja
paduan yang elemen paduannya lebih dari 10% wt, misalnnya unsur Cr, Mn,
Ni, S, Si, P dan lain-lain (Amanto, 1999). Banyak digunakan untuk cetakan
penarikan kawat, cetakan pengetrim, pengukur, rol derat.

Menurut (Amstead, 1993) secara umumnya, baja paduan memiliki sifat


yang unggul daripada baja karbon biasa, diantaranya:

1. Keuletan yang tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik.


2. Tahan terhadap korosi dan keausan yang tergantung dari jenis paduannya.
3. Tahan terhadap perubahan suhu, ini berarti bahwa sifat fisiknya tidak banyak
berubah.
4. Memiliki butiran halus dan homogen.

1.6. KLASIFIKASI BAJA

11
Baja dapat diklafisikan sebagai berikut :
 Berdasarkan komposisi
o Baja karbon
o Baja paduan rendah
o Baja tahan karat
 Berdasarkan proses pembuatan
o Tanur baja terbuka
o Dapur listrik
o Proses oksidasi dasar
 Berdasarkan bentuk produk
o Pelat batangan
o Tabung
o Lembaran
o Pita
o Bentuk struktural
 Berdasarkan struktur mikro
o Feritik
o Perlitik
o Martensitik
o Austenitik
 Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
o Baja Struktural
o Baja Non-Struktural

Baja merupakan sejenis paduan, artinya dibuat dengan cara


mencampurkan beberapa unsur berbeda. Komposisi unsur paling utama dari
baja yaitu besi. Sementara stainless steel merupakan jenis baja khusus.
Perbedaan baja dan stainless steel adalah stainless steel mempunyai seluruh
sifat baja. Akan tetapi baja tidak memiliki sifat stainless yang tidak bisa

12
berkarat atau tidak korosif. Baik baja maupun stainless steel, keduanya
merupakan bahan yang sering dimanfaatkan di dunia. Perbedaan baja dan
stainless steel,keduanya terlihat dari komposisi, sifat, harga, berat dan lainnya.
Keduanya merupakan sejenis logam sekaligus material umum yang
diaplikasikan di dunia. Banyak dipakai, baik untuk aplikasi konsumen maupun
komersial. Baik baja maupun stainles steel, memiliki properti yang bervariasi,
dilihat dari tingkat keuletan, kekuatan, biaya, kekerasan dan lainnya. Selain itu,
perbedaan utama bisa dilihat dari unsur yang biasanya ditambahkan ke dalam
baja dan membuatnya berguna. Stainless steel bisa dikatakan sebagai baja
paduan dengan kandungan Cr minimal 10,5%. Memiliki daya tahan terhadap
oksidasi tinggi pada suhu lingkungan di udara. Hal ini dikarenakan stainless
steel mempunyai tambahan minimal sebanyak 13% krom. Unsur krom
membentuk lapisan yang tidak aktif dari CR2O3 atau Kromium (III) Oksida
saat bertemu dengan oksigen. Namun lapisan tersebut terlalu tipis, karenanya
logam tetap terlihat berkilau. Selain itu, sifat lainnya adalah tahan udara dan
air, dapat melindungi logam di bagian bawah lapisan. Ini adalah fenomena
yang dinamakan passivation.

Stainless Steel adalah nama generik untuk sekelompok logam berdasarkan


kromium dan besi. Logam ini sangat tahan korosi dan relatif tidak reaktif
dengan sebagian besar bahan kimia. Karena sifat-sifat ini, mereka sangat tahan
lama dan higienis. Sifat baja tahan karat menjadi pilihan untuk berbagai
produk, mulai dari peralatan makan hingga peralatan medis hingga bahan
konstruksi. Lembaran baja tahan karat adalah bahan yang sangat baik yang
biasa digunakan di dapur, fasilitas kesehatan, dan industri manufaktur karena
sifat anti-noda dan anti-karatnya. Mudah dibersihkan dan dapat disterilkan,
sehingga ideal untuk aplikasi yang membutuhkan kebersihan ekstrem. Selain
mudah dibersihkan, stainless steel juga memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap panas dan korosi, sehingga cocok untuk aplikasi seperti peralatan
medis, instrumen bedah, dan peralatan makan.

13
Stainless steel hadir dalam berbagai jenis dan tingkatan. Ada empat jenis
utama: austenitik, martensitik, dan feritik. Austenitik adalah jenis yang paling
umum, dengan kandungan nikel antara 7% dan 27%. Baja tahan karat
austenitik dapat menahan suhu tinggi dan banyak digunakan dalam aplikasi
rumah tangga dan industri. Baja feritik juga sangat tahan korosi dan memiliki
banyak kegunaan dalam arsitektur dalam ruangan. Baja tahan karat martensit
sangat keras, dengan kandungan kromium 13% dan umumnya digunakan untuk
bilah turbin.

Baja tahan karat adalah paduan berbahan dasar besi dengan kandungan
krom minimal 10,5%. Ketahanan korosinya tidak tertandingi oleh kebanyakan
logam lainnya. Baja tahan karat umumnya digunakan dalam pembuatan
peralatan, mesin, dan bahkan dalam instrumen bedah. Panel dinding baja tahan
karat, tonggak baja tahan karat, dan pagar stainless steel adalah produk modern
untuk proyek arsitektur, mereka tersedia secara luas di kelas yang berbeda.
Sifat masing-masing kelas tergantung pada elemen paduan yang digunakan.
Elemen paduan yang menentukan adalah kromium, yang membentuk lapisan
pasif yang melindungi material dari karat dan korosi. Kelas baja tahan karat
tipikal mengandung kromium 12,8% dan karbon 0,24%. Untuk alasan ini, ini
adalah bahan yang ideal untuk banyak aplikasi.

Ada banyak aplikasi berbeda untuk baja tahan karat di industri. Misalnya,
baja tahan karat digunakan dalam pompa cairan bertekanan tinggi. Jenis
tekanan yang dibutuhkan bervariasi dengan kelas baja tahan karat yang
digunakan. Nilai baja tertentu juga tahan terhadap suhu dan tekanan tinggi.
Karakteristik ini membuat baja tahan karat menjadi bahan yang diinginkan
untuk aplikasi ini. Juga digunakan untuk pengencang di kokpit terbang
pesawat. Baja tahan karat juga digunakan untuk dek penerbangan utama dan
sistem pembuangan mesin. Komponen-komponen ini meningkatkan
kemampuan manuver, menghilangkan bahaya keselamatan, dan mengamankan
kapal dalam kondisi ekstrem.

14
Industri besi dan baja mendefinisikan baja karbon sebagai bahan yang
mengandung 0,05 hingga 2,1 persen karbon menurut beratnya. Ini dapat
digunakan untuk membuat berbagai produk, termasuk jembatan dan bangunan.
Selain itu, jenis logam ini digunakan untuk aplikasi otomotif. Baja karbon
adalah jenis baja non-paduan yang mengandung karbon, fosfor, dan silikon.
Isinya elemen lain tidak melebihi batas tertentu. Jenis baja ini hadir dalam
berbagai tingkatan dan digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti pelat,
tulangan, dan batang las. Baja karbon tersedia dalam berbagai ketebalan dan
dapat dipotong ke hampir semua ukuran. Baja karbon digunakan dalam banyak
aplikasi, termasuk industri otomotif, dirgantara, dan transportasi. Baja tahan
karat juga banyak digunakan dalam industri arsitektur, medis, dan makanan.
Baja karbon banyak digunakan dalam aplikasi pipa dan struktural, kaleng
makanan, dan rel kereta api. Bahan-bahan ini sangat tahan korosi dan dapat
menahan suhu tinggi. Untuk alasan ini, mereka lebih disukai daripada jenis
baja lainnya.

Baja karbon biasanya mengandung sejumlah kecil tembaga, tetapi tingkat


maksimum tidak boleh melebihi 0,40% dari total berat baja. Di antara bahan
struktural yang paling umum digunakan, baja karbon adalah pilihan yang
paling ekonomis. Sifatnya yang berkualitas tinggi memungkinkannya untuk
disesuaikan dengan kebutuhan spesifik. Sifat baja karbon dapat dimodifikasi
dengan penambahan elemen paduan. Itu juga bisa dikeraskan, dilunakkan, dan
dibentuk untuk meningkatkan kekuatan. Namun, baja karbon menunjukkan
ketahanan kimia yang rendah, tidak cocok untuk lingkungan korosif. Baja
karbon adalah paduan besi dan karbon. Ini memiliki kandungan karbon antara
2,1 persen dan 2,2 persen. Semakin tinggi kandungan karbon, semakin tinggi
kekuatannya. Biaya rendah dan kekuatan tinggi merupakan keuntungan dari
baja karbon, dan kualitas ini juga tercermin dalam aplikasi baja karbon.

Baja dan Stainless steel keduanya adalah logam dan bahan umum yang

15
digunakan di dunia. Mereka banyak digunakan sebagai aplikasi komersial dan
konsumen. Antara baja dan baja tahan karat, propertinya bervariasi dalam hal
kekuatan, keuletan, kekerasan, biaya, dll. Juga, perbedaan utama terletak pada
komponen yang ditambahkan ke baja untuk membuatnya berguna. Baja dibuat
dengan menambahkan besi ke karbon, yang mengeraskan besi. Ini juga dikenal
sebagai baja karbon biasa atau baja ringan yang memiliki kandungan karbon
lebih tinggi dengan titik leleh rendah. Di sisi lain Stainless steel memiliki
kandungan kromium tinggi yang membentuk lapisan tak terlihat pada
permukaan baja untuk mencegahnya dari pewarnaan. Baja tahan karat dibuat
dari baja, kromium, nikel, nitrogen dan molibdenum ditambahkan. Stainless
steel tahan terhadap korosi dan baja rentan terhadap noda dan karat. Stainless
steel tidak mudah berkarat atau korosi. Kekuatan baja dan baja tahan karat:
Baja sedikit lebih kuat dari baja tahan karat karena memiliki kandungan karbon
yang lebih rendah. Sifat magnetik: Biasanya stainless steel adalah non-
magnetik yaitu 300 seri stainless steel mengandung kromium dan nikel, yang
membuatnya non-magnetik tetapi seri 400 stainless steel hanya mengandung
kromium yang membuatnya bersifat magnetis sedangkan baja bersifat
magnetis. Penampilan: Baja karbon kusam, dengan hasil akhir matte,
sedangkan baja tahan karat berkilau. Lapisan kromium pada stainless steel
membuatnya menarik dalam keadaan alami tanpa perlu dicat. Baja karbon
lebih mudah dibentuk, tahan lama dan distribusi panas juga tepat dibandingkan
dengan baja tahan karat. Stainless steel memiliki konduktivitas termal yang
lebih rendah dibandingkan dengan baja. Baja karbon kaku dan kuat. Mereka
banyak digunakan pada motor dan peralatan listrik karena sifat magnetiknya
dan pengelasan dapat dilakukan dengan mudah pada baja karbon dibandingkan
dengan baja tahan karat. Baja tahan karat digunakan dalam peralatan makan
dan rap jam tangan. Berat: Baja ringan beratnya kurang dari baja tahan karat.
Karena sifat pengerasan, baja tahan karat lebih berat dan memiliki hunian lebih
rendah karena sulit ditangani dalam proses manufaktur. Baja ringan umumnya
digunakan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan baja tahan karat.

16
Pada dasarnya baja ringan ditujukan sebagai pengganti kayu dalam
kegiatan yang melibatkan penggunaanya. Salah satu yang terbesar dan utama
adalah pemanfaatannya dalam bangunan. Meskipun terlihat sederhana, tapi
baja ringan adalah jenis produk baja yang paling banyak diproduksi di dunia.
Jumlahnya sekitar 80% dari keseluruhan total produksi. Menggunakan baja
ringan adalah pilihan paling optimal untuk rumah. Harganya yang lebih murah,
kuat, dan juga baja ringan telah diberikan lapisan yang mampu membuatnya
tahan karat. Mulai dari kebutuhan substansial seperti atap, kerangka, lantai,
Plafon dan lain sebagainya, hingga kebutuhan pelengkap seperti Kanopi,
gazebo, pagar, serta aksesoris bisa menggunakan baja ringan.

Perbedaan baja dan stainless steel juga cukup signikan pada cara
pembuatannya. Anti karat pada stainless steel dilalui dengan dua tahap yaitu
dengan sistem Electric Arc Furnace dan disempurnakan dengan alat Argon
Oxygen Decarbuzier untuk menghilangkan zat pengotor di dalam stainless
steel.

Sedangkan proses pembuatan baja cukup panjang karena menggunakan


tiga proses antara lain Open Hearth Furnace, Basic Oxygen Furnace, dan
terakhir Electric Arc Furnace. Fungsi ketiga proses itu adalah untuk
menghilankan unsur non logam yang tidak diinginkan di dalam perpaduan pada
baja serta menghilangkan sifat getas atau kerusakan mendadak pada baja.

Baja merupakan logam paduan antara besi dan karbon dengan kandungan
karbon tidak lebih dari 2%. Sedangkan paduan yang lebih lengkap biasanya
mengandung unsur: Karbon (C), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Silikon (Si),
Nikel (Ni), dan Besi (Fe). Logam baja mempunyai kekuatan melebihi besi.
Patahan logamnya berwarna mengkilap seperti gumpalan gula. Baja dapat
dibuat dari bahan:
 Pig iron atau cast iron dengan menghilangkan sejumlah karbon.
 Wrought iron dengan menambahkan kadar karbon.

17
 Wrought iron, Pig iron dan kepingan besi atau baja yang dicairkan
bersama, kemudian ditambahkan karbon sesuai kebutuhan.

Baja dapat diklasifikasi berdasarkan fungsi atau kegunaannya dan kadar


karbonnya. Berdasarkan kegunaanya, baja dibagi menjadi dua macam, yaitu : Baja
struktur dan baja peralatan. Baja struktur bersifat : tahan karat, tahan asam, tahan
panas, tahan listrik, tahan gesekan serta bermagnetik rendah. Kandungan karbon
baja struktur tidak lebih besar dari pada 0,7%. Jika lebih besar maka disebut baja
peralatan. Sedangkan jika berdasarkan kadar karbonnya, maka baja dibagi
menjadi baja karbon dan baja paduan. Baja karbon dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :

 Baja karbon rendah : C £ 0,2%


 Baja karbon medium : C £ 0,25% – 0,6%
 Baja karbon tinggi : C sekitar 0,6%
Sedangkan baja paduan macamnya dibagi berdasarkan kandungan
paduannya, misalnya : Baja silikon untuk paduan lebih dari 0,8% Si.

 Baja chrom untuk paduan lebih dari 0,4% Cr.


 Baja Nikel untuk paduan lebih dari 0,5% Ni.
 Baja Ni-Cr mengandung Ni sampai dengan 20%.

 Klasifikasi penggunaan baja


Berbagai macam penggunaan baja adalah sebagai berikut.
 Baja karbon rendah. Baja jenis ini cocok digunakan sebagai bahan paku
keling dan peralatan yang tidak memerlukan kekuatan besar. Baja ini
mampu dirol dalam keadaan dingin dan hasilnya halus dengan ukuran
yang bagus.
 Baja karbon. Baja ini sukar dibengkokkan, dilas maupun dipotong,
mempunyai kekuatan lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Biasanya

18
digunakan sebagai bahan baut, poros dan gandar.
 Baja karbon tinggi. Baja ini dikenal juga sebagai baja peralatan dan
mempunyai sifat sukar dibengkokkan, dilas maupun dipotong, sehingga
diperlukan proses pelunakan terlebih dahulu sebelum dipotong. Proses
pelunakan ini melalui proses perlakuan panas. Logam ini banyak
digunakan untuk drills, taps, dies, reamers, hammers dan lain-lain.
 Baja paduan tahan karat (Stainless steel). Baja jenis ini dibagi menjadi tiga
macam, yaitu baja tahan karat martensit, baja tahan karat ferit dan baja
tahan karat austenit.
 Baja tahan karat martensit. Baja ini mempunyai komposisi kimia sebagai
berikut: 12 – 13% Cr, 0,1 – 0,3% C. Kadar Cr tersebut merupakan batas
terendah untuk ketahanan asam, oleh karena itu baja ini sukar berkarat di
udara. Mempunyai ketahanan panas yang baik sekali sampai 500oC,
mempunyai sifat mekanik yang baik serta dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan alat potong, mesin-mesin perkakas, dan lain-lain.
 Baja tahan karat ferit. Baja ini mempunyai komposisi kimia 16 – 18% Cr,
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan komponen yang berasal dari
pelat tipis, bagian dalam konstruksi dan untuk peralatan dapur, dan lain-
lain.
 Baja tahan karat austenit. Baja ini juga diberi nama baja tahan karat
delapan belas delapan. Komposisi kimia baja ini adalah sebagai berikut:
18% Cr, 8% Ni, tahan korosi, mampu las, dan mampu bentuk lebih baik.
Oleh karena itu baja ini lebih banyak digunakan untuk : indutri kimia,
turbin, mesin jet, mesin mobil sampai pada bangunan kapal.
 Baja tahan panas. Baja jenis ini banyak dipakai untuk keperluan
pembuatan : ketel uap, turbin gas, berbagai reaktor industri kimia,
peralatan bertemperatur tinggi, bertekanan tinggi dan untuk lingkungan
korosif. Baja tahan panas digolongkan menjadi dua macam golongan yaitu
baja tahan panas ferit dan austenit.
 Baja tahan panas ferit. Yang termasuk baja jenis ini adalah : Baja Mo, baja
Cr-Mo ; untuk ketel uap. Baja Cr-Mo-V, baja Cr-Mo-W : keduanya dapat
19
digunakan untuk struktur turbin uap. Baja 12 Cr : dipakai untuk sudu
turbin uap. Baja Si-Cr : digunakan sebagai katup motor.
 Baja tahan panas austenit. Baja ini dibagi menjadi dua macam yaitu baja
tahan karat austenit 18-8 yang diperkuat dengan Ti, Nb, dan Mo, dan baja
cor tahan panas yang mempunyai kekuatan tinggi dan sulit dikenai
pekerjaan panas, sehinga perlu dicor. Contoh baja cor tahan panas adalah
baja Ni-Cr yang mengandung 20% Ni. Baja ini bersifat tahan oksidasi
pada temperatur tinggi dan berkekuatan baik.

 Klasifikasi baja standar


Baja mempunyai Standar kualitas produksi, semisal standar American Iron
and Steel Institute (AISI) dikeluarkan oleh negara Amerika Serikat, ada juga
Standar Internasional American Society for Testing and Materials (ASTM).
Keduanya sering dijadikan rujukan sebagai standar kualitas baja. Namun
demikian ada juga Standar Nasional Indonesia (SNI) dijadikan rujukan kualitas
baja di Indonesia.
 Baja Paduan AISI 4320. Baja paduan jenis ini bersifat sebagai berikut:
Komposisi kimia : 0,23% C, 0,7% Mn, 0,35% Si, 2% Ni, 0,65 % Cr dan
0,3 % Mo. Kekuatan tarik minimal : 0,8618 x 109 N/m2 dengan Modulus
elastisitas : 1.999×1011 N/m2 dan berat jenisnya = 8318,75 kg/m3. Baja
paduan ini mudah dibentuk dan mampu dilas.
 Baja Paduan AISI H11. Baja jenis ini bersifat sebagai berikut: Komposisi
kimia: 0,35%C, 5% Cr, 0,4%V, dan 1,5% Mo. Kekuatan tarik baja ini
mencapai 1,793 x 109 N/m2 dengan Modulus elastisitas sebesar: 1.999 x
1011 N/m2, berat jenis = 8318,75 kg/m3. Baja paduan ini mudah
dibentuk dan dilas.
 Baja ASTM A312 TP 304L. Baja ini mempunyai komposisi kimia yang
terdiri dari unsur-unsur : 0,035% C, 2% Mn, 0,04% P, 0,03% S, 0,75%
Si, 8-13% Ni, dan 18–20% Cr, serta berkekuatan tarik sebesar 70 MPA.
 Baja SNI untuk Struktur

20
1.7. PROSES PEMBUATAN BAJA
 Proses Bessemer
Pada proses ini besi mentah pada dapur tinggi yang masih mencair,
langsung dirubah bentuknya menjadi baja di dalam dapur Bessemer, proses
ini berlangsung tanpa bahan bakar. Adapun proses Bessemer ini terdiri dari
dua macam, yaitu : acid bessemer process dan basic bessemer process.

 Acid Bessemer Process


Karbon, Silikon, dan Mangan dapat dihilangkan melalui proses semburan
udara pada logam cair selama 10-18 menit dengan isi dapur 25-30 ton setiap
kali pemanasan. Dalam sehari biasanya mampu memproduksi 1.200 ton.
Sedangkan karbon dan belerang tidak dapat dihilangkan. Bahan masukan
yang digunakan terdiri dari Pig iron dengan kandungan 0,07% P, 0,006%S,
1,2-1,5% Si, 1% Mn, dan 3,8 – 4,2% C. Temperatur Pig iron pada waktu
pemasukan 1.250 -1.300 oC.

 Basic Bessemer Process


Sebenarnya proses ini sama dengan proses acid bessemer dengan
lapisan dapurnya menggunakan tanah liat (dolomit). Bahan masukan untuk
proses basic bessemer sama dengan proses acid bessemer tetapi perlu
ditambahkan kapur atau lime stone, maka selanjutnya akan diperoleh baja.
Basic Bessemer Process terdiri dari 3 tahapan, yaitu :
1. Oksigen udara penghembus bersatu dengan oksida besi membentuk Ferro
Oksida.
2. Pada temperatur sekitar 1.600 oC, karbon memisahkan diri dari Ferro
Oksida menjadi karbon mono oksida dengan panjang lidah api ( flame) 5–
6 m.
3. Lidah api turun selama 3 menit, pertanda bahwa karbon telah memisahkan
diri.

 Tahap transformasi dari Pig iron ke baja adalah sebagai berikut :

21
 Besi silikon Mn bercampur dengan zat asam.
 Karbon tercampur zat asam, temperatur menjadi turun dan nyala menjadi
berwarna putih. Temperaturnya lebih rendah dari pada proses acid
bessemer .
 Phospor bertahan dengan oxide dan ferro oxide menjadi kerak (slag)
 Sedangkan kelemahan dari proses basic bessemer adalah jika karbon
telah habis, akan bereaksi dengan O2, maka O2 akan bereaksi dengan Fe,
sehingga akan menghasilkan besi yang penuh oksida dan kualitasnya
jelek.

 Open Hearth Process


Proses ini menggunakan dapur Siement Martin yang dibuat pertama
kali oleh Martin dari Perancis pada tahun 1862 dengan perancangnya Williem
Siement. Kapasitas dapur ini, sekali isi mencapai 2-700 ton, namun biasanya
berkapasitas 250-500 ton sekali isi. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan
bakar yang berkalor tinggi dan sedikit mengandung belerang, biasanya
digunakan bahan bakar gas maupun cair. Bahan pengisi terdiri dari: pig iron
yang telah diseleksi komposisinya, baja tuang dan biji besi yang berkadar lebih
besar 55% Fe dan batu kapur berdiameter 25-100 mm yang mengandung: 40
s/d 52% CaO.

 Dapur Listrik
Pemanasan yang terjadi di dalam dapur listrik menggunakan energi
listrik. Proses pembuatan bajanya seperti pada Open Hearth Process, baik
untuk proses asam maupun basa. Macam-macam dapur listrik antara lain :
Dapur busur listrik (arc electric furnace), dapur induksi (induction electric
furnace) dan dapur duplex.

 Produksi Ingot
Baja yang dihasilkan dari dapur conventer, Open Hearth Process, dan
dapur listrik dicetak menjadi ingot/balok atau lembaran (billet) yang beratnya

22
mencapai 1-20 ton atau jauh lebih besar lagi. Ingot tersebut kemudian dibentuk
menjadi: plate, sheet, rod maupun kawat melalui proses pengerolan atau
proses penarikan.

BAB II
STRUKTUR BAJA

2.1. SIFAT BAJA STRUKTUR


Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja dengan persentase
zat arang (mild carbon steel), semakin tinggi kadar zat arang yang
terkandung di dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya.
Sifat-sifat bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai
berikut:
1) Modulus elastisitas (E) berkisar antara 193000 Mpa sampai 207000 Mpa.
Nilai untuk desain lazimnya diambil 210000 Mpa.

23
2) Modulus geser (G) dihitung berdasarkan persamaan: G = E/2 (1+μ) w
Dimana: μ = Angka perbandingan poisson Dengan μ = 0.30 dan E =
210000 Mpa, akan memberikan G = 81000 Mpa.
3) Koefisien ekspansi (α), diperhitungkan sebesar : α = 11,25 × 106 per oC
4) Berat jenis baja (γ), sebesar 7.85 t/m3

Mempunyai kekuatan Tarik yang sangat tinggi dan tekan yang cukup
tinggi, berkisar antara 300 – 2000 MPa, Sehingga bila dipakai sebagai
bahan struktur akan memberikan:
1. Tampang >>> relatif kecil/ramping
2. Berat struktur >>>menjadi ringan
3. Fondasi >>>menjadi hemat

Baja dibuat di pabrik sehingga mempunyai bahan yang homogen dan


mutu yang terjamin. Baja dapat digunakan berulang kali. Baja juga mudah
diangkut, disambung dan baja mempunyai sifat elastis.

Selain memiliki kelebihan. Baja juga memiliki kekurangan.


Kekurangan baja adalah: Perlu pemeliharaan secara rutin, misalnya dengan
di cat

1. Lemah pada temperatur tinggi (bila terjadi kebakaran struktur bisa runtuh
meskipun tegangan yang terjadi masih rendah)
2. Bahaya tekuk mudah terjadi pada batang yang lansing.

2.2. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAJA


Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan
ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa Modulus geser : G = 80.000 Mpa Nisbah
poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10E-6 ºC
Laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh lembaga yang

24
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar ini. Baja yang tidak teridentifikasi boleh
digunakan selama memenuhi ketentuan berikut ini:
1. Bebas dari cacat permukaan
2. Sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi kekuatan
dan kemampuan layan strukturnya
3. Ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh (fy) untuk perencanaan
tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa sedangkan tegangan putusnya (fu)
tidak boleh diambil lebih dari 300 MPa

2.3. ALAT SAMBUNG BAJA


Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Alat sambung
mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
1. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
2. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya, harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang
berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda
3. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat
sambung dipenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Baut angker harus memenuhi ketentuan
Butir atau dibuat dari batang yang memenuhi ketentuan selama ulirnya
memenuhi ketentuan yang berlaku.

2.4. UNSUR STRUKTUR BAJA


1. Unsur karbon (C)
Karbon merupakan unsur terpenting yang dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan baja. Kandungan karbon di dalam baja sekitar

25
0,1%-1,7%, sedangkan unsur lainnya dibatasi sesuai dengan kegunaan baja.
Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja adalah untuk membuat
baja bereaksi terhadap pengerjaan panas dan menghasilkan sifat-sifat yang
khusus. Karbon dalam baja dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan
tetapi jika berlebihan akan menurunkan ketangguhan.

2. Unsur Mangan (Mn)


Semua baja mengandung mangan karena sangat dibutuhkan dalam
proses pembuatan baja. Kandungan mangan kurang lebih 0,6% tidak
mempengaruhi sifat baja, dengan kata lain mangan tidak memberikan
pengaruh besar pada struktur baja dalam jumlah yang rendah. Penambahan
unsur mangan dalam baja dapat menaikkan kuat tarik tanpa mengurangi
atau sedikit mengurangi regangan, sehingga baja dengan penambahan
mangan memiliki sifat kuat dan ulet.

3. Unsur Silikon (Si)


Silikon merupakan unsur paduan yang ada pada setiap baja dengan
kandungan lebih dari 0,4% yang mempunyai pengaruh untuk menaikkan
tegangan tarik dan menurunkan laju pendinginan kritis. Silikon dalam baja
dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, kekenyalan, ketahanan aus, dan
ketahanan terhadap panas dan karat. Unsur silikon 11 menyebabkan
sementit tidak stabil, sehingga memisahkan dan membentuk grafit. Unsur
silikon juga merupakan pembentuk ferit, tetapi bukan pembentuk karbida,
silikon juga cenderung membentuk partikel oksida sehingga memperbanyak
pengintian kristal dan mengurangi pertumbuhan akibatnya struktur butir
semakin halus.

4. Unsur Nikel (Ni)


Nikel mempunyai pengaruh yang sama seperti mangan, yaitu
memperbaiki kekuatan tarik dan menaikkan sifat ulet, tahan panas, jika pada
baja paduan terdapat unsur nikel sekitar 25% maka baja dapat tahan
terhadap korosi. Unsur nikel yang bertindak sebagai tahan karat (korosi)

26
disebabkan nikel bertindak sebagai lapisan penghalang yang melindungi
permukaan baja.

5. Unsur Kromium (Cr)


Sifat unsur kromium dapat menurunkan laju pendinginan kritis
(kromium sejumlah 1,5% cukup meningkatkan kekerasan dalam minyak).
Penambahan kromium pada baja menghasilkan struktur yang lebih halus
dan membuat sifat baja dikeraskan lebih baik karena kromium dan karbon
dapat membentuk karbida. Kromium dapat menambah kekuatan tarik dan
keplastisan serta berguna juga dalam membentuk lapisan pasif untuk
melindungi baja dari korosi serta tahan terhadap suhu tinggi.

2.5. KARAKTERISTIK MATERIAL


Besi dapat ditemukan pada bagian kerak bumi hanya dalam bentuk bijih,
biasanya dalam bentuk besi oksida seperti magnetit dan hematit. besi diekstraksi
dari bijih besi dengan menghilangkan atom oksigen dan kemudian
menggabungkannya kembali dengan atom lain seperti karbon. Proses ini disebut
peleburan, yang pertamakali digunakan pada logam dengan titik lebur yang lebih
rendah dari besi seperti timah, yang meleleh di titik 250 °C (482 °F), serta
tembaga yang meleleh di titik 1.100 °C (2.010 °F), kemudian kombinasi dari
timah dan tembaga yaitu perunggu, yang titik lelehnya lebih rendah dari 1.083
°C (1.981 °F) .[4] Sebagai pembanding, besi tempa meleleh di sekitar suhu
1.375 °C (2.507 °F).[4] Ada sejumlah kecil besi yang sudah melalui proses ini
pada masa lampau dengan cara memanaskan bijih yang ditanam pada bara api
dan kemudian menggabungkan kedua logam dengan menempanya menggunakan
palu. Kandungan karbon yang terkandung juga dapat dikontrol.

Temperatur tinggi pada proses peleburan dapat dicapai dengan metode kuno
yang sudah dipakai sejak zaman Perunggu. Karena tingkat oksidasi besi
meningkat sangat cepat diatas suhu 800 °C (1.470 °F), maka harus diperhatikan
bahwa proses peleburan harus dilaksanakan pada lingkungan dengan tingkat

27
oksigen rendah. Proses peleburan akan menghasilkan paduan yang dinamakan
baja.[4] Kelebihan karbon dan pengotor lainnya dapat dihilangkan dengan
beberapa proses bertahap.

Beberapa material lainnya juga ditambahkan ke campuran besi/karbon untuk


mendapatkan baja dengan karakteristik yang diinginkan. Nikel dan mangan
ditambahkan untuk menambah kekuatan, krom ditambahkan untuk
meningkatkan kekerasan dan titik didih, serta penambahan vanadium juga
menambah kekerasan serta mengurangi dampak kelelahan logam.[5]

Untuk mencegah korosi, harus ditambahkan kromium paling sedikit 11% wt


sehingga membentuk oksida yang keras pada permukaan baja; baja ini dikenal
dengan stainless steel (baja anti noda). Tungsten ditambahkan pada
pembentukan cementit, sehingga pada kecepatan penyiraman yang lebih rendah
akan membentuk martensit. Di sisi lain, sulfur, nitrogen, dan fosfor membuat
baja menjadi getas, sehingga elemen ini harus dipisahkan ketika pemrosesan.[5]

Densitas baja bervariasi tergantung dari unsur pembentuknya, namun


umumnya berada di antara 7.750 dan 8.050 kg/m3 (484 dan 503 lb/cu ft), atau
775 dan 805 g/cm3 (448 dan 465 oz/cu in).[6]

Meski dalam rentang konsentrasi campuran yang rendah besi dan karbon
membentuk baja, namun dapat terbentuk berbagai macam struktur metalurgi
yang berbeda dengan sifat yang sangat berbeda pula. Memahami sifat-sifat ini
sangat penting dalam produksi baja. Pada suhu ruangan, bentuk besi yang paling
stabil adalah struktur body-centered cubic (BCC) yang disebut ferrit atau besi-α.
Besi ini merupakan logam lunak yang hanya dapat melarutkan karbon dalam
konsentrasi kecil, tidak lebih dari 0.021 wt% pada 723 °C (1.333 °F), dan hanya
0.005% pada 0 °C (32 °F). Pada 910 °C besi murni berubah menjadi struktur
face-centered cubic (FCC), yang disebut austenit atau besi-γ. Struktur FCC

28
austenit dapat melarutkan karbon lebih banyak, sampai 2.1%[7] (karbonnya 38
kali ferrit) pada 1.148 °C (2.098 °F), yang disebut besi tuang (cast iron).[8]

Ketika baja dengan kandungan karbon kurang dari 0,8% dipanaskan, maka
fase austenitic (FCC) campuran mencoba berubah menjadi fase ferrit (BCC),
menghasilkan karbon yang berlebih. Kandungan karbon didalamnya tidak lagi
pas didalam struktur austenit FCC. Salah satu cara untuk kandungan karbon
supaya bisa terlepas dari austenit tersebut adalah dengan menggunakan reaksi
pengendapan solusi cairan material tersebut menjadi sementit, sehingga tersisa
besi fasa BCC disekitarnya yang disebut ferit yang kandungan karbonnya lebih
rendah. Kedua solusi ini, ferit dan sementit, mengendap secara bersamaan dan
membuat sebuah struktur berlapis yang disebut pearlit, dinamai begitu karena
kesamaanya dengan material ibu segala mutiara. Dalam sebuah komposisi
hypereutectoid (kandungan karbon diatas 0.8%), karbon tersebut akan
mengendap terlebih dahulu dengan bentuk sebagai sementit, masuk kedalam
bulir pinggiran austenit sampai presentase karbon didalam bulir berkurang
hingga mencapai komposisi eutektoid (0.8% karbon), disaat bersamaan struktur
pearlit terbentuk. Untuk baja yang memiliki komposisi hypoeutektoid
(kandungan karbon dibawah 0.8%), ferit akan terbentuk didalam bulir-bulir besi
hingga komposisi lainnya akan naik hingga mencapai 0.8% bagian karbon,
dimana struktur pearlit akan terbentuk pada saat yang bersamaan.[9] Contoh
tersebut berasumsi bahwa proses penyiraman terjadi perlahan, memberikan
waktu yang cukup untuk migrasi karbon dalam cairan solusi.

Dengan meningkatnya kecepatan penyiraman, karbon akan memiliki waktu


yang lebih sedikit untuk membentuk karbit pada pinggiran bulir namun akan
menghasilkan pearlit yang semakin halus dan halus dalam jumlah besar di dalam
struktur bulir tersebut; itulah alasannya kenapa karbit disebar berjauhan dan
berfungsi sebagai pencegah cacat didalam bulir tersebut, menghasilkan
perkerasan struktur baja. Pada pendinginan kecepatan sangat tinggi yang
dihasilkan oleh proses penyiraman, kandungan karbon tidak sempat lagi

29
bermigrasi tapi terkunci ditengah-tengah permukaan austenit dan membentuk
martensit. Martensit ialah sebuah bentuk karbon dan besi yang disupersaturasi
juga sangat tertekan dan terbebani sehingga sangatlah keras namun rapuh dan
tidak elastis. Tergantung dari kandungan karbonnya, fase martensitik sendiri
terdiri dari beberapa bentuk. Dibawah 0.2% kandungan karbon, maka akan
terbentuk kristal BCC ferit, tapi pada kandungan karbon yang lebih tinggi
martenit akan membentuk struktur tetragonal terpusat (BCT). Tidak ada aktifasi
energi panas untuk perubahan wujud dari austenit ke martensit.[butuh
klarifikasi] Lebih dari itu, tidak ada perubahan komposisional sehingga atom-
atom penyusun biasanya tidak berganti pasangan.[10]

Martensit memiliki kepadatan yang lebih rendah dari austenit karena


mengembang ketika terjadi pendinginan, jadi perubahan wujud yang terjadi
antara mereka hanyalah perubahan volume. Dalam hal ini, pengembangan
terjadi. Beban internal dari penggembungan ini biasanya berwujud kompresi
fisik terhadap kristal martensite dan tekanan terhadap ferit sisanya, dan
pergeseran yang cukup banyak pada keduanya.Apabila penyiraman tidak
dilaksanakan dengan benar, beban internal dalam baja tersebut akan
mengakibatkan pecahnya struktur ketika pendinginan. Paling minimal hal ini
akan menyebabkab perkerasan kerja dan ketidaksempurnaan lainnya. Sangat
umum terjadinya getas penyiraman untuk terbentuk ketika baja diberi perlakuan
penyiraman air, meskipun tidak selalu terlihat mata.

30
Gambar 6. Tempering warna baja
Berbagai sampel baja flatbar tempa-total. Yang pertama di paling kiri,
adalah baja yang sudah normal. Yang kedua telah melalui martensit tanpa tempa,
proses penyiraman. Bagian lainnya telah melalui proses tempa di oven menurut
temperatur mereka masing-masing, selama satu jam. "Standar tempaan" seperti
ini biasa digunakan oleh pandai besi sebagai pembanding, memastikan bahwa
pekerjaan mereka ditempa sesuai dengan warna yang diinginkan.

Gambar 7. Diagram fasah besi karbon

31
BAB III

APLIKASI DAN PENGAPLIKASIAN BRIDSCAD

3.1. PENGERTIAN BRIDSCAD


Bridscad adalah aplikasi perangkat lunak untuk desain berbantuan
komputer (CAD) aplikasi ini juga mengiplementasikan banyak antar muka
pemrograman aplikasi, secara umum bridscad meneydiakan subset yang hampir
identik dari nama fungsi yang setara dengan autocad, yang dikembangkan oleh
bricsys nv. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2002 oleh erik de keyser,
seorang pengusaha CAD lama.

Gambar8. Contoh antarmuka pengguna BricsCAD, dengan model 3D


di ruang kerja.

3.2. EDISI BRIDSCAD


Saat ini, BricsCAD tersedia untuk sistem operasi Windows , Linux dan
macOS , dan hadir dalam lima Edisi yang berpusat pada alur kerja. Sebelum rilis
V21, edisi keenam yang disebut BricsCAD Platinum telah tersedia. Dengan
dirilisnya V21, semua fungsi BricsCAD Platinum dipindahkan ke BricsCAD Pro,
dan Edisi Platinum tidak digunakan lagi.
Berikut edisi bridscad sebagai berikut :

 BricsCAD Klasik: Ini menawarkan fungsionalitas gambar CAD 2D yang


sudah dikenal, baca / tulis DWG asli, dan menggabungkan API LISP lengkap.
 BricsCAD Pro: versi Meningkatkan BricsCAD Classic dengan menambahkan

32
pemodelan langsung 3D, pustaka perangkat keras 2D dan 3D, perenderan
definisi tinggi, pustaka bahan perenderan, dan sistem pengembangan yang
sesuai dengan AutoCAD ObjectARX yang mendukung ratusan program
aplikasi pihak ketiga.
 Platinum BricsCAD: Versi BricsCAD Pro yang ditingkatkan karena
mencakup pembuatan sistem kendala 3D, pembuatan entitas permukaan dan
loteng, pemodelan yang dapat diubah bentuk, pengenalan otomatis atas maksud
dan pembuatan desain.
 BricCAD BIM: adalah sistem pemodelan informasi bangunan yang
didasarkan pada format file .dwg standar industri. Ini disertifikasi oleh
BuildingSMART International sebagai 'CV2.0-Arch IFC Export and Import'
yang sesuai dengan openBIM. Mendukung pengambilan desain / pemodelan
massal berdasarkan padatan ACIS.
 Mekanik BricsCAD: untuk desain mekanis 3D dengan fungsionalitas
pemodelan yang didasarkan pada pendekatan langsung yang tidak memiliki
riwayat. Produk ini menciptakan fitur lembaran logam menggunakan
permukaan loteng.
 BricsCAD Ultimate: menggabungkan semua edisi BricsCAD - Klasik, Pro,
Platinum, BIM, dan Mekanis - dalam satu paket. Ini memungkinkan pelanggan
yang ingin menjalankan BricsCAD BIM dan BricsCAD Mechanical bersama-
sama pada satu mesin untuk melakukannya, memanfaatkan satu instalasi dan
kunci aktivasi tunggal.

3.3. FITUR-FITUR APLIKASI BRIDSCAD


Fitur utama BricsCAD yang dapat kami soroti:

 Kompatibilitas tinggi dengan format.


 Mesin rendering yang kuat
 Dimensi Asosiatif.
 Masukan dinamis.
33
 Pengeditan Referensi.
 Kartun Explorer yang Kuat.
 Manajer konfigurasi.
 Visual Basic for Applications (VBA) (khusus Windows).
 Mesin LISP cepat dengan dukungan fungsi +450 VLAX.
 Kompatibilitas tinggi dengan ADS / SDS API.
 Kompatibilitas COM API yang tinggi.
 Dukungan BRX / ARX.
 Pemodelan 3D langsung dalam mode render
 Pengenalan objek
 Pemecahan kendala 2D dan 3D
 Antarmuka quad
 Mesin rendering baru yang lebih bertenaga
 Memangkas dan menyesuaikan arsiran
 Mesin PDF baru
 Pengaturan halaman
 Gambar bagian
 Gaya visual
 Bricscad mengimplementasikan bahasa skrip autolips, VBA, dan BRX.

34
Gambar 9. Contoh fitur yang ada pada aplikasi bridscad.
3.4. PEMILIHAN LOKASI PERENCANAAN DAN PENGETAHUAN
APLIKASI
Sebelum melakukan analisis struktur sebaiknya kita sebagai pengguna
aplikasi harus terlebih dahulu mengetahui lokasi proyek yang akan di Analisa.
Selain dari itu semua kita juga selaku pengguna aplikasi sebaiknya mengetahui
semua langkah-langkah dan prosedur kerrja dari pengaplikasian tersebut.

3.5. DATA PERENCANAAN BAJA RINGAN DAN BERAT


Perencanaan untuk baja ringan yang terhitung melalui software bawaan
baja ringan (bricscad). Data pembebanan dapat dilihat
pada tabel 2. Pada perhitungan tinjaun khusus ini menggunakan spesifikasi
teknis menggunakan pedoman-pedoman dalam pelaksanaan sebagai berikut :
a. SNI 1496-2007 tentang material baja ringan
b. Software BricsCad untuk perhitungan Rangka Batang Baja Ringan
c. Pembebanan Berdasarkan analisa struktur SNI (Badan Standardisasi
Nasional 2002)

Truss Summary
Standard truss 24 385200
Celling joist 6 138900
Truss design summary
System Generic
Wind Load W35N
Roof Load (kPa) Sheet
TC Dead Load 0,120
TC Live Load 0,250
BC Dead Load 0,140
BC live Load 0,000

35
Truss Pitch 900
End Batten Spacing 1200
Bottom Chord Restraints 600
Tabel 2. Data Pembebanan baja ringan

3.6. PENGGUNAAN PADA STRUKTUR BAJA RINGAN


Data perhitungan struktur baja ringan dihitung berdasarkan software
bricscad seri quick series yang didalam telah diinput pembebanan sesuai
kebutuhan pihak owner. Berikut hasil perhitungan struktur baja ringan
Data Perhitungan : WindLoad:W35N(ProgramDetermined) (Puri,W, A,
2013) RoofLoad:SHEET(Pembebanan Kelas Ringan) /Program Determined
Snow Load :noneTruss Pitch :20degrees Dari software didapat

Gambar 10. Hasil analisis software bricscad

3.7. ANALISIS MENGGUNAKAN BAJA RINGAN


Passed 65% Passed = 0,8125
Dengan modulus elastisitas maximal dari struktur :
= 0,8125 x 200.000 mpa = 162.500 mpa (aman) < 200.000 mpa
Gaya Tarik Maksimal
= 0,8125 x 500 mpa = 406,25 mpa (aman) < 406,25 mpa (Gaya tarik maks.

36
Gambar 11. Struktur Kuda-kuda Baja Ringan

3.8. PENGGUNAAN PADA STRUKTUR BAJA BERAT


Data perhitungan struktur baja ringan dihitung berdasarkan software SAP
dan didukung perhitungan manual. Gambar 8 Berikut merupakan hasil
perhitungan struktur baja WF

Gambar 12. Permodelan geometri pada software SAP

Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah
sebagai berikut : (Badan Standarisasi Nasional 2002)
a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti tergambar.
b. Jarak antar kuda-kuda : 6,00 m
c. Kemiringan atap : 20o
d. Bahan gording : baja profil lip channels
e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil WF 250.125.6.9
f. Bahan penutup atap : genteng.
g. Alat sambung : baut-mur.
h. Jarak antar gording : 0,60 m

37
i. Bentuk atap : gable.
j. Mutu baja profil : Bj-37 (σ ijin = 1600 kg/cm2 ) (σ leleh = 2400
kg/cm2 )

Pembebanan berdasarkan (Badan Standarisasi Nasional 2002):


a. Berat penutup atap = 50 kg/m.
b. Beban angin = 25 kg/m2.
c. Berat hidup = 100 kg.
d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2

Spesifikasi baja sebagai berikut :

Gambar 13. Detail Potongan Baja berat (WF)

3.9. ANALISIS PEMBEBANAN PADA BAJA BERAT


a. Pengertian beban
Pada saat penentuan dimensi struktur dilakukan hal yang menjadi
pertimbangan adalah beberapa beban yang akan didukung. Selain ituunutk
mengantisipasi variasi beban yang akan bekerja pada sistem struktur pilih jenis
dasar struktur yang dipilih dalam desain. Misalnya pada struktur bangunan tinggi
biasanya diperhitungkan beban lateral yang besar akibat angin, sehingga harus
dipilih dinding geser dan sistem tabural frame. Bila struktur tersebut berada pada

38
daerah rawan gempa, maka harus didesain sistem rangka (framee) penghubung
(connection) yang dektail (ductile). Beban desain untuk struktur biasanya
dispesifikasi pada suatu peraturan (code), dan itu sangat tergantung dari kondisi
daerah masing-masing. Sehingga biasanya setiap negara memiliki peraturan
sendiri

b. Beban mati
Beban mati adalah beban-beban yang bekerja secara vertikal ke bawah
pada struktur dan mempunyai karakter yang pasti. Yang termasuk berat beban
mati adalah antara lain :
 Berat sendiri struktur
 Berat sendiri komponen bangunan
 Alat mekanis
 Partisi yang tidak dapat dipindahkan

Gambar 14. Beban Mati

c. Beban hidup
Beban hidup adalah beban-beban yang bisa atau tidak ada pada struktur
untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban
hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur.
Yang termasuk beban hidup adalah:
 Berat manusia
 Berat perabot
 Berat material yang disimpan
39
 Berat salju dll.
Pada dasarnya beban hidup dapat bekerja vertikal ke bawah, tetapi kadang-
kadang dapat berarah horizontal.
.

Gambar15.Beban Hidup

d. Beban angin
Beban angin adalah struktur yang berada pada lintasan angin berbelok atau
dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik angin akan berubah bentuk
menjadi energi potensial yang berupa tekanan atau isapan pada struktur.
Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angin pada suatu titik
bergantung pada :
 Kecepatan angin
 Rata massa udara
 Lokasi yang ditinjau pada struktur
 Perilaku permukaan struktur
 Bentuk geometris, dimensi dan orientasi struktur
 Kekakuan keseluruhan struktur

momen Beban beban beban Angin Kombins


i
mati Hidup Teka Hisap Min Maks
n
Mx 469,395 140,9 - - 610,355 610,355

40
6
My 170,82 51,3 - - 222,12 222,12
Tabel 3.Kombinasi Beban

e. Kontrol terhadap tegangan.


1. Kontrol terhadap tegangan Minimum
Dengan rumus :
Mx = 610,355 kgm = 61035,5 kgcm My =222,12kgm =22212kgcm Zx =
311 Zy = 47

= 511,73 Kg/cm2< Torsi ijin= 1.600 kg/cm2(aman)

= 511,73 Kg/cm2 = 1.600 kg/cm2 (aman)

2. beban Hidup
dengan rumus :
P diambil sebesar 100 kg.
Px = P sin 20 = 100 × sin 20 = 34,20 kg.
Py = 93,97 kg.
Mx2 = 140,96 kgm.
My2 =51,3kgm.

3. Beban Mati :
Dengan rumus :
Berat gording= 15 kg/m
Berat Plafond= 36 kg/m
Berat penutup atap= 60 kg/m
41
q = 111kg/m
qx=37,96 kg/m.
qy= 104,31 kg/m.
Mx1= 469,395 kgm.
My1= 170,82 kgm

4. Beban angin :
Dengan rumus :
1) Angin tekan (W1) = 0 kg/m.
2) Angin hisap (W2) =-6 kg/m.
Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga Mx :
1) Mx (tekan) = 0 kgm.
2) Mx (hisap) = 27 kgm.
- Kontrol tegangan Minimum
Mx = 610,355 kgm = 61035,5 kgcm
My = 222,12 kgm = 22212 kgcm
Zx = 311 Zy = 47

= 511,73 Kg/cm2< Torsiijin = 1.600 kg/cm2 (aman)


- Kontrol tegangan Maksimum
Mx = 610,355 kgm = 61.035,5 kgcm
My = 222,12 kgm = 22.212 kgcm
Zx = 311 Zy = 47 (didapat dari tabel besi)

= 511,73 Kg/cm2 < σ ijin = 1.600 kg/cm2

42
momen Beban beban beban Angin Kombins
i
mati Hidup Teka Hisap Min Maks
n
Mx 469,395 140,9 - -27 583,355 610,355
6
My 170,82 51,3 - - 222,12 222,12
Tabel 4.Rekapitulasi Beban Kombinasi
DAFTAR PUSTAKA

Husnah, Husnah and Sri Kartini. 2018. “Kajian Struktur Tower Bts Tipe
Sst Kaki Empat Dengan Ketinggian 70 Meter Akibat Beban Angin Rencana
Dengan Periode Ulang 15 Tahunan.” Jurnal Sainstek 5(1).

Nugroho, Fajar. 2014. “Baja Ringan Sebagai Salah Satu Alternatif


Pengganti Kayu Pada Struktur Rangka Kuda-Kuda Ditinjau Dari Segi
Konstruksi.” Jurnal Momentum 16(2).

Nugroho, Ridwan Yudi Agung and S. T. Budi Setiawan. 2018. “Analisis


Kuat Lentur Profil C Baja Ringan Sebagai Komponen Rangka Atap.”

Pangaribuan, Mekar Ria. 2014. “Baja Ringan Sebagai Pengganti Kayu


Dalam Pembuatan Rangka Atap Bangunan Rumah Masyarakat.” Journal of Civil
and Environmental Engineering 2(4).

Puri, Wuwuh Asrining. 2013. “Red Bricks And Light Bricks Cost
Analysis For Walls And Mild Steel And Wood For Roof Truss (BPN Office
Construction Case Study in Mojokerto Regency).” EXTRAPOLASI: Jurnal
Teknik Sipil 6(01).

Purwanto, Herri. 2019. “Analisis Efisiensi Konstruksi Rangka Atap Baja


Ringan.” Jurnal Deformasi 2(1).

43
Selleng, Kristian. 2018. “Analisis Defleksi Pada Material Baja Ringan
Dengan Menggunakan Plat Penguat.” Jurnal Mekanikal 9(1) 830-838.

2019 Siklus Jurnal Teknik Sipil All rights reserved. This is an open access
article distributed under the terms of the CC BY License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

44

Anda mungkin juga menyukai