Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MENCEGAH DAN MENANGGULANGI


KEBAKARAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah


“Kesehatan dan Keslamatan Kerja”

Dosen pengampu :
Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd.

Disusun Oleh:
Fauzy Ristu Ardhianzah : (220511609978)
Fajar Dwi Kurnia W : (220511611325)

UNIVERSITAS NEGRI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
DAPARTEMEN TEKNIK MESIN
FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah yang Maha Esa yang telah
memberikan taufik serta hidayahnya sehingga makalah dengan judul “Mencegah Dan
Menanggulangi Kebakaran” dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini diperbuat dalam rangka memeperdalam pemahaman serta pengetahuan


materi “Mencegah Dan Menanggulangi Kebakaran” dalam pendalaman materi ini tentunya
kami mendapatkan saran pembuatan dari bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M. Pd selaku
dosen matkul K3 di Universitas Negeri Malang serta pihak-pihak yang memberikan masukan
untuk makalah ini.

Kami menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan
makalah ini. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tugas ini saya harap kepada
seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Malang, Februari 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................5
2.1 Ulasan dasar hukum, Kepmenaker No 186 tahun 1999..................................................5
2.2 Pengertian, Tujuan, Perencanaan, Pelaksanaan, & Evaluasi Mencegah Kebakaran...11
2.3 Segitiga Api,Tetrahedron, Jenis-Jenis Api, Teknis & Taktik Memadamkan Api.........13
2.4 Hydran, Sprinkler, Detektor-Detektor Api, Proteksi Aktif,Pasif..................................15
2.5 Alat Memadam Kebakaran: Apar, Racun Api, Mobil Damkar.....................................16
2.6 Sistem Terintegrasi Pencegah Kebakaran.....................................................................18
BAB III PENUTUP............................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................20
3.2 SARAN..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak


yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian
yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat.
Namun sampai saat ini penanganan terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki
berbagai kendala yang mengakibatkan kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan
berulang.

Adanya peningkatan jumlah kejadian kebakaran di wilayah kota Surabaya


rata- rata 250 kejadian kebakaran per tahun disebabkan oleh beberapa hal (Perda
Surabaya,
2004), yaitu rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya
kebakaran, masih kurangnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan
menanggulangi bahaya kebakaran, rendahnya sistem proteksi kebakaran yang
dimiliki gedung dan bangunan, sistem penanganan kebakaran belum terwujud dan
terintegrasi, yaitu akselerasi kecepatan unit pemadam kebakaran tiba di lokasi
bencana dikarenakan jauhnya pos PMK dengan lokasi bencana dan kemacetan
lalulintas.

Pengetahuan tentang upaya penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini


sangat penting karena untuk mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua
tempat, kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan
selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan
oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab
kebakaran dan jumlah kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui
perencanaan yang baik. Dengan mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di
lingkungan tempat kerjanya dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu
penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah
terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua
unsur lainnya.

Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi, akan
tetapi sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat data timbulnya
kebakaran akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh karena peledakan
kompor, listrik, dan kelengahan-kelengahan lainnya, juga dapat merupakan usaha
subversi yang sangat membahayakan keamanan sosial dan politik, juga sangat
berpengaruh terhadap kestabilan ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak

4
dan menghambat pelaksanaan pembangunan nasional. Kerugian akibat musibah
kebakaran di Jakarta saja selama 2013 dikutip dari Kompas.com tercatat 124 miliar,
sedangkan di kota Bandung 27,2 miliar, di Jambi mencapai 4 miliar, dan masih
banyak lagi daerah-daerah yang mengalami musibah kebakaran dengan kerugian
besar.

Oleh karena itu, untuk mengurangi kasus kebakaran perlu adanya


pengetahuan oleh setiap individu dan masyarakat tentang kebakaran dan bagaimana
cara mencega, menghadapi dan menanggulangi adanya kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Ulasan Tentang Permenaker 186 tahun 1999
2. Apa yang dimaksud dengan kebakaran ?
3. Bagaimana konsep dasar terjadinya api ?
4. Apa penyebab kebakaran ?
5. Bagaimana klasifikasi kebakaran ?
6. Bagaimana klasifikasi bahaya kebakaran ?
7. Apa Kerugian akibat kebakaran ?
8. Apa saja Sarana Proteksi Aktif ?
9. Bagaimana Cara Menanggulangi dan Mencegah Bahaya Kebakaran ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Agar Mengetahui Isi Ulasan Tentang Permenaker 186 tshun 1999
2. Untuk mengetahui definisi kebakaran
3. Untuk mengetahui konsep dasar terjadinya api
4. Untuk mengetahui penyebab kebakaran
5. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
6. Untuk mengetahui klasifikasi bahaya kebakaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ulasan dasar hukum, Kepmenaker No 186 tahun 1999

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:


a. Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
b. Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
di dalam maupun di luar hubugan kerja, guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah
timbulnya kabakaran dengan berbagai upaya pengendalan setiap
perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana
penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran.
d. Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan
ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di
tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-
sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem
proteksi kebakaran.
e. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk
dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan
melaksanakan upaya penanggulangan kebakaran di unit kerjanya.
f. Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai
tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran.
g. Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus
dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
h. Pegawai pengawas ialah tenaga berkeahlian khusus dari Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6
i. Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
j. Pengusaha ialah:
1) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
2) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
3) Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka
1 dan angka 2 yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
k. Menteri ialah menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Pasal 2
(1) Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran, latihan penanggulanggan kebakaran di tempat
kerja.
(2) Kewajiban mencegah, megurangi dan memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pengendalian setiap bentuk energi;

b. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana


evakuasi;
c. Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;

d. Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;

e. Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara


berkala;
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran,
bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh)
orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya
kebakaran sedang dan berat.
(3) Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan sarana evakuasi serta pengendalian
penyebaran asap, panas dan gas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
(4) Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf f, memuat antara lain:
a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara
pencegahannya;
b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran
di tempat kerja;

7
c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan
bahaya kebakaran;
d. Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.

BAB II
PEMBENTUKAN UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Pasal 3
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (1) dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi tingkat
potensi bahaya kebakaran.

Pasal 4
(1) Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 terdiri:
a. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan;

b. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang I;

c. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang II;

d. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan sedang III dan;

e. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat.

(2) Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran
sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri ini.
(3) Jenis tempat kerja yang belum termasuk dalam klasifikasi tingkat risiko
bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
tersendiri oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 5
Unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;

b. Regu penanggulangan kebakaran;

c. Koordinator unit penanggulangan kabakaran;

d. Ahli K3 spesialis penaggulangan kebakaran sebagai penaggungjawab teknis.

Pasal 6
(1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a,
sekurang- kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua

8
puluh lima) orang.
(2) Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b dan huruf d,
ditetapkan untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan
sedang I yang mempekerjakan tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau
lebih, atau setiap tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II,
sedang III dan berat.
(3) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5
huruf c, ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang;
b. Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

BAB III
TUGAS DAN SYARAT UNIT PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Pasal 7
(1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5 huruf a mempunyai tugas:

a. mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat


menimbulkan bahaya kebakaran;
b. memadamkan kebakaran pada tahap awal;

c. mengarahkan evakuasi orang dan barang;

d. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait;

e. mengamankan lokasi kebakaran.

(2) Untuk dapat ditunjuk menjadi petugas peran kebakaran harus memenuhi syarat:

a. sehat jasmani dan rohani;

b. pendidikan minimal SLTP;

c. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I.

Pasal 8
(1) Regu penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
huruf b mempunyai tugas :
a. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
b. melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran;

c. memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal;

9
d. membantu menyusun baku rencana tanggap darurat penanggulangan kebakaran;

e. memadamkan kebakaran;

f. mengarahkan evakuasi orang dan barang;

g. mengadakan koordinasi dengan instansi terkait;

h. memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan;

i. mengamankan seluruh lokasi tempet kerja;


j. melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai anggota regu penanggulangan kebakaran
harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;

b. usia minimal 25 tahun dan maksimal 45 tahun;

c. pendidikan minimal SLTA;

d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat


dasar I dan tingkat dasar II.

Pasal 9
(1) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 huruf c mempunyai tugas:
a. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
b. menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran;

c. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran


kepada pengurus.
(2) Untuk dapat ditunjuk sebagai koordinator unit penanggulangan
kebakaran harus memenuhi syarat:
a. sehat jasmani dan rohani;

b. pendidikan minimal SLTA;

c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5


tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama.
Pasal 10
(1) Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) mempunyai tugas:

a. membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan


bidang penanggulangan kebakaran;
b. memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai

10
dengan peraturan perundangan yang berlaku;
c. merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau
instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya;
d. memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang;
e. menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran;

f. mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran


kepada pengurus;
g. melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

(2) Syarat-syarat Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah:

a. sehat jasmani dan rohani;

b. pendidikan minimal D3 teknik;

c. bekerja pada perusahaan yang bersangkutan dengan masa kerja minimal 5


tahun;
d. telah mengikuti kursus teknis penanggulangan kebakaran tingkat dasar I,
tingkat dasar II dan tingkat Ahli K3 Pratama dan Tingkat Ahli Madya;
e. memiliki surat penunjukkan dari menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya Ahli K3 spesialis penanggulangan


kebakaran mempunyai wewenang:
a. memerintahkan, menghentikan dan menolak pelaksanaan pekerjaan
yang dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan;
b. meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat
K3 di bidang kebakaran di tempat kerja.

Pasal 11
Tata cara penunjukan Ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2)
huruf e, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 12
Kursus teknik penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 7
ayat (2), pasal 8 ayat (2), pasal 9 ayat (2), dan pasal 10 ayat (2) harus sesuai
kurikulum dan silabi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan
Menteri ini.

Pasal 13
(1) Tenaga kerja yang telah mengikuti kursus teknik penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud pada pasal 12 berhak mendapat sertifikat.
(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditanda tangani oleh

11
menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 14
(1) Kursus teknik penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 12 diselenggarakan oleh Perusahaan Jasa Pembinaan K3 yang telah
ditunjuk oleh menteri atau pejebat yang ditunjuk.
(2) Penunjukan perusahaan jasa pembinaan K3 sebagaimana disebut pada ayat
(1) didasarkan pada kualifikasi tenaga ahli, instruktur dan fasilitas
penunjang yang dimilikinya.

BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 15
Pegawai pengawas ketenagakerjaan melaksakan pengawasan terhadap
ditaatinya Keputusan Menteri ini.

BAB V
KETENTUANPERALIHAN
Pasal 16
Pengurus atau pengusaha yang telah membentuk unit penanggulangan kebakaran
sebelum keputusan ini di tetapkan, selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu)
tahun harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan
Menteri ini.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Keputusan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

2.2 Pengertian, Tujuan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Mencegah


Kebakaran
Kebakaran merupakan bencana yang umumnya lebih banyak disebabkan oleh kelalaian
manusia (human error) dengan dampak kerugian harta benda, stagnasi atau terhentinya usaha,
terhambatnya perekonomian dan pemerintahan bahkan berkemungkinan timbulnya korban
jiwa.

12
Pencegahan kebakaran
1. Perhatikan Instalasi Listrik.
Periksa secara berkala instalasi listrik di rumah, apabila ada kabel rapuh, sambungan atau
stop kontak yang aus atau tidak rapat segera ganti dengan yang baru
2. Periksa Kondisi Dapur
Periksa kondisi tungku masak (baik kompor minyak maupun kompor gas, selang, tabung
dll) segera ganti apabila ada komponen yang rapuh atau bocor.
3. Tempatkan Bahan-bahan Yang Mudah Terbakar Pada Ruangan Khusus.
Bahan-bahan yang mudah terbakar tidak ditempatkan bercampur dengan bahan yang
dapat menimbulkan reaksi kebakaran.

Penanggulangan saat kebakaran

Saat Kebakaran di Gedung Perkantoran yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pelajari lokasi pintu darurat saat anda berada dalam suatu ruangan.
2. Tata letak bel tanda bahaya kebakaran dan alat pemadam kebakaran serta selang air.
Pecahkan kaca bel tanda bahaya yang paling dekat.
3. Gunakan alat pemadam atau selang air terdekat, jika api masih dapat dikontrol, namun
jangan ambil resiko untuk diri anda jika api tidak bisa dipadamkan, tutup semua pintu
dan segera tinggalkan ruangan/gedung lewat tangga darurat.
4. Jika terdengar alarm tanda bahaya segera persiapkan diri meninggalkan ruangan. Jika
terdengar seruan untuk meninggalkan ruangan melalui pengeras suara maka segera
tinggalkan ruangan melalui pintu darurat terdekat.
Saat Kebakaran di Rumah/Dapur yang perlu diperhatikan adalah pelajari situasi apakah
kebakaran masih bisa ditangani sendiri atau tidak.
Gunakan Karung Goni yang dibasahi merupakan alat yang efektif memadamkan kebakaran
dari minyak. Cara kerjanya sama dengan selimut api, yaitu mengisolasi api dari oksigen.

Cara Menggunakan Karung Goni Basah :

1. Jangan melempar karung goni ke sumber api. Melempar berarti memberikan


suplai oksigen yang lebih besar ke api dan bisa mengakibatkan api mendadak
lebih besar.
2. Jangan memegang karung goni dengan tangan terbuka. Tutup telapak tangan
anda dengan ujung atas kiri dan kanan dari karung goni.

13
3. Dekati sumber api perlahan-lahan. Jadikan karung goni sebagai penghalang
antara anda dan sumber api. Lalu selimutilah pelan-pelan sumber api hingga
semuanya tertutup karung goni.
4. Setelah sumber api tertutup sempurna, lepaskan pegangan anda dan segeralah
menjauh.
5. Amati apakah api masih menyala. Panggil bantuan pemadam kebakaran.

2.3 Segitiga Api, Tetrahedron Api, Jenis-Jenis Api, Teknis Dan Taktik Memadamkan
Api

Segitiga api digambarkan dengan segitiga sama sisi yang menunjukkan bahwa ada
tiga unsur yang harus ada untuk terbentuknya api. Ketiga unsur dalam teori segitiga api itu
adalah bahan bakar (fuel), sumber panas atau api (heat), dan oksigen. Bahan bakar adalah
segala unsur baik gas, padat, atau cair yang dapat terbakar.

Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi,


yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi kimia lainnya. Api berupa energi
berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di
luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga
dapat menimbulkan asap.
Api (warnanya-dipengaruhi oleh intensitas cahayanya) biasanya digunakan untuk
menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat
digunakan untuk keperluan manusia (misal digunakan sebagai bahan bakar api unggun,
perapian atau kompor gas) atau tingkat pembakar yang keras yang bersifat sangat
penghancur, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia (misal,
pembakaran pada gedung, hutan, dan sebagainya).

Penemuan cara membuat api merupakan salah satu hal yang paling berguna bagi
manusia, karena dengan api, golongan hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat
aman dari hewan buas, memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga
dirinya agar tetap hangat. Bahkan masih banyak masyarakat zaman sekarang tetapi terisolir,
menganggap api adalah sumber kehidupan segala mahluk hidup.
Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut
adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut,
kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar.
Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai
reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau
Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling
bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api
atau peristiwa pembakaran.
CH4 + O2 + (x)panas —-> H2O + CO2 + (Y)panas

14
Rantai Reaksi Kimia
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Flammable Range: adalah batas antara maksimum dan minimum konsentrasi campuran uap
bahan bakar dan udara normal, yang dapat menyala/ meledak setiap saat bila diberi sumber
panas. Di luar batas ini tidak akan terjadi kebakaran.
a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit): adalah batas minimum dari
konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara yang akan menyala atau meledak, bila
diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu miskin kandungan uap bahan
bakarnya (too lean).
b) UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit): adalah batas maksimum
dari konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara, yang akan menyala atau meledak, bila
diberi sumber nyala yang cukup. Kondisi ini disebut terlalu kaya kandungan uap bahan
bakarnya (too rich).
Klasifikasi Api Berdasarkan Kelasnya

Dalam segitiga api, sudah dijelaskan bahwa bahan bakar atau fuel menjadi salah satu
unsur utama yang bisa menciptakan api. Tetapi unsur bahan bakar api yang berbeda bisa
menciptakan jenis api yang berbeda pula.
Oleh karena itu, terdapat kelas api a, b, c, d, dan seterusnya yang menjadi klasifikasi jenis api.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah jenis-jenis api berdasarkan kelasnya.

 Api kelas A (Hijau) yang tercipta karena pembakaran benda padat organik seperti
kayu

 Api Kelas B (Merah) yang tercipta karena pembakaran benda gas, uap atau cairan
kimia

 Api Kelas C (Biru) yang tercipta karena pembakaran benda yang berhubungan dengan
listrik

Cara Pemadaman Api Berdasarkan Kaidah Segitiga Api

Berdasarkan teori segitiga api, proses pemadaman kebakaran harus dilakukan dengan cara
menghilangkan salah satu unsur utama api. Baik itu bahan bakarnya, oksigennya, atau suhu
panasnya. Berikut ini adalah beberapa contoh cara pemadaman api berdasarkan kaidah
segitiga api.

 Dilusi, yaitu menekan dan mengurangi kadar oksigen di sekitar api dengan karbon
dioksida

 Isolasi, yaitu dengan menutup titik api dengan benda yang bisa mengunci oksigen

15
2.4 Hydran, Sprinkler, Detektor-Detektor Api, Proteksi Aktif,Pasif
Sistem  Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif merupakan sistem proteksi kebakaran yang terdiri
dari sistem pendeteksian kebakaran, baik manual ataupun otomatis. Menurut Health and
Safety Executive Inggris, fungsi sistem proteksi kebakaran aktif adalah untuk memadamkan
api secara langsung, sehingga efek kebakaran yang semakin meluas bisa dikendalikan.

Beberapa contoh sistem proteksi kebakaran aktif antara lain :

1. Detektor Asap, Api maupun Panas

Detektor dirancang secara khusus untuk mendeteksi munculnya kebakaran. Sesuai namanya,
detektor asap untuk mendeteksi adanya asap dalam ruangan, detektor api untuk mendeteksi
api, dan detektor panas untuk mendeteksi hawa panas yang tidak biasa dalam ruangan.

2. Alarm Kebakaran Otomatis Maupun Manual


Alarm berfungsi untuk menandakan suatu kejadian bahaya atau kebakaran kepada seluruh
orang yang ada ditempat tersebut, baik karyawan maupun tamu supaya mereka bisa segera
menyelamatkan diri.

3. Tabung Pemadam / APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Alat pemadam  api  ringan  merupakan alat khusus untuk memadamkan api secara cepat
untuk kasus api yang belum terlalu besar.

Sarana Proteksi Kebakaran Pasif


Sistem  proteksi  kebakaran  pasif  adalah  sistem  proteksi  kebakaran  yang dipersiapkan
sejak awal dibabentuk. Seperti bangunan yang tahan api, dan alat alat yang dilapisi zat
tertentu sehingga memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap api. Menurut Health and
Safety Executive Inggris, sistem proteksi kebakaran pasif terdiri dari lapisan material kedap
api yang dilapiskan pada permukaan tembok, alat kerja, atau bagian lain. Sistem ini
diterapkan pada area kecil yang sulit mendapatkan sumber air jika terjadi kebakaran.

Manfaat penerapan sistem proteksi kebakaran pasif:

 Mencegah bangunan runtuh karena kebakaran


 Meminimalisir intensitas kebakaran.

 Contoh sistem proteksi pasif diambil dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26
Tahun 2008 antara lain :

 Pasangan Konstruksi Tahan Api

16
Beberapa bagian gedung didesain secara khusus seperti tembok, pintu dan jendela yang
mampu menahan api.
 Penggunaan Bahan Pelapis Interior
Pelapis yang mampu melindungi bagian yang dilapisi supaya lebih tahan terhadap api.

2.5 Alat Memadam Kebakaran: Apar, Racun Api, Mobil Damkar

APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau fire extinguisher adalah alat yang digunakan untuk


memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada
umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi.
Dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus
dilengkapi oleh setiap Perusahaan dalam mencegah terjadinya kebakaran yang dapat mengancam
keselamatan pekerja dan asset perusahaannya.

Jenis-jenis APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Berdasarkan Bahan pemadam api yang digunakan, APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dapat
digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4 jenis APAR yang paling umum
digunakan, yaitu :

 Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water

 APAR Jenis Air (Water) adalah Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan tekanan tinggi.
APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling Ekonomis dan cocok untuk
memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain,
Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A). Tetapi akan sangat berbahaya jika
dipergunakan pada kebakaran yang dikarenakan Instalasi Listrik yang bertegangan
(Kebakaran Kelas C).

 Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF)

APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan
menutupi bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran.
APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-
bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A)
serta kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti
Minyak, Alkohol, Solvent dan lain sebagainya (Kebakaran Jenis B).

 Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder

APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri dari serbuk
kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-amonium danammonium sulphate.
Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga
memisahkan Oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry

17
Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk
memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C.
APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan dalam Industri karena
akan mengotori dan merusak peralatan produksi di sekitarnya. APAR Dry Chemical Powder
umumnya digunakan pada mobil.

 Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide (CO2)

APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan bahan Karbon
Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya.  APAR Karbon Dioksida
sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C
(Instalasi Listrik yang bertegangan).
Sistem dalam Mobil Pemadam Kebakaran
Fire truck atau yang lebih dikenal dengan mobil pemadam kebakaran adalah rangkaian
beberapa unit sistem. Secara garis besar unit sistem dalam mobil pemadam kebakaran terdiri
dari, 1.) Engine dan chassis, 2.) Pompa dan Power Take Off (PTO). Kedua hal tersebut
disatukan melalui sistem mekanik, elektrik, konstruksi bodi dan sistem perpipaan hingga
menjadi satu unit utuh yang nantinya dapat berfungsi alat pemadam kebakaran. Media yang
digunakan untuk memadamkan api akan disesuaikan dengan kebutuhannya.
Bentuk Mobil Pemadam Kebakaran. 

Mobil pemadam kebakaran memiliki bentuk dan fungsi yang beragam. Berdasarkan
bentuknya mobil pemadam kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, antara lain :

Mobil Pemadam Ringan Atau Kecil. Mobil pemadam ringan bisa disebut sebagai Light Fire
Tender. Light Fire Tender memiliki bentuk yang kecil. Mobil pemadam jenis ini mempunyai
ukuran yang setara dengan pick up, jeep dan mobil kecil lainnya.

Mobil Pemadam Berat. Mobil pemadam berat bisa disebut sebagai Fire Tender atau Fire
Truck. Chasis mobil pemadam jenis ini menggunakan chasis truk sehingga memiliki bentuk
yang besar.

Jenis-jenis Mobil Pemadam Kebakaran 


Ada beberapa jenis mobil pemadam kebakaran berdasarkan fungsinya, yaitu,

Mobil Pemadam Kebakaran Jenis Busa. Mobil pemadam kebakaran jenis busa disebut juga
sebagai Foam Tender. Sesuai dengan namanya mobil pemadam kebakaran jenis ini
dilengkapi dengan fasilitas yang dapat digunakan untuk menyemprotkan bahan pemadam
yang berjenis busa.

Mobil Pemadam Kebakaran Jenis Tepung Kimia. Dry Chemical Tender atau mobil pemadam
kebaran jenis tepung kimia adalam mobil yang dirancang secara khusus sehingga bisa
digunakan untuk menyemprotkan dry chemical yang digunakan sebagai bahan pemadam.

18
Mobil Pemadam Kebakaran Jenis Bahan Pemadam Ganda. Multi agent Fire Tender atau
mobil pemadam kebakaran jenis bahan pemadam ganda merupakan mobil pemadam yang
dirancang untuk menyemprotkan beberapa bahan sekaligus seperti busa, air ataupun dry
chemical.

2.6 Sistem Terintegrasi Pencegah Kebakaran


Proteksi kebakaran (fire protection) adalah merupakan aspek paling utama dalam program
perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam aktifitas pencegahan kebakaran akan dapat
menyelamatkan miliaran rupiah dan juga nyawa manusia akibat kebaran. Salah satu penyebab
utama terjadinya kebakaran pada berbagai industri adalah tindakan tidak aman atau kondisi
lingkungan yang kurang baik. Dengan memperbaiki tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi
lingkungan kerja maka penyebab terjadinya kebakaran dapat dikurangi.
Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu;

1. Program engineering; yaitu program yang meliputi perencanaan bangunan yang yang aman dari
kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran, misalnya instalasi fire detection
system (aktif) dan instalasi fire protection system (pasif).
2. Program edukasi; yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja terhadap kebakaran, yaitu
dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang kebakaran, identifikasi penyebab kebakaran,
bahaya kebakaran, pencegahan kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.

3. Pogram Penegakkan Sistem; program penegakkan sistem adalah program untuk memastikan
bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau comply dengan fire code atau regulasi yang
ada. Maka harus dilakukan inspeksi terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran secara berkala.
Program engineering memegang peranan yang sangat penting dalam pencegahan kebakaran. Tanpa
didasari oleh prinsip teknis yang baik, program edukasi dan penegakkan sistem tidak akan bisa bisa
optimal dalam mencegah terjadinya kebakaran. Prinsip engineering dalam pencegahan kebakaran
yang harus diperhatikan adalah disain dan konstruksi bangunan, bahan bangunan, pemasangan
sistem perlindungan kebakaran, pasokan air untuk pemadam, disain dan rencana pengembangan
bagunan, sistem pemadam dan jaringan pasokkan air pemadam. Masukan dari inspektor kebakaran
atau ahli kebakaran akan sangat berharga bagi insinyur perancang bangunan karena mereka
memilki pengetahuan yang baik tentang fire code dan regulasi tentang kebakaran. Maka didalam
merancang suatu bangunan dan proses, hendaklah melibatkan ahli kebakaran sehingga sistem
pencegahan kebakaran dapat didisain sesuai dengan standar baku nasional atau internasional.
Misalnya seberapa banyak titik fire detection, sprinkle dan fire extiguisher yang diperlukan dalam
suatu area bangunan atau proses, dan dimana saja titik penempatannya yang paling tepat sesuai
standar kebakaran atau fire code.
Hal lain yang sangat penting dalam program pencegahan kebakaran adalah pemahaman terhadap
fire code atau standar baku kebakaran. Personel pencegah kebakaran harus mengetahui dan
memahami fire code dan regulasi yang harus diterapkan untuk jenis industri mereka. Fire code dan
regulasi yang harus dipahami misalnya adalah NFPA, OSHA, regulasi pemerintah, kebijakan
perusahaan, perusahaan asuransi yang digunakan dan fire code atau regulasi yang spesifik terhadap
proses atau bahan kimia tertentu.
19
Industri yang menggunakan teknologi moderen memasukkan sistem pencegahan kebakaran sebagai
bagian dari sistem keselamatan secara keseluruhan. Namun jika sistem pencegahan kebakaran
tidak merupakan bagian dari teknologi yang diggunakan seperti industri moderen, maka komite
keselamatan kebakaran harus dibentuk untuk membantu pengembangan dan penerapan program
pencegahan kebakaran, seperti identifikasi bahaya kebakaran, inspeksi proses tertentu, perencanaan
kegiatan pencegahan kebakaran, melakukan pelatihan bagi pekerja, melakukan komunikasi
program pencegahan kebakaran kepada pekerja dan komunitas disekitar pabrik atau perusahaan.

Penegakan sistem adalah merupakan program penting lainnya dalam mencegah terjadi kebakaran.
Untuk menjamin bahwa sistem kebakaran yang sudah dibuat berjalan dan alat-alat pemadam selalu
dalam kondisi baik maka perlu dilakukan inspeksi secara rutin. Setiap temuan dalam inspeksi
sistem kebakaran harus dilaporkan kepada pihak manajemen untuk difollow up agar tidak terjadi
kebakaran.

20
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak
kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran
merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat
mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup
besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan masyarakat. Adanya
kasus kebakaran yang terus meningkat menyebabkan pemerintah
mengeluarkan undang-undang dan peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan kebakaran. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kebakaran dan upaya
penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat penting agar masyarakat
mengetahui adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, antara lain, di
rumah, tempat kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan lain-lain.
Sehingga, kasus kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami materi dan
persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan mengenai
kebakaran dan bagaimana upaya untuk menanggulangi dan mencegah
kebakaran sehingga kasus kebakaran dapat diminimalisir. Selain itu, dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat dilakukan penelitian dan penulisan lebih
lanjut mengenai pengkajian ini

21
DAFTAR PUSTAKA

Soedharto, Gatot. 1984. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran.


Jakarta: Grafindo Utama
Soedharto, Gatot. 1985. Mencegah Kerusakan Lingkungan dari Bahaya Kebakaran. Jakarta:
PT. Intemasa
Zaini, Mochamad. 1998. Panduan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Jakarta:
Abdi Tandur
, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional
,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara
Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat Publikasi
Pemerintah Departemen Penerangan RI.

22

Anda mungkin juga menyukai