Anda di halaman 1dari 76

BAB 1

BOLT & CAPS SCREW

1
BOLT & CAP SCREW

A. KLASIFIKASI BOLT
Jenis baja dan perlakuan yang diterima oleh bolt dan screw selama pembuatan
menentukan kekuatan dan kemampuannya melakukan kerja.

1. BOLT METRIC
ISO ( International Standard Organization ) telah mengeluarkan standard untuk
klasifikasi bolt dan screw kedalam property class. Klasifikasi ini didasarkan pada
kekuatan ( tarik dan geser ). Tanda ( angka ) pada kepala bolt menunjukkan
property class. Seluruh bolt dan screw metric berkualitas tinggi yang berdiameter
lebih besar dari 4 mm memiliki tanda.
Sebagai contoh :

M 10

diameter nominal bolt tersebut 10 mm


menunjukkan M untuk metric

9.8 menunjukkan property class


Angka pertama jika dikali 100 menunjukkan harga kekuatan tarik minimal dalam MPa
dan angka kedua jika dikali dengan angka pertama nilainya 1/10 kali harga kekuatan
mulur minimal bahan baut tersebut dalam satuan Mpa.
Contoh simbol diatas berarti :
Kekuatan tarik minimal 900 MPa
Kekuatan mulur minimal 720 Mpa

600

9.8

2. BOLT IMPERIAL (Witworth)


SAE ( Society of Automotive Engineer ) telah mengeluarkan standard tertentu untuk
mengklasifikasi bolt unified ( inch ) berdasarkan kekuatan tariknya (Tensile strength).
SAE memberikan tanda pada kepala bolt untuk membedakan grade dan
mengidentifikasi kekuatan material bahan bolt. Contoh grade 8 :

550

2
Dari table diatas dapat dilihat mengapa sangat penting bahwa bolt yang diganti harus
diganti dengan bolt yang mempunyai kekuatan tarik yang sama.

B. NAMA BAGIAN – BAGIAN BOLT

3
C. UKURAN BOLT
1. UNIFIED THREAD IDENTIFICATION

2. METRIC THREAD IDENTIFICATION

D. BOLT DESCRITION
1. Ukuran Baut Metric

M 12 1.75 6g 80 x 8.8

Kelas kekuatan
Panjang baut
Fit simbol
Ukuran pitch
Ukuran diameter baut
diameter bautmetric
simbol ISO
simbol ISO
metric
2. Ukuran Baut Inchi

½ - 20 UN C 2A x 3

Panjang baut
Fit symbol
Ulir kasar
Standard Unified Screw Thread
Unified
Jumlah ulir per inchi
Screw diameter baut
Ukuran
Thread
Jumlah ulir
per inchi
Ukuran
diameter 4
baut
Cara membaca tabel diatas :
Contoh :
1
Cap screw thread size :  20 dan Grade 5.
2
Baut (capscrew) tersebut memiliki diameter nominal thread ½ inc dan jumlah ulir dalam
1 3 3
1 inch adalah 20 ulir. Ukuran kepala baut tersebut menjadi : x  inc (ukuran tool
2 2 4
yang digunakan adalah 3/4 inc).
Jadi torque baut tersebut yaitu : 70 ftlbs atau 9,7 kgm atau 96 Nm.

Contoh :
Jika ingin mengetahui torque baut grade 8 dengan tools socket atau ring 15/16 inc dan
jumlah ulir dalam 1 inchi brjumlah 11 ulir yaitu
15 2 5
x 
16 3 8
Jadi torque baut tersebut adalah 175 ftlbs atau 24,2 kgmatau 237 Nm.

5
E. PENGENCANGAN NUT
1. Plain nut ( Nut Biasa )
Membutuhkan lock washer atau nut lain ( jam nut method ) yang digunakan untuk
mencegahnya kendor pada bolt atau stud.

2. SELF LOCKING NUT


Ada dua tipe, yaitu : Steel lock ring dan fiber / plastic

3. CUSTELLED NUT
Castellated nut merupakan nut pengunci tapi tidak dapat mengunci sendiri. Mereka
membutuhkan sebuh cotter pin yang ditempatkan melalui sebuah lubang yang dibor
pada bolt atau stud dan kemudian dibengkokkan untuk mencegah nut kendor.

F. PEMASANGAN BOLT
Saat pemasangan bolt, bila ada keraguan mengenai diameter bolt tersebut, kencangkan bolt
dengan tangan tapi jangan sampai menyentuh dasarnya, lalu gerak – gerakkan bolt tersebut
kesamping. Tidak boleh ada gerakan atau hanya sedikit saja gerakannya.
Aturan umum yang dapat digunakan untuk memilih panjang thread sebuah bolt adalah pilih
bolt yang mempunyai panjang thread minimum 1 ½ kali diameternya.

6
G. PELUMASAN PADA BOLT
Pada beberapa shop manual disebutkan bolt harus diberi lubrikasi pada threadnya sebelum
pemasangan. Harus diperhatikan sekali bahwa bolt tersebut hanya boleh dilumasi tipis saja.
Sedang lubangnya jangan diberi pelumas. Karena olinya dapat terjebak saat pemasangan
dan dapat menyebabkan crack.

H. FASTENER TORQUE CHECK


Pengecekan torque pada bolt yang telah dikencangkan, tidak mungkin dilakukan
secara akurat. Bila kita rgu apakah sebuah bolt sudah dikencangkan dengan torque
yang sesuai, maka fastener tersebut harus dikendorkan ½ sampai 1 putaran penuh
kemudian ditorque kembali sesuai standardnya.

I. CARA PEMASANGAN COTTER PIN PADA CASTELLATED NUT


Dalam rangka memasukkan cotter pin pada lubang stud bolt, jangan pernah
meluruskan lubang dengan cara mengendorkan nut.Tetapi sebelumnya kencangkan
nut sampai range terendah dari torque standardnya, lalu luruskan lubang cotter pin
dengan cara mengencangkan nut lebih jauh.

J. PENGENCANGAN BOLT MENGGUNAKAN TORQUE WRENCH


Jika sebuah alat pengikat (fastener) dikencangkan dengan benar, gaya yang
diberikan padanya oleh beban tidak akan meregangkan alat pengikat (fastener)
tersebut. Dengan keadaan ini alat pengikat (fastener) tidak akan terus meregang dan
oleh karenanya tidak akan mengalami gangguan lemah lelah. Hubungan antara
pengencangan torque dan gaya aksial yang terjadi pada baut adalah :

T (kgmf) ≈ 0.2F (ton) x D (mm)

Besarnya standar pengencangan torque pada pengikatan bolt dan nut tergantung
pada bahan dan dimensi baut (diameter nominal ulir) tersebut juga dipengaruhi oleh
adanya perlakuan panas (Heat Treatment). Perlakuan panas (Heat Treatment) ini
bertujuan untuk menambah kekerasan yang diinginkan bahan baut. Semakain keras
bahan maka akan semakin besar pula kemampuan torque-nya.

Hubungan antara gaya pengencangan baut dengan torque baut / nut dapat dituliskan
dengan persamaan sebagai berikut :

7
Dari persamaan dan keterangan diatas dapat diketahui bahwa torque pengencangan
baut (M) yang sama pada baut berdiameter sama, gaya pengencangan (T) baut akan
berbeda jika koefisien gesek (K) antara baut dan lubang baut berbeda. Disini terlihat
jelas bahwa pengencangan dengan torque yang sama tidak selalu menghasilkan
kekencangan pengikatan pada benda dengan gaya yang sama. Koefisien gesek
tergantung pada accuracy ulir baut, bahan baut, kekasaran permukaan, fit simbol,
pelumasan dan lain-lain.

K. Metode Pengencangan Baut


Penggunaan torque wrench yang benar, harus memperhatikan hal berikut :
Pemberian gaya haruslah lembut dan besarnya konstan untuk mendapatkan
nilai torque yang akurat. Pemberian gaya yang dihentak akan membuat
pengencangan tidak akurat.

Torque wrench digunakan untuk mengencangkan baut dan mur (bolt and nut) sesuai
dengan standar torque yang diizinkan. Begitu juga digunakan untuk mengukur kekuatan
patah baut akibat dari beban puntir. Jika dalam pengikatan baut dan mur yang di torque
memerlukan extension dari dari drive square maka nilai torque yang ada pada ujung
extension tersebut akan membesar. Hal ini dikarenakan adanya penambahan lengan
pada torque wrench tersebut.

Untuk itu agar nilai torque pada ujung extension sesuai dengan yang diinginkan maka
harus kita harus setting pada torque wrench tersebut dengan ukuran yang lebih kecil.
Untuk lebih jelasnya dapat dihitung dengan metode kesetimbangan gaya :

8
L
Tw 
Ta L
A

9
BAB II
BEARING

10
BEARING

A. Fungsi Bearing :
1. Mendukung part – part yang bergerak dan berputar
2. Mengurangi gesekan dan keausan
3. Mengarahkan bagian – bagian yang bergerak

B. Tipe dan Jenis Bearing :


1. Friction Bearing (Plain bearing)
Plain bearing memberikan kontak geser (sliding contact) antara dua permukaan yang
saling bertemu dan secara prinsip kerja gesekan (friction) yang terjadi lebih
dominan. Jenis bearing ini banyak dipakai di engine crankshaft, silinder hydraulic dan
lain - lain.

2. Anti Friction Bearing (Plain bearing)


Anti friction bearing memberikan kontak gelinding (rolling contact) antara dua
permukaan yang saling bertemu dan secara prinsip kerja kontak gelinding (rolling
contact) yang terjadi lebih dominan. Akan tetapi jenis bearing inipun sebagian kecil
saling bergesekan sehingga keausannya pun tidak dapat dihindari.
Elemen gelinding (rolling element) jenis bearing ini yaitu :
a. Bola (ball)
b. Silindris (cylindrical)
c. Tong (spherical)
d. Konus (taper/cone)
e. Jarum (needle)
Bagian – bagian antifriction bearing yaitu :
a. Cincin luar (outer ring)
b. Cincin dalam (inner ring)
c. Elemen gelinding (rolling
element)
d. Sangkar (cage)
e. Pelindung (shield/seal)

11
C. Kapasitas bearing
Kemampuan bearing dalam menahan beban ditentukan oleh bahan bearing juga oleh
3 kondisi :
1. Dimensi bearing
Makin besar dimensi bearing, makin besar beban yang mampu ditahan
2. Jumlah rolling element
Makin banyak jumlah rolling element, makin besar besar beban yang mampu
ditahan
3. Tipe race

D. Tipe Roller ball bearing

a. Low-Medium Load
b. Radial Load
c. High Speed

E. Tipe Angular Contact Ball Roller Bearing

a. Low-Medium Load
b. Axial Load
c. High Speed
d. Radial Load

F. Type Taper/Cone Roller Bearing

a. Medium - High Load


b. Radial Load
c. Medium - High Speed
d. Axial Load

12
G. Tipe Cylindrical Roller Bearing

a. High radial load


b. Light axial load
c. Good performance under
external radial acceleration

H. Tipe Needle Roller Bearing

a. Low Radial Load


b. Light Axial Load
c. Good performance under
external radial acceleration

I. Tipe Spherical Roller Bearing

a. Medium - High Load


b. Radial Load
c. Medium - High Speed

Menurut jenis pembebanan bearing dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis


beban yaitu :

13
Semua bearing yang diproduksi harus melalui proses balancing, tetapi terdapat juga
bearing dalam prosesnya menggunakan pengukuran dengan tingkat kepresisian yang
sangat tinggi (high precisian). Bearing yang dimaksud disini adalah bearing free
adjustment atau bearing set (contoh adalah taper bearing yang diberi tanda gravier).
Bagian komponen dari sebuah bearing set satu sama lain harus sesuai dan tidak
diperbolehkan saling menukar dengan bagian komponen bearing set yang lain. Ciri
khas bearing set terdapat tanda khusus yang di gravier dan disorder dalam bentuk
satu kesatuan. Komponen yang terdapat bearing set tanpa perlu melakukan
adjustmen preload.

Internal clearance bearing merupakan celah antara rolling element dengan salah satu
ring, baik secara radial maupun aksial tanpa beban. Internal clearance bearing sangat
diperlukan terutama pada saat bearing mengalami fitting expansion dan thermal
expansion.
C1 Clearance are smaller than C2
C2 Clearance are smaller than Normal
- Standard Clearance
C3 Clearance are greater than Normal C4
Clearance are greater than C3
C5 Clearance are greater than C4

J. Pembacaan Kode Bearing


Pembacaan kode bearing menurut ISO (International Standard Organization)

22328 CCJA / W33VA406

Keterangan :
6200 – 10mm When d < 10mm or d  500mm
6201 – 12mm 629 or 62/9 – 9mm 6288 – 440mm
6202 – 15mm 626 or 62/6 – 6mm 6292 – 460mm
6203 – 17mm 62/500 – 500mm 6296 – 480mm

14
30205

Bearing No X 5 Bearingbore
borediameter
diameter==25
25mm
mm
Bearing

K. Pemasangan Kedudukan Bearing (Bearing Fitting)


Pemasangan bearing baik terhadap shaft maupun lubang housing tergantung pada
tujuannya. Proses kedudukan bearing pada shaft dan pada saat itu mengalami
penyusutan dimensi disebut shrinkage fit. Hal ini dilakukan dengan cara bearing harus
dipanaskan terlebih dahulu. Sedangkan proses kedudukan bearing pada lubang dan
pada saat itu mengalami perluasan (expansi) dimensi disebut expansion fit. Hal ini
dilakukan dengan cara bearing harus didinginkan terlebih dahulu. Suhu pemanasan
bearing tidak boleh melebihi 1200 C, karena dengan suhu diatasnya dikhawatirkan
dapat mengakibatkan kerusakan metalurgi, mengubah struktur mikro (structure
micro) bahan dan tingkat kekerasan bearing tersebut.

Pemanasan bearing dapat dilakukan dengan cara :


a. Dipanaskan dengan hot plate
b. Dipanaskan dengan hot oil bath
c. Dipanaskan dengan cara induksi (Eddy Term)
d. Dipanaskan dengan temperature controlled oven

Berikut adalah hal – hal yang harus diperhatikan ketia sedang membersihkan dan
memeriksa bearing yaitu :

1. Cucilah bearing dengan cairan pembersih (solvent) dan kemudian keringkan


dengan udara. Bearing yang mengandung grease yang kental harus direndam
terlebih dahulu.
2. Olesi bearing dengan pelumas segera setelah dibersihkan.
3. Putar bearing pelan-pelan dengan tangan dan periksa kekasaran atau
ketidakrataannya.
4. Periksa semua ball atau roller dan permukaan bearing dari adanya cacat atau
kerusakan. Perhatikan secara teliti antara cage atau retainer (penahan) saat
bearing diputar.
5. Tahan bearing agar tidak berputar ketika sedang dikeringkan dengan udara. Ketika
menggunakan udara bertekanan, bearing tidak boleh berputar karena hal ini
berbahaya bagi orang dan merusak bearing itu sendiri
6. Seal bearing tidak harus dicuci. Bersihkan dan periksalah kekasarannya
sebagaimana dijelaskan dalam point 3.
7. Jika bearing akan digunakan lagi, tetapi tidak langsung dipasang, bearing tersebut
harus biberi pelumas dan kemudian dibungkus dengan kertas berminyak. Hal ini
untuk mencegah karat dan menghindarkan kotoran.

15
Radial Load Bearing Axial Load Thrust
Bearing

L. Pemasangan dan melepas bearing :

Incorrect Correct
Incorrect
Incorrect

Incorrect
Correct Correct
Correct

M. Pelepasan bearing dengan puller atau tracker

16
BAB III
SEALS
&
COATING
MATERIALS

17
SEALS

Seals digunakan untuk mencegah supaya fluida atau gas tidak bocor dan kotoran atau
uap air tidak masuk ke system, terkadang untuk menjaga tekanan atau kevakuman.

Ada dua aplikasi utama penggunaan seal yaitu :


1. Dynamic seal, untuk menyekat bagian – bagian yang bergerak. Contoh : shaft and
rod seal, compression packing dan piston ring.
2. Static seal, untuk menyekat bagian – bagian yang tidak bergerak. Contoh : gasket,
O-ring atau packing san sealant.

Static Seal Dynamic Seal

A. TIPE DYNAMIC SEAL

Single Lip Seal Single Lip Seal Double Lip Seal Dual Lip Seal
With Spring Loaded One Lip Spring Both Lip Spring
Loaded Loaded

B. Radial lip seal


Umumnya digunakan untuk menyekat lubricant didalam system yang
mempunyai shaft yang berputar.
1. single lip seal, tidak menggunakan spring, untuk menjaga fuida sangat kental
seperti grease.
2. Single lip seal, menggunakan spring, untuk menyekat fluida yang lebih encer
pada shaft yang berputar lebih cepat pada lingkungan yang bersih.
3. Double lip seal, satu sisi menggunakan spring untuk menyekat oli dan sisi yang
lain tidak ada spring untuk menahan debu.
4. Dual lip seal, kedua lip nya menggunakan spring, untuk menahan fluida di satu
sisi dan menyekat fluida di sisi yang lain.

18
C. Exclusion seal
Digunakan untuk menjaga agar material - material asing keluar dari bagian – bagian
yang bergerak translasi ( maju mundur ) pada suatu machine.
1. Radial dan axial seal
2. Wiper
3. Scraper
4. Sliper seal
5. Boot

D. Face seal ( Floating seal )


Face seal membentuk penyekatan diantara permukaan yang rata dan sangat halus.
Face seal terdiri dari :
6. Seal ring yang berputar
7. Seal ring yang tidak berputar
8. Static seal ( O-ring)

E. Molded Packing
Fluida yang disekat memberikan tekanan untuk menyekat packing terhadap
permukaan rod atau silinder.
1. Lip, contoh : U-packing, V-packing
2. Squeeze ( digencet ), contoh : O-ring

19
F. Diaphragm seal

G. TIPE STATIC SEAL


1. Non metallic gasket contoh : paper gasket
2. Static O-ring
3. Metalic gasket, contoh : gasket cylinder head

Pemilihan Penggunaan Seal


Banyak faktor yang mempengaruhi pemakaian dan pemilihan seal dalam hidrolik sistem
diantaranya yaitu :
4. Will the seal resist all pressures expected?
5. Can the seal withstand the heat of operation?
6. Will the seal wear out too rapidly?
7. Will the seal be harmed by the hydraulic fluid?
8. Does the seal fit without dragging on the moving parts?
9. Will the seal score or scratch polished metal parts?

ADHESIVE & SEALANT

1. Threadlocking Adhesive
Menjamin kekuatan hasil rakitan dengan mencegah kendurya nut, bolt screw akibat
getaran. Contoh produk Loctite :
a. Threadlocking 243
Adhesive berkekuatan sedang untuk pemakaian umum, cocok untuk bolt hingga
M36
b. Removable Threadlocker 242
Adhesive kekuatan sedang untuk bolt hingga M36. Dapat dibuka kembali
menggunakan kunci biasa.
c. Permanen Threadlocker 262
Adhesive berkekuatan tinggi untuk mengunci segala bolt yang harus menghadapi
goncangan dan getaran hebat.
d. High Strength Threadlocker 271
Adhesive berkekuatan sangat tinggi untuk bolt sampai dengan M36, dan untuk
baut-baut yang tidak akan dibuka kembali.

20
2. Thread Sealing / Pipe Sealant
Menjamin pencegahan kebocoran di celah – celah ulir. Mengisi celah yang sangat
tahan terhadap zat kimia. Berfungsi sebagai pelumas pada pemasangan ulir pipa,
mencegah gesekan serta memberikan torsi yang konstan.
Contoh produk Loctite :
a. PST Pipe Sealant 565
Cepat kering, tahan bahan pelarut, menyegel seketika pada tekanan rendah,
kekuatana dapat diatur untuk memudahkan pembongkaran kembali.
b. PST Pipe Sealant 577
Cepat kering dan kental, menyekat dengan cepat, bila sudah mongering kekuatan
seal dapat mencapai titik ledak pipa.
c. PST Pipe Sealant 567
Sealant pipa untuk pemakaian pada stainless steel dan sambungan metal, sangat
efektif untuk tekanan tinggi. Memiliki ketahanan tinggi terhadap bahan pelarut.
Sebagai pelumas saat pemasanganan pipa.

3. Flange Sealant
Menutup kebocoran flange lebih efektif dari pada gasket biasa, karena kontak metal
ke metal lebih rapat, hanya mengisi jalur yang bocor.
Contoh produk Loctite :
a. Gasket Eliminator 515
Sealant untuk pemakaian umum, terutama untuk pembuatan gasket yang
fleksibel.
b. Gasket Eliminator 518
Anaerobic yang cepat kering dan fleksibel untuk membuat gasket dirancang
khusus untuk metal yang pasif dan bias menyesuaikan gerakan flange. Tegangan
gesernya sangat tinggi , mengisi celah sampai ketebalan 0.5 mm.
c. Gasket Eliminator 510
Sealan yang tahan panas tinggi khusus dirancang untuk membuat atau melapisi
gasket dalam kondisi perakitan yang ekstem.

4. Retaining Compound
Dipakai sebagai perekat untuk bushing, bearing, pin, pulley, dll. Memperkuat part
yang dipasang dengan cara dipress. Atau mengencangkan kembali bagian yang sudah
kendor dengan cara mengisi celahnya. Mengatasi kebocoran cairan melalui bagian
rakitan.
Contoh produk Loctite :
a. Retaining Compound 609
Bahan yang cepat kering, mengisi celah sampai dengan 0.15 mm, untuk
pemakaian umum, tegangan geser mencapai 24 N/mm2 pada baja.
b. Retaining Compound 603
Adhesive yang cepat kering dan encer, dipakai untuk merekat bagian-bagian
silindris yang tidak mungkin dihilangkan seluruh minyaknya.
c. Retaining Compound 641
Adhesive berkekuatan sedang untuk merakit bagian yang sewaktu – waktu dapat
dibongkar kembali
d. Retaining Compound 648
Adhesive berkekuatan tinggi dan cepat kering dengan tegangan geser 26 N/mm2
pada baja.

5. Anti-Seize
Adalah pelumas untuk mencegah korosi dan keausan. Untuk melumasi ulir-ulir baut
dan plug yang sering terkena suhu tinggi atau rawan terkena karat, agar mudah
dibuka kembali saat pembongkaran.

21
BAB IV
LIFTING TOOLS

22
LIFTING TOOLS

A. LIFTING TOOLS
1. Sling
Working Load Limit ( Batas Beban Kerja )
Beban maksimm yang ditanggung oleh sling pada saat benda diangkat secara
langsung tanpa adanya pengikatan sling pada benda.

Safe Working Load ( Beban Kerja Aman )


Beban maksimum yang ditanggung oleh sling pada saat benda diangkat secara tidak
langsung karena adanya pengikatan sling pada benda.
Sling tidak digunakan untuk mengangkat beban yang melebihi SWL yang tertera pada
label sebuah sling. SWL sebuah sling harus disesuaikan dengan metode
pengangkatan dan pengikatan serta ditinjau dari bentuk beban, sudut pengankatan,
gerak dinamis beban yang berlebihan dan kondisi kerja yang tidak umum.

2. Konstruksi Sling

Sebuah sling umumnya terdiri dari 6 untaian kawat baja dan satu untaian terdiri dari
19 lilitan, seperti pada gambar diatas.

Arah puntiran serabut wire rope berlawanan arah dengan basic wire disebut Regular
Lay Rope. Sedangkan arah puntiran serabut wire rope searah dengan basic wire Lang
Lay Rope. Dan juga arah puntiran

3. Kriteria sling ( tali baja ) tidak layak pakai :


 Kawat putus
 Keausan atau berkurang diameter tali baja
 Terpuntir
 Bentuk sarang burung
 Tonjolan untaian
 Kusut
 Untaian terjepit, gepeng

23
Keretakan
Meregang

Diameter Mengecil

Bentuk Pilin Berubah


Tertekuk

Sangkar Burung/ Kawat Mencuat

Kawat/Wire Putus

Berkarat
Keausan >30% Setiap Pilin

24
4. Petunjuk pemakaian sling :
 Hindari tekukan
 Gunakan pelindung untuk melindungi tali dari tepi yang tajam
 Suhu pemakain tali maksimum 95 derajat celcius
 Gunakan tali baja yang tidak kusut atau terpuntir

B. FLAT WEBBING
Bahan pembuatnya dapat dari nilon, polyester, polypropylene atau aramid polyamide.
Setiap flat webbing ada label SWL

Warna dari label menyatakan material sebagai berikut :


Nilon : hijau
Polyester : biru
Polypropilene : Coklat

Kriteria webbing sling tidak layak pakai :


 Sling kahilangan 10 % dari kekuatannya
 Label telah hilang atau rusak
 Lapisan pelindung rusak
 Bahan sling nilon terkontaminasi dengan asam ( acid )
 Bahan sling polyester terkontaminasi dengan zat alkaline ( kapur )
 Bahan sling polypropylene terkontaminasi dengan bahan / larutan organic ,
missal: cat, thiner, aspal

C. CHAIN SLING
Umumnya bobot rantai lebih berat dibandingkan tali baja dalam kapasitas angkat
yang sama, tapi rantai lebih memiliki daya tahan.

Biasakan untuk selalu memeriksa grade / kelas rantai yang tertera pada label (tag)
pada setiap rantai.

25
Yang perlu diperhatikan sebelum memakai rantai
 Jangan mengangkat beban lebih dari SWL nya
 Jangan dipakai bila kondisi mata rantai lentur dan rapuh
 Jangan dipakai bila terdapat keausan lebih 10 % diameter rantai
 Jangan menjatuhkan rantai dari ketinggian
 Jangan menggulung rantai pada beban yang diangkat
 Pakai lapisan pelindung saat mengangkat benda dengan tepi yang tajam
 Jangan menggunakan rantai pada kondisi suhu lebih dari 260 derajat celcius

D. METODE PEMAKAIAN SLING


Dalam pengangkatan beban kita harus memperhatikan hal – hal berikut :
1. Sudut sling
Sudut sling terjadi apabila dua atau lebih sling dipakai pada satu kait crane. Sudut
maksimum yang dapat digunakan adalah 120o, sudut yang dianjurkan adalah 90o.

2. Faktor beban
Sebelum mengangkat kita harus mengetahui factor beban ( load factor ) atau factor
ikatan
(reef factor ), seperti dibawah ini.

26
3. Aplikasi pengangkatan beban
Rumus :
Beban maksimum = WLL x factor sudut x reef factor

Misal :
WLL sling = 8 ton
Sudut pengangkatan 60o, factor sudut = 1,73
Tipe ikatan : single sling pada benda bentuk kotak = 0,5
Jadi beban maksimum yang dapat diangkat
= 8 x 1,73 x 0,5
= 6,92 ton

27
28
E. AKSESORIS PERALATAN ANGKAT
1. Shackle
Ada 2 jenis shackle yaitu : shackle D ( Dee ) dan shackle Bow. Semua tipe shackle
yang digunakan harus bertanda SWL / WLL. Pastikan SWL shackle paling sedikit sama
dengan SWL rantai / sling.

29
Shacle ”D” Shacle Bow
Berikut beberapa gambar yang menunjukkan pemakaian shackle yang benar dan
tidak benar

2. Eyebolt
Ada dua tipe eyebolt : eyebolt collar dan eyebolt uncollar ( plain eyebolt ).

30
Jangan menggunakan eyebolt uncollar untuk mengangkat apapun selain
pengangkatan vertical, karena eyebolt uncollar / tidak bercollar dapat putus saat
timbul tegangan sisi.

3. Hook
Hook sebaiknya dilengkapi dengan sebuah kaitan pengaman, khususnya dimana ada
kemungkinan sling bergeser.

Ada bermacam ragam hook digunakan untuk chain sling. Hook pada umumnya baja
campuran kelas ( grade ) 80 dan tertera tanda SWL. Jika lubang hook membesar
lebih dari 5 %, maka hok tersebut tidak boleh digunakan lagi, jangan coba mengelas
atau memperbaikinya.

31
4. Chain Block
Tersedia sejumlah chain block. Seperti peralatan pengangkat lainnya, kapasitas
beban tertera pada alat.

5. Lever block

32
BAB V
MEASUREMENT TOOLS

33
2. MEASURING TOOLS
A. VERNIER CALIPER

Ketelitian vernier caliper :


Metric system : 1/20
mm atau 1/50 mm
English system : 1/128
inch atau 1/1000 inch

Vernier caliper dapat digunakan untuk 3 jenis pengukuran :


A : Untuk pengukuran dimensi luar
B : Untuk pengukuran dimensi dalam
C : Untuk pengukuran kedalaman

34
Cara baca vernier caliper ( Metric system )

35
Cara baca vernier caliper ( English system )

Step 1 ditambah Step II


4  4 7 inc
3 4 24 4
4 16  4 128  4128  128  4 128
32

Pembacaan yang benar adalah


7
4 inc
32

16
Step I gambar diatas terbaca 2 inc atau 2.14 inc
40
Step II
Skala pembagi18 pada vernier caliper scale adalah segaris dengan skala pembagi pada
beam. Pembacaannya menjadi :

18
inc atau 0.018 inc.
1000

Final Step
Step I plus Step II
18
16
 2 40  1000 The correct reading is 2
200 inc or 2.14 inc
500
400 18
 2 1000  1000
418 209
2 inc  2 inc
1000 500

36
B. MICROMETER
Micrometer adalah alat ukur yang lebih presisi disbanding dengan vernier caliper
Micrometer ada 2 tipe : outside micrometer dan inside micrometer

Range pengukuran sebuah micrometer standard dibatasi sampai 25 mm (metric system)


atau sampai 1 inch (English system). Sebuah micrometer ada yang dilengkapi dengan
satu set anvil yang dapat ditukar-tukar untuk range pengukuran yang bervariasi, tapi
kurang presisi disbanding dengan micrometer standard.

Micrometer biasa mempunyai ketelitian 0,01 mm ( metric system ) atau 0,001 inch
(English system). Micrometer yang dilengkapi dengan vernier mempunyai ketelitian
0,001 mm ( metric system ) atau 0,0001 inch ( English system ).

37
Cara menyetel titik nol pada micrometer
Micrometer yang dipakai dalm waktu lama, akan mengalami deviasi pada pembacaan
titik nol nya. Untuk itu harus dilakukan penyetelan titik nol.
Metode 1
Jika penyimpangan titik nol 2 garis atau kurang
1. kunci spindle dengan spindle lock
2. Masukkan kunci kedalam lubang di sleeve
3. Putar sleeve untuk memperbaiki peyimpangan tersebut
4.Periksa kembali titik nol nya
(Lihat gambar dibawah)

Metode 2
Jika penyimpangan titik nol lebih dari 2 garis
1. Kunci spindle dengan spindle lock
2. Masukkan kunci pada lubang di rachet sleeve
Pegang thimble, putar achet sleeve berlawanan
jarum jam
3. Dorong thimble kearah luar (menuju rachet stop ),
Dan thimble dapat berputar dengan
bebas. Posisikan thimble pada posisi yang
diperlukan untuk mengoreksi titik nol.
4. Putar rachet sleeve kearah dalam dan kencangkan
Dengan kunci.
5. Periksa kembali titik nol, jika masih ada sedikit
Penyimpangan, koreksi dengan metode 1
(Lihat gambar disamping)

Contoh pembacaan
1. Metric System

38
2. English System (Ketelitian 1/1000)

Contoh gambar (a) :


Pembacaan terdiri atas :
Angka 4 skala pembagi yang besar : 4 x 0,100 = 0,400
Angka 2 skala pembagi yang kecil : 2 x 0,025 =
0,050 g8 skala pembagi pada thimble : 8 x 0,001 =
0,008
Total pembacaan menjadi : 0,458 inc
(a)

Contoh gambar (b)


Pembacaat terdiri atas :
Angka 2 skala pembagi yang besar : 2 x 0,100 = 0,200
Angka 3 skala pembagi yang kecil : 3 x 0,025 = 0,075 14
skala pembagi pada thimble : 14 x0,001 = 0,014 Total
pembacaan menjadi : 0,289 inc

(b)

Contoh gambar c
Angka 3 skala pembagi yang besar : 3 x 0,100 = 0,300
Angka 2 skala pembagi yang kecil : 2 x 0,050 = 0,050
3 skala pembagi pada thimble : 3 x 0,001 =
0,003 Total pembacaan menjadi : 0,353 inc

(c)

Micrometer Ketelitian 1/10000 inc

Pembacaan terdiri atas :


Angka 2 skala pembagi yang besar : 2 x 0,100 = 0,200
Angka 3 skala pembagi yang kecil : 3 x 0,025 = 0,075
11 skala pembagi pada thimble : 11 x 0,001 = 0,011
Ditambah jarak diluar garis
0,011inc : 0,0002
Gambar diatas memiliki kelebihan = 0,2862 inc
Total pembacaan menjadi

39
C. DIAL INDICATOR

Kepresisian dial indicator adalah sbb :


Metric system : 0,01 mm atau 0,001 mm
English system : 0,001 in. atau 0,0005 in. atau 0,0001 in.

40
Dalam pembuatan suatu benda kerja, pencapaian ukuran yang ideal sangat sulit dicapai.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya material benda kerja, proses
pengerjaan, alat ukur maupun kemampuan teknisi yang membuatnya. Oleh itu
diperlukan toleransi, yaitu batas penyimpangan ukuran yang masih diizinkan sesuai
dengan tingkatannya, yang masih dapat memenuhi kebutuhan secara fungsi, konstruksi
maupun hal teknis lainnya.

International Standard Organization membahas mengenai toleransi pada ISO 406/1987 :


Technical Drawings – Tolerancing of linier and angular dimensions.

Dengan mengambil contoh suatu poros dan lubang yang berpasangan, keadaan benda
kerja yang diberi toleransi diilustrasikan gambar dibawah ini :

Untuk mempermudah penggambaran sumbu komponen terletak dibawah garis nol. Pada
diagram tersebut penyimpangan lubang adalah positif dan penyimpangan poros adalah
negatif.

41
Definisi Istilah – istilah Dalam Toleransi
Ukuran Nominal (UN) : Ukuran yang tertulis pada gambar, yang dibaca tanpa
toleransi.
Toleransi (T) : Batasan penyimpangan yang diizinkan.
Ukuran Terbesar (B) : Ukuran nominal ditambah penyimpangan membesar.
Ukuran Terkecil (UK) : Ukuran nominal ditambah penyimpangan mengecil
Penyimpangan Atas : Perbedaan antara ukuran terbesar dengan
ukuran nominalnya.
Penyimpangan Bawah : Perbedaan antara terkecil dengan ukuran
ukuran nominalnya.
Garis Nol : Garis batas dasar, ukuran nominal
adalah dengan
toleransi ± 0.00 (tanpa penyimpangan)
Ukuran Sebenarnya : Ukuran jadi adalah ukuran yang didapat setelah benda
kerja selesai dibuat
Suaian : Perbedaan ukuran antara dua benda yang berpasangan
Suaian terbesar : Perbedaan ukuran yang terjadi jika lubang dengan ukuran
terbesar dipasangkan dengan poros ukuran erkecil
Suaian terkecil : Perbedaan ukuranyang terjadi jika lubang dengan ukuran
terkecil dipasangkan dengan poros ukuran terbesar.
Clearance (E) : Kelonggaran, adalah selisih ukuran antara lubang dengan
poros, bila ukuran lubang lebih besar daripada ukuran
poros.
Clearance maksimal : Selisih ukuran lubang terbesar dengan poros terkecil pada
suaian longgar.
Clearance minimal : Selisih ukuran lubang terkecil dengan poros terbesar pada
suaian longgar.
Interference (F) : Kesesakkan, adalah selisih ukuran antara lubang dengan
poros, bila ukuran poros lebih besar daripada ukuran
lubang.
Interference maksimal : Selisih ukuran lubang terkecil dengan poros terbesar pada
suaian sesak.
Interference minimal : Selisih ukuran lubang terbesar dengan poros terkecil pada
suaian sesak.
Clearance Standard : Ukuran clearance yang terbentuk antara poros dan lubang
pada part baru yang dapat diizinkan.
Clearance Limit : Batas penyimpangan ukuran clearance maksimal antara
poros dan lubang yang dapat diizinkan.
Repair Limit : Batas penyimpangan ukuran maksimal yang masih dapat
di repair atau di rekondisi.

Simbol Penulisan Toleransi Suaian


Tingkat kualitas dari toleransi suaian dituliskan berupa symbol angka dibelakang symbol
huruf yang dipilih. Besar angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya harga toleransi
yang diberikan dalam satuan micrometer, yang harganya terdapat dalam table.
Ukuran Nominal Ukuran Nominal
Daerah Toleransi Daerah Toleransi

Kualitas Toleransi
Kualitas Toleransi

30 H 7 30 g 6

Toleransi Suaian Lubang Toleransi Suaian Poros

42
Kondisi Toleransi Suaian
Berdasarkan letak daerah toleransi lubang terhadap daerah toleransi poros, terdapat tiga
kondisi toleransi suaian yaitu :
1. Suaian Sesak (Interference Fit/Press Fit)
Yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kondisi ssesak (interference). Ukuran
diameter lubang lebih besar daripada diameter poros. Daerah toleransi lubang selalu
terletak dibawah daerah toleransi poros

2. Suaian Tak Tentu (Transition Fit)


Yaitu suaian yang akan menghasilkan kondisi longggar ataupun sesak. Daerah toleransi lubang dan
daerah toleransi poros saling berpotongan.

3. Suaian Longgar (Clearance Fit)


Yaitu suaian yang selalu akan menghasilkan kondisi longgar (clearance). Ukuran diameter lubang lebih kecil
daripada diameter poros. Daerah toleransi lubang selalu terletak diatas toleransi poros.

43
BAB VI
BASIC OPERATION OF
REMOVE & INSTALL

44
BASIC OPERASI REMOVE & INSTALL

A. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT MEMASANG FLOATING SEAL.

Final drive, track roller, dsb adalah komponen berputar yang selalu diliputi lumpur, tanah
dan pasir dan floating seal digunakan digunakan untukmencegah kebocoran oli dan
mencegah material asing masuk dan bercampur dengan oli. Floating seal terdiri dari dua
O-ring dan dua ring metalik. O-ring tersebut dalam aplikasinya akan diperas sambil
dipilin, dan selanjutnya akan menekan seal ring metalik dalam arah aksial dan akan
membangkitkan tekanan yang merata (3,5 – 6 kg/cm2) pada permukaan luncur (sliding
survace) dari seal ring.

PERHATIAN !!

 Kerusakan pada komponen biasanya disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor
dibanding satu sebab saja, tetapi banyak kerusakan yang hanya memiliki satu jenis
penyebab biasa ; KESALAHAN ASSEMBLING.
 Floating seal harus selalu dipasang dengan pasanganya yang sesuai, yaitu, ring yang
keduanya baru atau dua ring yang telah berputar bersama-sama.
 Setiap assembling, Selalulah menggunakan o-ring (Toric ring) yang baru.

1. Jangan pernah menjatuhkan atau memukul seal ring dengan benda keras, karena
seal terbuat dari cast iron dan sangat getas.
2. Untuk seal ring bekas pakai, ia dapat dipakai kembali bila memenuhi kriteria sbb:
1. X > Y/2 (ketebalan bagian colarnya tidak kurang dari ½ tebal semula.
2. A > 0.5 mm (Lebar dari bagian yang tidak mengkilap tidak kurang dari 0.5 mm
ketika bagian yang mengkilap tersebut mencapai diameter dalam.

3. Pastikan bahwa permukaan seal (seal surface) harus terbebas dari


debu, scratch(baret), chiping (cuil) atau retak.

4. astikan permukaan yang kontakdengan o-ring terbebas dari oli

45
5. Jangan memberikan oli atau grease pada O-ring !
O-ring dengan kuat menahan dan menekan floating seal dengan gaya memilin dalam
arah sesuai tanda panah pada gambar dibawah. Ketika oli masuk, O-ring akan
tergelincir dan gaya tekan yang sesuai tidak dapat dihasilkan, sehingga dapat
menyebabkan kebocoran.

6. Saat pemasangan O-ring ke seal ring, pastikan o-ring tidak terpuntir dan duduk
tertahan oleh retaining lip dari seal ring ramp. Gunakan lampu senter kecil
sebagai pandauan untuk meemriksa o-ring tersebut terpuntir atau tidak selama
assembling. Sinar lampu senter harus lurus dan seragam di sekeliling O-ring
tersebut.

7. Saat memasang satu bagian seal ring assy ke housingnya, berikan tekanan secara
tiba-tiba dan meratauntuk mendorong o-ring masuk masuk melalui retaining lip dari
housingnya. Jika diperlukan sedikit adjustment, jangan gunakan tool yang ujungnya
tajam sebagai penekan.

8. Periksa variasi ketinggian pemasangan seal ring assy di empat tempat.


Variasi ketinggian tidak boleh lebih dari 1mm.

46
9. Berikan lapisan oli yang tipis pada masing-masing permukaan seal ring dan dengan
menggunakan jari tangan oli ke seluruh permukaan seal ring. Pastikan tidak ada oli
yang mengenai o-ring atau permukaan yang kontak dengan o-ring.

B. CARA MELEPAS & MEMASANG STUD BOLT

1. Struktur stud bolt


Stud bolt terdiri dari 2 sisi: sisi tanam (plantation side) dan sisi nut (nut side)

2. Cara membedakan sisi tanam dan sisi nut dari stud bolt.
1. Biasanya sisi tanam (t) memiliki thread lebih pendek dibanding sisi nut (s).
2. Sisi tanam (t) memiliki thread yang tidak sempurna pada pangkalnya
(umumnya 2 thread), sedang sisi nut tidak.

3. Cara pemasangan stud bolt.


1. Saat pemasangan berikan anti seize sebagai pelumas, karena diameter efektif
bolt pada sisi tanam sangat besar sehingga kemungkinan thread dapat aus
saat pemasangan.
2. Gunakan double nut, stud nut atau special socket saat penanaman stud bolt.
3. Kencangkan stud bolt sampai pada thread yang tidak sempurna (karena
thread ini adalah sebagai pengunci). Jadi kencangkan stud bolt sampai terasa
keras untuk mencapai pengencangan.

47
4. Cara melepas double nut.
Setelah melakukan penanaman stud bolt menggunakan double nut, maka saat
melepas double nut adalah dengan cara : Tahan nut sisi dalam dengan kunci
kearah pengencangan lalu kendorkan nut sisi luar, baru kendorkan nut sisi dalam.
Ini untuk menjaga agar stud bolt tidak kendor.

C. PROSEDUR PEMASANGAN & PELEPASAN QUICK COUPLER HOSE

1.Jenis Quick coupler Hose.

2.Prosedur pemasangan
1 Pegang body quick coupler hose dengan tangan, dorong dengan lurus ke adapter
sampai terdengar bunyi “ klik “.

2 Bila penyambungan sulit dilakukan , gerak-gerakan bagian “projection” partnya


lalu lakukan penyambungan kembali.

3 Jangan melakukan pemasangan dengan memegang pada bagian levernya.

4 Jangan melakukan pemasangan dengan memegang pada bagian hosenya.

48
3. Memastikan kondisi penyambungan.
1. Pegang Body dengan tangan, dan tarik body 1 sampai dua kali dengan lurus,
pastikan bahwa quick coupler hose tidak terlepas.

2. Jangan memeriksa kondisi penyambungan dengan menariknya secara diagonal.

4. Prosedur pelepasan quick coupler hose type 1


1. Dorong body kearah adapter, dan tekan bagian yang menonjol (projection part)
dengan ibu jari lalu putar projection part kearah kanan.

2. Tarik hose dalam arah lurus.

3. Jangan menarik hose dengan arah diagonal

5. Prosedur pelepasan quick coupler hose tipe 2


1. Dorong quick coupler assy ke arah adapter]

R&I/TCSGT/AWN/0908/00 49
2. Dorong pelindung debu (dustproof cap) kearah adapter sampai terdengar bunyi “klik”

3. Tarik hose dalam arah lurus.

D. PROSEDURE PEMASANGAN SPRING PIN / ROLL PIN

1. Periksa bahwa permukaan pin halus bebas dari karat, takikan dan bengkok
2. Gunakan jig atau special tool untuk pemasangan, karena pemukulan langsung
dengan hammer akan merusak pin

3. Pastikan bahwa ukuran tinggi pin sesuai dengan standard di shop manual
4. Pastikan arah pemasangan pin mengahadap atau membelakangi arah gaya
beban. Jangan tegak lurus gaya beban.
Daya tahan pin
Arah pembebanan

50
5. Contoh posisi pemasangan pin :
Pada kasus seperti dibawah, pasang roll pin dengan sisi yang belah menghadap
arah vertical, searah dengan gerakan lever.

E. PEKERJAAN PEMASANGAN BEARING / BUSHING

1. Penanganan bearing
 Hindari melekatnya material asing seperti debu pada bearing dengan cara
selalu emembungkus bearing selama penyimpanan, karena material asing
yang menimbulkan keausan premature pada bearing, saat bearing
berputar.
 Hindari penanganan yang kasar atau benturan yang keras

2. Kombinasi bearing ( untuk tapered roller bearing )


 Jangan mengkombinasikan outer race dan inner race dari tapered roller
bearing yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda karena tidak ada
interchange antara pabrik – pabrik tersebut.
 Kombinasi bearing yang sama part number dan dibuat oleh pabrik yang
sama dapat diterima. Tapi lebih bagus gunakan bearing yang didelivery
sudah dalam satu set.
 Kombinasi dari bearing yang harus disetel saat pemasangan, tidak
diperbolehkan.

3. Pemasangan bearing dengan cara press fit


Adalah pemasangan dengan cara ditekan / dipress pada suhu normal.
 Periksa permukaan yang akan di press harus bebas dari luka, scratch dan
menempelnya material asing.
 Berikan oli pada permukaan yang akan dipress.
 Jangan menggunakan hammer dalam pekerjaan press fit bearing

 Gunakan press fit jig yang sesuai dalam pekerjaan press fit bearing

51
 Jangan menekan outer race pada pengepressan inner race, dan jangan
menekan inner race pada pengepressan outer race.
 Jangan menekan bearing yang posisinya miring relative terhadap lubang
atau shaft . Luruskan dudukan bearing dengan cara dipukul – pukul
dengan hammer sebelum press fitting. Jika bearing di press fit dalam
kondisi miring akan menyebabkan kerusakan.
 Periksa bahwa permukaan bearing benar – benar contact dengan bahu
shaft setelah dipress. Jika tidak contact, preload akan berubah dan
bearing dapat rusak.

4. Pemasangan bearing dengan cara shrinkage fit


Adalah pemasangan dengan cara ditekan pada suhu tinggi agar dapat duduk
dengan pas dan terikat ketat saat suhu bearing turun.
 Jangan menaikkan suhu pemanasan lebih dari 120oC, karena kekerasan
material akan rusak dan umur bearing akan pendek
 Berikan oli pada bagian roller setelah pemasangan

5. Pemasangan bearing dengan cara expansion fit


Adalah pemasangan dengan cara ditekan pada suhu rendah ( dingin ) agar dapat
duduk pas dan terikat ketat saat suhu bearing kembali normal.
 Pekerjaan pemasangan harus dilakukan dengan cepat karena suhu cepat
sekali naik
 Jangan memukul bearing dengan hammer besi, karena saat dingin sekali
bearing menjadi getas.
 Berikan oli pada bagian roller setelah pemasangan.

52
F. PEMASANGAN OIL SEAL DAN DUST SEAL

1. Pasang seal dengan main lip menghadap ke sisi oli ( hydraulic side )

2. Pastikan bahwa permukaan shaft yang akan contact dengan seal terbebas dari
karat dan scratch.
3. Lakukan pemasangan seal dengan cara press fit menggunakan tool yang sesuai

4. Berikan adhesive atau sealant pada bagian press fit dari oil seal. Untuk housing
yang terbuat dari cast iron harus digunakan pipe sealant untuk mencegah
kebocoran.
5. Perhatikan saat pemasangan oil seal tidak boleh miring.
6. Berikan grease pada daerah lip setelah pemasangan

53
G. PEMBERIAN LIQUID ADHESIVE (THREAD LOCK)

1. Bersihkan oli / grease yang menempel pada bagian ulir yang akan diberi thread
lock maupun pasangannya, dengan menggunakan cairan pembersih. Juga
bersihkan air yag menempel pada bagian – bagian tersebut dengan angin.
Kekuatan pengencangan akan berkurang hingga 70% bila ada oli atau grease,
dan thread lock akan mengapung tidak bisa mengeras bila ada air.
2. Berikan thread lock ke sekeliling ulir.

3. Jangan menambahkan pengencangan atau pengendoran pada baut yang sudah


dikencangkan sebelumnya, karena thread lock sudah mengeras dan tidak dapat
diharapkan lagi pengencangan tambahan.

H. PEMBERIAN SEAL TAPE PADA ULIR

1. Lilitkan seal tape pada posisi 1 ulir dari ujung baut dengan ketegangan yang
memungkinkan seal tape menempel rapat pada ulir.

54
2. Tekan – tekan seal tape dengan jari hingga ulir menggigit seal tape.
3. Lilitkan seal tape kearah kanan pada baut ulir kanan, agar seal tape tidak terurai
saat baut dikencangkan.
4. Lilitkan seal tape tanpa boleh terputus dan jangan terlalu banyak melilitkan seal
tape ( cukup 2 lilitan penuh ), karena clearance dari baut dengan pasangannya
tidak besar.
5. Pemberian seal tepa dilakukan pada ulir yang tidak memungkinkan kita untuk
membersihkan olinya.
6. Hindari menggunakan seal pada fuel system atau air intake system, karena jika
seal tape rusak akan menyumbat system tersebut.

I. PEMBERIAN PIPE SEALANT

1. Pastikan bahwa ulir part maupun pasangannya terbebas dari luka, debu, grease
atau oli.
2. Berikan pipe sealant ke sekeliling ulir secara merata, karena kecilnya clearance
dari ulir elbow, nipple atau taper plug, sehingga tidak bias bila kita hanya
memberikan pipe sealant di satu titik saja.

3. Hindari pemberian pipe sealant pada ulir female, karena sealant akan masuk ke
oli saat pengencangan.
4. Berikan lagi sealant bila part tersebut harus dikencangkan atau dikendorkan lagi.
5. Gunakan seal tape sebagai pengganti pipe sealant bila grease atau
oli tidak dapat dibersihkan dari bagian berulit tersebut.

J. PEMBERIAN LIQUID GASKET

6. Pastikan bagian yang berpasangan bebas dari luka, kotoran, grease maupun oli.
7. Berikan liquid gasket ke sekaliling permukaan yang akan dipasangkan tanpa
terputus, dan segera pasangkan part tersebut, jangan biarkan liquid gasket
sampai mengeras.

3. Jangan menggerakkan cover setelah dipasang, karena liquid gasket dapat rusak.
4. Berikan lagi liquid gasket bila cover kemudian dilepas lalu dipasang kembali.

55
BAB VI
PART RECOMMENDATION

56
Part Recommendation

Kesesuaian part book dengan unit yang akan dikerjakan, dengan penekanan terutama
kesesuaian nomor publikasi part book yang dipakai dengan model dan serial no dari unit
yang akan dikerjakan. Untuk menjamin ketepatannya pergunakan publication list yang
selalu diterbitkan Komatsu.

Pahamilah structure, fungsi, lokasi dan cara kerja dari unit atau Komponen yang akan
dikerjakan. Pastikanlah bahwa anda benar - benar telah memahaminya sebelum
melangkah ke langkah selanjutnya.

Kenali dan pastikan terlebih dahulu kondisi unit, problem dan jenis kerusakan yang
terjadi serta penyebabnya. Hal ini sangat penting dan menentukan tingkat kebenaran,
keakuratan dari ordering terutama jika ordering parts tersebut harus dilakukan tanpa
melakukan pembongkaran terhadap mesin yang akan dikerjakan.

Guidance book of Reusable Part.


a. Pedoman pemakaian kembali part atau komponen
b. Membantu estimasi umur dari suatu komponen
c. Preventive maintenance

Guidance book of PSN


PSN adalah suatu dokumen yang berisikan tentang perubahan, modifikasi, maintenance,
pengelasan, procedure dan lain - lain. PSN diterbitkan oleh principal (KOMATSU).

PEPB
PEPB adalah code publikasi atau penerbitan part book. PEPB biasanya terletak disebelah
kanan atas pada part book. Pada saat reccomended part, pastikan bahwa part book yang
dipakai adalah part book dengan PEPB terbaru sesuai serial number unit. Untuk
mengetahui PEPB terbaru dapat dilihat pada Part & Service Publication.

QA Sheet
QA Sheet adalah suatu dokumen yang berisikan panduan dalam suatu kegiatan service
yang diterbitkan oleh Service division PT. Uited Tractors.
 QA 1 = Delivery Inspection
 QA 2 = Inspection by Inspector/Supervisor
 QA 3 = Testing & Test Bench
 QA 4 = Assembling
 QA 5 = Inspection & Measurement
 QA 6 = Disassembling
 QA 7 = Receiving Inspection
 QA 8 = Petunjuk Pelaksanaan

Pengertian Rank of Part


Jenis dan sifat perlakuan khas yang kita terapkan pada setiap part yang harus kita order
pada saat pekerjaan R&I atau Overhaul tersebut dilaksanakan.

Part Rank A
Part – parts yang pasti rusak akibat proses pembongkaran (dissassy)
Contoh : Packing, Gasket, Seal oil, Lock Plate, Pin cotter dan sebagainya.
d. Part – parts yang pasti rusak akibat proses pembongkaran (dissassy)
Contoh : Packing, Gasket, Seal oil, Lock Plate, Pin cotter dan
sebagainya
b. Filter – filter dan Element
Contoh : Fuel filter, oil filter, air cleaner, corrosion resistor dan
sebagainya
c. Part –part yang tidak mempunyai standard dimensi dan repair limit.
Contoh : Ring seal, seal piston, wear ring dan sebagainya.
d. Bolt dan washer yang bergesekan langsung dengan tanah. 57
Contoh : Bolt shoe, bolt bottom guard, bolt track frame dan sebagainya.
e. Part – part yang beresiko tinggi yang apabila dipakai ulang, terutama apabila
dikaitkan dengan target life time unit sesudah overhaul, tidak dapat menjamin
ketahanannya.
Contoh : Piston ring, Valve guide, Half collet, metal bearing dan sebagainya.

Part Rank B
Pengertian kemungkinan besar diganti disini mengacu pada :
a. Sifat (karakteristik) penggantian.
b. Nilai Kemungkinan (probability) dari pelaksanaan penggantian itu sendiri.
Artinya seluruh part yang ber “Rangking B”, kepastian penggantiannya ditentukan
setelah melalui proses pengukuran atau pemeriksaan. Dan kemungkinan untuk diganti
bila ditinjau presentasi penggantian per frekuensi pekerjaan berkisar antara 60 – 80 %.
Contoh : Plate clutch, spider, bolt – bolt pada bagian tertentu engine.

Part Rank C
Sebagaimana pada rangking B pengertian kadang – kadang diganti disini juga mengacu
pengertian :
c. Karakteristik penggantian.
d. Probability dari penggantian.
Seluruh part yang beranking C, kepastian penggantiannya ditentukan setelah melalui
proses pengukuran atau pemeriksaan. Prosentase penggantian per frekuensi pekerjaan
berkisar antara 10-30%.
Contoh : Gear, Wire, Switch, Gauge dsb.

Part Rank AX
Part yang beranking AX dapat dipastikan mutlak difabrikasi dan jika tidak
memungkinkan parts tersebut difabrikasi, part tersebut harus diganti. Yang dimaksud
dengan fabrikasi disini adalah direpair, dengan berbagai perlakuannya atau dibuatkan
secara local, tanpa harus mengganti komponen tersebut dengan genuine parts.

Part Rank BX
Identik dengan range B, pengertian kemungkinan besar difabrikasi/diganti disini adalah
kepastian fabrikasi untuk parts ini akan ditetapkan setelah proses pengukuran atau
pemeriksaan. Kemungkinan fabrikasinya jika ditinjau dari prosentase pelaksanaan per
frekuensi overhaul berkisar antara 60 – 80%.
Contoh : Track Link, Track roller, Idler, Track shoe, T. Frame, Cover dsb.

Part Rank CX
Kemungkinan pelaksanaan fabrikasi per frekuensi overhaul berkisar antara 10 – 30 %.
Contoh : Cab guard, Stay Canopy, Hood dll.

58
BAB VII
CARA BACA PART BOOK KOMATSU

59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

Anda mungkin juga menyukai