Anda di halaman 1dari 199

COMPONENT OVERHAUL

ENGINE_KOMATSU_BIG
(WATER_PUMP)

TECHNICAL TRAINING DEPARTMENT


SERVICE DIVISION
PT. UNITED TRACTORS.TBK
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada ALLAH SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
kasihNya sehingga dapat terselesaikannya modul ini sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan modul ini. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan yang dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun atas segala kekurangannya, sehingga akan menjadi sebuah
perbaikan di kemudian hari.
Penulis berharap semoga Modul ini bermanfaat bagi para pembaca. Oleh karena itu
penulis sangat berterima kasih apabila pembaca berkenan memberikan saran-saran yang bersifat
membangun.

Jakarta, 20 Juli 2015

Penulis

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


DAFTAR ISI

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


BAB I
BASIC OVERHAUL

A. Safety
Melakukan service dan repair dengan tepat, cermat dan benar merupakan hal yang sangat
penting agar unit dapat beroperasi dengan aman dan nyaman. Teknik service dan repair yang
disarankan dan dijelaskan dalam shop manual, merupakan metode kerja yang aman dan efektif.
Beberapa jenis pekerjaan memerlukan tool yang dirancang khusus untuk keperluan tersebut.
Untuk mencegah terjadi kecelakaan pada mekanik, simbol digunakan sebagai tanda safety
mengenai hal yang harus diperhatikan (safety precautions) dalam shop manual. Peringatan yang
melatarbelakangi simbol tersebut, harus diikuti dengan cermat dan hati-hati. Jika muncul situasi
dan kondisi yang berbahaya atau mungkin akan terjadi, pertama kali pertimbangkan faktor safety,
dan lakukan tindakan yang diperlukan yang sesuai dengan situasinya.
1. Precaution Before Work
Kesalahan dalam pengoperasian unit sangat berbahaya, oleh karena itu bacalah
Operation and Maintenance Manual dengan cermat sebelum mengoperasikan unit.
Beberapa tindakan pencegahan umum yang perlu diperhatikan adalah:
a. Sebelum melakukan greasing atau repair, baca semua peringatan (precaution) yang
terdapat pada sticker yang ditempel di bagian-bagian tertentu pada unit.

b. Tentukan tempat di dalam workshop untuk menyimpan tool dan part yang dilepas.
Selalu taruh atau simpan tool dan part pada tempat yang sesuai. Selalu jaga areal
kerja tetap bersih dan pastikan tidak ada kotoran atau ceceran oli dilantai. Merokok

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


hanya didaerah yang diperbolehkan merokok dan jangan merokok saat sedang
bekerja.

c. Saat melakukan suatu pekerjaan, selalu gunakan safety shoes dan helmet. Jangan
menggunakan pakaian kerja yang kebesaran atau kedodoran atau baju yang
kancingnya hilang. Selalu gunakan safety glasses saat memukul dengan hammer.
Selalu gunakan safety glasses saat menggerinda.

d. Simpan semua tools dalam kondisi yang baik dan pelajari cara penggunaan yang
benar.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


e. Saat melakukan suatu pekerjaan dengan dua atau banyak mekanik, selalu sepakati
terlebih dahulu prosedur pekerjaan sebelum mulai bekerja. Selalu beritahu ke rekan
kerja sebelum memulai setiap langkah kerja. Sebelum mulai bekerja, gantungkan
tanda UNDER REPAIR pada control dalam cabin.

f. Jika melakukan pekerjaan pengelasan (welding), welder harus sudah pernah


mengikuti pelatihan dan berpengalaman dengan jenis pekerjaan tersebut. Saat
melakukan pekerjaan welding, selalu gunakan wear welding gloves, apron, glasses,
cap dan baju yang sesuai untuk pekerjaan welding.

Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pekerjaan adalah:


a. Sebelum menambah oli atau melakukan repair, parkir unit pada permukaan yang
keras, rata dan pasang ganjal dibawah roda atau track untuk mencegah unit
bergerak.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


b. Sebelum mulai bekerja, turunkan seluruh perlengkapan kerja/work equipment. Jika
tidak memungkinkan, pasang safety pin atau gunakan ganjal untuk mencegah work
equipment turun. Disamping itu, pastikan untuk memasang Lock semua control
lever dan menggantungkan tanda peringatan.

c. Saat disassembling atau assembling, sangga unit dengan ganjal, jack atau stand
sebelum mulai bekerja.

d. Bersihkan semua lumpur dan oli pada tangga atau pegangan yang digunakan untuk
naik turun dari unit. Selalu gunakan pegangan tangan (handrail), ladder saat naik
turun dari unit, jangan pernah loncat saat naik atau turun dari unit. Jika tidak
memungkinkan menggunakan handrail, ladder atau step, gunakan stand sebagai
pijakan yang aman.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


2. Precaution During Work
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan pekerjaan adalah:
a. Saat anda melepas oil filler cap, drain plug atau hydraulic pressure measuring plug,
kendorkan secara perlahan untuk mencegah oli menyembur keluar. Begitu juga
sebelum anda melepas atau membuka komponen pada circuit oli, air atau udara,
harus membuang atau menghilangkan pressure yang tersisa dalam circuit terlebih
dahulu.
b. Air dan oli dalam circuit cenderung panas saat engine dimatikan, maka hati-hatilah
jangan sampai tersengat. Tunggu sampai oli atau air menjadi dingin sebelum
melakukan pekerjaan.

c. Sebelum mulai bekerja, lepas kabel dari battery. Selalu lepas kabel dari negative (–)
terminal terlebih dahulu.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


d. Saat mengangkat komponen yang berat (diatas 25 kg), gunakan hoist atau crane.
Pastikan wire rope, chain dan hook bebas dari kerusakan. Selalu gunakan lifting
equipment yang kapasitasnya mencukupi. Pasang lifting equipment pada tempat
yang tepat. Gunakan hoist atau crane dan gerakkan secara perlahan untuk
mencegah komponen menabrak komponen lainnya. Jangan bekerja dibawah
komponen yang masih digantung dengan hoist atau crane.

e. Saat membuka cover yang didalamnya terdapat internal pressure atau tension
spring, selalu sisakan dua buah bolt pada sisi yang bersebrangan. Secara perlahan
buang (release) pressure, kemudian secara perlahan kendorkan bolt untuk
melepasnya.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


f. Saat melepas komponen, hati-hati jangan memutus atau merusak wiring.
Kerusakan wiring dapat menyebabkan kebakaran.
g. Saat melepas piping, tutup aliran fuel agar tidak mengucur bocor. Jika terdapat fuel
atau oil menetes dilantai, segera bersihkan. Fuel atau oli dilantai dapat
menyebabkan tergelincir dan juga dapat menyebabkan kebakaran.
h. Untuk aturan umum, jangan menggunakan gasoline untuk mencuci part. Jika
terpaksa, gunakan hanya sedikit gasoline saat membersihkan electrical parts.
i. Yakinkan untuk memasang semua part sesuai posisi awalnya, ganti part yang rusak
dengan yang baru. Saat memasang hose dan wire, pastikan tidak akan terjadi
kerusakan karena bergesekan dengan part lainnya saat unit beroperasi.
j. Saat memasang high pressure hose, pastikan tidak terpuntir. Kerusakan tube atau
hose sangat berbahaya dan juga pastikan semua connecting part dipasang dengan
tepat dan cermat.
k. Saat assembling atau memasang part, selalu gunakan specified tightening torques.
Saat memasang protective parts misalnya guard, atau part yang dipengaruhi
getaran atau putaran pada high speed, anda harus lebih teliti saat memastikan part
telah dipasang dengan tepat.
l. Saat meluruskan dua buah lubang, jangan memasukkan jari tangan atau tangan,
hati-hati jangan sampai terjepit dalam lubang.

m. Saat pengukuran hydraulic pressure, pastikan measuring tool dipasang dengan


tepat sebelum melakukan measurement.
n. Harus hati-hati saat melepas atau memasang track pada track-type machine. Saat
mem-buka track, track dapat terlepas atau tergelar secara tiba-tiba, karena itu
jangan pernah membiarkan seseorang berdiri disalah satu ujung track.

B. Fasteners
Fastener atau pengencang digunakan untuk menggabungkan beberapa parts atau komponen
menjadi suatu komponen assembling. Fastener dipergunakan karena komponen assembling tidak
mungkin dibuat utuh dari satu bagian, sehingga dibuat dari beberapa parts atau komponen untuk

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


mempermudah manufacturing, pemasangan, perawatan dan perbaikan. Salah satu fasteners yang
akan diuraikan selanjutnya adalah bolt/cap screw.

1. Struture
Bolt adalah salah satu jenis fastener (pengencang) yang digunakan sebagai pengikat
berpasangan dengan nut. Bentuk lain bolt adalah cap screw, yang dalam pemakaian
sebagai fasteners berpasangan terhadap lubang ulir. Dengan demikian bolt dan cap screw
dibedakan berdasarkan aplikasi pemakaiannya sebagai fastener. Namun saat ini yang
berpasangan dengan nut dan ulir tetap dinamakan Bolt.

Bentuk bolt terdiri atas head, body, dan thread. Ukuran head menentukan berapa ukuran
kunci atau socket yang dipergunakan. Ukuran bolt ditentukan oleh diameter puncak thread,
sedangkan panjang bolt diukur dari bagian bawah head ke bagian ujung thread. Beberapa
bentuk bolt memiliki ketentuan penentuan ukuran panjang yang berbeda dalam penunjukkan
ukuran
bolt.

2. Classification
Ukuran bolt ditentukan salah satunya oleh ukuran thread. Beberapa standarisasi ukuran
thread adalah Unified Screw Thread Standard dan Metric Standard.
a. Unified Screw Thread Standard

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Berdasakan standarisasi Unified Screw Thread Standard, thread diukur dengan
menghitung jumlah puncak ulir setiap inchi. Notasi yang digunakan untuk menyatakan
ukuran ulir unified adalah sebagai berikut:
½ – 20 – UNC – 3
½ : Diameter luar puncak ulir
20 : Jumlah puncak ulir per inchi
UN : Unified screw thread
C : Coarse (ulir kasar)
F : Fine (ulir halus)
3 : Panjang dalam satuan inchi

Thread dibedakan atas coarse thread (kasar) dan fine thread (halus) yang ditandai
dengan notasi UNC untuk coarse thread dan UNF untuk fine thread. Coarse thread
memiliki alur yang lebih dalam dan aplikasinya banyak digunakan. Fine thread memiliki
alur thread kecil aplikasinya pada permukaan tertentu, misal untuk pengikat parts yang
tipis.

b. Metric Screw Standard


Pada Standarisasi Metric, ukuran ulir ditentukan dengan ukuran jarak antara puncak ulir
terdekat. Notasi yang digunakan untuk menyatakan ukuran ulir metric adalah sebagai
berikut :
M 12 x 1.75 – 80 – 8.8

M : Ukuran ISO Metric threads


12 : Ukuran puncak thread dalam mm
1.75 : Jarak puncak thread dalam satuan mm
80 : Panjang baut
8.8 : Class kekuatan baut

3. Tingkat (Grade) Kekuatan Bolt


Society of Automotive Engineers (SAE) menerbitkan standarisasi untuk
mengklasifikasikan unified (inch-series) bolt pada beberapa grade berdasar material,
treatment dan tensiIe strength (kekuatan tariknya). Klasifikasi grade ditunjukan dengan tanda
pada permukaan atas head bolt. Standarisasi klasifikasi grade bolt metric ditetapkan oleh
International Standardization of Organization (ISO). Klasifikasi berdasarkan atas kekuatan

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


tensile dan yield. Tanda angka pada permukaan atas bolt menandakan klasifikasi
kekuatannnya. Semua bolt dan capscrew berdiameter diatas 4-mm memiliki tanda angka
pada permukaan atas head bolt. Tabel berikut menunjukkan Tabel berikut menunjukan
spesifikasi dan tanda yang digunakan pada unified (inch-series) bolt dan bolt metric.

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sangat penting mengganti bolt dengan bolt
yang mempunyai kekuatan tarik (tensile strength) yang sama.

4. Bolt Tightening Method


a. Elastic Limit and Yield Point

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar disamping menunjukan bahwa
sebuah elastic cord akan memanjang
ketika mendapatkan gaya (ditarik)
sesuai tanda panah, dan akan kembali
keukuran semula ketika gaya tarik
dihilangkan. Bolt mempunyai sifat yang
sama, namun tidak secara kasat mata
terlihat, karena perubahan yang terjadi
sangat kecil.

Namun, terdapat batas maksimum gaya tarik yang diberikan pada bolt, untuk dapat
kembali keukuran semula. Grafik dibawah menunjukan hubungan antara lenghtening
force (load) dengan elongation of bolt.

Ketika bolt ditarik dengan gaya dibawah nilai A, maka bolt akan kembali keukuran semula.
Ketika ditarik dengan gaya sebesar B (sedikit diatas nilai A), maka bolt akan cenderung
kembali keukuran semula, namun tidak bisa sama dengan ukuran semula, dalam hal ini
akan sedikit memanjang. Ketika gaya sebesar C diberikan kepada bolt, maka bolt tidak
akan kembali keukuran semula. Dengan kata lain, ukuran bolt pasti memanjang. Titik A
pada grafik disebut elastic limit dan titik C disebut yield point.

b. Tightening Force
Gambar dibawah menunjukan bahwa bolt tertarik keluar oleh gaya reaksi dari bagian/part
yang diikat oleh bolt. Gaya reaksi ini kemudian disebut dengan tensile force (gaya tarik).
Bolt berusaha melawan tensile force untuk kembali kebentuk/ukuran semula. Aksi ini

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


disebut dengan tensile stress (tegangan tarik). Besar tensile stress adalah sama dengan
tensile force, namun memiliki arah yang berlawanan.

Part/komponen dipasang/diikat dengan memanfaatkan munculnya tensile stress. Gaya


pengikatan/pengencangan (tightening force) bolt, kemudian dinyatakan dengan torsi
pengencangan (tightening torque) bolt. Hubungan antara gaya pengikatan/pengencangan
bolt (ton) dengan torsi pengencangan bolt (kgm), dapat dituliskan dengan persamaan
berikut:

M : Tightening torque (kgm)


K : Coefficient of friction (value that indicated
friction between male and female screw)
d : Outer diameter of male screw (mm)
T : Tightening force of bolt (ton)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui jika tightening torque (M) yang sama diberikan
kepada bolt dengan diameter (d) yang sama, maka tightening force (T) akan berbeda
bergantung kepada nilai koefisien gesek (K) diantara bolt dan hole.

Dengan kata lain, tightening torque yang sama, tidak selalu menghasilkan gaya
pengencangan yang sama. Koefisien gesek berbeda-beda berdasarkan accuracy (tingkat
ketepatan) thread, bahan/material dari male dan female screw, surface roughness
(kekasaran permukaan), celah diantara screw, lubricating agent, dan lain-lain.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


c. Tightening Method
Jika sebuah pengikat (fastener) misal bolt
dikencangkan dengan benar, gaya yang
diberikan padanya oleh beban tidak akan
meregangkan pengikat (fastener) tersebut.
Beberapa metode pengencangan
(tightening methode) diuraikan pada tabel
dibawah.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


5. Install Procedure
Bila terdapat keraguan mengenai diameter
bolt saat pemasangan bolt, kencangkan bolt
dengan tangan tapi jangan sampai menyentuh
dasarnya, lalu gerak-gerakkan bolt tersebut
kesamping. Tidak boleh ada gerakan atau hanya
sedikit saja gerakannya. Aturan umum yang
dapat digunakan untuk memilih panjang thread
sebuah bolt adalah pilih bolt yang mempunyai
panjang thread minimum 1½ kali diameternya.

Pada beberapa shop manual disebutkan bolt


harus diberi lubrikasi pada threadnya sebelum
pemasangan. Harus diperhatikan sekali bahwa bolt
tersebut hanya boleh dilumasi tipis saja, sedang
lubangnya jangan diberi pelumas, dikarenakan oli
dapat terjebak saat pemasangan dan dapat
menyebabkan crack.

Pelumasan yang sering dipakai dapat menggunakan oli atau anti seize, sesuai prosedur
yang ditunjukkan dalam shopmanual. Gambar dibawah menunjukan contoh penggunaan oli
dan anti seize pada bolt sebelum dipasang/dikencangkan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


(Engine SAA6D140E-5) (Bulldozer D375A-6)

a. Pemberian Threadlock
Ketika memberikan threadlock pada bolt sebelum dikencangkan, bersihkan oli/grease
yang menempel pada bagian ulir yang akan diberi threadlock maupun pasangannya,
dengan menggunakan cairan pembersih. Bersihkan juga air yang menempel pada
bagian-bagian tersebut dengan angin. Kekuatan pengencangan akan berkurang hingga
70% bila ada oli atau grease, dan threadlock akan mengapung tidak bisa mengeras bila
ada air. Berikan threadlock sesuai penjelasan dibawah.

(Engine SAA6D140E-5)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Jangan menambahkan pengencangan atau pengendoran pada baut yang sudah
dikencangkan sebelumnya, karena threadlock sudah mengeras dan tidak dapat
diharapkan lagi pengencangan tambahan.

b. Pengencangan Bolt
Seperti yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bolt/nut dapat menjaga
stress dengan konstan. Tetapi, jika torque-nya terlalu rendah, force yang berubah-ubah
yang diterima oleh bolt akan menyebabkan bolt cepat rusak. Jika torque-nya terlalu tinggi,
proses pengencangan tadi akan menyebabkan bolt juga menjadi rusak. Oleh karena itu
daya tahan bolt tergantung pada torque yang sesuai. Pastikan nilai torque yang kita
berikan pada bolt benar (check standard thightening torque bolt pada shopmanual). Pilih
torque wrench yang sesuai dengan ukuran dan torque bolt, dan pastikan socket yang kita
gunakan sesuai dengan ukuran bolt.

Khusus untuk bolt yang memegang komponen dengan getaran atau goncangan yang
kuat, misal bolt center main cap crankshaft engine, metode pengencangan harus
memperhatikan prosedur pada shop manual. Bolt hanya dapat dipakai, atau dengan kata
lain mendapatkan torque maksimal 3 kali. Oleh karena itu, pastikan marking pada bolt
dengan tanda punch pada bolt setelah bolt di-torque. Gambar dibawah menunjukan
penggunaan Angle Control Methode pada proses pengencangan bolt.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


(Engine SAA6D140E-5)
Metode pengencangan bolt lain yang terdapat pada shop manual PC3000-6 adalah
Elongation Measurement Methode.

Procedure to determine the tightening torque for the first assembly


(pre-condition side frame is assembled and bolts tightened to 2100 Nm)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


a. Loosen all 4 measuring bolts (7). Do not lubricate the measuring bolts again.

b. Tighten the 4 measuring bolts with 150 Nm.


c. Install the measuring device (refer to drawing Z 24020a).

d. Adjust the dial gauge to the zero position.


e. Install the special hydraulic torque wrench (Z 24021; PN 79337473 + 79337673).

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


f. Adjust the pressure at the hydraulic torque wrench to 2100Nm and tighten the
measuring bolt.
g. Increase the pressure further by steps of 10 bar until the required elongation of 0.93
mm of the measuring bolts is reached.
h. List the pressure and the change of the bolt length in a table.
i. Repeat this procedure for all 4 measuring bolts.
j. Add all 4 determined hydraulic pressures and then divide by 4.
k. With this average pressure tighten all other bolts.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Setelah bolt mendapatkan torque yang sesuai,
bersihkan sekitar bolt dan periksa adanya kerusakan
pada bolt, misal patah, penyok, atau crack. Setelah
Bolt telah dikencangkan, pastikan bolt tersebut diberi
tanda (marking) untuk membedakan dengan bolt yang
belum dikencangkan. Pemeriksaan torque pada bolt
yang telah dikencangkan, tidak mungkin dilakukan
secara akurat. Bila kita ragu apakah sebuah bolt sudah
dikencangkan dengan torque yang sesuai, maka
kendorkan bolt ½ sampai 1 putaran penuh, kemudian
di-torque kembali sesuai standar.

C. Bearing
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi gesekan pada
machine atau komponen-komponen yang bergerak dan saling menekan antara satu dengan
yang lainnya. Bila gerakan dua permukaan yang saling berhubungan terhambat, maka
akan menimbulkan panas. Hambatan ini dikenal sebagai gesekan (friction). Gesekan yang
terus-menerus akan menyebabkan panas yang makin lama semakin meningkat dan
menyebabkan keausan pada komponen tersebut. Gesekan yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen dan alat tidak bisa bekerja.

Gambar Analogi Bearing

Bearing digunakan untuk menahan/menyangga komponen-komponen yang bergerak.


Bearing biasanya dipakai untuk menyangga perputaran pada shaft, dimana terjadi sangat
banyak gesekan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1. Fungsi Bearing
a. Mengurangi gesekan, panas dan aus.
b. Menahan beban shaft dan machine.
c. Menahan radial load dan thrust load.
d. Menjaga toleransi kekencangan.
e. Mempermudah pergantian dan mengurangi biaya operasional.

Radial & Aksial (Thrust) Bearing

Pada Gear Shaft yang beroperasi pada machine, shaft tersebut menahan
beban machine yang bervariasi dan beban tersebut harus ditanggung oleh bearing.
Beban dari berat shaft dan gear tegak lurus (90o) dari center line shaft disebut Radial
load. Sedangkan arah dari gerakan shaft ke kiri dan ke kanan karena putaran disebut
thrust load. Bearing menahan Radial Load dan Thrust Load untuk menjaga supaya shaft
tetap berputar.

Gambar 3 1 Letak bearing pada shaft

2. Jenis-jenis Bearing
Ada 2 macam bearing:
a. Plain Bearing

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Plain Bearing mengurangi gesekan adanya sliding contact antara permukaan yang
saling bergesekan plain bearing disebut juga dengan bushing atau bearing. Antara
bearing dan bushing memiliki pengertian sinonim sehingga untuk segala jenis disebut
bearing. Secara umum bisa dibedakan berdasar kriteria berikut.
Plain bearing disebut bushing bila:
1) Berbentuk sleave satu lingkaran penuh dengan pemasangan di press terhadap
lubang
2) Memungkinkan proses finishing pada bagian dalam dari bushing untuk
mendapatkan penyesuaian yang tepat
3) Digunakan untuk putaran lambat dengan tingkat beban ringan samapi berat
atau putaran sedang dengan beban ringan
Plain Bearing disebut split bearing bila:
4) Berbentuk sleeve setengah lingkaran sehingga untuk mendukung dibutuhkan
satu pasang terdiri 2 (dua) buah sleeve setengah lingkaran.
5) Digunakan untuk putaran tinggi

Bushing & Plan Bearing

Plan Bearing terbuat dari berbagai macam material tergantung pada kecepatan
putar shaft, beban yang didukung dan type pelumasan yang digunakan. Plain bearing
terbuat dari material kayu, karet, plastic, besi tuang, tembaga, kuningan, perunggu, dan
babied.Berdasarkan lubrikasinya plain bearing digolongkan pada type pelumasan kering
(dryfriction), pelumas terbatas dan pelumas penuh.
1) Pelumasan kering: tidak terdapat lubrikasi antara permukaan yang saling
bersinggungan.
2) Pelumasan terbatas: pelumas dengan kondisi lapisan film tipis antar
bagian yang saling bergesekkan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


3) Pelumas penuh: keseluruhan permukaan yang bersinggung dipisahkan
oleh lapisan.

Gambar Type Pelumas pada bearing

b. Anti friction Bearing


Anti friction bearing memiliki tiga jenis bentuk dasar bearing yaitu :
1) Ball Bearing
2) Roller Bearing
3) Needle Bearing

Tiga bentuk dasar anti friction bearing

Anti friction bearing terbuat dari baja yang dikeraskan (hardened steel). Bagian-bagian
utama anti friction bearing adalah:

 Race adalah cincin bagian dalam (inner races) dan cincin bagian luar (outer races)
sebagai tempat dudukan elemen gelinding.
 Ball, rollers, atau needle adalah element gelinding untuk mengurangi gesekan
 Separator atau cages adalah pengatur jarak antara element gelinding.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Basic Part of Anti-Friction Bearings

Jenis-jenis anti friction bearing


a) Ball Bearing
Ball bearing hanya memiliki dua macam race yaitu split race dan continous race
bearing. Ball bearing memiliki 4 macam race yaitu:
 Conrad bearing
 Full type bearing
 Split race bearing2
 Angular contact bearing race

Gambar 3 2 Bentuk-bentuk ball bearing

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Berdasarkan beban yang diterima ball bearing dibedakan atas 4 macam:
 Radial Load bearing
 Radial and thrust Load bearing
 Self Aligning radial Load
 Thrust Load bearing

Tipe-tipe Ball Bearing

b) Roller Bearing
Roller bearing untuk menumpu beban yang lebih besar dibanding ball bearing. Jenis
dasar roller bearing digolongkan menjadi:
 Radial Load, straight roller bearing.
 Radial and Thrust Load, tapered roller.
 Self-Aligning, radial and thrust Load.
 Self Aligning, radial and thrust Load concave roller bearing.
 Thrust Load.

Gambar Tipe-tipe roller bearing

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Thrust Load Bearing

Gambar Thrust Load Roller Bearing

c) Needle Bearing
Needle bearing memiliki elemen gelinding berdiameter kecil atau berbentuk jarum,
karena bentuknya tersebut maka needle bearing banyak digunakan untuk tempat dengan
ruang terbatas. Jenis needle bearing meliputi:
 Radial Load Bearing
 Thrust Load Bearing

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Basic Of Needle Bearing

3. Pemasangan Anti – Fiction Bearing


Dalam pekerjaan yang berhubungan dengan bearing, ada beberapa yang harus
diperhatikan untuk handling, storage dan pemasangannya. Berikut ini item yang harus kita
pahami dalam pekerjaan bearing.
a) Penanganan bearing
1) Hindari melekatnya material asing seperti debu pada bearing dengan cara
selalu membungkus bearing selama penyimpanan, karena material
asing yang menimbulkan keausan premature pada bearing, saat bearing
berputar.
2) Hindari penanganan yang kasar atau benturan yang keras.
b) Kombinasi bearing (untuk tapered roller bearing)
1) Jangan mengkombinasikan outer race dan inner race dari tapered roller
bearing yang diproduksi oleh pabrik yang berbeda karena tidak ada interchange
antara pabrik - pabrik tersebut.

Gambar Kombinasi Bearing

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


2) Kombinasi bearing yang sama part number dan dibuat oleh pabrik yang sama
dapat diterima. Tapi lebih bagus gunakan bearing yang didelivery sudah dalam
satu set.
3) Kombinasi dari bearing yang harus disetel saat pemasangan, tidak diperbolehkan.

c) Pemasangan bearing dengan cara press fit


Adalah pemasangan dengan cara ditekan / dipress pada suhu normal.
1) Periksa permukaan yang akan di press harus bebas dari luka, scratch dan
menempelnya material asing.
2) Berikan oli pada permukaan yang akan dipress.
3) Jangan menggunakan hammer dalam pekerjaan press fit bearing menekan inner
race pada pengepressan outer race.

Gambar pemasangan pressfit

4) Jangan menekan outer race pada pengepressan inner race, dan jangan

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


5) Jangan menekan bearing yang posisinya miring relative terhadap lubang atau
shaft . Luruskan dudukan bearing dengan cara dipukul - pukul dengan hammer
sebelum press fitting. Jika bearing di press fit dalam kondisi miring akan
menyebabkan kerusakan.
6) Periksa bahwa permukaan bearing benar-benar contact dengan bahu shaft
setelah dipress. Jika tidak contact, preload akan berubah dan bearing dapat rusak.

d) Pemasangan bearing dengan cara expansion fit


Pemasangan bearing dengan cara expansion fit adalah pemasangan dengan cara
dikembangkan pada suhu tinggi agar dapat duduk dengan pas dan terikat ketat saat suhu
bearing turun.
1) Jangan menaikkan suhu pemanasan lebih dari 120 oC, karena kekerasan
material akan rusak dan umur bearing akan pendek.
2) Berikan oli pada bagian roller setelah pemasangan

e) Pemasangan bearing dengan cara shrinkage fit


Adalah pemasangan dengan cara menyusutkan pada suhu rendah ( dingin ) agar dapat
duduk pas dan terikat ketat saat suhu bearing kembali normal.

Gambar Pemasangan Bearing dengan Cara Shrinkage Fit

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pemasangan bearing dengan cara
shrinkage fit.
1) Pekerjaan pemasangan harus dilakukan dengan cepat karena suhu cepat
sekali naik.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


2) Jangan memukul bearing dengan hammer besi, karena saat dingin sekali
bearing menjadi getas.
3) Berikan oli pada bagian roller setelah pemasangan.
Cara pemasangan bearing yang benar harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan,
bentuk kerusakan adalah sbb:
 Perubahan bentuk bearing
 Element gelinding lepas atau
 Terjadi ketidaklurusan antara inner race dan outerrace
 Bearing elearance dan preload yang tidak tepat
 Kerusakan seals pada bearing
Beberapa bearing memiliki seals untuk menahan pelumas dan mencegah debu. Long
Life bearing memiliki seal pada kedua sisi sebagai penahan Long Life lubricant.

D. Seal Gambar Cara Pemasangan bearing yang salah

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


D. SEAL

Untuk memperhalus pengoperasian dan mengurangi keausan, hampir semua gear dan
bearing memerlukan pelumasan yang terus-menerus. Maka untuk menjaga keberadaan pelumas
di sekeliling komponen-komponen yang bergerak dan menjaga agar cairan pelumas tersebut
jangan sampai keluar dan menjaga agar kotoran dan debu jangan masuk ke sistem maka
diperlukan seal.
1. Fungsi Seal
Menjaga kebocoran pelumas (lubrikasi).
a) Menjaga kotoran dan material lain masuk ke sistem.
b) Memberikan batasan cairan supaya tidak tercampur.
c) Lebih fleksibel terhadap komponen yang bergerak dan tidak bocor.
d) Melapisi permukaan yang tidak rata.
e) Komponen tidak cepat rusak.

Ada 2 tipe Seal:


1) Dynamic seal digunakan sebagai perapat pada parts yang bergerak contoh:
 Radial Lip Seal
 Clearance Seal
 Ring Seal
 Face Seal
 Compression Packing
 Molded Packing
 Diaphragma Seal
2) Static Seal digunakan sebagai perapat pada parts statis (fixed parts):
 Static O-ring
 Metallic Gasket
 Non metallic Gasket
 Sealant

2. Radial Lip Seal (Oil Seal)


Radial Lip Seal Digunakan sebagai penyekat untuk pelumas pada sistem yang
memiliki shaft berputar. Radial Lip seal ini bisa disebut juga oil seal. Penyekatan atau
perapatan (sealing) berdasarkan perbedaan ukuran antara elemen seal dan diameter luar
shaft merupakan dasar prinsip sealing, juga ditambahkan spring dibelakang lip seal. Antara
lip seal dengan shaft harus terdapat lapisan film sebagai perapat dan pelumas. Bila lapisan

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


film terlalu tebal, cairan akan bocor tetapi bila terlalu tipis akan timbul gesekan dan keausan
pada lip seal. Tebal tipisnya lapisan film dipengaruhi oleh tekanan lip seal. Gambar berikut
menunjukan bentuk dasar lip seal atau oil seal.

Gambar Struktur Dasar Oil seal

Oil Seal dibedakan berdasar bentuk lip seal.


a) Single Lip: Lip tidak menggunakan spring Loaded. Untuk sealing cairan kental seperti
grease pada shaft kecepatan lambat.

Gambar Single Lip Seal

b) Single Lip Spring Loaded: Spring loaded membantu kerapatan seal, digunakan untuk
sealing cairan dengan viskositas yang rendah pada shaft kecepatan putar tinggi, pada
daerah yang tidak berdebu.

Gambar Single Lip Seal Spring Loaded

c) Double Lip: Lip seal menghadap berlawanan arah dengan tambahan spring loaded
pada kedua sisi atau salah satu sisi saja. Seal ini digunakan sebagai sealing terhadap
cairan pada lip yang dilengkapi spring loaded, sedangkan sisi lip yang lain melakukan
saling terhadap debu atau partikel.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI

Gambar Double Lip Seal


d) Dual Lip: Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring loaded pada kedua
sisinya. Digunakan sebagai sealing terhadap pelumas kental pada salah satu sisi dan
sebagai sealing terhadap cairan pada sisi yang lain.

Gambar Dual Lip Seal

3. Packing
Packing dibedakan atau digolongkan menjadi dua tipe yaitu compression packing dan
molded packing.
1) Compression packing membentuk ketika packing tersebut dipasang dan tertekan antara
alur poros dan housing. Gaya tekan mengakibatkan packing mengambang sealing terhadap
alur pada poros maupun terhadap housing. Terdapat tiga jenis compression packing yaitu:
fabric (serat), metallic dan plastic. Gambar berikut menunjukan bentuk compression
packing.

Gambar Compression Packing

2) Molded packing merupakan dynamic seal, terdiri dari dua tipe yaitu Lip Type dan Squeeze
Type. Jenis-jenis Lip type yaitu flange, cup, u-cup, u-ring, dan v-ring. Jenis Squeeze type

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


adalah o-ring dalam berbagai bentuk. Lip type packing melakukan sealing karena adanya
gaya tekan fluida atau udara yang menyebabkan lip mengembang. Gambar berikut
menunjukan contoh u-cup packing.

Gambar Molded Packing

Gambar Pemasangan Packing


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
4. O-Ring
Sebuah O-ring adalah bentuk cincin yang sangat lunak yang terbuat dari bahan alami
atau karet synthetic atau plastik. O – ring berfungsi sebagai seal akibat tertekan (squeezed)
akibat proses pemasangan dan proses sealing terjadi akibat tekanan cairan menekan o-ring.
Static o-ring memberikan sealing terhadap komponen static (tidak) bergerak untuk mencegah
cairan fluida atau udara.

Gambar Aksial Action

Untuk penyekat pada aplikasi yang bertekanan tinggi di atas 5500 kPa (800 psi)
sering O-ring ditambahkan dengan back-up ring untuk mencegah kebocoran yang
ditimbulkan oleh adanya celah antara dua permukaan. Pressure back-up ring biasanya terbuat
dari bahan plastik yang berfungsi untuk memperpanjang usia O-ring. Pada saat pemasangan
O-ring seal, yakinkan semua permukaan bersih dari kotoran dan debu. Periksa O-ring
seal dari kotoran, debu, goresan (scrath) dan cacat lainnya yang akan menyebabkan
kebocoran.

Gambar High Pressure Action

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Dynamic O-ring digunakan sebagai sealing terhadap fluida pada bagian komponen yang
saling bergerak. Terdapat tiga penggunaan O-ring yaitu:
a) Reciprocating, bila digunakan sebagai seal piston ring atau sealing pada sekitar piston
rod.
b) Oscillating bila seal berputar bolak-balik pada derajat yang terbatas atau seal berputar
beberapa kali putaran pada saat proses sealing.
c) Rotating, apabila o-ring memberikan sealing terhadap shaft yang berputar pada dynamic
dalam o-ring.

5. Gasket

Gambar Non Metalic Gasket

Gasket merupakan static seal, mencegah kebocoran cairan melalui permukaan bidang
kontaknya terhadap komponen yang dirakit. Faktor utama dalam penggunaan gasket adalah
seal material dapat menyesuaikan bentuk (conform) terhadap ketidaksempunaan kontak antara
bidang permukaan bentuk gasket terhadap pemukaan kontak.

Gambar 4 1 Conformation of Gasketto Flange

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Pada pemasangan gasket sebagai penyekat perlu diperhatikan besarnya tekanan pada
saat pemasangan. Semakin kuat tekanan diberikan pada gasket tidak berarti akan
menghasilkan kemampuan sealing yang semakin baik.

Gambar Metallic Gasket

Kemampuan sealing gasket tergantung pada:


a) Jenis Material Gasket
Kemampuan sealing minimum tergantung pada tingkatan jenis material gasket
material yang umum digunakan sebagai gasket asbestos cork, rubber, plastic sand
paper atau campuran dari beberapa material tersebut.
b) Internal Pressure
Internal pressure cenderung menekan fluida keluar melalui seal assembly. Hal
penting untuk menentukan beberapa besar tekanan flange diperlukan untuk menekan
seal.
c) Sealed Fluida
Viskositas fluida yang terdapat pada tempat dimana gasket berfungsi sebagai
penyekat menentukan tekanan yang diperlukan untuk mengencangkan gasket.
d) Width / Thickness Ratio
Penurunan kekuatan tekanan terhadap kenaikan ketebalan gasket sering dengan
perbandingan lebar sealing gasket terhadap kenaikan ketebalan gasket pada saat tidak
ditekan. Dengan kata lain semakin kecil perbandingan antara lebar kotak permukaan
sealing terhadap tebal gasket membutuhkan kekuatan tekan yang lebih tinggi. Oleh
karena itu gasket memiliki lubang bolt. Lubang bolt tidak boleh terlalu dekat terhadap sisi
dalam gasket.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Cara Pemasangan Gasket

6. Floating Seal

Gambar Floating Seal

Floating seal dibuat untuk menjaga kotoran tidak masuk ke dalam sistem dan menjaga
kebocoran cairan pelumas pada area yang luas. Floating seal harus bisa menahan karat yang
lebih lama dengan sedikit perawatan Floating seal lebih bisa menahan kebengkokan shaft, end

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


play dan beban yang tiba-tiba. Floating seal terdiri dari dua ring yang biasanya terbuat dari
karet, dipasangkan pada dua groove metal retaining ring.
Rubber ring bekerja sama dengan metal rings berfungsi sebagai seal. Rubber ring juga
sebagai bantalan untuk metal ring dan menjaga kerataan permukaan pada saat shaft berputar
selama machine beroperasi. Kehalusan permukaan metal rings bersama-sama dengan
kekentalan oli melapisi shaft.
Final drive, track roller, dsb adalah komponen berputar yang selalu diliputi lumpur,
tanah dan pasir dan floating seal digunakan digunakan untuk mencegah kebocoran oli
dan mencegah material asing masuk dan bercampur dengan oli. Floating seal terdiri dari
dua O-ring dan dua ring metalik. O-ring tersebut dalam aplikasinya akan tertekan dan
selanjutnya akan menekan seal ring metalik dalam arah aksial dan akan membangkitkan
tekanan yang merata (3,5 - 6 kg/cm2) pada permukaan luncur (sliding survace) dari seal ring.

7. Pemasangan Oil Seal


Pemasangan dan pemasangan oil seal perlu diperhatikan untuk mencegah kerusakan dini
atau kebocoran akibat rusaknya lip seal. Lip mudah sobek dan rusak. Sebelum dipasang seal
harap disimpan secara aman, jauh dari panas, dan debu.

Gambar Pemasangan Oil Seal

a) Pasang seal dengan main lip menghadap ke sisi oli ( hydraulic side )
b) Pastikan bahwa permukaan shaft yang akan contact dengan seal terbebas dari karat dan
scratch.
c) Lakukan pemasangan seal dengan cara press fit menggunakan tool yang sesuai.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Pemasangan seal dengan Press Fit

d) Berikan adhesive atau sealant pada bagian press fit dari oil seal. Untuk housing yang
terbuat dari cast iron harus digunakan pipe sealant untuk mencegah kebocoran.
e) Perhatikan saat pemasangan oil seal tidak boleh miring.
f) Berikan grease pada daerah lip setelah pemasangan.

Gambar Pemberian Grease Pada daerah Seal

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


8. Pemasangan O-ring
a) Sesuaikan part number

Gambar Part Number pada O-Ring

b) Mengacu pada part book


c) Pembukus jangan dibuka sebelum siap untuk dipasang
d) Permukaan komponen harus bersih
e) Periksa dari kotoran, cacat sebelum digunakan

Gambar Pemeriksaan O-Ring

f) Untuk memudahkan pemasangan gunakan pelumas

Gambar Pemberian Pelumas pada O-Ring

g) Hati-hati pada sisi tajam karena dapat memotong dan merusak permukaan seal
h) Backup ring dipasang pada sisi yang berlawanan dengan arah tekanan

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Pemasangan Backup RIng

i) Hindari terpotong seal pada saat pemasangan


j) Puntiran mengakibatkan kerusakan cepat pada seal

Gambar Puntiran pada seal

k) Jangan menarik seal terlalu banyak

9. Pemasangan Gasket
a) Gunakan baut yang bersih dan dalam kondisi baik saat memasang komponen.

Gambar Kondisi Bolt

b) Baut yang aus dan berkarat dapat merusakkan ulir dan menyebabkan kehilangan gaya
pengencangan (Clamping force) sehingga dapat mengakibatkan kebocoran.
c) Yakinkan lubang pada gasket tidak menutupi lubang cairan pelumas, perhatikan tanda pada
gasket seperti FRONT dan TOP.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


d) Jangan pergunakan gasket yang bengkok dan ada tanda tekukan karena daerah yang
memiliki tanda tekukan akan bocor saat mengalami tekanan.

Gambar Gasket Mengalami Kerusakan

e) Jangan gunakan gasket yang rusak.


f) Yakinkan semua permukaan komponen bersih.

Gambar Pemeriksaan Komponen

g) Lakukan pengencangan dengan urutan sesuai yang tertera pada service manual dan
kencangkan sesuai dengan torque yang benar.

Gambar Metode Pengencangan Bolt

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


h) Periksa kekencangan semua baut menggunakan torque wrench setelah semua baut
dikencangkan

10. Pemasangan floating seal.

Gambar Pemasangan Floating Seal

Kerusakan pada komponen biasanya disebabkan oleh kombinasi dari berbagai


faktor dibanding satu sebab saja, tetapi banyak kerusakan yang hanya
memiliki satu jenis penyebab biasa ; KESALAHAN ASSEMBLING !!

a) Floating seal harus selalu dipasang dengan pasangannya yang sesuai, yaitu, ring yang
keduanya baru atau dua ring yang telah berputar bersama-sama.
b) Setiap assembling, Selalulah menggunakan o-ring (Toric ring) yang baru.
c) Jangan pernah menjatuhkan atau memukul seal ring dengan benda keras, karena
seal terbuat dari cast iron dan sangat getas.
d) Untuk seal ring bekas pakai, seal dapat dipakai kembali bila memenuhi kriteria
sbb:
 X > Y/2 (ketebalan bagian colarnya tidak kurang dari ½ tebal semula.
 A > 0.5 mm (Lebar dari bagian yang tidak mengkilap tidak kurang dari 0.5 mm
ketika bagian yang mengkilap tersebut mencapai diameter dalam.

Technical Training Department


Gambar Struktur Floating Seal COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
 Pastikan bahwa permukaan seal (seal surface) harus terbebas dari debu,
scratch(baret), chiping (cuil) atau retak.
e) Pastikan permukaan yang kontak dengan o-ring terbebas dari oli

Gambar O-Ring & Seal Ring

f) O-ring dengan kuat menahan dan menekan floating seal dengan gaya memilin dalam arah
sesuai tanda panah pada gambar dibawah. Ketika oli masuk, O-ring akan tergelincir dan
gaya tekan yang sesuai tidak dapat dihasilkan, sehingga dapat menyebabkan kebocoran.

Jangan memberikan oli


atau grease pada O-ring!

g) Saat pemasangan O-ring ke seal ring, pastikan o-ring tidak terpuntir dan duduk
tertahan oleh retaining lip dari seal ring ramp. Gunakan lampu senter kecil sebagai
pandauan untuk meemriksa o-ring tersebut terpuntir atau tidak selama assembling. Sinar
lampu senter harus lurus dan seragam di sekeliling O-ring tersebut.

Gambar Pemasangan O-Ring ke Seal Ring

h) Saat memasang satu bagian seal ring assy ke housingnya, berikan tekanan secara
tiba-tiba dan meratauntuk mendorong o-ring masuk masuk melalui retaining lip dari
housingnya. Jika diperlukan sedikit adjustment, jangan gunakan tool yang ujungnya
tajam sebagai penekan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


i) Periksa variasi ketinggian pemasangan seal ring assy di empat tempat.
Gambar Pemasangan Floating Seal

Variasi ketinggian tidak


boleh lebih dari 1 mm.

Gambar Pemasangan Seal Ring Assy

j) Berikan lapisan oli yang tipis pada masing-masing permukaan seal ring dan dengan
menggunakan jari tangan oli ke seluruh permukaan seal ring. Pastikan tidak ada oli yang
mengenai o-ring atau permukaan yang kontak dengan o-ring.

E. Coating Material

Coating Materials adalah material-material yang cara penggunaannya dengan dioleskan


pada komponen yang berfungsi untuk membentuk lapisan film, merekatkan, melapisi, menyekat
dari kebocoran.

1. Adhesive
Adalah bahan perekat yang tujuannya untuk merekatkan dua material agar terikat
dengan kuat. Dalam dunia alat berat adhesive sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
kekuatan ikatan suatu part (misal : kekencangan bolt pada drive shaft, dsb) dengan
beban getaran dan puntiran yang sangat kuat agar ikatan bolt tidak mudah terlepas. Untuk
menjamin ikatan kekencangan suatu bolt digunakan thread lock.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Aplikasi Pemakaian thread lock
Dibawah ini beberapa contoh dari thread lock yang sering dipergunakan pekerjaan remove &
install.
Product Komatsu :
a) LT-1A
Digunakan untuk mencegah rubber gaskets, rubber cushions, dan cock plug agar tidak
terlepas

b) LT-1B (790-129-9050)
Digunakan di tempat yang membutuhkan perekatan yang efektif dan kuat. Digunakan
untuk plastik (kecuali polyethylene, polyprophylene, tetrafluorroethlene and vinyl chloride),
karet, metal dan non-metal.
c) LT-2 (09940-00030)
Fitur: tahan terhadap panas dan bahan kimia digunakan untuk mencegah baut dan
plug mengendor dan sebagai penyekat.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


d) LT-3 (790-129-9060) (Set of adhesive and hardening agent)
Digunakan untuk perekat dan penyekat untuk metal, kaca and plastik.
e) LT-4 (790-129-9040)
Dipakai untuk penyekat lubang-lubang pada komponen

f) Holtz MH (750-790-126-9120)
Digunakan sebagai penyekat anti panas pada saat memperbaiki engine
g) Three bond 1735 (790-129-9140)
Perekat dengan tipe cepat mengeras. Waktu pengeringan : antara 5 detik sampai 3 menit.
Digunakan sebagai perekat bahan metal, karet, plastic, dan kayu
h) Aron-alpha 201 (790-129-9130)
Perekat dengan tipe cepat mengeras. Tipe pengeringan cepat (pengerasan maksimum
setelah 30 menit). Digunakan untuk perekat karet, plastic, dan metal.

Product Loctite :
a) Threadlocking 243
Adhesive berkekuatan sedang untuk pemakaian umum, cocok untuk bolt hingga M36

b) Removable threadlocker 242


Adhesive kekuatan sedang untuk bolt hingga M36. Dapat dibuka kembali
menggunakan kunci biasa.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


c) Permanen threadlocker 262
Adhesive berkekuatan tinggi untuk mengunci segala bolt yang harus menghadapi
goncangan dan getaran hebat.

d) High strength threadlocker 271


Adhesive berkekuatan sangat tinggi untuk bolt sampai dengan M36, dan untuk baut-
baut yang tidak akan dibuka kembali.

2. Sealant ( Liquid Gasket)


Sealant atau perapat adalah suatu bahan yang digunakan untuk merapatkan
atau menutup celah antara dua benda yang ditempelkan, untuk mencegah terjadinya
kebocoran fluida atau gas. Yang termasuk bahan Sealant antara lain gasket sealant, pipe
sealant retaining compound, dan sebagainya.
Liquid Gasket produk Komatsu:
1) LG-1 (790-129-9010)
Digunakan untuk perekat atau penyekat pada gasket dan packing dari power train case
dan lain-lain. Digunakan bersamaan dengan gasket dan packing untuk meningkatkan efek

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


sealing. Operating temperature: -50 °C s.d. 150 °C

2) LG-3 (790-129-9070)
Fitur: Tahan terhadap panas. Digunakan sebagai penyekat untuk permukaan flange
dan bolt yang terletak di tempat dengan panas tinggi, digunakan untuk mencegah keausan.
Digunakan sebagai penyekat pada tempat yang bersuhu tinggi seperti di engine
precombustion chamber, pipa exhaust, dll.

3) LG-4 (790-129-9020)
Fitur : Tahan terhadap air dan oli. Digunakan sebagai penyekat untuk permukaan
flange, thread (ulir). Juga dimungkinkan untuk digunakan sebagai penyekat dengan celah
yang lebar. Digunakan untuk penyekat untuk permukaan yang berpasangan pada Final Drive
case, Transmission case. Operating temperature: -50 °C s.d. 150 °C. Thickness setelah
pengencangan: 0.07- 0.08 mm.

4) LG-5 (790-129-9080)
Digunakan sebagai penyekat untuk bermacam-macam thread (ulir), sambungan pipa,
dan flange. Digunakan sebagai penyekat untuk plugs yahg berbentuk tirus, elbows (siku),
nipples dari pipa hidrolik.

5) LG-6 (09940-00011)
Fitur: berbentuk silicon, tahan terhadap panas dan dingin. Digunakan sebagai untuk

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


permukaan flange, thread (ulir). Digunakan sebagai penyekat untuk oil pan, final drive case,
dll. Tidak bisa digunakan pada cooper alloy. Operating temperature: -60 °C s.d. 230 °C

6) LG-7 (09920-00150)
Fitur : Berbentuk silicon, tipe pengerasan cepat. Digunakan sebagai penyekat untuk
flywheel housing, intake manifold, oil pan, thermostat housing, dll. Operating temperature: -
60 °C s.d. 230 °C

7) Three bond 1211 (790-129-9090)


Digunakan sebagai penyekat yang tahan panas untuk memperbaiki engine.
Liquid Gasket produk Non Komatsu:
a) Thread sealing / Pipe sealant
Menjamin pencegahan kebocoran di celah - celah ulir. Mengisi celah yang sangat tahan
terhadap zat kimia. Berfungsi sebagai pelumas pada pemasangan ulir pipa, mencegah
gesekan serta memberikan torsi yang konstan.
 PST Pipe sealant 565
Cepat kering, tahan bahan pelarut, menyegel seketika pada tekanan rendah,
kekuatana dapat diatur untuk memudahkan pembongkaran kembali.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 PST Pipe sealant 577
Cepat kering dan kental, menyekat dengan cepat, bila sudah mongering kekuatan
seal dapat mencapai titik ledak pipa.

 PST Pipe sealant 567


Sealant pipa untuk pemakaian pada stainless steel dan sambungan metal, sangat
efektif untuk tekanan tinggi. Memiliki ketahanan tinggi terhadap bahan pelarut.
Sebagai pelumas saat pemasanganan pipa.

b) Gasket sealant
Gasket sealant berfungsi untuk menutup kebocoran dan lebih efektif dari pada gasket
biasa, karena kontak metal ke metal lebih rapat, hanya mengisi jalur yang bocor.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Contoh produk dari gasket sealant adalah Threebond & Loctite :
a. Gasket Eliminator 515
Sealant untuk pemakaian umum, terutama untuk pembuatan gasket yang fleksibel.

b. Gasket eliminator 518


Anaerobic yang cepat kering dan fleksibel untuk membuat gasket dirancang khusus
untuk metal yang pasif dan bisa menyesuaikan gerakan flange. Tegangan gesernya
sangat tinggi , mengisi celah sampai ketebalan 0.5 mm.

c. Gasket eliminator 510


Sealant yang tahan panas tinggi khusus dirancang untuk membuat atau melapisi
gasket dalam kondisi perakitan yang ekstrem.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


3. Molybde-num Disulphide lubricant
Adalah lubricant dengan bahan dasar MoS2 yang memiliki kemampuan lubrikasi yang
tinggi dan stabilitas yang baik terhadap oksidasi sampai pada suhu 350o C.
1) LM-G (09940-00051) (Rust Proof Oil)
Digunakan sebagai pelumas untuk bagian yang bergesekan (untuk mencegah dari
bunyi berderit). Mencegah karat pada bolt, nut, & plug.

2) LM-P (09940-00040)
Digunakan untuk mencegah keausan atau lecet pada saat pemasangan secara press
fit dan shrink fit. Dan mencegah lengket dan karat setelah pemasangan. Digunakan sebagai
pelumas pada taper shaft, sambungan, bearing, dll.

4. PEMBERIAN LIQUID ADHESIVE (THREAD LOCK)


a) Bersihkan oli / grease yang menempel pada bagian ulir yang akan diberi thread lock
maupun pasangannya, dengan menggunakan cairan pembersih. Juga bersihkan air
yag menempel pada bagian-bagian tersebut dengan angin. Kekuatan pengencangan
akan berkurang hingga 70% bila ada oli atau grease, dan thread lock akan mengapung tidak
bisa mengeras bila ada air.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Pemberian thread lock pada bolt:

Up to M12: keliling 3-4 thread

M14 or over: keliling 7-8 thread

Gambar Pemberian Adhesive pada Bolt

b) Berikan thread lock ke sekeliling ulir.


c) Jangan menambahkan pengencangan atau pengendoran pada baut yang sudah
dikencangkan sebelumnya, karena thread lock sudah mengeras dan tidak dapat
diharapkan lagi pengencangan tambahan.

5. PEMBERIAN PIPE SEALANT


a) Pastikan bahwa ulir part maupun pasangannya terbebas dari luka, debu, grease atau
oli.
b) Berikan pipe sealant ke sekeliling ulir secara merata, karena kecilnya clearance dari ulir
elbow, nipple atau taper plug, sehingga tidak bisa bila kita hanya memberikan pipe sealant
di satu titik saja.

Gambar Pemberian Sealant pada Fitting Pipe

c) Hindari pemberian pipe sealant pada ulir female, karena sealant akan masuk ke oli saat
pengencangan.
d) Berikan lagi sealant bila part tersebut harus dikencangkan atau dikendorkan lagi.
e) Gunakan seal tape sebagai pengganti pipe sealant bila grease atau oli tidak dapat
dibersihkan dari bagian berulit tersebut.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


6. PEMBERIAN LIQUID GASKET
a) Pastikan bagian yang berapsangan bebas dari luka, grease, kotoran maupun oli
b) Berikan liquid gasket ke sekaliling permukaan yang akan dipasangkan tanpa terputus, dan
segera pasangkan part tersebut, jangan biarkan liquid gasket sampai mengeras.

Gambar Pemberian Gasket Sealant pada Cover

c) Jangan Menggerakkan cover setelah dipasang karena liquid gasket dapat rusak.
d) Berikan lagi liquid gasket bila cover kemudian dilepas lalu dipasang kembali.

F. Consumable Goods
Consumable goods adalah barang-barang yang secara umum atau reguler dilakukan
penggantian. Berikut list consumable goods dibawah ini:
1) Maxi Beam
2) Pallet
3) Potongan Drum (Tampungan oli)
4) Majun
5) Sarung Tangan
6) Senter (Penerangan)
7) T-Wrap
8) Plastic Wrap
9) Amplas
10) Multi Lubricant (WD-40) dan Contact Cleaner
11) Masker
12) Oil, Grease, Fuel
13) Trashbag
14) Terpal

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


G. Flow Process Overhaul
1. Receiving
a. Pre Washing
Pembersihan komponen sebelum dilakukan dis-assembly, dilakukan untuk
menghilangkan segala kotoran, seperti tanah yang menempel, debu, tumpahan oli atau
air pendingin (coolant) serta grease. Tujuan dari pre-washing sendiri selain
pembersihan komponen juga untuk mendapatkan data yang jelas dalam proses
Inspection sehingga masalah keretakan (crack), goresan (scratch), penyok (dent), dan
sebagainya dapat terlihat secara visual dengan jelas.
Notes:
• APD pre-washing:
1) Sarung tangan latex/nitrile/PVC
2) Sepatu boot
3) Rain coat
4) Pelindung wajah
• Seluruh lubang pada componen yang berpotensi mempersulit pekerjaan jika
kemasukan air, harus ditutup menggunakan sumbat (sekurang-kurangnya
lakban/plastik).
• Seluruh komponen electric yang mudah short harus dilepas
2. Diassembly
a. Diassembly
Dis-Assembly adalah pekerjaan pembongkaran komponen menjadi sub-sub
komponen secara terpisah. Tujuan dari dis-assembly adalah untuk mendeteksi
kerusakan-kerusakan sub komponen, seperti : keausan (worn), kebengkokan (bending),
macet (jamed) yang kemungkinan terjadi sehingga mengakibatkan kerusakan yang lebih
parah terhadap komponen yang lain. Disasssembly juga harus sesuai dengan sesuai
prosedur yang ada pada shopmanual, untuk menghindari kerusakan komponen saat
pelaksanaan pembongkaran, serta penggunaan special tools yang tepat. Sub
komponen yang dapat dipakai ulang (reusable) disimpan pada tempat tertentu (WIP)
dan sub komponen lain dapat dioverhaul atau reseal.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


3. Washing
a. Procedure
Washing dilakukan setelah komponen di dis-assembly untuk membersihkan
komponen atau sub komponen yang akan masuk ke WIP (Work In Process) atau
dilakukan Measurement.

b. Methode

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
4. Inspection and Measurement
Inspection & Measurement adalah pekerjaan yang mutlak dilaksanakan dalam suatu
proses pekerjaan overhaul. Inspection dilakukan secara visual untuk mendapatkan data
tentang komponen dari kerusakan yang dapat dengan jelas terlihat. Measurement adalah
pekerjaan pengukuran dengan tools (measurement tools, seperti : vernier caliper,
micrometer, dial gauge, multimeter, isolation tester, dan sebagainya) untuk mendapatkan
data akurat tentang kondisi masing-masing komponen.

Gambar Inspection & Measurement

Pekerjaan Inspection dan Measurement sendiri akan menghasilkan data-data akurat


berupa angka-angka hasil ukur yang akan dibandingkan dengan standard yang ada pada
Maintenance standard yang telah diberikan oleh factory. Hasil perbandingan antara data
actual pengukuran dan Maintenance standard akan mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa
part atau komponen tersebut masih layak digunakan (use again) atau harus di rebuild
sesuai standard (after recondition) atau harus diganti (replace). Pedoman yang digunakan
untuk mengambil kesimpulan tersebut selain dari maintenance standard, juga harus
disediakan partbook serta reusable part handbook.
Measurement & Visual Check
Crack atau retak pada sebuah logam biasa terjadi karena beberapa faktor berikut :
a) Konsentrasi tegangan (Stress Concentration)
b) Cacat pengelasan (Welding defect)
c) Kurang perlakuan panas (Less heat treatment)
d) Kelelahan material (Fatique Material)

5. Part Recommended
a. Part Catalog (Part Book)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Part Book adalah betuk publikasi yang di terbitkan oleh principal dengan tujuan untuk
mempermudah kita dalam melakukan order part untuk unit yang dipakai/bersangkutan,
berikut bagian-bagian yang terdapat dalam PartBook:

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Jika ada bagian dengan titik satu adalah bagian part diatasnya, titik dua merupakan bagian
part dari titik satu, titik tiga berarti bagian part dari titik dua, contoh :

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1 Artinya suku cadang tidak diberikan tersendiri akan tetapi harus
diberikan dalam bentuk kesatuan ( Assembly ).

2 Artinya parts ini diorder dapat secara tersendiri jika yang meminta
adalah distributor sedangkan jika selain distributor maka harus
diorder dalam bentuk ass’y.
3 Artinya parts ini tidak diizinkan untuk dipakai lagi karena hal – hal
tertentu dan karenanya tidak disupply lagi. Parts ini diganti
dengan parts yang lain.
4 Artinya part ini dapat diganti dengan part lain ( interchange satu
arah).
5 Artinya part dapat diganti dengan kombinasi dari beberapa part
yang lain.
6 Artinya part ini adalah unifinished / semi finished part yitu part
yang belum siap dipakai dan perlu disempurnakan ( penyesuaian
ukuran, penghalusan dan lain - lain ) terlebih dahulu sebelum
dipasang
7 Part ini adalah disupply dalam bentuk semi finished part

8
US ( UNDER SIZE ) Artinya part ini ukurannya lebih kecil dari
standard.

9
OS ( OVER SIZE ) Artinya part ini ukurannya lebih besar dari
standard.

10
OP (OPTIONAL PART) Artinya part ini bukan
perlengkapan standard unit dan untuk memperolehnya harus
merupakan

melalui pesanan khusus.


11
KIT Artinya adalah part yang dipergunakan sebagai service kit, suatu
service terdiri atas beberapa parts. Dengan kata lain bahwa parts
didapat juga di bagian service kit.
12 Artinya part ini adalah dapat saling menggantikan

13 Artinya kelompok part ( Part Group ).

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


14 Artinya bahwa part yang ada diantara garis ini adalah komponen
dari pada kelompok part yang tertulis diatasnya.

15 Artinya adalah nomor daripada kelompok part ( Part Group ).


G-1, G-2

b. Part and Service News (PSN)


Dokumen yang berisikan tentang perubahan, modifikasi, maintenance, pengelasan,
procedure, dan lain-lain, PSN ini di terbitkan oleh principal.

c. Standard Part Overhaul


Rekomendasi parts dilakukan sebelum overhaul dilakukan agar dapat
meningkatkan kualitas, lead time yang cepat dan biaya overhaul yang reasonable.
Rekomendasi parts dilakukan sebelum dan sesudah komponen dibongkar

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


(disassembly). Penentuan part yang direkomendasikan dituangkan dalam SPO
(Standard Part Order) untuk overhaul. Rekomendasi part yang akan diorder salah satu
sumbernya adalah SPO yang dikeluarkan dari divisi Service. Dari SPO tersebut dapat
dibuat pre recommended partnya. Setelah itu baru kita menganalisa part mana yang
harus kita masukkan kedalam recommended part yang akan dilakukan part
replenishment. Pada saat analisa rekomendasi part faktor pentingnya didasarkan dari
ranking part dalam overhaul.
d. Part Recommended
Setelah didapatkan hasil dari Inspection dan Measurement, maka akan
menghasilkan data-data akurat yang akan kita gunakan untuk melakukan recommended
part terhadap part yang kita simpulkan bahwa part tersebut rusak dan harus diganti atau
part-part yang mutlak diganti saat melakukan pekerjaan overhaul tersebut (sesuai SPO).
Recomended part juga mengacu pada Partbook sesuai dengan unit tersebut dan Part
Service News (PSN) yang ada setelah adanya improvement dari Factory.
Part Order adalah pekerjaan menentukan dan meminta (order) jenis dan jumlah
part yang rusak, aus atau hilang saat pengoreasian dan dari data Inspection dan
Measurement. Untuk Orser Part harus sesuai dengan Ranking Part sesuai dengan
penjelasan berikut dibawah ini adalah jenis-jenis ranking Part Overhaul :
Kode Deskripsi
A Mutlak diganti
B Kemungkinan besar diganti
C Kadang-kadang diganti
AX Mutlak difabrikasi atau diganti
BX Kemungkinan besar di fabrikasi atau diganti
CX Kadang-kadang difabrikasi atau diganti

Dalam Pekerjaan Part Order ini akan menjadi sangat subyektif dalam menentukan
ranking part. Penentuan ranking part overhaul sendiri dipengaruhi oleh hal-hal berikut
ini:
1) Jenis Part yang berkaitan dengan struktur, fungsi, lokasi serta cara kerja,
2) Tingkat pemahaman pelaksana (mekanik) terhadap struktur, fungsi, lokasi dan cara
kerja komponen tersebut,
3) Tingkat Life time setelah komponent atau mechine di Overhaul,
4) Tingkat pemahaman pelaksana tentang Reusable part dari shopmanual dan
pengalaman overhaul.
Batasan-batasan Ranking Overhaul :
a) Ranking A : mutlak diganti

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Pengertian mutlak diganti adalah part tersebut harus dipastikan penggantianya
tanpa melalui proses Inspection atau measurement, dengan keterangan
sebagai berikut :
- Part-part yang pasti rusak akibat proses dis-assembly, contoh : seal,
packing, gasket, lock plate, pin, plug, dsb.
- Filter dan element filter
contoh : fuel filter, oil filter, air cleaner, corrosion resistor, dsb.
- Part yang tidak memiliki standard dimensi dan repair limit, contoh : Ring
seal, seal piston, wear ring, dsb.
- Bolt dan washernyang bergesek langsung denngan tanah, contoh : bolt
shoe, bolt bottom guard, dsb.
- Part yang beresiko rusak tinggi apabila dipakai ulang, terutama apabila
berkaitan dengan target life time. contoh : ring piston, valve guide, metal,
hose, dsb.

b) Ranking B : kemungkinan besar diganti


Part-part yang memiliki standard dimensi, yang kepastian penggantiannya
ditentukan berdasar hasil pengukuran dan prosentasi penggantian perfrekuensi
atau interval pekerjaan overhaul 60-80% diganti. contoh : Plate clutch, bolt pada
engine, spider, dsb.

c) Ranking C : kadang-kadang diganti


Part yang kepastian penggantiannya ditetapkan berdasar hasil pemeriksaan
dan prosentase penggantian saat pekerjaan overhaul adalah 10-30%. contoh :
Gear, Wire, Witch, gauge, dsb

d) Ranking AX : mutlak fabrikasi


Part mutlak difabrikasi, contoh : bushing, metal, dsb

e) Ranking BX : kemungkinan difabrikasi


Part yang kepastian fabrikasinya setelah dilakukan pengkukuran atau
pemeriksaan berkisar 60-80% difabrikasi. contoh : track link, track roller, Idler,
frame, cover.

f) Ranking CX : kadang-kadang difabrikasi

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Kemungkinan pelaksanaan fabrikasi perfrekuensi pekerjaan overhaul berkisar
10-30%. contoh : Cabin Guard, stay canopy, hood, dsb
6. Repair/Fabrication
a. Lokal Repair
Fabrikasi adalah direpair, dengan berbagai perlakuan atau dibuat secara local tanpa
harus mengganti komponent tersebut dengan genuine part. Proses repair Berdasarkan
buku reusable part, proses repair yang dilakukan pada control valve adalah:
- Melakukan polish (gosok) dan laping ( mengurangi tingkat kekasaran permukaan
logam) dengan menggunakan sandpaper (ampelas # 600-800) tetapi dengan
catatan tidak sampai mengikis permukaan bendanya. Proses polish dilakukan pada
sliding surface spool, whole spool, siliding surface main relief valve, sliding surface
suction valve, valve seat pada check valve.

7. Assembly
a. Assembly
Setelah Part diorder dan semua part telah tersedia lengkap, dan part tersebut
sesuai yang telah kita hasilkan dari hasil dis-assembly, inspection dan measurement,
maka part tersebut kita Assembly (pasang) kembali sesuai yang ditunjukkan oleh
langkah-langkah atau prosedur yang ditunjukkan oleh shopmanual dan penggunaan
tools yang tepat.
Untuk proses Assembly yang perlu diperhatikan adalah cara attau standard ukuran yang
harus ada pada setiap part yang terpasang pada komponen, contoh : portusion liner
terhadap cylinder block, tightening bolt, rotating torque, end-play, backlash dan
sebagainya. Standard-standard tersebut dapat kita temukan pada shop manual dan
maintenance standard atau work description. Biasanya untuk memandu mekanik dalam
pekerjaan Assembly mekanik telah disertakan sebuah panduan berupa Quality
Assurance (QA) khusus assembly, agar tidak mengalami kesalahan atau dapat
meminimalisir re-do akibat assembly.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


b. Performance Test ( Testing and Adjusting)
Testing adjusting dilaksanakan setelah semua part dan sub komponen selesai
diassembly secara lengkap dan dilakukan pengujian, apakah komponen tersebut siap
dipakai dan telah mencapai performa yang sesuai dengan factory dan dapat mencapai
life time yang ditentukan. Adjusting wajib dilakukan guna mendapatkan standard
setting yang telah ditentukan dalam shopmanual, guna mencapai performance yang
optimal dan sesuai dengan kondisi komponen dari factory.

Gambar Engine Test Bench

Testing dan Adjusting ini dapat dilakukan selama proses assembly dan pada saat test
performance di test bench atau melalui uji secara terpisah sub komponen tersebut,
seperti : Fuel Injection Pump (FIP), Alternator, Starting Motor, dan beberapa komponen
lain.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


8. Finishing
a. Final Inspection

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


BAB II
INSPECTION & MEASUREMENT

A. Tools
1. Tightening Tools
a. Power Wrench
Power wrenches merupakan alat yang digunakan untuk meringankan kerja saat
mengencangkan bolt atau nut yang membutuhkan torque yang tinggi. Dengan
adanya reduksi pada power wrenches ini kita tidak perlu mengeluarkan tenaga
sebesar torque yang akan diberikan

b. Torque Wrench
Torsi adalah satuan ukuran yang menyatakan berapa banyak kekuatan yang
digunakan untuk mengatasi resistensi untuk rotasi. Kunci pas (wrench) digunakan
untuk memberikan gaya berputar seperti saat memutar baut dan
mengencangkanya. Saat anda menggunakan torque wrench (kunci pas torsi),
artinya anda menggunakan alat yang digunakan khusus untuk mengukur jumlah
gaya yang diterapkan saat anda memutar kunci pas tersebut.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


2. Measuring and Diagnostic Tools
a. Colour Checker
Colour checker digunakan untuk pengujian crack (retak) pada benda yang tanpa
menggunakan alat bantu electronic ataupun semacamnya namun menggunakan
media chemical penetran dan defeloper. Prinsip kerja penetran test adalah
memanfaatkan metoda sifat kapilaritas cairan. Apabila terdapat celah kecil apabila
diberi cairan maka celah tersebut akan menyedot cairan sehingga celah tersebut
akan berisi cairan. Dengan memanfaatkan cara inilah penetran test sebagai
metoda pengujian dilakukan. Color check banyak digunakan untuk memeriksa
crack (retak) material staienlles steel, besi, carbon steel dan lain sebagainya.

b. Convex Scale
Convex scale adalah alat untuk mengukur panjang dengan satuan mm, meter atau
inch.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


c. Depth Gauge
Depth Gage adalah untuk mengukur kedalaman lubang yang tidak bisa
dijangkau contohnya pada ukiran ban luar pada kendaraan. Cara
penggunaannyapun sangat mudah terlihat ujung mirip seperti jarum anda tinggal
dimasukan ke kedalaman yang akan diuji.

d. Dial Indicator
Dial gauge indicator adalah alat ukur yang secara mekanikal memperbesar
gerakan axial dari spindle yang sangat kecil dan diteruskan ke pointer. Pada
penggunaannya, dial indicator biasanya dipasang pada sebuah stand yang
dilengkapi dengan magnet, disebut magnetic base stand, untuk memperkuat
kedudukan dial gauge indicator.

e. Magnetic Base
Magnetic base biasanya digunakan berpasangan dengan dial indicator. Magnetic
base berfungsi sebagai dudukan pada plat besi agar dial indicator tidak terjatuh.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


f. Feeler Gauge
Feeler gauge digunakan untuk mengukur celah (cleareance) antara dua benda.

g. Inside Micrometer
Inside micrometer digunakan untuk mengukur dimensi dalam suatu benda dengan
tingkat ketelitian 0,01 – 0,001 mm.

h. Outside Micrometer
Outside micrometer digunakan untuk mengukur dimensi luar suatu benda dengan
tingkat keteletian hingga 0,001 - 0,0001 mm.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


i. Digital Thermometer
Digital thermometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau
temperature suatu benda.

j. Multitester
Multimeter digunakan untuk mengukur besar tegangan, arus yang mengalir, dan
nilai tahanan. Terdapat dua tipe multimeter, yaitu analog dan digital.

k. Oil Leak tester


Oil leak tester merupakan tool yang berfungsi untuk memeriksa kondisi operasi
piston pada torqflow transmisi. Selain itu tool ini juga bisa digunakan untuk
memeriksa kebocoran pada final drive case, atau untuk memeriksa kondisi dari
floating seal pada idler atau track roller. Untuk mengetahui kondisi-kondisi tersebut
tool ini harus mendapat supply udara.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


l. Pressure Gauge Group
Pressure gauge group digunakan untuk mengukur oil, boost, dan fuel pressure.
Satuan pengukuran pada pressure gauge menggunakan PSI (Pounds Per Square
Inch), Kpa (Kilo pascal) dan kg/cm2. Dimana dalam pengukuran harus
menggunakan gauge yang memiliki skala diatas tekanan yang akan diukur agar
tidak terjadi kerusakan gauge karena overload. Pada pressure gauge group
terdapat beberapa gauge dengan berbagai ukuran, yaitu 1500 mmHg, 10 kg/cm²,
25 kg/cm², 60 kg/cm², 400 kg/cm², dan 600 kg/cm².

m. Push Pull Scale


Push pull scale adalah tools yang berfungsi untuk mengetahui besar gaya yang
bekerja pada object dengan cara mendorong atau menarik object yang
bersangkutan. Beberapa contoh penggunaan push pull scale adalah:
 Mengukur defleksi pada alternator belt pada engine.
 Mengukur pre-load bevel gear pada differential.
 Mengukur oparting effort dari lever.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1 : Directional Control Lever
K : Push-pull Scale

n. Spring Tester
Spring tester digunakan untuk mengukur kekuatan spring ketika dibebani. Alat
bantu lain yang digunakan adalah mistar. Hasil pengukurannya berupa panjang
spring awal sebelum pembebanan dan panjang spring ketika diberi beban
maksimum.

o. Stopwatch
Stop watch merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur waktu. Ada dua macam stop
watch, yaitu analog dan digital, dimana untuk
stop watch digital memiliki ketilitian hingga 1
ms, sedangkan stop watch analog pada
umumnya hanya sampai tingkat detik (s).
Contoh penggunaan stop watch adalah saat
Digital Analog
mengukur kecepatan gerakan attachment.

p. Straigt Edge
Straight edge atau Mistar sering kita dengar dengan sebutan penggaris, yaitu alat
yang digunakan untuk dimensi panjang, lebar dan tinggi. Bersatuan inch, cm dan
mm.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


q. Tachometer
Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi dari sebuah benda misalnya
putaran pompa, putaran engine dengan satuan rpm.

r. Thickness Gauge
Thickenss gauge digunakan untuk mengukur ketebalan dari sebuah benda

s. Vernier Caliper
Vernier caliper atau slide caliper adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
diameter luar, mengukur diameter dalam, dan mengukur kedalaman.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


3. Lifting Tools
Setiap peralatan yang digunakan pada pekerjaan lifting seperti
sling, shackle, eye bolt, atau hook, perlu dipastikan kekuatan
angkatnya. Terdapat dua istilah terkait kekuatan angkat, yaitu WLL
(Working Load Limit) dan SWL (Safe Working Load). WLL atau
batas beban kerja adalah beban maksimum dari peralatan lifting
yang sudah dirancang oleh produsen. Produsen menguji pada titik
dimana peralatan tersebut rusak. Setelah penambahan spesifikasi
yang dibuat untuk keselamatan, maka nilai tersebut menjadi WLL.
WLL yang tertera pada peralatan lifting, hanya digunakan untuk
pengangkatan vertikal dan langsung saja. Inilah salah satu alasan
penting untuk menghitung SWL.

SWL adalah berat maksimum yang dapat diangkat oleh


sling dalam kondisi tertentu. Kondisi tertentu yang dimaksud
adalah seorang juru ikat/angkat, dapat merubah kondisi kerja
sling dengan cara mengubah cara pemasangan atau sudut
pengangkatan yang digunakan. Hal ini tentu akan
mempengaruhi jumlah sling yang dipakai untuk mengangkat.

a. Sling
1) Wire Sling/Wire Rope
Wire sling terbentuk dari jalinan kawat yang disusun disekeliling suatu sumbu. Arah
puntiran jalinan kawat yang berlawanan arah dengan basic wire disebut Regular Lay

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Rope, sedangkan arah puntiran jalinan kawat yang searah dengan basic wire disebut
Lang Lay Rope.

Semakin banyak jumlah kawat yang terdapat dalam jalinan, semakin fleksibel tali itu.
Sebuah wire sling umumnya terdiri dari 6 untaian kawat baja, diman satu untaian terdiri
dari 19 lilitan, seperti pada gambar dibawah.

Wire sling ini dapat digunakan untuk sistem penggerak, penderek, pengangkut,
perlengkapan penggantung dan pengangkat. Saat menggunakannya, yang perlu
diperhatikan diantaranya adalah hindari tekukan, gunakan pelindung untuk melindungi
sling dari tepi yang tajam, suhu pemakain sling maksimum 95oC, dan gunakan sling
yang tidak kusut atau terpuntir.

Wire sling harus diperiksa secara berkala. Periksalah secara berkala apakah
terdapat kelainan-kelainan. Jika merasa ragu-ragu apakah sling itu cukup kuat untuk
digunakan, pemeriksaan secara seksama harus dilaksanakan oleh seorang ahli.
Kriteria wire sling yang tidak layak digunakan diantaranya adalah kawat putus,
keausan atau berkurang diameternya, terpuntir, membentuk sarang burung, terdapat

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


tonjolan untaian, kusut, untaian terjepit, dan gepeng. Gambar dibawah menunjukkan
contoh-contoh wire sling yang tidak boleh digunakan.

Simpan wire sling ditempat yang kering, bersih dan bertutup, serta jangan langsung
meletakkannya diatas tanah. Jangan biarkan sling bersentuhan dengan permukaan
yang lembab, basah atau berdebu, atau dengan besi-besi yang berkarat dan berkerak.
Gantilah lapisan pelindung dengan yang baru bila perlu.

2) Webbing Sling
Webbing sling tidak dipengaruhi oleh kelembaban atau zat kimia tertentu. Webbing
sling juga mampu menahan goncangan yang kuat karena sifat materialnya yang lentur,
tidak mudah merusak permukaan atau menghancurkan benda-benda yang mudah
pecah. Webbing sling dibuat dari bahan nilon, polyester, polypropylene atau aramid
polyamide. Warna webbing sling dapat menyatakan bahan yaitu warna hijau untuk
bahan Nilon, warna biru untuk bahan Polyester, dan warna coklat untuk bahan
Polypropilene. Warna webbing sling dapat juga menyatakan WLL, dan setiap webbing
sling terdapat label WLL.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Terdapat 3 jenis webbing sling, yaitu tidak berujung (endless), dengan lubang pada
satu atau kedua ujungnya (single/double eye & eye), dan dengan pengait/sangkutan
akhir pada satu atau kedua ujungnya (with basket/chocker fitting).

Selain melihat kondisi label WLL (ada atau tidak, baik atau rusak), perlu diperhatikan
juga kriteria webbing sling tidak layak pakai yaitu, sling kehilangan 10% dari
kekuatannya, lapisan pelindung rusak, bahan sling nilon terkontaminasi dengan asam
(acid), bahan sling polyester terkontaminasi dengan zat alkaline (kapur), bahan sling
polypropylene terkontaminasi dengan bahan/larutan organik, misal cat, thiner, atau
aspal. Lakukan pemeriksaan kondisi sling secara berkala. Periksalah seluruh bagian
sling, dimana kerusakan biasanya mudah untuk dilihat. Jika terkena larutan asam atau
basah, cucilah baik-baik sebelum menyimpannya.
3) Chain Sling
Secara umum, tersedia berbagai jenis chain sling/sling rantai yang dapat
digunakan, dan masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri, diantaranya adalah
Herc-alloy dengan tanda CM (Columbus McKinnon), Herc-alloy dengan tanda PWB
(Pitt Waddell Bennett), Kuplex, dan lain-lain.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Chain sling memiliki grade yang menyatakan kekuatan daya angkatnya. Semakin
tinggi nilai grade, semakin besar kekuatan/daya angkatnya. Beberapa grade chain
sling diantanya adalah grade 30 (baja atau besi lunak), grade 40 (baja lunak dengan
kekuatan meregang agak tinggi), grade 60/70 (Baja alloy), grade 80/100 (herc-alloy).
Grade suatu chain sling dapat diketahui dari Tag Instruction yang terpasang pada

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


sling, atau berdasarkan sertifikat yang dimiliki sling tersebut. Sling yang tidak memiliki
Tag Instruction atau sertifikat tidak boleh digunakan. Sling dengan ukuran diameter
kurang dari 8 mm tidak boleh digunakan, kecuali bila sling tersebut dilengkapi dengan
sertifikat dan buku petunjuk/product catalog.
Pemeriksaan pada sling perlu dilakukan secara teratur pada sambungan,
keseluruhan untaian mata rantai, dan pengait (hook). Setiap untaian mata rantai yang
cacat, bengkok, retak, atau aus harus dilaporkan. Kebersihan sling juga harus
diperhatikan. Simpan chain sling ditiang pancang atau rak yang cocok diruang
tertutup/beratap. Jauhkan dari besi berkarat dan beri cairan pelumas tipis. Gambar di
bawah menunjukkan contoh chain sling yang tidak boleh digunakan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai chain sling adalah:
• Jangan mengangkat beban lebih dari SWL-nya.
• Jangan dipakai bila kondisi mata rantai lentur dan rapuh.
• Jangan dipakai bila terdapat keausan lebih 10% diameter rantai.
• Jangan menjatuhkan rantai dari ketinggian.
• Jangan menggulung rantai pada beban yang diangkat.
• Gunakan pelindung saat mengangkat benda dengan tepi yang tajam.
• Jangan menggunakan rantai pada kondisi suhu lebih dari 260oC.

b. Shackle
Shackle digunakan sebagai penghubung dan pengait
pada proses lifting. Menurut bentuknya, shackle dibagi
menjadi dua yaitu tipe D (Dee) dan tipe busur (bow).
Pastikan shackle yang akan digunakan memiliki tanda
WLL. Pastikan WLL shackle, minimum sama dengan
WLL rantai/sling.

Penggunaan shackle yang salah akan mengakibatkan kaki-kaki shackle terbuka.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


c. Eye Bolt
Eye bolt adalah bolt bermata yang digunakan untuk mengangkat sebuah object
dengan menggunakan hook. Jenis eyebolt yang biasa digunakan adalah:

Pada penggunaannya, eye bolt yang tidak berbahu (regular nut eye bolt) tidak
diperbolehkan untuk ditarik miring, karena dapat mengakibatkan eye bolt bengkok bahkan
patah. Sebelum melakukan pengangkatan, pastikan eye bolt sudah terpasang kuat pada
object yang akan diangkat.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


d. Hook
Hook sebaiknya dilengkapi dengan sebuah kaitan pengaman, khususnya dimana ada
kemungkinan sling bergeser. Terdapat beragam hook yang digunakan pada sling, seperti
terlihat pada gambar dibawah.

Hook pada umumnya berupa baja campuran kelas (grade) 80. Jika lubang hook
membesar lebih dari 5%, maka hook tersebut tidak boleh digunakan lagi. Jangan coba
mengelas atau memperbaikinya. Perhatikan posisi pemasangan wire rope pada hook.
Memasang mendekati ujung hook dapat menyebabkan rope terlepas dari hook saat
pengangkatan. Hook mempunyai kekuatan maksimum pada bagian tengah tengahnya.

e. Hydraulic Jack
Proses jacking banyak dilakukan ketika kegiatan perawatan atau perbaikan
berlangsung. Proses jacking adalah suatu proses dimana kendaraan/alat berat yang akan
dilakukan perawatan atau perbaikan diangkat sebagian atau keseluruhan, misal

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


mengganti ban, atau melepas dan memasang part/bagian lain. Alat yang digunakannya
pada proses jacking adalah jack/dongkrak serta safety stand/penopang. Pada umumnya,
jack beroperasi dengan menggunakan mekanik, hydraulic (tekanan oli), atau pneumatic
(tekanan udara),

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengoperasikan hydraulic jack adalah:
 Pastikan semua hose dan sambungannya (coupler) tidak rusak dan dikencangkan
dengan baik sebelum memberikan tekanan hydraulic.
 Gunakan spacer di atas swivel head, jika diperlukan.
 Jangan mengangkat beban terlalu tinggi, karena akan menyebabkan beban menjadi
tidak stabil.
 Dongkrak tube bisa dioperasikan bersama-sama. Bila hal ini dilakukan, amati dan atur
lift rate dengan needle valve.

 Pasang jack/safety stand hanya pada bagian yang telah ditentukan/direkomendasi.


 Jangan melakukan pengangkatan beban tersebut dengan stand beroda yang bisa
bergerak.
Berikut contoh penggunaan hydraulic jack pada proses jacking Komatsu Wheel Loader
model WA500-6.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


(Removing Rear Axle) (Removing Center Hinge Pin)

f. Safety Stand
Safety stand merupakan alat penopang dan
pengaman kendaraan/alat berat yang sudah diangkat
dengan jack/dongkrak atau dengan menggunakan crane.
Safety stand mutlak digunakan karena jack/dongkrak
tidak dapat menjamin keamanan terhadap terjadinya slip
antara jack/dongkrak dengan titik tumpu pada
kendaraan/alat berat, dan crane hanya digunakan
sebagai alat angkat, bukan untuk menopang/menahan
beban.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan safety stand adalah pastikan
bahwa kondisi fisik safety stand dalam kondisi yang baik, dan gunakan safety stand
dengan kapastitas yang sesuai dengan beban yang ditopang. Berikut contoh penggunaan
safety stand pada Komatsu Wheel Loader model WA500-6.

(Removing Front Axle) (Removing Work Equipment Assembly)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


g. Lever Block
Lever block adalah sebuah hoist/kerekan bertenaga dengan
roda ratchet yang dikenal sebagai "Ratchet Tuas Hoist" atau
sering kita kenal dengan lever block. Lever block juga dapat
diartikan sebuah alat pengangkat portable yang mudah
dioperasikan dengan tangan. Lever block ini biasa digunakan
pada industri pabrik, pertambangan, pertanian, konstruksi,
perkapalan, dan pergudangan. Fungsi dari lever block adalah
sebagai alat bantu pada proses instalasi komponen, atau
mengangkat dan menurunkan barang, namun hanya cocok
untuk proses pengangkatan secara vertical. Lever block
dirancang untuk membantu mempermudah pekerjaan di tempat
terbuka atau tempat yang tidak tersedia sumber listrik.
Kerekan asli jenis ini dikembangkan oleh Abaraham
Maasdam Deep Creek, Colorado sekitar tahun 1919, dan
kemudian dikomersilkan oleh puteranya, Felder Maasdam,
sekitar tahun 1946 dan telah disalin oleh banyak produsen
dalam beberapa dekade terakhir.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Kesalahan saat penggunaan lever block, memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja.
Berikut petunjuk penggunaan lever block yang dan benar.
 Jangan menggunakan lever block untuk menarik
beban di permukaan tanah.

 Jangan mengangkat beban yang lebih besar dari


kekuatan angkat lever block.

 Jangan menggunakan lever block jika salah


satu part dari lever block ini rusak.

 Jangan menggunakan lever block


dengan posisi rantai tertekuk.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 Jangan mencoba mengangkat beban dengan dua
buah lever block.

 Jangan gunakan lever block jika penguncinya belum


terpasang dengan benar.

 Jangan menggunakan lever block dengan posisi


rantai menopang pada sebuah benda atau apapun
yang membuat rantai tidak berposisi tegak lurus.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 Jangan memberikan beban secara tiba-tiba pada
lever block.

Pemeliharaan yang perlu dilakukan terhadap lever block adalah:


 Sebelum dioperasikan, pastikan lever block dalam kondisi baik dan berfungsi normal.
 Periksa apakah terdapat rantai yang berputar atau tertekuk sebelum mengoperasikan
lever block.
 Jangan menggunakan lever block jika posisi rantai tertekuk, melilit, atau rusak. Jangan
memodifikasi panjang rantai atau menambah nilai breaking load rantai.
 Jangan mengelas rantai, hook, atau bagian lain dari lever block. Jauhkan lever block
dari elektroda las Selalu pastikan lever block terlubrikasi dengan baik, hindarkan dari
air dan benda yang berkarat. Jangan melumuri gemuk pada brake disk ataupun yang
kontak langsung dengan rem tersebut.
 Gunakan selalu sling yang tepat, pasang dengan cara yang tepat, serta pastikan hook
dan sling terkait dengan benar. Pastikan penguncinya telah terpasang dengan benar.
 Jangan pernah mengangkat beban dengan posisi rantai sampai paling ujung
jangkauan hoist.
 Pastikan alat-alat yang digunakan untuk men-support pengangkatan beban
menggunakan lever block kuat.
 Jangan mengoperasikan lever block dengan pandangan mata ke arah lain, dan jangan
pernah meninggalkan lever block dengan posisi masih mengangkat beban tanpa
pengawasan.
 Inspeksi lever block secara berkala, dan jangan menggunakan lever block jika
ditemukan kerusakan atau bagian yang tidak berfungsi dengan baik. Inspeksi rantai,
hook atas dan hook bawah apakah ada kerusakan atau tidak. Lakukan pemeriksaan
terhadap handle, grip ring, push ring, brake plate, retaining plate, dan hub. Lakukan
pemeriksaan juga pada gear cover, gear, side plate, pin, load sheave, dan pinion shaft.
 Jangan menghilangkan atau menghapus name tag yang terpasang pada lever block.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 Jangan melempar atau menjatuhkan lever block dari ketinggian dan hindari segala
sesuatu lainnya yang dapat membuat kerusakan pada lever block.
 Setelah menggunakan lever block bersihkan segala kotoran dan air yang menempel
pada lever block, hook, rantai, dan aksesoris lainnya untuk mencegah karat. Letakkan
lever block di tempat yang kering, jauh dari debu dan zat-zat kimia yang dapat
merusak material besi.

h. Chain Block
Chain block merupakan alat pengangkat manual sederhana yang menggunakan pulley
(roll), roda gigi (gear), rantai (chain), dan pengait (hook). Alat ini relatif kecil dan cocok
untuk berbagai jenis pengangkatan. Beban pengangkatan chain block dapat beragam,
mulai dari 0,5 ton sampai dengan 10 ton. Umumnya dipergunakan untuk pengangkatan
rendah dan juga dapat digunakan dengan hand overhead crane, fixed hoist crane dengan
rel tunggal kecil, dan lain-lain

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


i. Crane
Mobile crane dan overhead crane adalah alat angkat yang banyak digunakan pada
pekerjaan lifting.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengoperasikan mobile crane adalah:


 Dilarang mengoperasikan mobil crane selain operator/pemilik surat ijin.
 Periksalah kondisi lingkungan sekitar.
 Posisikan mobile crane pada tanah atau
pondasi yang kuat. Gunakan papan atau
balok untuk menahan jack/out trigger dari
kemungkinan amblas.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 Pastikan tekanan udara pada roda/tire
sesuai standar.

 Pastikan daerah ayunan mobile crane


(360o) dalam kondisi aman dan tidak ada
orang/barang di area tersebut.

 Saat mengoprasikan crane, jangan


mengangkat melebihi kapasitas mobile
crane, perhatikan standard Working
Radius/Lifting Height Chart.

 Pasanglah sling di tengah hook dan jaga keseimbangan beban untuk masing-masing
sling saat akan mengangkat barang.
 Jangan melambungkan boom dengan muatan di atas pekerja atau peralatan lain.

 Orang lain/pembantu operator mobile


crane dilarang berada di atas lantai bak
mobile crane sewaktu pemuatan/
pembongkaran, ataupun perjalanan
menuju lokasi kerja.

 Jaga posisi tangan dari kemungkinan terjepitnya tangan sling-sling pengikat.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


 Hentikan proses pengangkatan barang dan segara turunkan barang, saat mobile crane
mulai bergeser atau mulai amblas.
 Operator wajib dibantu oleh satu orang pembantu yang tahu tata cara memberi aba-
aba.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


4. Other
a. Installer Floating Seal
Merupakan tools yang digunakan untuk memasang floating seal.

b. Puller
Merupakan tools yang digunakan untuk membongkar berbagai macam jenis
komponen seperti bearing, gear, dan pulley.

c. Snap Ring Pliers


Merupakan tool yang digunakan untuk melepas dan memasang snap ring.

d. Trackers
Tracker adalah tools yang digunakan untuk melepas dan memasang gear.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


e. Block Alignment (Centering Bore)
Merupakan tools yang digunakan untuk meratakan sebuah benda.

f. H – Block
H- Block digunakan untuk melepas dan memasang sebuah komponen.

g. Instaler and Remover Undercarriage


Berfungsi untuk melepas dan memasang master pin, straight pins, bushing dan
sprocket pada undercarriage.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


B. Measurement and Inspection
1. Measurement Tools
a. Vernier Caliper
Vernier caliper atau yang sering kita kenal dengan nama sigmat atau jangka
sorong adalah sebuah alat ukur yang dapat dipakai untuk mengukur Outside
diameter, Inside diameter dan depth atau kedalaman celah. Vernier caliper ini
dapat mengukur dengan tingkat ke akuratan sampai dengan 0,05mm.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Aplikasi vernier caliper
 Mengukur outside dameter
 Mengukur inside diameter
 Mengukur kedalaman

b. Dial Gauge
Dial gauge adalah alat ukur yang mutlak ada saat kita melakukan overhaul, tools
ini sangat penting untuk mendapatkan data-data yang sangat critical, seperti :
endplay, backlash, bending, portision cylinder liner, valve shinking, dan
sebagainya.

Tingkat akurasi dial indicator adalah sbb :


Metric system : 0,01 mm atau 0,001 mm

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


English system : 0,001 in. atau 0,0005 in. atau 0,0001 in.
Aplikasi pengukuran dengan mengunakan dial gauge, contohnya untuk mengukur :
 End play,
 Back lash,
 Run out, dsb

c. Feeler Gauge
Feeler Gauges berupa baja–baja tipis seperti pisau (blade) yang mempunyai
ketebalan yang berbeda yang diikat pada salah satu ujungnya. Ketebalan blade–
blade tersebut dicantumkan langsung pada permukaan blade dan biasanya dalam
satuan English atau Metric. Ketebalan dari blade–blade tersebut antara 0,0015–
0,025 inch. Kegunaannya hampir sama dengan block gauge, tetapi Feeler Gauge
ini dalam skala kecil misalnya digunakan untuk mengukur keausan atau valve
clearance.

d. Push Pull Scale


Push pull scale adalah tools yang berfungsi untuk mengetahui gaya yang bekerja
pada objek dengan cara mendorong atau menarik objek yang bersangkutan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


e. Straight Ruller
Straight Ruller, banyak terlihat dari bahan stainless steel. Straight ruler dengan
metric system menggunakan satuan milimeter sedangkan untuk english system
menggunakan satuan inch.

f. Spring Tester
Merupakan tools yang digunakan untuk mengukur kekuatan spring ketika diberi
beban. Alat bantu yang dipakai ini biasanya mistar untuk mengukur
ketinggian/panjang spring ketika dibebani.

g. Oil leak tester


Merupakan tool yang berfungsi untuk memeriksa kondisi operasi piston pada
torqflow transmisi, selain itu tool ini juga bisa digunakan untuk memeriksa
kebocoran pada final drive case, atau untuk memeriksa kondisi dari floating seal
pada idler atau track roller. Untuk mengetahui kondisi-kondisi tersebut tool ini harus
mendapat suplay udara.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Gambar Oil Leak Tester
h. Pressure Gauge Group
Pressure gauge group digunakan untuk mengukur oil pressure, boost, dan fuel
pressure. Satuan pengukuran pada pressure gauge menggunakan PSI (Pounds Per
Square Inch), Kpa (Kilo pascal) dan kg/cm. Dimana dalam pengukuran harus
menggunakan gauge yang memiliki skala diatas tekanan yang akan diukur agar
tidak terjadi kerusakan gauge karena overload. Pada pressure gauge group
terdapat beberapa gauge dengan berbagai ukuran, yaitu 1500 mmHg, 10 kg/cm², 25
kg/cm², 60 kg/cm², 400 kg/cm², dan 600 kg/cm².

2. Inspection
Hydraulic oil is an important element because it acts as the medium to tranamit pressure.
It also plays an importent role as a coolant and lubricant for sliding parts.
As the hydraulic oil ls used, it becomas contaminated by the entry of dirt of water, ao the
condition of the oil is generally checked by the following four items: discoloration, watercom
tenk viscosity. And acidity[elklinitw. Of these, the items which most frequently lead to damage
of the equipment are water and contaminants causing dlscoloration.

 Discoloration
Hard particles{contaminants), such as particles of worn metal, sand or dirt cause wear or
scuffing of the sliding surface. They also advance the change to acidity of the hydraulic

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


oiL. Generally speaking, discoloration is expressed by NAS grade. The oil should be within
grade 10; it must be changed if it is above grade 12. Grade 11 and grade 12 can often be
reused if the oil is cleaned.
 Water content
If water gets into the hydraulic oil, the oil does not lubricate properly This leads to wear,
seizure and rusting of parts. The standard for water content is within 0.2% above this level,
the oil must be changed or cleaned.
 Cavitation
If air gets into the oil, it creates bubbles. When these bubbles burst there is sudden high
pressure at that point which causes noise or vibration. In particular, around the delivery
port of the pump. This causes damage by erosion
 Rise in oil temperature
If the oil is allowed to rise above the specified temperature, the viscocity will be reduce and
the delivery amount will drop because of internal leakage· In addition, The oil film will be
lost. Thereby causing wear and seizure. And Tt will also advance the change the hydraulic
oil.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Crack atau retak pada sebuah logam biasa terjadi karena beberapa faktor berikut :
a) Konsentrasi tegangan (Stress Concentration)
b) Cacat pengelasan (Welding defect)
c) Kurang perlakuan panas (Less heat treatment)
d) Kelelahan material (Fatique Material)

Metode untuk mendeteksi crack adalah seperti berikut :


1) Visual Check

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Pemeriksaan keretakan (crack) dengan Visual Check adalah merupakan cara yang
paling sederhana dan tidak memerlukan tools pendukung. Visual check ini cukup efektif
untuk mendeteksi awal adanya suatu crack pada material dikarenakan crack sebagian
besar terjadi pada permukaan luar dari permukaan material.
Tips untuk melakukan visual check :
a) Bersihkan permukaan benda sebelum melakukan pengecekan
b) Lakukan pada ruangan yang terang (cukup cahaya)
c) Gunakan mata secara langsung untuk menghindari pembiasan visual

2) Liquid Penetrant (Color Check /dye penetrant)


adalah metode pemeriksaan crack atau flaw pada material yang banyak dan umum
diterapkan secara luas karena sangat simple dan murah menggubakan liquid penetrant.
Metode ini dapat diterapkan pada semua bahan baik logam maupun non logam.
Tools/alat bantu yang digunakan adalah Color Check/Dye penetrant Prinsip kerjanya
adalah sistem capiler dimana cairan dengan tegangan permukaan rendah (penetrant)
akan merembes/menembus permukaan yang kering (developer) sehingga mebentuk
garis/guratan crack. Efektif untuk mendeteksi keretakan (crack/flaw) pada permukaan
akan tetapi tidak bisa mendeteksi flaw/cacat dikedalaman.

Gambar Liquid Penterant

Step 1
Siapkan color check (Dye penetrant) meliputi ;
 Cleaner  berwarna jernih/transparant
 Penetrant  berwarna merah
 Developer  berwarna putih

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Step 2
Bersihkan permukaan benda yang akan dicek dari kotoran dan pelumas, semprot
dengan Cleaner (bisa dilakukan pengulangan jika diperlukan).
Note : pastikan permukaan benda kerja yang akan di cek bersih dan kering sebelum
disemprot penetrant

Step 3
Semprot permukaan yang sudah bersih dan kering dengan penetrant secara merata dan
biarkan antara 5-20 menit.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Step 4
Bersihkan lagi permukaan benda yang akan dicek dari Penetrant, lap dengan kain
bersih yang dibasahi cleaner sampai penetrant tidak kelihatan
Tips : bisa dilakukan pembersihan dengan kain kering terlebih dahulu baru sisanya
dibersihkan dengan kain kering yang dibasahi cleaner

Step 5
Semprot permukaan yang sudah bersih dari penetrant dengan developer secara merata
dan biarkan antara 15-20 menit agar crack dapat terlihat semua.
Note : bagian yang crack akan memunculkan penetrant (merah) saat disemprot dengan
developer

3) Magnetic Particle (Magnetic crack detector)


Magnetic crack detector adalah sebuah metode pengecekan crack/flaw secara
magnetic (induksi) dengan dibantu dengan serbuk besi solid maupun liquid yang di

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


semprotkan ke permukaan yang sudah terinduksi oleh medan magnet .Tools/alat bantu
yang digunakan : magnetic crack detector dan serbuk besi (solid/liquid).

Kelemahannya : karena menggunakan power AC , maka penggunaanya terbatas , dan


tidak bisa mendeteksi flaw/cacat dikedalaman. Cara kerja crack detector
 Medan magnet di induksikan ke permukaan logam yang akan di check
 Setelah medan magnet terbentuk maka akan timbul kutub utara dan selatan bila
terjadi retakan atau rongga
 Semprotkan serbuk besi , maka serbuk tersebut akan menempel di celah tersebut

4) Ultrasonic (Ultrasonic flaw detector)


Ultrasonic flaw detector adalah metode pengecekan crack/flaw pada material
menggunakan gelombang ultrasonic. Metode ini sangat efektif untuk mendeteksi
flaw/cacat yang jauh di dalam material , dan dapat mendeteksi bentuk dan dimensi dari
flaws yang terjadi dengan lebih detail. Tools/alat bantu yang digunakan : Ultrasonic
Flaw Detector.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
BAB III
SERVICE BUSINESS PROCESS RE-ENGINEERING ( SBPR) FOR
OVERHAUL

Sebagai salah satu bentuk kontribusi Service Division terhadap tantangan perubahan Bisnis
UT, maka Service Division telah melakukan proses perubahan dan improvement dalam
operasionalnya. Melalui Project Transformasi yang menyeluruh di operation diharapkan Service
Division akan menjadi salah satu pilar Product Support menuju “Service Operational Excellence”
.
SBPR (Service Business Process Re-Engineering) merupakan sebuah perbaikan proses
bisnis yang sudah dilakukan oleh UT. SBPR terbagi menjadi FMC (Full Maintenance Contract) dan
Non FMC (NFMC). Pada lokasi site bisa terdapat dua macam SBPR tersebut, akan tetapi untuk
dicabang hanya menggunakan SBPR NFMC atau kita kenal dengan SBPR Branch.
Tujuan SBPR yang berada pada lokasi SITE adalah “Highest Physical Availability With
Lowest Lifetime Cost”. Tujuan ini dibuat agar unit customer yang diikutkan dalam Full Maintenance
Contract (FMC) selalu dalam kondisi yang prima, sehingga selalu menghasilkan revenue terhadap
UT. Tujuan SBPR adalah mendukung adanya UT GPS seperti yang teah diterangkan pada sub
bab sebelumnya.
Dengan kata lain kedua proses SBPR memiliki tujuan yang sama, yaitu kepuasan customer dalam
layanan UT terhadap unit-unit yang dibeli atau yang mempercayakan maintenance terhadap UT.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1. SBPR FMC

Project SBPR di site FMC memiliki tujuan “Highest Physical Avaibility with lowest lifetime
cost”. Untuk mencapai goal tersebut maka dibuatlah system yang diberi nama HOUSE (House Of
UT Service Excellent) seperti gambar diatas. Beberapa aspek yang menjadi latar belakang
program ini adalah Management infrastructure, Mindset, behavior & capabilities dan Technical
system.
Secara khusus latar belakang dari adanya SBPR adalah mengenai perbaikan dalam
pekerjaan service, order spare part yang belum memiliki standarisasi dan manajemen man power
di seluruh site dan cabang. Perbaikan yang dilakukan dalam program tersebut ada 3 tahap yaitu
Plan, Parts & Component serta Execution. Dari setap tahapan tersebut dibuat SOP-SOP dalam
proses pekerjaannya yng dikenal dengan istilah Workstream. Pada modul ini akan dibahas
mengenai SOP SBPR Cobra-O dan Panther-P.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
BAB IV
OVERHAUL PROCEDURE

A. Technical Term
1. Addendum
Jarak radial dari permukaan pitch ke bagian point paling luar gear teeth.

2. Adhesive
Adhesive atau bahan perekat adalah zat/bahan (substance) yang digunakan untuk
mengikatkan dua benda/zat padat sehingga mereka dapat digunakan sebagai satu
buah/bagian atau digunakan untuk menahan suatu gasket pada tempatnya. Pada mesin
otomotif, adhesive didesain untuk mengikatkan gaskets yang terbuat dari logam (metal), gabus
(cork), karet (rubber) dan fiber pada tempat¬nya sebelum asembli/pemasangan. Gasket
adhesives membentuk ikatan kuat bila digunakan pada permukaan yang kering dan bersih.
Adhesives tidak menolong kemampuan menyegel/menutup (sealing ability) dari gasket.
Mereka diperuntukkan hanyalah untuk menahan gaskets dengan kokoh ditempatnya pada
waktu pemasangan komponen.
3. Adjustment
Adjustments atau penyetelan-penyetelan adalah perubahan-perubahan yang diperlukan atau
diinginkan dalam celah-celah (clearances) atau setelan-setelan (settings). Selama sebuah mesin
ber¬jalan, part-part nya akan mengalami pengausan dan mungkin memerlukan adjustments

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


secara berkala/periodik. Adjustments juga seringkali diperlukan setelah pekerjaan servis.
Misalnya, setelah suatu servis kepala silinder (cylinder head service) atau servis klep /katup
(engine valve service), mekanik mungkin harus menyetel celah katup (valve clearance).
Adjustments juga dilakukan pada komponen¬komponen utama lainnya dari kendaraan.
4. Air Bleeding
Proses atau prosedur yang membuang/memusnahkan/menghilangkan udara (air) yang
terperangkap dalam saluran-saluran suatu sistem hidrolis (hydraulic system) atau fluid system:
sistem bahan bakar (fuel system), sistem pelumasan (lubricating system), sistem rem (brake
system), sistem pendinginan (cooling system), clutch atau power steering, biasanya dengan
membuka sebuah bleeder screw atau bleeder valve dan mengeluarkan/ membuang (draining)
sebagian dari fluida/cairan (fluid) atau mengoperasikan sistem untuk menghabiskan udara.
Bleeding atau banyak orang menyebutnya sebagai buang angina, pada suatu sistem hidrolis
harus dilaku¬kan jika pada waktu pekerjaan servis sambungan-sambungan (connections), part
apa saja atau hydraulic line telah dikendorkan atau dibuka. Ini dapat imemungkinkan udara
masuk kedalam sistem hidrolik. Pada beberapa sistem bahan bakar mesin diesel, bleeding yang
juga disebut venting dilakukan dengan mengeluarkan sebagian bahan bakar/solar atau
mengoperasikan sistem atau menghidupkan mesin untuk menghabiskan udara. Adanya udara
dalam sistem bahan bakar akan mempengaruhi pengantaran (delivery) bahan bakar ke suatu
fuel injector dan akan menyebabkan mesin berjalan kasar. Ini disebabkan karena udara dapat
dimampatkan. Bleeding sistem bahan bakar harus dilakukan apabila pada satu atau lebih
banyak silinder terdengar bunyi ketokan (rap) atau bila ada sambungan-sambungan kendor
atau setelah kehabisan solar atau mengganti saringan bahan bakar. Pada sistem pendingin
mesin, bleeding dimaksudkan untuk menjamin tidak adanya kantung¬kantung udara pada
air/coolant. Udara dalam sistem dapat mengurangi kemampuan pendinginan dan
menimbulkan kerusakan pompa air dan komponen yang lain. Setiap kendaraan mempunyai
prosedur bleeding spesifik millknya. Langkah-langkah bleeding yang dimuat pada buku
petunjuk pemeliharaan (owners manual/operating instruction manual/service manual)
kendaraan-kendaraan harus selalu diikuti.
5. Air Excess Ratio
Ketika bahan bakar di bakar di dalam silinder sebuah engine, bagaimanapun juga harus ada
kelebihan udara dari jumlah udara teori di atas yang harus disuplai ke dalam silinder, sebab
pada kenyataannya akan terdapat cukup banyak bahan bakar yang tidak ikut terbakar di dalam
silinder yang berakibat terbentuknya gas buang berwarna hitam. Jika berbicara mengenai
proses bersatunya oksigen dan carbon pada bahan bakar ketika terjadi proses pembakaran

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka sesungguhnya tidak semua oksigen dapat
menyatu dengan carbon. Oleh karena itu jika kita hanya mensuplai udara sebanyak kebutuhan
teori saja akan menyebabkan terdapatnya carbon yang tidak ikut terbakar. Hal tersebut
berakibat terjadinya pembakaran yang tidak sempurna. Agar semua bahan bakar dapat
terbakar dengan sempurna, maka harus terdapat kelebihan udara dari jumlah udara teori.
Istilah tersebut dinamakan dengan perandingan kelebihan udara (excess air ratio) atau sering
juga disebut dengan prosentase kelebihan udara (percentage of excess air).

6. Al – Alloy Piston
Piston yang terbuat dari bahan almunium alloy.
7. Angle Torque Methode
Metode pengencangan bolt yang ditentukan oleh besarnya sudut.
8. Axial Play
Gerakan shaft ke arah axial. Contoh: axial play pada shaft turbocharge.
9. Backlash
Backlash adalah kwantitas kelonggaran (looseness) atau kwan¬titas clearance atau kwantitas
play diantara dua part yang dapat digerakkan yang saling berhubungan seperti sepasang roda
gigi (gears). Gear backlash adalah kuantitas clearance diantara gigi-gigi yang bertautan dari dua
roda gigi. Perubahan sangat kecil pada backlash akan menyebabkan suatu perubahan nyata
dalam tooth contact.
10. Bearing Crushing
Bagian belakang dari bearing shell harus kontak dengan bearing cap, mencegah agar tidak
berputar, untuk itu bearing shell harus mempunyai protusion (crush height)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


11. Bending
Kebengkokan pada sebuah shaft terhadap titik sumbunya. Berhubungan dengan TIR (ada pada
shop manual engine standard value table).
12. Bend
Bending full length (TIR) = pembacaan nilai keseluruhan bending

Short bend: ½ dari TIR

13. Big End


Bagian paling bawah atau bawah dari struktur
connecting rod pada engine

Pada bevel gear adalah bagian dari lingkaran luar


yang mempunyai ukuran lebih besar.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


14. Block Allignment
Kelurusan boring diameter pada diameter crankshaft di bagian block engine.

15. Bolt Elastic Range (memanjang tetapi kembali ke ukuran semula)


Batas nilai deformasi elastis
(perubahan bentuk elastis) pada bolt.
Bolt yang mengalami gaya tarik akan
mengalami perpanjangan, tetapi bisa
kembali seperti semula bila
perpanjangan yang terjadi masih
dalam batas nilai deformasi elastisnya.
Perpanjangan bolt tidak bisa kembali
seperti semula bila perpanjangannya melebihi batas elastisnya (berada pada nilai plastis).

16. Bolt Plastic Range (memanjang ke ukuran tertentu)


Batas nilai performance plastic (perubahan bentuk tetap) pada bolt. Bolt plastic range
digunakan untuk metode pengencangan bolt sampai bolt mengalami deformasi plastis untuk
menghasilkan gaya pengikat
yang besar dan akurat.
Metode pengencangan yang
digunakan adalah “plastic
range turning angle” yaitu
pengencangan bolt dengan
metode pengencangan sudut
setelah terlebih dahulu diberi
pre-load dengan torque
methode. Pada pengencangan dengan torque methode gaya pengencangan kurang akurat
akibat adanya koefisien gesek.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


17. Center Of Tooth Contact
Tooth contact pada teeth gear yang berada di pusat modul yang berada diantara Toe dan Heel.

18. Cethane Number


Cetane number adalah suatu nilai yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
penyalahan dari fuel, dari suatu index yang penting pengaruhnya terhadap kemudahan untuk
menghidupkan engine dan pembakaran pada engine diesel putaran tinggi. Khusunya didaerah
dingin, suatu nilai cetane tinggi diperlukan untuk memudahkan starting, warming up dan
mengurangi timbulnya gas buang warna putih (white Smoke).
19. Chipping
Cacat pada komponen yang dikarenakan oleh terjadinya gompel/ cuil disebagian tempat
20. Crack
Keretakan yang terjadi pada komponen
21. Cleareance
Kwantitas jarak (space) atau celah yang ditentukan diantara dua komponen yang bergera atau
iantara satu p nen yang erera an satu p nen ta ergera isalnya space
iantara pist n an epala silin er ricti n earing an urnal s lea rance iasanya iu ur
dalam perseribu millimeter yakni microns
22. Coating Material
Terdiri dari: adhesive, gasket sealent, lubricant dan grease. Barang ini digunakan untuk proses
assembly dan diassembly.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


23. Counter Bore
Diameter dalam pada cylinder block, tempat persentuhan dengan cylinder liner.

24. Compression Ratio


Compression ratio adalah sebuah nilai yang merepresentasikan rasio volume combustion
chamber, yaitu volume combustion chamber saat piston berada pada titik mati bawah
dibandingkan volume combustion chamber saat piston berada titik mati atas
25. Cylinder Head Lapping
Proses perataan pada permukaan cylinder head.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


26. Cylindricity
Ketirusan suatu benda panjang bulat, perbedaan antara a, b dan c.

27. Dedendum
Jarak radial dari bagian dalam gear teeth melalui permukaan pitch.

28. Diesel Engine Knocking


Compression ratio (CR) berbeda-beda pada setiap engine. CR yang besar dibutuhkan engine
untuk mengkonversi lebih banyak tenaga dari campuran udara-bahan bakar yang disediakan
karena thermal efficiency-nya yang lebih tinggi. Tetapi CR yang besar akan mengakibatkan
knocking atau detonasi pada engine gasoline apabila menggunakan fuel dengan nilai oktan
yang lebih rendah.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


29. Direct Injection Engine
Direct injection type merupakan tipe cylinder head yang mana injector langsung
menyemprotkan bahan bakar ke dalam ruang bakar utama.
30. Disc of Wrap
Kerusakan pada disc (melengkung) pada sisi bagian diameter luar.
31. Disc Wear
Keausan pada komponen disc.
32. Discharge of Pump
Output flow yang dapat dihasilkan oleh sebuah pump.
33. Discoloration
Perubahan warna yang terjadi pada suatu komponen yang disebabkan oleh panas yang
diakibatkan oleh dua komponen yang saling bergesekan secara berlebih dan kurangnya
pelumas
34. Dish of Disc
Melengkungnya disc pada posisi bagian dalam
35. Efficiency
Istilah yang berarti memperbandingkan usaha/upaya (effort) yang digunakan dengan hasil-
hasil yang diperoleh. Atau dapat juga didefinisikan sebagai kerja efektif yang dihasilkan
dibandingkan dengan energi yang dikeluarkan dalam menghasilkannya. Untuk suatu mesin,
anda dapat menganggapnya sebagai outputdibagi dengan input. Efficiency biasa dinyatakan
dalam persentase.
36. End Play
End play adalah jumlah gerakan aksial (axial) dari sebuah poros (shaft) atau jarak sebuah poros
dapat bergerak memanjang kede-pan atau kebelakang atau dari ujung ke ujung atau
paralel/sejajar dengan sumbu putar/rotasi (axis of rotation) dalam case atau ru-mah-rumah
(housing) nya yang disebabkan karena clearance pada bantalan-bantalan (bearings) atau bos-
bos (bushings). End play yang juga disebut end float ditentukan oleh pabrikan dan diukur
dengan menggunakan dial atau thickness/feeler gauge yang me¬nentukan bagaimana
crankshaft bergerak memanjang.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


37. Engine Four Cycle
Engine 4 langkah adalah engine yang membutuhkan 4 langkah piston untuk menghasilkan 1
kali pembakaran. Empat langkah yang dimaksud adalah langkah hisap (intake), kompresi
(compression), usaha (power), dan buang (exhaust). Berikut adalah gambar keempat langkah
tersebut.

38. Engine Torque


Seperti tenaga (engine power), torsi mesin (engine torque) merupakan ukuran penting yang
lain dari kinerja mesin (engine performance). Power/horse power punya pengertian yang tidak
sama dengan engine torque. Horsepower adalah ukuran kemampuan mesin untuk melakukan
pekerjaan. Sedangkan engine torque menunjukkan kemampuan untuk membuat power.
Engine torque adalah kwantitas gaya putar (turning force) atau gaya puntir (twisting force)
yang suatu mesin hasilkan, yang didesakkan pada poros engkol (crankshaft) mesin. Poros
engkol sebuah mesin berputar disebab-kan karena gaya (force) yang dikerahkan pada piston

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


ketika langkah kerja (power stroke), yang ditransfer ke crankshaft melalui connecting rod.
Engine torque adalah produk dari gaya total yang dikerahkan pada kepala-kepala piston
disebabkan karena tekanan-tekanan pembakaran (combustion pressures) saat langkah kerja
yang menekan piston-piston, dan jari-jari engkol (crank radius), yakni T = F x r dimana, F = gaya
(force) = P x A, P = tekanan pembakaran, A = area puncak piston (piston crown), r = jari-jari
engkol. Unit metric untuk mengukur engine torque adalah Newton meters (N.m) atau kilogram
meters (kg-m). Menu rut english system, engine torque dinyatakan dalam pounds-feet (lbsft).
1 N.m= 7,233 kg-m atau = 0,738 lbs-ft. Engine torque bergantung pada volumetric efficiency
dan combustion pressure. Lebih tinggi volumetric efficiency dan lebih tinggi combustion
pressure, torque lebih besar. Torque meningkat pada tingkat kecepatan menengah dan
kemudian menurun pada kecepatan-kecepatan tinggi. Torque maksimum akan terjadi jauh
sebelum kecepatan mesin (rpm) puncak karena tekanan silin-der maksimum tidak terjadi pada
rpm puncak tetapi pada kecepatan yang jauh lebih rendah. Ini disebabkan karena biasanya
pada kecepatan tinggi terjadi berbagai inefisiensi. Torque dapat diukur oleh suatu
peranti/instrumen tes yang disebut engine dynamometer.
39. Expand Fit
Mengkondisikan sebuah komponen untuk membesar (expand) agar pas pada tempatnya.
Contoh: pin yang didinginkan terlebih dahulu, agar mudah dipasang. Dan dalam waktu
tertentu akan membuat komponen tersebut kembali ke bentuk semula
40. Face Run – Out
Kerataan permukaan suatu benda yang berputar.

41. FCD - Piston


Piston yang terbuat dari bahan Ferro Cast Ductile
42. Fillet Radius
Ukuran sudut crankshaft.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


43. Flatness
Kerataan suatu permukaan.

44. Free Length of Spring


Panjang spring kondisi tanpa beban.

45. Fuel Consumption Ratio


Nilai rata-rata banyaknya penggunaan bahan bakar (dalam satuan gram) untuk menghasilkan
setiap tenaga 1 HP selama 1 jam, pada saat engine menerima beban maksimum. Fuel
consumtion ratio menggunakan satuan (gr/HP.h)
46. Gasket Sealant
Gasket sealant berfungsi untuk menutup kebocoran dan lebih efektif dari pada gasket biasa,
karena kontak metal ke metal lebih rapat, hanya mengisi jalur yang bocor.
47. Honning
Proses pembuatan kekasaran suatu permukaan tabung.
48. Horse Power
Horsepower biasa disingkat HP yang di Indonesia biasa disebut tenaga kuda (TK) atau daya
kuda (dk) adalah suatu ukuran tenaga mekanis (mechanical power). Istilah ini pertama kali
digunakan oleh James Watt selama dia mencoba membandingkan tenaga dari mesin uap

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


(steam engine) yang diciptakannya dengan tenaga seekor kuda. James Watt (1736 -1819)
adalah seorang insinyur (engineer) berkebangsaan Skotlandia.
49. Hydraulic Control System
Suatu sistem yang memanfaatkan fluida sebagai media pemindah tenaga.
50. In-Direct Injection Engine
Engine yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar tidak langsung. Dimana bahan bakar
tidak secara langsung kedalam ruang bakar tetapi bahan bakar diinjeksikan terlebih dahulu ke
ruang bakar muka (Pre Combussion Chamber)
51. Initial Pressure
Tekanan awal yang terbentuk didalam transmisi clutch pada saat disc dan plate mulai engage.
52. Install
Sebutan untuk kegiatan pemasangan komponen mayor pada sebuah unit.
53. Installation Length of Spring
Panjang dari suatu spring setelah dilakukan pemasangan pada dudukannya.
54. Installation Load of Sping
Panjang akhir dari suatu spring dalam kondisi terpasang pada dudukannya, kemudian diberi
beban yang sesuai dengan standar.
55. Interconnected Control
Panjang akhir dari suatu spring dalam kondisi terpasang pada dudukannya, kemudian diberi
beban yang sesuai dengan standar.
56. Interferrence / Fitting Clearance
Jarak masuknya shaft ke hole pada suaian sesak. Contoh: antara cylinder liner dengan cylinder
block.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


57. Internal Combustion Engine
Internal combustion engine yang juga sering ditunjukkan sebagai IC engine atau disingkat
sebagai ICE atau sering disebut sebagai engine saja atau dalam istilah teknis Indonesianya
populer disebut motor pembakaran dalam atau motor bakar atau biasa disebut me¬sin adalah
suatu combustion/heat engine yang pembakaran bahan bakarnya terjadi dalam ruang bakar
dibagian dalam mesin (machine) nya sendiri. Machine pensuplai enerji mekanis/tenaga ini
memproduksi tenaga (power) yang diperlukan untuk menggerakan kendaraan melalui
serangkaian reaksi kimia diantara udara (air), bahan bakar (fuel) dan panas (heat) dalam suatu
ruang bakar. Ke¬tiga unsur kunci ini adalah fundamental dan mesin tidak akan ber-operasi
tanpa salah satu darinya yang mana saja. Bahan bakar mengandung potential energy untuk
mengoperasikan mesin, udara yang mesin gunakan dalam proses pembakaran mempunyai
oksi¬gen (oxygen) didalamnya yang diperlukan untuk pembakaran dan panas diperlukan untuk
memulai pembakaran. Kwantitas tenaga yang diproduksi bergantung pada kuantitas udara,
bahan bakar dan panas. Jika semua silinder mesin memproduksi power yang sama, maka
mesin akan berjalan halus (smooth). Untuk itu, semua silin¬der mesin harus menerima
kwantitas udara, bahan bakar dan pa¬nas yang sama. Supaya sebuah mesin beroperasi dengan
efisien, kwantitas/jumlah bahan bakar yang tepat harus dicampur dengan jumlah udara yang
tepat dalam ruang bakar mesin yang tertutup rapat (sealed) dan campuran udara bahan bakar
yang mudah ter¬bakar ini (combustible mixture) harus dinyalakan oleh kwantitas panas yang
tepat pada saat yang tepat. Mesin memproduksi power dengan membakar combustible
mixture didalam mesinnya sendiri dalam ruang-ruang bakar mesin. Kwantitas/jumlah power
yang di¬produksi bergantung pada kwantitas bahan bakar, udara dan pa¬nas. Mesin
beroperasi melalui gaya-gaya (forces) yang ditimbulkan gas-gas yang mengembang dalam
ruang-ruang bakar. Gas-gas ini adalah produk dari pembakaran combustible mixture. Pada
internal combustion engine pembakaran combustible mixture mengakibat¬kan ekspansi gas-
gas yang mengembang dalam ruang-ruang bakar, menimbulkan sejumlah tekanan pembakaran
yang tinggi didalam mesin. Tekanan ini mengakibatkan mesin menghasilkan power yang terus
menerus untuk menggerakkan kendaraan. Letusan combusti¬ble mixture disebabkan oleh
ekspansi yang cepat dari campuran (mixture) disebabkan karena panas. Pada mesin bensin,
panas dari bunga api /percikan listrik (electric sparks) yang diproduksi oleh sistem
penyalaan/pengapian listrik menyalakan combustible mix¬ture. Pada mesin diesel, panas dari
udara sangat mampat dalam ruang bakaratau heat of compression menyalakan bahan bakar.
IC engine yang sukses, pertama kali secara komersial diciptakan oleh seorang Perancis
bernama Jean Joseph Lenoir pada tahun 1860. Tahun 1866 seorang Jerman bernama Nicholas

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


August Otto mem¬buat terobosan penting sekali yang menimbulkan mesin modern yang kita
kenal dewasa ini. Dia mendisain mesin empat langkah (four stroke cycle engine) komersil yang
pertama. Kontribusinya demikian penting hingga four stroke-five event cycle of operation yang
digunakan pada banyak mesin masih menggunakan namanya dan cycle ini dinyatakan sebagai
Otto cycle. Mesin (internal com¬bustion engine) terdiri dari dua tipe yakni reciprocating engine
dan rotary engine. Reciprocating engine juga dikenal sebagai piston engine atau mesin piston.
Mesin piston dapat berjalan halus jika semua silinder mesin menghasilkan kwantitas power
yang sama. Jadi semua silinder dalam suatu mesin harus menerima kwantitas bahan bakar,
udara dan panas yang sama. Mesin yang digunakan pada kebanyakan mobil dan tipe
kendaraan-kendaraan otomotif modern lainnya saat ini seperti bis-bis dan truk-truk adalah
suatu internal combustion engine. Kebanyakan mesin otomotif ini adalah four stroke internal
combustion engine.
58. Internal Leakage
Kebocoran fluida atau udara yang terjadi pada sistem hydraulic, pnuematic dan sistem
sejenisnya. Besarnya internal leakage mempunyai toleransi, bila terlalu besar akan
mengakibatkan sistem abnormal.
59. Long Stroke Engine
Engine yang memiliki panjang langkah dari TDC ke BDC lebih besar dari ukuran diameter
silindernya, atau panjang langkah dibanding diameter cylinder > 1.
60. Low Emission Engine
Isitilah untuk engine yang memiliki keramahan terhadap lingkungan, khususnya pada kondisi
udara sekitar unit beroperasi.
61. Lubricant LMP
Digunakan untuk mencegah terjadi berkurangnya ukuran atau lecet pada ulir, linkage, bearing
dan lain-lain.
62. Multi Disc
Termasuk dalam brake tipe disc. Brake tersebut terdiri dari disc dalam jumlah lebih dari satu.
63. Natural Aspirated Engine
Engine yang menggunakan sistem pemasukan udara kedalam ruang bakar secara alami yaitu
dengan menggunakan gaya hisap akibat kevakuman yang ditimbulkan oleh gerakan piston dari
TDC ke BDC
64. Noise
Kondisi dimana terjadinya suara yang tidak normal (berisik) ketika benda berputar atau
bergerak

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


65. Over Size
Ukuran perbesaran lubang dari diameter standarnya. Contoh: Liner.
66. Parking Brake
Fungsi parking brake untuk menjaga unit tidak bergerak saat unit diparkir.
67. Parking Brake Solenoid

68. Permissible Value


Batas nilai yang iizin an (istilah aru ‘ u ge ent criteria’)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


69. Piston Off – Set
Piston offset adalah ketidak sejajaran sumbu dari piston dengan sumbu dari piston pin
tujuannya untuk mengurangi keausan abnormal yang disebabkan gesekan antara piston
dengan liner saat bergerak naik turun/engine hidup.
70. Piston Stroke
Langkah piston dari TDC ke BDC.
71. Pitting
Cacat yang terjadi karena proses corrosif atau karat, biasanya terjadi pada outer cylinder liner
atau rod cylinder hydraulic.
72. Pre-load
Adalah beban awal/axial yang sengaja diberikan pada saat pemasangan tapper rolling bearing
dengan tujuan untuk mendapatkan bearing clearence.

73. Pitting
terjadinya pengelupasan material (removal material) pada bagian permukaan
74. Press Fit
Pemasangan antara shaft dengan lubang
75. Protrussion
Ketinggian cylinder liner terhadap cylinder block.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


76. Pump Efficiency
Kemampuan sebuah pump untuk menghasilkan flow sesuai dengan kapasitas suction pump
tersebut. Semakin besar efisiensi, semakin baik pula kualitas sebuah pump.
77. Radial Run - Out
Naik turunnya shaft pada saat berputar.

78. Refilling
Kegiatan pengisian ulang.
79. Remove
Kegiatan pelepasan major komponen pada sebuah unit. Contoh: remove engine pada PC200-8
80. Repair Limit
Batasan ukuran dari suatu komponen yang dipergunakan karena mengalami perubahan
ukuran (keausan). Apabila komponen tersebut mencapai ukuran repair limit, maka komponen
tersebut harus di repair atau di ganti.
81. Roundness
Kebundaran dari suatu material yang bundar, perbedaan antara X dan Y
pada suatu lingkaran.
82. Scratch
Cacat yang terjadi pada komponen karena tergesek oleh benda asing
atau adanya komponen yang terkelupas.
83. Short Stroke Engine
Panjang langkah piston pada engine dari titik mati bawah sampai titik mati atas lebih pendek
dibanding bore (diameter) cylinder.
84. Shrink Fit
Metode untuk memasang komponen suaian press-fit. Contoh: Cam Gear dan Shaftnya.
85. Single Disc
Termasuk didalam brake tipe disc. Brake tipe ini hanya memiliki satu buah disc untuk
mendukung sistem pengeremannya.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


86. Small End
Bagian paling atas atau bawah dari struktur connecting rod pada engine.
Pada bevel gear mempunyai maksud bagian dari lingkaran yang berukuran lebih kecil
87. Speed Ratio
Speed Ratio adalah perbandingan antara speed output dengan speed input.
88. Splash Lubrication
Melumasi dengan cara tercelup sebagian, hingga sebagian oli terbawa (memercik) ke bagian
komponen yang tercelup tadi.
89. Spring Pitch
Jarak antar lingkar spring.

90. Square Stroke Engine


Engine yang memiliki panjang langkah (dari TDC ke BDC) sama dengan diameter cylindernya.
91. Stall Speed
Kecepatan putar (RPM) engine pada saat torque converter stall. Stall adalah saat turunnya
putaran engine karena adanya beban.
92. Standard Clearance
Celah bebas yang diizinkan antara dua komponen yang masih baru atau yang telah direpair.
Standar tersebut memiliki nilai maksimum dan minimumnya.
93. Standard Range
Batas atas sampai batas bawah nilai dari sebuah toleransi.
94. Standard Size
Batas nilai standar yang diperbolehkan untuk dipakai.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


95. Supercharged Aspirated Engine
Engine yang memanfaatkan gas buang untuk memutarkan turbocharge yang membantu
penghisapan udara kedalam cylinder, sehingga udara yang masuk kedalam cylinder dipaksakan
agar berat udara per-satuan volumenya bertambah.
96. Tolerance
batas penyimpangan ukuran yang masih diizinkan sesuai dengan tingkatannya, yang masih
dapat memenuhi kebutuhan secara fungsi, konstruksi maupun hal teknis lainnya.
97. Torque Absorbtion of Pump
Besarnya torque engine yang diserap oleh pump.
98. Torque Ratio
Torque Ratio adalah perbandingan antara torque output dengan torque input.
99. Torque Sequence
Adalah urutan pengencangan dengan menggunakan torque wrench.
100. Total Piston Displacement
Piston displacement adalah volume di dalam cylinder piston engine terhadap gerakan
reciprocatingnya dari posisi top dead centre (TDC) ke bottom dead centre (BDC). Besarnya
volume tersebut disebutkan dalam satuan cubic centimetres (cc or cm3), litres (l). Sehingga
total piston displacement adalah jumlah seluruh volume cylinder piston di satu engine.
101. Twist
Puntiran yang terjadi pada komponen sehingga sumbunya tidak sejajar lagi
102. Two Way Valve
Two Way Valve atau yang biasa kita kenal dengan sebutan TWV pada engine CRI. TWV berlaku
sebagai aktuator (menjadi satu dengan injektor pada sisi atas) pada fuel system dan berfungsi
berpasangan dengan controller untuk mengatur jumlah bahan bakar yang masuk melalui
injektor ke dalam ruang bakar.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Dalam istilah brake system pneumatic yaitu berfungsi mencegah aliran udara bertekanan ke
salah satu brake valve pada saat valve yang lain ditekan.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


103. Under Size
Ukuran yang kurang dari standar diameternya. Contoh: crankshaft.

104. Valve Grinding / Skuir


Proses meratakan antara permukaan valve lip dan valve seat.
105. Valve Over Lapping
Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan
pembilasan gas bekas di dalam cylinder. Hal ini terjadi
pada saat exhaust valve belum tertutup dan intake
valve sudah terbuka.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


106. Valve sinking
Jarak masuknya bibir valve terhadap cylinder head.

107. Width Contact


Presentase dari lebar contact pada teeth gear dari titik center.

B. Preparing
1. Tools
Tools yang digunakan ini berdasarkan acuan shop manual. Sebagai contoh adalah
tools yang digunakan untuk overhaul control valve.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


2. Document
a) Shop Manual
Shop Manual disiapkan oleh principal agar pengguna unit bisa mengerti system yang
ada didalamnya dan perlakuan apa saja yang harus dilakukan, beberapa isi dari shop
manual adalah sebagai berikut :
- Index and Foreword
Dibagian ini menjelaskan shop manual list, table of content, safety and basic
information, seperti table torque yang di butuhkan untuk sebuah setiap ukuran
bolt ada disini.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


- Spesification
Bagian ini menjelaskan tentang spesifikasi yang ada di unit, seperti contohnya
kita ingin mengetahui berapa berat total unit, atau pun untuk mengetahui
jangkauan maksimal dari unit, kita bisa membaca / melihatnya pada bagian ini.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


- Standart Value And Table
Pada bagian ini anda akan menemukan beberapa setting nilai seperti
pressure,rpm,suhu,dll, di mana setting tersebut menjadi acuan dasar kondisi
unit saat kita akan lakukan PM Clinic.

- Testing And Adjusting


Pada bagian ini menjelaskan intrument apakah yang digunakan saat
melakukan pengukuran untuk komponen tertentu dan bagaimana metodenya
untuk melakukan pengukuran tersebut, kriteria apakah komponen itu bisa di
katakan bagus atau tidaknya ada pada bagian ini.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


- Troubleshooting
Pada bagian ini menjelaskan bagaimana cara mencari komponen yang
bermasalah dan bagaimana cara memperbaikinya.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


- Disassembly and Assembly
Pada bagian ini akan di jelaskan spesial tools dan procedure untuk proses
pelepasan, pemasangan, pembongkaran, dan perakitan untuk masing-masing
komponen .

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


- Diagram and Drawing
Pada bagian ini akan berupa gambar sirkuit yang terdiri dari hydraulic sirkuit dan
electrik sirkuit, dimana nantinya diagram ini akan digunakan untuk
troubleshooting dan jika kita akan mencari alur dari sebuah system.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Component overhaul memerlukan penjelasan Maintenance Standard pada shop manual,
hal ini penting sekali apabila belum ada QA Sheet ketika proses overhaul. Dibawah ini
contoh maintenance standard component overhaul control valve.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Maintenance Standard

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
b) Panduan Kualitas Kerja (PK2)
Panduan kualitas kerja dibuat berdasarkan materi pembahasan masing-
masing tim sesuai dengan kondisi dan tuntutan pengkajian materi yang
bredasarkan pengamatan dan masukan dari seluruh cabang dan site. Buku ini
berisi tentang hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
maintenance, overhaul, repair dan troubleshooting dengan tujuan:
1) Kualitas lebih baik
2) Cost lebih rendah
3) Lead time pekerjaan lebih singkat
4) Dalam melakukan pekerjaan lebih aman dan nyaman

c) Quality Assurance Sheet (QA)


QA Sheet adalah lembar kerja yang digunakan sebagai dokumen evidence
dan panduan kualitas pada saat melakukan pekerjaan. QA Sheet dibuat oleh QA
Officer HO, QA Cabang /Site dan Supervisor. Adapun pembuatan QA Sheet harus
terlebih dahulu divalidasi oleh team QA Officer HO sebelum diimplementasikan di
seluruh cabang/site. QA Sheet dibuat berdasarkan referensi dari Shop Manual,
Part Book, PSN, Factory Campaign / Technical Information. QA Sheet wajib diisi
oleh setiap mekanik yang melakukan pekerjaan dan divalidasi oleh supervisor.

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1) QA 10 (Check Sheet Maintenance)
QA 10 terdiri dari dua macam : QA 10 Inspection & QA 10 Maintenance.
Check sheet ini terbagi dalam beberapa zona pembagian kerja (area
pekerjaan). Berisi tentang point pelaksanaan dalam melakukan inspection dan
maintenance unit. Tujuan : Memberikan petunjuk kepada mekanik dalam
melakukan periodic maintenance dan periodic inspection unit.
2) QA 8 (Check Sheet Petunjuk Pelaksanaan)
Berisi tentang petunjuk mengenai metode pelaksanaan suatu langkah kerja
yang terdiri dari preparation dan proses pekerjaan. Tujuan : Membantu
pelaksana untuk dapat mengerjakan suatu pekerjaan.
3) QA 7 (Check Sheet Penerimaan)
Berisi tentang hal-hal yang dilakukan dalam tahap penerimaan dari suatu
komponen. Tujuan : Mendata unit / component IN secara visual kelengkapan
komponen & kondisinya dan merupakan referensi recommended parts &
kelengkapan komponen setelah proses overhaul.
4) QA 6 (Check Sheet Pembongkaran)
Berisi tentang hal – hal yang terkait dengan proses pembongkaran dari suatu
komponen.
Tujuan : Menuntun pelaksana dalam proses pembongkaran, mendata kondisi
parts hasil pembongkaran dan sebagai referensi saat order parts.
5) QA 5 (Check Sheet Pemeriksaan Dan Pengukuran)
Berisi tentang hal – hal yang berkaitan dengan proses pemeriksaan dan
pengukuran dari komponen yang dioverhaul.
Tujuan : Memberikan petunjuk / menuntun pelaksana mengevaluasi
komponen dalam hal : Komponen apa saja yang harus diperiksa dan diukur,
bagian mana saja yang harus diperiksa dan diukur dan mendata dari hasil
pengukuran komponen yang diukur.
6) QA 4 (Check Sheet Pemasangan)
Berisi tentang hal – hal yang berkaitan dengan tahapan proses assembling
dari suatu komponen. Tujuan : menuntun pelaksana dalam proses assembling
dan mendata hasil pelaksanaan assembling.
7) QA 4A (Check Sheet Pemasangan / R&I)
Berisi tentang hal – hal yang berkaitan dengan tahapan proses Assembling /
Install (R&I) dari suatu komponen. Tujuan : menuntun pelaksana dalam
proses assembling (R&I) dan mendata hasil pelaksanaan assembling (R&I).
8) QA 3 (Check Sheet Pengujian)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Berisi tentang tahapan dalam proses pengujian performance dan data hasil
test dari suatu komponen. Tujuan : menuntun pelaksana dalam proses
pengujian suatu komponen dan mendata hasil pengujian.
9) QA 2 (Check Sheet Periksa Akhir Foreman / Inspector)
Berisi tentang hal – hal yang perlu diperiksa oleh foreman / inspector baik
pada tahap persiapan pengujian , tahap pengujian , maupun tahap persiapan
delivery. Tujuan : Foreman atau Inspector dapat mengikuti setiap proses
pekerjaan untuk hal – hal yang dianggap critical point.
10) QA 1 (Check Sheet Periksa Delivery Supervisor)
Berisi check list tentang hal – hal dan kelengkapan yang perlu diperiksa oleh
supervisor saat delivery. Tujuan : Sebagai evidence kondisi komponen yang
akan didelivery agar Supervisor terlibat langsung untuk melakukan
pengawasan / pengendalian dan bertanggung jawab pada komponen siap
pakai (RFU) atau yang akan didelivery.

d) Part Recommendation
Part reccomendation ketika melakukan pembongkaran berdasarkan hasil
pengukuran apakah masih masuk standard value/ standard limit atau sudah
melebihi. Panduan ini berdasarkan QA 5 atau Maintenance standard pada shop
manual.

C. Overhaul Procedure
Kompetensi yang akan dibahas pada modul Hydraulic and Attachment Small Excavator
berdasarkan konversi kompetensi yang telah disepakati oleh Komite Service Division
diantarananya :
 Resealing Water Pump

Daftar Lampiran pada halaman selanjutnya adalah:


1. Lampiran Form SBPR
2. Lampiran Form QA Sheet
3. Lampiran Overhaul Procedure dari Shop Manual bagian Assembly dan
Disassembly

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


LAMPIRAN FORM QA
SHEET

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI
LAMPIRAN OVERHAUL
PROCEDURE DARI SHOP
MANUAL BAGIAN
ASSEMBLY DAN
DISASSEMBLY

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


1. Removal
a) Remove Water Pipe (1)

b) Remove Stopper (2) and then slide bypass tube (3) upward
c) Remove water pump assembly (4)

2. Installation

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI


a) Install Water pump assembly (4)
b) Slide bypass tube (3) down and then fix it using stopper

c) Install water pipe (1)

Technical Training Department COHWP/SAA6D170/MDM/15/07/DMI

Anda mungkin juga menyukai