Anda di halaman 1dari 44

METALURGI LAS

Teknik Mesin
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Mohammad Muslimin Ilham, MT.


Metalurgi LAS
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian
logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Karena
proses ini maka logam di sekitar lasan mengalami siklus termal
cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-tegangan termal.
Hal-hal ini sangat erat hubungannya dengan ketangguhan, cacat
las, retak dan lain sebagainya yang pada umumnya mempunyai
pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi yang dilas.
Materi kali ini akan membahas sifat-sifat baja lunak dan baja
kuat di mana sifat-sifatnya dapat berubah karena terjadinya panas
pengelasan. Pembahasan-pembahasan yang dilakukan didasarkan
dan dipandang dari sudut metalurgi.
Sub Bab yang Dibahas

1. Baja Dalam Pengelasan.

2. Siklus Termal Daerah Lasan.

3. Ketangguhan Daerah Las.

4. Retak Pada Daerah Las.


Baja Dalam Pengelasan
1.1 Struktur Mikro dan Sifat-sifat Mekanik :

Pada umumnya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan


pendinginannya dari suhu daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena
perubahan struktur ini maka dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang
dimiliki juga berubah. Hubungan antara kecepatan pendinginan dan struktur
mikro yang terbentuk biasanya digambarkan dalam diagram yang
menghubungkan waktu, suhu dan transformasi yaitu "Continuous Cooling
Transformation" dan disingkat menjadi diagram CCT. Kekuatan baja ferit-
perlit terutama batas luluhnya sangat tergantung pada ukuran butir ferit.
Hubungan ini oleh Hall-Petch dirumuskan dalam persamaan berikut:
=+Κ.
Dimana :
= batas luluh K = Konstanta
D = besar butir
Baja Dalam Pengelasan

Gambar 3.1 Diagram pendinginan kontinu atau diagram CCT ( baja ASTM 4340)
Baja Dalam Pengelasan
1.2 Baja Lunak.
Kelompok baja ini biasanya mempunyai kekuatan tarik antara 40 sampai 50 kg/mm
dan pada umumnya dalam bentuk hasil pengerolan. Baja ini mempunyai sifat-sifat
pengerjaan dan kekuatan yang sangat baik. Berdasarkan standar-standar yang ada
biasanya baja lunak dikelompokkan dalam baja rol panas untuk konstruksi umum
dan baja rol panas untuk konstruksi las. Perbedaan antara kelompok kedua, terhadap
kelompok pertama adalah bahwa pada kelompok kedua batas kadar karbon
maksimum ditentukan dengan ketat untuk menjamin sifat mampu las dari baja
tersebut. Ada spesifikasi baja lunak menurut standart JIS (Japan International
Standart) yaitu campuran antara struktur ferit perlit yang pada proses pembuatannya
selalu diusahakan agar kadar C, P, S, O, dan N2 rendah sehingga sifat tumbuknya
lebih baik.
Baja-baja lunak ini mencakup baja-baja untuk ketel, bejana tekan dan penggunaan
pada suhu tinggi. Untuk pemakaian pada suhu tinggi baja harus sejauh mungkin
bebas dari nitrogen dengan jalan menambahkan Al sehingga N terikat sebagai AlN.
Karena hal ini maka untuk pelat-pelat baja ketel selalu ditambah Al dengan kadar
yang dibatasi sehingga tidak melebihi 300 gram untuk tiap ton baja cair.
Baja Dalam Pengelasan
1.3 Baja Kuat.
Kelompok baja ini meliputi baja-baja dengan kekuatan tarik dalam
keadaan rol antara 50 sampai 80 kg/mm, yang diberi tanda dengan huruf
BJ yang diikuti oleh kekuatannya, misal BJ 50 dan BJ 80. Baja-baja
dalam konteks kekuatan 50 kg/ biasanya digunakan untuk rangka-rangka
baja dalam konstruksi kapal dan konstruksi umum lainnya sedangkan
baja dengan kekuatan 80 kg/mm digunakan untuk jembatan, bejana tekan
dan lain-lainnya. Beberapa spesifikasi baja kuat berdasarkan JIS (Japan
International Standart). Untuk selanjutnya baja kekuatan tinggi ini akan
dikelompokkan berdasarkan proses pembuatannya
Baja Dalam Pengelasan
(1) Baja-baja Rol

Pengaturan dalam proses pengerolan sangat membantu dalam pembuatan baja


untuk mendapatkan kekuatan tarik dan takik yang tinggi. Baja pelat rol biasanya
dihasilkan dengan mengerol cepat slab yang telah dipanaskan sampai suhu C.
sehingga baja yang dihasilkan mempunyai kekuatan takik vang rendah. Bila
diminta untuk menghasilkan baja dengan ketangguhan yang tinggi maka
pengerolan harus dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, Pengerolan akhir
untuk baja ini sekitar 700°C, yaitu suhu daerah campuran austenit dan ferit.
Untuk memperbaiki sifat baja kadang-kadang ditambahkan unsur V dan Nb
sebanyak 0,02% sampai 0,08%, yang akan mempertinggi kekuatan baja dengan
membentuk endapan halus VN dan NbC pada waktu terjadi transformasi austenit
ke ferit sesaat setelah pengerolan selesai. Baja-baja pelat rol biasanya digunakan
untuk baja konstruksi dengan kekuatan tarik antara 50 sampa 60 kg/mm.
Baja Dalam Pengelasan
(2) Baja Normal Dan Baja Normal-Temper.
Baja normal dan baja normal-temper pada dasarnya adalah baja dengan struktur mikro
ferit-perlit dengan kekuatan tarik sekitar 60 kg/mm2. Perbedaan baja ini terhadap baja rol
biasa adalah bahwa walaupun dalam proses pembuatannya menjalani pengerjaan panas
pada suhu 900°C yang menurunkan kekuatan dan keuletan, sifat-sifat tersebut masih dapat
diperbaiki dengan perlakuan panas. Perlakuan panas ini dinamakan penormalan. Kadang
kadang setelah penormalan masih diikuti dengan pemanasan di bawah temperatur
transformasi dan diikuti dengan pendinginan dengan kecepatan tertentu. Proses kedua ini
dinamakan penemperan, Baja dalam kelompok ini biasanya selalu mengandung unsur Al
yang dapat mengendapkan gas nitrogen dalam bentuk Al N pada proses transformasi ferit-
austenit. Sifat yang baik lainnya dari baja ini adalah tidak mudah mengeras karena
peregangan atau deformasi.
Karena sifat-sifat yang baik seperti disebutkan di atas maka baja ini banyak digunakan
untuk kapal-kapal tangki minyak kasar, bajana-bejana tekan dan lain sebagainya. Pelat-
pelat baja normal dan baja normal-temper yang dapat dihasilkan dengan tanpa
penambahan unsur khusus, berdasarkan JIS hanya sampai SM 53. SM 53 C atau SPV 36.
Untuk baja dengan kekuatan yang lebih tinggi perlu adanya sedikit penambahan unsur-
unsur Mo, V dan lain-lainnya. Unsur-unsur ini akan menaikkan karbon ekivalen dan
menurunkan sifat mampu-las. Karena hal ini maka pembuatan pelat baja dengan kekuatan
58 kg/mm2 (SM 58) atau lebih, sering sekali harus menggunakan proses penemperan.
 
Baja Dalam Pengelasan
(3) Baja Celup Dan Temper
Baja-baja kuat yang memerlukan kekuatan 60 kg/mm atau lebih, seringkali
harus mengalami proses celup dan temper. Celup adalah proses perlakuan
panas dengan mendinginkan baja dari suhu austenit ke suhu kamar dengan
mencelupkan ke dalam air atau minyak. Proses celup dan temper biasanya
dilakukan secara berlanjut dengan menggunakan alat celup beroda .
Komposisi kimia baja celup temper kekuatan 60 kg/mm tidak banyak berbeda
dengan baja normal kekuatan 50 kg/mm, karena itu sifat mampu-lasnya juga
hampir sama. Tetapi untuk pelat tebal, ke dalam baja tersebut harus
ditambahkan sedikit unsur- unsur paduan seperti Ni, Mo atau Cr yang dapat
menjamin sifat mampu-kerasnya, dan kadang-kadang juga V yang dapat
menyebabkan terjadinya pengerasan kedua pada proses temper. Dari diagram
CCT, dapat dilihat bahwa sifat mampukerasnyapun hanya sedikit lebih tinggi
dari baja kekuatan 50 kg/mm2. Struktur mikro yang terjadi jarang sekali
mencapai martensit sempurna, biasanya yang terbentuk adalah ferit dan bainit.
Siklus Termal Daerah Lasan
Daerah lasan terdiri dari 3 bagian yaitu logam lasan, daerah pengaruh panas
yang dalam bahasa Inggrisnya adalah "Heat Affected Zone" dan disingkat
menjadi daerah HAZ dan logam induk yang tak terpengaruhi. Logam las
adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan kemudian
membeku. Daerah pengaruh panas atau daerah HAZ adalah logam dasar yang
bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengalasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk tak
terpengaruhi adalah bagian logam dasar di mana panas dan suhu pengelasan
tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat. Di
samping ketiga pembagian utama tersebut masih ada satu daerah khusus yang
membatasi antar logam las dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas
las. Dalam membahas siklus termal daerah lasan hal-hal yang perlu dibahas
meliputi proses pembekuan, reaksi yang terjadi dan struktur mikro yang
terbentuk yang masing-masing akan dibahas tersendiri.
Siklus Termal Daerah Lasan
2.1 Pembekuan Dan Struktur Logam Las
Dalam pengelasan cair bermacam-macam cacat terbentuk dalam logam las,
misalnya pemisahan atau segegrasi, lubang halus dan retak. Cacat yang terjadi
tergantung dari pada kecepatan pembekuan. Semua kejadian selama proses
pendinginan dalam pengelasan hampir sama dengan pendinginan dalam
pengecoran. Perbedaannya adalah:
1) Kecepatan pendinginan dalam las lebih tinggi.
2) Sumber panas dalam las bergerak terus.
3) Dalam proses pengelasan, pencairan dan pembekuan terjadi secara terus
menerus.
4) Pembekuan logam las mulai dari dinding logam induk yang dapat
dipersamakan dengan dinding cetakan pada pengecoran, hanya saja dalam
pengelasan, logam las harus menjadi satu dengan logam induk, sedangkan
dalam pengecoran yang terjadi harus sebaliknya
Siklus Termal Daerah Lasan

Gambar 3.2 Arah Pembekuan dari Logam Las

Gambar diatas adalah skematik proses pertumbuhan dari kristal-kristal


logam las yang berbentuk pilar. Titik A dari gambar tersebut adalah titik
mula dari struktur pilar yang selalu terletak dalam logam induk. Titik ini
tumbuh menjadi garis lebur dengan arah yang sama dengan gerakan
sumber panas, Pada garis lebur sebagian dari logam dasar turut mencair
dan selama proses pembekuan logam las tumbuh pada butir-butir logam
induk dengan sumbu kristal yang sama.
Siklus Termal Daerah Lasan
2.2 Reaksi Metalurgi Yang Terjadi Dalam Pembekuan

1. Pemisahan.
Di dalam logam las terdapat tiga jenis pemisahan, yaitu pemisahan
makro, pemisahan gelombang dan pemisahan mikro. . Pemisahan makro
adalah perubahan komponen secara perlahan-lahan yang terjadi mulai dari
sekitar garis lebur menuju ke garis sumbu las, sedangkan pemisahan
gelombang adalah perubahan komponen karena pembekuan yang terputus
yang terjadi pada proses terbentuknya gelombang manik las, Pemisahan
mikro adalah perubahan komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam
bagian dari satu pilar
2. Lubang-lubang Halus.
Lubang-lubang halus terjadi karena adanya gas yang tidak larut dalam
logam padat. Lubang-lubang tersebut disebabkan karena macam-macam cara
pembentukan gas.
Siklus Termal Daerah Lasan

3. Proses Deoksidasi. (Proses menghilangkan Oksida)


Sebenarnya hanya sejumlah kecil oksigen yang larut dalam baja,
tetapi karena tekanan disosiasi dari kebanyakan oksida sangat rendah,
maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida yang stabil. Karena
pengukuran yang tepat untuk mengetahui jumlah oksigen yang larut
dalam baja sangat sukar, maka untuk melepaskan oksigen dari larutan,
biasanya dilakukan usaha-usaha seperti menghilangkan oksida.
Siklus Termal Daerah Lasan

Gambar 3.3 Siklus Termal Las Pada bebera jarak dari Batas Las
(20mm;170A;28V;15,2 cm/men).
Siklus Termal Daerah Lasan

2.3 Siklus Termal Las.

Siklus termal las adalah proses pemanasan dan pendinginan di


daerah lasan. Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur
tertentu dari suatu siklus termal las sangat mempengaruhi kwalitas
sambungan. Karena itu banyak sekali usaha-usaha pendekatan
untuk menentukan lamanya waktu pendinginan tersebut.
Struktur mikro dan sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian
besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800°C
sampai 500°C. Sedangkan retak dingin, di mana hidrogen
memegang peranan penting, terjadinya sangat tergantung oleh
lamanya pendinginan dari temperatur 800°C sampai 300°C atau
100°C.
Siklus Termal Daerah Lasan

Gambar 3.4 Siklus Termal dalam Las Busur Tangan


Siklus Termal Daerah Lasan
2.4 Struktur Mikro Daerah Pengaruh Panas (HAZ).

Struktur, kekerasan dan berlangsungnya transformasi dari daerah HAZ dapat


dibaca dengan segera pada diagram transformasi pendinginan berlanjut atau
diagram CCT. Diagram semacan ini dapat digunakan untuk membahas
pengaruh struktur terhadap retak las, keuletan dan lain sebagainya, yang
kemudian dapat dipakai untuk menentukan prosedur dan cara pengelasan.
Sebagai contoh misalnya dalam hal siklus termal las 1, bila baja telah
mendingin sampai titik "a" (+ 680°C), maka ferit mulai diendapkan dari
austenit. Transformasi ini berjalan terus dan baru berakhir bila titik "b"
( 590°C) dicapai dan kemudian diganti dengan transformasi pengendapan
perlit yang akan berakhir pada titik “c" (+520°C). Dari pembahasan di atas
dapat diramalkan bahwa setelah pendinginan struktur yang terbentuk adalah
ferit dan perlit

 
Siklus Termal Daerah Lasan

Gambar 3.5 Diagram CTT pada pengelasan baja kekuatan BJ55


Ketangguhan Daerah Las
3.1 Ketangguhan Dan Penggetasan Pada Daerah HAZ
Kepekaan terhadap patah getas adalah masalah besar pada baja. Bila
patah getas ini terjadi pada baja dengan daya tahan yang rendah, patahan
tersebut dapat merambat dengan kecepatan sampai 2000 m/detik, yang
dapat menyebabkan kerusakan dalam waktu yang sangat singkat sekali.
Dalam hal sambungan las, patah getas ini menjadi lebih penting lagi
karena adanya faktor-faktor yang menbantu seperti: konsentrasi tegangan,
struktur yang tidak sesuai dan adanya cacat dalam lasan.

3.1.1 Pengujian Ketangguhan Dari Daerah Las


Untuk menilai ketahanan daerah las terhadap patah getas perlu adanya
pengujian yang juga mempertimbangkan faktor-faktor dinamis yang dapat
mempengaruhi patah getas, seperti kecepatan regang, takik, tebal pelat,
tegangan sisa, konsentrasi tegangan dan regangan dan lain sebagainya.
Ketangguhan Daerah Las
3.1.2 Ketangguhan Dan Penggetasan Batas Las
Struktur logam pada daerah pengaruh panas atau HAZ berubah secara berangsur dari
struktur logam induk ke struktur logam las. Pada daerah HAZ yang dekat dengan garis
lebur, kristalnya tumbuh dengan cepat dan membentuk butir-butir kasar. Daerah ini
dinamakan batas las.
Di dalam daerah pengaruh panas, besar butir dan struktur berubah sesuai dengan
siklus termal yang terjadi pada waktu pengelasan. Karena siklus termal yang terjadi
sangat rumit maka dengan sendirinya perubahan ketangguhannyapun sangat rumit
Getas dan disebut penggetasan batas las. Pada batas las ini terjadi konsentrasi
tegangan yang disebabkan oleh diskontinuitas pada kaki manik las, takik las, retak las dan
lain sebagainya. Kegetasan dari batas las ini, di samping disebabkan oleh butir-butir yang
kasar, mungkin juga karena cacat-cacat las atau titik-titik pusat konsentrasi tegangan yang
ada di dalamnya. Berhubung dengan hal tersebut, maka pengurangan peregangan pada
batas las merupakan usaha yang sangat penting dalam menjamin ketangguhan sambungan
las.
Perubahan struktur disebabkan oleh perbedaan sifat mampu-keras baja yang
disebabkan karena adanya perbedaan komposisi kimia dan perbedaan kecepatan
pendinginan karena panas pengelasan, pemanasan mula, tebal pelat dan lain sebagainya,
Semua faktor tersebut merubah besarnya penggetasan batas las secara rumit sekali.
Ketangguhan Daerah Las

Gambar 3.6 Skema Struktur mikro pada Daerah Pengaruh Panas atau Daerah HAZ
Ketangguhan Daerah Las
3.1.3 Pengaruh Komposisi Kimia Dan Masukan Panas Las terhadap
Penggetasan Batas Las
Pengaruh komposisi kimia logam induk terhadap ketangguhan batas las
dapat berubah secara rumit sekali, tidak hanya karena banyaknya macam dan
besarnya kadar dari tiap-tiap unsur, tetapi juga karena kecepatan pendinginan
yang terjadi selama pengelasan.
Unsur paduan yang mempunyai hubungan erat dengan penggetasan batas
las adalah karbon (C) dan nikel (Ni). Dalam hal ini penurunan kadar karbon dan
penambahan nikel akan memperbaiki ketangguhan batas las. Penelitian
menunjukkan bahwa endapan halus Ti N dalam baja kelas 50 kg/mm dan 60
kg/mm2 dapat menghambat pertumbuhan kristal pada batas las, yang berarti
bahwa penambahan unsur Ti dapat memperbaiki ketangguhan. Pada waktu ini
telah dikembangkan usaha memperbaiki ketangguhan batas las dari baja BJ 50
dan BJ 60 dengan menambahkan unsur-unsur Ti, B, Al, Ce dan Ca. Dengan
penambahan unsur unsur tersebut baja dapat digunakan dalam pengelasan
dengan masukan panas tinggi. Lebih jauh lagi adanya oksigen, nitrogen, fosfor
dan belerang di dalam baja juga mempengaruhi ketangguhan logam induk dan
batas lasnya
Ketangguhan Daerah Las

Jadi jelaslah bahwa penggetasan batas las sebagian besar


tergantung pada komposisi kimia dari logam induk dan pada
kecepatan pendinginan dari daerah las serta masukan panas, Karena
itu diperlukan pengawasan yang ketat terhadap syarat-syarat
pengelasan.
Ketangguhan Daerah Las
3.1.4 Cara-cara Unuk Menurunkan Penggetasan Batas Las

Penggetasan batas las pada umumnya dapat diturunkan dengan memperbaiki


struktur dacrah batas, Cara-cara yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut
adalah sebagai berikut. :

1. Penggunaan Baja yang Kurang Peka terhadap penggetasan Batas Las.


cara yang banyak digunakan adalah mengurangi kadar paduan dan karbon
dalam baja dan mempertinggi kadar nikel.

2. Pembatasan Masukan panas.


Pembatasan masukan panas digunakan juga sebagai suatu cara untuk
mengurangi penggetasan batas las

3. Pembatasan Masukan panas .


memperbaiki struktur mikro yang terjadi dengan cara pemanasan kembali
melalui panas las.
Ketangguhan Daerah Las
3.2 Ketangguhan Logam Las.

Ketangguhan logam las juga tergantung dari strukturnya seperti halnya


pada logam induk dan pada batas las. Hanya saja logam las adalah logam yang
dalam proses pengelasan mencair dan kemudian membeku, sehingga logam
las ini banyak sekali mengandung oksigen dan gas-gas lain.
Komposisi logam las tergantung dari pada proses pengelasan yang
digunakan, tetapi dapat diperkirakan bahwa komposisinya akan terdiri dari
komponen logam induk dan kompenen bahan las yang digunakan. Karena itu
dalam menganalisa ketangguhan logam las harus diperhatikan pengaruh unsur
lain yang terserap selama proses pengelasan, terutama oksigen, dan pengaruh
dari strukturnya sendiri.
Ketangguhan Daerah Las

Gambar 3.7 Faktor -Faktor Penyebab Retak


Ketangguhan Daerah Las
3.2.1 Pengaruh Oksigen.
Pada waktu logam las masih cair, oksidasi dihalangi oleh terak dan gas pelindung yang
terbentuk oleh bahan pembungkus elektroda. Tetapi walaupun demikian penyerapan oksigen
oleh logam las cair tidak dapat dihalangi sepenuhnya, sehingga logam las mengandung lebih
banyak oksigen bila dibanding dengan logam induk, sehingga terjadi perbedaan keuletan antara
keduanya. Dan banyaknya oksigen yang diserap tergantung dari macam gas pelindungnya.

3.2.2 Pengaruh Struktur.


Pengaruh struktur logam sama saja seperti pada batas las. Tetapi karena logam las dalam proses
pengelasan ini mencair dan kemudian membeku, maka kemungkinan besar terjadi pemisahan
komponen yang menyebabkan terjadinya struktur yang tidak homogen. Jadi jelas bahwa kecuali
terjadinya pemisahan, pengaruh struktur terhadap ketangguhan logam las sama saja seperti
pengaruh struktur terhadap batas las yaitu struktur bainit atas dan ferit kasar menurunkan
ketangguhan dan struktur bainit bawah dan martensit mempertinggi ketangguhan.
 
Baru-baru ini, dalam usaha mendapatkan ketangguhan tinggi pada suhu rendah telah digunakan
tambahan unsur Ti dan B pada logam las yang menyebabkan terbentuknya butir-butir ferit halus
pada proses pengelasan dengan masukan panas tinggi.

Dari uraian di atas jelas bahwa untuk mendapatkan ketangguhan logam las yang tinggi,
kandungan unsur-unsur lain seperti oksigen dan nitrogen harus diusahakan serendah-
rendahnya dan harus diusahakan terbentuknya struktur yang menguntungkan  
Ketangguhan Daerah Las
3.3 Penggetasan Pada Daerah Las Karena Pembebasan Tegangan.

Pengelasan pada pelat-pelat tebal pada umumnya diikuti dengan pemanasan


mendekati suhu rekristalisasi yang bertujuan menghilangkan tegangan sisa yang
terjadi karena pengelasan, menurunkan kekerasan dari daerah las dan
memperbaiki sifat-sifat lainnya. Perlakuan panas ini disebut pembebasan
tegangan. Proses pembebasan tegangan ini dapat menurunkan ketangguhan
sambungan las dan peristiwa ini disebut penggetasan bebas tegang.
Proses pembebasan tegangan sebenarnya adalah proses penemperan baja
yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan pengendapan karbida.
Karena pendinginan lambat yang dilakukan di dalam tungku maka terjadi
pengasaran butir dan getas temper yang menurunkan ketangguhan.
proses bebas tegang yang lama dapat menyebabkar terjadinya sabuk ferit
yang dapat menurunkan kekuatan dan keuletan. Baja dengan kadar Cr tinggi
akan lebih mudah membentuk sabuk ferit, karena itu pengelasannya harus lebih
hati-hati.
Ketangguhan Daerah Las

Gambar 3.8 Suhu Perlakuan Panas Akhir ()


Retak Pada Daerah Las
4.1 Jenis Retak Las 
Retak las dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok retak dingin
dan kelompok retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi di daerah
las pada suhu di bawah suhu transformasi martensit (M) yang tingginya kira-
kira 300°C, sedangkan retak panas adalah retak yang terjadi pada suhu di atas
550°C.
Retak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ, tetapi juga pada
logam las. Retak dingin utama pada daerah ini adalah retak bawah manik las,
retak akar dan retak kaki. Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya
adalah retak memanjang dan retak melintang.
Retak Pada Daerah Las

Gambar 3.9 Beberapa Contoh Retak Las


Retak Pada Daerah Las
Retak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan
tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada suhu antara
550°C-700°C dan retak yang terjadi pada suhu di atas 900°C yang terjadi
pada peristiwa pembekuan logam las.
Retak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan
biasanya berbentuk retak kawah, dan retak memanjang. Pada pengelasan
baja tahan karat austenit, biasanya terjadi retak panas di daerah HAZ dan
logam las. Retak panas karena pembebasan tegangan pada umumnya
terjadi pada daerah kaki di dalam daerah pengaruh panas.
Retak Pada Daerah Las

Gambar 3.10 Skema Retak bebas Tegang


Retak Pada Daerah Las
4.2 Penyebab Retak Las Dan Cara Menanggulanginya.

4.2.1 Retak Dingin Di Daerah Pengaruh Panas (HAZ)


Retak dingin di daerah pengaruh panas atau HAZ biasanya terjadi antara
beberapa menit sampai 48 jam sesudah pengelasan. Karena itu retak ini
disebut juga retak lamba.
Retak dingin disebabkan oleh tiga hal di bawah ini:

1) Struktur dari daerah pengaruh panas.


2) Hidrogen difusi di daerah las.

3) Tegangan.
Retak Pada Daerah Las
(a) Sruktur Daerah Pengaruh Panas (HAZ) :
struktur dari daerah pengaruh panas ditentukan oleh komposisi kimia dari
logam induk dan kecepatan pendinginandari daerah las. Retak dingin di daerah
HAZ dalam pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit.

b) Hidrogen Difusi Dalam Daerah Las:


Retak las juga dipengaruhi oleh adanya difusi hidrogen dari logam las ke
dalam daerah pengaruh panas. Pada waktu logam las masih cair, logam ini
menyerap hidrogen dengan jumlah besar yang dilepaskan dengan cara difusi pada
suhu rendah karena pada suhu tersebut kelarutan hidrogen menurun.
Retak Pada Daerah Las

Gambar 3.11 Kelarutan Hidrogen dalam Besi pada Tekanan Satu Atmosfer
Retak Pada Daerah Las
(c) Tegangan:
Tegangan yang dapat menpengaruhi terjadinya retak las adalah tegangan
sisa dan tegangan termal. Tegangan sisa banyak sekali tergantung pada
rancangan las, proses pengelasan yang digunakan dan pengawasannya

(d) Cara Menghindari Retak Las:


Sebab utama dari terjadinya retak las seperti telah diterangkan diatas
adalah terbentuknya struktur martensit pada daerah HAZ, terjadinya hidrogen
difusi pada logam las dan besarnya tegangan yang bekerja pada daerah las.
 
Retak Pada Daerah Las
4.2.2 Retak Lamel

Pada konstruksi kerangka yang besar seperti bangunan laut, biasanya


digunakan pelat tebal, sehingga pada daerah las terjadi tegangan yang
besar pula. Karena tegangan ini kadang-kadang terjadi retak berumpak
yang menjalar sepanjang butiran bukan logam yang ada di dalam baja.
Retak semacam ini disebut retak lamel. Butiran dengan bentuk-bentuk
kubus seperti MnS atau Mn Si O, biasanya lebih peka terhadap retak
lamel dari pada butiran berbentuk bulat.
Karena hal tersebut di atas, maka pada baja tahan retak biasanya
kadar belerang diusahakan serendah-rendahnya. Penambahan unsur Ce
atau Ca pada baja dapat membentuk butiran bukan logam yang berbentuk
bulat, sehingga pengurangan kepekaan baja terhadap retak lamel di
samping pengurangan kadar S, dapat juga dilakukan dengan penambahan
Ce dan Ca
Retak Pada Daerah Las
4.2.3 Retak Lintang Pada Logam Las
Retak dingin di samping terjadi pada daerah HAZ juga dapat terjadi
pada logam las Retak ini biasanya terjadi dengan arah tegak lurus atau
melintang terhadap garis las. Retak lintang dapat terjadi pada pengelasan
busur rendam atau pada las busur listrik dengan elektroda terbungkus dan
juga pada pengelasan yang menggunakan logam las dengan kekuatan lebih
dari 75 kg/mm
Retak lintang sama halnya dengan retak dingin, terjadinya karena
adanya hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda.
Untuk menghindari retak lintang adalah menurunkan kadar hidrogen
difusi. Di samping pengeringan dan penyimpanan yang baik dari bahan-
bahan las terhadap uap air, pemanasan mula dan pemanasan kemudian
sangat membantu sekali dalam melepaskar hidrogen difusi
Retak Pada Daerah Las
4.2.4 Retak Pada Daerah Las Karena Proses Pembebasan Tegangan
Retak yang terjadi karena perlakuan-perlakuan panas sesudah pengelasan adalah
retak karena proses anil pembebasan tegangan. Tempat terjadinya retak anil ini
adalah pada batas-batas butir.

4.2.5 Retak Panas


Retak panas biasanya terjadi pada waktu logam las mendingin setelah pembekuan
selesai. Retak ini terjadi karena adanya tegangan yang timbul yang disebabkan
oleh penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun pada suhu sedikit di
bawah suhu pembekuan. Dengan demikian maka retak ini akan terjadi pada batas
butir.
Usaha menghindari retak panas adalah menurunkan kadar Si dan Ni serendah
mungkin dan menghilangkan kandungan S dan P sejauh mungkin. Dalam hal baja
tahan karat austenit menghindarinya adalah mengusahakan agar 5 sampai 10%
dari ferit & terdapat dalam struktur austenit. Dalam memperkirakan jumlah ferit
vang ada dalam austenit biasanya digunakan diagram Schaeffier.
Retak Pada Daerah Las

Gambar 3.12 Diagram Schaeffler.


DAFTAR PUSTAKA
Wiryosumarto, Harsono; Okumura, Toshie;. (Cetakan kesepuluh-2008). Teknologi
Pengelasan Logam. In H. Wiryosumarto, & T. Okumura, Teknologi Pengelasan
Logam (pp. 43-78). Matraman, Jakarta Timur: PT. Balai Pustaka (Persero).
Metalurgi Las. (n.d.). Retrieved November 12, 2020, from Dokumen Indonesia:
https://dokumen.tips/documents/metalurgi-las.html
Nugroho, Nur Yanu; Setiawan, Adi;. (11Juli 2019). IFAT FISIK PERMUKAAN
MATERIAL BAJA KARBON GRADE A36 BUCKETKAPAL KERUK
DENGAN METODE HARD SURFACING(Kosong dua spasi. Seminar
Nasional Kelautan XIV, 9-16.
Teknologi Pengelasan TL184625. (n.d.). Retrieved November 11, 2020, from Share
ITS: http://share.its.ac.id/enrol/index.php?id=4733
 

Anda mungkin juga menyukai