Teknik Mesin
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Gambar 3.1 Diagram pendinginan kontinu atau diagram CCT ( baja ASTM 4340)
Baja Dalam Pengelasan
1.2 Baja Lunak.
Kelompok baja ini biasanya mempunyai kekuatan tarik antara 40 sampai 50 kg/mm
dan pada umumnya dalam bentuk hasil pengerolan. Baja ini mempunyai sifat-sifat
pengerjaan dan kekuatan yang sangat baik. Berdasarkan standar-standar yang ada
biasanya baja lunak dikelompokkan dalam baja rol panas untuk konstruksi umum
dan baja rol panas untuk konstruksi las. Perbedaan antara kelompok kedua, terhadap
kelompok pertama adalah bahwa pada kelompok kedua batas kadar karbon
maksimum ditentukan dengan ketat untuk menjamin sifat mampu las dari baja
tersebut. Ada spesifikasi baja lunak menurut standart JIS (Japan International
Standart) yaitu campuran antara struktur ferit perlit yang pada proses pembuatannya
selalu diusahakan agar kadar C, P, S, O, dan N2 rendah sehingga sifat tumbuknya
lebih baik.
Baja-baja lunak ini mencakup baja-baja untuk ketel, bejana tekan dan penggunaan
pada suhu tinggi. Untuk pemakaian pada suhu tinggi baja harus sejauh mungkin
bebas dari nitrogen dengan jalan menambahkan Al sehingga N terikat sebagai AlN.
Karena hal ini maka untuk pelat-pelat baja ketel selalu ditambah Al dengan kadar
yang dibatasi sehingga tidak melebihi 300 gram untuk tiap ton baja cair.
Baja Dalam Pengelasan
1.3 Baja Kuat.
Kelompok baja ini meliputi baja-baja dengan kekuatan tarik dalam
keadaan rol antara 50 sampai 80 kg/mm, yang diberi tanda dengan huruf
BJ yang diikuti oleh kekuatannya, misal BJ 50 dan BJ 80. Baja-baja
dalam konteks kekuatan 50 kg/ biasanya digunakan untuk rangka-rangka
baja dalam konstruksi kapal dan konstruksi umum lainnya sedangkan
baja dengan kekuatan 80 kg/mm digunakan untuk jembatan, bejana tekan
dan lain-lainnya. Beberapa spesifikasi baja kuat berdasarkan JIS (Japan
International Standart). Untuk selanjutnya baja kekuatan tinggi ini akan
dikelompokkan berdasarkan proses pembuatannya
Baja Dalam Pengelasan
(1) Baja-baja Rol
1. Pemisahan.
Di dalam logam las terdapat tiga jenis pemisahan, yaitu pemisahan
makro, pemisahan gelombang dan pemisahan mikro. . Pemisahan makro
adalah perubahan komponen secara perlahan-lahan yang terjadi mulai dari
sekitar garis lebur menuju ke garis sumbu las, sedangkan pemisahan
gelombang adalah perubahan komponen karena pembekuan yang terputus
yang terjadi pada proses terbentuknya gelombang manik las, Pemisahan
mikro adalah perubahan komponen yang terjadi dalam satu pilar atau dalam
bagian dari satu pilar
2. Lubang-lubang Halus.
Lubang-lubang halus terjadi karena adanya gas yang tidak larut dalam
logam padat. Lubang-lubang tersebut disebabkan karena macam-macam cara
pembentukan gas.
Siklus Termal Daerah Lasan
Gambar 3.3 Siklus Termal Las Pada bebera jarak dari Batas Las
(20mm;170A;28V;15,2 cm/men).
Siklus Termal Daerah Lasan
Siklus Termal Daerah Lasan
Gambar 3.6 Skema Struktur mikro pada Daerah Pengaruh Panas atau Daerah HAZ
Ketangguhan Daerah Las
3.1.3 Pengaruh Komposisi Kimia Dan Masukan Panas Las terhadap
Penggetasan Batas Las
Pengaruh komposisi kimia logam induk terhadap ketangguhan batas las
dapat berubah secara rumit sekali, tidak hanya karena banyaknya macam dan
besarnya kadar dari tiap-tiap unsur, tetapi juga karena kecepatan pendinginan
yang terjadi selama pengelasan.
Unsur paduan yang mempunyai hubungan erat dengan penggetasan batas
las adalah karbon (C) dan nikel (Ni). Dalam hal ini penurunan kadar karbon dan
penambahan nikel akan memperbaiki ketangguhan batas las. Penelitian
menunjukkan bahwa endapan halus Ti N dalam baja kelas 50 kg/mm dan 60
kg/mm2 dapat menghambat pertumbuhan kristal pada batas las, yang berarti
bahwa penambahan unsur Ti dapat memperbaiki ketangguhan. Pada waktu ini
telah dikembangkan usaha memperbaiki ketangguhan batas las dari baja BJ 50
dan BJ 60 dengan menambahkan unsur-unsur Ti, B, Al, Ce dan Ca. Dengan
penambahan unsur unsur tersebut baja dapat digunakan dalam pengelasan
dengan masukan panas tinggi. Lebih jauh lagi adanya oksigen, nitrogen, fosfor
dan belerang di dalam baja juga mempengaruhi ketangguhan logam induk dan
batas lasnya
Ketangguhan Daerah Las
Dari uraian di atas jelas bahwa untuk mendapatkan ketangguhan logam las yang tinggi,
kandungan unsur-unsur lain seperti oksigen dan nitrogen harus diusahakan serendah-
rendahnya dan harus diusahakan terbentuknya struktur yang menguntungkan
Ketangguhan Daerah Las
3.3 Penggetasan Pada Daerah Las Karena Pembebasan Tegangan.
3) Tegangan.
Retak Pada Daerah Las
(a) Sruktur Daerah Pengaruh Panas (HAZ) :
struktur dari daerah pengaruh panas ditentukan oleh komposisi kimia dari
logam induk dan kecepatan pendinginandari daerah las. Retak dingin di daerah
HAZ dalam pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit.
Gambar 3.11 Kelarutan Hidrogen dalam Besi pada Tekanan Satu Atmosfer
Retak Pada Daerah Las
(c) Tegangan:
Tegangan yang dapat menpengaruhi terjadinya retak las adalah tegangan
sisa dan tegangan termal. Tegangan sisa banyak sekali tergantung pada
rancangan las, proses pengelasan yang digunakan dan pengawasannya