Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 9 CANTIGI FIRDA AULIA

PENYAMBUNGAN MATERIAL 01 1806202090

1. Jelaskan kemampulasan dari baja AISI 1015 dan AISI 1040. Jelaskan jenis baja
karbon yang mana yang memiliki kemampulasan terbaik!

Kemampulasan dari baja karbon berbanding terbalik dengan kemampukerasan


dari baja karbon tersebut. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan fasa martensit selama
proses perlakuan panas. Kemampukerasan dapat diukur dengan melakukan Uji Jominy,
dimana dengan pengujian ini kita dapat mengetahui kemampukerasan suatu material
(biasanya baja), berikut contoh kurva hasil Uji Jominy ini dan juga susunan
perangkatnya.

Gambar 1. Uji Jominy.

Dengan adanya peningkatan kadar karbon, maka kemampukerasan akan


meningkat dan mengakibatkan kemampulasan menurun. Oleh karena itu, diperlukan
adanya keseimbangan (trade-off) antara kekuatan material dengan kemampulasannya.
Dalam membandingkan kemampulasan antara AISI 1015 dan AISI 1040 kita harus
melihat komposisi kimia dari kedua jenis baja ini, dapat dilihat pada tabel berikut :

Seri Baja Fe Mn C S P
AISI 1015 99.13 – 99.57 0.3 – 0.6 0.13 – 0.18 ≤ 0.05 ≤ 0.04

AISI 1040 98.6 - 99 0.6 – 0.9 0.37 – 0.44 ≤ 0.05 ≤ 0.04

Terlihat dari kandungan karbonnya, AISI 1015 tergolong ke dalam baja karbon
rendah, sedangkan AISI 1040 merupakan baja karbon sedang. Seperti dijelaskan di atas,
AISI 1040 lebih tinggi sifat kemampukerasannya dibandingkan dengan AISI 1015,
sehingga dapat dikatakan bahwa AISI 1015 memiliki sifat kemampulasan yang lebih baik
dibanding AISI 1040. AISI 1040 masih dapat dilas, tetapi dengan diberikan perlakuan
pre-heating dan dilakukan PWHT.
2. Jelaskan hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas
retak. Ukuran atau parameter apa yang dipakai untuk menentukan sensitifitas
retak lasan. Sebutkan beberapa rumusan yang saudara ketahui!

Hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas retak →
dengan meningkatnya kadar karbon maka akan mempermudah terbentuknya martensit.
Dengan terbentuknya struktur martensit pada hasil las akan membuat hasil las menjadi
getas. Namun bila CE < 0.4 maka tidak terjadi adanya retak. Hal ini dapat terlihat pada
grafik di bawah ini.

Gambar 2. Grafik hubungan carbon equivalent dengan sensitifitas retak.

Ukuran atau parameter yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan
adalah Carbon Equivalent (CE) dan ketebalan (kedua faktor tersebut menentukan preheat
diperlukan atau tidak). Beberapa rumusan yang diketahui :

( ) ( ) ( )
( )

( )

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Liquation Cracking? Pada pengelasan jenis
material (baja) apa yang sering terjadi dan sebutkan pencegahannya!

Liquation Cracking dapat terjadi selama fabrikasi dengan pengelasan baik di zona
yang terkena panas di material induk, atau pada logam las yang diendapkan sebelumnya
selama run berikutnya. Ini hasil dari peleburan lokal pada butir atau batas-batas lainnya,
dikombinasikan dengan strain termal yang terkait dengan pengelasan. Kemungkinan
besar terjadi, pengaruh komposisi dalam baja tahan karat austenit dan paduan nikel
dipertimbangkan secara lebih rinci. Ditekankan bahwa meskipun elemen sisa seperti S, P
atau B mungkin memiliki peran penting dalam menyebabkan atau meningkatkan efek
likuasi, banyak keretakan likuasi dikaitkan dengan penambahan paduan kecil, seperti Nb.
Pengaruh penambahan paduan yang disengaja, dan keseimbangan komposisi, dalam
membatasi pengaruh residu akan dipertimbangkan.

Gambar 3. Struktur mikro material yang terserang Liquation Cracking.


Keterangan : Atas kiri ( SS 304), bawah kiri ( SS 304L),
tengah (Ferallium 255), dan kanan (SAF 2205).

Biasanya Liquation Cracking ini menyerang material Duplex SS (Ferralium 255


dan SAF 2205) dan Austenitic SS (Tipe 304 dan 304L). Cara pencegahannya ialah
dengan menggunakan elektroda yang sesuai dengan komposisi logam induknya,
mengatur heat input, dan untuk logam induk sebaiknya dipilih yang memiliki butir halus
dan kandungan impurities yang rendah. Pada pengerjaan welding austenitic SS dan nickel
alloys, minimalkan interface temperature dibawah 150° C untuk menjaga hot cracking.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hydrogen Induced Cracking? Pada pengelasan
jenis material (baja) apa yang sering terjadi dan sebutkan pencegahannya!

Hydrogen Induced Cracking terjadi karena pada saat pengelasan, logam cair
melarutkan hidrogen dalam jumlah yang tinggi sehingga ketika pendinginan, kelarutan
hidrogen turun dan dilepaskan dengan cara difusi. Akibatnya, terjadi retakan akibat
tekanan hidrogen yang ingin keluar. HIC terjadi di daerah terpengaruh panas.

Gambar 2. Difusi hidrogen dari logam las ke HAZ selama pengelasan.


Pada baja C-Mn, karena ada risiko yang lebih besar membentuk mikrostruktur
getas di HAZ, sebagian besar retak hidrogen dapat ditemukan pada logam induk. Dengan
pilihan elektroda yang tepat, logam las akan memiliki kandungan karbon lebih rendah
daripada logam induk dan, karenanya, setara karbon lebih rendah (CE). Namun, retak
logam las melintang dapat terjadi, terutama ketika pengelasan bagian tebal komponen;
risiko retak meningkat jika kandungan karbon logam las melebihi baja induk. Sedangkan
pada baja paduan rendah, karena struktur logam las lebih rentan daripada HAZ, retak
dapat ditemukan dalam weld bead.

Cara pencegahan Hydrogen Induced Cracking :


 Hidrogen pada logam las. Asal utama dari hidrogen adalah flux, misalnya
coating pada elektroda MMA. Jumlah hidrogen yang dipengaruhi oleh tipe
elektroda. Elektroda dasar biasanya menghasilkan lebih sedikit hidrogen
dibandingkan dengan elektroda rutil dan selulosa. Sumber hidrogen lain
seperti minyak, grease, kotoran, karat, cat dan coating dan fluida pembersih
juga harus dihindari.
 Komposisi material dasar. Nilai CE mempengaruhi weldability dari material,
semakin tinggi nilai CE maka risiko terjadi hydrogen cracking akan lebih
mudah terjadi.
 Meminimalisir joint stress.
 Melakukan Pre-heat dan Post-heat yang tepat.
 Memilih logam pengisi yang tepat (dapat mengacu pada AWS).
 Packaging dan Storing harus terbebas dari hidrogen, baik itu dalam keadaan
vakum atau diberi sedikit pemanasan pada suhu rendah..

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lamellar Tearing? Pada pengelasan jenis
material (baja) apa yang sering terjadi dan sebutkan pencegahannya!

Lamellar Tearing pada material dapat diartikan sebagai keretakan material akibat
pengelasan yang berbetuk lapisan yang terletak di dalam material dan searah permukaan
material pelat tersebut. Cacat ini bermula dari inklusi MnS yang berbentuk flat akibat
proses rolling atau jenis inklusi lainnya yang kemudian mengalami perpatahan pada antar
muka antara matriks dengan inklusi. Pertumbuhan retak terjadi pada arah vertikal ataupun
bersudut, ductile tearing terjadi pada arah paralel pada celah antara matriks dan inklusi
mengakibatkan terbentuknya retak yang menyerupai anak tangga.

Gambar 3. Lamellar tearing dari sebuah T-joint :


(a) desain yang tidak tepat; (b) desain yang tepat.
Lamellar Tearing hanya ditemui di pengelasan jenis rolling, bukan pada forging
atau casting. Baja dengan kekuatan yang lebih tinggi memiliki risiko yang lebih besar
terutama ketika ketebalannya lebih dari 25mm.

Cara mencegah terjadinya Lamellar Tearing pada pengelasan adalah :


 Pengurangan kadar sulfur, dan
 Penambahan Ce dan Ca yang menghasilkan butir bukan logam yang
berbentuk bulat sehingga mengurangi kepekaan terhadap Lamellar Tearing.

6. Jelaskan apa yang terjadi pada daerah lasan pada material yang mengalami canai
dingin (cold rolled) dan kemudian di las. Apa pula yang terjadi jika material
dilakukan aging!

Proses canai dingin merupakan proses yang dilakukan pada temperatur kamar atau
dibawah temperatur rekristalisasi. Proses canai dingin menyebabkan terjadinya
mekanisme penguatan pada benda kerja yang diikuti dengan turunnya keuletan, dimana
benda kerja menjadi lebih kuat, lebih keras, lebih rapuh. Pada proses canai dingin
tegangan alir benda kerja menjadi semakin meningkat. Pada struktur mikro spesimen
pasca dilakukan pengelasan akan memiliki struktur yang berbeda-beda mulai dari logam
induk, HAZ, sampai ke struktur logam las.

Perbedaan ini sesuai dengan siklus panas yang dialaminya. Perbedaan siklus
panas, menyebabkan perbedaan struktur, dan perbedaan struktur mengakibatkan
perbedaan sifat mekanik. Selanjutnya, apabila material pasca las dilakukan aging atau
penuaan akan terjadi 2 kemungkinan. Apabila material baja maka akan terjadi pelunakan,
dan apabila material berupa aluminum maka akan terjadi mekanisme penguatan larutan
padat. Dimana langkah-langkahnya adalah :
 Annealing pada temperatur 723°C + 50°C untuk menciptakan vacancies agar
butir dapat bergerak,
 Quenching hingga mencapai Super Saturated Solid Solution,
 Tempering dan Holding hingga presipitat terbentuk, dan semakin lama waktu
penuaan yang dilakukan interface-nya akan berubah dari fully coherent-semi
coherent-incoherent.

Dengan melakukan tahapan aging diatas maka aluminum akan menjadi lebih kuat,
begitu juga dengan aluminum pasca las.

7. Jelaskan pengaruh faktor komposisi kimia dan ketebalan material yang akan dilas
dengan weldability-nya. Mana yang saudara harus pilih bila pada pengelasan
kemungkinan dari kedua faktor tsb. Referensi apa yang sdr pakai!

Mampu las material yang akan di las dipengaruhi oleh karbon ekuivalen.
Sebenarnya nilai karbon ekuivalen menunjukkan hubungan antara kepekaan baja
terhadap timbulnya retak dengan komposisi kimia baja. Jadi karbon ekuivalen pada
dasarnya mengindikasikan pengaruh unsur-unsur yang terkandung pada baja terhadap
kemungkinan terjadinya retak. Berkorelasi positif dengan kesensitifan terjadinya retak,
artinya kepekaan baja terhadap retak akan turun jika nilai karbon ekuivalen menurun.

Material logam dengan ketebalan tinggi memiliki kemampulasan yang lebih baik
dibandingkan dengan material dengan ketebalan yang lebih tipis. Hal ini berkaitan
dengan sifat ketahanan terhadap panas. Material plat tipis cenderung mudah berlubang
apabila dikenai panas terlalu lama sehingga diperlukan kontrol panas yang baik terutama
untuk plat tipis. Contoh dalam kasus baja untuk keperluan struktural. Dimana sifat
material baja structural yang diperlukan ialah:

Hal diatas hanya menjadi dasar dalam menentukan baja yang akan digunakan
dalam aplikasi struktural. Pada kenyataannya safety dan cost menjadi 2 hal yang tidak
jarang saling menghalangi pertimbangan dalam menentukan baja yang akan dipilih.
Berdasarkan literatur yang saya gunakan yakni Jurnal “Welding Options In Steel
Construction” karya Dr. Jayanta k Saha, yang menjabat sebagai Dy.General Manager di
Institute for Steel Development & Growth, Kolkata, India, dalam rangka cost effective
karbon ekivalen menjadi salah satu step yang diperhatikan. Dimana seperti yang telah
dijelaskan pada nomor 5 tentang HIC, faktor komposisi kimia lebih diutamakan
dibanding dimensi ketebalan pelat bajanya. Jadi saya juga lebih memilih untuk
mengutamakan komposisi kimia dibanding memprioritaskan ketebalan dimensi pelat baja

8. Jelaskan Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel) dan jenis baja mana yang memiliki
kemampulasan yang baik serta faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan
weldability baja tsb. Sebutkan penggunaan baja tsb (aplikasinya) di lapangan!

Baja paduan rendah biasanya digunakan untuk mencapai hardenability lebih baik,
yang pada gilirannya akan meningkatkan sifat mekanis lainnya. Mereka juga digunakan
untuk meningkatkan ketahanan korosi dalam kondisi lingkungan tertentu. Dengan
menengah ke tingkat karbon tinggi, baja paduan rendah sulit untuk las. Menurunkan
kandungan karbon pada kisaran 0,10% menjadi 0,30%, bersama dengan beberapa
pengurangan elemen paduan, meningkatkan weldability dan sifat mampu bentuk baja
dengan tetap menjaga kekuatannya. Seperti logam digolongkan sebagai baja paduan
rendah kekuatan tinggi.

Faktor yang mempengaruhi kemampulasan suatu baja adalah unsur paduan yang
dikandungnya, semakin banyak unsur paduan khususnya karbon maka akan semakin
menurun kemampulasan suatu baja. Baja HSLA pada saat ini banyak banyak digunakan
dalam perencanaan konstruksi las, oleh karena itu perlu diketahui ketangguhan yang
dimiliki sambungan las pada baja HSLA.
9. Jelaskan Klasifikasi Baja menurut standard Jepang (JIS). Berikan penjelasan jenis
jenis baja apa saja yang dapat di las menurut kode tsb!

Klasifikasi JIS baja dibagi berdasarkan berdasarkan penggunaannya :


 Baja struktural: seri SS
 Struktur yang di las: seri SM
 Baja konstruksi bagunan: seri SN
 High strength steel, baja dengan tensile strength > 490Mpa: HT, HW, SPV
 Baja untuk aplikasi pada tempratur rendah: SLA-series, Al, Ni, Austenite
stainless steel
 Baja untuk aplikasi pada tempratur tinggi: SB-series
 Baja dengan ketahanan korosi atmosfir: SMA

10. Jelaskan secara singkat beberapa penguatan baja paduan rendah. Jelaskan
peran/fungsi paduan rendah (low alloys) dalam penguatan baja tsb!

Secara umum terdapat lima metode penguatan baja, yaitu :


 Solid solution strengthening, yaitu penguatan baja dengan penambahan
unsur paduan seperti Mn, Ni, dll.
 Grain size/grain refinement strengthening, yaitu penguatan baja dengan
menghaluskan ukuran butir baja tersebut.
 Strain hardening/pengerasan kerja, yaitu penguatan dengan melakukan
pengerjaan dingin pada baja sehingga dicapai dislocation interlocking.
 Quench/age hardening, yaitu dengan menghasilkan fase martensite atau
tamper martensite.

Secara umum baja dikeraskan dengan cara meningkatkan kandungan karbon,


namun peningkatan kandungan karbon akan menurunkan weldability dari baja, dengan
menggunakan paduan rendah dan melakukan pengerasan melalui metode-metode yang
disebutkan diatas dapat dicapai baja dengan kekuatan yang tinggi namun kandungan
karbon yang rendah.
11. Pada proses TMCP pada baja, faktor apa saja yang dikontrol diproses tsb agar
diperoleh baja dengan kekuatan yang tinggi!

Faktor-faktor yang harus dalam proses TMCP antara lain adalah sebagai berikut:
 Tempratur proses,
 Laju pendinginan,
 Proses pencanaian,
 Tekanan yang diberikan, dan
 Kecepatan proses pencanaian.

12. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi
cacat (problem) “Cold Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya!

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah Cold Craking:


 Mengurangi kadar hidrogen, dengan cara :
o Menggunakan elektroda rendah hidrogen,
o Pemanggangan elektroda,
o Melakukan pengelasan tanpa flux, dan
o Melakukan preheating.
 Modifikasi mikrostruktur, dengan cara :
o Melakukan preheating, dan
o Memvariasikan parameter pengelasan
 Menjalankan rule of thumb berikut :
o Lakukan preheating jika carbon equivalent <0.4 ketebalannya <0.3mm.
o Material menjadi tidak rentang terhadap HAC/Cold Cracking jika
kekerasan HAZ <350 VHN.
13. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi
cacat (problem) “Reheat Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya!

Reheat Cracking merupakan jenis retak yang terjadi pada baja HSLA. Hal ini
desebabkan oleh sifat logam yang cenderung getas dari HAZ. Metode yang dapat
dilakukan untuk mencegah Reheat Cracking antara lain adalah :
 Pemilihan material dengan kandungan pengotor yang rendah
 Mengurangi CGHAZ dengan teknik pengelasan berikut
o Buttering
o Temper-bead technique
o Two stage PWHT

14. Jelaskan penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan
rendah!

Temper Embrittlement terjadi akibat adanya impurity yang mengalami segregasi


pada batas butir pada range tempratur 350-600oC hal ini mengkaibatkan baja kehilangan
ketangguhannya dan mudah mengalami perpatahan.

15. Jelaskan weldability baja Cr-Mo Steel secara singkat: problem apa saja yang terjadi
dan jelaskan cara mengatasinya!

Baja Cr-Mo umumnya mengandung 1-12%Cr dan 0.5-1%Mo. Dengan melihat


relatif tingginya kandungan unsur paduan baja jenis ini, kemampulasan dari baja ini
cukup rendah namun masih dapat dilas dengan pre treatment dan post treatment yang
sesuai. Masalah yang umumnya terjadi pada baja jenis ini adalah Cold Cracking dan
Reheat Cracking, untuk mencegah hal tersebut perlu dilauukan PWHT pada temperatur
antara 650-760oC.

16. Jelaskan weldability baja HSLA secara singkat: problem apa saja yang terjadi dan
jelaskan cara mengatasinya!

Baja HSLA memiliki kandungan karbon dan elemen paduan yang rendah
sehingga memiliki kemampulasan yang baik. Hal yang menjadi masalah adalah sebagai
berikut:
 Paduan seperti niobium, titanium, vanadium, dll dapat mengalami dilusi dari
logam dasar ketika pengelasan terjadi.
 Rentan terhadap grain growth pada area CGHAZ
 Pelunakan pada HAZ.
 Rentan mengalami HAC.

Pencegah permasalahan pada pengelasan umumnya dilakukan cara melakukan


preheat dan pengaturan interpass temperature. Selain itu juga melakukan perhitungan
kebutuhan preheat dan interpass didasarkan pada sucepptibility index, carbon equivalent,
dan compositional parameter.
17. Jelaskan weldability baja galvanis (Galvanized Steels) secara singkat : problem apa
saja yang terjadi dan jelaskan cara mengatasinya!

Umumnya baja galvanis sulit untuk dilas dan membutuhkan perlakuan khusus
dalam pengelasannya, hal ini umumnya disebabkan oleh lapisan zink yang menjadi
pelapis dari inti baja. Masalah utama yang sering terjadi pada pengelasan baja galvanis
adalah Zinc Penetration Cracking yaitu retak akibat adanya Intergranular Penetration
pada Seng ke dalam logam las. Penetrasi ini terjadi akibat rendahnya temperatur lebur
dari Seng sehingga Seng cair dapat menyerang logam las baja disepanjang batas butir dan
menghasilkan senyawa yang berisfat rapuh. Untuk mencegah atau mengurangi retak ini
dapat dilakukan metode single atau double bavel¸ menghilangkan lapisan dan menjaga
root opening yang sesuai, dan menggunakan elekroda SMAW E6012, E6013, dan E7016.

18. Suatu baja konstruksi (carbon steel) dengan tipe A515 grade 70 untuk bejana tekan
(pressure vessel) memiliki komposisi kimia 0.35%C, 1.2%Mn, 0.4%Si. Hitunglah
karbon ekuivalen (CE) dan jelaskan kemampulasan dari baja tersebut serta
treatment apa saja yang menurut saudara harus dilakukan pada pengelasan
material tersebut. Gunakan tabel dibawah untuk analisa saudara!

Preheating Requirement Based on CE


CE (%) Preheating Required
Up to 0.45 Preheat optional
0.45 to 0.60 Preheat to 93 – 205 deg C
Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg C

( ) ( ) ( )
( )
( ) ( ) ( )
( )
( )

Jadi, preheat yang harus dilakukan adalah pada temperatur 205-370oC.


Berdasarkan kandungan karbonnya, baja tersebut termasuk ke dalam kategori medium
carbon steel dimana dalam hal kemampulasannya diperlukan preheat dan postheat pada
temperatur 205-370oC. Kemudian harus menggunakan elektroda yang rendah hidrogen,
adanya pengontrolan temperatur pada saaat perubahan antarfasa, dan dilakukan PWHT
setelahnya untuk menghilangkan tegangan.

Anda mungkin juga menyukai