Anda di halaman 1dari 9

Rasyad Syach

2006578532
Penyambungan Material-03
TUGAS 09
1. Jelaskan kemampulasan dari baja AISI 1015 dan AISI 1040. Jelaskan jenis baja karbon yang mana yang memiliki
kemampulasan terbaik.
Berdasarkan persamaan CEV, kemampulasan dari baja karbon berbanding terbalik dengan kemampukerasan dari baja
karbon tersebut. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan fasa martensit selama proses perlakuan panas. Semakin tinggi
kandungan Carbon, maka akan semakin mudah untuk terbentk martensit sehingga weldabilitynya menjadi rendah.
Kemampukerasan dapat diukur dengan melakukan Jominy Test, dimana dengan pengujian ini kita dapat mengetahui
kemampukerasan suatu material (biasanya baja).

Apabila kita melihat dari komposisi Carbon dari masing-masing tipe baja, maka AISI 1015 termasuk baja karbon rendah
sementara AISI 1040 termasuk baja karbon medium. Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa weldability dari AISI 1015
lebih bagus dibandingkan dengan AISI 1040 karena kandungan Carbonnya. Tapi baja AISI 1040 bisa juga dilas dengan
memberi pelakuan khusus yaitu melakukan pre-heating pada 149°C - 260°C dan dilakukan PWHT pada suhu 594°C -
649°C.

2. Jelaskan hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas retak. Ukuran atau parameter apa
yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan. Sebutkan beberapa rumusan yang saudara ketahui.
Hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensitifitas retak  dengan meningkatnya kadar karbon maka
akan mempermudah terbentuknya martensit. Dengan terbentuknya struktur martensite pada hasil las akan membuat hasil
las menjadi getas.

Namun bila CE < 0.4 maka tidak terjadi adanya retak. Hal ini dapat terlihat pada diagram di bawah:
Ukuran atau parameter yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan ialah Carbon Equivalent (CE) dan ketebalan
(kedua faktor tersebut menentukan preheat diperlukan atau tidak). Beberapa rumusan yang diketahui :

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Liquation Cracking? Pada pengelasan jenis material (baja) apa yang sering
terjadi dan sebutkan pencegahannya.
Liquation cracking disebabkan karena adanya konstituen yang mempunyai titik leleh rendah pada batas butir yang
memicu terbentuknya retak skala mikro. Cacat ini juga disebut sebagai hot crackingyang pada umumnya dihasilkan
dari kombinasi regangan karena panas yang muncul selama proses pengelasan dan karena keuletan yang rendah di dalam
material disebabkan adanya fasa liquidpada intergranularatau interdendritic. Lokasi cacat ini terletak pada HAZ, di dalam
logam induk, atau pada deposited weld metalsebelumnya yang terpanaskan oleh passingberikutnya. Mekanisme
penetrasi liquation cracking di daerah HAZ melibatkan interaksi antara batas butir HAZ yang bermigrasi dengan
liquating matrix particle seperti karbida, sulfida, borida, dan lainnya.
Biasanya liquation cracking ini menyerang material Duplex SS (Ferralium 255 dan SAF 2205) dan Austenitic SS (Tipe
304 dan 304L). Berikut struktur mikro jenis material ini yang terserang liquid cracking : (ket;A = SS 304, B = SS
304L, C = Ferallium 255, D = SAF 2205).

Cara pencegahannya ialah dengan menggunakan elektroda yang sesuai dengan komposisi logam induknya, mengatur
masukan panas, dan untuk logam induk sebaiknya dipilih yang memiliki butir halus dan kandunganimpuritiesyang rendah.
Pada pengerjaan welding austenitic SS dan nickel alloys,minimalkan interface temperature dibawah 150°C untuk menjaga
hot cracking.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hydrogen Induced Cracking? Pada pengelasan jenis material (baja) apa yang
sering terjadi dan sebutkan pencegahannya.
Hydrogen Induced Cracking disebut juga cold cracking atau delayed cracking. Fitur pembeda utama dari jenis retakan ini
adalah bahwa hal itu terjadi pada baja feritik, paling sering langsung pada pengelasan atau waktu singkat setelah
pengelasan.
Hydrogen Induced Cracking biasanya dapat dibedakan karena karakteristik berikut :
 Pada baja C-Mn, crack biasanya berasal dari zona terpengaruh panas (HAZ), tetapi dapat meluas ke logam las

 Retak juga dapat terjadi pada weld bead, biasanya melintang ke arah pengelasan pada sudut 45° ke permukaan las.
Mereka mengikuti jalan bergerigi, tetapi mungkin tidak bercabang.
 Pada baja paduan rendah, retakan dapat melintang ke lasan, tegak lurus dengan permukaan lasan, tetapi tidak
bercabang, dan pada dasarnya planar.

Ada tiga faktor yang bergabung menyebabkan keretakan:


 hidrogen yang dihasilkan oleh proses pengelasan
 struktur rapuh keras yang rentan terhadap retak
 tegangan tarik yang bekerja pada sambungan las

Cracking biasa terjadi pada temperature normal yang disebabkan oleh difusi hydrogen pada tegangan yang tinggi, bagian
yang paling keras pada pengelasan. Pada baja C-Mn, karena ada risiko yang lebih besar membentuk mikrostruktur getas di
HAZ, sebagian besar retak hidrogen dapat ditemukan pada logam induk. Dengan pilihan elektroda yang tepat, logam las
akan memiliki kandungan karbon lebih rendah daripada logam induk dan, karenanya, setara karbon lebih rendah (CE).
Namun, retak logam las melintang dapat terjadi, terutama ketika pengelasan bagian tebal komponen; risiko retak meningkat
jika kandungan karbon logam las melebihi baja induk.

Pada baja paduan rendah, karena struktur logam las lebih rentan daripada HAZ, retak dapat ditemukan dalam weld bead.
Pencegahan hydrogen induced cracking
 Hydrogen pada logam las. Asal utama dari hydrogen adalah flux, misalnya coating pada elektroda MMA. Jumlah
hydrogen yang dipengaruhi oleh tipe elektoreda. Elektroda dasar biasanya menghasilkan lebih sedikit hydrogen
dibandingkan dengan elektroda rutil dan selulosa. Sumber hydrogen lain seperti minyak, grease, koteoran, karat,
cat dan coating dan fluida pembersih juga harus dihindari.
 komposisi material dasar Nilai CE mempengaruhi weldability dari material, semakin tinggi nilai CE maka risiko
terjadi hydrogen cracking akan lebih mudah terjadi
 Melakukan Pre-heat dan Post-heat yang tepat dan meminimalisir joint stress
 Memilih logam pengisi yang tepat (dapat mengacu pada klasifikasi milik AWS)
 Packaging dan Storing harus terbebas dari Hidrogen

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lamelar Tearing ? Pada pengelasan jenis material (baja) apa yang sering
terjadi dan sebutkan pencegahannya.
Lamelar Tearing terjadi ketika tegangan tarik terjadi pada bagian bawah daerah las (biasanya baja hasil
pengerolan) yang memiliki ketangguhan atau keuletan yang rendah sehingga menyebabkan dekohesi pada inklusi
non-metalik. Metode pencegahannya dengan menghindari tegangan tarik yang bekerja pada arah transversal terhadap
sampel.
 Void tersebar dan terbentuk di daerah inklusi pada logam induk
 Terbentuknya “terraces” dari void-void tersebut dan saling terhubung
 Terjadi propagasi dan berujung pada shear failure

Biasanya cacat ini berada di daerah-daerah tertentu pada hasil lasan, seperti berikut :

Cara pencegahan untuk lamellar tearing ini dengan memperbaiki disain pengelasan yang akan dilakukan. Dimana
desain pengelasan yang mencegah terjadinya lamellar tearing sebagai berikut :

6. Jelaskan apa yang terjadi pada daerah lasan pada material yang mengalami canai dingin (cold rolled) dan
kemudian di las. Apa pula yang terjadi jika material dilakukan aging.
Proses canai dingin merupakan proses yang dilakukan pada temperatur kamar atau dibawah temperatur rekristalisasi.
Proses canai dingin menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada benda kerja yang diikuti dengan turunnya
keuletan, dimana benda kerja menjadi lebih kuat, lebih keras, lebih rapuh. Pada proses canai dingin tegangan alir benda
kerja menjadi semakin meningkat. Pada struktur mikro spesimen pasca dilakukan pengelasan akan memiliki struktur yang
berbeda-beda mulai dari logam induk, HAZ, sampai ke struktur logam las. Perbedaan ini sesuai dengan siklus panas yang
dialaminya. Perbedaan siklus panas, menyebabkan perbedaan struktur, dan perbedaan struktur mengakibatkan perbedaan
sifat mekanik. Selanjutnya, apabila material pasca las dilakukan aging atau penuaan akan terjadi 2 kemungkinan. Apabila
material baja maka akan terjadi pelunakan, dan apabila material berupa aluminum maka akan terjadi mekanisme penguatan
larutan padat. Dimana langkah-langkahnya adalah :
 Annealing pada temperatur 723°C + 50°C untuk menciptakan vacancies agar butir dapat bergerak
 Diquench hingga mencapai Super Saturated Solid Solution
 Tempering lagi dan diholding hingga presipitat terbentuk, dan semakin lama waktu penuaan yang dilakukan
interface-nya akan berubah dari fully coherent-semi coherent-incoherent
Dengan melakukan tahapan aging diatas maka aluminum akan menjadi lebih kuat, begitu juga dengan aluminum pasca las.
7. Jelaskan pengaruh faktor komposisi kimia dan ketebalan material yang akan dilas dengan weldability-nya. Mana
yang saudara harus pilih bila pada pengelasan kemungkinan dari kedua faktor tsb. Referensi apa yang sdr pakai.
Mampu las material yang akan di las dipengaruhi oleh karbon ekuivalen. Sebenarnya nilai karbon ekuivalen menunjukkan
hubungan antara kepekaan baja terhadap timbulnya retak dengan komposisi kimia baja. Jadi karbon ekuivalen pada
dasarnya mengindikasikan pengaruh unsur-unsur yang terkandung pada baja terhadap kemungkinan terjadinya retak.
Berkorelasi positif dengan kesensitifan terjadinya retak, artinya kepekaan baja terhadap retak akan turun jika nilai karbon
ekuivalen menurun.
Material logam dengan ketebalan tinggi memiliki kemampulasan yang lebih baik dibandingkan dengan material dengan
ketebalan yang lebih tipis. Hal ini berkaitan dengan sifat ketahanan terhadap panas. Material plat tipis cenderung mudah
berlubang apabila dikenai panas terlalu lama sehingga diperlukan kontrol panas yang baik terutama untuk plat tipis.
Contoh dalam kasus baja untuk keperluan struktural. Dimana sifat material baja struktural yang diperlukan ialah:

Hal diatas hanya menjadi dasar dalam menentukan baja yang akan digunakan dalam aplikasi struktural. Pada kenyataannya
safety dan cost menjadi 2 hal yang tidak jarang saling menghalangi pertimbangan dalam menentukan baja yang akan
dipilih. Berdasarkan literatur yang saya gunakan yakni Jurnal “WELDING OPTIONS IN STEEL CONSTRUCTION”
karya Dr. Jayanta k Saha, yang menjabat sebagai Dy.General Manager di Institute for Steel Development & Growth,
Kolkata, India, dalam rangka cost effective karbon ekivalen menjadi salah satu step yang diperhatikan. Dimana seperti
yang telah dijelaskan tentang HIC, faktor komposisi kimia lebih diutamakan dibanding dimensi ketebalan pelat bajanya.
Jadi saya juga mengutamakan komposisi kimia dibanding memprioritaskan ketebalan dimensi pelat baja.
8. Jelaskan Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel) dan jenis baja mana yang memiliki kemampulasan yang baik
serta faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan weldability baja tsb. Sebutkan penggunaan baja tsb
(aplikasinya) di lapangan.
Baja paduan rendah adalah salah satu klasifikasi dari baja paduan (alloy steel) yaitu : low alloy steel,medium alloy
steel,dan high alloy steel. Klasifikasi ini dibedakan menurut unsur paduannya. Baja paduan rendah (low alloy steel)
tergolong jenis baja karbon yang memiliki tambahan unsur paduan seperti Nikel, Chromium dan Molybdenum. Total unsur
paduannya mencapai 2,07%-2,5%. Baja paduan rendah memiliki baja yang sedikit mengandung unsur paduan dibawah
10% dibandingkan dengan baja paduan tinggi mengandung unsur paduan diatas 10% .
Jenis baja yang memiliki kemampulasan yang baik adalah High-Strength-Low-Alloy Steels (HSLA), Quenched and
Tempered Steels (QT), Heat-Treatable-Low-Alloy Steels (HTLA), Chromium-Molybdenum Steels (Cr-Mo) Faktor yang
digunakan untuk menentukan weldability baja tersebut adalah kadar karbon yang terkandung dalam low alloy steel dan
kekerasan yang dimiliki material ini.

Penggunaan baja (aplikasinya) di lapangan adalah untuk konstruksi lasan yang besar seperti jembatan, kapal laut dan
bejana tekan.

9. Jelaskan Klasifikasi Baja menurut standard Jepang (JIS). Berikan penjelasan jenis jenis baja apa saja yang dapat
di las menurut kode tsb.
 Struktur Umum dengan seri SS (SS400, SS490 dsb)
 Struktur Weld dengan seri SM
 Konstruksi Bangunan dengan seri SN
 High Strength Steel Dengan kekuatan tarik > 490 MPa dengan perlakuan QT, TMCP disebut dengan HT steel

  Seri HW dan Seri SPV ( Low Temperature Service)


 Seri SLA, Al, Ni, Austenite SS (304, 304L)( High Temperatur Service)
 Seri Sb ( Boiler Equipment)
 Seri SMA ( Corrosion Resistant caused by weather
10. Jelaskan secara singkat beberapa penguatan baja paduan rendah. Jelaskan peran/fungsi paduan rendah (low
alloys) dalam penguatan baja tsb.
 Solid Solution Strengthening adalah proses penguatan pada baja paduan rendah dengan memberikan paduan
dalam jumlah yang sedikit, namun paduan ini mampu menghalangi jalannya dislokasi, sehingga baja paduan
rendah ini lebih kuat. Dengan ditambahkannya atom lain yang disisipkan atau digantikan, maka kekuatan dan
kekerasan dari suatu material akan lebih besar dibanding dalam keadaan murninya. Hal ini dikarenakan, atom
sisipan tadi akan mengalami dislokasi. Ukuran atom yang kecil dan besar yang terlarut akan menurunkan energi
regangan. Atom sisipan yang berukuran kecil akan menurunkan energi regangan tekan sedangkan atom sisipan
berukuran besar akan menurunkan energi regangan tarik. Semakin banyak terdapat atom sisipan tadi, maka energi
regangan lama kelamaan akan hilang dan dislokasi juga semakin kecil hingga hilang.

 Grain Size adalah proses penguatan dengan menambahkan grain refiner pada saat proses solidifikasi dengan Al-
TiB yang membuat butir pada material menjadi lebih halus, sehingga batas butir semakin banyak dan dislokasi
terhambat, sehingga material lebih kuat. Ukuran dari suatu butiran atau diameter dari butir mempengaruhi
kekuatan dari suatu material. Kita tahu bahwa masing- masing butir akan memiliki orientasi gerak yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Selama deformasi plastis, dislokasi tadi akan menabrak bagian yang disebut
batas butir. Nah, pada mekanisme ini, batas butir tadi lah yang akan menjadi penghalang dari terjadinya dislokasi.
 Precipitate adalah proses penghalangan dislokasi dengan pembuatan endapan dalam matrik material sehingga
material bisa menjadi lebih kuat.
 Pengerjaan dingin adalah memberikan perlakuan yang bertujuan untuk memadatkan dislokasi, sehingga dislokasi
tidak dapat bergerak dan membuat material menjadi lebih kuat. Saat benda mengalami yang namanya penguatan
regangan, otomatis benda akan mengalami dua dislokasi yaitu dislokasi yang terjadi dalam unit sel dan dislokasi
yang disebabkan oleh reduksi luasan tadi. Akibatnya, kepadatan dislokasi akan menjadi semakin besar.
 Hardening (martensite) adalah dengan melakukan pendinginan cepat pada material. Namun hal ini sulit dilakukan
karena kandungan Carbon yang rendah pada baja paduan rendah
11. Pada proses TMCP pada baja, faktor apa saja yang dikontrol diproses tsb agar diperoleh baja dengan kekuatan
yang tinggi.
Pada proses TMCP pada baja, faktor yang dikontrol adalah ukuran butir dari material. Dengan TMCP, butir dari material
yang dirolling akan menjadi halus dan hal ini membuat material menjadi lebih kuat. Hal ini dikarekan pemadatan dislokasi
dengan proses rolling semakin dioptimalkan dengan adanya proses penghalusan butir, sehingga dislokasi semakin sulit
bergerak
 Kontrol cooling rate, dengan kecepatan pendinginan yang berbeda akan menghasilkan fasa yang berbeda

12. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat (problem) “Cold Cracking”
pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Metoda pendekatan (approach) yang dilakukan dalam mengurangi cacat“Cold Cracking” pada baja paduan rendah adalah
dengan memberikan Post Weld Heat Treatment dengan suhu 6500 -7600C. Contohnya pada Cr-Mo Steel yang diwelding,
akan rentan mengalami cold cracking sehingga diperlukan PWHT setelah baja ini disambung dalam range temperature
6500 -7600C
13. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat (problem) “Reheat
Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Reheat cracking terjadi selama PWHT dan paling sering terjadi pada butir yang besar pada daerah HAZ. Adanya paduan
seperti Cr, Mo, V dan Nb akan mempercepat terjadinya cracking.
Metoda pendekatan (approach) yang dilakukan dalam mengurangi cacat (problem) “Reheat Cracking” pada baja paduan
rendah adalah dengan memprediksi dengan nilai Psr.

Nilai Psr yang lebih dari 0 akan memungkinkan adanya cracking pada saat di PWHT, sehingga ada yang dapat dilakukan
yakni dengan memilih material dengan sedikit pengotorm atau dengan memberikan perlakuan tambahan yakni buttering,
temper-bead dan PWHT dengan 2 kali pengerjaan. Sehingga Reheat Cracking dapat dihindarkan. Contoh material yang
mengalami reheat cracking adalah Cr-Mo Steel yang diberikan 2 stages PWHT untuk mencegah adanya reheat cracking.

14. Jelaskan penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan rendah.
Penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan rendah adalah segregasi dari elemen pengotor yang ada
dalam baja paduan rendah di batas butir. Temperatur yang bisa membuat temper embrittlement adalah 3500 -6000C. Hal ini
dapat diprediksi dengan nilai J.
Jika nilai J lebih dari 180, maka material rawan terkena temper embrittlement. (Nilai J dihitung dari adanya kandungan Si, P,
Sn, dan Mn pada baja paduan rendah tersebut. Untuk pengelasan logam :

Nilai PE harus lebih kecil 3 untuk mencegah embrittlement.


15. Jelaskan weldability baja Cr-Mo Steel secara singkat: problem apa saja yang terjadi dan jelaskan cara
mengatasinya.
Baja Cr-Mo adalah terdiri dari 1-12 wt% dan Mo 0.5-1.0 wt% dengan sifat tahan oksidasi yang tinggi dan tahan terhadap
creep karena ditambahkan dengan V, Nb, N dll. Weldability baja Cr-Mo Steel dikatagorikan baik, karena dapat dilas
walaupun dalam keadaan harus diheat treatment setelah proses pengelasan dilakukan. Namun masalah yang sering timbul
dari pengelasan baja Cr-Mo ini adalah rawan cold cracking dan reheat cracking. Sehingga untuk menghindarkan ini terjadi,
perlu diberikan perlakuan PWHT pada temperature 650-760oC setelah proses pengelasan selesai dilakukan
 Temperature minimum preheat bergantung dari komposisi Cr dan Mo serta ketebalan benda kerja
 Jenis pengelasan dan elektroda yang digunakan juga tergantung dari komposisi baja
 Temperatur stress-relief dari baja yang digunakan juga bergantung dari komposisi baja

16. Jelaskan weldability baja HSLA secara singkat: problem apa saja yang terjadi dan jelaskan cara mengatasinya.
Baja HSLA merupakan salah satu jenis baja paduan rendah yang akibat ditambahakn Nb dan V dalam jumlah yang relative
kecil ( max 0.10%) akan memiliki kekuatan tinggi, lebih tangguh dan mampu las lebih baik dibandingkan dengan baja
karbon .
Weldability baja HSLA baik, namun sering terjadi beberapa problem pada saat pengelasan baja jenis ini. Diantaranya adalah
terjadinya dilusi unsur Nb, Ti dan V dari base metal, terjadi softening di daerah HAZ dan rawan terjadinya HAC sehingga
untuk menghindarinya perlu diadakan perhitungan CE sehingga didapatkan temperatur yang valid untuk melakukan preheat
dan PWHT pada baja HSLA sebelum dan sesudah dilas. Permasalahan lainnya adalah adanya pertumbuhan btir pada HAZ
sehingga terjadi softening, rentan terhadap HAC. Perhitungan CE dan metode untuk memprediksi preheat temperature masih
terbatas kevalidannya.
Diperlukan temperature minimum preheat dan interpass ketika menggunakan pengelasan dengan hydrogen rendah. Tidak
hanya itu, perlu disesuaikan elektroda yang akan dipakai untuk pengelasan.
17. Jelaskan weldability baja galvanis (Galvanized Steels) secara singkat : problem apa saja yang terjadi dan jelaskan
cara mengatasinya.
Weldability baja galvanis (Galvanized Steels) juga dapat dikatakan baik, hal ini dikarenakan kadar C dari baja jenis ini
masih rendah. Namun masalah yang sering dihadapi pada baja jenis ini apabila di las adalah terbentuknya retak bila di las
menggunakan metoda las busur listrik, Retak ini terjadi karena adanya intergranular penetration zn ke logam las dan ini
yang disebut zinc penetration cracking. Baja menjadi rapuh dengan adanya seng yang mencair. Seng yang mencair ini
dapat menyerang logam las baja karbon disepanjang batas butir dan membentuk senyawa yang rapuh yang akan mengalami
retak jika tegangan sisa cukup tinggi. Untuk menanggulanginya perlu dilakukan single atau double bevel, menghilangkan
lapisan dan menjaga root opening yang sesuai dengan minimun (0.06 inch), dan elektroda yang disarankan untuk metoda
SMAW adalah E6012, E6013 dan E7016.
18. Suatu baja konstruksi (carbon steel) dengan tipe A515 grade 70 untuk bejana tekan (pressure vessel) memiliki
komposisi kimia 0.35% C, 1.2% Mn, 0.4% Si. Hitunglah karbon ekivalen (CE) dan jelaskan kemampulasan dari
baja tersebut serta treatment apa saja yang menurut saudara harus dilakukan pada pengelasan material tersebut.
Gunakan tabel dibawah untuk analisa saudara.
Preheating Requirement Based on CE
CE (%) Preheating Required
Up to 0.45 Preheat optional
0.45 to 0.60 Preheat to 93 – 205 deg C
Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg C

Komposisi kimia dari carbon steel A515 grade 70 untuk bejana tekan :
 C = 0,35%
 Mn = 1,2%
 Si = 0,4%
 Cr = 0,25%
 Ni = 0,1%
 Cu = 0,2%
 V = 0,1%

Sehingga, preheat yang harus dilakukan adalah pada temperature 205-370o C. Berdasarkan kandungan karbonnya, baja
tersebut termasuk ke dalam kategori medium carbon steel dimana dalam hal kemampulasannya diperlukan preheat dan
postheat pada temperatur 205 - 3700 C. Kemudian harus menggunakan elektroda yang rendah hidrogen, adanya
pengontrolan temperatur pada saaat perubahan antarfasa, dan dilakukan post weld heat treatment setelahnya untuk
menghilangkan tegangan.

Anda mungkin juga menyukai