Anda di halaman 1dari 10

Muhammad Revado Havna Salsabilla

2006578620
TUGAS 09

1. Jelaskan kemampulasan dari baja AISI 1015 dan AISI 1040. Jelaskan jenis baja karbon yang
mana yang memiliki kemampulasan terbaik.
Jawab :
Kemampuan untuk dapat dilas dari baja karbon memiliki nilai yang berbanding terbalik
dengan kemampuan untuk mengeras. Dengan meningkatnya kadar karbon, maka
kemampukerasan akan meningkatdan menyebabkan kemampuan untuk di las menurun.
Hal ini dikarenakan adanya pembentukan fasa martensite selama proses perlakuan panas.
Semakin tinggi kandungan Carbon, maka akan semakin mudah untuk terbentuk martensit
sehingga weldabilitynya menjadi rendah. Kemampuan untuk dapat mengeras diukur dengan
melakukan Jominy Test, dimana dengan pengujian ini kita dapat mengetahui kemampuan
untuk mengeras suatu material (biasanya baja).
AISI 1015 tergolong ke dalam baja karbon rendah dengan kadar kandungan karbon 0.13-
0.18sedangkan AISI 1040 tergolong ke dalam baja karbon sedang dengan kadar karbon
0.37-0.44.Sehingga dengan melihat kadar karbon dari kedua jenis baja tersebut, maka AISI
1040 memilikinilai kemampulasan yang buruk dengan kemampukerasan yang tinggi.
Sedangkan AISI 1015 memiliki nilai kemampulasan yang lebih baik. Akan tetapi bukan
berarti AISI 1040 sulit dilas,ada perlakuan lebih yang dilakukan saat mengelas AISI 1040
yakni dilakukan pre-heating padasuhu 149°C - 260°C dan dilakukan PWHT pada suhu
594°C - 649°C.
2. Jelaskan hubungan antara komposisi logam yang akan dilas dengan sensivitas retak. Ukuran
atau parameter apa yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan. Sebutkan
beberapa rumusan yang saudaraketahui.
Jawab :
Hubungan antara komposisi yang akan dilas dengan sensitifitas retak dapat dinyatakan
dalamgrafik karbon ekivalen dengan sensitifitas retak.
Ukuran atau parameter yang dipakai untuk menentukan sensitifitas retak lasan ialah
CarbonEquivalent (CE) dan ketebalan (kedua faktor tersebut menentukan preheat
diperlukan atautidak). Rumus yang diketahui:
AWS menyatakan bahwa untuk kandungan karbon yang setara di atas 0,40% ada potensi
retak di zona terkena panas (HAZ) pada tepi potong api dan las. Namun, standar teknik
struktural jarang menggunakan CE, tetapi membatasi persentase maksimum elemen paduan
tertentu.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Liquation Cracking? Pada pengelasan jenis material
(baja) apa yang sering terjadi dan sebutkan pencegahannya.
Jawab:
Hal ini disebabkan padadaerah batas lebur merupakan sumber segregasi yangterdiri dari
partikel yang memiliki titik lebur yanglebih rendah sehingga pada proses pemanasan
ulang,inidimungkinkanpartikeltersebutmeleburmembentuk lapisan pada batas butir
AWS menyatakan bahwa untuk kandungan karbon yang setara di atas 0,40% ada potensi
retak di zona terkena panas (HAZ) pada tepi potong api dan las. Namun, standar teknik
struktural jarang menggunakan CE, tetapi membatasi persentase maksimum elemen paduan
tertentu. Sehingga pada saat pembekuan atau solidifikasi terdapat kontak antara weld metal
dengan PMZtersebut yang menyebabkan retak yang halus.
Material yang sering terjadi cacatLіquatіon Crackіng adalahAustenіtіc staіnless steel.
Metode untuk mengurangi Lіquatіon Crackіngpada pengelasan adalah sebagai berikut:
• Menggunakan metal fіller yang sesuaі•mengurangі heat іnput agar PMZ menjadі sedіkіt
• Mengurangіdegree of restraіnt sehіngga dapat mengurangi tegangan sisa.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hidrogen Induced Cracking? Pada pengelasan jenis
material (baja) apa yang sering terjadi dan sebutkan pencegahannya.
Jawab:
Pada dasarnya HIC ini terjadi karena atom H membentuk molekul H2 di dalam matriks
logam. Dan ketika molekul H2 tersebut mengalami penambahan jumlah akan menyebabkan
blistering pada permukaan ketika sistem menerima tekanan, dan apabila tekanannya terus
ditingkatkan maka akan terbentuk retak yang akan terus menjalar yang disebut stepwise
cracking yang disebabkan oleh menumpuknya HIC.
Hidrogen masuk melalui 3 tahap yaitu adsorbsi , absorbsi, dan transfer . Mekanisme yang
terjadi dimulai ketika hidrogen menempel pada permukaan baja lalu terserap pada permukaa
kedalam struktur baja sehingga terjadi penumpukan hidrogen pada batas butir , dikarenakan
penyebaran hidrogen tidak merata maka terjadi ketidak seimbangan tekanan sehingga
mengakibatkan terjadinya crack .
Material baja yang berstruktur BCC rentan terhadap HIC . Untuk material yang biasanya
sering mengalami HIC ini ialah Low alloy dan High strength steel seperti Titanium dan
Nikel. Umumnya, baja dengan kekerasan dibawah 30 HRC dan kekuatan tarik dibawah
145000 Psi atau 1000 Mpa tidak mengalami fenomena HIC ini.
HIC dapat diatasi dengan melakukan hal-hal berikut:
• Area logam las harus bersih dan terbebas dari kelembaban
• Meminimalisir joint stress
• Melakukan Pre-heat dan Post-heat yang tepat
• Memilih logam pengisi yang tepat (dapat mengacu pada klasifikasi milik AWS)
• Packaging dan Storing harus terbebas dari Hidrogen, baik itu dalam keadaan vakum
atau diberi sedikit pemanasan pada suhu rendah.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lamelar Tearing ? Pada pengelasan jenis material (baja)
apa yang seringterjadi dan sebutkan pencegahannya.
Jawab:
Lamelar tearing adalah retak yang terjadi karenategangan yang besar pada daerah las,
kadang-kadang terjadi tegangan berumpak yang menjalar sepanjang butiran bukan logam
yang ada dalam baja. Retak ini dipengaruhi bentuk butir bukan logam, harga karbon
equivalent atau sensitifitas retak, kadar hydrogendifusi atau tegangan sisi
Lamelar Tearing terjadi ketika tegangan tarik terjadi pada bagian bawah daerah las
(biasanya baja hasil pengerolan) yang memiliki ketangguhan atau keuletan yang rendah
sehingga menyebabkan dekohesi pada inklusi non-metalik. Metode pencegahannya dengan
menghindari tegangan tarik yang bekerja pada arah transversal terhadap sampel. Void
tersebar dan terbentuk di daerah inklusi pada logam induk.Terbentuknya “terraces” dari
void-void tersebut dan saling terhubung.Terjadi propagasi dan berujung pada shear failure.
Untuk menghindari terjadinya lamelar tearing adalah:
• Pelat baja yang dihasilkan harus memiliki keuletan yang tinggi pada arah sumbu
z,reduction inarea> 20 %.
• Baja harus desulphurisasi ke level yang terendah dan kemudian dilakukan
CaatauCe-treated untuk meyakinkan sulphida sisa yang terbentuk pada hot
rolling berada dalam bentuk globular
6. Jelaskan apa yang terjadi pada daerah lasan pada material yang mengalami canai dingin
(cold rolled) dan kemudian di las. Apa pula yang terjadi jika material dilakukan aging .
Jawab :
Merupakan proses yang dilakukan pada temperatur kamar atau dibawah temperatur
rekristalisasi. Proses canai dingin menyebabkan terjadinya mekanisme penguatan pada
benda kerja yang diikuti dengan turunnya keuletan, dimana benda kerja menjadi lebih kuat,
lebih keras, lebih rapuh. Pada proses canai dingin tegangan alir benda kerja menjadi semakin
meningkat. Pada struktur mikro spesimen pasca dilakukan pengelasan akan memiliki
struktur yang berbeda-beda mulai dari logam induk, HAZ, sampai ke struktur logam las.
Perbedaan ini sesuai dengan siklus panas yang dialaminya. Perbedaan siklus panas,
menyebabkan perbedaan struktur, dan perbedaan struktur mengakibatkan perbedaan sifat
mekanik.
Selanjutnya, apabila material pasca las dilakukan aging atau penuaan akan terjadi 2
kemungkinan. Apabila material baja maka akan terjadi pelunakan, dan apabila material
berupa aluminum maka akan terjadi mekanisme penguatan larutan padat. Dimana tahapanya
biasanya adalah:
• Annealing pada temperatur 723°C + 50°C agar butir dapat bergerak
• Diquench hingga menjadi Super Saturated Solid Solution
• Tempering lagi dan diholding agar presipitat dapat terbentuk, dan semakin lama
waktu penuaan yang dilakukan interface-nya akan berubah dari fully coherent-semi
coherentin coherent
• Dengan melakukan tahapan aging diatas maka aluminum akan menjadi lebih kuat,
begitu juga dengan aluminum pasca las.
7. Jelaskan pengaruh faktor komposisi kimia dan ketebalan material yang akan dilas dengan
weldability-nya. Mana yang saudara harus pilih bila pada pengelasan kemungkinan dari
kedua faktor tsb. Referensi apa yang sdr pakai.
Jawab :
Mampu las material yang akan di las dipengaruhi oleh karbon ekuivalen. Sebenarnya
nilai karbon ekuivalen menunjukkan hubungan antara kepekaan baja terhadap timbulnya
retak dengan komposisi kimia baja. Jadi karbon ekuivalen pada dasarnya mengindikasikan
pengaruh unsur-unsur yang terkandung pada baja terhadap kemungkinan terjadinya retak.
Berkorelasi positif dengan kesensitifan terjadinya retak, artinya kepekaan baja terhadap
retak akan turun jika nilai karbon ekuivalen menurun. Material logam dengan ketebalan
tinggi memiliki kemampulasan yang lebih baik dibandingkan dengan material dengan
ketebalan yang lebih tipis. Hal ini berkaitan dengan sifat ketahanan terhadap panas. Material
plat tipis cenderung mudah berlubang apabila dikenai panas terlalu lama sehingga
diperlukan kontrol panas yang baik terutama untuk plat tipis. Contoh dalam kasus baja untuk
keperluan struktural. Dimana sifat material baja struktural yang diperlukan ialah:
Hal diatas hanya menjadi dasar dalam menentukan baja yang akan digunakan dalam
aplikasi struktural. Pada kenyataannya safety dan cost menjadi 2 hal yang tidak jarang saling
menghalangi pertimbangan dalam menentukan baja yang akan dipilih. Berdasarkan literatur
yang digunakan yaitu berjudul “STUDI CACAT LASAN PADA BAJA STRUKTURAL
DAN PENCEGAHANYA ” karya Mulianti .
Dimana seperti yang telah dijelaskan pada jurnal terkait faktor komposisi kimia lebih
diutamakan dibanding dimensi ketebalan pelat bajanya.
8. Jelaskan Baja Paduan Rendah (Low Alloy Steel) dan jenis baja mana yang memiliki
kemampulasan yang baik serta faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan
weldability baja tsb. Sebutkan penggunaan baja tsb (aplikasinya) di lapangan.
Jawab :
Low alloy steel,medium alloy steel,dan high alloy steel. Klasifikasi ini dibedakan
menurut unsur paduannya. Baja paduan rendah (low alloy steel) tergolong jenis baja karbon
yang memiliki tambahan unsur paduan seperti Nikel, Chromium dan Molybdenum. Total
unsur paduannya mencapai 2,07%-2,5%. Baja paduan rendah memiliki baja yang sedikit
mengandung unsur paduan dibawah 10% dibandingkan dengan baja paduan tinggi
mengandung unsur paduan diatas 10% .
Jenis baja yang memiliki kemampulasan yang baik adalah High-Strength-Low-Alloy
Steels (HSLA), Quenched and Tempered Steels (QT), Heat-Treatable-Low-Alloy Steels
(HTLA), Chromium-Molybdenum Steels (Cr-Mo) Faktor yang digunakan untuk
menentukan weldability baja tersebut adalah kadar karbon yang terkandung dalam low alloy
steel dan kekerasan yang dimiliki material ini.
Penggunaan baja (aplikasinya) di lapangan adalah untuk konstruksi lasan yang besar
seperti jembatan, kapal laut dan pipa .
9. Jelaskan Klasifikasi Baja menurut standard Jepang (JIS). Berikan penjelasan jenis jenis baja
apa saja yang dapat di las menurut kode tsb.
Jawab :
• Struktur Umum dengan seri SS (SS400, SS490 dsb)
• Struktur Weld dengan seri SM,
• Konstruksi Bangunan dengan seri SN
• High Strength Steel Dengan kekuatan tarik > 490 MPa dengan perlakuan QT, TMCP
disebut dengan HT steel
• Seri HW dan Seri SPV ( Low Temperature Service)
• Seri SLA, Al, Ni, Austenite SS (304, 304L)( High Temperatur Service)
• Seri Sb ( Boiler Equipment)
• Seri SMA ( Corrosion Resistant caused by weather)
10. Jelaskan secara singkat beberapa penguatan baja paduan rendah. Jelaskan peran/fungsi
paduan rendah (low alloys) dalam penguatan baja tsb.
Jawab :
Solid Solution Strengthening adalah proses penguatan pada baja paduan rendah dengan
memberikan paduan dalam jumlah yang sedikit, namun paduan ini mampu menghalangi
jalannya dislokasi, sehingga baja paduan rendah ini lebih kuat. Hal ini dikarenakan, atom
sisipan akan mengalami dislokasi. Ukuran atom yang kecil dan besar yang terlarut akan
menurunkan energi regangan. Atom sisipan yang berukuran kecil akan menurunkan energi
regangan tekan sedangkan atom sisipan berukuran besar akan menurunkan energi regangan
tarik.
Dapat juga dengan menambahkan grain refiner yang membuat butir pada material menjadi
lebih halus, sehingga batas butir semakin banyak dan dislokasi terhambat, sehingga material
lebih kuat. Ukuran dari suatu butiran atau diameter dari butir mempengaruhi kekuatan dari
suatu material. Kita tahu bahwa masing- masing butir akan memiliki orientasi gerak yang
berbeda- beda antara satu dengan yang lain.
Lalu terdapat Precipitate hardening adalah proses penghalangan dislokasi dengan
pembuatan endapan dengan pembuatan partikel kecil dalam fase kedua dari fase asli dalam
matrik material sehingga material bisa menjadi lebih kuat.
11. Pada proses TMCP pada baja, faktor apa saja yang dikontrol diproses tsb agar diperoleh baja
dengan kekuatanyang tinggi.
Jawab :
Pada proses TMCP pada baja, faktor yang dikontrol adalah ukuran butir dari material.
Dengan TMCP, butir dari material yang dirolling akan menjadi halus dan hal ini membuat
material menjadi lebih kuat. Hal ini dikarekan pemadatan dislokasi dengan proses rolling
semakin dioptimalkan dengan adanya proses penghalusan butir, sehingga dislokasi semakin
sulit bergerak.
Dapat dilihat bahwa pada proses heat treatment juga mempengaruhi fasa yang terbentuk
ketika terjadi pendinginan.
12. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Cold Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Jawab :

Metoda pendekatan (approach) yang dilakukan dalam mengurangi cacat“Cold Cracking”


pada baja paduan rendah adalah dengan memberikan Post Weld Heat Treatment dengan suhu
6500-7600C. Contohnya pada Cr-Mo Steel yang diwelding, akan rentan mengalami cold
cracking sehingga diperlukan PWHT setelah baja ini disambung dalam range temperature
6500-7600C

13. Jelaskan metoda pendekatan (approach) apa yang dilakukan dalam mengurangi cacat
(problem) “Reheat Cracking” pada baja paduan rendah. Beri contohnya.
Jawab :

Reheat cracking terjadi selama PWHT dan paling sering terjadi pada butir yang
berukuran besar pada daerah Heat Affected Zone. Adanya paduan seperti Cr, Mo, V dan Nb
akan mempercepat terjadinya cracking karena dapat menjadi getas .

“Reheat Cracking” pada baja paduan rendah adalah dengan memprediksi dengan nilai
Psr. Nilai Psr yang lebih dari 0 akan memungkinkan adanya cracking pada saat di PWHT,
sehingga ada yang dapat dilakukan yakni dengan memilih material dengan sedikit pengotorm
atau dengan memberikan perlakuan tambahan yakni buttering, temper-bead dan PWHT
dengan 2 kali pengerjaan. Sehingga Reheat Cracking dapat dihindarkan.

14. Jelaskan penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan rendah.

Jawab :
Penyebab terjadinya ”temper embrittlement” pada lasan baja paduan rendah adalah
segregasi dari elemen pengotor yang ada dalam baja paduan rendah di batas butir.
Temperatur yang bisa membuat temper embrittlement adalah 3500-6000C. Hal ini dapat
diprediksi dengan nilai J. Jika nilai J lebih dari 180, maka material rawan terkena temper
embrittlement. (Nilai J dihitung dari adanya kandungan Si, P, Sn, dan Mn pada baja paduan
rendah tersebut.Untuk pengelasan logam nilai PE harus lebih kecil 3 untuk mencegah
embrittlement.
15. Jelaskan weldability baja Cr-Mo Steel secara singkat: problem apa saja yang terjadi dan
jelaskan cara mengatasinya.
Jawab :
Baja Cr-Mo adalah terdiri dari 1-12 wt% dan Mo 0.5-1.0 wt% dengan sifat tahan
oksidasi yang tinggi dan tahan terhadap creep karena ditambahkan dengan V, Nb, N dll.
Weldability baja Cr-Mo Steel dikatagorikan baik, karena dapat dilas walaupun dalam
keadaan harus diheat treatment setelah proses pengelasan dilakukan. Namun masalah yang
sering timbul dari pengelasan baja Cr-Mo ini adalah rawan cold cracking dan reheat
cracking. Sehingga untuk menghindarkan ini terjadi, perlu diberikan perlakuan PWHT
setelah proses pengelasan selesai dilakukan.
Diperlukan temperature minimum preheat tergantung dari komposisi Cr dan Mo seta
ketebalan benda kerja.
16. Jelaskan weldability baja HSLA secara singkat: problem apa saja yang terjadi dan jelaskan
cara mengatasinya.
Jawab :

Baja HSLA merupakan salah satu jenis baja paduan rendah yang akibat ditambahakn Nb
dan V dalam jumlah yang relative kecil ( max 0.10%) akan memiliki kekuatan tinggi, lebih
tangguh dan mampu las lebih baik dibandingkan dengan baja karbon

Weldability baja HSLA baik, namun sering terjadi beberapa problem pada saat pengelasan
baja jenis ini. Diantaranya adalah terjadinya dilusi unsur Nb, Ti dan V dari base metal, terjadi
softening di daerah HAZ dan rawan terjadinya HAC sehingga untuk menghindarinya perlu
diadakan perhitungan CE sehingga didapatkan temperatur yang valid untuk melakukan
preheat dan PWHT pada baja HSLA sebelum dan sesudah dilas. Permasalahan lainnya
adalah adanya pertumbuhan btir pada HAZ sehingga terjadi softening, rentan terhadap HAC.
Perhitungan CE dan metode untuk memprediksi preheat temperature masih terbatas
kevalidannya.

17. Jelaskan weldability baja galvanis (Galvanized Steels) secara singkat : problem apa saja
yang terjadi dan jelaskan cara mengatasinya.
Jawab :

Weldability baja galvanis (Galvanized Steels) dapat dikatakan baik. Namun masalah
yang sering dihadapi pada baja jenis ini apabila di las adalah terbentuknya retak bila di las
menggunakan metoda las busur listrik, Retak ini terjadi karena adanya intergranular
penetration zn ke logam las dan ini yang disebut zinc penetration cracking. Baja menjadi
rapuh dengan adanya seng yang mencair.
Seng sebagai pelapis ini ketika mencair dapat menyerang logam las baja karbon didaerah
batas butir dan membentuk senyawa yang rapuh yang memperbesar kemungkinan untuk
mengalami retak jika terdapat tegangan sisa. Untuk menanggulanginya perlu dilakukan single
atau double bevel, untuk menghilangkan lapisan dan menjaga root opening yang sesuai
dengan minimun dan elektroda yang disarankan untuk metoda SMAW adalah E6012, E6013
dan E7016.

18. Suatu baja konstruksi (carbon steel) dengan tipe A515 grade 70 untuk bejana tekan (pressure
vessel) memiliki komposisi kimia 0.35% C, 1.2% Mn, 0.4% Si. Hitunglah karbon ekivalen
(CE) dan jelaskan kemampulasan dari baja tersebut serta treatment apa saja yang menurut
saudara harus dilakukan pada pengelasan material tersebut. Gunakan tabel dibawah untuk
analisa saudara.

Preheating Requirement Based on CE


CE (%) Preheating Required
Up to Preheat optional
0.45
0.45 to 0.60 Preheat to 93 – 205 deg C
Over 0.60 Preheat to 205 to 370 deg
C
Jawab :
Diketahui :
V= 0,1%
Ni= 0,1%
Cr= 0,25%
Mn= 1,2%
Cu= 0,2%
Si= 0,4 %
C= 0,35%

Ditanya = Carbon eq
CE= C + ((Ni+Cu)/15) + ((Mn+Si)/6) + ((Cr+Mo+V)/5)
CE= 0,35 + ((0,1+ 0,2)/15) + ((1,2+0,4)/6) + ((0,25+0+0,1)/5)=0,7%

Maka disimpulkan dari tabel diatas diperoleh carbon equivalent sebesar 0,7%.Sehingga tergolong
besar (high carbon steel). Hal tersebut menyebabkan baja A515 grade 70 mempunyai kemampuan
las yang rendah. Dengan meningkatnya nilai Equivalent Carbon (EC), maka mikrostruktur akan
berkembang sehingga mudah terjadi HIC karena mengindikasi kandungan karbon yang tinggi
maka kandungan martensite akan mendominasi sehingga hidrogen dapat masuk dan bergabung
lebih mudah didalam batas butir .
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan tabel “Preheating Requirement Based on CE” maka
untuk carbon steel A515 grade 7 untuk bejana tekan akan dilakukan preheat pada suhu 205 – 370°C
hal ini dilakukan untuk mengurangi adanya hidrogen yang tersisip yang menyebabkan crack .
preheating digunakan agar hidrogen dapat berdifusi sehingga diperlukan penurunan suhu yang
tidak signifikan agar hidrogen tidak terperangkap dan menyebabkan tegangan yang tinggi .

Anda mungkin juga menyukai