Anda di halaman 1dari 36

DISSIMILAR METAL

WELDING
Semester: 6
Kredit: 2 sks

Eli Novita Sari, S.T., M.T.


Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Billfath
► Pengelasan logam tidak selalu dilakukan
pada logam yang sama, melainkan banyak
ditemui pengelasan untuk logam yang
berbeda
► Yang dimaksud dengan dissimilar adalah
perbedaan dalam hal unsur kimia (beda
material), maupun perbedaan dalam hal
metalurgi (material sama tetapi komposisi
kimia ada perbedaan)

2
► Perbedaan ini berada pada posisi baik pada
base metalnya maupun pada weld metal
(pengaruh filler)
► Hampir semua logam dapat dikombinasikan
dengan cara dilas, soldering maupun
mechanical joining
► Pengelasan logam yang berbeda
membutuhkan filler yang sesuai untuk
kedua logam
3
► Hasil pengelasan dissimilar metal akan
mempunyai karakteristik yang tidak persis
sama dengan salah satu logam
penyusunnya
► Karena karakteristik hasil las yang spesifik
dan jenis metal yang mempunyai properties
berbeda, maka pengelasan dissimilar metal
harus menggunakan rencana dan prosedur
yang tepat

4
► Pada pengelasan dissimilar metal (DM),
yang menjadi perhatian utama adalah
komposisi dan sifat mekanik dari weld metal
(logam las)
► Tentu saja komposisi weld metal tergantung
dari komposisi base metal dan fillernya

5
► Karakteristik bekuan juga tergantung dari
dilusi dan gradien komposisi dari base metal
(masing-masing sisi)
► Pada saat pengelasan, dua logam (plus
filler) akan mencair dan berkumpul di weld
pool.
► Fase yang terbentuk bisa berupa mixture
(campuran) atau senyawa antara dua unsur
6
► Komposisi kimia pada weld metal dapat
dicari dengan dua cara:
1. rasio volume antara base metal yang mencair
dengan volume weld metal
2. komposisi base metal dengan filler metal

7
► Persen dilusi dapat dicari dengan cara
mengamati cross section area suatu lasan
► Persentase rata-rata alloying element pada
weld metal dapat dihitung dengan:
► XW = (DA)(XA) + (DB)(XB) + (1 – DT)(XF)

8
► XW = (DA)(XA) + (DB)(XB) + (1 – DT)(XF)
Dimana
► XW = persentase rata2 elemen X di weld metal
► XA = persentase rata2 elemen X di base metal A
► XB = persentase rata2 elemen X di base metal B
► XF = persentase rata2 elemen X di filler metal
► DA = persentase dilusi logam A
► DB = persentase dilusi logam B
► DT = persentase dilusi total logam A + logam B 9
10
11
Temperatur Lebur (Tm)
► Penyambungan dua logam yang berbeda
dengan fusi membutuhkan peleburan dua
logam tersebut.
► Jika selisih Tm dua logam kurang dari 200 oF,
normal welding procedures bisa digunakan
► Bila selisih Tm lebih dari itu, maka metode
penyambungan lain harus dipertimbangkan
(brazing, sold state welding)
12
Perbandingan properties terhadap properties baja karbon

13
► Pengelasan dua logam yang selisih TM nya
terlalu besar akan mengakibatkan rusaknya
logam yang mempunyai Tm rendah
► Hal ini disebabkan logam dengan Tm tinggi
akan menginduksi panas sehingga
menyebabkan tegangan pada logam lainnya
► Permasalahan ini bisa diatasi dengan cara
“buttering”
14
► Buttering dilakukan dengan cara
membubuhkan filler dengan Tm diantara dua
logam induk (TmA < TmF < TmB) sebanyak
satu atau beberapa layer pada logam yang
titik leburnya lebih tinggi
► Selanjutnya proses pengelasan dilakukan
antara logam yang Tm nya rendah dengan
permukaan butter tadi
15
16
17
Konduktivitas Termal
► Sebagian besar logam dan paduan adalah
konduktor panas yang baik
► Sebaliknya konduktivitas panas yang terlalu
tinggi akan mempengaruhi heat input untuk
melebur logam secara lokal
► Pengelasan dua logam yang berbeda juga
harus memperhatikan konduktivitas masing-
masing logam.
18
Metode
► Sumber panas (elektrode) harus diarahkan
ke logam yang konduktivitas termalnya
lebih tinggi agar diperoleh dilusi yang
berimbang dengan logam yang
konduktivitas termalnya lebih rendah
► Metode lain adalah memberikan preheat
secukupnya pada logam yang konduktivitas
termalnya lebih tinggi

19
Ekspansi Termal
► Thermal expansion adalah faktor terpenting
pada dissimilar metal welding.
► Perbedaaan koefisien ekspansi termal dua
logam yang terlalu besar akan
mengakibatkan tegangan tarik pada satu
logam dan tegangan tekan pada logam
lainnya
► Akibatnya akan terjadi retak pada weld
metal pada saat pengelasan
20
► Koefisien ekspansi termal dihitung dengan

► Yaitu perubahan regangan karena


perubahan temperatur
► Atau perubahan panjang karena perubahan
temperatur
21
► Tegangan yang terjadi pada HAZ dapat
dicari dengan

► Dimana E adalah modulus elastisitas logam


► Da adalah selisih koefisien ekspansi termal
antara dua logam
► Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya
crack, sebaiknya dihindari pengelasan dua
logam yang mempunyai Da terlalu tinggi
22
Preheat dan Postheat Treatment
► Preheat dan/ atau post heat menjadi
pertimbangan penting bagi pengelasan
logam yang berbeda, terutama bagi
pengelasan stainless steel (rentan terjadi
sensitization)
► Oleh karena itu hal-hal yang harus
dipertimbangkan antara lain:

23
► Perlu tidaknya pre/ postheat (tebal, jenis material)
► Temperatur pre/ postheat
► Sisi atau bagian yang perlu di pre/ postheat
Pengelasan austenitic SS dan Ni-Cr Steel
mengharuskan preheat pada Ni-Cr steel karena
Ni-Cr steel terdapat aging hardening yang
memerlukan waktu lama pada temperatur tinggi.
Sedangkan austenitic SS mengharuskan pendinginan
cepat untuk menghindari sensitized temperature

24
25
Service Consideration
► Pengelasan logam yang berbeda
menimbulkan konsekuensi perbedaan sifat
mekanik sambungan las.
► Weld metalpun akan mempunyai sifat yang
berbeda, tergantung pada sisi logam induk
mana yang lebih dekat
► Dalam hal desain sebaiknya dipilih dua
logam dengan konduktivitas dan ekspansi
panas yang mirip
26
► Apabila hal di atas tidak bisa dicapai, maka
harus digunakan filler intermediate, yang
mempunyai koefisien ekspansi diantara dua
logam induknya.
► Hal ini akan menurunkan derajat
pendinginan sambungan las

27
Corrosion Consideration
► Korosi pada lasan bisa ditemui misalnya
pada stainless steel, dimana pendinginan
lambat akan memicu terjadinya presipitasi
karbida dan mengurangi resistance to
corrosion
► Korosi berupa galvanic corrosion juga
mungkin terjadi antara dua logam berbeda.
Logam yang berpotensial rendah akan
terkorosi

28
► Untuk mengatasi galvanic problem, maka
diperlukan cathodic protection agar logam
yang berpotensial tinggi mengalirkan
elektronnya ke anoda tumbal.
► Korosi yang lain adalah korosi pada
temperatur tinggi, baik disebabkan
dealloying maupun penggetasan hidrogen.
Untuk mengatasi, maka desain dan proses
pengelasannya harus sesuai dengan WPS

29
Filler Metal Selection Criteria
► Soundness, berdilusi seminim mungkin,
tidak menimbulkan crack dan kompatibel
untuk kedua logam
► Strktur mikro yang stabil pada weld metal
(tidak berdifusi ke base metal)
► Physical properties, diantara dua logam
induk, terutama thermal conductivity dan
expansion
30
► Mechanical properties, setidaknya sama
atau lebih tinggi dari weakest base metal
pada kondisi pemakaian
► Corrosion resistance, harus lebih tinggi atau
sama dengan corrosion resistance kedua
logam untuk menghindari munculnya korosi
pada weld metal

31
Beberapa Problem Pengelasan
Dissimilar Metal
► Stainless Steel dan Carbon Steel
► Austenitic, ferritic dan martensitic SS bisa
dilas dengan CS dengan prosedur biasa
► Filler yang digunakan adalah SS based dan
Ni-Fe atau Ni-Cr-Fe based filler
► Resiko pengelasan, terjadinya migrasi C dari
base metal ke weld metal untuk berikatan
dengan Cr pada temperatur 800oF
32
► Pada baja karbon rendah hal ini tidak terlalu
menjadi masalah
► Pada baja karbon medium, ini akan
menyebabkan depletion of carbon dan
melemahkan sifat mekanik HAZ baja karbon
► Akibatnya akan terjadi kegagalan pada baja
karbon

33
► Solusinya salah satunya menggunakan
intermediate filler yang mempunyai
koefisien ekspansi termal antara CS dan SS
► Filler ini disambungkan terlebih dahulu pada
CS (buttering) dan selanjutnya SS bisa
disambung dengan buttering surface

34
Chromium Steel dengan Carbon Steel

► Untuk pengelasan Cr-S (SAE AISI 41xx,


43xx, 50xx dan 51xx) dengan C steel
diperlukan filler dengan kadar Cr sama
dengan kadar Cr pada Cr-S tetapi less
hardenable, atau filler baja karbon biasa
► Untuk Cr-S dengan low alloy steel,
digunakan filler dengan komposisi kimia
sama dengan low alloy steel

35
► Sedangkan untuk pengelasan sesama Cr-S,
digunakan filler yang mempunyai kadar Cr
yang minimum sama dengan kadar Cr
tertinggi dari logam induknya

36

Anda mungkin juga menyukai