Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah pinang (Areca cathecu) merupakan salah satu komuditas ekspor
Indonesia, pinang yang menjadi komuditas ekspor tersebut ada lah pinang
yang sudah berbentuk biji. Menurut Warta Penelitian dan Perkembangan Tanaman
Industri (2012), luas area tanaman pinang di Indonesia pada tahun 2011 ditaksir
147.890 ha, dengan produksi 69.881 ton dan produktivutas rata-rata 743 kg/ha. Petani
umumnya menanam pinang secara tradisional sebagai tanaman pembatas kebun atau
tanaman pagar. Produksi dan produktivitas biji pinang akan membuka lapangan kerja di
pendesaan serta meningkatkan pendapatan petani dan ekspor.
Buah pinang dimanfaatkan sebagai bahan penyegar sampai bahan baku industri
farmasi. Penyebaran komoditas ekspor buah pinang di Indonesia antara lain tersebar di
Pulau Sumatra, seperti Provinsi Aceh dan Provinsi Jambi, sedangkan daerah lain masih
terbatas pada konsumsi lokal. Jessica et al (2019) Provinsi Jambi merupakan salah satu
penghasil pinang di Indonesia, di mana terdapat 10 kabupaten/kota yang melakukan usaha
tani pinang. Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki produksi pinang tertinggi yaitu
9.776 ton dengan luas tanam 8.615 Ha, dan produktivitas 1,13 ton/Ha. Kabupaten Tanjung
Jabung Timur penghasil pinang terbesar kedua di Provinsi Jambi dengan produksi pinang
5.736 ton dengan luas tanam 8.846 Ha, dan produktivitas 0,64 ton per Ha (Dinas
Perkebunan Provinsi Jambi, 2015).
Alfian dan Darmein ( 2018) Proses pengupasan buah pinang yang saat ini dilakukan
masyarakat menggunakan parang atau pisau, sehingga dapat memperlambat dalam
pengupasan buah pinang. Dan kemampuan yang dihasilkan 10sampai 15 kg/hari. Hal ini
perlu di pehatikan mengingat proses pengupasan buah pinang masih memakan waktu
yang sangat lama. Anwardi (2019) Hasil survei dengan menggunakan kuesioner
Nordic Body Map terhadap 10 pekerja buah pinang setelah bekerja diperoleh 60%
pekerja mengeluh rasa sakit pada punggung, 80% mengeluh sakit pada pinggang, 90%
mengeluh sakit pada

1
2

bokong, 80% mengeluh pada bagian pantat, 40% mengeluh sakit pada bahu, lengan dan
beberapa anggota tubuh bagian atas dan bawah.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan suatu rancangan alat pengupas biji
pinang yang mudah untuk dioperasikan dan memiliki material bahan yang kuat dan tahan
serta memiliki harga yang terjangkau oleh konsumen. Melalui perancangan mesin pengupas
buah pinang ini diharapkan proses pemisahan biji pinang dengan serabut buah, dapat
menurunkan kehilangan (losses) yang terjadi sehingga produksi meningkat dan menurunkan
risiko pekerjaan yang sebelumnya menggunakan teknik pengupasan konvensional. Oleh
sebab itu, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian pe rancangan mesin pengupas
kulit buah pinang ( Areca cathecu ) berkapasitas 30 kg/jam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat ditarik rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana perancangan mekanisme yang tepat untuk proses pengupasan kulit buah
pinang?
2. Bagaimana proses pemilihan komponen yang tepat untuk mesin pengupas kulit buah
pinang?
3. Bagaimana proses pengujian kinerja mesin pengupas kulit buah pinang?
4. Seberapa besar peningkatan produktivitas proses pengupasan kulit buah pinang
antara proses pengupasan manual dibandingkan dengan proses pengupasan secara
mekanis?

C. Batasan Masalah
Dalam penyusunan proposal skripsi ini,penulis hanya memfokuskan pada
perhitungan dari komponen-koponen yang penting saja, agarperancangan dan
pembuatan tetap terarah dengan jelas dengan batasana-batasan yang diberikan,antara
lain :
3

a) Hitungan kekuatan /performa mesin pengupas pinang hanya dilakukan pada


komponen kompenen utama yang meliputi: Poros, Puli dan Sabuk, Pisau pengupas,
Hopper, Motor penggerak.

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masaah, maka dapat ditarik tujuan dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses perancangan mekanisme yang tepat
untuk proses pengupasan kulit buah pinang.
2. Untuk mendapatkan komponen yang tepat untuk mesin pengupas kulit buah
pinang.
3. Untuk mengetahui proses pengujian kinerja mesin pengupas kulit buah
pinang
4. Untuk Mengetahui Seberapa besar peningkatan produktivitas proses
pengupasan kulit buah pinang antara proses pengupasan manual
dibandingkan dengan proses pengupasan secara mekanis.

E. Manfaat Penelitian
Dari ide tersebut, Dapat di identifikasikan sebagai berikut
1. Menunjang pembangunan budidaya dan industri buah pinang yang ada di
Indonesia terutama di Sumartra Selatan.
2. Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal serta efektif ramah
lingkungan, dan mempermudah masyarakat daam system pengupasan kulit
buah pinang.
3. Memangkasb waktu dalam pengupasan buah pinang dengan kapasitas 30
Kg/Jam.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Karakteristik Buah Pinang

Tanaman pinang diklasifikasikan


dalam
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Arecales
Suku : Arecaceae/palmae
Marga : Areca Gambar 1, Buah Pinang
Jenis : Areca catechu.

Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat


mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm.
Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul
daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2
tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini
berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun.
Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk
dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna
coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna
agak keputihan Depkes RI (1989).
6

1.1 Kandungan kimia buah pinang


Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2),
arekolidine, arekain, guvakolin, guvasin dan isoguvasin, tanin terkondensasi,
tanin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak
menguap dan tidak menguap, serta garam, Nonaka (1989) menyebutkan bahwa
biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi
yang termasuk dalam golongan flavonoid.
1.2 Manfaat Buah Pinang
Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik,
anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi, Fine (2000).

2. Jenis-Jenis Metode Proses Pengupasan Buah Pinang


2.1 Secara manual
Pada tahap metode ini masyarakat biasanya melakukan proses pengupasan
buah pinang menggunakan parang atau pisau, sehingga dapat memperlambat
dalam pengupasan buah pinang, Angga Pranata et al,(2016)
2.2 Menggunakan mesin
Pengupasan kulit buah pinang dengan menggunakan mesin ini tergolong lebih
mudah dan lebih cepat dibandingkan pengupasan kulit buah pinang secara manual,
yaitu dengan cara buah pinang yang sudah dipanen bisa lansung dimasukkan ke
hooper pengupasan, sehingga hasil pengupasan menggunakan mesin dapat
menghemat waktu dan juga tenaga. Angga Pranata et al,(2016)
3. Jenis-Jenis Mesin Pengupas Kulit Buah Pinang
3.1 Mesin pengupas kulit buah pinang kering
Buah yang akan kupas oleh alat ini adalah buah pinang yang sudah dalam
kondisi kering.

Prinsip Kerja Mesin Pengupas Kulit Buah Pinang Kering buah pinang
dimasukkan dalam hopper yang terdapat pada bagian atas mesin. Karena pengaruh
grafitasi, pinang akan jatuh dengan sendirinya ke mata pisau yang terpasang pada 2
7

poros yang berfungsi sebagai pengupas. Poros digerakakn oleh motor penggerak
listrik dengan kapasitas 1 HP dengan menggunakan sabuk V belt sebagai
perpindahan daya. Terdapat juga sebuah pemisah yang terpasang dibawah poros
mata pisau yang berfungsi untuk memisahkan antara kulit dan isi pinang. Pinang
akan jatuh melewati pemisah tersebut dan masuk pada tempat penampungan dan
kulit pinang akan keluar melalui celah samping mesin pengupas pinang. Deny
Alfian et al (2018)

3.2 Mesin Pengupas Kulit Buah Pinang Muda


Buah pinang yang akan dikupas oleh alat ini merupakan buah pinang yang masih
muda (hijau), karena buah pinang muda masih menyatu antara biji dan serabutnya
oleh sebab itu sistem yang akan digunakan dalam perancangannya yaitu proses
screw yang mana motor listrik akan memutarkan poros yang memiliki alur yang
menggerakkan buah pinang bertemu dengan pisau pengupas untuk dapat mengupas
sabut pinang tersebut. Sistem perancangan alat pengupas pinang ini dilakukan
dengan merancang screw untuk mengupas sabut pinang, dimana pada proses ini
terjadi pengikisan sabut pinang akibat adanya beban lenturan atau defleksi pada
poros akibat putaran yang di terima.

3.3 Mesin Pengupas Kulit buah Pinang Tua


alat pengupas pinang tua dimana pengoperasian mesin dilakukan oleh
operator manusia menggunakan motor bakar 7 HP dengan putaran motor bakar
maksimal 2600 rpm, kapasitas efektif alat sebesar 153,5713 kg/jam. sebagai tenag
penggeraknya. Motor bakar akan menggerakkan pisau roll untuk membanting bahan
sehingga menghasilkan pinang yang telah terkupas.
8

B. Rumus-Rumus Yang Digunakan


1. Motor Bebsin
Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja
dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar adalah motor
yang sumber tenaganya diperoleh dari hasil pembakaran gas didalam ruang bakar.
Perhitungan:

1. Volume langkah
Adalah besarnya ruang bakar yang ditempuh oleh piston selama melakukan
langkah kerja.
π 2
VL = .D .L (wiratno, et al 2012, hal 65)
4

Dimana : D = Diameter silinder (cm)


L = Panjang Langkah piston (cm)
2
VL =0,785 . 4,35 . 6,54 = 97,146 cc

2. Volume ruang bakar (Vc)


Volume ruang bakar adalah volume ruang bakar dari silinder head dan volume
dari gasket.
Vc = Vcsh + Vcg (wiratno, et al 2012, hal 65)

Vcg adalah volume yang disebabkan ketebalan gasket dengan tebal.


9

2. Poros
Poros adalah sebuah elemen mesin berbentuk silinder pejal yang berfungsi sebagai
tempat duduknya elemen-elemen lain seperti puli, sproket, roda gigi, dan kopling dan
juga berperan sebagai elemen penerus daya dan putaran dari mesin penggerak. Hampir
semua mesin yang mengandung mekanisme bergerak/berputar memiliki poros, dari
yang berukuran kecil hingga poros-poros besar. Kemudian berdasarkan posisi dalam
mesin, poros bisa diletakkan dalam arah vertikal ataupun horisontal. Definisi poros
adalah sesuai dengan penggunaan dan tujuan penggunaannya.

a. Shaft, adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke
mekanisme lainnya
b. Axle, adalah poros yang tetap tapi mekanismenya yang berputar pada poros
tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung.
c. Line shaft, adalah suatu poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme
yang bergerak dan berfungsi memindahkan daya motor penggerak ke mekanisme
tersebut.
d. Spindle, adalah poros pendek terdapat pada mesin perkakas dan mampu/sangat
aman terhadap momen bending.
e. Flexible shaft, adalah poros yang berfungsi memindahkan daya dari dua
mekanisme dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya. Daya
yang dipindahkan relative kecil.
Macam macam poros
10

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menerut pembebanannya sebagai


berikut

a. Poros transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling,roda gigi, pili sabuk atau sproket
rantai, dan lain-lain
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak mendapat
beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini
hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana
akan mengalami beban puntir juga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan poros antara lain
a. Kekuatan poros, suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau
bending ataupun kombinasi antara keduanya. Kelelahan tumbukan atau pengaruh
konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros memiliki alur
pasak.
b. Kekakuan poros, meskipun poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
atau getaran dan suara. Oleh karena itu selain kekuatan, kekakuan poros harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
c. Putaran kritis, adalah bila putaran suatu mesin di naikkan maka pada putaran
tertentu akan terjadi getaran yang besar. Sebaiknya direncanakan putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritis.
d. Korosi, bahan-bahan tahan korosiharus dipilih untuk poros propeller dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida korosif.
11

e. Bahan poros, poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon kontruksi mesin (disebut bahan S-C) yang
dihasilkan dari ingot yang di ‘kill’ (baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan
dicor kadar karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang
tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang
misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa da dalam terasnya. Tetapi
penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya
bertambah besar. Harga-harga yang terdapat di dalam tabel diperoleh dari batang
percobaan dengan diameter 25 mm; dalam hal ini harus diingat bahwa untuk poros
yang diameternya jauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga tersebut akan lebih rendah
dari pada yang ada di dalam tabel karena adanya pengaruh masa.
Tabel 1.Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.

Kekuat
Standar
Lamba Perlakua an tarik
dan Keterangan
ng n panas (kg/mm
macam 2
)
Penormala
n
Penormala
S30C n 48
Baja
S35C Penormala 52
karbon
S40C n 55
konstruksi
S45C Penormala 58
mesin (JIS
S50C n 62
G 4501)
S55C Penormala 66
n
Penormala
n
Ditarik dingin,
Batang
S35C-D - 53 digerinda, dibubut,
baja yang
S45C-D - 60 atau gabungan
difinis
S55C-D - 72 antara hal-hal
dingin
tersebut
Sumber: (Sularso; Elemen Mesin; hal 3)

Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya
dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
12

Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam faktor
keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat
diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana Pd (kW) sebagai patokan
adalah.
Pd= fcP (kW) (Sularso, Elemen Mesin, hal 7)
Dimana : Pd= Daya perencana (kW)
fc= Faktor koreksi
Harga fc dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc.

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8-1,2
Daya normal 1,0-1,5
Sumber; (Sularso; Elemen Mesin; hal 7) Hal Penting Dalam Perencanaan Poros

a. Kekuatan Poros :
• Beban poros transmisi : puntir, lentur, gabungan puntir dan lentur, beban tarikan atau
tekan (misal : poros baling-baling kapal, turbin)
• Kelelahan, tumbukan, konsentrasi tegangan seperti pada poros bertingkat dan
beralur pasak.
• Poros harus didesain dengan kuat.
b. Kekakuan Poros
• Untuk menerima beban lentur atau defleksi akibat pntiran yang lebih besar.
c. Putaran Kritis
• Jika suatu mesin putarannya dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa. Putaran ini disebut putaran kritis.
• Putaran kerja harus lebih kecil dari putaran kritis (n < ns)
d. Korosi
• Perlindungan terhadap korosi untuk kekuatan dan daya tahan terhadap beban.
e. Bahan Poros
13

• Disesuaikan dengan kondisi operasi.


• Baja konstruksi mesin, baja paduan dengan pengerasan kulit tahan terhadap
keausan, baja krom, nikel, baja krom molibden dll.
f. Standard diameter poros transmisi
• 25 s/d 60 mm dengan kenaikan 5 mm
• 60 s/d 110 mm dengan kenaikan 10 mm
• 110 s/d 140 mm dengan kenaikan 15 mm
• 140 s/d 500 mm dengan kenaikan 20 mm
Poros Dengan Beban Torsi Murni
a. Poros bulat (pejal)
(irawan, Elemen mesin, hal:46)

T : torsi (N-m)
J : momen inesia polar (m4)
τ: tegangan geser ijin torsional (N/m2)
r : jari-jari poros (m) = d/2

(rumus diameter poros beban torsi murni)

a.Syarat pemakaian rumus :


• Beban torsi murni
• Poros bulat, pejal, masif
• Beban lain tidak diperhitungkan.
• Diameter poros yang dihasilkan merupakan diameter poros minimum, sehingga harus
diambil yang lebih besar.
14

b. Untuk poros berlubang dengan beban puntir murni


do : diameter luar
di : diameter dalam
(irawan, Elemen mesin, hal:46)

k adalah faktor diameter (ratio) =

3. Pulley
Pulleyadalah bagian atau elemen mesin yang berfungsi mentransmisikan atau
meneruskan tenaga dari poros satu ke poros lain memakai sabuk.Pulleybisa dibuat dari
besi tuang, baja tuang atau baja yang dicetak, pulleypada umumnya terbuat dari besi
tuang karena harganya rendah. Pulleydapat dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:

1.Sheaves/V-pulleypaling sering digunakan untuk transmisi, produk ini digerakkan


oleh v-beltkarena kemudahannya dan dapat diandalkan.
15

2.Variable Speed Pulley, perangkat yang digunakan untuk mengontrol kecepatan


mesin. Berbagai proses industri seperti jalur seperti jalur perakitan harus bekerja
pada kecepatan yang berbeda untuk produk yang berbeda, yang mana kondisi
memproses kebutuhan penyetelan aliran dari pompa atau kipas, memvariasikan
kecepatan dari drive mungkin menghemat energi dibandingkan dengan teknik lain
untuk kontrol aliran.
3.Mi-Lock Pulley, yang digunakan pada pegas remjenis ini menawarkan keamanan
operasional yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi personil, mesin dan
peralatan dapat diandalkan untuk pengereman yang mendadak atau fungsinya
menahan pada mesin yang tiba-tiba mati atau karena kegagalan daya.
4.Timing Pulley, ini adalah jenis lainnya dari katrol di mana ketepatan sangat
dibutuhkan untuk aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang
mempunyai kebutuhan yang lebih spesifik.
Diameter pulleyyang digerakkan:
(irawan, Elemen mesin, hal:46)

Di mana:
D2 = Diameter pulley yang digerakkan (mm)
D1 = Diameter pulley penggerak (mm)
n1 = Putaran pulley penggerak (mm)
n2 = Putaran pulley yang digerakkan (mm)

4. Sabuk
Sabuk merupakan salah satu jenis sistem transmisi. Tenaga/daya ditransmisikan dari
poros yang satu ke poros yang lain melalui sebuah belt yang melingkar pada puli yang
terpasang pada poros. Kedudukan poros yang satu dengan poros yang lain dapat sejajar
ataupun menyilang. Kemampuan transmisi dari sistem ini sangat ditentukan oleh
karakter
Sebagian besar sabuk transmisi menggunakan sabuk V, karena mudah penanganannya
dalam maintenance dan harga yang relatif murah. Selain itu, sistem transmisi ini juga
16

dapat menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Dalam
perhitungan besarnya daya yang ditransmisikan tergantung dari beberapa faktor antara
lain sebagai berikut.
1. Kecepatan linier sabuk.
2. Tegangan sabuk yang terjadi.
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan pulley.
4. Kondisi sabuk yang dipakai.

Bahan V-Belt:
1. Kulit.
2. Anyaman benang.
3. Karet.

Gambar 2. Tegangan Pada Pulley


Sumber : Khurmi, A Textbook Of Machine Design,New Dehli

Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa menunjukkan sisi kencang (T1) dan sisi kendor
(T2) pada sebuah v-belt.

a. Menentukan panjang sabuk diperoleh dengan menggunakan rumus:


(Khurmi, Machine
Design,hal,36)

Dimana:
17

L = Panjang sabuk (mm)


x = Jarak sumbu poros (mm)
𝑟1 = Jari-jari poros kecil (mm)
𝑟2 = Jari-jari poros besar (mm)

b. Kecepatan sabuk didapat dengan rumus:


(Khurmi, Machine
Design,hal,36)

Dimana:
V = Kecepatan sabuk (m/s)
Dp = Diameter pulley penggerak (mm)
n = Putaran pulley penggerak (Rpm)

c. Sudut kontak untuk sabuk terbuka:

(Khurmi, Machine Design,hal,37)

Dimana:
r1 = Jari-jari pulley kecil (mm)
r2 = Jari-jari pulley besar (mm)
C = Jarak antar poros

d. Tarikan sisi kencang (T1) tarikan sisi kendor (T2) dan pada sabuk
(Khurmi, Machine Design,hal,37)
18

Dimana:
T1 =Tarikan sisi kencang (kg)
T2 = Tarikan sisi kendor (kg)
μ = Koefisien gesek untuk pulley dengan sabuk adalah 0,3
θ = Sudut kontak (rad)

5. Screw Conveyor
Screw conveyor terdiri dari poros yang terpasang di screw yang berputar dalam
casing (trought) dan penggerak. Screw conveyor berputar secara konstan karena
ditopang oleh gantungan bantalan (hanger bearing) dan bantalan (bearing) yang
terdapat pada tiap ujung screw. Perputaran screw akan mendorong bahan sepanjang
trought (casing). Pada saat screw berputar, material dimasukkan melalui cawan pengisi
(feeding hopper) ke screw yang bergerak maju akibat daya dorong screw. Poros dan
screw berputar sepanjang lintasan yang sudah ada. Material atau bahan yang berada di
dalam screw akan dikeluarkan pada ujung trought atau bukaan bawah trought.

Kapasitas screw conveyor tergantung pada diameter screw (D meter), standart pitch (P
meter) dan kecepatan putar (n rpm). Persamaan yang digunakan untuk menghitung
kapasitas per menit screw adalah:
Q= A x p x n (Rantawi,unit transfer,hal 62)
Ket:
A = Luasan screw
P = Pitch
n = kecepatan putar

Gambar 3, Screw Tampak depan

Sumber: Rantawi, perancangan unit transfer (screw conveyor) 2012)


Dimana:
19

Dimana :
Q = kapasitas screw (m3/ment)
D = diameter screw (m)
d = diameter poros screw (m)
P = standatr pitch (m)
Ada beberapa persamaan yang digunakan untuk menghitung kapasitas screw conveyor
diantaranya, yaitu:
1. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu:

(Rantawi,unit transfer,hal 63)

keterangan :
V = Kapasitas, (m3/jam)
C = Faktor koreksi karena inklinasi conveyor,
β = 0⁰ 5º 10º 15º 20º
C = 1 0,9 0,8 0,7 0,65
D = Diameter Srew, (m)
S = Screw Pitch, untuk aliran lambat, material abrasif S=0,8D
Ψ = Loading efficiency,
a. 0,125 untuk aliran lambat, material abrasive;
b. 0,25 untuk aliran lambat, material sedikit abrasive;
c. 0,32 untuk aliran bebas mengalir, material sedikit abrasive
20

d. 0,4 untuk aliran bebas mengalir, material tidak abrasive.


Υ = Berat curah bahan, (ton/m3)
n= Kecepatan putar screw, (rpm)
Kecepatan putar screw tergantung pada kapasitas yang diperlukan, diameter screw, dan
sifat bahan yang hendak dipindah. Kecepatan putar minimum dan maksimum screw
sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah

Tabel. 3. Kecepatan Min dan Max screw

Sumber: Rantawi, perancangan unit transfer (screw conveyor) 2012)

2. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu:

(Rantawi,unit transfer,hal 63)

Keterangan :
Q = Kapasitas, (ft3/hour)
D = Diameter screw, (inch)
d = Diameter batang poros, (inch)
P = Pitch, (inch)

Nilai 1/36,6 merupakan nilai mutlak/konstanta, nilai ini diperoleh dengan cara
menyamakan satuan dari m3/menit menjadi ft3/hour.
21

3. Persamaan yang digunakan untuk menentukan kapasitas screw, yaitu:

(Rantawi,unit transfer,hal 64)

keterangan:
Cs = kapasitas screw; ft3 per hour per rpm
Ds= diameter screw; inches
Dp= diameter poros/as; inches
P = jarak pitch; inches
K = loading factor, %

Tabel.4 . Kapasitas dan kecepatan yang diizinkan

Sumber:
Rantawi, perancangan unit transfer (screw conveyor) 2012)
22

Dalam perencanaan screw conveyor yang pertama harus diperhatikan adalah pembuatan
ulir pada screw. Perencanaan awal dalam pembuatan ulir screw yaitu tentukan terlebih
dahulu diameter screw (D) dan diameter as atau poros screw (d).

Persamaan yang digunakan dalam perencanaan screw conveyor adalah:

keterangan :
h = tinggi gang/jarak puncak (m)
b = lebar bidang ulir (m)
U = panjang gasis luar ulir (m)
u = panjang garis dalam ulir (m)
D = diameter screw (m)
d = diameter as screw (m)
w = sudut potongan dalam bentangan satu gang
R = bentangan screw (m)
r = bentangan as screw (m)
F = permukaan bidang
BAB III
MODEL PERANCANGAN

A. Kebutuhan Perancangan
1. Diagram Alir Proses Perancangan
Perancangan merupakan suatu kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses
pembuatan mesin pengupas kulit buah pinang. Dalam pembuatan alat ini sangat
diperlukan suatu gambaran yang digunakan untuk langkah-langkah pekerjaan.

TIDAK

YES

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Mesin Pengupas Kulit Buah Pinang


24

1. Alat Dan Bahan Yang Digunakan


Tabel 5. Bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin pengupas
NoKomponen yang dibuatKomponen yang di beli

Mata pisau Motor bensin 5,5 hp


Besi poros

Saluran keluar
Rumah bering/bantalan
Screw conveyor Rumah bantalan

a. Mesin las dan Elektroda


Mesin Las adalah mesin yang dapat menyambung besi menjadi satu rangkaian
utuh sehingga dapat membentuk sebuah bentuk yang anda inginkan atau
butuhkan. Prinsip kerja mesin las adalah dengan cara membakar besi atau
menyambung dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.

Gambar 5. Mesin Las

b. Elektroda
Fungsi kawat las atau yang sering disebut dengan elektroda adalah suatu
material yang digunakan untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi
sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.
25

Gambar 6. Elekroda
c. Gerinda
Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk menggerinda
benda kerja. Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa
logam yang keras seperti besi dan stainless steel. Menggerinda dapat bertujuan
untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat, atau dapat juga bertujuan
untuk membentuk benda kerja seperti merapikan hasil pemotongan, merapikan
hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut,menyiapkan
permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-lain.

Gambar 7. Gerinda Tangan


d. Mesin bor tangan
Mesin bor tangan adalah mesin bor yang pengoperasiannya dengan
menggunakan tangan dan bentuknya mirip pistol. Mesin bor tangan biasanya
digunakan untuk melubangi kayu, tembokmaupun pelat logam. Khusus Mesin bor
ini selain digunakan untuk membuat lubang juga bisa digunakan untuk
mengencangkan baut maupun melepas baut karena dilengkapi 2 putaran yaitu
26

kanan dan kiri. Mesin bor ini tersedia dalam berbagai ukuran, bentuk, kapasitas
dan juga fungsinya masing-masing.

Gambar 8. Bor Tangan


e. Meteran
Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga sebagai
Roll Meter ialah alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang 25 – 50
meter. Meteran ini sering digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar
jalan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter hingga 0,5 mm. Roll Meter ini pada
umumnya dibuat dari bahan plastik atau plat besi tipis. Satuan yang dipakai dalam
Roll Meter yaitu mm atau cm, feet tau inch. Pita ukur atau Roll Meter tersedia
dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter.

Gambar 9. Meteran
f. Mistar Siku
Mistar Siku adalah alat ukur mistar yang terbuat dari baja namun membentuk
sudut siku – siku, mistar ini kebanyakan dipakai oleh para pengrajin kayu.
Kegunaannya agar rangka yang dibuat tidak miring.
27

Gambar 10. Mistar Siku


g. Bantalan (bearing)
Bearing dalam Bahasa Indonesia berarti bantalan. Dalam ilmu mekanika
bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi untuk membatasi gerak
relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak pada arah yang
diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) agar selalu berputar terhadap sumbu
porosnya, atau juga menjaga suatu komponen yang bergerak linier agar selalu
berada pada jalurnya.
Bearing atau laher adalah komponen sebagai bantalan untuk membantu
mengurangi gesekan peralatan berputar pada poros/as. Bearing atau laher ini
biasanya berbentuk bulat. Bearing di mobil dipasang pada as roda dan ditempat-
tempat yang berputar lainnya.
Tujuan dari bantalan block untuk mengurangi gesekan rotasi dan mendukung
radial dan aksial beban.

Gambar 11. Bantalan


h. Besi As Poros
Secara istilah poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan
umumnya berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya.
28

Gambar 12. Besi As Poros


i. Besi Hollow
Besi hollow adalah besi yang berbentuk pipa kotak. Besi hollow biasanya
terbuat dari besi galvanis,stainless atau besi baja. Sering digunakan dalam
konstruksi bangunan, terutama dalam konstruksi acessoris seperti pagar, railling,
atap kanopi dan pintu gerbang. Pada rancangan ini besi hollow digunakan untuk
rangka alat pengerol pipa.

Gambar 13. Besi Hollow


j. Tachometer
Tachometer adalah sebuah alat pengujian yang dirancang untuk mengukur
kecepatan rotasi dari sebuah objek, seperti alat pengukur dalam sebuah mobil yang
mengukur putaran per menit (RPM) dari poros engkol mesin. Kata tachometer
berasal dari kata Yunani tachos yang berarti kecepatan dan metron yang berarti
untuk mengukur. Perangkat ini pada masa sebelumnya dibuat dengan dial, jarum
yang menunjukkan pembacaan saat ini dan tanda-tanda yang menunjukkan tingkat
yang aman dan berbahaya. Pada masa kini telah diproduksi tachometer digital
29

yang memberikan pembacaan numerik tepat dan akurat dibandingkan


menggunakan dial dan jarum.

Gambar 14. Tachometer


k. Jangka sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.

Gambar 15. Jangka Sorong


l. Pipa Baja
Pipa baja adalah materi bangunan yang terbuat dari logam campuran (besi dan
karbon) dan sudah dipakai secara luas di industri konstruksi maupun pada aplikasi
industri manufaktur.
30

Gambar 16. Pipa Baja


A. Spesifikasi Perancangan
1. Fungsi
a. Mesin pengupas kulit buah pinang diharapkan mampu untuk mengupas
sesuai dengan ukurannya.
b. Dapat menghasilkan produk yang lebih baik.
c. Dapat mempercepat proses pengupasan sehingga mesin pengupas lebih
efektif dan efisien.
d. Mesin pengupas buah pinang ini menggunakan motor bensin sebagai
penggerak utamanya.
e. Pengoperasian mesin pengupas sangat mudah sehingga operator mudah
mengerti
2. Kontruksi
a. Pengerjaan harus benar-benar presisi pada bagian screw conveyor
b. Pengelasan yang dilakukan harus benar-benar kuat dan bagus.
3. Keamanan
Komponen mesin yang berpotensi terhadap kecelakaan kerja operator
dibutuhkan pelindung atau pengaman.
4. Ergonomis
a. Alat tidak memerlukan ruangan yang luas atau lebar karena ukurannya tidak
terlalu besar.
b. Alat dapat dipindah-pindah tempat sesuai dengan kondisi lingkungan.
31

Gambar 17. Gambar Desain

B. Perhitungan Awal Perancangan


A. Menghitung Poros
Berdasarkan formulasi [3,4], bagian-bagian
yang akan dihitung sebagai berikut:
Daya yang ditransmisikan
P = 5,5 HP => 5,5 x 0,746 kW
= 4,103 kW
n1 = 3600 rpm
Faktor koreksi (fc)
Daya rata- rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya rencana (Pd)
Pd = 2,0 x 4,103 kW
= 8,206 kW
Momen puntir rencana (T)

Bahan poros, perlakukan panas dan kekuatan tarik S30C yaitu Baja
karbon. Kekuatan tariknya 48 Kg/mm²
Sf1= 6,0S
f2= 3,0
32

egangan geser yang diizinkan (𝝉𝒂)

Diameter poros(ds)
33

Daftar Pustaka

[1] J. Jessica, Y. Nengsih, and R. Hartawan, “PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


PINANG (Areca caatechu L.) PADADAERAH PASANG SURUT AIR LAUT
DAN DAERAH PASANG SURUT AIR TAWAR,” J. Media Pertan., vol. 4, no.
2, p. 45, 2019, doi: 10.33087/jagro.v4i2.81.

[2] “perkebunan_Warta1832012-1.pdf.” .

[3] A. P. Irawan, “Diktat Elemen Mesin,” Diklat Elem. Mesin, no. October, p. 124,
2009.

[5] L. Rusdiyana, E. Widiyono, M. Mursid, D. Jurusan, T. Mesin, and F. Industri,


“Analisa Gaya dan Daya Mesin Pencacah Rumput Gajah Berkapasitas 1350
kg/jam,” J. Energi Dan Manufaktur, vol. 7, no. 2, pp. 163–172, 2015.

[6] A. Y. Nasution and R. Effendi, “Perancangan Dan Pembuatan Alat Pengupas


Kulit Kopi Basah Dengan Kapasitas 120 Kg/Jam,” Turbo  J. Progr. Stud. Tek.
Mesin, vol. 7, no. 2, pp. 140–146, 2018, doi: 10.24127/trb.v7i2.809.

[7] T. W. Joko Suwignyo, Samsudi Rahardjo, “Perhitungan Daya Dan Konsumsi


Bahan Bakar Motor Bensin,” J. Traksi, vol. 12, no. 2, pp. 58–75, 2012.

[8] S. Deny Alfian, Darmein, “Membuat Mesin Pengupas Kulit Buah Pinang
Kering,” J. Mesin Sains Terap., vol. 2, no. 1, pp. 34–38, 2018.

[9] A. A. Anwardi, “Penerapan Alat Pembelah Buah Pinang Manual Yang Ergonomis
Di Desa Kayu Raja-Kabupaten Inhil-Riau,” J. Empower. Community, vol. 1, no.
2, pp. 33–43, 2019, doi: 10.36423/jec.v1i2.248.

[10] A. basyir Rantawi, “Perancangan Unit Transfer (Screw Conveyor) Pada Mesin
Pengisi Polibag Untuk Meningkatkan Efektivitas Kinerja Di Bidang Pembibitan,”
Motiv. Emot., vol. 30, no. 3, pp. 243–250, 2006.

[11] Kementerian Pertanian, “Prospek Tanaman Pengembangan,” Bul. Kementeri.


Pertan., pp. 0–5, 2020.

Anda mungkin juga menyukai