Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS KERUSAKAN SPHERICAL BEARING GEARBOX HELIMAX


CSB 225 SPL PADA STATION CREEPER No.3 DI PT. BATANGHARI
TEMBESI

Disusun Oleh :

Syariffudin

15A1068

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL JAMBI

2018
LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISIS KERUSAKAN SPHERICAL BEARING GEARBOX HELIMAX


CSB 225 SPL PADA STATION CREEPER No.3 DI PT. BATANGHARI
TEMBESI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja
Praktek Pada Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh :

Syariffudin

15A1068

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL JAMBI

2018
PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek dengan judul ANALISIS KERUSAKAN


SPHERICAL BEARING GEARBOX HELIMAX CSB 225 SPL PADA
STATION CREEPER No.3 DI PT. BATANGHARI TEMBESI yang
disusun oleh SYARIFFUDIN, NIM : 15A068 telah diseminarkan pada
tanggal 09 Januari 2019 dan dinyatakan diterima.

Disetujui :
Ketua
Prodi Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Zainal Abadi, S.Pd., M.Eng Adriyan, S.T., M.T


NIDN. 1012068704 NIDN. 1029068603

Pembimbing lapangan

Haryanto
Kabag. Maintenance
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan atas keharidat Allah


SWT berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat meyelesaikan
penyusunan laporan kerja praktek di PT. Batanghari Tembesi Jambi.
Proses penyusunan laporan kerja praktek ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil
sehingga terselesaikannya penyusunan laporan kerja praktek, antara lain sebagai
berikut :
1. Bapak Adriyan, S.T., M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek jurusan
Teknik Mesin Stiteknas Jambi.
2. Bapak Hariyanto selaku pembimbing lapangan di PT. Batanghari Tembesi
Jambi.
3. Maintenance Crew di PT. Batanghari Tembesi yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
4. Orang Tua, Saudara dan Teman-Teman Kerja Praktek terima kasih atas
dukungan moril dan materil selama penyusunan laporan Kerja Praktek.
5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan
kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan semua pihak
dimasa yang akan dating. Kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan kerja praktek ini.

Jambi, 18 September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Judul i

Halaman Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vi

Daftar Gambar vii

Daftar Lampiran ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Kerja Praktek 2

1.4 Manfaat Kerja Praktek 2

1.5 Jadwal Kegiatan 3

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 5

2.1 Gambaran Umum Perusahaan 5

2.2 Visi dan Misi Perusahaan 7

2.3 Struktur Organisasi 8

2.4 Proses Produksi 8

2.5 Alasan Memilih Tempat Kerja Praktek 17

iv
BAB III METODOLOGI DAN IMPLEMENTASI 19

3.1 Studi Kasus 19

3.2 Perhitungan Umur Bearing 31

3.3 Perhitungan Beban Bearing 34

3.4 Analisis dan Implementasi 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 43

4.1 Kesimpulan 43

4.2 Saran 44

Daftar Pustaka 45

Riwayat Hidup Penulis 46

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kegiatan Kerja Praktek di PT. Batanghari Tembesi 3

Tabel 3.1 Data Spesifikasi Gearbox 31

Tabel 3.2 Data Spesifikasi Bearing 31

Tabel 3.3 Ukuran Diameter Pulley & Roda Gigi Gearbox 34

Tabel 3.4 Rangkuman Nilai Hasil Perhitungan 38

Tabel 3.5 Data Teknis Mesin Penggiling Rubber 38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jadwal Diklat 4

Gambar 2.1 Lay Out Perusahaan 6

Gambar 2.2 Struktur Organisasi 8

Gambar 2.3 Bahan Baku Mentah 9

Gambar 2.4 Bahan Baku Masuk Prebreaker 9

Gambar 2.5 Bahan Baku Masuk Hammer Mill 10

Gambar 2.6 Proses Penggilingan 11

Gambar 2.7 Bahan Baku Siap Maturasi 11

Gambar 2.8 Proses Maturasi 12

Gambar 2.9 Bahan Baku Siap Masuk Dryer 13

Gambar 2.10 Dryer 13

Gambar 2.11 Pendeteksian Logam Pada Bandela 14

Gambar 2.12 Penimbangan Bandela 14

Gambar 2.13 Pengempaan Bandela 15

Gambar 2.14 Logo Kemasan 15

Gambar 2.15 Packing 16

Gambar 2.16 Lay Out Proses Produksi 16

Gambar 3.1 Bantalan Luncur 20

Gambar 3.2 Bantalan Gelinding 22

Gambar 3.3 Single row groove ball bearings 22

Gambar 3.4 Single row groove ball bearings 23

Gambar 3.5 Single row angular contact ball 23

Gambar 3.6 Double row angular contact ball 24

Gambar 3.7 Double row barrel roller bearings 24

vii
Gambar 3.8 Single row cylindrical bearings 25

Gambar 3.9 Tapered roller bearings 25

Gambar 3.10 Single direction thrust ball bearings 26

Gambar 3.11 Ball and socket bearings 26

Gambar 3.12 Spherical Roller Bearing 26

Gambar 3.13 Mesin Crepeer 27

Gambar 3.14 Spherical Roller Bearing pada gearbox 28

Gambar 3.15 Komponen pada Spherical Roller Bearing 28

Gambar 3.16 Diagram Alir 33

Gambar 3.17 Katalog Spherical Bearing 39

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Monitoring

Lampiran 2 Surat Selesai Kerja Praktek dari Perusahaan

Lampiran 3 Dokumentasi Kerja Praktek

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menghasilkan seorang lulusan yang profesional di Bidang Teknik,
berakhlak mulia, mandiri, mampu beradaptasi, dan tanggap terhadap
pengembangan teknologi informasi maka diperlukan suatu sarana di dunia nyata,
yaitu dunia industri, sehingga dengan Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa
mampu menempa diri menjadi seorang yang profesional dibidangnya.
Mesin merupakan kesatuan dari berbagai komponen yang selalu berkaitan
dengan elemen-elemen mesin yang bekerja sama satu dengan yang lainnya secara
kompak sehingga menghasilkan suatu rangkaian gerakan yang sesuai dengan apa
yang sudah direncanakan. Dalam pemilihan elemen-elemen mesin juga harus
memperhatikan kekuatan bahan, safety factor dan ketahanan dari berbagai
komponen tersebut. Adapun elemen tersebut diantaranya adalah bantalan.
Bantalan merupakan salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk
menahan poros beban. Di PT. Batanghari Tembesi proses produksinya sangat
tergantung dengan bantalan, karena hampir setiap mesin produksi menggunakan
bantalan. Khususnya mesin creeper yang mana gearboxnya menggunakan banyak
bantalan. Selama penulis Kerja Praktek di PT. Batanghari Tembesi, penulis sering
menjumpai kerusakan bantalan pada gearbox mesin creeper. Hal ini dapat
menyebabkan proses produksi menjadi tersendat.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penulisan materi laporan praktek kerja lapangan ini penulis
mengambil judul “Analisis Kerusakan Spherical Bearing Gearbox Helimax 225
SPL Pada Station Creeper No.3 Di PT. Batanghari Tembesi”. Adapun rumusan
masalah dari laporan ini adalah :
1. Apa saja kemungkinan gangguan yang terjadi terhadap bearing?
2. Bagaimana cara agar bearing dapat beroperasi secara optimal?
3. Berapa estimasi umur pakai bearing?
2

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Dengan melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu
melihat, mengamati, memahami secara langsung proses kerja yang di jalankan
pada dunia industri serta dapat berlatih untuk memecahkan suatu masalah
(trouble) di industri.

Adapun tujuan lain dari kerja praktek (KP) ini adalah:


1. Sebagai syarat yang menjadi peraturan akademik suatu perguruan
tinggi, setelah selesai melaksanakan praktek kerja lapangan maka
mahasiswa diwajibkan membuat laporan.
2. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip- prinsip yang
diajarkan selama kuliah dengan aplikasinya di dunia industri.
3. Mengetahui proses - proses pengolahan Crumb Rubber.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat yang diperoleh nantinya:

1.4.1 Bagi Mahasiswa, yaitu:

a. Dapat mempelajari cara kerja bantalan (bearing).

b. Mengetahui kerusakan teknis pada sistem bantalan.

c. Membantu memberikan perbekalan dan pengetahuan serta


keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat
di lapangan secara nyata.

1.4.2 Bagi PT. Batanghari Tembesi (BHT), yaitu:

a. Dapat saling menukar informasi perkembangan teknologi antara


institusi pengguna teknologi dengan lembaga perguruan tinggi.

b. Peserta kerja praktek dapat membantu melaksanakan pekerjaan


operasional yang rutin dilaksanakan, maupun memecahkan
permasalahan yang sering dihadapi.
3

c. Secara khusus membantu mempersiapkan Mahasiswa Jurusan Teknik


Mesin STITEKNAS JAMBI sebagai tenaga kerja professional yang
siap pakai untuk PT. Batanghari Tembesi.

1.4.3 Bagi Jurusan Teknik Mesin, yaitu


Menyesuaikan ilmu yang didapat di kuliah dengan lapangan
kerja praktek agar kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan industri.

1.5 Jadwal Kegiatan


Waktu pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama 30 hari, yaitu
dimulai tanggal 18 September 2018 sampai dengan 17 Oktober 2018 yang
dilaksanakan dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu mengikuti jam kerja
karyawan bagian maintenance. Objek kerja praktek yang dipilih oleh penulis ialah
mengenai analisa kerusakan bantalan (bearing) pada PT. Batanghari Tembesi.

Tabel 1.1 Kegiatan Kerja Praktek di PT. Batanghari Tembesi

Jadwal Diklat

Kegiatan Tanggal Mulai Rentang waktu (hari)


Pembekalan dan Pengarahan 18-09-18 1
Perkenalan Lapangan 19-09-18 3
Prepentive Maintenance 22-09-18 4
Pembongkaran Gearbox 26-09-18 3
Penggantian Parts dan Maintenance 29-09-18 4
Pengambilan Data 03-10-18 2
Pemasangan Gearbox 05-10-18 4
Pengecekan Rutin 09-10-18 6
Mengamati Proses Produksi 15-10-18 3
4

Kegiatan Kerja Praktek


18-09-18 23-09-18 28-09-18 03-10-18 08-10-18 13-10-18 18-10-18

Pembekalan dan
Pengarahan

Perkenalan Lapangan

Preventive
Maintenance
Pembongkaran
Gearbox
Penggantian Parts dan
Maintenance
Pengambilan Data

Pemasangan Gearbox

Pengecekan Rutin

Mengamati Proses
Produksi

Gambar 1.1 Jadwal Diklat


BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT.Batanghari Tembesi adalah sebuah perseroan terbatas yang di dirikan
pada tahun 1961 berdasarkan Akta No 10 serta telah memiliki Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Nomor : 530-0331-KPTSP-1571008010. PT.Batanghari
tembesi adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan karet remah
(Crumb Rubber). PT.Batanghari Tembesi beralamatkan di Jl. Raden Fatah Rt.01,
Kelurahan Sejinjang, Kecamatan Jambi timur, Kotamadya Jambi, Propinsi Jambi.
Pada tahap awal perusahaan ini memproduksi Crumb Rubber jenis mutu SIR 20
dengan kapasitas produksi 16.000 ton per tahun.
Crumb Rubber merupakan karet kering yang proses pengolahannya
melalui tahap peremahan. Bahan baku berasal dari lateks karet alam. Pengolahan
crumb rubber bertujuan untuk menaikkan derajat bahan baku bermutu rendah
menjadi produk yang lebih bermutu. Dalam klasifikasi material karet tergolong
menjadi polimer alam.
Dalam proses produksi Crumb Rubber, manajemen PT. Batanghari
Tembesi telah memutuskan untuk menetapkan dan menerapkan Sistem
Manajemen Mutu SNI ISO 9001:2015 untuk memenuhi persyaratan pelanggan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila Standar Internasional
ISO 9001:2015 telah direvisi, maka manajemen PT. Batanghari Tembesi akan
memperbarui sistem dokumentasi nya sesuai edisi terbaru seri standar ini.
Asril Sultan Amir (lahir di Padang, Sumatera Barat, 02 Desember 1945;
umur 73 tahun) ia adalah pemilik sekaligus pendiri dari PT. Batanghari Group
yang bergerak di bidang perkebunan karet. Perusahaan ini membawahi beberapa
anak usaha, diantaranya :
1. PT. Batanghari Barisan yang berada di Sumatera Barat.
2. PT. Batanghari Tembesi yang berada di Jambi.
3. PT. Bengkulu Batanghari Pratama yang berada di Bengkulu.
4. PT. Batanghari Tebing Pratama yang berada di Sumatera Utara.
KETERANGAN :
Crane

Rencana Lay Out Lantai


Pompa
Air Produksi Basah
LUAS TANAH : 14.266 M
Persegi

Kantor Mess Mess Mess Mess Mess

Breaker

Washing Tank
Washing Tank

Rotary Screen
Belt Conveyor
Belt Conveyor
Finished

Belt Conveyor
Good
Washing Tank
Warehouse Raw
Material

Line
NO: REVISI

H.mill 1 Washing Tank


H.mill 1
Rotary Screen Storage
Breaker & 1. Lay Out PABRIK

Wet Production
Drying

H.mill 2
H.mill 2
Shed A

Round Mixing Tank

Creper Jumbo 1

Shredding Machine DIPERIKSA OLEH : TANGGAL:


Round Mixing Tank 3 MARET
Drying
KEPALA PABRIK 2017
Shed B Creper Jumbo 2

Creper 3
menggunakan karet hasil olahan Batanghari Group.

DISETUJUI OLEH :
Creper 4

Creper 5
DRS.ASRIL SUTAN AMIR.AK

Creper 6

Lorry Blanket DISYAHKAN OLEH :


SKALA
Blanket Scale
Conveyor DRS.ASRIL SUTAN AMIR.AK
Drying Bak Air Rante
1 : 500
Shed C
Creper Tes
DIGAMBAR OLEH :
TAN

JUDUL GAMBAR :

DENAH PENEMPATAN ALAT


PABRIK PT.BATANGHARI
TEMBESI - JAMBI

NO GAMBAR :

BHT-1
Beberapa merk ban seperti Bridgestone, Good Year, dan Yokohama Tires
6

Gambar 2.1 Lay Out Perusahaan


7

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1 Visi Perusahaan


1. Menjadi perusahaan Crumb Rubber yang berdedikasi tinggi dan terpercaya
dengan komitmen yang kuat terhadap pelestarian lingkungan.
2. Memiliki manajemen yang memperhatikan kesejahteraan karyawan.
3. Meningkatkan nilai untuk pemegang saham.
4. Berpartisipasi dalam pembangunan nasional melalui produk – produk
berkualitas tinggi demi memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri
serta berkomitmen untuk menaikkan taraf hidup masyarakat setempat.

2.2.2 Misi Perusahaan


Menjadikan perusahaan Crumb Rubber yang terkemuka dengan
menyediakan produk SIR yang berkualitas tinggi sesuai persyaratan konsumen
dan memenuhi persyaratan dan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Struktur Organisasi


PT. Batanghari Tembesi merupakan salah satu perusahaan pembuatan
karet remah (Crumb Rubber) yang ada dikota jambi. Perusahaan ini sudah
didirikan sekitar 57 tahun yang lalu. PT. Batanghari Tembesi memiliki beberapa
cabang anak perusahaan di Sumatera Barat,Bengkulu, dan Sumatera Utara.
Pada setiap kegiatan di lapangan meliputi proses produksi, maintenance,
elektrik, gudang material, gudang packing, laboratorium, limbah (lingkungan
hidup), dan dokumen terkait ISO langsung dipegang oleh kepala pabrik. Bagian
personalia, ekspor dan pembelian bahan penunjang dipegang oleh kepala Kantor.
Sedangkan untuk bagian bongkar muat, penimbangan, peyortiran bahan baku dan
pengujian kadar karet kering dipegang oleh kepala pembelian bahan baku.
Adapun skema dari struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 2.2.
8

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

2.4 Proses Produksi


PT. Batanghari Tembesi adalah perusahaan swasta nasional yang
berorientasi ekspor dan bergerak dalam bidang produksi karet remah (crumb
rubber) atau karet SIR-20 (Standard Indonesian Rubber grade 20). PT.Batanghari
Tembesi didirikan oleh Bapak H.Amir Djamil beserta rekan-rekannya pada tahun
1961.
Pada awalnya perusahaan ini hanya bergerak dalam pengolahan remiling
yang menghasilkan karet dalam bentuk blanket untuk langsung diekspor. Namun
sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia tahun 1970 yang melarang ekspor
karet dalam bentuk karet blanket dan mendorong pengolahan karet blanket lebih
lanjut menjadi karet remah (crumb rubber) ,maka pada tahun 1971 perusahaan ini
9

menambah mesin dan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi karet remah
seperti mesin Dryer, mesin Press, fasilitas Laboratorium SIR (untuk mengontrol
mutu SIR yang dihasilkan) dan peralatan lainnya.
Adapun langkah – langkah proses produksi dari hulu sampai ke hilir pada
PT. Batanghari Tembesi ialah sebagai berikut :
1. Bahan baku yang dibeli langsung dari petani masuk ke gudang
penyimpanan. Di gudang memberlakukan sistem FIFO (First In First Out)
dimana bahan baku yang masuk ke gudang pertama kali akan diolah lebih
dahulu.

Gambar 2.3 Bahan Baku Mentah


2. Bahan baku dari gudang penyimpanan kemudian masuk ke mesin
prebreaker. Mesin ini berguna untuk mencacah lump slab (bongkahan
karet berbentuk kubus). Pada tahap ini selain berfungsi sebagai pengecilan
bahan baku tetapi juga untuk mengambil kontaminasi (kotoran) dari bahan
baku. Ukuran cacahan dari mesin breaker berkisar 7 – 10 cm, dilewatkan
pada rotary screen untuk menjatuhkan pasir, tanah dan sejenisnya.

Gambar 2.4 Bahan Baku Masuk Mesin Prebreaker


10

3. Selanjutnya bahan baku diangkut lagi menggunakan belt conveyor ke


hammer mill. Hammer mill berfungsi untuk memotong bahan baku yang
sebelumnya berukuran besar menjadi lebih kecil lagi. Peremahan atau
pemotongan dalam mesin dengan mekanisme “pemukulan”, sehingga
kotoran atau benda asing dipaksa lepas dari karet. Hammer mill juga
berfungsi sebagai peluas bidang bahan baku. Semakin luas permukaan
bahan baku maka bidang kontak air dengan bahan baku juga akan semakin
besar dan proses pencucian semakin optimal.

Gambar 2.5 Bahan Baku Masuk Hammer Mill

4. Setelah keluar dari hammer mill bahan baku langsung diarahkan


menggunakan belt conveyor ke mixing tank. Mixing tank berisi air yang
berguna untuk membersihkan kotoran yang masih menempel. Di dalam
mixing tank terdapat pendayung untuk menggerakkan aliran air yang
membawa bahan baku.

5. Setelah dari mixing tank bahan baku kemudian diarahkan dengan tenaga
manusia ke alat creeper. Mesin ini berguna untuk memaksimalkan
pembersihan karet. Pada proses penggilingan, air yang terkandung pada
partikel karet akan keluar dan kotoran yang terjebak pada partikel karet
juga akan ikut terlepas. Selain itu juga mesin creeper berguna untuk
11

membuat karet menjadi bentuk lembaran atau blanket yang siap digantung
dengan lebar 60 cm dan ketebalan 6 – 7 mm. lebar karet lembaran
tergantung dari lebar roll creeper yang digunakan. Jumlah mesin creeper
dapat mencapai 3 – 5 pas.

Gambar 2.6 Proses Penggilingan

6. Selanjutnya setelah lembaran-lembaran karet keluar dari creeper kemudian


digulung dengan lori lalu dibawa ke tempat maturasi (penjemuran).
Maturasi bertujuan untuk mengembalikan sifat dan karakteristik karet
yang rusak selama penggilingan, megurangi kadar air pada blanket serta
mempertahankan nilai PRI (Plasticity Retention Index). Lama proses
maturasi di tempat KP penulis selama 14 hari dengan posisi digantung.

Gambar 2.7 Bahan Baku Siap Maturasi


12

Gambar 2.8 Proses Maturasi

7. Karet blanket yang telah melalui proses maturasi selama 14 hari kemudian
dihancurkan menjadi bentuk remahan menggunakan alat shredder.
Remahan karet kemudian ditransfer menggunakan media air dan conveyor
ke trolley bersekat untuk dilakukan proses selanjutnya. Pada tahap inilah
dihasilkan karet remah yang masih “mentah”. Peremahan bertujuan untuk
mendapatkan luasan permukaan yang cukup bagi bahan baku untuk kontak
dengan udara panas di mesin dryer. Bentuk remahan juga memungkinkan
bahan baku dapat dicetak pada sekatan trolley untuk mendapatkan bentuk
dan ukuran baku.

8. Kepadatan remahan di dalam box trolley harus diatur sedemikian rupa


sehingga masih dapat terjadi sirkulasi udara panas diantara celah-celah
remahan pada saat pengeringan. Suhu pengeringan diatur pada suhu 130-
135°C, dengan total waktu pengeringan ±4 jam. Proses pengeringan
menggunakan udara panas. Udara panas ini dihasilkan oleh Burner yang
menggunakan bahan bakar solar. Peranan operator dryer dalam produksi
crumb rubber sangat penting untuk mendapatkan mutu produk sesuai SNI.
Kondisi remahan yang kurang kering akan memberi akibat white spot
ataupun virgin rubber pada produk akhir (bandela). Sedangkan bila suhu
pengeringan terlalu tinggi dan atau waktu pengeringan terlalu lama maka
hasil yang keluar dari dryer menjadi berlendir dan lengket. Kondisi karet
yang berlendir dan lengket merupakan gambaran awal bahwa parameter
mutu PRI (Plasticity Retention Index) gagal didapatkan.
13

Gambar 2.9 Bahan Baku Siap Masuk Dryer

9. Setelah box trolley yang berisi remahan karet keluar dari mesin dryer,
maka selanjutnya box dryer akan didinginkan isinya sampai 40 ⁰C.
Pendinginan ini bertujuan untuk menghindari :
 Tumbuhnya jamur pada hasil akhir. Hasil akhir akan dibungkus
dengan plastik. Suhu yang panas akan berakibat mengembunnya
udara yang ada didalam plastik. Embun ini dapat memicu
penjamuran.
 Plastik pembungkus dapat meleleh sehingga produk akan menjadi
lengket satu sama lain.
 Nilai PRI (Plasticity Retention Index) akan turun akibat panas yang
tertahan dalam kemasan.

Keluar Masuk

Gambar 2.10 Dryer

Sebelum dibawa keproses penimbangan dan pembungkusan box dryer


terlebih dahulu dikeluarkan isinya ( berupa remahan berbentuk bantalan
yang telah kering ) dan diletakkan di meja sortasi. Yang akan dipisahkan
14

secara visual antara hasil yang memenuhi spesifikasi dan tidak memenuhi
spesifikasi. Hasil yang out spek adalah hasil yang masih mengandung
karet mentah (white spot) ditandai dengan karet yang berbau menyengat
atau bisa juga hasil yang terlalu matang. Di meja sortasi juga dilakukan
proses pemeriksaan terhadap kontaminasi (contoh : kayu,plastik, atau
logam). Untuk pendeteksian kandungan logam pada bandela karet
digunakan metal detector sebagai alat bantu.

Gambar 2.11 Pendeteksian Logam Pada Bandela

10. Dua keping karet ditimbang untuk mendapatkan berat sebesar 35 kg.
Penimbangan ini adalah tahap awal. Penimbangan tahap kedua dilakukan
setelah dua keping karet dikempa dan dibungkus dengan kantong plastik.
Penimbangan pada tahap kedua bertujuan untuk melakukan verifikasi
berat Selain 35 kg berat bandela karet dapat juga 33 ⅓ kg atau sesuai
permintaan pembeli.

Gambar 2.12 Penimbangan Bandela


15

11. SIR (Standard Indonesian Rubber) disajikan dalam bentuk bandela yang
dikempa dengan berat dan ukuran tertentu. Ukuran bandela SIR yang
diperdagangkan adalah panjang 675 ± 25 mm lebar 355 ± 10 mm.
Pengempaan dengan mesin kempa (press) dengan tenaga hidrolik dari atas
ke bawah atau dari bawah ke atas. Tekanan hidrolik yang digunakan
adalah 1422 psi (700-1500 psi) selama 3 detik atau lebih.

Gambar 2.13 Pengempaan Bandela

12. Setiap bandela harus diidentifikasi, ditandai, dan dikemas dengan plastik
polietilena transparan yang mempunyai ketebalan (0,03+ 0,01) mm, titik
leleh maksimum 108 °C dan massa jenis relatif 0,92. Boleh dalam bentuk
lain yang disepakati oleh pihak produsen dan konsumen. Warna logo pada
kemasan tergantung dari jenis mutu. Untuk SIR 20 menggunakan warna
merah.

Gambar 2.14 Logo Kemasan


16

13. Setelah itu bandela-bandela disusun kedalam metal box yang kemudian
dikirim pemesan. Setiap metal box mampu menampung 30 bandela dan
metal box jumbo mampu menampung 36 bandela.

Gambar 2.15 Packing

Gambar 2.16 Lay Out Proses Produksi


17

2.5 Alasan Memilih Tempat Kerja Praktek

Indonesia merupakan negara produsen karet alam kedua terbesar di dunia


setelah Thailand. Pada tahun 2016, produksi karet alam mencapai 3.208 juta ton,
yang diekspor sejumlah 2.578 juta ton, dimana 96,7% (2.493 juta ton) berupa
crumb rubber yang dihasilkan oleh sekitar 148 pabrik crumb rubber di seluruh
Indonesia. Pabrik karet remah (Crumb Rubber Factory/CRF) adalah penghasil
SIR yang telah ada sejak tahun 1968. Produksi olahan karet remah sangat berguna
luas bagi pabrik olahan turunan kerat remah, misalnya pabrik ban, pabrik sarung
tangan, selang karet, dan sebagainya. crumb rubber digunakan sebagai bahan
baku pada turunan pabrik olahan.
Pertumbuhan pabrik crumb rubber dan turunannya, korelasi tenaga kerja
yang dibutuhkan juga akan semakin bertumbuh dan tinggi. Tenaga kerja yang
terserap di bidang produksi crumb rubber mencapai 40.000 orang, sedangkan di
bidang penyediaan bahan baku (petani karet) lebih dari 2,4 juta orang, belum
termasuk para pedagang pengumpul. Luas areal tanaman karet di Insdonesia pada
saat ini 3,639 juta ha, dimana 85% (3.093 ha) merupakan perkebunan rakyat. Oleh
karena itu, maju mundurnya kinerja industri karet alam di dalam negeri akan
memberikan dampak yang cukup luas bagi kesejahteraan rakyat. Dengan
berdasarkan beberapa factor diatas menjadikan alasan penulis untuk menjadikan
PT. Batanghari Tembesi menjadi tempat kerja praktek.
18
BAB III

METODE DAN IMPLEMENTASI

3.1 Studi Kasus


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, beban
tersebut dapat berupa beban aksial atau beban radial. Sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya berkerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat berkerja secara semestinya.
Jadi, dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada
gedung. Fungsi dari bearing adalah sebagai berikut :
a. Bantalan memastikan poros dapat berputar dengan bebas atau
dengan gesekan yang minimum.
b. Bantalan mendukung serta menahan poros dalam posisi yang
benar.
c. Bantalan menyerap getaran atau beban yang berkerja pada poros
dan menyalurkan nya ke rangka atau pondasi.

Jenis jenis Bearing / Bantalan


1. Berdasarkan Gerakan Bantalan Terhadap Poros
 Bantalan Luncur
Bantalan luncur adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk
menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya
dapat berlangsung dengan halus dan aman. Jenis bantalan ini mampu
menumpu poros dengan beban besar. Atas dasar arah beban terhadap poros
maka bantalan luncur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Bantalan Radial atau disebut jurnal bearing, dimana arah beban
yang ditumpu bantalan adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.
b) Bantalan aksial atau disebut trust bearing, yaitu arah beban yang
ditumpu bantalan adalah sejajar dengan sumbu poros.
20

c) Bantalan luncur khusus adalah kombinasi dari bantalan radial dan


bantalan aksial.

Gambar 3.1 Bantalan Luncur

Karena gesekannya yang besar pada saat mulai jalan, maka bantalan
luncur memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada bantalan ini
tidak begitu sederhana, karena gesekan yang besar akan menimbulkan panas
pada bantalan, sehingga memerlukan pendinginan khusus.

Arah pelumasan ada dua, yaitu:


a) Radial, yaitu arah pelumasan yang tegak lurus dengan sumbu poros.
b) Aksial, yaitu arah pelumasan yang sejajar dengan sumbu poros.

Gesekan kental pada umumnya terjadi antara poros dengan


bantalannya. Pada waktu poros berputar, sebagian minyak pelumas yang
melekat pada permukaan poros ikut terbawa berputar. Apabila kemudian
celah di bawah poros menyempit menjadi lebih kecil daripada celah tempat
minyak pelumas memasuki ruang bantalan, minyak pelumas yang terbawa
berputar itu akan mengalir mengisi hambatan. Akibatnya, sebagian minyak
pelumas akan mengalir kembali menimbulkan tekanan hidrodinamik di
dalam lapisan minyak. Tekanan ini cukup kuat untuk mengangkat poros
hingga menyentuh permukaan bantalan.

Cara-cara pelumasan pada bantalan luncur :


a) Pelumasan tangan
Cara ini sesuai untuk beban ringan, kecepatan rendah atau kerja yang
tidak terus-menerus. Kekurangannya bahwa aliran pelumas tidak selalu
tetap atau pelumasan menjadi tidak teratur.
21

b) Pelumasan tetes
Dari sebuah wadah, minyak diteteskan dalam jumlah yang tetap dan
teratur melalui sebuah katup jarum.
c) Pelumasan sumbu
Cara ini menggunakan sumbu yang dicelupkan dalam mangkok minyak
sehingga minyak terisap oleh sumbu tersebut. Pelumasan ini dipakai
seperti dalam hal pelumasan tetes.
d) Pelumasan percik
Dari suatu bak penampung, minyak dipercikkan. Cara ini dipergunakan
untuk melumasi torak dan silinder motor bakar torak yang berputaran
tinggi.
e) Pelumasan cincin
Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros
sehingga akan berputar bersamaan dengan poros sambil mengangkat
minyak dari bawah.
f) Pelumasan pompa
Di sini pompa digunakan untuk mengalirkan minyak ke dalam bantalan.
Pelumasan pompa sesuai untuk keadaan kerja dengan kecepatan tinggi
dan besar.
g) Pelumasan gravitasi
Dari sebuah tangki yang diletakkan di atas bantalan, minyak dialirkan
oleh gaya beratnya. Cari ini dipakai untuk kecepatan sedang dan tinggi
pada kecepatan keliling sebesar 10 – 15.
h) Pelumasan celup
Sebagian dari bantalan dicelupkan ke dalam minyak pelumas.

 Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau
rol jarum dan rol bulat. Bantalan gelinding menggunakan
elemen rolling untuk mengatasi gesekan antara dua komponen yang
bergerak. Diantara kedua permukaan ditempatkan elemen gelinding seperti
misalnya bola, rol, taper, dan lainnya. Kontak gelinding terjadi antara
22

elemen ini dengan komponen lain yang berarti pada permukaan kontak tidak
ada gerakan relatif.

Gambar 3.2 Bantalan Gelinding


Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding
yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Elemen gelinding
seperti bola atau rol dipasang antara cincin luar dan dalam. Dengan memutar
salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan melakukan gerakan gelinding
sehingga gesekan akan jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi
dengan bentuk dan ukurannya merupakan suatu keharusan. Karena luas
bidang kontak antara bola dan rol dengan cincin sangat kecil, maka besarnya
beban yang dipakai harus memiliki ketahanan dan kekerasan yang sangat
tinggi.
Jenis jenis bantalan gelinding :
a) Single row groove ball bearings
Bearing ini mempunyai alur dalam pada kedua cincinnya. Karena
memiliki alur, maka jenis ini mempunyai kapasitas dapat menahan beban
secara ideal pada arah radial dan aksial. Maksud dari beban radial adalah
beban yang tegak lurus terhadap sumbu poros, sedangkan beban aksial
adalah beban yang searah sumbu poros.

Gambar 3.3 Single row groove ball bearings


23

b) Double row self aligning ball bearings


Jenis ini mempunyai dua baris bola, masing-masing baris mempunyai
alur sendiri-sendiri pada cincin bagian dalamnya. Pada umumnya
terdapat alur bola pada cincin luarnya. Cincin bagian dalamnya mampu
bergerak sendiri untuk menyesuaikan posisinya. Inilah kelebihan dari
jenis ini, yaitu dapat mengatasi masalah poros yang kurang sebaris.

Gambar 3.4 Single row groove ball bearings

c) Single row angular contact ball bearings


Berdasarkan konstruksinya, jenis ini ideal untuk beban radial. Bearing
ini biasanya dipasangkan dengan bearing lain, baik itu dipasang secara
pararel maupun bertolak belakang, sehingga mampu juga untuk
menahan beban aksial.

Gambar 3.5 Single row angular contact ball


bearings

d) Double row angular contact ball bearings


Disamping dapat menahan beban radial, jenis ini jgua dapat menahan
beban aksial dalam dua arah. Karena konstruksinya juga, jenis ini dapat
menahan beban torsi. Jenis ini juga digunakan untuk mengganti dua
buah bearing jika ruangan yang tersedia tidak mencukupi.
24

Gambar 3.6 Double row angular contact ball

e) Double row barrel roller bearings


Bearing ini mempunyai dua baris elemen rol yang pada umumnya
mempunyai alur berbentuk bola pada cincin luarnya. Jenis ini memiliki
kapasitas beban radial yang besar sehingga ideal untuk menahan beban
kejut.

Gambar 3.7 Double row barrel roller bearings

f) Single row cylindrical bearings


Jenis ini mempunyai dua alur pada satu cincin yang biasanya terpisah.
Efek dari pemisahan ini, cincin dapat bergerak aksial dengan mengikuti
cincin yang lain. Hal ini merupakan suatu keuntungan, karena apabila
bearing harus mengalami perubahan bentuk karena temperatur, maka
cincinya akan dengan mudah menyesuaikan posisinya. Jenis ini
mempunyai kapasitas beban radial yang besar pula dan juga cocok untuk
kecepatan tinggi.
25

Gambar 3.8 Single row cylindrical bearings

g) Tapered roller bearings


Dilihat dari konstriksinya, jenis ini ideal untuk beban aksial maupun
radial. Jenis ini dapat dipisah, dimana cincin dalamnya dipasang
bersama dengan rollernya dan cincin luarnya terpisah.

Gambar 3.9 Tapered roller bearings

h) Single direction thrust ball bearings


Bearing jenis ini hanya cocok untuk menahan beban aksial dalam satu
arah saja. Elemennya dapat dipisahkan sehingga mudah melakukan
pemasangan. Beban aksial minimum yang dapat ditahan tergantung dari
kecepatannya. Jenis ini sangat sensitif terhadap ketidaksebarisan
(misalignment) poros terhadap rumahnya.
26

Gambar 3.10 Single direction thrust ball bearings

i) Ball and socket bearings


Bearing jenis ini mempunyai alur dalam berbentuk bola, yang bisa
membuat elemennya berdiri sendiri. Kapasitasnya sangat besar terhadap
beban aksial. Selain itu juga dapat menahan beban radial secara simultan
dan cocok untuk kecepatan yang tinggi.

Gambar 3.11 Ball and socket bearings

j) Spherical roller bearing


Bantalan ini memiliki dua buah raceway yang memungkinkan
misalignment sudut. Bantalan ini memungkinkan rotasi dengan gesekan
yang rendah.

Gambar 3.12 Spherical Roller Bearing


27

2. Berdasarkan Arah Beban Terhadap Poros


 Bantalan Radial
Bantalan Radial atau disebut jurnal bearing, dimana arah beban yang
ditumpu bantalan adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.Bantalan ini
untuk mendukung gaya radial dari batang torak saat berputar. Konstruksinya
terbagi / terbelah menjadi dua agar dapat dipasang pada poros engkol.
 Bantalan Aksial
Bantalan aksial atau disebut trust bearing, yaitu arah beban yang
ditumpu bantalan adalah sejajar dengan sumbu poros.Bantalan ini
menghantarkan poros engkol menerima gaya aksial yaitu terutama pada saat
terjadi melepas / menghubungkan plat kopling saat mobil berjalan.
Konstruksi bantalan ini juga terbelah / terbagi menjadi dua dan dipasang
pada poros jurnal bagian paling tengah.

Bantalan yang digunakan pada gearbox Helimax 225 SPL pada mesin creeper di
PT. Batanghari Tembesi adalah jenis Spherical Roller Bearing. Bantalan ini
tergolong kedalam jenis bantalan gelinding, mempunyai dua baris elemen roller
yang pada umumnya mempunyai alur berbentuk bola pada cincin luarnya. Jenis
ini memiliki kapasitas beban radial yang besar sehingga ideal untuk menahan
beban kejut. Berdasarkan data dilapangan bearing yang digunakan pada gearbox
untuk penggerak roller berbobot sekitar ±1 ton dan berkerja 7 – 8 jam perhari.

Motor

Roll

Gearbox

Gambar 3.13 Mesin Creeper


28

G4

G2 G3

Gambar 3.14 Spherical Roller Bearing pada gearbox


Adapun komponen – komponen pada bearing seperti ditunjukan oleh
Gambar 3.15 berikut :

Separator

Outer Ring Inner Ring

Roller

Gambar 3.15 Komponen pada Spherical Roller Bearing


Bearing
Bearing tersusun dari beberapa komponen yaitu :

a) Inner Ring : Cincin baja yang dikeraskan dengan diberi alur untuk
pergerakan roller atau ball di bagian luarnya, sering dipasang pada shaft
yang berputar sebagai penyangga bearing.
b) Outer Ring : hampir sama dengan inner ring, outer ring adalah cincin baja
yang dikeraskan dengan alur untuk pergerakan roller atau ball di bagian
dalam.
29

c) Roller atau Steel Barrel : Di antara inner ring dan outer ring ada
komponen yang berfungsi mengurangi gesekan yang dilakukan oleh
roller,ball atau tapered roller. Roller ini terbuat dari baja yang dikeraskan.
Roller dapat bergerak bebas di antar inner dan outer ring
d) Separator : Letak Separator atau cage antara inner dan outer ring yang
digunakan untuk menjaga jarak antar roller yang satu dan yang lainnya.
Separator terbuat dari kuningan yang mana kuningan ini memiliki
permukaan dengan tingkat gesekan yang rendah serta kuningan tidak akan
berkarat sehingga tahan lebih lama.

Kerusakan pada bearing dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni :

 Abrasi
Masuknya kotoran (pasir atau debu) ke dalam bearing dapat menyebabkan
keausan dini karena kotoran tersebut akan menyebabkan permukaan
bearing menjadi kasar.
 Kekurangan pelumasan
Timbulnya panas merupakan akibat dari kekurangan pelumasan. Panas
menyebabkan perubahan warna pada permukaan bearing, roller dan ball.
Pada plain bearing kekurangan pelumasan akan mengakibatkan goresan,
keausan lebih dan akhirnya akan menyebabkan keseluruhan bagian
bearing mengalami kerusakan.
 Korosi
Air dan uap akan menyebabkan korosi ini terlihat seperti bekas lubang
atau karat. Penanganan yang salah setelah pencucian bearing akan
menyebabkan korosi pada permukaan. Bearing harus dilumasi oli setelah
pencucian walaupun untuk periode penyimpanan yang singkat.
 Pemasangan yang salah
Ball dan roller bearing biasanya mempunyai toleransi kesesuaian
pemasangan antara bearing dan shaft. Ini tidak boleh berlebihan karena
apabila berlebihan inner ring akan dipaksa mengembang dan akan terjadi
pembengkokan bearing, yang akan mengakibatkan kerusakan. Setiap cacat
pada shaft akan menyebabkan distorsi pada inner ring. Area yang
30

terdistorsi ini akan kelebihan beban sehingga kerusakan akan bermula dari
area tersebut. Shaft harus bersih dan halus agar bearing dapat terpasang
dengan tepat.
 Penyetelan yang salah
Penyetelan yang dilakukan dapat terlalu longgar,tepat atau terlalu kencang.
Selalu mengacu pada spesifikasi pabrik pembuat untuk menentukan
apakah bearing tersebut pre load atau tidak. Bearing harus disetel dengan
tepat karena jika tidak akan menyebabkan ball atau roller pecah dan
permukaan bearing menjadi tergores.
 Kelebihan beban
Mesin yang beroperasi dengan beban berlebih akan memperpendek usia
pakai bearing. Apabila bearing menumpu beban diluar kemampuannya,
bearing akan menyebabkan ball atau roller pecah.
 Pelumasan yang kurang tepat
Jenis pelumas yang tidak tepat, jumlah dan interval re-lubriasi yang tidak
tepat, mutu pelumas, serta penanganan pelumas yang salah dapat
mengakibatkan kontaminasi.

Jenis kerusakan yang sering ditemukan di lapangan yaitu bearing pecah. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh beban yang berlebih, terdapat 3 line creeper yang
terdapat di PT. Batanghari Tembesi. Masing – masing station terdapat 4 buah
mesin creeper, apabila salah satu mesin creeper tidak beroperasi (sedang
mengalami perbaikan) maka bahan baku dari station tersebut akan dialihkan ke
station yang lain. Jadi salah satu mesin creeper akan bekerja dua kali lipat dan hal
ini tidak diimbangi dengan maintenance.
Adapun tanda – tanda bearing mulai rusak ialah menimbulkan suara
bergemuruh ketika mesin creeper beroperasi. Namun terkadang suara ini tertutupi
oleh kebisingan lain (proses produksi) sehingga gejala ini tidak terdeteksi dan
bearing yang hampir rusak terus dipaksa berkerja. Hal inilah yang menyebabkan
bearing tersebut pecah.
31

Gearbox
Gearbox merupakan perangkat mekanikal yang digunakan untuk
meningkatkan torsi serta mengurangi kecepatan RPM dari motor penggerak. Di
PT. Batanghari Tembesi gearbox digunakan pada alat penggiling karet remah
sehingga menjadi bentuk selendang. Masalah yang sering timbul di lapangan pada
gearbox ini salah satunya ialah kerusakan pada bearing. Adapun data spesifikasi
gearbox dan bearing yang dipakai adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Spesifikasi Gearbox


Merk dan type Helimax CSB 225 SPL
Jenis gearbox Helical Gearbox
RPM 1500
Rating 55.0 kW
Ratio 20 : 1

Daya 40 Hp

Putaran 1500 Rpm

Tabel 3.2 Spesifikasi Bearing


Jenis Bearing Sperical Bearing
Merk & Tipe FAG X-Life 23022 E1A.M.C3
Diameter Dalam (d) 110 mm
Diameter Luar (D) 170 mm
Lebar 45 mm
Jumlah Roller 24 Buah

3.2 Perhitungan Umur Bearing


Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada
kerja praktek ini. Sebelum menghitung tingkat kerusakan bearing terlebih dahulu
melakukan perhitungan nilai – nilai torsi pada pulley yang terdapat pada motor
dan pulley gearbox. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung umur
bearing adalah :
32

( ) ……………………………………………………………….(3.1)

atau

…………………………………………………………..(3.2)

Dimana :

: Perkiraan usia pemakaian berdasarkan putaran pemakaian

: Perkiraan usia pemakaian berdasarkan waktu pemakaian

C : Beban dinamis dasar

P : Beban bantalan dinamis yang setara

n : Putaran

p : Eksponen dari persamaan (3 untuk ball bearing dan ⁄ untuk roller


bearing)
33

Berdasarkan metodologi yang diambil untuk menyelesaikan perhitungan,


berikut gambar diagram alir yang digunakan.

Gambar 3.16 Diagram Alir Penulisan


34

3.3 Perhitungan Beban Bearing


Berdasarkan data spesifikasi roda gigi dan pulley gearbox helimax yang
terdapat pada pada tabel 3.2 yang akan digunakan untuk menghitung beban
bearing dan dilanjutkan untuk menghitung nilai kerusakan pada bearing.

Tabel 3.3 Ukuran diameter pulley dan roda gigi gearbox


Diameter (mm)
Pulley 1 305
Pulley 2 350
Gear 1 52
Gear 2 277
Gear 3 110
Gear 4 36

Untuk menghitung torsi pada roda gigi sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu nilai torsi pada motor dengan rumus :

…………………………………………………………………(3.3)

Dimana :

Tm = Torsi Motor (Nm)

Pm = Daya Motor ( kW )

ωm = Kecepatan sudut ( rad/s )

Berdasarkan persamaan (3.3) untuk mencari nilai ωm (kecepatan sudut) adalah sebagai
berikut :

…………………...…………………………………………………(3.4)

Dimana :

N = Putaran motor (Rpm)


35


Hasil perhitungan persamaan (3.4) yang didapatkan kemudian
diaplikasikan pada persamaan (3.3) dimana daya motor 40 Hp dikonversikan
menjadi 29.84 kilowatt (kW).

Nilai torsi motor adalah sama dengan nilai torsi pada pulley 1 dan
kecepatan sudut pada pulley 1 sebanding dengan nilai kecepatan sudut pada
motor. Hal ini disebabkan karena pulley 1 berada pada poros yang sama dengan
motor, sehingga :

Torsi pada pulley 1

…. ……..…………………………………………………………(3.5)

Kecepatan sudut pulley 1

……………………………………………………………………(3.6)


Selanjutnya nilai yang didapatkan dari persamaan (3.5) dan persamaan
(3.6) digunakan untuk mencari nilai torsi dan kecepatan sudut pada pulley 2.

Torsi pada Pulley 2

………………………………………………………………...(3.7)
36

Kecepatan sudut pulley 2

………………………………………………………………...(3.8)


Nilai torsi dan kecepatan sudut pada gear 1 sama dengan nilai torsi dan
kecepatan dapa pulley 2 karena berada pada poros yang sama, jadi :

Torsi pada gear 1

……………………………………………………………………..(3.9)

Kecepatan sudut pada gear 1

…………………………………………………………………..(3.10)


Untuk mencari nilai torsi dan kecepatan sudut pada gear 2 digunakan nilai
dari persamaan (3.9) dan (3.10).

Torsi pada gear 2

…………………………………………………………...(3.11)

Kecepatan sudut gear 2

………………………………………………………….(3.12)
37


Posisi gear 2 dan gear 3 berada pada satu poros yang sama sehingga nilai
torsi serta kecepatan sudutnya sama.

Torsi gear 3

…………………………………………………………………..(3.13)

Kecepatan sudut gear 3

…………………………………………………………………(3.14)


Berdasarkan nilai yang didapat dari persamaan (3.13) dan (3.14) yang
selanjutnya digunakan untuk mencari nilai torsi dan kecepatan sudut pada gear 4.

Torsi gear 4

…………………………………………………………..(3.15)

Keceepatan sudut gear 4

………………………………………………………….(3.16)


38

Tabel 3.4 Rangkuman Nilai Hasil Perhitungan

Torsi ( ) Kecepatan Sudut ( ⁄ )


Pulley 1 0.19 157
Pulley 2 0.21 136,81
Gear 1 0.21 136,81
Gear 2 1.11 25,68
Gear 3 1.11 25,68
Gear 4 3.63 7,85

Berdasarkan hasil perhitungan didapati bahwa pada gear 4 memiliki torsi sebesar
3.63 dan kecepatan sudut sebesar 7,85 ⁄ . Selanjutnya hasil perhitungan
ini digunakan untuk menghitung umur pakai bearing yang terletak pada gear 4.

Tabel 3.5 Data Teknis Mesin Penggiling Karet

Berat Roll Penggiling 1000 Kg


Berat Bahan Baku 10.500 Kg
Total 11.500 Kg

Berdasarkan katalog bearing FAG tipe 23022E1A.M yang dipakai didapati nilai :

C : 400 kN

d : 110 mm

D : 170 mm

e : 0,23

Y : 4,31
39

Gambar 3.17 Katalog Spherical Bearing


40

Putaran pada gear 4

Pada shaft output gearbox dan sekaligus terhubung dengan kopling ke shaft
creeper 1 terdapat 4 buah spherical bearing sejenis.

Panjang total roll 820 mm

FCG = 11500 Kg = 115 kN

 MA = 0 ……………………………………………………………………..(3.17)

FRA . 820 – FCG . 410 = 0

FRA . 820 – 115. 410 = 0

FRA = 57,5 kN

Beban yang ditumpu masing – masing pada shaft (Fr) 13,75 kN 2 = 28,75 kN

Fa = dimana Y faktor beban aksial …………………………………(3.18)

Fa =

Fa = 3,33 kN

Beban aksial (Fa) eksternal akibat dari gaya-gaya saat bahan baku dimasukan

Fa = 1,185 kN (asumsi Fr = Fa)

Jadi, total Fa = 28,75 + 3,33 = 32,08 kN

Beban ekivalen dinamik bearing nya :

= = 1,11 kN
41

Persamaan ekivalen dinamik pada spherical roller bearing adalah :

P = Fr { Fa / Fr ≤ e } …………………………………………(3.19)

P = 0,4 FR + Y Fa { Fa / Fr e} …………………………………………(3.20)

Nilai perbandingan Fa/Fr lebih besar dari nilai e = 0,23 sehingga untuk mencari
beban dinamiknya menjadi :

Perhitungan nilai safety factor pada masing-masing bearing berdasarkan nilai :

Co = 530 kN

Fr = 86,25 kN ( asumsi 3 kali gravitasi )

Fa = 96,24 kN ( asumsi 3 kali gravitasi )

Yo = 2,83

…………………………………………………………(3.21)

Faktor keamanan statik

……………………………………………………………………...(3.22)
42

Perhitungan umur pakai bearing, dengan nilai n merupakan rpm pada gear 4.


( )


( )

Perkiraan umur pakai bearing sekitar 243 hari, atau sekitar delapan bulan.

3.4 Analisis dan Implementasi


Berdasarkan analisis perhitungan diatas dapat ditarik implementasi bahwa
mahasiswa kekurangan data record penggantian bearing ini di lapangan. Sehingga
tidak diketahui apakah perhitungan analisis diatas akurat. Namun, berdasarkan
penuturan pembimbing lapangan usia pemakaian bearing sampai dengan rusak
diperkirakan enam bulan dengan perlakuan maintenance bearing setiap 800 jam
kerja. Usia pakai bearing yang tidak sampai dengan analisis perhitungan
kemungkinan disebabkan oleh jangka waktu maintenance yang cukup panjang
serta jumlah bahan baku yang diolah terkadang melebihi dari data yang
mahasiswa ambil. Jangka waktu maintenance harus dinaikkan sesuai dengan jam
kerja bearing untuk memperpanjang usia pakai bearing tersebut.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.2 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat selama kerja praktek di PT. Batanghari


Tembesi serta perhitungann berdasarkan judul yang diambil Analisis Kerusakan
pada Spherical Bearing pada Gearbox penggiling karet, yakni sebagai berikut :

1. Produk – produk yang dihasilkan PT. Batanghari Tembesi adalah karet


remah (crumb rubber).
2. Menjadi produsen karet remah untuk berbagai merk ban dunia seperti
Good Year,Yokohama Tires dan Bridgestone.
3. Pada awalnya perusahaan ini hanya bergerak dalam pengolahan remiling
yang menghasilkan karet dalam bentuk blanket untuk langsung di ekspor .
Namun sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia tahun 1970 yang
melarang export karet dalam bentuk karet blanket dan mendorong
pengolahan karet blanket lebih lanjut menjadi karet remah (crumb rubber)
4. Proses pengolahan yang ada pada PT. Batanghari Tembesi adalah
prebreaeker, hammer mill, mixing tank, creeper, maturasi, shredder,
dryer, press, storage dan shipping.
5. PT. Batanghari Tembesi memiliki kapasitas produksi sekitar 16.000 ton
pertahun.
6. Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, beban
tersebut dapat berupa beban aksial atau beban radial. Sehingga putaran
atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
panjang umur.
7. Bantalan yang dipakai digearbox Helimax 225 SPL pada mesin creeper
adalah jenis spherical roller bearing.
8. Kerusakan dari bantalan disebabkan oleh beberapa faktor yakni abrasi,
kekurangan pelumas, korosi, pemasangan yang salah, penyetelan yang
salah, kelebihan beban dan penggunaan pelumasan yang kurang tepat.
44

9. Penyebab kerusakan spherical roller bearing pada gearbox mesin creeper


disebaban oleh beban yang berlebih.s
10. Perkiraan umur pemakaian dari bantalan L10h yakni 5.855,645 jam atau
243 hari dengan beban 115 kN.
11. Nilai safety factor pada bantalan 315,48 kN.
12. Nilai factor keamanan statik 1,68kN.

4.2 Saran
Sarang yang dapat diberikan penulis melalui laporan ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi mahasiswa kerja praktek selanjutnya semoga bisa disediakan data
tertulis yang dibutuhkan.
2. Adanya data record penggantian alat sangat dibutuhkan mahasiswa dalam
pembanding dari hasil analisis mahasiswa.
3. Pembekalan kerja praktek sebaiknya dilakukan sebelum pendaftaran kerja
praktek sehingga mahasiswa tau apa saja yang perlu dilakukan di tempat
kerja praktek.
45

DAFTAR PUSTAKA

[1] Bhandari. V B, Design Of Machine Elements, Third Edition, New York :


McGraw Hill Education, 2010.

[2] Childs. Peter, Mechanical Design, Second Edition, London :


Butterworth-Heinemann, 2003.

[3] Sularso, dan Kiyokatsu Suga, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen
Mesin, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2004.

[4] Pedoman Mutu PT. Batanghari Tembesi Jambi, 2017.

[5] FAG E1 Spherical Roller Bearings Catalog.


46

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Syariffudin
Alamat : Jl. Nusa Indah II RT. 31 No.46
Kel. Simpang IV sipin Kec.
Telanaipura Kota Jambi, Jambi.
TTL : Jambi, 22 Juli 1997
Telepon : 0853 8044 4290
Email : syariffudin2271997@gmail.com
Angkatan : 2015
Motto : “Kalau orang lain bisa kenapa
harus saya?”

Latar Belakang

2003 – 2009 : SDN No. 42 Beliung, Kota Jambi

2009 – 2012 : SMPN No.08 Kota Jambi

2012 – 2015 : SMKN 1 Kota Jambi

2015 – Sekarang : STITEKNAS Jambi

Pengalaman Organisasi

2012 – 2015 : Anggota Remaja Masjid Miftahul Jannah Nusa Indah II

2018 – Sekarang : Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin STITEKNAS Jambi

Pengalaman Kerja

2015 : BMT Bisma Jambi

2018 : Pemagangan PT. Batanghari Tembesi Jambi


47

Lampiran 1 Lembar Monitoring


48

Lampiran 2 Penilaian Perusahaan


49

Lampiran 3 Dokumentasi Kerja Praktek

Proses Maintenance Gearbox Helimax 225 SPL

Pembersihan Roda Gigi Gearbox Proses Pemasangan Kembali

Bantalan Yang Rusak

Anda mungkin juga menyukai