Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INDUSTRIAL ORGANISASI DAN HUBUNGAN INDUSTRI


“KASUS NEGOSIASI PADA PERUSAHAAN”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4
DELMI ADRI
DIRA SETIAWAN
DWI DANANG FEBRIANTO
HERWINDA ANGRILA
LENI AYU KUSTIN
PAOBAON PULUNGAN
SITI NURLAILIN
YOSI MARDIANTI
YUSTINA

VII SDM C
DOSEN PENGAMPU
H. RAJA MARWAN INDRA SAPUTRA, SE. M.SI
NOVRIYANI, SE. MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


KONSENTRASI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS INDRAGIRI ( ITB - INDRAGIRI )
RENGAT TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan karunianya penyusunan makalah yang berjudul “Kasus Negosiasi
Pada Perusahaan” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Banyak kendala yang kami jumpai dalam penyususnan makalah ini, namun
berkat dukungan dan masukan dari berbagai pihak, kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari segala keterbatasan, dengan kelebihan dan kekurangan


dalam penyusunannya, kami berharap bisa dimaklumi. Demikian makalah ini
kami buat dengan sebaik mungkin. Mudah-mudahan bisa menjadi bahan
wacana dan menambah informasi bagi pembaca sekalian. Amin

Rengat, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2

1.3 Tujuan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Negosiasi .................................................................................3

2.2 Gambaran Umum Proses Negosiasi ...................................................4

2.3 Hasil-hasil Negosiasi ............................................................................5

2.3 Hasil-hasil Negosiasi ............................................................................6

2.5 Deadlock (Negosiasi yang Menemui Jalan Buntu) ............................6

2.6 Gaya-gaya dalam Negosiasi .................................................................7

2.7 Studi Kasus Negosiasi Pada Perusahaan ..........................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................16

3.2 Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dikatakan mempunyai martabat apabila dia mampu bekerja


keras. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh hak dan memiliki segala
apa yang diinginkannya. Ketentuan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menentukan:
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusian. Berdasarkan atas ketentuan ini pekerjaan adalah merupakan
hak konstitusional bagi tiap-tiap warga negara.

Pekerjaan itu dapat dilakukan secara bebas (swa-pekerja), atau berkerja


pada orang lain pada umumnya berarti melakukan pekerjaan dibawah pimpinan
pihak lainnya. Bekerja pada pihak lain didasari atas kesepakatan yang tertuang
dalam perjanjian kerja baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tertulis.
Pasal 1 angka 14 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, LN Tahun 2003 Nomor 39 (selanjutnya disingkat UU
Ketenagakerjaan 2003), perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban para pihak. Dengan adanya perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama telah menjamin adanya kepastian hukum
hubungan hukum para pihak dalam proses produksi barang dan jasa. Dalam
proses produksi barang dan jasa dalam sistem hubungan perburuhan di
Indonesia, tidak hanya pengusaha dan pekerja/buruh yang terlibat di dalamnya,
akan tetapi juga pemerintah.

Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 1 angka 16 UU


Ketenagakerjaan 2003 yang menyebutkan bahwa: Hubungan industrial adalah
suatu sistem hubungan yang terbentuk antara parapihak 4 dalam proses
produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam hubungan industrial

1
yakni hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha adakalanya berjalan baik-
baik saja, tidak ada masalah-masalah, tercapai persamaan-persamaan, tetapi
adakalanya bisa terjadi pertentangan-pertentangan atau konflik.

Setiap konflik harus diselesaikan sesuai dengan aturan hukum acara


yang telah diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Hubungan Industrial LN Tahun 2004 Nomor 6. Dalam ketentuan Pasal 3 ayat
(1) ditentukan: perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan
penyelesaiannya terlebih dahulu melalui biparlit secara musyawarah untuk
mufakat. Dalam penjelsan pasal 3 ayat (1) dijelaskan yang dimaksud
perundingan biparlit dalam pasal ini adalah perundingan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh atau
antara serikat pekerja/serikat buruh dan serikat pekerja/serikat buruh yang lain,
dalam satu perusahaan yang berselisih.

Dari ketentuan tersebut perundingan biparlit mempunyai makna yang


sama dengan negosiasi yaitu penyelesaian sengketa oleh para pihak yang
bersengketa secara langsung tanpa melibatkan pihak ketiga. Oleh karena itu
pengetahuan tentang prinsip-prinsip negosiasi, teknik negosiasi, tahapan-
tahapan negosiasi, perlu dipahami agar perundingan biparlit dapat mencapai
tujuannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam


makalah ini adalah Menjelaskan apa itu negosiasi dan mencari Studi Kasus
mengenai negosiasi pada perusahaan

1.3 Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah mengetahui penjelasan mengenai negosiasi


dan dapat memahami studi kasus mengenai negosiasi pada perusahaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Negosiasi

Negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara
dengan maksud untuk mencapai suatu kesepakatan. Pertentangan kepentingan
memberikan alasan terjadinya suatu negosiasi. Persamaan kepentingan juga
memberikan alasan terjadinya negosiasi atas dasar motivasi untuk mencapai
kesepakatan.

Dalam hubungan industrial, kepentingan yang sama antara pekerja dan


pengusaha adalah dalam hal produksi. Kedua belah pihak menginginkan agar
produksi berlanjut dan meningkat karena merupakan sumber penghasilan dan
keuntungan mereka. Kepentingan yang bertentangan dalam hubungan
industrial adalah pembagian porsi produksi untuk kedua belah pihak.

Para pekerja memperoleh porsi bagian mereka melalui kondisi


kepegawaian dan kondisi kerja yang baik, termasuk upah yang lebih tinggi,
keselamatan, kesehatan dan jaminan kerja yang lebih baik, serta pekerjaan
yang bebas stress. Pihak pengusaha memperoleh bagian mereka dalam bentuk
profit / laba yang lebih tinggi dan dana yang lebih banyak untuk investasi.

Hubungan industrial melibatkan negosiasi dalam banyak bentuk: ¨

a. Antara seorang pekerja secara individual dengan majikannya ¨


b. Antara suatu serikat pekerja atau sekelompok pekerja dengan seorang
pengusaha ¨
c. Antara satu kelompok serikat pekerja dengan satu kelompok pengusaha

Negosiasi dapat terjadi pada beberapa tingkatan: ·

a. Pada tingkat unit kerja ·


b. Pada tingkat perusahaan ·
c. Pada tingkat sektor industri ·
d. Pada tingkat nasional

3
2.2 Gambaran Umum Proses Negosiasi

Gambaran umum proses negosiasi adalah sebagai berikut: ¨

a. Relatif tidak berstruktur dan tidak ada ketua sidang ¨


b. Tidak ada aturan prosedur yang baku ¨
c. Tidak ada agenda yang baku atau sama; tiap-tiap pihak
memperjuangkan kepentingannya masing-masing. ¨
d. Melibatkan proses pembicaran, mendengarkan dan pengamatan ¨
e. Tujuannya adalah untuk mencapai suatu kesepakatan yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak ¨
f. Proses negosiasi adalah milik pihak-pihak yang terkait: tidak dihadiri oelh
pihak ketiga yang independen, kecuali jika negosiasi macet atau
mencapai deadlock dan kemudian ditunjuk seorang konsiliator atau
penengah untuk membantu dalam proses perundingan ¨
g. Negosiasi tidak selalu berakhir dengan kesepakatan; kedua belah pihak
mungkin saja dapat menyetujui ketidaksepakatan yang terjadi.

Negosiasi melibatkan: ¨

 Persuasi / bujukan untuk mencapai suatu maksud ¨


 Kompromi yang konstruktif / membangun

Melalui persuasi / bujukan, mendorong dan berusaha untuk meyakinkan


pihak lain untuk menerima hal-hal yang ingin mereka terima. Kompromi yang
konstruktif artinya menyesuaikan posisi sebagai tanggapan atas kurangnya
keinginan pihak lain untuk menerima proposal atau usulan . Kompromi ini
adalah kebalikan dari perundingan posisional, dimana salah satu pihak dengan
kerasnya mempertahankan suatu rangkaian posisi dan menolak untuk
berkompromi atau menyesuaikan diri sebagai tanggapan atas suatu
argumentasi atau ajakan yang persuasif.

4
2.3 Hasil-hasil Negosiasi

Ada empat hasil-hasil negosiasi yang mungkin terjadi:

1. MENANG – KALAH
Salah satu pihak mencapai seluruh atau sebagian besar hasil dari
rencana yang diharapkan, sementara pihak lainnya tidak mendapatkan
hasil apa-apa, atau mencapai hasil yang sangat kecil. Contoh: Suatu
serikat pekerja menuntut kenaikan upah sebesar 15 persen. Pihak
pengusaha tidak menawarkan apa-apa. Jika hasil akhirnya adalah
serikat pekerja memperoleh kenaikan 15 persen, maka serikat tersebut
telah menang dan pihak pengusaha telah kalah.
2. KALAH – MENANG
Salah satu pihak tidak mendapatkan hasil apa-apa atau sangat kecil dari
rencana yang diharapkan, sementara pihak lain mencapai seluruh atau
sebagian besar. Contoh: Suatu serikat pekerja menuntut kenaikan upah
sebesar 15 persen. Pihak pengusaha tidak menawarkan apa-apa, Jika
hasil akhirnya adalah tidak ada kenaikan, maka pihak pengusaha telah
menang dan serikat pekerja tersebut telah kalah.
3. KALAH – KALAH
Pihak-pihak yang berunding gagal mencapai kesepakatan. Pertentangan
kepentingan lebih dominan dari persamaan kepentingan, tidak ada atau
sangat sedikit kompromi dan muncul kemungkinan bahwa konflik atau
pertentangan dapat berkembang mencapai tahap mogok atau macet
(lockout) Contoh: Pihak serikat pekerja menuntut kenaikan upah sebesar
15%. Pihak pengusaha menawarkan 2%. Masing-masing pihak
mempertahankan posisi awalnya sehingga negosiasi macet dan berakhir
dengan mogok kerja. Baik pihak pekerja dan pengusaha kehilangan
penghasilan mereka karena produksi terhenti.
4. MENANG – MENANG
Kedua belah pihak mencapai hasil sebagian dari posisi tuntutan dan
penawaran pertama mereka. Contoh: Serikat pekerja menuntut kenaikan
upah sebesar 15%. Pihak pengusaha menawarkan 2%. Melalui persuasi
dan kompromi, maka akhirnya disepakati kenaikan sebesar 8%. Target

5
kedua kedua belah pihak telah bergeser dari posisi awal, namun tidak
harus sampai pada hasil dimana kedua-duanya kalah

2.4 Kapan Harus Bernegosiasi

Apa yang harus ada sebelum bernegosiasi ? ¨

a. Keinginan untuk memasuki tahap negosiasi. Hal ini mengindikasikan


kesamaan persepsi kepentingan. ¨
b. Ada wilayah-wilayah potensial yang dapat dijadikan konsesi. ¨
c. Kedua belah pihak mempunyai wewenang untuk menyesuaikan posisi
mereka. ¨
d. Masing-masing pihak telah mempersiapkan secara cermat posisi
negosiasinya.

Jangan bernegosiasi jika: ·

 tidak memiliki kekuatan berunding ·


 tidak memiliki sesuatu untuk dirundingkan ·
 Sasaran yang lebih luas dapat menjadi praduga yang salah ·
 tidak mempersiapkan dengan baik ·
 tidak mengetahui secara tepat apa yang inginkan

2.5 Deadlock (Negosiasi yang Menemui Jalan Buntu)

Suatu deadlock bukanlah suatu situasi KALAH-KALAH. Deadlock terjadi


jika kedua belah pihak memaksakan diri untuk bergerak di luar batas posisi
tertentu yang telah ditentukan. Dalam situasi deadlock, hasil akhir dari
negosiasi biasanya ditentukan dalam ketegangan. Sebelum meminta bantuan
dari pihak ketiga yang independen (seorang konsiliator atau arbitrator),
pertimbangkan hal-hal berikut untuk mengakhiri deadlock yang terjadi: ¨

1) Coba untuk mengerti mengapa pihak lawan berkata TIDAK ¨


2) Cari masalah-masalah baru yang dapat dijadikan konsesi (dari sendiri
dari pihak lawan) ¨

6
3) Coba untuk menyetujui untuk menepikan pokok-pokok bahasan yang
spesifik untuk sementara waktu untuk melanjutkan negosiasi tentang
pokok bahasan yang lain ¨
4) Jika memungkinkan, konsesi yang telah disepakati dapat ditawarkan
untuk ditukar ¨
5) Pertimbangkan kemungkinan untuk menukar sekelompok konsesi-
konsesi kecil untuk sebuah konsesi yang lebih besar dan lebih penting
6) Dimana masih memungkinkan untuk negosiasi lebih lanjut: ·
o jangan memperluas lingkup bahasan yang mungkin tengah
diperselisihkan
o jangan ungkit kembali perselisihan lama ·
o jangan mempublikasikan posisi ke pihak ketiga untuk
mengamankan dukungan

2.6 Gaya-gaya dalam Negosiasi

Sebelum menentukan gaya negosiasi yang gunakan, pertimbangkan


lebih dahulu hal-hal sebagai berikut: ¨ Hubungan dengan pihak lawan untuk
jangka panjang atau saat itu saja ¨ Kekuatan dan kelebihan pihak lawan ¨
Kekuatan dan kelebihan posisi tim ¨ Penting atau tidaknya mencapai suatu
kesepakatan

A. Negosiasi Kooperatif ¨
a) Menciptakan suasana saling menghargai dan percaya ¨ Memperjelas
dari awal bahwa menginginkan hasil MENANG-MENANG ¨
b) Mulai dengan mengidentifikasi masalah sebelum mengidentifikasikan
pemecahan ¨
c) Mulai dengan masalah-masalah yang mudah untuk dicapai
kesepakatannya ¨
d) Bila mungkin, buat beberapa konsesi kecil yang dibagi
pembahasannya dalam negosiasi dibandingkan dengan sebuah
konsesi besar ¨
e) Hindari bahasa dan postur tubuh yang difensif ¨
f) Bersikap fleksibel

7
B. Negosiasi Kompetitif
Negosiasi kompetitif jarang sekali dapat diterima dan hanya mungkin terjadi
jika memiliki posisi yang sangat kuat. harus sadar akan konsekuensi
jangka panjang dari negosiasi seperti ini, misalnya saja dalam negosiasi
berikutnya pemegang kekuasaannya akan beralih tangan.
Namun demikian, mungkin harus menggunakan gaya ini jika pihak lawan
jelasjelas tidak menginginkan negosiasi kooperatif: ¨
a) Dari awal tegaskan komitmen terhadap posisi yang telah tentukan ¨
b) Indikasikan konsekuensinya jika tidak memperoleh apa yang inginkan ¨
c) Siapkan konsesi-konsesi yang tidak penting untuk , tetapi yang
menghindari pihak lawan dari kehilangan muka
Bagaimana reaksi terhadap taktik MENANG-KALAH ? ¨
o Jangan terpancing emosi ¨
o Tanya pihak lawan alasan mereka untuk menentukan posisi tertentu ¨
o Tekankan konsekuensi jika kesepakatan gagal kepada pihak lawan ¨
o Coba untuk meningkatkan rasa saling menghargai dan gunakan
pendekatan penyelesaian masalah bersama ¨
o Ambil posisi yang sama kuatnya jika tidak mungkin dicapai rasa saling
menghargai dan pendekatan penyelesaian masalah bersama.
Menghadapi seorang negosiator yang kompetitif, tidak ada gunanya
menggunakan pendekatan kooperatif

2.7 Studi Kasus Negosiasi Pada Perusahaan

STUDI KASUS ANALISIS PROSES NEGOSIASI PT. FREEPORT DENGAN


PEMERINTAH INDONESIA

PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang pertambangan yang terkemuka didunia yang telah beroperasi sejak
1967. Perusahaan ini melakukan eksploraasi, menambang serta memproses
bijih yang mengandung tembaga, emas, perak yang terletak provinsi papua.
(Overview PT. Freeport Indonesia, 2021) PT. Freeport beroperasi di daerah
dataran tinggi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Indonesia. Papua merupakan
provinsi yang terletak di bagian timur Indonesia. Keberadaan PT. Freeport

8
Indonesia sebagai bentuk investasi asing di tanah Papua menimbulkan
berbagai hal negative serta menimbulkan konflik tak berujung antara
pemerintah, masyarakat serta perusahaan tersebut. Timbulnya konflik berawal
akibat tuntutan ganti rugi terkait tanah masyarakat serta dampak lingkungan
yang ditimbulkan dalam proses kegiatan eksplorasi tambang tersebut. Selain
itu, adapun terkait kontrak karya dan kebijakan pemerintah terhadap PT.
Freeport yang tidak seimbang. Hal ini menjadikan pemerintah Indonesia
melakukan proses negosiasi dengan PT. Freeport.

Dalam proses negosiasinya terdapat beberapa kendala yang diakibatkan


oleh perbedaan kepentingaan dari para pihak sehingga proses negosiasi
berlangsung cukup lama. Proses negosiasi pemerintah Indonesia dengan PT.
Freeport telah dilakukan sejak era cabinet presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) namun belum juga menemui titik terang kesepakatan.
Akhirnya negosiasi dapat dilakukan dan menemui titik terang di era Presiden
Joko Widodo. Negosiasi merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk
mempertemukan keinginan, kepentingan, gagasan, ide atau suatu cara dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Saat proses negosiasi, Pemerintah
menuntut nasionalisasi terhadap saham Freeport sebesar 51 persen (divestasi
saham).

Proses negosiasi terkait nasionalisasi ini juga berlangsung cukup lama


dan banyak menghadapi kendala. Negosiasi yang dilakukan sejak dari
pemberlakuan Kontrak Karya II PT. Freeport Indonesia di Papua tahun 1991
hingga akhirnya disepakati tanggal 12 Juli 2019 melalui pertemuan Pemerintah
Indonesia, Freeport McMoran Inc dan Rio Tinto yang menghasilkan Heads of
Agreement (HoA) (Kaisupy, 2021). Sebelumnya Freeport sudah beberapa kali
meneken Kontrak Karya (KK) dan memiliki izin operasi hingga 2021.

Namun apabila melihat isi kontrak karya tersebut, terdapat


ketidakseimbangan dimana pihak Freeport sebagai penanam modal asing
mendapatkan keuntungan lebih besar daripada penyedia izin operasi yaitu
pemerintah Indonesia sendiri. Setelah melewati beberapa proses negosiasi
yang tak kunjung menemui titik terang akibat perbedaan kepentingan dari

9
masing masing pihak. Dari beberapa pertemuan yang telah dilaksanakan, pihak
Freeport masih keras terhadap masalah pembagian divestasi saham. Dengan
adanya perpindahan status dari Kontrak Karya menjadi IUPK, menjadikan pihak
Freeport enggan untuk menyetujui kesepakatan.

Pihak Freeport memiliki kepentingan untuk mendapatkan fasilitas seperti


yang diberikan sebelumnya pada Kontrak Karya (KK) dan akan menyetujui
kesepakatan apabila pemerintah Indonesia memberikan stabilitas investasi.
Disisi lain, pihak Indonesia memiliki kepentingan untuk mendapatkan divestasi
saham yang lebih besar karena wilayah operasi Freeport berada di wilayan
negara Indonesia. Walaupun negosiasi antara pemerintah dan Freeport
berlangsung cukup lama, pada akhirnya pemerintah mampu menundukan
Freeport untuk mengikuti kebijakan yang telah dibuat pemerintah.

Berdasarkan teori negosiasi yang sudah dipaparkan, pendekatan strategi


yang digunakan dalam negosiasi pemerintah Indonesia dengan pihak PT.
Freeport adalah strategi negosiasi integrative dimana kedua belah pihak
mendapatkan keuntungan melalui win-win solution. Hasil akhir kesepakatan
dari negosiasi ini pihak pemerintah Indonesia mendapatkan divestasi saham
sebesar 51% sedangkan pihak PT. Freeport mendapatkan perpanjangan
operasi 2x10 tahun melalui skema Izin Usaha Khusus Pertambangan (IUPK).
(bbc, 2018)

Dari hasil kesepakatan tersebut dapat disimpulkan bahwa negosiasi


mampu mencapai titik terang melalui strategi integrative winwin solution dimana
kedua belah pihak mendapatkan keuntungan masing-masing. Kemenangan
pemerintah Indonesia dalam negosiasi ini menjadikan momen bersejarah
setelah PT. Freeport beroperasi sejak 1973 di Indonesia

10
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan bertemu dan berbicara
dengan maksud untuk mencapai suatu kesepakatan. Pertentangan kepentingan
memberikan alasan terjadinya suatu negosiasi. Persamaan kepentingan juga
memberikan alasan terjadinya negosiasi atas dasar motivasi untuk mencapai
kesepakatan.Sebelum menentukan gaya negosiasi yang gunakan,
pertimbangkan lebih dahulu hal-hal sebagai berikut: ¨ Hubungan dengan pihak
lawan untuk jangka panjang atau saat itu saja ¨ Kekuatan dan kelebihan pihak
lawan ¨ Kekuatan dan kelebihan posisi tim ¨ Penting atau tidaknya mencapai
suatu kesepakatan

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah

11
DAFTAR PUSTAKA

Heron, Robert dan Caroline Vandenabeele. 1998. Penerbit edisi bahasa


Indonesia: Friedrich-Ebert-Stiftung (FES) Perwakilan Indonesia

Rahayu, Intan. 2022. Studi kasus analisis proses negosiasi pt. Freeport dengan
pemerintah indonesia .

12

Anda mungkin juga menyukai