Anda di halaman 1dari 16

Sistem Pengendalian Manajemen Bagian

Produksi di PT.Greentex Indonesia


Utama II 
KELOMPOK 3

Nela nurhasanah 501180034


Riska nindiya 501180003
Laealasari Eka Santika 501180009
Sinta Novita 501180046
Sejarah singkat PT.Greentex Indonesia Utama II 

PT. Greentex Indonesia Utama II adalah perusahaan asing yang dinaungi oleh PT. Greentex
Utama yang berada di Korea. Pendiri PT. Greentex Indonesia Utama II yaitu Mr. Kim Chang
Sig yang sekarang menjabat sebagai direktur. PT. Greentex Indonesia Utama II didirikan
pada 25 Maret 2014 yang berkedudukan di Jl. Raya Banjaran Km.16,5 Desa Batukarut
Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Jawa Barat. PT. Greentex Indonesia Utama II
sebelumnya beralamatkan di Kawasan Berikat Nusantara Jl. Ternate Blok D-15A Sukapura
Cilincing Jakarta Utara yang mempunyai Surat Perizinan Penanaman Modal dengan Nomor
403/1/IU/PMA/2014. Sekarang PT. Greentex Indonesia Utama II berpindah tempat dengan
Surat Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal Asing dengan Nomor 2264/1/IP-
PB/PMA/2016. PT. Greentex Indonesia Utama II bergerak dalam bidang usaha industri
pakaian jadi (konveksi) dari tekstil dengan mengerjakan pesanan merek-merek ternama
seperti Adidas dan Reebok.
Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu susunan komponen-komponen


atau unit-unit kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi
menunjukan bahwa adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi
atau kegiatan-kegiatan berbeda yang dikoordinasikan. Selain itu
struktur organisasi juga menunjukkan mengenai spesialisasi-
spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah maupun penyampaian
laporan.
Gambar 2.2 merupakan struktur organisasi PT. Greentex Indonesia
Utama II
Struktur Organisasi
Tujuan Penelitian SPM

Maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun Sistem


Informasi Supply chain management (SCM) di PT. Greentex
Indonesia Utama II.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari sistem yang dibangun ini
adalah :
1. Meninjau apakah PT Greentex Indonesia Utama II telah
menjalankan Prosedur Manajemen Sesuai dengan ketentuan
Pemerintah.
2. Membantu Marketing Production dalam mengetahui informasi
jadwal distribusi berdasarkan proses produksi.
3. Membantu PPIC dalam memudahkan pemesanan bahan baku
dengan melihat bahan baku yang sama dari produk yang berbeda.
Studi Kasus pada PT Greentex Indonesia Utama II

PT Greentex Indonesia Utama II bergerak dibidang jasa pembuatan baju, jaket dan celana
sesuai pemesanan dari customer yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan,
melainkan pemesanan dilakukan melalui buyer yang akan mengirimkan data pemesanan
produk dari customer kepada PT Greentex Utama. Strategi produksi yang digunakan
perusahaan adalah make to order yaitu proses produksi dilakukan jika menerima purchase
order (PO) dari PT Greentex Utama. Kegiatan supply chain di PT Greentex Indonesia Utama
II terdiri dari bagian hilir ke hulu, yang terlibat dibagian hilir yaitu Marketing Production dalam
penerimaan purchase order (PO) dan EXIM dalam proses pengiriman produk kepada
cutomer yang menggunakan jasa pengiriman, sedangkan yang telibat dibagian hulu yaitu
PPIC dalam melakukan pemesanan bahan baku kepada supplier dan melakukan
pengolahan bahan baku.
Sistem Pengendalian Manajemen Bagian Produksi
PT Greentex Indonesia Utama II

Hasil wawancara dengan Marketing Production, memaparkan bahwa produksi dilakukan ketika
menerima email purchase order (PO) dari Head Marketing PT Greentex Utama. Purchase order (PO) yang
diterima berisikan data customer, data produk yang dipesan beserta jumlahnya, tanggal produk bisa diterima
oleh customer (PODD) dan terdapat data bahan baku yang sudah tentukan oleh customer. Marketing
Production akan membuat order list pesanan berdasarkan purchase order (PO), order list yang sudah dibuat
akan dikirimkan kepada PPIC. Marketing Production akan menunggu jadwal produksi dari PPIC untuk
membuat jadwal distribusi berdasarkan tanggal selesai produksi yang tercantum pada jadwal produksi.
Jadwal distribusi yang dibuat akan dikirimkan kepada Head Marketing paling lambat 14 hari setelah email
purchase order (PO) diterima oleh Marketing Production untuk memberikan informasi terkait tanggal
pengiriman produk dan tanggal produk bisa diterima oleh customer apakah melebihi tanggal yang diminta
oleh customer (PODD) atau tidak.
Sampai saat ini proses produksi terkadang tidak berjalan sesuai dengan jadwal produksi yang sudah
dibuat oleh PPIC, dan Marketing Production tidak selalu mendapatkan informasi terkait proses produksi
yang berjalan tidak sesuai dengan jadwal produksi sehingga mengakibatkan pendistribusian produk menjadi
terlambat dan tidak sesuai dengan jadwal distribusi yang sudah diinformasikan kepada Head Marketing.
Sistem Pengendalian Manajemen Bagian Produksi
PT Greentex Indonesia Utama II

Hasil wawancara dengan Production Planning and Inventory Control (PPIC),


memaparkan bahwa proses pengadaan bahan baku dilakukan berdasarkan order list
pesanan yang didapatkan dari Marketing Production, order list pesanan tersebut berisikan
list pemesanan produk dari customer beserta rincian dari bahan baku yang ditentukan oleh
customer. Pengadaan bahan baku dilakukan per customer dan bahan baku yang akan
dipesan kepada supplier diambil berdasarkan bahan baku yang sudah ditentukan oleh
customer. Jumlah pengadaan bahan baku biasanya dihitung dan disesuaikan dengan jumlah
produk yang dipesan.
Sampai saat ini jumlah pengadaan bahan baku masih terjadi kekurangan sehingga
dapat mengakibatkan proses produksi tidak selesai dengan tepat waktu dan harus
melakukan pemesanan bahan baku ulang. Pemesanan bahan baku kepada supplier
dilakukan sesuai dengan tanggal pemesanan (LCO) yang tercantum pada data pengadaan
bahan baku, selama ini pemesanan bahan baku dilakukan tanpa melihat bahan baku yang
sama, jika terdapat bahan baku yang sama untuk produk yang berbeda pemesanan bahan
baku kepada supplier dilakukan dalam beberapa kali sehingga biaya pemesanan pun
bertambah. .
Penyelesaian Masalah

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Utami Dew dkk pada
“Analisis Efisiensi Biaya Bahan Baku Dalam Penerapan Metode JIT
Pada Industri Ubin Karya Indah Karang Asem” yang membahas
penerapan Just In Time (JIT) mampu menangani masalah pembelian
bahan baku agar sesuai dengan kebutuhan produksi . Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan, PT Greentex Indonesia Utama II
membutuhkan sarana sistem informasi Supply Chain Management
(SCM) dengan menggunakan metode Just In Time (JIT) untuk
menangani masalah yang ada.
Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain adalah serangkaian atau jaringan perusahaan-


perusahaan yang berkerja secara bersama-sama untuk membuat
dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier,
pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Dalam supply chain
terdapat tiga aliran entitas yang harus dikelola dengan baik yaitu
material, informasi, dan keuangan. Supply Chain Management
(SCM) adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa mulai dari
pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir dengan
menggunakan pendekatan sistem yang terintegrasi dengan tujuan
yang sama.
Prinsip Dasar SCM

1.Prinsip Integrasi
Semua elemen yang terlibat dalam rangkaian SCM berada dalam satu kesatuan yang
kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan.

2. Prinsip Jejaring
Semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.

3. Prinsip Ujung ke Ujung


Proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang
paling hilir.

4. Prinsip Saling Tergantung


Elemen dalam SCM menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja
sama yang saling menguntungkan.

5.Prinsip Komunikasi
Keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan
material.
Komponen Supply Chain Management

Komponen dari Supply Chain Management terdiri dari tiga komponen utama yaitu:

1.Upstream Supply Chain


Keseluruhan kegiatan perusahaan manufaktur dengan pendistribusiannya atau hubungan distributor dapat
diperluas menjadi kepada beberapa tingkatan. Kegiatan utama dalam Upstream Supply Chain ini adalah
pengadaan barang.

2. Internal Supply Chain Internal


Supply Chain ini merupakan proses pendistribusian barang ke gudang. Kegiatan utama dalam Internal
Supply Chain adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3. Downstream Supply Chain


Kegiatan didalam Downstream Supply Chain ini melibatkan proses pendistribusian kepada konsumen akhir.
Kegiatan utama dalam Downstream Supply Chain ini adalah distribusi barang, gudang, transportasi.
Strategi Suplly Chain Management

Strategi supply chain management adalah sebagai kumpulan kegiatan dan


aksi strategis di sepanjang supply chain yang menciptakan rekonsiliasi antara apa
yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada
supply chain tersebut. Erat kaitannya dengan strategi supply chain yaitu tujuan
strategis yang harus dicapai. Tujuan strategis ini harus mempertemukan aspirasi
pelanggan dan kemampuan supply chain. Dari sisi pasar, tujuan strategis yang
harus dicapai adalah menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu
dan bervariasi. Tujuan strategis tersebut bisa diwujudkan kalau internal supply
chain memiliki kemampuan untuk menciptakan efisiensi, kualitas, kecepatan,
fleksibilitas dan kemampuan berinovasi. Strategi ini sangat penting untuk
menciptakan daya saing dipasaran. Untuk menciptakan strategi yang tepat, supply
chain harus memahami karakteristik produk dan pasar dengan baik. Strategi
supply chain harus didukung oleh kebijakan atau keputusan taktis yang terkait.
Keputusan atau kebijakan itu meliputi lokasi fasilitas, sistem produksi,
persediaan, transportasi, pasokan, dan pengembangan produk.
Peraturan di PT. Greentex Indonesia Utama II sesuai
dengan Perundang-undangan Pemerintah yang berlaku.

• Upah terdiri dari Gaji Pokok dan Tunjangan-tunjangan lainnya.

• Dalam pembayaran upah, akan diperhitungkan pajak penghasilan (sesuai


dengan peraturan Perundang- undangan pajak yang berlaku dan potongan
lainnya).

• Perusahaan melaksanakan perhitungan, penyetoran dan melaporkan Pajak


Penghasilan seluruh pekerja sebagaimana dimaksud oleh Peraturan
Perundang-undangan Pajak yang berlaku.

• Periode perhitungan upah dihitung dari tanggal 21 sampai dengan tanggal 20


bulan berjalan dan akan dibayarkan setiap akhirbulan.

• Peninjauan mengenai upah disesuaikan dengan kemampuan perusahaan


dan peraturan pemerintah yang berlaku.
Kesimpulan

Sistem informasi supply chain management yang dibangun dapat membantu


Marketing Production dalam mengetahui informasi jadwal distribusi yang
sesuai dengan proses produksi. Adapun kekurangan dari sistem informasi
supply chain management yang dibangun yaitu dalam memberikan informasi
jadwal distribusi tidak adanya notifikasi yang diberikan oleh sistem jika
terdapat jadwal distribusi yang baru serta jika terdapat perubahan pada proses
produksi dan jadwal produksinya tidak di update maka jadwal distribusipun
tidak akan berubah.
Sistem informasi supply chain management yang dibangun dapat membantu
PPIC (Production Planning and Inventory Control) dalam melakukan
pemesanan bahan baku berdasarkan data pengadaan bahan baku dan jenis
bahan baku yang sama dari produk yang berbeda. Adapun kekurangan dari
sistem informasi supply chain management yang dibangun yaitu dalam
melakukan pemesanan bahan baku sistem tidak memberikan informasi rincian
bahan baku dari setiap customer nya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai