Anda di halaman 1dari 35

PERANCANGAN INSTALASI PABRIK

Dosen Pengampu: Ampala Khoryanton, S.T., M.T.

Disusun oleh:

Achmad Rifai Hasan


4.21.18.8.02

SARJANA TERAPAN TEKNIK MESIN


PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan resmi Mata Kuliah Perancangan Instalasi Pabrik tepat pada waktunya. Dalam
penyusunan laporan ini, saya banyak mengalami kesulitan karena belum banyak pengetahuan
yang kami miliki.

Laporan resmi ini berisi tentang modul praktikum yang sebelumnya sudah dilakukan
oleh praktikan dan telah disetujui oleh dosen yang bersangkutan. Laporan resmi ini dibuat
untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh “Mata Kuliah Perancangan Instalasi Pabrik”.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berperan dalam
membantu penyusunan laporan resmi ini, antara lain:

1. Kepada kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan doa agar mata
kuliah ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Kepada Bapak Ampala Khoryanton, S.T., M.T. selaku dosen Mata Kuliah
Perancangan Instalasi Pabrik.
3. Dan teman-teman MS-4C pada Mata Kuliah Perancangan Instalasi Pabrik
yang saling membantu menyelesaikan laporan resmi praktikum ini.

Akhir kata saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun atas
kekurangan saya dalam peyusunan laporan resmi ini. Semoga laporan resmi ini dapat
bermanfaat bagi semua dan bagi saya selaku penulis.

Semarang, 6 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR v
ABSTRAK vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Part Drawing 3
2.2 Operation Process Chart (OPC) 3
2.3 Assembly Chart 3
2.4 Routing Sheet 4
2.5 Multi Product Process Chart (MPPC) 4
2.6 Perencanaan Kebutuhan Mesin 4
2.7 Perencanaan Kebutuhan Operator 5
2.8 Perencanaan Lantai Produksi 5
2.9 Perencanaan Gudang 5
2.9.1 Storage 5
2.9.2 Warehouse 6
2.10 Ongkos Material Handling (OMH) 6
2.11 From to Chart (FTC) 6
2.12 Outflow dan Inflow 7
2.13 Skala Prioritas 7
2.14 Activity Relationship Chart 7
2.15 Activity Relationship Diagram (ARD) 8
2.16 Area Allocation Diagram (AAD) 9
2.17 Blocplan 9
2.18 Konsep Nilai Produksi 9
2.19 Pengertian Investasi 9
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Part Drawing 10
3.2 Operation Process Chart 13
3.3 Assembly Chart 13
3.4 Routing Sheet 14
3.5 Multi Product Process Chart 15
3.6 Luas Lantai Pabrik 16
3.6.1 Luas Lantai Produksi 17
3.6.2 Luas Gudang Bahan Baku Utama 17
3.6.3 Luas Gudang Bahan Baku Pembantu 17
3.6.4 Luas Lantai Warehouse 18

iii
3.6.5 Luas Lantai Bagian Maintenance 18
3.6.6 Luas Kantor 19
3.7 Ongkos Material Handling 22
3.7.1 Luas Lantai Produksi 23
3.7.2 Luas Gudang Bahan Baku Utama 23
3.7.3 Luas Gudang Bahan Baku Pembantu 24
3.7.4 Luas Lantai Warehouse 24
3.7.5 Luas Lantai Bagian Maintenance 24
3.8 Ongkos Material Handling (OMH) Revisi 26
3.9 Activity Relationship Chart 27
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan 29
DAFTAR PUSTAKA 30

DAFTAR GAMBAR

iv
2.1 Activity Relationship Chart (ARC) 8
3.1 Dimensi Belt Tightener 10
3.2 Part Belt Tightener 11
3.3 Dimensi Frame dan Bushing 11
3.4 Dimensi Bracket dan Pin 12
3.5 Dimensi Shaft dan Pulley 12
3.6 OPC Fabrikasi Produk Belt Tightener 13
3.7 Assembly Chart 14
3.8 Routing Sheet 15
3.9 Multi Product Process Chart 16
3.10 Luas Lantai Produksi Belt Tightener 17
3.11 Luas Gudang Bahan Baku Utama 17
3.12 Luas Gudang Bahan Baku Pembantu 17
3.13 Luas Lantai Warehouse 18
3.14 Luas Lantai Bagian Maintenance 18
3.15 Luas Lantai Pelayanan Produksi 19
3.16 Luas Lantai Pelayanan Pabrik 19
3.17 Luas Lantai Pelayanan Personel Produksi 19
3.18 Luas Kantor 20
3.19 Ringkasan Luas Lantai 20
3.20 Struktur Organisasi 21
3.21 Ongkos Material Handling 22
3.22 Cost Matrix 23
3.23 Flow Matrix 23
3.24 Inflow Matrix 24
3.25 Outflow Matrix 24
3.26 Priority 24
3.27 Penentuan Jumlah Cell 25
3.28 Cell 25
3.29 Ongkos Material Handling (OMH) Revisi 26
3.30 Warna Kedekatan 27
3.31 Kode Alasan dan Keterangan 27
3.32 ARC Gabungan 28

ABSTRACT

v
Discipline design of facility layout has a very important role in company
management. There are so many problems faced by companies that do not cause the
company a lot of losses. For example, problem that often experienced is the handling of
Material Handling on the floor of production, handling material that does not support the
loss of the company. Long flow process resulted in Material Handling more expensive due to
material supporting activities that are too long or too long which takes a lot of time and
decreases productivity so that ultimately reduce the profit even cause the loss for the
company. The problem is caused by the transfer of inefficient materials that occur from one
work station and to other work stations. In other words, the data location of the production
floor facility becomes one of the most important things to be considered. In this case the
matrix theory of priority is used to determine which matrix is placed in order of operation
process in order to minimize unnecessary activity.

Keywords: MHC, Priority Matrix, PTLF

vi
ABSTRAK

Disiplin ilmu perancangan tata letak fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting
dalam manajemen perusahaan. Terdapat banyak sekali masalah yang dihadapi perusahaan
yang tidak sedikit menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Salah satu contoh masalah
yang sering dialami yaitu penanganan Material Handling di lantai produksi, penanganan
material yang tidak menunjang pada kerugian perusahaan. Aliran proses yang panjang
mengakibatkan Material Handling lebih mahal karena aktifitas penunjang material yang
terlalu panjang atau terlalu lama yang menyita banyak waktu dan menurunkan produktivitas
sehingga pada akhirnya mengurangi keuntungan bahkan menyebabkan kerugian bagi
perusahaan. Masalah tersebut diantaranya di sebabkan karena pemindahan material yang
tidak efesien yang terjadi dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. Dengan kata lain,
data letak fasilitas di lantai produksi menjadi salah satu hal yang paling utama yang harus
diperhatikan. Dalam hal ini digunakan teori matriks prioritas hal ini digunakan untuk
menentukan matrik mana yang ditempatkan dengan urutan proses operasi agar dapat
meminimalkan aktivitas yang tidak diperlukan.

Kata Kunci : MHC, Matrik prioritas, PTLF

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya pertumbuhan industri mewajibkan setiap perusahaan harus menghasilkan


produk yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi pelanggan dan dalam pemenuhannya harus
tepat waktu. Salah satu faktor untuk mencapai hal tersebut adalah kegiatan proses produksi.
Pada prinsipnya kegiatan proses produksi memiliki peranan penting dari berjalannya kegiatan
usaha, semakin baik proses produksi yang berlangsung maka akan semakin baik pula
dampaknya bagi perusahaan. Kegiatan proses produksi yang baik sangat dipengaruhi oleh
pengaturan tata letak dari fasilitas produksi dari area kerja (lantai produksi).

Tata letak merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri, perencanaan tata
letak dapat diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang
kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto, 2009). Pengaturan tersebut dapat
memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya,
kelancaran gerakan perpindahan bahan, penyimpanan material baik sementara maupun
permanen, personel pekerja dan lain sebagainya. Hal ini karena, dengan penempatan tata
letak yang baik akan menciptakan proses material handling yang baik pula, di mana proses
material handling ini berpengaruh langsung pada biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.
Selain hal tersebut manfaat lain dari pengaturan tata letak yang baik dapat menciptakan
koordinasi yang baik pula antar departemen yang ada berdasarkan hubungan aktivitasnya,
serta dapat mengoptimalkan luasan area yang ada.

PT. MS Indonesia sebagai perusahaan manufaktur berencana akan membangun pabrik


serta tata letak fasilitasnya agar sesuai dengan tujuan. Untuk membuat rencana pembangunan
pabrik dan tata letak fasilitas yang optimal perlu di hitung berdasarkan pengaturan
fasilitasnya untuk mengetahui lokasi terbaik dan tata letak fasilitas yang terbaik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Tugas besar Perencanaan Instalasi Pabrik ini terdiri
dari 6 modul yang akan membahas tentang rencana pembangunan pabrik serta tata letak
fasilitasnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas besar Perancangan Instalasi Pabrik adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dimensi produk dan gambaran proses produksi dan perakitan


produk.
2. Mengetahui kebutuhan bahan baku, serta mesin dan penganggarannya melalui
OPC.
3. Memeperjelas suatu peta aliran proses, komponen yang membentuk suatu
produk, dan urutan perakitan komponen yang membentuk suatu produk
beserta waktu yang diperlukan dengan APC.

1
4. Mengetahui kebutuhan jumlah mesin teoritis, kebutuhan mesin aktual, dan
jumlah kebutuhan material produk dengan menggunakan routing sheet.
5. Mengetahui keterkaitan produksi antara komponen sera urutan proses yang
dilalui material pada mesin dengan mengunakan MPPC.
6. Mengetahui luas area yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik serta material
yang dibutuhkan.
7. Mampu membuat perhitungan ongkos material handling.
8. Mampu melakukan perbaikan tata letak dan membuat AAD, OMH revisi,
ARC, ARD.
9. Mampu melakukan perhitungan ongkos produksi dan analisis kelayakan
investasi.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bertambahnya wawasan mengenai perancangan tata letak fasilitas khususnya


perancangan instalasi pabrik dan fasilitas produksi.
2. Tulisan ini dapat dijadikan referensi bagi studi-studi lain terkait perancangan
instalasi pabrik.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Part Drawing

Menurut Kusnaedi (2014), sketsa atau sket (sketch) secara umum dikenal sebagai
bagan atau recana awal bagi sebuah gambaran. Dalam pengertian itu, sketsa lebih merupakan
gambar kasar, bersifat sementara baik diatas kertas maupun secara grafis pada komputer,
dengan tujuan untuk dikerjakan lebih lanjut.

2.2 Operation Process Chart (OPC)

Menurut Nurhasanah (2013), opertion process chart atau peta operasi merupakan
suatu peta yang menggambarkan langkah-langkah proses operasi dan pemeriksaan yang
dilami oleh material atau bahan-bahan yang dilakukan secara berurutan sejak awal sampai
menjadi barang jadi maupun sebagi barang setengah jadi. OPC menggambarkan urutan kerja
dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara detail dan
didalamnya memuat informasi- informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti
waktu yang dibutuhkan, material yang digunakan, dan tempat serta alat mesin yang dipakai.
Tahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis. Manfaat OPC
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya.


2. Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku.
3. Salah satu alat untuk menentukan tata letak pabrik.
4. Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku.
5. Sebagai alat untuk latihan kerja.

2.3 Assembly Chart

Menurut Syafa’at (2007), peta proses perakian (Assembly Process Chart) adalah peta
yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami oleh komponen
berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. Peta rakitan adalah gambaran
grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan bagian ke dalam rakitan suatu produk.
Peta rakitan berisi tentang:

1. Komponen-komponen yang membentuk produk.


2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama.
3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan bagian.
4. Urutan waktu komponen bergabung bersama.
5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan bagian.
6. Gambaran awal dari suatu aliran bahan.
7. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.
8. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan.

3
2.4 Routing Sheet

Routing Sheet adalah tools yang digunakan untuk mengetahui jumlah mesin serta
jumlah parts yang harus dipersiapkan untuk sejumlah produk jadi yang diinginkan. Dalam
pembuatan routing sheet sendiri dibutuhkan beberapa data masukan seperti, data aliran proses
produksi, mesin yang digunakan, kapasitas mesin, efisiensi mesin yang digunakan, defective,
serta waktu dalam proses produksi dari setiap material. Dalam penghitungan efisiensi mesin
sendiri merupakan asumsi yang diberikan terhadap setiap mesin dalam perhitungan Routing
Sheet (Pratama, 2015).

2.5 Multi Product Process Chart (MPPC)

Menurut Tahir (2015), Multi Product Process Chart (MPPC) merupakan diagram
yang menunjukkan urutan-urutan proses untuk masing-masing komponen yang akan
diproduksi. Informasi yang dapat diperoleh dari MPPC ini adalah jumlah mesin aktual yang
dibutuhkan. Peta ini kurang begitu detail bila dibandingkan dengan Peta Proses Operasi
(Operations Process Chart) dan cukup mudah diaplikasikan untuk langkah-langkah proses
pengerjaan produk sederhana. Adapun cara pembentukan MMP adalah sebagai berikut:

1. Pada sisi kiri bawah kertas, tulis daftar departemen/bagian, kegiatan, proses,
dan mesin yang harus dilalui unsur-unsur atau komponen.
2. Pada baris atas bertuliskan komponen ataupun produk-produk yang sedang
dikaji, terakhir jumlah mesin teoritis.
3. Dari lintasan produksi catatlah operasi pada tiap barang, berhadapan dengan
nama departemen, proses, atau mesin yang sesuai, dengan lingkaran yang
mengandung nomor operasi dari lintasan produksi.
4. Hubungkan lingkaran menurut urutannya meskipun mungkin ada garis balik.

2.6 Perencanaan Kebutuhan Mesin

Menurut Nurainun (2016), penentuan jumlah kebutuhan mesin yang dibutuhkan


dalam operasi, dapat diketahui dengan membandingkan antara besarnya efisiensi yang sudah
ada dengan besarnya produk yang dihasilkan, dimana besarnya produk per jam dapat
diketahui dengan membandingkan antara besarnya jumlah produk yang dihasilkan per hari
dengan jumlah jam kerja per hari.

Rumus untuk mencari jumlah kebutuhan mesin adalah:

N = Jumlah mesin yang dibutuhkan

4
T = Total waktu pengerjaan yang dibutuhkan untuk proses produksi yang diperoleh
dari time study
D = Jam operasi mesin yang tersedia
E = Efisiensi mesin
P = Jumlah produk yang harus dibuat

2.7 Perencanaan Kebutuhan Operator

Menurut Nurainun (2016), operator sangat berperan penting di dalam pengoperasian


dan pengawasan mesin. Untuk memaksimalkan pemakaian sumber daya manusia perlu
dilakukan perhitungan jumlah operator setiap mesin. Hal ini bertujuan agar jumlah operator
yang dipakai sesuai dengan jumlah jumlah operator yang dibutuhkan oleh setiap mesin,
sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan operator. Formulasi untuk menghitung
jumlah operator untuk setiap mesin adalah sebagai berikut:

Jumlah Operator = Jumlah mesin aktual x Jumlah operator per mesin.

2.8 Perencanaan Lantai Produksi

Menurut Nurainun (2016), pada perencanaan luas lantai produksi yang menjadi pokok
permasalahannya adalah luas area penumpukan, total luas area dan total luas lantai. Adapun
perhitungan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

Luas dimensi produk = (PxL Tumpuk Awal) + (PxL Tumpuk Akhir)

Total luas area = Luas area mesin + Luas area operator +Luas area tumpukan

Total luas lantai = Luas area x kelonggaran x jumlah mesin.

2.9 Perencanaan Gudang

Dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik, gudang menjadi faktor penting dalam
kegiatan pelayann produksi. Gudang pada dasarnya terbagi atas 2 jenis gudang yaitu gudang
bahan baku (storage) dan gudang produk jadi (warehouse house) (Wignjosoebroto ,2009).

2.9.1 Storage

Menurut Wignjosoebroto (2009), storage pada umumnya akan memiliki


fungsi yang cukup penting dalam menjaga kelancaran operasi produksi suatu pabrik.
Tujuan utama dari sebuah storage ada 3, yaitu sebagai tempat pengawasan material

5
yang keluar masuk, sebagai tempat pemilihan dan pemeliharaan material, serta
sebagai tempat penyimpanan dan penimbunan metarial.

Perencanaan luas area storage perlu mempertimbangkan beberapa faktor


berikut ini:

1. Purchase lot-size (banyaknya item yang dibeli).


2. Economic produc lot-size.
3. Order period (periode pemesanan).
4. Pemakaian rata-rata dari material tersebut per periode.

2.9.2 Warehouse

Menurut Wignjosoebroto (2009), warehouse merupakan area yang disediakan


untuk penempatan produk jadi yang sangat erat kaitannya dengan proses shipping
atau pengiriman produk jadi ke konsumen. Rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah tumpukan dalam gudang yaitu:

Q = TP/S

Sedangkan untuk menghitung kebutuhan luas area gudang rumus yang


digunakan yaitu:

L=QxV

Keterangan:

TP = Target produksi/ permintaan


S = Tinggi tumpukan maksimum
L = Luas area masing-masing material
Q = Jumlah tumpukan yang diharapkan
V = Dimensi kemasan/ tempat penyimpanan

2.10 Ongkos Material Handling (OMH)

Menurut Qoriyana (2014), Ongkos Material Handling (Rp), merupakan suatu


perhitungan yang digunakan sebagai data dasar dalam perhitungan diagram dari ke atau from
to chart. Ongkos material handling merupakan ongkos yang timbul akibat adanya
perpindahan atau aktivitas suatu material dari mesin satu ke mesin yang lainnya. Ongkos ini
diperoleh dari biaya operator dan biaya handtruck yang digunakan. Untuk biaya handtruck
sudah di perhitungkan biaya depresiasi, biaya perawatan serta jarak tempuh dari hand truck
itu sendiri. Dapat dihitung dengan rumus:

OMH = Jarak x Alat angkut (dalam rupiah).

6
2.11 From to Chart (FTC)

Menurut Wahyuniardi (2014), From to Chart (FTC) merupakan FTC adalah teknik
konvensional yang menjelaskan ongkos yang keluar dari departemen awal ke tujuan.
Perhitungan FTC dilakukan berdasarkan data OMH tata letak awal. FTC dilakukan untuk tiap
produk, kemudian dilakukan rekapitulasi FTC karena jenis tata letak yang digunakan adalah
proses layout. Pada FTC dilakukan perhitungan torsi untuk mengetahui efisiensi lintasan
produksi.

2.12 Outflow dan Inflow

Menurut Wahyuniardi (2014), Outflow-Inflow Chart adalah diagram yang digunakan


untuk menunjukkan koefisien ongkos dari setiap mesin terhadap mesin lainnya. Inflow adalah
koefisien ongkos yang masuk dari suatu departemen kedepartemen lainnya sedangkan
outflow adalah koefisien ongkos yang keluar. Rekapitulas inflow dan outflow untuk seluruh
departemen. Perhitungan outflow- inflow dilakukan berdasarkan data FTC, proses
perhitungan outflow-inflow ini merupakan konversi nilai ongkos FTC kedalam nilai koefisien
ongkos.

2.13 Skala Prioritas

Menurut Wahyuniardi (2014), setelah mendapatkan nilai outflow-inflow maka


langkah selanjutnya adalah membuat tabel skala prioritas. Perhitungan skala prioritas
merupakan proses pengurutan kedekatan mesin berdasarkan nilai outflow terbesar hingga
nilai outflow terkecil.

2.14 Activity Relationship Chart

Menurut Pradana (2014), Activity Relationship Chart (ARC) merupakan teknik yang
sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas, metode ini menghubungkan aktivitas-
aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya.
Activity Relationship Chart (ARC) atau yang biasa disebut peta keterkaitan kegiatan
meruakan teknik yang ideal untuk merencanakan keterkaitan antara setiap kelompok kegiatan
yang saling berkaitan. Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan
analisis hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai hasilnya maka data
yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penentuan letak masing- masing
departemen tersebut, yaitu lewat apa yang disebut dengan Activity Relationship Diagram.
Biasanya Activity Relationship Chart (ARC), didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak
kontraktor proyek.

Menurut Yohanes (2011), adapun gambar ARC adalah sebagai berikut:

7
Gambar 2.1 Activity Relationship Chart (ARC)

Hubungan kedekatan antar fasilitas, dilambangkan dalam kode huruf dan warna.
Masing-masing kode huruf dan warna ini, memiliki tingkat prioritas hubungan kedekatan
yang bervariasi dari mutlak hingga tidak diharapkan.

2.15 Activity Relationship Diagram (ARD)

Menurut Wignjosoebroto (2009), pada dasarnya diagram ini menjelaskan mengenai


hubungan pola aliran bahan dan lokasi dan masing-masing departemen penunjang terhadap
departemen produksinya. Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan
analisis hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai hasilnya maka data
yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk penentuan letak masing- masing
departemen tersebut, yaitu lewat apa yang disebut dengan Activity Relationship Diagram.
Untuk membuat Activity Relationship Diagram ini maka terlebih dahulu data yang diperoleh
dari Activity Relationship Chart dimasukkan ke dalam suatu lembaran kerja (Work Sheet).

8
2.16 Area Allocation Diagram (AAD)

Menurut Yuliant (2014), AAD merupakan gambaran awal dari tata letak fasilitas
usulan, dimana tata letak ini menggabungkan rancangan ARD untuk penempatan mesin dan
ARC untuk kedekatan fasilitas penunjang pabrik. Pada AAD digunakan skala yang
ditunjukkan oleh modul kotak-kotak.

2.17 Blocplan

Menurut Pratiwi (2012), blocplan merupakan program yang berfungsi untuk membuat
dan mengevaluasi tipe-tipe tata letak dalam merespon data masukan. Blocplan mempunyai
kemiripan dengan CRAFT dalam penyusunan departemen. Perbedaannya adalah blocplan
dapat menggunakan peta keterkaitan sebagai input data, sedangkan CRAFT hanya
menggunakan peta dari-ke (from-to chart). Biaya tata letak dapat diukur baik berdasarkan
ukuran jarak maupun dengan kedekatan. Jumlah baris didalam blocplan ditentukan oleh
program dan biasanya dua atau tiga baris.

2.18 Konsep Nilai Produksi

Menurut Lestari (2013), nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan
jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang
selanjutnya akan dijual atau sampai ketangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar
akan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk
menambah kapasitas produksinya.

2.19 Pengertian Investasi

Investasi merupakan salah satu faktor yang bias mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu Negara. Dengan bertumbunya ekonomi suatu Negara maka akan terjadinya peningkatan
kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas dan distribusi pendapatan (Antonius, 2008).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Part Drawing

Part drawing adalah jenis gambar teknik yang digunakan untuk menunjukkan secara lengkap
dan jelas kebutuhan pemesinan. Gambar dibawah ini terdiri dari Frame, Bushing, Bracket,
Hex Nut, Pin, Shaft, Pulley, Washer, dan Key adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Dimensi Belt Tightener

10
Gambar 3.2 Part Belt Tightener

Gambar 3.3 Dimensi Frame dan Bushing

11
Gambar 3.4 Dimensi Bracket dan Pin

Gambar 3.5 Dimensi Shaft dan Pulley

12
3.2 Operation Process Chart

Operation Process Chart (OPC) adalah diagram yang menggambarkan langkah-langkah


proses pengerjaan material, mulai dari bahan baku (material) hingga menjadi komponen atau
produk jadi. Informasi yang terdapat pada OPC meliputi waktu, jenis material yang
digunakan, dan mesin atau peralatan yang diperlukan untuk memproses material.

Operation Process Chart fabrikasi belt tightener adalah sebagai berikut:

Gambar 3.6 OPC Fabrikasi Produk Belt Tightener

3.3 Assembly Chart

Assembly Chart merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara


komponenkomponen yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly Chart bermanfaat
untuk menunjukkan komponen penyusun dari suatu produk dan menjelaskan urutan perakitan
komponen.

Assembly Chart fabrikasi belt tightener adalah sebagai berikut:

13
Gambar 3.7 Assembly Chart

3.4 Routing Sheet

Routing Sheet dibuat berdasarkan Operation Process Chart (OPC). OPC adalah diagram yang
menggambarkan langkah-langkah proses pengerjaan material, mulai dari bahan mentah
hingga menjadi produk jadi. Pada OPC terdapat informasi-informasi seperti waktu proses,
jenis material yang digunakan, dan alat atau mesin yang digunakan. Pembuatan Routing
Sheet dilakukan untuk mengetahui jumlah mesin yang dibutuhkan, jika diberikan data
efisiensi mesin, ketersediaan (availability) mesin, dan banyaknya bahan yang cacat proses
(reject).

Routing Sheet fabrikasi belt tightener adalah sebagai berikut:

14
PERHITUNGAN UNTUK PRODUKSI: 800/HARI/8JAM
KAPASITAS JUMLAH JUMLAH MESIN WAKTU
NO KAPASITAS MESIN EFISIENSI AVAILABILITY JUMLAH YANG
MESIN/ MESIN % REJECT HARUS / PERALATAN PROSES
OPERASI URAIAN TEORITIS/ MESIN MESIN DIHARAPKAN
PERALATAN AKTUAL DISIAPKAN TEORITIS (MENIT)
PERALATAN/ JAM
PROSES PRODUKSI
102 Part Bushing
1 Memotong poros tembaga Ms. Hacksaw 240 92% 96% 211,968 0% 800 800 3,77 2

2 Membuat diameter dan alur minyak Ms. Bubut 96 98% 97% 91,2576 3% 800 800,240072 8,77 5

Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 240 92% 96% 211,968 1% 800 800,080008 3,77 2

106 Part Shaft


1 Memotong poros baja Ms. Hacksaw 240 92% 96% 211,968 0% 800 800 3,77 2

2 Membubut benda kerja Ms. Bubut 96 98% 97% 91,2576 1% 800 800,080008 8,77 5

3 Membuat ulir pada lubang yang telah dibuat Ms. Tap Ulir 96 92% 96% 84,7872 2% 800 800,160032 9,44 5

4 Membuat lubang pada sisi luar shaft dan lubang untuk pasak Ms. Bor 96 92% 96% 84,7872 2% 800 800,160032 9,44 5

Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 240 92% 96% 211,968 2% 800 800,160032 3,77 2

107 Part Pulley


1 Memotong poros baja Ms. Hacksaw 240 92% 96% 211,968 0% 800 800 3,77 2

2 Membubut benda kerja Ms. Bubut 96 98% 97% 91,2576 1% 800 800,080008 8,77 5

3 Milling kedua sisi benda kerja Ms. Milling 48 92% 96% 42,3936 2% 800 800,160032 18,87 10

Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 240 92% 96% 211,968 1% 800 800,080008 3,77 2

101 Part Frame


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 240 92% 96% 211,968 1% 800 800,080008 3,77 2

103 Part Bracket


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 240 92% 96% 211,968 1% 800 800,080008 3,77 2

104 Part Nut


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 960 92% 96% 847,872 1% 800 800,080008 0,94 0,5

105 Part Pin


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 960 92% 96% 847,872 1% 1600 1600,160016 1,89 0,5

108 Part Washer


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 960 92% 96% 847,872 1% 1600 1600,160016 1,89 0,5

109 Part Key


1 Pembersihan dan Inspeksi Bangku Periksa 960 92% 96% 847,872 1% 800 800,080008 0,94 0,5

1010 Assembly Frame


1 Merakit frame dan bracket dengan pin Meja Assembly 960 99% 99% 940,896 1% 800 800,080008 0,85 0,5

1020 Assembly Pulley


1 Merakit pulley dan bushing dengan frame Meja Assembly 960 99% 99% 940,896 1% 800 800,080008 0,85 0,5

1030 Assembly Shaft


1 Merakit shaft, washer, nut, dan key dengan pulley Meja Assembly 960 99% 99% 940,896 1% 800 800,080008 0,85 0,5

Gambar 3.8 Routing Sheet

3.5 Multi Product Process Chart

Multi Product Process Chart (MPPC) digunakan untuk mengetahui jumlah mesin yang
dibutuhkan sesuai dengan keperluan produksi (terutama untuk job-shop) dan untuk
mengetahui keterkaitan produksi antara komponen suatu produk atau antar produk, bahan,
bagian, pekerjaan, atau aktivitas. MPPC untuk produksi “Alas Kaki” ini dibuat dalam dua
bagian besar, yaitu bagian Assembly, dan gabungan antara Pre-Fabrikasi dengan Fabrikasi.

Multi Product Process Chart fabrikasi belt tightener adalah sebagai berikut:

15
MULTI PRO DUCT PRO CESS CHART ( MPPC )
JUMLAH MESIN
DEPARTEMEN JENIS MESIN/ PERALATAN
102 Part Bushing 107 Part Pulley 106 Part Shaft TEORITIS AKTUAL
GUDANG BAHAN BAKU
PRE-FABRIKASI

MS. MILLING 18,8 18,8 19

MS. BOR 9,4 9,4 10

MS. TAP ULIR 9,4 9,4 10


FABRIKASI
MS. HACKSAW 3,7 3,7 3,7 11,1 11

MS. BUBUT 8,7 8,7 8,7 26,1 26

MEJA PERIKSA 3,7 3,7 3,7 11,1 11

MEJA ASSEMBLY 0,8 0,8 0,8 2,4 3


ASSEMBLY

Gambar 3.9 Multi Product Process Chart

3.6 Luas Lantai Pabrik

Perhitungan luas lantai pabrik diperlukan untuk mengetahui luas area yang perlu disediakan
perusahaan dalam pendirian pabrik beserta luas untuk setiap departemen., luas lantai yang
dihitung adalah receiving, gudang bahan baku utama, gudang bahan baku pembantu,
warehouse, shipping, maintenance, pelayanan produksi, pelayanan pabrik, kantor dan
pelayanan personil kantor, dan departemen yang terdapat pada bagian produksi. Di bagian
produksi, mesin sejenis dikelompokkan dalam satu departemen, seperti mesin Circular Saw,
mesin Jointer, dan sebagainya. Dalam perhitungan luas lantai pabrik ini harus diperhatikan
besar Allowance. Allowance diberikan antara lain untuk operator, keluar masuk material,
maintenance, transportasi, dan kelonggaran untuk perkantoran dan fasilitas pendukung
lainnya.

16
3.6.1 Luas Lantai Produksi

Luas Lantai Produksi belt tightener adalah sebagai berikut:

ALLOWANCE
ALLOWANCE LUAS
JUMLAH UKURAN MESIN MATERIAL LUAS LANTAI 1 TOTAL LUAS
DEPARTEMEN NAMA MESIN ORANG MAINTENANCE GANG RUANGAN
MESIN INCOMING OUTGOING MESIN (m2) RUANGAN (m2)
(TRANSPORTASI) (m2)
P (m) L (m) LUAS (m2) P (m) L (m) P (m) L (m) P (m) L (m) P (m) L (m)
MS. HACKSAW A1 3 6 1 6 7,2 0,05 0,096 0,03 13,296 1 13,296 1 8,64 32,95488 620,08128 1860,24384
PRE-FABRIKASI MS. HACKSAW A2 4 6 1 6 7,2 0,05 0,168 0,025 13,368 1 13,368 1 8,64 33,1002 621,54144 2486,16576
MS. HACKSAW A3 4 6 1 6 7,2 0,1 0,84 0,088 14,04 1 14,04 1 8,64 34,87392 635,1696 2540,6784
MS. BUBUT B1 8 2 1 2 0,096 0,03 0,0756 0,027 2,1716 1 2,1716 1 5,106 6,3481212 163,6121232 1308,896986
MS. BUBUT B2 9 2 1 2 0,168 0,025 0,1596 0,022 2,3276 1 2,3276 1 5,106 6,6629112 165,6731952 1491,058757
MS. BUBUT B3 9 2 1 2 0,84 0,088 0,0792 0,082 2,9192 1 2,9192 1 5,106 7,9188144 173,4894144 1561,40473
FABRIKASI
MS. MILLING 19 2 1 2 0,0792 0,082 0,0792 0,082 2,1584 1 2,1584 1 5,106 6,3297888 163,4377248 3105,316771
MS. BOR 10 1 1 1 0,1596 0,022 0,1596 0,022 1,3192 1 1,3192 1 5,106 3,6454224 152,3502144 1523,502144
MS. TAP ULIR 10 1 1 1 0,1596 0,022 0,1596 0,022 1,3192 1 1,3192 1 5,106 3,6454224 152,3502144 1523,502144
MEJA ASSEMBLY C1 1 2 1 2 0,216 0,1 0,216 0,1 2,432 1 2,432 1 5,106 6,9072 167,052528 167,052528
ASSEMBLY MEJA ASSEMBLY C2 1 2 1 2 0,0792 0,082 0,0792 0,082 2,1584 1 2,1584 1 5,106 6,3297888 163,4377248 163,4377248
MEJA ASSEMBLY C3 1 2 1 2 0,1596 0,022 0,1596 0,022 2,3192 1 2,3192 1 5,106 6,6454224 165,5622144 165,5622144
TOTAL 17896,822

Gambar 3.10 Luas Lantai Produksi Belt Tightener

3.6.2 Luas Gudang Bahan Baku Utama

Luas lantai gudang bahan baku utama ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan untuk
memenuhi demand. Data yang tersedia adalah jumlah part per produk.

Tipe Jumlah Karakteristik Bahan Jumlah Bahan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan RL Jumlah RL Luas Total
Nama Jumlah Allowance
Rough No Part Part per Tebal Lebar Part dari Terpakai Part per Part per RL/Lead sejenis/Lead per Lantai Luas
Part Panjang (m) Tumpukan (m2)
Lumber Produk (m) (m) 1 Unit 95% Jam Lead Time Time Tumpukan (m2) Lantai
2" 102 Bushing 1 0,05 6 - 75 71,25 100 4000 56,140351 56 50 1,12 6,72 287,652 294,372
2" 106 Shaft 1 0,05 6 - 42 39,9 100 4000 100,25063 100 50 2 12 282,372 294,372
4" 107 Pulley 1 0,1 6 - 85 80,75 100 4000 49,535604 50 25 2 12 283,8 295,8
TOTAL = 884,544

Gambar 3.11 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Utama

3.6.3 Luas Gudang Bahan Baku Pembantu

Luas lantai gudang bahan baku pembantu ini dihitung berdasarkan kebutuhan untuk satu
minggu.

Karakteristik Bahan Karakteristik Unit Received


Jumlah Kap Jumlah Keb Unit Jml Unit Luas Luas
Nama Received Jumlah Allowance Total Luas
No Part Part per Tebal Panjang Lebar Tebal Panjang Lebar Produksi Produk/LT Bahan/LT Received Received Lantai/Tump Lantai
Part Tipe /Smaller Unit Received Tumpukan (m2) Lantai (m2)
Produk (m) (m) (m) (m) (m) (m) (Unit) (Unit) (Unit) /LT (Unit) /Tump (m2) (m2)
Unit
101 Frame 1 Aluminium - 0,18 0,12 1 1 1 100 pcs 1 package 100 4000 4000 40 2,5 1 16 16 5,106 175,6791194
103 Bracket 1 Aluminium - 0,1 0,07 1 1 1 100 pcs 1 package 100 4000 4000 40 2,5 1 16 16 5,106 175,6791194
104 Nut 1 - 0,009 0,023 0,5 0,8 0,5 800 pcs 1 box 100 4000 4000 5 5 0,4 1 0,4 5,106 156,3575194
105 Pin 1 - 0,038 0,02 0,5 0,8 0,5 800 pcs 1 box 100 4000 8000 10 5 0,4 2 0,8 5,106 156,3575194
108 Washer 2 0,003 - 0,04 0,5 0,8 0,5 800 pcs 1 box 100 4000 8000 10 5 0,4 2 0,8 5,106 156,3575194
109 Key 1 - 0,02 0,005 0,5 0,8 0,5 800 pcs 1 box 100 4000 4000 5 5 0,4 1 0,4 5,106 156,3575194
TOTAL = 976,7883162

17
Gambar 3.12 Luas Lantai Gudang Bahan Baku Pembantu

3.6.4 Luas Lantai Warehouse


LUAS LANTAI WAREHOUSE Produk 1
Produksi/Jam 100 unit 100
PRODUKSI
Produksi/Minggu 4000 unit 4000

Dimensi
Tinggi 1m 1
Panjang 1m 1
Lebar 1m 1

Kapasitas
Dus Besar 50 dus kecil 50
KARAKTERISTIK DUS
Dus Kecil 1 produk 1

Total Kapasitas 50 produk /dus besar 50

Tinggi Tumpukan 2,5 m


Jumlah Dus/Tumpukan 2 dus/tumpukan
Luas Tumpukan 1 m2

Kebutuhan Dus Besar 80 buah


KEBUTUHAN Jumlah Tumpukan 160 tumpukan
Kebutuhan Luas Lantai 160 m2

ALLOWANCE Total Allowance 5,106 m2

LUAS TOTAL WAREHOUSE (m2) 251,417888 m2

Gambar 3.13 Luas Lantai Warehouse

3.6.5 Luas Lantai Bagian Maintenance

JUMLAH UKURAN
DEPARTEMEN NAMA MESIN LUAS (m2) LUAS LANTAI
MESIN P (m2) L (m2)
MAINTENANCE MESIN HACKSAW 11 6 1 6 336,996
MESIN BUBUT 26 2 1 2 265,512
MESIN MILLING 19 2 1 2 194,028
MESIN TAP ULIR 10 1 1 1 51,06
MESIN BOR 10 1 1 1 51,06
Luas Lantai (m2) 898,656
Allowance (m2) 5,106
TOTAL (m2) 898,656

Gambar 3.14 Luas Lantai Bagian Maintenance

18
3.6.6 Luas Kantor
LUAS LANTAI PELAYANAN PRODUKSI
Ukuran Allowance Luas + Jumlah Luas Lantai
No. Nama Ruangan Luas
P (m) L (m) 50% Allowance Ruangan (m2)
1 Menara Air 2 2 4 2 6 1 6
2 Pemadam Kebakaran 1 1 1 0,5 1,5 2 3
3 Gardu Listrik 2 5 10 5 15 1 15
4 Kompresor 2 5 10 5 15 1 15
5 Generator 3 3 9 4,5 13,5 1 13,5
6 Bengkel 4 4 16 8 24 1 24
Total = 76,5

Gambar 3.15 Luas Lantai Pelayanan Produksi


LUAS LANTAI PELAYANAN PABRIK
Ukuran Allowance Luas + Jumlah Luas Lantai
No. Nama Ruangan Luas
P (m) L (m) 40% Allowance Ruangan (m2)
1 Pos Satpam 3 3 9 3,6 12,6 2 25,2
2 Parkiran Mobil 10 10 100 40 140 1 140
3 Parkiran Motor 15 15 225 90 315 1 315
Total = 480,2

Gambar 3.16 Luas Lantai Pelayanan Pabrik


LUAS LANTAI PELAYANAN PERSONEL PABRIK
Ukuran Allowance Luas + Jumlah Luas Lantai
No. Nama Ruangan Luas
P (m) L (m) 40% Allowance Ruangan (m2)
1 Mushola 8 8 64 25,6 89,6 1 89,6
2 Kantin dan Dapur 10 10 100 40 140 2 280
3 Toilet Pria 4 4 16 6,4 22,4 1 22,4
4 Toilet Wanita 3 3 9 3,6 12,6 1 12,6
5 Wash Table 1 1 1 0,4 1,4 1 1,4
6 P3K 1 1 1 0,4 1,4 1 1,4
7 Loker 5 5 25 10 35 1 35
Total = 442,4

Gambar 3.17 Luas Lantai Pelayanan Personel Pabrik

19
LUAS KANTOR
Ukuran Allowance Luas + Jumlah Luas Lantai
No. Nama Ruangan Luas
P (m) L (m) 50% Allowance Ruangan (m2)
1 Dire ktur & Sekretaris 7 6 42 21 63 1 63
2 Manager Keuangan 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
3 Manager Personalia 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
4 Manager Produksi 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
5 Manager Pemasaran 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
6 Manager Maintenance 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
7 Manager RnD 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
8 Bagian Keuangan 8 5 40 20 60 1 60
9 Bagian Akuntansi 8 5 40 20 60 1 60
10 Bagian Humas 8 5 40 20 60 1 60
11 Bagian SDM 8 5 40 20 60 1 60
12 Bagian Administrasi 8 5 40 20 60 1 60
13 Bagian RnD 8 5 40 20 60 1 60
14 Bagian Produksi 8 5 40 20 60 1 60
15 Bagian QC 8 5 40 20 60 1 60
16 Bagian Pemasaran 8 5 40 20 60 1 60
17 Bagian Logisti k 8 5 40 20 60 1 60
18 Bagian Maintenance 8 5 40 20 60 1 60
19 Ruang Rapat 8 8 64 32 96 1 96
20 Ruang Seminar 15 15 225 112,5 337,5 1 337,5
21 Ruang Tamu 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
22 Ruang Fotocopy 3 3 9 4,5 13,5 1 13,5
23 Ruang Dapur dan Kebersihan 6 6 36 18 54 1 54
24 Resepsionis 5 5 25 12,5 37,5 1 37,5
25 Mushola 6 6 36 18 54 1 54
26 Toilet 3 3 9 4,5 13,5 4 54
Total = 1632

Gambar 3.18 Luas Kantor

RINGKASAN LUAS LANTAI


No. Bagian Luas (m2)
1 Gudang Bahan Baku Utama 884,5
2 Gudang Bahan Baku Pembantu 976,7
3 Receiving 1116,72
4 Bagian Produksi 17896,8
5 Bagian Maintenance 898,65
6 Warehouse 251,4
7 Shipping 25,14
8 Pelayanan Produksi 76,5
9 Pelayanan Pabrik 480,2
10 Pelayanan Personel Pabrik 442,4
11 Perkantoran 1632
Total = 24681,01

Gambar 3.19 Ringkasan Luas Lantai

20
STRUKTUR ORGANISASI
No. Pekerjaan/Kebutuhan Jumlah
1 Presiden Direktur 1
2 Sekretaris 2
3 Manager Keuangan 1
4 Staf Keuangan 4
5 Manager Personalia 1
6 Staf HRD 4
7 Manager Produksi 1
8 Staf Produksi 4
9 Operator Pre Fabrikasi 10
10 Operator Fabrikasi 85
11 Operator Assembly 10
12 Operator Material Handling 8
13 Staf QC 4
14 Operator QC 8
15 Manager Pemasaran 1
16 Staf Marketing 4
17 Sales 6
18 Manager Maintenance 1
19 Staf Maintenance 4
20 Teknisi Maintenance 10
21 Manager RnD 1
22 Staf RnD 4
23 Keamanan & Support 2
24 Satpam 5
25 Cleaning Service 10
26 Medical Service 4
27 Resepsionis 4
28 Koki 6
29 Supir 4
Total= 209

Gambar 3.20 Struktur Organisasi

21
3.7 Ongkos Material Handling

Perhitungan ongkos material handling memegang peranan yang sangat penting karena ongkos
pemindahan material merupakan salah satu komponen biaya produksi yang persentasenya
cukup besar. Penghitungan ongkos material handling sangat berguna antara lain dalam
menentukan harga jual produk. Kegunaan lainnya adalah untuk melihat tingkat efisiensi
dalam proses material handling sehingga apabila terjadi pemborosan, perusahaan dapat
segera melakukan langkah perbaikan untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas.

Volume Komponen Volume/Jam Jenis Berat Jenis Berat Total Jumlah Berat
No From To Nama Komponen Demand/Jam P (m) L (m) T (m) Jenis Transport OMH (Rp/m)
(m3) (m3) Material (Kg/m3) (Kg) (Kg)
1 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Tembaga 2 6 0,03 - 0,00554 0,01108 Tembaga 8930 98,9444
2 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Baja AISI 1211 3 6 0,03 - 0,00554 0,01662 Baja Karbon 7850 130,467
3 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Baja AISI 1211 2 6 0,1 - 0,0614 0,1228 Baja Karbon 7850 963,98 1193,3914 Lift Truck 5000
4 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Frame 100 0,18 0,12 - 0 0 Aluminium 2712 80
5 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Bracket 100 0,1 0,07 - 0 0 Aluminium 2712 50
6 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Nut 100 0,009 0,023 - 0,0000037 0,00037 Besi 7250 2,6825
7 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Pin 100 0,038 0,02 - 0,000011 0,0011 Besi 7250 7,975
8 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Washer 200 - 0,04 0,003 0,0000062 0,00124 Besi 7250 8,99
9 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Key 100 0,02 0,005 - 0 0 Besi 7250 1 150,6475 Lift Truck 5000
10 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Tembaga 100 0,08 0,03 - 0,000056 0,0056 Tembaga 8930 50,008
11 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Baja AISI 1211 100 0,14 0,025 - 0,000068 0,0068 Baja Karbon 7850 53,38
12 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Baja AISI 1211 100 0,7 0,088 - 0,00435 0,435 Baja Karbon 7850 3414,75 3518,138 Lift Truck 5000
13 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Tembaga 100 0,063 0,027 - 0,000036 0,0036 Tembaga 8930 32,148
14 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 - 0,000055 0,0055 Baja Karbon 7850 43,175
15 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245 355,568 Lift Truck 5000
16 Mesin Bubut Meja Periksa Poros Tembaga 100 0,063 0,027 - 0,000036 0,0036 Tembaga 8930 32,148
17 Mesin Bubut Mesin Tap Ulir Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 - 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25
18 Mesin Bubut Mesin Milling Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245 351,643 Lift Truck 5000
19 Mesin Milling Meja Periksa Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245 280,245 Lift Truck 5000
20 Mesin Tap Ulir Mesin Bor Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 - 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25 39,25 Walking Pallet 2000
21 Mesin Bor Meja Periksa Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 - 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25 39,25 Walking Pallet 2000
Gudang Bahan Baku
22 Meja Periksa Frame 100 0,18 0,12 - 0 0 Aluminium 2712 80
Pembantu
Gudang Bahan Baku
23 Meja Periksa Bracket 100 0,1 0,07 - 0 0 Aluminium 2712 50
Pembantu
Gudang Bahan Baku
24 Meja Periksa Nut 100 0,009 0,023 - 0,0000037 0,00037 Besi 7250 2,6825
Pembantu
Gudang Bahan Baku
25 Meja Periksa Pin 100 0,038 0,02 - 0,000011 0,0011 Besi 7250 7,975
Pembantu
Gudang Bahan Baku
26 Meja Periksa Washer 200 - 0,04 0,003 0,0000062 0,00124 Besi 7250 8,99
Pembantu
Gudang Bahan Baku
27 Meja Periksa Key 100 0,02 0,005 - 0 0 Besi 7250 1 150,6475 Lift Truck 5000
Pembantu
28 Meja Periksa Meja Assembly Frame 100 0,18 0,12 - 0 0 Aluminium 2712 80
29 Meja Periksa Meja Assembly Bracket 100 0,1 0,07 - 0 0 Aluminium 2712 50
30 Meja Periksa Meja Assembly Nut 100 0,009 0,023 - 0,0000037 0,00037 Besi 7250 2,6825
31 Meja Periksa Meja Assembly Pin 100 0,038 0,02 - 0,000011 0,0011 Besi 7250 7,975
32 Meja Periksa Meja Assembly Washer 200 - 0,04 0,003 0,0000062 0,00124 Besi 7250 8,99
33 Meja Periksa Meja Assembly Key 100 0,02 0,005 - 0 0 Besi 7250 1
34 Meja Periksa Meja Assembly Poros Tembaga 100 0,063 0,027 - 0,000036 0,0036 Tembaga 8930 32,148
35 Meja Periksa Meja Assembly Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245
36 Meja Periksa Meja Assembly Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25 502,2905 Lift Truck 5000
37 Meja Assembly Warehouse Frame 100 0,18 0,12 - 0 0 Aluminium 2712 80
38 Meja Assembly Warehouse Bracket 100 0,1 0,07 - 0 0 Aluminium 2712 50
39 Meja Assembly Warehouse Nut 100 0,009 0,023 - 0,0000037 0,00037 Besi 7250 2,6825
40 Meja Assembly Warehouse Pin 100 0,038 0,02 - 0,000011 0,0011 Besi 7250 7,975
41 Meja Assembly Warehouse Washer 200 - 0,04 0,003 0,0000062 0,00124 Besi 7250 8,99
42 Meja Assembly Warehouse Key 100 0,02 0,005 - 0 0 Besi 7250 1
43 Meja Assembly Warehouse Poros Tembaga 100 0,063 0,027 - 0,000036 0,0036 Tembaga 8930 32,148
44 Meja Assembly Warehouse Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245
45 Meja Assembly Warehouse Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25 502,2905 Lift Truck 5000
46 Warehouse Shipping Frame 100 0,18 0,12 - 0 0 Aluminium 2712 80
47 Warehouse Shipping Bracket 100 0,1 0,07 - 0 0 Aluminium 2712 50
48 Warehouse Shipping Nut 100 0,009 0,023 - 0,0000037 0,00037 Besi 7250 2,6825
49 Warehouse Shipping Pin 100 0,038 0,02 - 0,000011 0,0011 Besi 7250 7,975
50 Warehouse Shipping Washer 200 - 0,04 0,003 0,0000062 0,00124 Besi 7250 8,99
51 Warehouse Shipping Key 100 0,02 0,005 - 0 0 Besi 7250 1
52 Warehouse Shipping Poros Tembaga 100 0,063 0,027 - 0,000036 0,0036 Tembaga 8930 32,148
53 Warehouse Shipping Poros Baja AISI 1211 100 0,066 0,082 - 0,000357 0,0357 Baja Karbon 7850 280,245
54 Warehouse Shipping Poros Baja AISI 1211 100 0,133 0,022 0,00005 0,005 Baja Karbon 7850 39,25 502,2905 Lift Truck 5000

Gambar 3.21 Ongkos Material Handling

22
3.7.1 Cost Matrix

Matriks Ongkos merupakan sebuah tabel berbentuk from-to-chart yang berisi hasil
perhitungan ongkos pemindahan material untuk tiap tempat asal dan tujuan. Matriks Ongkos
diperlukan untuk mempermudah pembacaan ongkos pemindahan material sebagai hasil
rekapitulasi perhitungan ongkos pemindahan material dalam bentuk from-to-chart.

COST MATRIX
Pre-Fabrikasi Fabrikasi Assembly
TO Receiving Gudang Bahan Gudang Bahan Warehouse Shipping Total
Hacksaw Bubut Milling Tap Ulir Bor Meja Periksa Meja Assembly
Baku Utama Baku Pembantu
FROM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Receiving 1 5000 5000 10000
Gudang Bahan Baku Utama 2 5000 5000
Pre-Fabrikasi
Gudang Bahan Baku Pembantu 3 5000 5000 10000
Hacksaw 4 5000 5000
Bubut 5 5000 2000 2000 2000 11000
Milling 6 5000 5000 10000
Fabrikasi
Tap Ulir 7 2000 2000
Bor 8 2000 2000 4000
Meja Periksa 9 5000 5000
Assembly Meja Assembly 10 5000 5000
Warehouse 11 5000 5000
Shipping 12 0
Total 13 0 5000 5000 5000 5000 5000 2000 2000 14000 19000 5000 5000 72000

Gambar 3.22 Cost Matrix

3.7.2 Flow Matrix

Pengisian Matriks Aliran dilakukan dengan memperhitungkan aliran material yang terjadi
dalam satu jam. Matriks Aliran terdiri atas Matriks Inflow dan Matriks Outflow.
Nilai pada Matriks Inflow dan Outflow dihitung dengan cara sebagai berikut:

FLOW MATRIX
Pre-Fabrikasi Fabrikasi Assembly
TO Receiving Warehouse Shipping Total
Gudang Bahan Gudang Bahan Hacksaw Bubut Milling Tap Ulir Bor Meja Periksa Meja Assembly
FROM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Receiving 1 1193,4 150,6 1344
Gudang Bahan Baku Utama 2 3518,1 3518,1
Pre-Fabrikasi
Gudang Bahan Baku Pembantu 3 150,6 150,6 301,2
Hacksaw 4 355,5 355,5
Bubut 5 280,2 39,2 32,1 32,1 383,6
Milling 6 280,2 280,2 560,4
Fabrikasi
Tap Ulir 7 39,2 39,2
Bor 8 39,2 39,2 78,4
Meja Periksa 9 502,2 502,2
Assembly Meja Assembly 10 502,3 502,3
Warehouse 11 502,3 502,3
Shipping 12 0
Total 13 0 1193,4 150,6 3518,1 355,5 280,2 39,2 39,2 502,1 1004,3 502,3 502,3 8087,2

Gambar 3.23 Flow Matrix

23
3.7.3 Inflow Matrix

INFLOW MATRIX
Pre-Fabrikasi
Gudang Bahan Gudang Bahan Fabrikasi Assembly
TO Receiving Warehouse Shipping Total
Baku Utama Baku Pembantu Hacksaw Bubut Milling Tap Ulir Bor Meja Periksa Meja Assembly
FROM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Receiving 1 1 1 2
Gudang Bahan Baku Utama 2 1 1
Pre-Fabrikasi
Gudang Bahan Baku Pembantu 3 0,299940251 0,149955193 0,449895444
Hacksaw 4 1 1
Bubut 5 1 1 0,063931488 0,031962561 2,095894049
Milling 6 0,558056164 0,279000299 0,837056463
Fabrikasi
Tap Ulir 7 1 1
Bor 8 0,078072097 0,039032162 0,117104259
Meja Periksa 9 0,500049786 0,500049786
Assembly Meja Assembly 10 1 1
Warehouse 11 1 1
Shipping 12 0
Total 13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11

Gambar 3.24 Inflow Matrix

3.7.4 Outflow Matrix

OUTFLOW MATRIX
Pre-Fabrikasi Fabrikasi Assembly
TO Receiving Gudang Bahan Gudang Bahan Warehouse Shipping Total
Hacksaw Bubut Milling Tap Ulir Bor Meja Periksa Meja Assembly
Baku Utama Baku Pembantu
FROM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Receiving 1 0,339217191 1 1,339217191
Gudang Bahan Baku Utama 2 9,896202532 9,896202532
Pre-Fabrikasi
Gudang Bahan Baku Pembantu 3 1 1 2
Hacksaw 4 1,01138 1,011379801
Bubut 5 1 1 1 1 4
Milling 6 1 1 2
Fabrikasi
Tap Ulir 7 1 1
Bor 8 1 1 2
Meja Periksa 9 1 1
Assembly Meja Assembly 10 1 1
Warehouse 11 1 1
Shipping 12 0
Total 13 0 0,339217191 1 9,896202532 1,01138 1 1 1 4 5 1 1 26,24679952

Gambar 3.25 Outflow Matrix

3.7.5 Priority

Matriks ini dibuat dengan cara melihat nilai di outflow sesuai dengan aliran yang bersesuaian.
Prioritas diurutkan mulai dari nilai outflow terbesar hingga terkecil.

PRIORITY
1 2 3
NAMA / UNIT DEPARTEMEN Koefisien Unit Koefisien
Unit Departemen Koefisien Outflow No dept Unit Departemen No dept No dept
Outflow Departemen Outflow
Gudang Receiving
Bahan GBBP 1 3 GBBU 0,3392172 2
Baku Utama
Gudang Bahan Mesin Hacksaw 9,896202532 4
Pre-Fabrikasi
Baku Pembantu Meja Periksa 1 9 Meja Assembly 1 10
Hacksaw Mesin Bubut 1,01138 5
Bubut Mesin Milling 1 6 Mesin Tap Ulir 1 7 Mesin Bor 1 8
Milling Meja Periksa 1 9 Meja Assembly 1 10
Fabrikasi
Tap Ulir Mesin Bor 1 8
Bor Meja Periksa 1 9 Meja Assembly 1 10
Meja Periksa Meja Assembly 1 10
Assembly Meja Assembly Warehouse 1 11
Warehouse Shipping 1 12
Shipping

Gambar 3.26 Priority

24
CELL
No. Departemen Luas Departemen (m2) Jumlah Cell
1 Receiving 1117 41
2 Gudang Bahan Baku Utama 885 33
3 Gudang Bahan Baku Pembantu 977 36
4 MS. HACKSAW A1 1860 69
5 PRE-FABRIKASI MS. HACKSAW A2 2486 92
6 MS. HACKSAW A3 2541 94
7 MS. BUBUT B1 1309 48
8 MS. BUBUT B2 1491 55
9 MS. BUBUT B3 1561 58
FABRIKASI
10 MS. MILLING 3105 115
11 MS. BOR 1524 56
12 MS. TAP ULIR 1524 56
13 MEJA ASSEMBLY C1 167 6
14 ASSEMBLY MEJA ASSEMBLY C2 163 6
15 MEJA ASSEMBLY C3 166 6
16 Warehouse 251 9
17 Shipping 25 1
Jumlah Cell 783
Akar kuadrat 27,98
Akar kuadrat dibulatkan 28
Total Cell 784

Gambar 3.27 Penentuan Jumlah Cell

Gambar 3.28 Cell

25
3.8 Ongkos Material Handling (OMH) Revisi

Perhitungan Ongkos Pemindahan Material diperlukan untuk mengetahui jenis alat angkut
yang akan dipergunakan dalam proses pemindahan material antar departemen, serta biaya
operasi dari alat angkut yang bersangkutan.

OMH OMH
No From To N ama Komponen Jarak Jumlah Perpindahan Jenis Transport OMH (Rp)
(Rp/m) Kumulati f

1 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Tembaga 24 1 Lift Truck 5000 120000 15000
2 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Baja AISI 1211 24 1 Lift Truck 5000 120000 15000
3 Receiving Gudang Bahan Baku Utama Poros Baja AISI 1211 24 1 Lift Truck 5000 120000 15000
4 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Frame 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
5 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Bracket 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
6 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu N ut 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
7 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Pin 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
8 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Washer 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
9 Receiving Gudang Bahan Baku Pembantu Key 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
10 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Tembaga 48 1 Lift Truck 5000 240000 30000
11 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Baja AISI 1211 48 1 Lift Truck 5000 240000 30000
12 Gudang Bahan Baku Utama Mesin Hacksaw Poros Baja AISI 1211 48 3,4 Lift Truck 5000 816000 102000
13 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Tembaga 60 1 Lift Truck 5000 300000 37500
14 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Baja AISI 1211 45 1 Lift Truck 5000 225000 28125
15 Mesin Hacksaw Mesin Bubut Poros Baja AISI 1211 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
16 Mesin Bubut Meja Periksa Poros Tembaga 99 1 Lift Truck 5000 495000 61875
17 Mesin Bubut Mesin Tap Ulir Poros Baja AISI 1211 45 1 Lift Truck 5000 225000 28125
18 Mesin Bubut Mesin Milling Poros Baja AISI 1211 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
19 Mesin Milling Meja Periksa Poros Baja AISI 1211 72 1 Lift Truck 5000 360000 45000
20 Mesin Tap Ulir Mesin Bor Poros Baja AISI 1211 72 1 Walking Pallet 2000 144000 18000
21 Mesin Bor Meja Periksa Poros Baja AISI 1211 27 1 Walking Pallet 2000 54000 6750
22 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa Frame 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
23 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa Bracket 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
24 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa N ut 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
25 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa Pin 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
26 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa Washer 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
27 Gudang Bahan Baku Pembantu Meja Periksa Key 27 1 Lift Truck 5000 135000 16875
28 Meja Periksa Meja Assembly Frame 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
29 Meja Periksa Meja Assembly Bracket 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
30 Meja Periksa Meja Assembly N ut 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
31 Meja Periksa Meja Assembly Pin 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
32 Meja Periksa Meja Assembly Washer 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
33 Meja Periksa Meja Assembly Key 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
34 Meja Periksa Meja Assembly Poros Tembaga 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
35 Meja Periksa Meja Assembly Poros Baja AISI 1211 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
36 Meja Periksa Meja Assembly Poros Baja AISI 1211 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
37 Meja Assembly Warehouse Frame 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
38 Meja Assembly Warehouse Bracket 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
39 Meja Assembly Warehouse N ut 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
40 Meja Assembly Warehouse Pin 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
41 Meja Assembly Warehouse Washer 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
42 Meja Assembly Warehouse Key 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
43 Meja Assembly Warehouse Poros Tembaga 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
44 Meja Assembly Warehouse Poros Baja AISI 1211 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
45 Meja Assembly Warehouse Poros Baja AISI 1211 18 1 Lift Truck 5000 90000 11250
46 Warehouse Shipping Frame 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
47 Warehouse Shipping Bracket 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
48 Warehouse Shipping N ut 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
49 Warehouse Shipping Pin 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
50 Warehouse Shipping Washer 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
51 Warehouse Shipping Key 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
52 Warehouse Shipping Poros Tembaga 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
53 Warehouse Shipping Poros Baja AISI 1211 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500
54 Warehouse Shipping Poros Baja AISI 1211 12 1 Lift Truck 5000 60000 7500

Gambar 3.29 Ongkos Material Handling (OMH) Revisi

26
3.9 Activity Relationship Chart

Activity Relationship Chart (ARC) adalah salah satu teknik untuk merencanakan keterkaitan
antara setiap kelompok kegiatan yang saling berkaitan. Manfaat ARC yaitu:

o Menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya serta alasannya.

o Memperoleh suatu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.

ARC menggunakan ukuran kualitatif untuk menilai hubungan antar fasilitas. Ukuran
kualitatif ini dinilai melalui huruf-huruf yang tercantum pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.30 Warna Kedekatan

Kode Alasan
Untuk setiap tingkat kepentingan, harus dijabarkan alasan-alasan yang melatarbelakangi
alasan penentuan tingkat kepentingan tersebut, yang dicantumkan dalam ARC dalam bentuk
kode 1,2,3, dan seterusnya. Misalkan, kode alasan yang digunakan adalah seperti tabel
dibawah

Gambar 3.31 Kode Alasan dan Keterangan

27
1
1. RECEIVING 2
A
3, 4 3
A
2. GUDANG BAHAN BAKU UTAMA 3, 4 4
O U
5, 7 6 5
A U
3. GUDANG BAHAN BAKU PEMBANTU 3, 4 6 6
A U U
3, 4 6 6 7
U U U
4. BAGIAN PRODUKSI 6 6 6 8
A U U X
2, 5 6 6 6, 9 9
A U X X
5. BAGIAN MAINTENANCE 3, 4 6 6, 9 6, 9 10
U U X X X
6 6 6, 9 6, 9 6, 9 11
U X X X X
6. WAREHOUSE 6 6, 9 6, 9 6, 9 6, 9
A X X X X  
1, 3 6, 9 6, 9 6, 9 6, 9
U X X X  
7. SHIPPING 6 6, 9 6, 9 6, 9
U U X X  
6 6 6, 9 6, 9
U U X  
8. PELAYANAN PRODUKSI 6 6 6, 9
U U I  
6 6 1, 2
U I  
9. PELAYANAN PABRIK 6 1, 2
O A  
7 2
I  
10. PELAYANAN PERSONEL PABRIK 1, 7
A  
7
 
11. PERKANTORAN
 

Gambar 3.32 ARC Gabungan

28

Anda mungkin juga menyukai