PENDAHULUAN
Sektor
minyak
kelapa
sawit
Indonesia mengalami perkembangan
yang berarti, hal ini terlihat dari total
luas areal perkebunan kelapa sawit
yang terus bertambah yaitu pada
tahun 2010 seluas 8.385.394 hektar
meningkat ke 8.999.824 pada tahun
2011 dan menurut catatan Direktorat
Jenderal Perkebunan pada tahun
2013
diperkirakan
mencapai
9.149.919 Hektar. Produksi minyak
sawit (crude palm oil/CPO) juga
mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun dari 19,32 juta ton pada
tahun 2009 sampai 24,43 juta ton
pada tahun 2013 atau terjadi
kenaikan sebesar 5,11 juta ton
selama kurun waktu 5 tahun.
Produktivitas kelapa sawit juga
menunjukkan hal yang serupa yakni
3.487 kg/ha pada tahun 2010 dan
meningkat menjadi 3.689 kg/ha pada
tahun
2013
(Ditjenbun,
2014).
Dengan produksi sebanyak 24,43
juta ton minyak kelapa sawit mentah
pada
tahun
2013,
Indonesia
sebenarnya sudah sulit disaingi
negara
manapun
akan
tetapi
Indonesia masih tetap meningkatkan
produksinya. Hal tersebut tidak
menjadi masalah apabila pengusaha
Indonesia
tidak
lebih
condong
kepada
ekspansi
ketimbang
intensifikasi
lahan.
Keberadaan
perkebunan dan pabrik kelapa sawit
Sei Mangkei ini akan memberi
pertumbuhan
progresif
terhadap
perekonomian
daerah
Sumatera
Utara, dengan adanya penciptaan
nilai tambah produk melalui aktivitas
industri. Keuntungan yang didapat
lebih besar daripada menjual produk
bahan mentah.
Dengan potensi yang dimiliki oleh
PKS Sei Mangkei perlu dikaji daya
dukungnya yang dinilai dari aspek
fisik
dan
manajemen.
Alasan
mengapa perlu dikaji daya dukung
pabrik dan perkebunan kelapa sawit
Sei
Mangkei
adalah
mengingat
prospek pengembangan kawasan Sei
Mangkei menjadi Kawasan Ekonomi
Khusus Sei Mangkei yakni menilai
kemampuan suatu tempat dalam
menunjang kehidupan makhluk hidup
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan
yaitu analisis deskriptif, evaluatif
serta
rekomendasi
setelah
didapatkan
hasil
dari
rumusan
masalah.
A. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk
memperlihatkan karakteristik fisik
dasar Kabupaten Simalungun guna
menjadi
inputan
bagi
analisis
kemampuan dan kesesuaian lahan,
mengidentifikasi karakteristik industri
Sei
Mangkei
guna
mengetahui
kondisi eksisting dari perkebunan
dan pabrik kelapa sawit Sei Mangkei
terkait jenis industri, tenaga kerja,
bahan baku, pemasaran, utilitas,
aksesibilitas
dan
transportasi,
penggunaan lahan dan persebaran
industri, limbah dan pengolahnnya
serta
penggunaan
teknologi.
Selanjutnya, analisis deskriptif juga
digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik
perkebunan
kelapa
sawit Sei Mangkei itu sendiri dilihat
dari kriteria yang ada dalam ISPO
dengan
menggunakan
metode
statistik deskriptif.
B. Analisis evaluatif
Analisis evaluatif digunakan untuk
mengevaluasi
obyek
penelitian
antara kondisi eksisting dengan
pedoman atau teori. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menentukan
daya dukung aspek fisik dari
DDW =
L1 x P 1
KBB
Keterangan:
DDW = Daya Dukung Wilayah dalam
pengembangan industri hilir
kelapa sawit
L1
= Luas perkebunan kelapa
sawit di daerah Kabupaten
Simalungun (Ha)
P1
= Produktivitas perkebunan
kelapa
sawit
per
hektar
(Ton/Ha)
KBB = Kebutuhan bahan baku
industri hilir kelapa sawit
dalam bentuk TBS
Apabila
hasil
perhitungan
menunjukkan rasionya > 1, maka
daya
dukung
wilayah
dalam
pengembangan industri hilir kelapa
sawit cukup kuat dan sebaliknya
apabila rasionya < 1, daya dukung
wilayah
sangat
lemah
untuk
pengembangan industri hilir kelapa
sawit.
2) Analisis indeks kemampuan
wilayah
Analisis indeks kemampuan
wilayah merupakan analisis yang
mengidentifikasi potensi lahan suatu
wilayah berdasarkan kemampuan
IKLw =
LWK 14
0,3 x LW
Keterangan:
IKLw = Indeks kemampuan lahan
wilayah
LWK1-4 = Luas wilayah yang memiliki
kemampuan lahan I-IV
LW
= Luas wilayah
0,3
= Koefisien minimal 30%
fungsi lindung suatu wilayah (untuk
wilayah berkembang), sedangkan
untuk wilayah belum berkembang
dapat menggunakan indeks 0,4 atau
yang lebih besar lagi.
Kisaran nilai indeks kemampuan
lahan wilayah adalah:
1. Apabila IKLw > 1, berarti bahwa
wilayah memiliki kemampuan
mengembangkan
potensi
lahannya
lebih
optimal
khususnya untuk berbagai ragam
kawasan budidaya, dengan tetap
terjaganya
keseimbangan
lingkungan.
2. Apabila IKLw < 1, berarti bahwa
wilayah lebih banyak memiliki
fungsi
lindung,
khususnya
perlindungan terhadap tata air
dan gangguan dari persoalan
banjir, erosi, sedimentasi serta
kekurangan air.
3) Analisis pengukuran kinerja
operasi
Dalam
Haming
(2011)
dijelaskan bahwa untuk mengetahui
derajat
keberhasilan
dalam
melaksanakan strategi operasi yang
sudah disusun, perlu melakukan
pengukuran
atas
produktivitas,
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan operasi. Tujuan dari analisis
ini adalah untuk menentukan daya
dukung aspek fisik dari perkebunan
dan pabrik kelapa sawit Sei Mangkei.
Adapun yang diukur antara lain
produktivitas, efisiensi, produktivitas
tenaga
kerja,
kapasitas
olah
maksimum dan efektivitas.
Produktivitas total=
Keluaran Total
MasukanTotal
Efisiensi=
1
Produktivitas
(a)
I
O
; (b)
I
O
; (c)
I
O
; (d)
PTK =
VP
x 100
TDL x JJK
Keterangan:
PTK = Produktivitas tenaga kerja
VP
= Volume produksi yang
dihasilkan
TDL = Total direct labour
JJK
= Jumlah jam kerja produktif
Rumus yang digunakan untuk
menghitung
kapasitas
olah
maksimum pabrik kelapa sawit Sei
Mangkei adalah
K=
Efektivitas
yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini
adalah
pencapaian produksi TBS kebun
AR=
Tenaga
kerja
merupakan
sumber daya manusia yang dapat
diperbaharui.
Di
dalam
suatu
industri, tenaga kerja merupakan
salah satu faktor produksi yang
menunjang kelangsungan produksi.
Dari banyaknya jumlah pekerja yang
direkrut oleh suatu industri dapat
menentukan skala dari industri
11
G. Penggunaan
lahan
dan
persebaran industri
Luas lahan yang digunakan
pada lokasi industri ini relatif luas
dimana
di
dalamnya
terdapat
berbagai penggunaan untuk kegiatan
industri yaitu pabrik, gudang, parkir,
kantor,
RTH,
poliklinik,
sarana
peribadatan, kantin dan rumah
karyawan. Lokasi industri hanya
berada pada 1 kawasan industri yang
dekat
dengan
perkotaan.
Luas
wilayah Kawasan Ekonomi Khusus
adalah 2002,77 Ha dan didalamnya
sudah termasuk lokasi pabrik kelapa
sawit Sei Mangkei.
H.
Limbah
dan
Pengolahannya
Limbah
merupakan
sisa
buangan yang dihasilkan dari proses
produksi berupa limbah padat, cair,
gas dan suara. Untuk limbah cair di
Pabrik Kelapa Sawit Sei Mangkei
sudah memiliki pengolahan limbah
melalui Land Application. Untuk
limbah padat dari Pabrik Kelapa Sawit
Sei Mangkei dimanfaatkan sebagai
pupuk kompos dan untuk limbah
padat seperti besi, drum dikelola oleh
pihak PTPN III untuk dijual. Untuk
tingkat kebisingan dan juga udara
perlu pengelolaan lebih lanjut guna
meminimalisir dampaknya.
I.Penggunaan Teknologi
Penggunaan teknologi adalah
penggunaan
pengetahuan
yang
sistematik dari ilmu terapan yang
mempunyai nilai praktis dan atau
digunakan
untuk
industri
yang
berbentuk seperti mesin-mesin dan
peralatan.
Jenis
penggunaan
teknologi
terdiri
dari
teknologi
sederhana dan modern. Dalam
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Sei
Mangkei khususnya Pabrik Kelapa
Gambar
3.
Wilayah
Persebaran
Perkebunan Besar Kelapa Sawit di
Kabupaten Simalungun
Gambar
4.
Wilayah
Persebaran
Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit di
Kabupaten Simalungun
13
Gambar
5.
Wilayah
Persebaran
Perkebunan Pemasok Kelapa Sawit
Karakteristik perkebunan dan pabrik
kelapa
sawit
Sei
Mangkei
akan
diperlihatkan pada foto mapping seperti
gambar 6 dan 7. Foto mapping tersebut
ingin
menyampaikan
informasi
mengenai potensi dan masalah yang
dimiliki oleh perkebunan sekaligus
pabrik kelapa sawit Sei Mangkei. Dasar
penentuan
karakteristik
ini
adalah
berdasarkan pedoman ISPO, adapun
karakteristik yang dimaksud meliputi
Sistem
Perizinan
dan
Manajemen
Perkebunan, Penerapan Pedoman Teknis
Budidaya Kelapa Sawit, Penerapan
Pedoman
Teknis
Pengolahan
Hasil
Perkebunan Kelapa Sawit, Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan, Tanggung
jawab terhadap Pekerja, Tanggung jawab
Sosial da Komunitas, Pemberdayaan
Kegiatan Ekonomi Masyarakat serta
Peningkatan
Usaha
secara
Berkelanjutan.
15
mengidentifikasi
kondisi
eksisting
dengan hasil analisis kemampuan lahan
dan outputnya berupa daya dukung
lingkungan yang optimal dan sesuai
untuk masing-masing pengembangan.
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis
kemampuan dan kesesuaian lahan
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Simalungun.
Tabel 1. Kemampuan dan Kesesuaian
Lahan Kabupaten Simalungun
Kecamatan
Bandar
Bandar
Huluan
Bandar
Nasilam
Bosar
Maligas
Dolok
Batunangga
r
Dolok
Panribuan
Dolok
Pardamean
Dolok Silau
Girsang
Sipangan B
Gunung
Malela
Gunung
Maligas
Haranggaol
Hatonduhan
Hutabayu
Raya
Bah Jambi
Jorlang
Hataran
Panei
Panombean
Panei
Pematang
Bandar
Pematang
Sidamanik
Pematang
Silimahuta
Purba
Raya
Raya
Kahean
Siantar
Sidamanik
Silau
Kahean
Silimakuta
Tanah Jawa
Ujung
Padang
Kelas
Kemampua
n
II-L1
II-L1
Evaluasi
Kesesuaian
Lahan
Sesuai
Sesuai
II-L1
Sesuai
II-L1
Sesuai
III-L1
Sesuai
III-L1
Sesuai
VI-L4
Sesuai
VII-L5
VII-L5
Sesuai
Sesuai
II-L0
Sesuai
II-L0
Sesuai
VII-L5
VI-L4
II-L1
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
II-L0
III-L1
Sesuai
Sesuai
III-L1
VI-L4
Sesuai
Sesuai
II-L1
Sesuai
III-L1
Sesuai
VI-L4
Sesuai
VII-L5
VII-L5
VII-L5
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
II-L1
III-L1
VI-L4
Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
VII-L5
II-L1
II-L1
Tidak Sesuai
Sesuai
Sesuai
Gambar
9.
Kesesuaian
Kabupaten Simalungun
Lahan
17
19
h.
i. Gambar 1. Foto mapping aktivitas di kawasan Hutan Kota Sampit
j.
Kotawaringin
Timur.
Taman
Kota
Sampit memiliki luas sekitar 2,52 ha.
Namun saat ini, Taman Kota Sampit
sedang dilakukan rehabilitasi sehingga
dalam penelitian ini, peneliti hanya
meneliti aktivitas disekitar Taman Kota
Sampit
namun
tetap
mempertimbangkan
sarana
dan
21
prasarana
yang
ada
sebelum
direhabilitasi.
n. Taman
Kota Sampit sering
digunakan untuk berbagai macam
kegiatan seperti berdagang, bermain,
bertemu teman, makan dan minum,
duduk, olahraga (jalan santai). Namun,
dikarenakan taman sedang dilakukan
rehabilitasi sehingga aktivitas menjadi
terbatas
seperti
berdagang
(PKL
jajanan
kecil
seperti
makanan,
minuman, PKL sepatu ataupun sandal,
PKL aksesoris dan vcd serta PKL
pakaian), bermain, makan dan minum
serta bertemu teman. Ada 11 jenis
fasilitas
seperti
tempat
sampah,
tempat duduk, lampu penerangan, wc
umum, signage, sarana bermain,
sangkar burung, tempat parkir, pos
p.
q. Gambar 3. Foto mapping persebaran fasilitas
23
r.
s. Gambar 4. Foto mapping persebaran vegetasi
t.
u.
v. Analisis
deskriptif
jalur
pejalan kaki
w. Dalam jalur pejalan kaki ini,
dibahas mengenai karakteristik fungsi
dan karakteristik fasilitas sarana
pejalan kaki baik itu yang dikawasan
ataupun yang berada disekitarnya.
1) Hutan Kota Sampit
x. Pada wilayah studi, fungsi jalur
pejalan kaki di Hutan Kota Sampit
adalah untuk melakukan aktivitas
berdagang, untuk menghubungkan ke
Taman
Kota
Sampit
dan
untuk
memisahkan dengan jalur pejalan kaki.
Adapun dimensi jalurnya adalah lebar
1,5 meter, panjang 5 meter dan tinggi
10 cm dan jalur ini terbuat dari beton.
Fasilitas pendukung yang ada hanya
jaringan drainase. Kondisi dari jalur ini
bersih karena ada petugas kebersihan
dan tidak terlalu bising karena
letaknya bersebelahan dengan pohon
peredam kebisingan di Hutan Kota
Sampit.
2) Taman Kota Sampit
y. Untuk jalur pejalan kaki di
Taman Kota Sampit terdapat disetiap
sisinya dan sering digunakan untuk
aktivitas berdagang, pemisah jalur
pejalan kaki dengan kendaraan serta
penghubung antar tempat fungsional
seperti ke sekolah, Hutan Kota Sampit,
25
ab.
ac.
Analisis evaluatif
ad.
Analisis evaluatif
fungsi Hutan Kota Sampit
ae. Fungsi dominan Hutan Kota
Sampit di wilayah studi adalah fungsi
pelestarian lingkungan (ekologis). Hal
itu terlihat dari banyaknya jumlah
pohon yang berfungsi untuk menjaga
kelestarian lingkungan misalnya saja
Pohon Mahoni dan Pohon Sengon.
Sementara untuk fungsi lansekap, di
Hutan Kota Sampit ini belum terdapat
fungsi sosial, hal itu dikarenakan
belum adanya dana untuk menunjang
fungsi sosial tersebut. Untuk itu, agar
menjadi Hutan Kota Sampit sebagai
ruang publik, maka dapat dilakukan
pengoptimalan fungsi seperti
a. Pengadaan fungsi sosial (lansekap)
seperti sarana pendidikan dan
penelitian, ekonomi, dll seperti glass
house, PKL tanaman serta makan
dan minum, jembatan kanopi,
tempat
pameran,
tempat
pengolahan sampah.
b. Penambahan fungsi estetika seperti
penambahan vegetasi yang menarik
dan
unik
misalnya
pohon
flamboyant
dan
sawit.
Selain
pengadaan,
akan
dilakukan
perbaikan serta perawatan lampu
penerangan dan jaringan drainase.
c. Pengadaan fungsi ekologis seperti
pembuatan tempat pembibitan dan
vegetasi yang memiliki nilai ekologis
seperti bungur, mahoni, dan lain
sebagainya.
af. Analisis evaluatif fungsi
Taman Kota Sampit
ag. Analisis fungsi Taman Kota
Sampit telah sesuai dengan teori
namun belum optimal. Oleh sebab itu,
diperlukan
pengoptimalan
fungsi
seperti
fungsi
sosial
yakni
penambahan sarana bermain anakanak seperti play ground, perawatan
sarana bermain anak, penambahan
sarana olahraga seperti jalur pijat
refleksi, perbaikan lapangan basket
dan jogging track serta pembuatan
27
al. Fungsi
jalur
pejalan
kaki
disekitar taman dan Hutan Kota Sampit
sudah ada yang sesuai dan ada yang
belum. Dikatakan belum sesuai karena
ada jalan yang tidak memiliki jalur
pejalan kaki sehingga perlu dilakukan
pembuatan jalur pejalan kaki bagi jalan
yang memungkinkan dan bagi yang
rusak dapat diperbaiki. Selain itu,
dapat
dilakukan
penambahan
beberapa elemen seperti tempat
duduk, lampu penerangan. Untuk
sarana lain seperti tempat sampah,
signage dan jalur hijau hendaknya
tetap
dipertahankan
dan
perlu
ditambahkan agar para pejalan kaki
dapat merasa nyaman saat berjalan
kaki di jalur tersebut.
am.
az. Kuadran
be. Prioritas
aw. Kuadran
bd.
at.
ba. dalam
bf. Pengem
ax. dalam
Kuadran
Kodau. av.
I S
bb. Pengembang bg. bangan
ay. Kano
dalam Ie
an
Model
S Model
bc. Kano Model
ec. Oneee. Low value
eh. 1
dz.
ea. eb.
3.48
ed.
3.04dimensiona
ef.
Added
B3
l
ei.
em. Less Attractive
eo. 3
ej. ek.
3.64el.
3.01Attractive
B4
ep.
Less Attractive
ev. 6
eq. er.
3.16es.
2.89Attractive
B5
ew.
Less Attractive
fc.
5
ex. ey.
3.28ez.
3.32Attractive
B6
fd.
fh.
Care-Free
fj.
7
fe. ff.
3.63fg.
3.37Indifferent
B7
fk.
Less Attractive
fq. 4
fl. fm.
3.39fn.
3.10Attractive
C1
fr.
fv.
Potential
fx.
1
fs. ft.
3.70fu.
2.51Indifferent
A1
fw.
Care-freege. 2
fy.
gc. Care-Free
fz. ga.
3.46gb.
2.69Indifferent
B1
gf.
gi.
gj.
gk.
gl.
gg.
M gh.
3.702.81
gm.
2) Taman Kota Sampit
gn.
Tabel 2. Pengembangan
Atribut Berdasarkan I-S Model
Taman Kota Sampit
gu.
Ku
gr.
K
adran
uadran
gx. Kuad
gv.
da
gs.
d
ran
go. gp.gq.
lam
alam
gy. dala
Kode I S
Pengemban
gt.
K
m I-S
gan
ano
Model
gw.
K
Model
ano Model
gz.
Prio
rita
s
Pen
ge
mb
ang
an
hi.
3
hd.
hf.
Hi
ha.
One
gh Value
hb.
A hc. 3.25
he.
hg.
d
ad
4.45
imension
ded
al
hm.
ho.
Hi
hr.
hj.
One
gh Value
5
hk.
B hl. 3.12
hn.
hp.
d
ad
4.37
imension
ded
al
hv.
hx.
Hi
ia.
hs.
One
gh Value
1
ht.4.5
B hu. 3.22
hw.
hy.
d
ad
8
imension
ded
al
ib.
if. Highly
ii.
ic. 3.8
ie.
A
C id. 3.34
ig.
At
8
8
ttractive
tractive hh. Excell
im.
io.
O
Hi ent
ir.
ij.
ne
gh Value
6
ik. 4.2
C il. 3.56
in.
d
ip.
a
4
imension
dded
al
iv.
ix.
Hi
ja.
is.
One
gh Value
4
it. 4.4
C iu. 3.2
iw.
d iy.added
1
imension
al
jb.
jh.
jc. 4.0
je.
M
C jd. 3.48
jf. Critical
7
2
ust be
jl.
jn.
Hi
ji.
One
jj. 4.4
gh Value
D jk. 3.11
jm.
d
6
jo.
ad
imension
ded
al
jq.
2
29
gz.
Prio
rita
s
Pen
ge
mb
ang
an
jx.
6
ke.
3
kl.
2
kp.
ku.
kr.
jw.
Hi Surplus
km.
One
1
kn.
gh Value
C ko. 3.56
kq.
d
3.74
ks.
ad
imension
ded
al
kv.
ky.
I
lb.
kw.
kz.
Ca
C kx. 3.21ndifferen
5
3.62
re-free
t
lc.
lf.
I
li.
ld. 3.6
lg.
Ca
C le. 3.48ndifferen
4
3
re-free
t
lj.
lm.
I
lp.
lk. 3.5
ln.
Ca
lo. CareC ll. 2.91ndifferen
1
2
re-free
free
t
lq.
lw.
lr. 3.7
ls. 3.0
M
lu.
lv.
1 6lt.
lx.
ly.
lz. 3)
Jalur pejalan kaki
ma. Tabel 3. Pengembangan Atribut
Berdasarkan I-S Model
mf.
Ku
adran
mj.
me.
mg.
K
da
mb.
Kuadr
uadran
lam
Ko mc.md.
an
dalam Pengembang
d I S
dalam
Kano mh.
an
e
I-S
Model
Kano
Model
mi.
M
odel
mp.
mr.
O
Hi
mn.
mm.
mo.
negh value4.1
B3
3.73mq.
ms.
d
ad
mt.
1
imensional
ded
Excelle
mw.
nt
mv.
mx. my.
mz.
M
Cri
4.2
B6
3.67 ust-be
tical
8
nd.
nf.
A
nc.
ne.
ng.Highly
4.3
ttractive
A1
2.94
nh.attractive
6
nl.
nn.
I
nk.
nm.
4.0
ndifferentno.Potential
A2
3.04
4
ni.
nu.
O
To be
ns.
nw.
Hi
nr.
nt.
neimprov
4.8
gh valueB1
2.96nv.
d
ed
7
nx.added
imensional
od.
O
ob.
oa.
oc.
ne- of. High value3.9
C1
3.13oe.
d og.added
5
imensional
ok.
om.
I
oj.
ol.
3.7
ndifferenton.Care-free
B4
3.34
oo.
7
Surplus
oq. or. os. ot.
ov.
O Low valueB5 3.6 3.40
ne- ow.
ad
mk.
P
mf.
Ku
adran
mj.
me.
mg.
K
da
mb.
Kuadr
uadran
lam
Ko mc.md.
an
dalam Pengembang
d I S
dalam
Kano mh.
an
e
I-S
Model
Kano
Model
mi.
M
odel
ou.
d
4
ded
imensional
pa.
pc.
I
oz.
pb.
3.7
ndifferentpd.Care-free
B7
3.47
9
ph.
pj.
I
pg.
pi.
3.0
ndifferentpk.Care-free
B2
2.96
3
pl.
pq.
O
Carepo.
pn.
pp.
ne- ps. Low value- free
3.5
B8
2.99pr.
d pt. added
1
imensional
pw.
qb.
qc.
py. pz. qa.
Me
3.9 3.2
px.
4 4
an
qe.
mk.
P
ml.
P
pf.
2
pm.
2
pv.
1
qd.
Analisis development
ml.
P
mu.
1
nb.
2
nj.
3
nq.
4
nz.
1
oi.
2
op.
3
oy.
1
qh.
qi. Gambar 5. Diagram Fungsi
Hutan Kota Sampit dan Taman
Kota Sampit dalam Skenario Visi
qj.
Berikut
merupakan
conceptual plan struktur ruangnya
scenario visi yang ditunjukkan oleh
gambar 6. Gambar 6 menjelaskan
bahwa yang menjadi pusat pelayanan
adalah Taman Kota Sampit dengan
pengoptimalan ketiga fungsi. Hal itu
dikarenakan sarana prasarana yang
lebih
memadai
serta
sudah
dilengkapinya dengan jalur pejalan
kaki. Sementara untuk Hutan Kota
Sampit dijadikan sebagai sub pusat
pelayanan. Antara pusat (Taman Kota
Sampit) dengan sub pusat (Hutan Kota
31
qk.
ql.
qm.
qn.
qo.
qp.
qq.
qr.
qs.
qt.
qu.
qv.
qw.
qx.
qy.
qz.
ra.
rb.
rc.
rd. Gambar 6. Conceptual Plan Struktur Ruang Skenario Visi Kawasan Hutan
Kota Sampit dan Taman Kota Sampit
re.
rf. Analisis skenario proyeksi
rg. Analisis
skenario
proyeksi
didasarkan pada masalah yang krusial
yang terdapat di Hutan dan Taman
Kota Sampit. Jadi, masalah yang
terdapat dilapangan adalah dari fungsi
estetika dan fungsi sosial, sehingga
pada skenario ini yang kedua fungsi
tersebut
lebih dioptimalkan yang
dapat dilihat pada gambar 7.
33
35
rh. Berikut
merupakan
struktur
ruangnya scenario proyeksi yang
ditunjukkan oleh gambar 8. Gambar 8
menunjukkan bahwa yang menjadi
pusat pelayanan adalah Taman Kota
Sampit dengan pengoptimalan dua
fungsi. Hal itu dikarenakan sarana
prasarana yang lebih memadai serta
sudah dilengkapinya dengan jalur
pejalan kaki. Sementara untuk Hutan
Kota Sampit
dijadikan sebagai sub
pusat pelayanan. Antara pusat (Taman
Kota Sampit) dengan sub pusat (Hutan
37
rl.
rm.
rn.
ro.
rp.
rq. Gambar 7. Diagram Fungsi
Hutan dan Taman Kota Sampit
dalam Skenario Proyeksi
rw.
rx.
ry.
rz.
sc.
Untuk
taman
kota,
terdapat tiga fungsi yang perlu
dioptimalkan fungsinya seperti fungsi
sosial, estetika dan ekologis.
a. Untuk fungsi sosial diperlukan
penambahan
seperti
sarana
bermain anak, sarana olahraga
(jogging track, jalur refleksi,
lapangan basket), tempat khusus
PKL.
b. Untuk fungsi estetika diperlukan
penambahan vegetasi seperti
pengadaan
bunga
melati,
bougenville, kembang tahi ayam,
bunga mentega, kaktus kodok,
talas, keluarga pisang-pisangan,
kana,
penambahan
pohon
flamboyant, dan lain-lain. Selain
itu, dapat dilakukan perawatan
serta penambahan seperti tempat
duduk,
lampu
penerangan,
tempat
sampah,
papan
informasi/signage
c. Untuk fungsi ekologis diperlukan
penambahan vegetasi seperti
pohon
mahoni,
flamboyant,
bungur, ketapang, flamboyant
dan nangka dll.
2. Persepsi
pengunjung
dan
masyarakat
sekitar terkait hutan
dan taman kota adalah belum puas
karena
kurangnya
sarana
dan
prasarana. Berdasarkan hasil kano
model,
bahwa
prioritas
pengembangan didasarkan kepada
atribut
yang
memiliki
tingkat
kepentingan yang tinggi sehingga
untuk Hutan Kota Sampit atribut
yang
diprioritaskan
pengembangannya adalah sebagai
berikut.
a. Adanya peran pemerintah dalam
menjaga
kebersihan
kawasan
hutan
39
41
sr.
UNDIP
http://eprints.undip.ac.id/347/1/e
dy_darmawan.pdf. (diakses 01
april 2013 pukul 14.32 wib)
Departemen Pekerjaan Umum.
2000. Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di
Perkotaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal
Penataan
Ruang
Nasional Departemen Pekerjaan
Umum.
http://johannes.lecture.ub.ac.id/
files/2012/09/PedomanPenyediaan-dan-PemanfaatanPrasarana-dan-Sarana-RuangPejalan-Kaki-di-Perkotaan.pdf
(diakses 23 Mei 2013 Pukul
07.21)
ss.
st.
su.
sv.
sw.
43