Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara
sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah.Program ini
menekankan pada penguasa keahlian, melalui kegiatan kerja langsung di dunia
kerja baik diintansi pemerintah, lembaga keuangan maupun perusahaan.PKL
dilakukam secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian yang
mengarah kepada mimpi profesional.
Praktek kerja lapangan (PKL) yang dipilih sebagai model yang ideal untuk
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Pemilihan pola ini karena PKL
merupakan kerja sama antara dunia usaha/dunia industri/instansi dengan
sekolah menengah kejuruan (SMK). hal ini bertujuan untuk menciptakan
tenaga kerja terampil yang siap menerima dan mengaplikasikan produk
kemajuan teknologi yang digunakan dunia kerja.
Beberapa hal yang melatar belakangi diselenggarakannya program kerja
praktek kerja lapangan (PKL), semester genap pada SMK NEGERI 3
MANDAU tahun pelajaran 2020/2021 sebagai berikut:
1. Dasar pedoman/acuan dalam penyelenggaraan kegiatan praktek kerja
lapangan (PKL)
2. Fungsi kontrol/pengendalian manajemen sekolah dan sekaligus sebagai
bahan evaluasi proses belajar mengajar (KBM)
3. Pelaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah dan pelayanan
standar minimum.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktek kerja lapangan:
[SMKN 3 MANDAU]

a. Meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah untuk


bersama- sama melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi masing-masing.
b. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesian,
dengan mengintegrasikan pendidikan berkarakter dan peduli
lingkungan dalam kegiatan sekolah, baik melalui mapel maupun kultur
sekolah.
c. Menyelengarakan program pendidikan dan latihan yang berkualitas
beroerintasi pada kebutuhan lapangan kerja di DU/DI serta
mengembangkan sumber daya yang ada didaerah dalam upaya
meningkatkan daya saing lulusan.
d. Meningkatkan kemandirian sekolah dengan menerapkan
manajemen berbasis sekolah (MBS) melalui pengembangan
kegiatan teaching factory.\ unggulan yang sesuia dengan potensi dan
minat siswa dalam rangka menghasilkan sumber daya yang
berkualitas
1.3 Ruang Lingkup
Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III PKS SEI DAUN adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui cara kerja analisa mutu CPO
b. Mengetahui cara kerja analisa kadar air CPO
c. Mengetahui cara kerja kadar zat kotorandipabrik kelapa sawit
1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

4.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Waktu pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada
tanggal 06 September 2021 hingga pada tanggal 26 Novemer 2021.
Dengan waktu kerja yang berbeda yaitu sebagai berikut:
a. Jam pertama pukul 07:00 WIB S/D 12:00 WIB.
b. Jam istirahat Pukul 12:00 WIB S/D 14:00 WIB
c. Jam kedua Pukul 14:00 WIB S/D 17:00 WIB
[SMKN 3 MANDAU]

4.1.2 Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan Di PTPN
III PKS SEI DAUN dengan posisi tempat kerja yang berbeda,yaitu sebagai
berikut:
a. Departemen Laboratorium
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


PT. Intan Sejati Andalan merupakan perusahaan pengolah kelapa sawit
(PKS) yang berlokasi di Jl.Lintas Duri-Dumai, Duri XIII Desa Bathin Sobanga
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.Dan Alamat Kantor Pusat Jl.Pematang
Pasir No.27 Tanjung Mulia, Medan-SUMUT.Penanggung jawab atas PT.Intan
Sejati Andalan adalah Ir.Fuad Halimoen sebagai direktur.PT.Intan Sejati Andalan
mulai beroperasi pada tahun 2005.

2.2 Visi-Misi PT. Intan Sejati Andalan


 Visi
Menjadi salah satu perusahaan terbaik dunia, yang mengutamakan
kesejahteraan stakeholder dan ramah lingkungan dalam memproduksi minyak
sawit yang berkelanjutan.
 Misi
Perusahaan yang bertumbuh berkembang secara berkelanjutan dengan
menerapkan sistem manajemen mutu, lingkungan, dan k3 yang didukung oleh
sumber daya manusia yang kompeten, teknologi dan sistem informasi yang handal
serta struktur keuangan yang kuat.
[SMKN 3 MANDAU]

2.3 Nilai-Nilai Perusahaan


M : Mutual Respect, Casing and Harmony
A : Acceleration to Excellence
H : Honest and Responsible
K : Knowledgeable
O : Optimism
T : Trustwothiness
A : Awareness

G : Growth to Sustainable Development


R : Resourceful
O : Openness Integrity and Loyalty
U : Unity in Diversity
P : Passion
2.4 Produk
Produk yang dihasikan dalam pabrik kelapa sawit ini berupa:
a. CPO (Crude Palm Oil)
b. Inti
c. Cangkang
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Crude Palm Oil (CPO)


Buah kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang termasuk dalam
genus Elaeis dan ordo Arecaceae.Tumbuhan ini digunakan dalam usaha
pertanian komersial untuk memproduksi minyak sawit. Kelapa sawit
merupakan sumber bahan baku penghasil minyak terefisien dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, karena secara garis
besar buah kelapa sawit terdiri dari daging buah yang dapat diolah menjadi
CPO (Crude Palm Oil) dan inti (kernel) yang dapat dioalah menjadi PKO
(Palm Kernel Oil).

Gambar 3.1 Crude Palm Oil


Sumber :Dokumen Pribadi

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida


yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa
pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam
lemak tidak jenuh.Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun
dalam inti terbentuk emulsi pada kantong-kantong minyak.Untuk
melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari
tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung
[SMKN 3 MANDAU]

yaitukaroten.Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung


beberapa minggusebelum matang.Oleh karena itu penentuan saat panen
adalah saat menentukan (kritis). Kandungan minyak tertinggi dalam buah
adalah pada saat buah akan membrondol (melepas dari tandannya). Karena
itu kematangan tandan biasanya dinyatakan dalam jumlah buahnya yang
membrondol. Seminggu sebelum matang, yaitu 19 minggu setelah
penyerbukan , minyak yang terbentuk baru 6-7%. Pada harihari terakhir
menjelang pematangannya pembentukan minyak berlangsung dengan
cepat sehingga mencapai maksimumnya, yaitu sekitar 50% berat terhadap
daging buah segar pada minggu ke-20 setelah penyerbukan. Kebalikan
dari pembentukan asam lemak adalah penguraian atau hidrolisis lemak
menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses ini dalam buah terjadi
sejak mulai berlangsungnya proses “kematian”, yaitu saat buah
membrondrol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubungannya dengan
pohon. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase yang juga terdapat
dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak.
Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) minyak kelapa sawit mentah
yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging
buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian. Minyak sawit
biasanya digunakan untuk kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik,
industri kimia, dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit sebesar
90% digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin,
shortening, pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti,
cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari
minyak sawit lainnya digunakan untuk industrioleokimia yang
menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta
surfaktan.Asam lemak bersama-sama dengan gliserol merupakan
penyusun utama minyak nabati dan hewani.Asam lemak yang terkandung
di dalam CPO sebagian besar adalah asam lemak jenuh yaitu asam
palmitat.Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal diantara atom-
atom karbon penyusunnya, sedangkan asam lemak tak jenuh mempunyai
[SMKN 3 MANDAU]

paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon


penyusunnya.Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil.
Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit tersebut maka
mutu dan kualitas harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan
nilai komoditinya. Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan nonpangan masing-masing berbeda. Oleh
karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higenisnya harus
lebih diperhatikan.Analisa mutu produksi dilakukan setiap hari untuk
mengetahui kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sesuai norma
(standar yang diharapkan), sehingga dapat diketahui seberapa kehandalan
pabrik dalam mendapatkan minyak dan inti sesuai standar dan dapat
diterima pasar.

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Crude Palm Oil (CPO)


Warna merah pada CPO semakin meningkat maka semakin besar
sehingga demikian kualitas CPO semakin menurun. Karena dengan
semakin besarnya kadar air yang terkandung dalam CPO secara otomatis
kadar asam lemak bebas akan semakin besar pula dan hal ini akan
mengakibatkan turunya mutu dari CPO. Dengan menaiknya kadar air pada
CPO maka akan mengakibatkan terganggunya pemucatan CPO. Dengan
terganggunya proses pemucatan pada CPO maka secara otomatis akan
mempengaruhi kualitas dari produksi dan akan mengganggu
kesinambungan proses.
Table 3.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Sumber:Ketaren

Karakteristik Keterangan
Kadar asam lemak bebas < 5,00%
Kadar air < 0,50%
Kadar kotoran < 0,50%
Warna CPO (crude palm oil) Jingga kemerah-merahan
[SMKN 3 MANDAU]

1. Kadar ALB (Asam Lemak Bebas)


Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam
minyak sawit sangat merugikan, tingginya asam lemak bebas ini
mengakibatkan rendemen minyak turun.Untuk itulah perlu dilakukan
usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit.
Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai saat tandan dipanen sampai tandan
diolah pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada
minyak.Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan
ALB.Reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air,
keasaman, katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka
semakin banyak kadar ALB yang terbentuk

Gambar 3.2 Reaksi Hidrolisis Minyak Kelapa Sawit


Sumber: Kataren
Pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab
jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kadar asam lemak bebas (ALB)
minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
presentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaiknya, jika pemanenan dilakukan dilakukan
dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah rendemen
minyak yang diperoleh juga rendah.
Table 3.2 Komposisi Asam Lemak Miyak Kelapa Sawit
Sumber:Kataren
[SMKN 3 MANDAU]

Kerusakan lemak dan minyak juga dapat disebabkan oleh aktifitas


bakteri walaupun jumlahnya relatif sedikit. Bakteri yang dibiakkan pada
temperature yang lebih tinggi akan mengandung lebih banyak asam lemah
jenuh dibandingkan bakteri yang tumbuh pada temperatur yang lebih
rendah . Adapun pengaruh kadar asam lemak bebas yang tinggi terhadap
mutu minyak adalah:
a. Timbulnya ketengikan pada minyak
Ketengikan pada minyak diartikan kerusakan atau bau minyak
akibat aktifitas enzim lipase yang dapat dihidrolisa molekul lemak.
Ketengikan jugaterjadi jika minyak disimpan terlalu lama. Asam lemak
bebas dapat berkembang akibat kegiatan enzim yang menghidrolisis
minyak. Enzim yang paling mengganggu pada buah sawit yaitu: enzim
lipase. Enzim ini sering terikut pada buah karena luka atau terikut oleh
peralatan panen. Lipase merupakan enzim yang memiliki peran yang
penting dalam bioteknologi modern. Banyak industri yang telah
mengaplikasikan penggunaan enzim sebagai biokatalis. Lipase terkenal
memiliki aktivitas yang tinggi dalam reaksi hidrolisis dan dalam kimia
sintesis. Lipase dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi
hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, asidolisis dan aminolisis. Candida dan
Rhizopus yang merupakan organisme yang paling sering dipakai sebagai
sumber sintesis penghasil lipase.
b. Menimbulkan rasa yang tidak lezat
Lemak dengan kadar asam lemak bebas yang melebihi standar jika
dicicipi akan terasa tidak enak. Dalam menganalisa asam lemak bebas
[SMKN 3 MANDAU]

digunakan metode titrasi asam-basa. Titrasi asam-basa didasarkan pada


reaksi perpindahan proton antara senyawa yang mempunyai sifat-sifat
asam-basa. Dengan cara titrasi asambasa berbagai senyawa organik dan
senyawa anorganik dapat ditentukan denganmudah. Untuk titrasi basa
digunakan larutan baku asam kuat, misalnya HCl dan H2SO4. Sedangkan
titrasi asam menggunakan larutan baku basa kuat, misalnya NaOH dan
KOH. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator asambasa
yang sesuai atau secara potensiometri.26
2. Kadar Air

Gambar 3.3 Pengecekan Kadar Air


Sumber:Dokumen Pribadi

Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam


sampel. Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi kadar
air, maka semakin rendah mutu CPO. Air dalam minyak hanya ada dalam
jumlah kecil. Jika kadar air dalam minyak sawit (<0,15%) akan
memberikan kerugian mutu minyak, dimana tingkat kadar air yang
demikian kecil akan sangat memudahkan proses oksidasi minyak itu
sendiri. Tetapi, jika kadar air dalam minyak sawit (> 0,15%) maka akan
mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak
[SMKN 3 MANDAU]

sawit akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang


menyebabkan ketengikan dan menghasilkan rasa bau tengik pada minyak
tersebut.
Kadar air yang tinggi di dalam CPO dapat disebabkan oleh buah
yang rusak atau busuk. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu
pembuatan dan akibat perlakuan dalam pengolahan di pabrik serta
penimbunan. Di PKS Tandun, untuk menganalisa kadar air dalam CPO
menggunakan metode Oven Terbuka.Penetapan kadar air pada minyak dan
lemak dapat ditentukan dengan berbagai cara:

a. Cara Titrasi

Gambar 3.4 Titrasi Asam Basa


Sumber: Dokumen Pribadi
Cara titrasi Titrasi asam basa adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk menentukan
konsentrasi atau kadar suatu zat yang tidak diketahui dengan menggunakan zat yang telah
diketahui kadarnya (larutan standar).Sesuai dengan namanya, pada prinsipnya memang
untuk mengetahui hal tersebut maka zat yang bersifat asam akan dititrasi dengan larutan
basa yang telah diketahui kadarnya.Atau sebaliknya, zat yang bersifat basa akan dititrasi
dengan larutan asam yang kadarnya sudah diketahui.

3. Kadar Zat Pengotor


[SMKN 3 MANDAU]

Kadar zat pengotor adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang


tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai
persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya,
hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan,
dengan proses tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang
dapat disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut-serabut yang
berukuran kecil tidak bias disaring, hanya melayang-layang didalam
minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Di PKS
Tandun, dalam menganalisa kadar zat pengotor adalah metode gravimetri.
Analisa gravimetri merupakan jumlah zat didasarkan pada
penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang
dianalisa direaksikan. Dalam analisa zat pengotor, penentuannya dengan
menghitung selisih berat bahan sebelum dipanaskan dengan berat bahan
setelah dipanaskan. Setelah disaring, kertas saring dimasukkan ke dalam
oven untuk mendapatkan zat pengotor yang terdapat dalam CPO.
Penyaringan dilakukan menggunakan kertas saring, untuk memisahkan
minyak dengan zat pengotor.

Anda mungkin juga menyukai