Anda di halaman 1dari 48

Casing

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan pesatnya pengembangkan sektor industri yang kokoh maka


perlu diciptakan suatu keseimbangan antara dunia pendidikan dan industri untuk
menghasilkan sarjana yang memiliki pemahaman dan keterampilan yang
berkaitan dengan pengembangan teknologi dan bidang-bidang penerapannya.
Dengan kemampuan akademis yang handal dan keterampilan di bidang industri
yang cukup, tenaga-tenaga kerja itu nantinya bisa mengembangkan kreativitas
dan penalaran untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pembangunan
industri Indonesia.

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang
baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah, dan swasta.
Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan penukaran informasi antara masing-
masing pihak tentang korelasi antara ilmu di Perguruan tinggi dan penggunaan
di Dunia industri.

Pendidikan tinggi sebagai tujuan dari sistem pendidikan nasional


dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi anggota
masyarakat yang mempunyai kemampuan akademik dan profesi yang tanggap
terhadap kebutuhan pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan
sebagai bekal pengabdian kepada bangsa dan negara. Pengembangan sumber
daya manusia di Perguruan tinggi dilaksanakan melalui kegiatan belajar
mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

1
Casing

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek (KP) PT. PERTAMINA EP


ASSET 5 SANGATTA FIELD ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui system pengangkatan fluida yang digunakan di PT.


Pertamina EP Asset 5.
2. Untuk mengetahui alur proses produksi di PT Pertamina Asset 5 Sangatta
Field
3. Untuk mengetahui problem yang sering terjadi pada saat produksi
4. Untuk mengetahui fungsi dari kegiatan produksi
5. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan di WO & WS

1.3. Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kerja praktek ini
adalah :
 Manfaat untuk Mahasiswa
1. Dapat melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
lapangan oleh para pekerja ahli dalam bidang perminyakan baik secara
teori maupun prakteknya.
2. Mengetahui perbedaan antara kondisi yang terjadi di perkuliahan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan.
3. Dapat mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan dan
bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut.
4. Mahasiswa dituntut untuk aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan
dan diharapkan bisa membantu memberikan ide-ide atau solusi.

2
Casing

 Manfaat untuk Perguruan Tinggi

Mampu menerapkan dan mengaplikasikan apa yang diberikan atau


yang dilakukan di lapangan dengan membagikannya kepada dosen di
kampus, teman di kampus dan oleh pihak kampus.
Mampu memunculkan mahasiswa-mahasiswa yang memiliki
kompeten dalam bidang dunia Teknik Perminyakan.

1.4. Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Waktu pelaksanaan Kerja Praktek (KP) selama satu bulan dari tanggal 1 – 31
Oktober 2018

1.5. Sistimatika Penulisan

Penulisan laporan Kerja Praktek (KP) ini didasarkan urutan jadwal yang
mahasiswa lakukan di PT. PERTAMINA EP ASSET 5 – SANGATTA
FIELD.

BAB PENDAHULUAN
BAB II PROFIL UMUM PERUSAHAAN
BAB III HSSE
BAB IV SRP
BAB V TEKNIK PRODUKSI
BAB VI WO & WS
BAB VII KESIMPULAN

3
Casing

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1.Profil PT Pertamina EP
Sebagai lokomotif perekonomian bangsa, Pertamina merupakan
perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas,
serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya
berdasarkan prinsip-prinsip dan tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat
berdaya saing yang tinggi di era globalisasi.
PT Pertamina EP merupakan KKKS Produksi yang didirikan pada
tanggal 13 September 2005 dengan Luas Wilayah Kerja sekitar 113,629.82 km 2.,
pengolahan Wilayah Kerja PT Pertamina EP melalui Own Operatian and
Partnership. Wilayah Kerja (WK) Pertamina EP terbagi menjadi ke dalam 5
asset. Operasi ke-5 asset tersebut terbagi dalam 21 Field, yakni Rantau,
Pangkalan susu, Lirk, Jambi, Ramba (Asset 1), Adera, Limau, Prabumulih,
Pendopo (Asset 2), Subang, Jatibarang, Tambun (Asset 3), Cepu, Poleng, Donggi
Matindok,Papua (Asset 4), Sangasanga, Sangatta, Tanjung, Bunyu,
Tarakan(Asset 5).
Dengan tingkat produksi yang terdapat di ASSET 5 Sangatta yaitu
sebesar, 1365 BBLS, dengan Jumlah sumur yang terdapat di Sangatta Field 65
sumur yang berproduksi dan 1 sumur gas dari total 218 sumur. Semberah 10
sumur dengan 4 SA(1 minyak , 3 oil) 6 sumur pengangkat buatan (5 Pu,1 GL)
(September 2018).
Disamping pengelolaan WK tersebut diatas, pola pengusahaan usaha
yang lain adalah dengan model pengelolaan melalui proyek-proyek, antara lain
Pondok Makmur Development Project di Jawa Barat, Paku Gajah Development
Project di Sumatera Selatan,dan Jawa Gas Development Project di Jawa Tengah.

4
Casing

2.2.Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan


A. Visi
REPETITA I (2006-2008): "Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi yang
efektif dan efisien ".
REPETITA II (2009-2011): "Menjadi produsen migas nomor satu di
Indonesia".
REPETITA III (2012-2014): "Menjadi Pertamina EP Kelas Dunia."

B. Misi
Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan
berwawasan lingkungan, sehat dan mengutamakan keselamatan serta
keunggulan yang memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.

C. Tata Nilai: 6C
1. CLEAN (BERSIH)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. COMPETITIVE (KOMPETITIF)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

4. CUSTOMER FOCUSED (FOKUS PADA PELANGGAN)


Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

5
Casing

5. COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki
talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.

2.3. Lingkup Area Kerja


PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta menangani 2 lapangan. Lapangan tersebut
antara lain adalah area Sangatta dan area Samberah terminasi dari TAC EMP
Semberah (November 2015). Metode produksi yang ada pada Pertamina EP Asset
5 Sangatta yaitu menggunakan metode Artificial Lift khususnya yang berupa
Sucker Rod Pump (SRP)

6
Casing

BAB III

HEALTH SAFETY SECURITY ENVIRONMENT (HSSE)

PT PERTAMINA EP ASSET 5 selalu melaksanakan kegiatan operasional


secara aman, nyaman, dan berwawasan lingkungan dengan menerapkan standar tinggi
terhadap aspek keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan lingkungan (K2LL) serta
pengamanan perusahaan untuk meminimalkan resiko dengan cara mencegah
terjadinya kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan, dan
gangguan keamanan serta dampak lain akibat kegagalan operasi terhadap lingkungan
sekitarnya. PT PERTAMINA EP ASSET 5 sangat menekankan keselamatan kerja
bagi semua pekerja baik yang di lapangan maupun di kantor Pertamina EP ASSET 5
serta semua fasilitas yang digunakan oleh para pekerja. Oleh karena itu di bentuk
suatu divisi yaitu HSSE untuk mengatasi semua masalah tersebut .
 Health  Menjaga kenyamanan pekerja dalam bekerja seperti
pengaturan udara dalam sirkulasi, penataan ruangan, dll.
 Safety  Menjaga keselamatan pekerja & visitor serta alat-alat yang
digunakan pada saat kegiatan operasi di lapangan.
 Security  Menjaga keamanan pekerja, visitor serta lingkungan kerja
pada saat kegiatan operasi di lingkungan kerja.
 Environment Menjaga efek yang ditimbulkan dari kegiatan
opersional yang telah dilakukan sebelumnya.

Induction merupakan hal utama dan pertama yang harus dikenalkan dan
dipahami bagi siapapun yang akan melaksanakan studi, kunjungan maupun kerja di
Pertamina EP. Induksi atau Induction dikenalkan dan dijelaskan oleh Health Safety &

7
Casing

Security Environment (HSSE) dalam bentuk formulir yang mencakup beberapa aspek
yang harus dipahami sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut di Pertamina EP.

 Fase HSSE
Menurut Shell Int. BV terdapat 4 fase dalam HSSE hingga saat ini berdasarkan
risiko kecelakaan terhadap waktu.

100
Fase HSSE menurut Shell Int. BV

75
Jumlah insiden

50

25

0
0 1 2 3 4 5
Time

Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Fase HSSE menurut Shell Int. BV

 Fase 1 – Primitif
Hanya berdasarkan keputusan/undang-undang/titah dan juga pada fase
ini risiko kecelakaan atau jumlah insidennya sangat tinggi.
 Fase 2 – Engineering
Semakin berkembangnya zaman orang-orang berpikir untuk
mengurangi jumlah kecelakaan yaitu secara teknis seperti penggunaan
wearpack, safety shoes, safety helm, dll.

8
Casing

 Fase 3 – Management System


Fase ini masih ada celah akan tetapi sudah lebih berkurang jumlah
kecelakaannya. Contoh dari Fase Management System ini yaitu API,
ISO, ANSI, dll. Masih terjadinya kecelakaan pada fase ini karena
naluriah manusia yang memiliki keinginan untuk bebas.
 Fase 4 – Behaviour
Pada fase yang terakhir ini jumlah kecelakaan sudah sangat kecil atau
hamper tidak ada. Pada fase ini lebih menitikberatkan pada kebiasaan,
budaya, dan perilaku. Contoh seperti meeting dan jam kerja on time
apabila melanggar akan ada sanksi.

 Golden Rule
 Patuh
Patuh terhadap aturan yang ada. (ISO 9000 ; apa yang kita tulis kita
lakukan dan apa yang kita lakukan kita tulis.)
 Intervensi
Bila melihat sesuatu kesalahan tidak membiarkan kesalahan tersebut.
Contoh apabila kita melihat kesalahan atau ada prosedur yang
terlewati jangan diam atau membiarkan hal itu terjadi akan tetapi
mengingatkan dan memastikan bahwa prosedur yang dilakukan sudah
sesuai.
 Peduli
Lebih pada kemanusiaan.
 Potensi Bahaya di SP/BS/SKG/PPP/Sumur/Rig
Saat berada di lapangan tidak malu bertanya tentang potensi bahaya yang
terjadi.
 Pelaporan PEKA (Prosedur Keselamatan Kerja)
 APD (Alat Pelindung Diri)
 SIKA (Surat Ijin Kerja Aman)

9
Casing

 JSA (Job Safety Analysis)


 MSDS (Material Safety Data Set)
 House Keeping
 Program HSE
 Personal On Boards
Jumlah orang yang berada di lokasi saat masuk dan keluar sama.
 Penentuan & Ketentuan Aspek HSE

10
Casing

BAB IV
SRP

4.1. Sucker Rod Pump


Sucker rod pump atau sering juga disebut beam pumping ialah salah satu
metode artificial lift yang memanfaatkan gerakan naik- turun dari plunger
untuk mendorong fluida reservoir ke permukaan Pompa ini menggunakan
bantuan tenaga listrik atau gas sebagai sumber tenaga dalam proses
pengangkatan minyak mentah dari bawah permukaan tanah. Pompa jenis ini
biasanya dipergunakan pada sumur-sumur yang memiliki partikel-partikel padat
di dalamnya dan sering juga diaplikasikan pada sumur-sumur tua.

Gambar 4.1 Sucker Rod Pum

11
Casing

4.1.1 Jenis SRP yang digunakan di Sangatta Field


Sucker Rod Pump yang digunakan di Sangatta Field ada 2 jenis :
a. Jenis Standar (Conventional Type)
Pada jenis ini, walking beam akan ditopang oleh samson post pada
bagin tengah. Jenis pompa ini banyak dipergunakan pada sumur minyak yang
memiliki berbagai macam ukuran, bahkan mencapai 100 horse power.
Pumping unit jenis conventional type terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Beam counter balance system; dimana balancing load terpasang pada
walking beam.
2. Crank counter balance system; counter weigt terpadang pada crank.

Gambar 4.2 Conventional Type

12
Casing

b. Low Torque Unit (Mark II)


Untuk pumping unit jenis ini, walking beam akan ditopang oleh
samson post pada bagian ujung belakang. Umumnya, unit ini membutuhkan
tenaga yang tergolong lebih sedikit bila dibandingkan dengan conventional
type. Jenis ini banyak digunakan pada sumur yang memproduksi minyak
bumi dalam jumlah besar. Ukuran tenaga yang dimiliki mencapai 120 horse
power.

Gambar 4.3 Mark II

Untuk beberapa unit pada Pertamina ASSET 5 Sangatta Field ini sistem Prime
mover ditenagai menggunakan gas, maka dari itu diperlukan alat khusus yaitu Gas
Jack/Gas Boot yang berfungsi mengatur gas yang akan digunakan pada Prime Mover.

4.1.2. Kriteria Penggunaan Pompa Angguk (SRP)

1. Produktifitas sumur (Q) antara : 100-2000 BOPD


2. Tekanan formasi (PR), dimana tekanan formasi sebanding dengan tinggi
kolom cairan dalam tubing, minimal 1/3 dari kedalaman perforasi

13
Casing

3. Kedalaman sumur : 8000-12000 ft


4. Dapat digunakan pada sumur vertical
5. Kemampuan SRP untuk mengatasi problem:
Pasir : sedang
Paraffin : buruk
Scale : baik
Korosi : baik
GOR : sedang
Emulsi : baik
6. SRP fleksibel untuk mengubah laju produksi dan mudah pengoperasiannya

4.1.3. Prinsip Kerja Pompa Angguk

Mekanisme kerja dari pompa angguk merupakan proses kerja dari


keseluruhan komponen yang terdapat pada pompa tersebut. Gerak rotasi dari
prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh sistem pitman-crank
assembly, kemudian gerak naik turun ini oleh horse head, dijadikan gerak
lurus naik turun (angguk) untuk menggerakan plunger melalui rangkaian rod.
Pada saat upstroke plunger bergerak ke atas menyebabkan tekanan di bawah
turun. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam pompa,
akibatnya standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam barrel. Pada
saat downstroke beban fluida yang ada di dalam barrel dan tekanan yang
diakibatkan oleh naiknya plunger, maka standing valve menutup sedangkan
travelling valve pada plunger terbuka akibat tekanan minyak yang tidak di
dalam barrel, selanjutnya pada saat upstroke maksimum minyak akan
dipindahkan ke dalam tubing. Proses ini dikakukan secara berulang-ulang,
sehingga minyak dapat mengalir ke permukaan.

14
Casing

Gambar 4.4 Mekanisme Kerja Sucker Rod Pum

4.1.4. Bagian – Bagian Pada Sucker Rod Pump


1. Peralatan Diatas Permukaan

Peralatan permukaan dari pompa angguk berfungsi mengubah energi


listrik ata gas menjadi gerak putar, seterusnya gerak putar akan diubah lagi
menjadi gerak naik turun pada pompa angguk. Bagian-bagian tersebut antara
lain :

a. Prime Mover
Suatu motor listrik atau gas engine dengan putaran 800 – 1200 RPM
dipakai untuk menggerakkan Pumping Unit. Untuk motor listrik pada
umumnya 3-phase, 440 volt, 60 cycle. Untuk gas engine menggunakan
bahan bakar gas alam. Ada juga yang menggunakan motor dengan bahan
bakar solar atau diesel.

15
Casing

b. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau
menahan minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya
polished rod. Dengan demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flow line lewat cross tree. Disamping itu juga berfungsi
sebagai tempat kedudukan polished rod sehingga polished rod dapat
bergerak naik turun tegak lurus dengan leluasa.
c. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod
dengan peralatan-peralatan di atas permukaan.
d. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp,
dan pada carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang
selanjutnya dihubungkan dengan horse head.
e. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen-komponen di atasnya
agar tidak dapat lepas selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
f. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang
kabel baja yang dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier
bar bergantung pada briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan
dengan horse head.
g. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di
dalam sumur melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau
merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk kepala
kuda.

16
Casing

h. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head.
Walking beam berfungsi untuk :
 Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik turun
 Meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam sumur
melalui polished rod dan sucker rod string.
i. Pitman
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada
pitman bearing dengan ujung belakang dari walking beam pada tail
bearing. Fungsinya mengubah dan meneruskan gerak berputar menjadi
gerak bolak-balik naik turun dan pitman ini akan menggerakkan walking
beam.
j. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter balance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang
tempat kedudukan pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman.
Besar kecilnya langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat
diatur dari sini dengan mengubah-ubah letak ujung bawah pitman, bila
mendekatkan atau ke arah counter balance maupun menjauhi counter
balance. Apabila kedudukan ujung bawah pitman digeser ke posisi
lubang mendekati counter balance, maka langkah pemompaan menjadi
bertambah besar, demikian pula sebaliknya apabila menjauhi counter
balance yaitu ke arah crank shaft maka langkah pemompaan menjadi
kecil.
k. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar
dari prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear
reducer dengan menggunakan belt.

17
Casing

l. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat
oleh gear reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
m. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
 Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolak-
balik naik turun.
 Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat
counter balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum.
 Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter
balance bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja
prime mover terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke,
dimana minyak ikut terangkat ke atas atau ke permukaan.
n. Sampson post
Merupakan kaki-kaki penyangga atau penompang walking beam.
o. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian
atas.
p. Equalizer
Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa
menurut kebutuhan pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
q. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya
pada saat dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.

18
Casing

2. Peralatan Dibawah Permukaan


Untuk peralatan pompa di bawah permukaan (subsurface pump
equipment) terdiri dari empat komponen utama, yaitu : working barrel,
plunger, travelling valve dan standing valve.
a. Working Barrel
Merupakan tempat plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan
langkah pemompaan dan menampung minyak terisap oleh plunger pada
saat bergerak ke atas (up stroke).
1. Working barrel yang terdiri dari sejumlah liner yang diselubungi oleh
jacket (biasanya diberi simbol L)
2. Working barel yang terdiri dari satu bagian utuh dan kuat (diberi
simbol H atau W).
b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel dan dapat
bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke barrel yang kemudian diangkat ke permukaan melalui
tubing.
c. Tubing
Seperti halnya pada peralatan sembur alam, tubing digunakan untuk
mengalirkan minyak dari dasar sumur ke permukaan setelah minyak
diangkat oleh plunger pada saat up stroke.
d. Standing Valve
Merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut gerakan plunger
dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke plunger
dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke atas dan selanjutnya
standing valve membuka. Pada saat plunger bergerak ke bawah standing
valve akan menutup untuk mencegah fluida keluar ke annulus.

19
Casing

e. Traveling Valve
Merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut gerakan plunger
dan berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke plunger
dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah serta menahan
minyak keluar dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas.
f. Gas Anchor
Merupakan komponen pompa yang dipasang dibagian bawah dari pompa
yang berfungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak
ikut masuk ke dalam pompa bersama-sama dengan minyak, untuk
menghindari masuknya pasir atau padatan ke dalam pompa, dan
mengurangi atau menghindari terjadinya tubing stretch.x
Gas ini dialirkan masuk ke annulus dan dilepaskan ke permukaan melalui
Ada dua macam type Gas Anchor, yaitu :
 Poorman type
Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan
melepaskan diri dari larutan (bouyancy effect). Minyak akan masuk ke
dalam barrel melalui suction pipe, sedangkan gas yang telah terpisah
akan dialihkan melalui annulus. Apabila suction pipe terlalu panjang
atau diameternya terlalu kecil, maka akan terjadi pressure loss yang
cukup besar sehingga menyebabkan terjadinya penurunan PI sumur
pompa. Sedangkan apabila suction pipe terlalu besar akan
menyebabkan annulus antara dinding anchor dengan suction pipe
menjadi lebih kecil, sehingga kecepatan aliran minyak besar dan
akibatnya gas masih terbawa oleh butiran-butiran minyak. Diameter
gas anchor yang terlalu besar akan menyebabkan penurunan PI sumur
pompa.

20
Casing

 Packer type
Minyak masuk melalui ruang antara dinding anchor dan suction
pipe, kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara casing dan gas
anchor dan ditahan oleh packer, selanjutnya minyak masuk ke pompa
melalui suction pipe. Disini minyak yang masuk ke dalam annulus
sudah terpisah dari pompa.
g. Tangkai Pompa
Tangkai pompa (sucker rod string) terdiri dari :
 Sucker rod
 Pony rod
 Polished rod

Sucker rod
Merupakan batang/rod penghubung antara plunger dengan peralatan di
permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak naik turun dari
horse head ke plunger. Berdasarkan konstruksinya, maka sucker rod dibagi
menjadi 2 (dua) :
a. Berujung box-pin
b. Berujung pin-pin
Untuk menghubungkan antara dua buah sucker rod digunakan sucker
rod coupling. Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering
digunakan berkisar antara 20-30 ft. Terdapat beberapa macam ukuran
sucker rod, seperti pada tabel di bawah ini, di mana ukuran-ukuran tersebut
merupakan standart API. Dalam perencanaan sucker rod selalu diusahakan
atau yang dipilih yang ringan, artinya memenuhi kriteria ekonomis, tetapi
dengan syarat tanpa mengabaikan kelebihan (allowable stress) pada sucker
rod tersebut. Sucker rod yang dipilih dari permukaan, sampai unit pompa
di dasar sumur (plunger) tidak perlu sama diameternya, tetapi dapat

21
Casing

dilakukan/dibuat kombinasi dari beberapa type dan ukuran rod. Sucker


string yang merupakan kombinasi dari beberapa type dan ukuran tersebut.
Disebut Tappered Rod String.

Poni rod
Merupakan rod yang mempunyai panjang yang lebih pendek dari
panjang rod umumnya (25 feet). Fungsinya adalah untuk melengkapi
panjang dari sucker rod, apabila tidak mencapai kepanjangan yang
dibutuhkan ukurannya adalah : 2, 4, 6, 8, 12 feet.

Polished rod
Adalah tangkai rod yang berada di luar sumur yang mengubungkan
sucker rod string dengan carrier bar dan dapat naik turun di dalam stuffing
box. Diameter stuffing box lebih besar daripada diameter sucker rod, yaitu :
1 1/8, 1 ¼, 1 ½, 1 ¾. Panjang polished rod adalah :8,11,16, 22 feet.

Gambar 4.5 Peralatan Bawah Permukaan Sucker Rod Pump

22
Casing

4.1.5. Permasalahan Sucker Rod di Sangatta Field

Problem-problem yang sering dijumpai pada sucker rod pumping di


Sangatta Field :
1. Travelling valve bocor
Pada waktu up-stroke traveling valve tidak menutup rapat dan fluida
kembali turun.
2. Standing valve bocor
Pada waktu down-stroke standing valve tidak menutup rapat dan fluida
kembali ke wellbore.
3. Plunger rusak atau aus
Fluid yang slip diantara plunger dan pump barrel menjadi
banyak,sebagian minyak turun melalui celah-celah antara plunger dan
tubing ketika plunger bergerak keatas.
4. Tubing bocor:
Fluida akan keluar memasuki ruangan casing.
5. Gas yang terkurung dalam pump barrel (gas lock).
Pada waktu up stroke ,fluida masuk kepump barrel kemudian gas
keluar dari fluida , sehingga terdapat gas dalam barrel.
Pada Down Stroke,gas yang berada dibawah plunger terkompres
dantraveling valve tidak terbuka, sehingga fluida tidak masuk kepump barrel
karena adanya gas yang terkurung dan tekanan dibawah plunger tidak
sanggup membuka traveling valve. Pada waktu upstroke gas dalam barrel
ekspansi, sehingga fuida dibawah standing valve tidak dapat membuka
standing valve.
6. Sucker rod putus
Sucker rod putus kebanyakan gesekan antara rod string dengan
tubing.Untuk menghindari sucker rod putus biasanya dipasang sucker rod

23
Casing

guide pada daerah yang sering putus, sehingga yang aus akibat gesekan
dengan tubing adalah sucker rod guide nya.
7. Valve bocor
Baik standing valve maupun traveling sering bocor pada umumnya
disebabkan haus karena pasir atau kemakan aliran gas.
8. Scale dan paraffin deposite
Scale atau endapan parafin dapat menyebabkan pompa stuck (macet)
karena terjepit scale atau paraffin.

4.1.6. Penanganan Problem Reservoir


 Mengatasi kepasiran
Usaha mengatasi problem kepasiran dengan menurunkan rate produksi
atau menaikkan posisi intake pompa kurang diminati karena menyebabkan
kehilangan potensi produksi sumur. Dalam hal ini diperlukan upaya optimasi
produksi yang tepat mengingat sumur umumnya diproduksikan secara
commingle dan diantaranya memiliki influx fluida lapisan yang rendah.
Upaya alternatif yang sejalan dengan strategi pump-off dalam optimasi
produksi sumur dilakukan dengan memasang sandtrap downhole desander
(SDD). Alat ini merupakan asesoris pompa bawah permukaan yang
memungkinkan pasir terproduksi tertahan dan terpisahkan dari fluida yang
dihisap pompa. Tujuan pemasangan alat tersebut selain untuk mengatasi
problem kepasiran pada sumur juga diharapakan dapat memberikan peluang
optimasi produksi.

24
Casing

BAB V
TEKNIK PRODUKSI

Proses produksi di PT. Pertamina EP Sangatta field yaitu dimulai dari proses
pengangkatan fluida produksi dari dalam sumur ke permukaan Kemudian dialirkan
melalui pipa alir atau flow line ke Gathering station atau Station Pengumpul dan
untuk sumur yang bertekanan rendah liquid disimpan sementara di TOS (Tank on
Side) yang berada disekitar sumur yang kemudian dari TOS akan diangkut oleh mobil
tanki ke Gathering Station terdekat, dari Gathering Station Fluida Produksi
dipompakan ke Main Gathering Station untuk diproses sehingga minyak dan air
terpisah.
Kegiatan utama Proses Produksi di PT. Pertamina EP Sangatta Field yaitu
Mengelola kegiatan operasi minyak dan gas bumi seoptimal mungkin sesuai potensi
dan sasaran yang ditargetkan, Mengkoordinir kegiatan penampungan, penyaluran
produksi minyak dan gas sehingga produksi minyak dapat dikapalkan dan produksi
gas dapat dimanfaatkan untuk utilities dan fasilitas yang lain, serta Mengkoordinir
pendataan / penyelidikan sumur-sumur penghasil untuk dapat dievaluasi guna
langkah-langkah penanggulangan sedini mungkin bila terjadi penyimpangan/ ulah
sumur produksi ( Low ) atau mati sumur ( Off ).
Secara umum proses produksi Crude Oil (Minyak Mentah) di Sangatta Field
terbagi menjadi empat tahapan proses yaitu, Pengangkatan, Pengumpulan,
Pemisahan, dan Penampungan.

25
Casing

5.1. Proses Pengumpulan


Proses pengumpulan fluida produksi dari sumur di lakukan di Gathering
Station atau Stasiun Pengumpul melalui Flow line. Proses pengetesan produksi
bertujuan untuk mengetahui hasil produksi tiap sumur per-hari. Stasiun Pengumpul
adalah tempat penampungan sementara fluida dari sumur - sumur produksi yang
dialirkan melalui pipa alir atau flow line yang kemudian dipompakan ke Main
Gathering Station. Fluida dari sumur-sumur produksi tersebut masih merupakan
campuran antara air, minyak, gas, dan emulsi.
Untuk menunjang proses produksi di Gathering Station ada beberapa
peralatan dan fasilitas yang digunakan seperti, manifold / header, separator, tangki
test dan tangki pengumpul sementara, pompa, scrubber, valve, instrumentasi, serta
alat-alat ukur yang lain.
Gathering Station (GS) di PT. PERTAMINA EP Field Sangatta terdiri dari GS I, GS II, GS
III, GS IV, GS V, GS VI.

5.2. Proses Pemisahan


Fluida yang terproduksi dari sumur masih berbentuk fluida produksi yang
mengandung air, lumpur, dan partikel padatan lain yang biasa disebut BS&W.
Kandungan seperti ini tidak diharapkan dalam minyak sehingga perlu dilakukan
pemisahan. Proses pemisahan minyak dari unsur BS&W di Sangatta field pada
dasarnya dilakukan di MGS.

5.3. Proses Penampungan


Fluida produksi yang sudah mengalami proses pemisahan ditampung di tanki
penampungan, proses penampungan juga dilakukan di Loading Terminal.

26
Casing

Untuk memenuhi Spesifikasi tersebut di Loading terminal sendiri di lakukan


beberapa proses yaitu:
1. Penampungan
2. Setling / pengendapan
3. Pemanasan
4. Sirkulasi
5. Injeksi Chemical (optional)

Gambar 5.1 Flow Diagram Produksi

5.4. Proses Pengolahan Dan Sistem Alur Produksi


Ketika fluida diproduksi dari Sumur,fluida tersebut mengandung
minyak,air, lumpur, pasir dan ikutan-ikutan lainnya yang biasanya disebut dengan
Basic Sediment and Water (BS&W).Air dan sedimen-sedimen tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti terbentuknya kerak (scale formation),
pengikisan (erosion) dan korosi (corrosion), dan lain-lain. Untuk itulah di Sangatta

27
Casing

Field dilakukan proses separasi (pemisahan) minyak dari unsur BS&W tersebut,
sehingga minyak yang dihasilkan dapat memenuhi standard permintaan dari pihak
customer (buyer) yaitu pertamina refinery.
Fluida produksi yang telah diinjeksikan Chemical Demulsifier sebanyak 50
ppm dipompakan menuju MGS. Injeksi Chemical Demulsifier dilakukan sebelum
memasuki proses selanjutnya diharapkan chemical tersebut dapat dengan cepat
bercampur dengan fluida dengan adanya aliran turbulen dalam pipa, sehingga reaksi
chemical dalam membantu proses pemecah emulsi minyak dapat maksimal.
Fluida produksi masuk ke tanki FWKO untuk dipisahkan antara minyak dan
air, Fluida produksi di FWKO kemudian Steam menggunakan boiler melalui
jaringan Steam agar dapat memecah kandungan air didalam minyak, suhu ideal di
dalam tanki FWKO adalah 79-85◦C. Outlet Minyak yang berada di atas dan outlet
air yang berada di bawah, hal ini memungkinkan minyak yang telah tertampung di
Tanki tampung lebih bagus kualitasnya.
Minyak yang keluar dari tanki FWKO masih mengandung BS&W
sehingga minyak ditampung di tanki tampung kemudian dilakukan proses setling
( Pengendapan ) dan pemanasan dengan steam. Setelah Setling dilakukan di Tanki
tampung,selanjutnya dilakukan drain untuk mengeluarkan kandungan air dalam
tanki, selanjutnya minyak siap di pompakan ke Loading Terminal.Kemudian untuk
proses Treatment air setelah dari wash tank air dialirkan ke Nutshell filter untuk
menyaring kembali sisa – sisa minyak dan padatan yang terkadung didalam air
menggunakan filter.
Secara umum proses separasi crude oil yang ada di MGS Sangatta Field dapat kita
lihat sebagai berikut:

28
Casing

G
gambar 5.2. Sistem alur produksi

5.5. Fasilitas Proses Pengolahan Oil


Didalam pemrosesan pemisahan minyak bumi dari impuritiesnya tentu diperlukan
peralatan dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai
beberapa peralatan utama seperti;
5.5.1. Gathering Station
Gathering Station (stasiun pengumpul) merupakan stasiun pengumpul
sementara yang berfungsi untuk mengumpulkan fluida produksi yang
diproduksi dari beberapa sumur. Pada Sangatta Field terdapat 6 Gathering
Station. Setiap Gathering Station menampung fluida produksi dari sumur-
sumur yang beada disekitarnya.

29
Casing

5.5.2. Main Gathering Station


Main Gathering Station (Stasiun Pengumpul Utama) merupakan fasilitas
yang berfungsi mengumpulkan crude oil yang telah di proses di GS sebelum
dikirimkan ke loading terminal. Pada tahap ini fluida produksi akan ditampung
pada tangki FWKO. Pada tangki FWKO ini crude oil diinjeksikan chemical
(demulsifier) untuk memisahkan minyak, air, dan sedimen, kemudian
dipanaskan agar proses pemisahan minyak dan air lebih cepat. Air yang
berhasil dipisahkan akan dialirkan ke Water injection plant (WIP) untuk
diinjeksikan ke sumur injeksi.. Pada Main Gathering Station ini crude oil yang
dihasilkan harus memiliki BS&W sebesar 0,5% dari jumlah yang dihasilkan.
Minyak yang telah diproses di Main Gathering Station lalu ditransfer ke
Loading Terminal untuk tampung dan dikumpulkan sebelum dikapalkan.

5.5.2.2. Free Water KnockOut (FWKO)

Free Water Knock Out berfungsi untuk memisahkan air dan emulsi dari
minyak . Air yang terpisahkan dari emulsi disebut free water. Saat air dan
minyak dipisahkan oleh separator dan fluida tersebut akan masuk ke tangki
penanpungan awal dan akan di panaskan dengan mengunakan boiler untuk
memisahkan air dan minyak atau bisa juga dipisahkan dengan gaya gravitasi
(settling). Di Sangatta Field Tangki FWKO hanya terdapat di Main Gathering
Station dan Loading Terminal.

30
Casing

Gambar 5.3. Tanki FWKO

5.5.2.3. Storage Tank

Storage Tank berfungsi untuk menampung minyak yang telah terpisah


oleh air yang kemudian siap untuk di transfer menuju proses selanjutnya.
Disangatta field ini storage tank terdapat di Main Gathering Station dan
Loading Terminal

Gambar 5.4. Storage Tank

31
Casing

5.5.2.4. Water Injection Plant

Water injection plant berfungsi untuk menampung air formasi yang telah
dipisahkan melalui serangkaian proses pemisahan dari FWKO, dan Nutshell.
Air yang tertampung di Water injection plant ini nantinya akan kembali di
injeksikan ke formasi melalui sumur injeksi menggunakan pompa. Pompa yang
digunakan adalah pompa centrifugal

Gambar 5.5. Water Injection Plant

5.5.2.5 Oil Catcher


Oil catcher berfungsi sebagai tempat penampungan fluida dari sumur-
sumur yang tidak secara langsung dialirkan melalui flow line ke Stasiun
Pengumpul, cellar-cellar dan cairan buangan dari tangki-tangki Penampungan
setiap Gathering Station.

32
Casing

Gambar 5.6. Oil Catcher

5.5.3. Loading Terminal


Loading terminal adalah tempat penampungan oil sementara sebelum
dikapalkan menuju RU V Balikpapan. Crude oil yang sudah mengalami proses
pemisahan ditampung di Tanki penampungan . Proses penampungan juga dilakukan
di Loading terminal sebelum pengkapalan

5.6. Peralatan Pengolahan Oil


5.6.1. Boiler
Boiler merupakan alat untuk menghasilkan uap air yang akan
digunakan untuk pemanasan.. MGS memiliki tiga unit Boiler yang di gunakan
dengan Tipe Fire Tube.Air yang digunakan berasal dari air permukaan dan
ditampung dicooltank .Kemudian dialirkan secara kontinu kedalam boiler

Gambar 5.7. Boiler

33
Casing

5.6.2. Pompa

Pompa digunakan untuk setiap proses transfer mulai dari Gathering


Station, Main Gathering Station, hingga Loading Terminal. Di Sangatta Field
ada 2 jenis pompa yang digunakan yaitu torak dan centrifugal. Pompa torak
menghasilkan tenaga yang lebih besar, sedangkan pompa centrifugal
menghasilkan rate pemompaan yang lebih konstan.

Gambar 5.8. Pompa Torak

Gambar 5.9. Pompa sentrifugal

34
Casing

BAB VI
WORKOVER & WELL SERVICE (WO-WS)

6.1. WOWS
Work over & well service adalah suatu bagian yang bertugas
menangani segala bagian yang berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut
meliputi usaha agar sumur siap berproduksi (initial completion) maupun usaha
perbaikan sumur akibat kerusakan saat berproduksi (work over). Work over &
well service merupakan bagian dari Pertamina Asset 5 Sangatta Field yang
bergerak di bagian pengerjaan ulang sumur dan Perawatan sumur. Bagian ini
sangat penting untuk menunjang keberlangsungan produksi yang ada
pada Sangatta field. Kegiatan yang sering di lakukan oleh bagian
WOWS berupa :

1. KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)


2. Perbaikan / pergantian pompa (rangkaian bawah permukaan ) pump job
3. Pengangkatan Fish (peralatan yang tertinggal didalam sumur seperti: casing,
tubing, pompa, dll)
4. Penutupan sumur

Sebagai penunjang untuk kegiatan dari WOWS adalah:


1. Rig (dalam hal ini Pertamina Asset 5 Sangatta Field menggunakan mobile
rig berkapasitas 1 joint / 250-450 HP)
2. PumpShop & ToolShop
3. Sonolog test equipmen

35
Casing

6.1.1. Mobile Rig


Sesuai dengan namanya, rig jenis ini bisa bergerak cepat melakukan
pemindahan lokasi pengeboran, karena rangkaian unit rig berada pada sebuah
trailer yang dinamakan rig carrier. Sementara lantai meja bor atau yang
dinamakan dengan rotary table, berada terpisah dengan unit rangkaian menara
pada rig carrier.

Gambar. 6.1. Mobile Rig

Rig jenis ini cukup simple dan biaya operasional tidak terlalu besar.
Yang mana pada trailer sudah terinstal engine berikut primover, drawwork,
drilling line, unit menara, dan meja rack atau dalam dunia rig dinamakan
monkey board.
Mobile rig dikelompokkan lagi menurut kegunaan dan kekuatan rig.
Untuk pengerjaan perawatan sumur, rig yang digunakan hanya berkapasitas
kecil mulai dari 250 HP sampai 450 HP saja.

36
Casing

Fungsi rig ini hanya sebagai rig service untuk perawatan sumur-sumur
minyak. Rangkaian pipa yang di angkatnya pun berkisar sekitar 60 Pound atau
sekitar 30 ton beban angkat (bisa lebih, namun bisa juga kurang) tergantung
Horse Power rig dan spesifikasi dari pabrik pembuatannya. Biasanya akan
tertera pada rig carrier sebuah chart yang menerangkan detail rig keseluruhan.
Namun lazimnya, maksimum daya angkat rig ini mencapai 150 pound.
Rig ini juga bisa di gunakan untuk pengeboran. Namun hanya sebatas
pengeboran tambahan atau pengeboran semen atau juga melakukan
pengeboran benda jatuh dalam sumur yang menghambat laju operasi suatu
sumur. Rig ini tidak lazim untuk melakukan operasi pengeboran sumur baru
karena biasanya tak difasilitasi dengan meja putar dan kelly sebagai penggerak
pipa yang meneruskan putaran dari meja putar. Rig ini lazim digunakan pada
pengeboran ringan dengan menambah sebuah unit hydraulic swivel untuk
memutar pipa.

6.1.2 Toolshop
Toolshop merupakan tempat perbaikan penunjang fasilitas pada rig (lebih
mudahnya biasa kita sebut Bengkel). Pada toolshop ini kami jumpai berupa
alat alat bengkel seperti alat pemotong plasma, alat pembuat ulir, dll
Pada tempat ini juga kami jumpai berbagai macam perlatan penunjang rig
berupa fishng tool, tubing tong, rod tong, dan beberapa peralatan peralatan rig
lainnya.

37
Casing

Gambar. 6.2. Fishing tool

Gambar. 6.3. Tubing tong dan Rod tong

38
Casing

Gambar. 6.4. Perlengkapan Bengkel di ToolShop

Gambar. 6.5. Perlengkapan Tambahan dan Perlengkapan Produksi

6.1.3 PumpShop
PumpShop merupakan penunjang dari fasilitas pompa dan perawatan
pompa. Pada tempat ini kami jumpai berbagai perwatan pada pompa seperti
perbaikan pada plunger, Ball&seat,, dan peralatan pompa lainnya.

39
Casing

Gambar 6.6. Peralatan dan Bagian-Bagian Pompa Bawah Permukaan Mulai


Dari plunger, fuller bushing, cage top open, traveling valve, dll

40
Casing

6.2. Sonolog Test


Metoda Sonolog Test adalah metoda dengan menggunakan sifat refleksi
gelombang bunyi, digunakan untuk analisa sumur. Sonolog bekerja
berdasarkan prinsip gelombang suara atau getaran. Dalam operasinya, sumber
gelombang suara dapat berasal dari penembakan peluru hampa (blank
cartridge) atau pengaliran gas bertekanan secara cepat dan dalam waktu yang
sangat singkat (hanya sesaat). Untuk sumur-sumur dengan tekanan gas di
Casing sangat rendah, digunakan sumber gas N2 atau gas CO2 yang berasal
dari tabung gas bertekanan tinggi. Metoda Sonolog Tes menggunakan alat
Total Well Managemen (TWM) sebagai Well Analyzer yang digunakan untuk
memperoleh data keperluan analisa performance sumur. Informasi tentang
data sumur ini dapat diperoleh dengan menggunakan gas gun sebagai sumber
gelombang bunyi yang ditembakan ke sumur. Hasil refleksi dari dalam sumur
direkam dalam bentuk grafik yang direkam di komputer. Refleksi yang kuat
(down kick) dari gelombang bunyi tercatat pada 14.827 detik yang
mengindikasikan puncak cairan berada di kedalaman 9161.24 feet dari
permukaan. Tekanan casing terukur sebesar 33.8 psig masih lebih rendah
dibandingkan tekanan pump intake hasil perhitungan sebesar 486 psig
sehingga tekanan casing tersebut tidak menggganggu produksi sumur. Analisa
pantulan akustik tubing collar rata-rata of 31.19 ft tiap tubing, dan kecepatan
gelombang bunyi gas pada annulus sebesar 1236 ft/sec, dan dapat diketahui
bahwa kecepatan gelombang gas di annulus berhubungan langsung dengan
densitas gas. Aplikasi Well Analyzer dari Echometer pada Metoda Sonolog
Tes, membantu melihat peluang peningkatan produksi lebih lanjut seperti
dengan menganalisa tinggi puncak cairan pada sumur yang datanya terlihat di
komputer.

41
Casing

6.2.1. Peralatan
a) Gas Gun

Alat ini digunakan untuk menembakan gas nitrogen kedalam sumur


menghasilkan getaran suara, kemudian suara dipantulkan fluida dan
terbaca oleh mikrofon dipermukaan. Gas gun diperlengkapi dengan
mikrofon, thermometer, manometer pengukur tekanan di selubung yang
biasanya berujud peralatan digital serta manometer pengukur tekanan
pada Gas Chamber yang merupakan sumber bunyi. Untuk mengaktifkan
gun dipasang pula solenoid valve yang bisa dioperasikan secara elektrik.

Gambar 6.7. Gas Gun

b) Analog Digital Converter

Alat ini digunakan untuk mengolah data dari sensor agar dapat
diterima oleh komputer dan mengolah perintah dari komputer agar dapat
dieksekusi oleh sensor.
c) Komputer

Untuk mengolah data menghitung dan memprogram perintah.


Biasanya komputer sudah dilengkapi dengan software untuk perhitungan
ini bernama echometer.

42
Casing

Gambar 6.8. Komputer

d) Catu gas

Umumnya dipakai gas yang tidak bereaksi dengan hidrokarbon seperti


N2 atau CO2. Botol nitrogen sebagai sumber gas dilengkapi dengan
pressure regulator yang memadai.

Gambar 6.9. Tabung Gas

43
Casing

e) Peralatan Tambahan

Peralatan tambahan ini berupa seperti pipa-pipa penghubung gas gun.

Gambar 6.10. Amplifer, Kabel, Polished Rod Tranducer, Horse Shoe Tranducer

44
Casing

Gambar 6.11. Prinsip Kerja Sonolog

6.3. Dynamometer
Dynamometer adalah alat yang dapat mencatat (merecord) beban pada
polished rod selama gerakan rod ke atas maupun ke bawah. Dynamometer dapat
digunakan untuk mengetahui kinerja pompa yang digunakan berdasarkan
penyimpangan terhadap beban yang seharusnya diderita oleh polished rod
Dynamometer sendiri pada prinsipnya adalah alat pengukur beban pada
polished rod yang merupakan batang paling atas dari rangkaian pipa sepanjang
siklus pemompaan.
Secara umum terdapat dua type dynamometer yaitu yang mengukur
beban secara langsung dan yang mengukur beban secara tidak langsung.

45
Casing

Pada dynamometer juga ada yang dimanakan dengan dynagraph.


Dynagraph adalah merupakan gambar kurva yang dihasilkan oleh dynamometer
yang digunakan untuk menganalisa efisiensi pompa. Prinsip kerjanya sendiri
dengan mencatat gerakan & beban di polished rod selama siklus pompa

Peralatan digital yang umum dipakai adalah produk Echometer dengan


Transducer yang dipasang dan di koneksikan ke laptop sehingga hasil dapat
terukur dan terbaca langsung pada layar.

Gambar 6.12. Kabel Spiral

6.3.1. Dynagraph Dapat Dicapai Bila :


 Kecepatan pemompaan sangat lambat, sehingga tidak ada beban
percepatan
 Tidak terjadi getaran
 Tidak terjadi gaya gesek
 Standing valve terbuka dan traveling valve tertutup secara serentak pada
awal upstroke
 Standing valve tertutup dan traveling valve terbuka secara serentak pada
awal down stroke

46
Casing

6.3.2. Penyimpangan Bentuk Dynagraph Mengindikasikan :


 Plunger Over Travel
 Leakage fluids past traveling or standing valve
 Liquids Pound
 Gas Pound
 Gas Lock
 Restriction in the well
 Plunger Sticking
 Friksi yang berlebihan
 Vibrasi
 Beban abnormal

47
Casing

BAB VII
KESIMPULAN

1. PT. Pertamina EP Asset 5 Sangatta Field mengunakan Artificial Lift yaitu


pompa angguk (Sucker Rod Pump) untuk memaksimalkan Rate Produksi yang
mulai menurun.
2. Alur proses produksi dari Gathering Station dan menuju ke Main Gathering
Stations dan gas akan di manfaatkan ke engine, dan air akan di proses di
Water Injeksion Planing untuk di injkesikan kembali kedalam sumur dan
fluida akan di tampung di Loading Terminal dan terakhir proses Perkapalan.
3. Problem yang sering dihadapi pada saat produksi adalah kepasiran, gas lock,
scale, sucker rod patah/lepas.
4. Kegiatan Produksi di lakukan untuk mengetahui Rate Produksi perhari,
mengecek keadaan sumur apakah terjadi kerusakan di dalam sumur atau di
luar sumur
5. Kegiatan yang dilakukan di Work Over meliputi Reparasi, Reaktivasi dan
Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL), sedangkan untuk di Well Service
meliputi Recoverydan Optimasi Produksi.

48

Anda mungkin juga menyukai