Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketentuan magang telah diatur dalam Undang – Undang No.13 Tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan khususnya pada pasal 21 – 30, lebih spesifiknya diatur
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.22/Men/IX/2009
tentang penyelenggaraan magang di dalam negeri. Dalam peraturan tersebut, magang
dapat diartikan sebagai : “Bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan
secara terpadu antara pelatih di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung
dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih
berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam
rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.”

Sekolah menengah kejuruan sebagai salah satu Sub sistem Pendidikan


Nasional, memiliki kedudukan sangat penting dalam fungsi menyiapkan tenaga kerja
terampil untuk menunjang sistem pendidikan nasional. Upaya penyiapan tenaga kerja
yang terampil sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, didekati melalui
kebijakan “link and match” adalah penyelenggaraan kegiatan Praktek Kerja Industri
(Prakerin).

Pada dasarnya Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan penyelenggaraan


yang mengintegrasikan secara tersistem pendidikan dunia usaha dan industri.
Pengintegrasikan kegiatan pendidikan ini akan menghilangkan perbedaan standar nilai
sekolah dan dunia kerja serta sekaligus mendekatkan supply dan demand ketenaga
kerjaan.

Landasan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Sekolah


Menengah Kejuruan (SMK) didasarkan atas arahan Garis – garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993 dan ketentuan dalam Undang – Undang No.2 Tahun 1989
Tentang Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan – peraturan pendukungnya antara
lain :

1
a) GBHN
Meningkatkan kualitas tenaga kerja merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintahan dan masyarakat serta Badan Usaha yang memakai tenaga
kerja.
b) UU SPN No. 2 Tahun 1989 Ban W Pasal (1)
Penyelenggaraan pendidikan pelaksanaan dua jalur yaitu jalur pendidikan
sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
c) PP No.39 Bab III Pasal 4 Butir (3)
Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan Nasional dapat
berbentuk pemberian kesempatan magang dan/atau latihan kerja.
d) Kep.Mendikbud No.4990/U/1992 Pasal 33 Butir (6)
Kerjasama SMK dengan dunia usaha terutama bertujuan untuk meningkatkan
kesesuaian program SMK dengan kebutuhan dunia usaha yang diusahakan
dengan azas saling menguntungkan. Kerjasama SMK dengan dunia usaha
antara lain meliputi Praktek Kerja Industri (Prakerin) dan magang.

1.2 Waktu dan Tempat Prakerin

Prakerin ini dilaksanakan pada tanggal 02 januari s/d 31 januari 2019 di Lapangan
Produksi Field Prabumulih dimana lapangan tersebut merupakan salah satu area produksi
yang termasuk dalam ruang lingkup PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field yang dibagi
menjadi 3 Distrik Pengawasan yaitu :

1. Distrik Gas : Pagar Dewa, Merbabu, Paku Gajah.


2. Distrik 1 : Prabumulih Barat, Gunung Kemala, Tapus, Lembak, dan Kemang.
3. Distrik 2 : Talang Jimar, Tanjung Tiga Barat, Tanjung Miring Barat, Ogan
4. Distrik 3 : Beringin, Kuang, Ramok Senabing.

2
1.3 Tujuan Prakerin

Adapun tujuan pelaksanaan PRAKERIN di antaranya untuk :

a) Untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh UN (Ujian Nasional).


b) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dimana sebagai
pelaksanaan kegiatan PRAKERIN dapat terjun secara langsung kelapangan atau di
dunia industri tersebut.
c) Sebagai salah satu wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diterima dan
dipelajari dibangku sekolah pada kehidupan nyata dalam dalam bentuk prakerin.
d) Untuk menghasilkan tamatan dengan memiliki etos kerja yang tinggi .
e) Memberikan pendidikan etika yang baik danbenar secara langsung yaitu melalui
interaksi dengan karyawan dunia industri yang terkait.
f) Meningkatkan mutu dan relevansi pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan
melalui diadakannya PRAKERIN.

1.4 Tujuan Pembuatan Laporan

Laporan ini dibuat bertujuan untuk salah satu syarat praktek kerja lapangan yang di minta
oleh sekolah sebagai bukti bahwa saya memahami tentang materi apa saja yang telah di
dapat selama melaksanakan praktik. Laporan ini disusun secara sistematis berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi yang di awali pengumpulan data yang dapat mendukung
serta pembuatan rancangan laporan ini hingga terciptanya hasil akhir dan setelah saya
melaksanakan PRAKERIN di PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH
FIELD, saya mendapatkan banyak pengalaman serta kesempatan untuk mengetahui
bagaimana serta mempraktekkan teori-teori yang telah di ajarkan di sekolah sehingga
kami dapat mengetahui perbedaan antara mempelajari teori-teori tersebut dengan
pelaksanaan yang secara nyata.

3
BAB II

TINJAUAN PT PERTAMINA EP

2.1 PROFIL PT PERTAMINA EP


PT Pertamina EP adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha
di sektro hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan eksploitasi.
Disamping itu, Pertamina EP juga melaksanakan kegiatan usaha penunjangan lain
yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung bidang kegiatan usaha
utama.
Saat ini tingkat produksi pertamina EP adalah sekitar 100.000 barrel oil per
day (BOPD) untuk minyak dan sejitar 1.016 million standard cibic feet per day
(MMSCFD) untuk gas.
Wilayah kerja (WK) Pertamina EP seluas 113,613.90 kilometer persegi
merupakan limpahan dari sebagian besar wilayah kuasa pertambangan migas PT
PERTAMINA (PERSERO). Pola pengelolaan usaha WK seluas itu dilakukan dengan
cara dioperasikan sendiri (own operation) dan kerja sama dalam bentuk kemitraan,
yakni 4 proyek pengembangan migas, 7 area unitisasi dan 39 area kontrak kerja sama
kemitraan terdiri dari 24 kontrak Technical Assistant Contract (TAC), 15 kontrak
Kerja Sama Operasi (KSO). Jika dilihat dari rentang geografinya, Pertamina EP
beroperasi hampir di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.
WK Pertamina EP terbagi ke dalam lima asset. Operasi kelima asset terbagi ke
dalam 21 field, yakni :
 Asset 1 : Rantau Field, Pangkalan Susu Field, Lirik Field, Jambi Field, dan Ramba
Field.
 Asset 2 : Prabumulih Field, Pendopo Field, Limau Field, Limau Field dan Adera
Field.
 Asset 3 : Subang Field, Jatibarang Field dan Tambun Field
 Asset 4 : Cepu Field, Poleng Field dan Matindok Field
 Asset 5 : Sangatta Field, Bunyu Field, Tanjung Field, Sangasanga Field, Tarakan
Field dan Papua Field
Disamping pengelolaan WK tersebut di atas, pola pengusahaan usaha yang
lain adalah dengan model pengelolaan melalui proyek – proyek, antara lain :
 Pondok Makmur Development Project di Jawa Barat,

4
 Paku Gajah Development Project di Sumatera Selatan,
 Jawa Gas Development Project di Jawa Tengah,
 Matindok Gas Development Project di Sulawesi Tengah.

2.2 Tata Nilai Dalam Perusahaan

1. CLEAN (BERSIH)

Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan,tidak menoleransi


suap,menjunjung tinggi kepercayaan dan intengritas.Berpedoman pada asas-asas tata kelola
korporasi yang baik.

2. COMPETITIVE (KOMPETITIF)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan


melalui investasi, membangun budaya sadar dan menghargai kinerja.

3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi


BUMN,dan membangun kebanggaan bangsa.

4. CUSTOMER FOCUSED (FOKUS PADA PELANGAAN)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan


terbaik kepada pelangaan.

5. COMMERCIAL (KOMERSIAL)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan


prinsip - prinsip bisnis yang sehat.

6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN)

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan
teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

5
4.5 VISI DAN MISI PT PERTAMINA ASSET 2 FIELD PRABUMULIH

A. Visi ( 2014 – 2025 ) : Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas
bumi kelas dunia.
B. Misi ( 2014 – 2025 ) : Melaksanakan pengusahaan sector hulu minyak dan gas
dengan penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan
berkembang bersama lingkungan hidup.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAK BUMI DI DUNIA

Migas (minyak dan gas bumi) pertama kali ditemukan oleh bangsa Cina pada tahun
347 SM. Hanya bermodalkan bambu, mereka mampu mengebor hingga kedalaman lebih dari
800 kaki dan mendapatkan migas untuk pertama kali. “Bukan Amerika, bukan Eropa. Tapi
Cina, mereka memang bangsa yang pintar,” ujar pria yang akrab di sapa mike ini.

Pada tahun 1594, bangsa Persia berhasil menemukan MIGAS pada kedalaman lebih
dari 35 meter hanya dengan menggali menggunakan kekuatan otot tangan manusia saja. Hal
serupa juga dilakukan di California pada tahun 1850. MIGAS yang didapat disuling lalu
digunakan untuk menjadi bahan bakar penerangan.

Pada rentang tahun 1809 - 1859, Eropa dan Amerika Utara mengembangkan
pengeboran dengan menggunakan teknik percussion, dimana terdapat aksi penumbukan pada
batuan.

Akibatnya, banyak bermunculan sumu-sumur MIGAS yang pertama didunia. Pada


tahun 1854, sumur MIGAS di Polandia berhasil berproduksi, hal tersebut tercatat sebagai
sumur pertama di Benua Eropa. Sedangkan Benua Amerika berhasil membangun sumur
MIGAS pertama di Ontario, Kanada pada tahun 1858.

Pada tahun 1910, musibah pada bidang ini pertama kali terjadi. Yaitu pada salah satu
pengeboran MIGAS di Lakeview Gusher mengalami Blow Out. “Blow Out artinya tidak
mampunya manusia dalam mengontrol aliran MIGAS yang keluar dari bawah tanah,” jelas
mike. Akibatnya, jutaan barrel minyak keluar tak terkendali. Peristiwa tersebut dinobatkan
sebagai kecelakaan terbesar dalam sejarah panjang pengeboran MIGAS dunia.

Namun, pada tahun 1920 - 1940 perkembangan dunia MIGAS mengalami percepatan.
Hal tersebut ditunjukkan dengan dimulainya pengeboran off-shore dan perhatian khusus
terhadap penanggulangan bencana-bencana yang mungkin terjadi dalam eksplorasi.

Selanjutnya pada tahun 1981, pertama kalinya sumur MIGAS off-shore dibor dengan
bentuk horizontal. “Pengeboran MIGAS tak harus secara vertical. Namun, juga
dimungkinkan secara horizontal,” ujar Mike.

7
Saat ini, dunia MIGAS terus beranjak naik. Teknologinya pun terus berkembang demi
menjawab tantangan-tantangan dalam dunia MIGAS. “control yang digunakan pada saat ini
menggunakan automasi semua,” punkas Mike

3.2 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAK BUMI DI INDONESIA

Minyak Bumi telah dikenal rakyat Indonesia sejak abad pertengahan, misalnya saja
pemakaianya oleh orang Aceh untuk memerangi armada Portugis. Industri minyak bumi
modern dimulai pada tahun 1971, yaitu sewaktu untuk pertama kali diadakan usaha
pemboran pencarian minyak bumi di Desa Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh seorang
pengusaha Belanda bernama Jan Reerink. Tetapi pemboran yang dilakukan didekat suatu
rembasan akhirnya mengalami rembasan akhirnya mengalami kegagalan.

Penemuan sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun 1883, yaitu
dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat Pangkalan
Brandan di Sumatera Utara oleh seorang Belanda bernama A.G. Zeijlker . Penemuan itu
kemudian disusul oleh penemuan lain, yaitu lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan
Telaga Tunggal. Pada waktu yang bersamaan juga ditemukan lapangan minyak Ledok di
Cepu, Jawa Tengah, minyak hitam didekat Muara Enim di Sumatera Selatan, dan Riam Kiwa
didaerah Sanga - sanga, Kalimantan.

Penumuan sumber minyak Telaga Said oleh Zeijlker merupakan modal pertama bagi
berdirinya suatu perusahaan yang dewasa ini dikenal sebagai She11. Menjelang akhir abad ke
19 terdapat 18 perusahaan minya asing yang beroperasi di Indonesia.

Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas yang diberi nama Koninklijke
Petroleum Maatschappij yang dimodali dengan penemuan Zeijlker di Aceh tersebut.
Perusahaan ini kemudian bersatu dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur
menjadi suatu perusahaan yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shell
Petroleum Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari B.P.M., yaitu
Bataafsche Petroleum Maatschappij, dan Anglo Saxon. Pada waktu itu di Jawa Timur masih
terdapat suatu perusahaan yang namanya: Dordtsche Petroleum Maatschappij, tetapi
perusahaan ini pun kemudian diambil alih oleh B.P.M. Pada tahun 1912 perusahaan Amerika
mulai masuk di Indonesia dengan membentuk perusahaan N.V.Standard Vacuum Petroleum
Maatschappij atau disingkat ‘SVPM’ yang mempunyai cabang di Sumatera Selatan nama

8
N.V.: N.K.P.M ( Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij ) yang sesudah perang
kemerdekaan menjelma menjadi P.T. Stanvac Indonesia. Perusahaan minyak ini menemukan
lapangan minyak Pendopo pada tahun 1921 di Sumatera Selatan yang sebelum perang
merupakan lapangan minyak terbesar di seluruh Indonesia.

Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada waktu itu, pemerintah
Belanda mendirikan perusahaan gabungan pemerintah dengan B.P.M. yaitu: Nederlandsch
Indische Aardolie Maatschappij (50% B.P.M., 50% Pemerintah), yang sesudah perang dunia
kedua menjadi P.T. Permindo dan kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamina.

Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard Oil Of
California dan Texaco, yang pada 1930 membentuk N.V.N.P.P.M. (Nederlandsche Pacific
Petroleum Mij) dan sekarang menjelma menjadi P.T. Caltex Pacific Indonesia. Perusahaan ini
mengadakan explorasi secara besar-besaran pada tahun 1935 di Sumatera Tengah dan
menemukan lapangan minyak Sebangga (1940) dan pada tahun 1941 lapangan minyak Duri.
Didaerah konsensi perusahaan ini, pada tahun 1944 tentara Jepang menemukan lapangan
raksasa Minas yang kemudian dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950.

Pada tahun 1935 untuk eksplorasi minyak bumi di Irian Jaya dibentuk suatu
perusahaan gabungan antara B.P.M. (331/3%), N.P.P.M. (331/3%) suatu anak perusahaan yang
diberi nama N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij) dengan hak
mengadakan explorasi minyak bumi di Irian selama 25 tahun (sampai tahun 1960). Pada
tahun 1938 lapangan minyak Klamono ditemukan dan disusul dengan lapangan minyak yang
berarti, dan pada tahun 1960 diserah - terimakan kepada perusahaan SPCo dan kemudian
diambil alih oleh Permina pada tahun 1965. Ini adalah sejarah perkembangan industri minyak
sebelum perang kemerdekaan.

3.3 Pengertian Minyak Bumi Secara Umum

Minyak Bumi (bahasa inggris: petroleum, dari bahasa latin petrus - karang dan oleum
- minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, bewarna coklat gelap, atau
kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area dikerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri
alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Minyak bumi
diambil dari sumur minyak di pertambangan - pertambangan minyak. Lokasi sumur - sumur

9
minyak ini didapatkan setelah melalui proses studi geologi, analisi sedimen, karakter dan
struktur sumber, dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses
di tempat pengilangan minyak dan dipisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga
menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai
aspal dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastic dan obat - obatan.
Minyak bumi digunakan untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang
dibutuhkan manusia.

3.4 Proses pembentukan minyak bumi

Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa - senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa - sisa tumbuhan dan
hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan zat-zat lain selama jutaan tahun
dan mendapat tekanan serta panas bumi secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut,
bakteri pengurai merombak senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi
senyawa - senyawa hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga
untuk membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya minyak
bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga dibutuhkan
kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.

Hasil peruraian yang terbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang berwujud
gas menjadi gas alam.Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat dilakukan dengan
pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak dan lilin. Minyak dan lilin ini
dapat bertahan lama didalam perut bumi. Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik -
bintik,warnanya pun berubah menjadi cokelat tua. Bintik-bintik itu akan tersimpan di dalam
lumpur dan mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi batuan
dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas bumi secara alami akan
mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan batuan lumpur menjadi panas dan bintik -
bintik di dalam mulai mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan
terkubur di perut bumi,minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan
lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat encer, dan saat
suhu nya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini sebagian besar berupa metana.

10
Sementara itu, saat lemepeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di berbagai
tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul dalam pori - pori batu
pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler dan tekanan di perut bumi lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas.
Apabila gerak ke atas minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan
tidak berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu, minyak
bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa latin, petrus artinya batu dan
oleum yang artinya minyak.

Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpul nya minyak bumi
disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini berupa air tawar
atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak bumi bercampur gas alam. Gas
alam berada di lapisan atas minyak bumi karena massa jenisnya lebih ringan dari pada massa
jenis minyak bumi. Apabila akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan
secara komersial menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran.
Minyak bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan - pertambangan minyak.
Lokasi-lokasi sumur - sumur minyak diperoleh setelah melalui proses studi geologi analisis
sedimen karakter dan struktur sumber.

Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gambar ilustrasi:

1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari matahari
dengan fotosintesis.

11
2. Setelah ganggang-ganggang ini mati,maka akan terendapkan di dasar cekungan
sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk adalah batauan
yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan ini bisa batuan hasil
pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Proses pembentukan
Hidrokarbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik.Itulah sebabnya
tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gas bumi.Jika karbon
ini teroksidasi maka akan mengandung minyak atau gas bumi.Jika karbon ini
teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin
dimasak.

3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang berlangsung selama
jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus menerus. Salah satu batuan
yang menimbun batuan induk adalah batuan reservoir atau batuan sarang. Batuan
sarang adalah batu pasir, batu gamping, atau batuan vulkanik yang tertimbun dan
terdapat ruang berpori-berpori di dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus
ditumpuki oleh batuan-batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon
ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya
akan bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat Celsius.
Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapai 100
derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun

12
dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbunan, maka suhu tinggi ini akan
memasak karbon yang ada menjadi gas.

4. Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hydrogen membentuk hidrokarbon.


Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan
air.Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan. Kekentalan
minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi mentah
lebih kecil dari air. MInyak bumi yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air
cenderungakan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang
menyerupai mangkok terbalik,maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.

13
14
BAB IV

TUGAS KHUSUS

GASLIFT (SEMBUR BUATAN)

4. 1 Pengertian Gaslift
Sumur-sumur minyak yang laju produksinya rendah atau bahkan sudah tidak
mampu mengalirkan minyak ke permukaan dapat ditingkatkan/dihidupkan kembali
dengan menggunakan pompa atau gaslift. Pemakaian pompa dan gaslift pada suatu
lapangan perlu memperhatikan:
- Karakteristik fluida yang akan diproduksi
- Kemiringan sumur
- Rata produksi yang diinginkan
- Kekompakkan formasi
- Dan lain-lain

Khususnya yang akan dibicarakan di bawah ini adalah cara produksi dengan
gaslift. Gaslift merupakan salah satu metode pengangkatan buatan disamping metode
pemompaan, setelah cara sembur alam tidak dapat dilakukan.

Gaslift didefinisikan sebagai suatu proses/metode pengangkatan fluida dari


lubang sumur dengan cara menambahkan gas/menginjeksikan gas yang relative
bertekanan tinggi kedalam kolom fluida.

Pada gaslift ini diperlukan tekanan injeksi yang tinggi, sehingga diperlukan
juga kompresor yang mempunyai horse power yang tinggi pula, oleh karenanya
dibuat agar horse power kompresor kecil tetapi tekanannya tinggi, yaitu dengan
menggunakan valve.

Syarat-syarat suatu sumur dapat di gaslift :

a) Tersedianya gas yang mamadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu sendiri
maupun dari tempat lain.
b) Fluida level masih tinggi

15
Pada proses gaslift, pengangkatan fluida didasarkan pada salah satu cara
sebagai berikut :
a) Pengurangan gradient fluida
b) Pengembangan dari pada gas yang diinjeksikan
c) Pendorongan fluida oleh gas.

Proses dari pada gaslift dapat diterangkan dari sebagai berikut :

Cairan yang ada pada annulus ditekan oleh gas injeksi, akibatnya
permukaan cairan sekarang berada di bawah valve, pada saat ini valve yang
pertama membuka sehingga gas akan masuk pada tubing, sehingga density
minyak turun akibatnya gradient tekanan kecil dan minyak dapat diangkat ke
atas.

Gambar 1
Skema Gaslift

Ditinjau dari cara penginjeksian gas, gaslift dapat dibagai dalam :

1. Continuous Gaslift

Pada continuous gaslift, gas diinjeksikan secara terus menerus kedalam


annulus dan melalui valve yang dipasangkan pada tubing, gas masuk kedalam
tubing.

16
Secara relative, yaitu dibandingkan dengan kedalaman sumur
continuous gaslift digunakan apabila tekanan dasar sumur dan productivity
index sumur tinggi.

2. Intermittent gaslift

Pada intermittent gaslift, gas diinjeksi secara terputus-putus pada


selang waktu tertentu dan gas diinjeksikan selama waktu tertentu dengan rate
yang besar dengan demikian injeksi gas merupakan suatu siklus injeksi dan
diatur sesuai dengan rate fluida dari formasi ke lubang sumur.

Pengaturan frekuensi injeksi diatur di permukaan denagn


menggunakan choke, pressure regulator, time cycle controlle atau spread dari
valve yang didefinisikan sebagai perbedaan antara tekanan casing untuk
membuka dan menutup valve. Choke dipermukaan dapat diatur baik
berdasarkan terjadinya kenaikan tekanan casing maupun tekanan tubing.

Secara relatif terhadap kedalaman sumur, intermittent digunakan


apabila productivity index besar dan tekanan static dasar sumur kecil atau
productivity index kecil dan tekanan static dasar sumur besar.

Siklus Intermittent

Dalam metode intermittent, sebelum gas diinjeksikan, minyak


dibiarkan dulu membentuk kolom (slug) di atas valve (gaslift) di dalam
tubing. Karena gas diinjeksikan dan tekanan naik di dalam annulus maka
valve membuka pada tekanan bukanya yang diikuti oleh aliran gas di dalam
tubing. Gas ini akan mengalir kembali ke bawah. Pada waktu slug tadi
mencapai permukaan, slug berikutnya telah terbentuk karena aliran dari
formasi. Gas diinjeksikan, valve terbuka sehingga gas akan mendorong slug
dan demikian seterusnya slug demi slug diangkat kepermukaan.

Beberapa kelebihan gaslift dibandingkan dengan metode pengangkatan


buatan lain, yaitu :

1. Biaya peralatan awal biasanya lebih tinggi Karena harus pakai kompresor.

17
2. Pasir yang ikut terproduksi tidak merusak kebanyakan instalasi gaslift.
Sifat pasir abrasive.

3. Gaslift tidak tergantung/dipengaruhi oleh design sumur. Mau vertical atau


directional well bisa dipakai.

4. Umur peralatan lebih lama.

5. Biaya operasi biasanya lebih kecil.

6. Ideal untuk sumur-sumur dengan GOR tinggi.

Meskipun demikian metode gaslift mempunyai batasan-batasan berikut :

1. Gas harus tersedia.

2. Sentralisasi kompresor sulit untuk sumur-sumur dengan jarak terlalu jauh.

3. Gas yang tersedia sangant korosif, kecuali diolah sebelum digunakan.

Maksud dari pada intermittent dan continuous gaslift adalah identik untuk
menghasilkan tekanan aliran dasar sumur (FBHP) agar dapat berproduksi
pada rate yang diinginkan.

Secara keseluruhan proses gaslift dapat dibagi dalam 2 tahap :

 Tahap Un Loading, yaitu : Proses pengosongan sumur dari fluida


workover (fluida yang digunakan untuk mematikan sumur)
 Tahap Pengangkatan Fluida, yaitu : Pada tahap unloading, valve yang
bekerja lebih dari satu valve yaitu valve-valve diatas operating valve,
sedang pada proses pengangkatan valve yang bekerja hanya satu
valve yaitu operating valve yang merupakan valve terbawah.
4.2 PRINSIP KERJA GASLIFT
Diantaranya yaitu :
1. Dari sumur, gas dan liquid akan dipisahkan di separator.
2. Dari separator, gas digunakan untuk feeding compressor.
3. Liquid akan di scruber kemudian dikirim ke tangki.
4. Gas diinjeksikan oleh compressor ke annulus dengan tekanan tinggi.
5. Sg minyak turun, dan akhirnya terdorong ke permukaan.

18
4.3 INSTALASI GASLIFT
Yang dimaksud dengan instalasi disini adalah peralatan di dalam sumur atau
cara penyempurnaan (completion) sumur pada waktu sumur dibuat. Sebaiknya pada
awal pemasangan tubing perlu direncanakan metode produksi apa yang akan
diterapkan suatu waktu nanti.
Untuk penerapan gaslift yang penting diketahui adalah instalasi dan kondisi
sumur yang bersangkutan. Intermittent atau continuous gaslift yang akan bisa
diterapkan pada sumur itu.
Macam-macam instalasi gaslift :
1. Open installation
2. Semi closed Installation
3. Closed Installation
4. Chamber Installation
5. Macaroni Installation
6. Dual Installation

Ad.1. Open installation


Pada type ini tubing string digantung di dalam sumur tanpa packer, gas
diinjeksikan ke dalam ruang annulus dan cairan didesak keluar melalui tubing.
Pada umumnya type ini hanya digunakan pada continuous gaslift walaupun untuk
intermittent pun dapat digunakan. Untuk kondisi ini sebaiknya packer dipasang bila
memungkinkan untuk mengurangi pengaruh tekanan injeksi terhadap formasi.

Ad.2. Semi closed Installation


Disini packer ditambahkan untuk menyekat tubing dengan casing. Digunakan
untuk baik continuous maupun intermittent gaslift dan adanya packer dimaksudkan
untuk menjaga fluida dari dasar lubang tidak masuk di dalam ruang annulus.
Jadi disini pengaruh terhadap injeksi terhadap formasi dicegah oleh packer.

19
Ad.3. Closed Installation
Disamping packer juga dipakai standing valve yang dipasang di bagian bawah
dari tubing di bawah valve paling bawah. Standing valve dimaksudkan untuk menjaga
tekanan gas ketika gas diinjeksikan masuk ke dalam tubing melalui valve-valve.
Digunakan pada intermittent apabila :
- SBHP rendah dan PI tinggi, atau
- SBHP rendah dan PI rendah
Untuk installation tertutup pada intermittent gaslift karena pembentukan slug tidak
dipengaruhi oleh tekanan injeksi. Disini tekanan injeksi sama sekali tidak beraksi
kepada formasi karena dihalangi oleh adanya stading valve.

Ad.4. Chamber Installation


Instalasi gaslift ini mirip dengan yang tertutup. Bedanya adalah pemakaian
ruang akumulasi (chamber) minyak disini. Pemakaian chamber adalah untuk
memperkecil tekanan kolom minyak (hydrostatichead) dalam tubing dan
memperbesar rate produksi.
Jika pasir terproduksi bersama minyak, maka chamber khusus harus digunakan.
Type instalasi ini baik untuk sumur yang mempunyai kondisi SBHP rendah dan PI
tinggi.
Ada 2 (dua) macam type chamber yang penting :
a. Two Packer Installation
b. Insert Chamber Installation
Di samping type diatas terdapat pula type chamber untuk maksud-maksud tertentu
seperti :
c. Special Chamber Installation : Digunakan untuk menangani adanya pasir yang
terbawa fluida.
d. Special Deep Chamber Lift Installation : Digunakan untuk sumur-sumur dalam >
10.000 ft

Ad.5. Macaroni Installation


Macaroni disini dimaksudkan adalah string (tubing) terkecil yang dipasang
untuk mengangkat fluida ukuran tubing terkecil bisaanya 1 – 11/2 dan tubing yang
20
berfungsi sebagai casing kedua bisaanya berukuran 2 3/8 – 2 7/8 inchi. Tipe ini
digunakan apabila fluida sumur sangat korosive sehingga memudahkan penggantian
tubing yang berfungsi sebagai casing sehingga tidak merusak casing utama.
Macam-macam instalasi macaroni yaitu :
a. Macaroni – Concentric Dual Completion
Digunakan apabila terdapat dua zone produktif dimana pengangkatan fluida zone
bagian bawah secara gas lift dan zone atas tetap sembur alami (flowing).
b. Macaroni – Parallel String Completion
c. Macaroni – Multiple String Small Diameter Completion
Digunakan apabila terdapat lebih dari 2 zone produktif

Ad.6. Dual C Installation


a. Dual Installation With Parallel Tubing
Dapat digunakan untuk :
- kedua-duanya continuous
- kedua-duanya intermittent
- salah satu, intermittent/ continuous
b. Dual Installation With Concentric String
Dual installation adalah instalasi dimana dua formasi produktif diproduksikan melalui
dua tubing yang terpisah dalam satu sumur. Kedua formasi itu dipisahkan dengan
packer. Pada prinsipnya aplikasi gas lift untuk dual sama dengan yang single string.

4.4 MEKANIKA VALVE


Secara umum valve harus memenuhi keadaan sebagai berikut :
1. Untuk aliran continue suatu valve harus mampu mengalirkan gas ke dalam tubing
dan mempertahankan tekanan konstan di dalam tubing.
Continuous flow valve bisa terbuka oleh :
a. Tekanan casing (build – up)
b. Tekanan tubing (build up)
c. Kombinasi dari kenaikan tekanan di casing dan tubing

21
2. Untuk intermittent flow, valve harus mampu terbuka (selebar ukuran port) selebar
mungkin segera setelah mulai terbuka (tringgered too open). Harus tetap terbuka lebar
sampai waktu penutupan.
Ukurann port sekitar ¼ - 1 inchi, yang tergantung dari ukuran tubingnya.
Intermittent valve bisa terbuka dengan beberapa cara :
a. hanya dengan kenaikan tekanan di casing
b. hanya oleh beban fluida di dalam tubing
c. oleh kombinasi kenaikan tekanan di casing dan tubing

Di dalam banyak hal, kenaikan tekanan buka valve akibat temperatur dalam
sumur diimbangi oleh berat kolom gas di casing dan tekanan kolom fluida di dalam
tubing. Dengan demikian mengapa valve dirancang (set-up) pada kondisi permukaan
akan bekerja baik pada kondisi dalam sumur. Namun demikian sedikit banyak
kenaikan temperatur akan mempengaruhi tekanan buka valve.

 Balance Pressure Valve


- Pilot Operated Valve
Apabila tekanan casing bekerja pada pilot bellow, maka pilot port akan terbuka dan
gas akan masuk ke ruangan di atas piston pada power section. Gas ini akan
mendorong piston pada power section tersebut dan akan membuka main port dan gas
akan masuk ke dalam tubing
- Gas Charged Bellow Type
- pembukaan dan penutupan valve diatur oleh tekanan dari tubing.
- Tekanan casing hanya bekerja pada port saja pada waktu valve tertutup.
- Apabila valve terbuka karena adanya restri pada entry akan mengurangi tekanan yang
bekerja pada main port, sehingga yang bekerja pada main port hanya tekanan tubing.

 Jenis-Jenis Valve Gas Lift


Pada prinsipnya fungsi semua valve adalah sama, yaitu :
1. Untuk mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid supaya injeksi gas
dapat mencapai titik optimum di dalam tubing.
2. Mengatur aliran injeksi gas ke dalam tubing baik proses unloading maupun proses
pengangkatan fluida.

22
Secara umum valve gaslift dibagi berdasarkan :
1. Pada penggunaannya
2. Pada elemen yang mengatur kerja valve

ad.1. Berdasarkan penggunaannya valve gaslift dibagi menjadi


a) Continuous flow
- Fixed orifice
- Variable orifice
b) Intermittent flow
- Yang diatur oleh tekanan tubing maximum
- Yang diatur oleh tekanan tubing minimum
ad.2. Berdasarkan elemen yang mengatur kerja valve, maka valve gaslift dibagi
menjadi :
a. Gas charged bellow chamber
b. Gas charged piston chamber
c. Gas Charged Rubber/ Flexible sleeve chamber
d. Spring – loaded differential Valve
e. Spring pilot loaded
f. Kombinasi spring dan gas charged bellow
g. Liquid charged diaphragma

Jadi elemen utama dari pada valve adalah bellow, spring, piston, kombinasi bellow
dan spring, rubber/ Flexible sleeve dan diaphragma.
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja menutup dan membuka valve untuk mengontrol
aliran gas, maka jenis valve dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu :
1) Unbalanced Valve, terdiri dari :
a. Pressure operated unbalanced valve
b. Fluid operated unbalanced valve
2) Balanced valve, terdiri dari :
a. Pressure operated balanced valve
b. Fluid operated balanced valve

23
1. Pressure Charged Valve
Atau dikenal juga sebagai bellow valve. Bellow valve mempunyai bellow
berisi gas (nitrogen) dengan tekanan tertentu. Jenis valve ini paling disukai dewasa
ini. Sebagian valve ini dikombinasikan pula dengan spring untuk membantu kerja
bellow. Valve ini mudah dikontrol dan tahan lama serta dapat digunakan untuk
intermittent dan continuous gas lift.

2. Spring-loaded differential Valve


Valve jenis ini mempunyai spring. Spring ini mempunyai tekanan tertentu
untuk menutup aliran gas. Dalam keadaan normal (di udara terbuka) valve akan
terbuka. Di pabrik valve jenis ini sudah diset dengan tekanan spring antara 100 – 150
psi yang mana berarti bila selisih tekanan annulus – tubing melebihi harga ini valve
akan tertutup. Valve jenis ini hanya digunakan untuk continuous gaslift.

3. Flexible Sleeve Valve


Yang mengontrol aliran gas masuk ke dalam tubing adalah karat yang mudah
melentur (flexible). Perhatikan Gb.5. Valve ini mempunyai dome (ruang) berisi gas
alam kering dengan tekanan tertentu. Tekanan buka velve sama dengan tekanan
tutupnya dan juga sama dengan tekanan gas dalam dome.
Valve ini dapat digunakan untuk aliran intermittent maupun continous dengan
injeksi gas diatur / dikontrol dipermukaan.
Pada prinsipnya perbedaan antara unbalanced dan balance valve terletak pada
perbedaan tekanan membuka dan menutup valve. Unbalanced valve mempunyai
perbedaan tekanan untuk membuka dan menutup valve. Perbedaan tekanan ini disebut
“Spread”, sedangkan pada balanced valve, tekanan membuka sama dengan tekanan
untuk menutup valve tersebut. Jadi pada balanced, spreadnya sama dengan nol.

4.5 PERENCANAAN GASLIFT


Terdiri dari perencanaan terhadap :
1. Jumlah gas yang tersedia
2. Spasi / jarak valve.
3. Jenis valve yang digunakan.
24
4. Tekanan pambukaan dan penutupan valve.
5. Kompresor.
Hal-hal yang harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan perencanaan
gaslift adalah menentukan caa gaslift mana yang akan dilakukan, continous atau
intermittent gaslift.
Untuk itu perlu ditinjau :
1. Produktivitas sumur (PI)
2. Tekanan statis dasar sumur (SBHP)
Batasan-batasan secara relative yang sering digunakan untuk :
 PI besar adalah apabila PI > 0,5
 PI kecil adalah apabila PI < 0,5
 SBHP besar apabila SBHP akivalen 70% ketinggian kolom fluida
 SBHP kecil apabila ekivalen 40% ketinggian kolom fluida.
Valve yang dipasang pada tubing, antara satu dengan yang lainnya mempunyai
jarak tertentu dan letak dari pada valve dipengaruhi oleh :
1. Tekanan gas yang tersedia untuk proses unloading
2. Gradient fluida dalam sumur pada saat unloading
3. Inflow performance sumur pada saat unloading
4. Fluida level dalam casing
5. Tekanan dasar sumur dan karakteristik produksi sumur

4.4.1 PERENCANAAN CONTINOUS GASLIFT


Untuk memberi gambaran tentang perencanaan continous gaslift perhatikan
grafik berikut ini.
Grafik diatas adalah curva penurunan tekanan selama aliran dasar sumur (p wf)
sampai ke permukaan (pt). apabila dapat diperkirakan gradient tekanan aliran rata-rata
dibawah dan diatas titik injeksi, maka P wf dapat dihitung, dengan :
P wf = P t + G fa L + G fb (D-L)
Dimana :
Pt = tekanan pada well-head
L = kedalamam titik injeksi
D = kedalaman sumur, Depth
G fa = gradient tekanan aliran rata-rata diatas titik injeksi.

25
G fb = gradient tekanan aliran rata-rata dibawah titik injeksi.

Dengan demikian tujuan dari pada perencanaan gaslift ini adalah menentukan
P wf yang diperlukan supaya sumur dapat berproduksi dengan rate produksi yang
diinginkan yaitu dengan cara menginjeksikan gas pada suatu kedalaman tertentu ke
dalam tubing, sehingga P wf pada dicapai.
Faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan di dalam perencanaan
continous gas lift :
1. Keperluan valve-valve continous flow.
2. Tekanan separator dan tekanan aliran well-head.
3. Tekanan dan volume injeksi gas.
4. Gradient unloading dan spasi valve.
5. Lokasi valve teratas
6. Ukuran tubing dan rate produksi.
7. Setting dan tekanan valve.
8. Type instalasi yang digunakan.
Secara garis besar prosedur perencanaan continous gaslift dapat dibagi menjadi
3 bagian :
1. Penentuan titik injeksi
2. Penentuan spasi valve
3. Pemilihan valve dan pengaturan tekanan operasi valve sebelumvalve
dipasang.
Data-data yang perlu untuk perencanaan antara lain :
1. Kedalaman sumur
2. Ukuran casing dan tubing
3. Kondisi produksi seperti sand problem, paraffin
4. Ukuran dan panjang flow line dipermukaan.
5. Back pressure dari separator
6. Tekanan aliran di tubing (P t) yang diperlukan
7. Rate produksi yang diperlukan
8. Water cut
9. Specific gravity gas injeksi
10. Volume dari tekanan gas injeksi yang tersisa
11. Productivity Index
26
12. Temperatur dasar sumur
13. Temperatur aliran dipermukaan
14. OAPI minyak
15. Specific gravity air
16. SBHP (staic bottom hole pressure)
17. Spacific gravity dan jumlah das yang terlarut pada berbagai tekanan.
18. BO pada berbagai tekanan
19. Viskositas minyak, tegangan permukaan dan sebagainya.

4.4.2 LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN TITIK INJEKSI


1. Plot kedalaman pada ordinat dengan titik nol diatas.
2. Plot tekanan pada absis dan makin kekanan makin besar.
3. Plot SBHP pada total kedalaman sumur
4. Dari harga PI hitung tekanan drwawdown, sesuai dengan rate produksi yang
diinginkan.
5. Tentuan P wf = P s – drawdown, plot P wf ini sesuai dengan kedalaman sumur.
6. Dari P s buat grafik gradient tekanan statis sampai memotong sumbu ordinat, titik
perpotongan ini merupakan static fluid level sumur. Apabila sumur tidak berisi fluida
workover, titik ini dapat digunakan sebagai titik letak valve yang pertama.
7. Dari P wf buat kurva penurunan tekanan di bawah titik injeksi, kurva ini dapat
dibuat berdasarkan :
- Methoda penentuan pressure drop aliran.
- Grafik pressure traverse curve, missal. Gilbert.
Cara lain yang sering kali digunakan adalah dengan menganggap bahwa
gradient tekanan dibawah titik injeksi dapat didekati dengan gradient campuran air
dan minyak. Apabila cara terakhir ini dilakukan maka pembuatan garis gradient aliran
dibawah titik injeksi dibuat dengan cara menarik garis sejajar, dimulai dari P wf,
dengan garis statis yang diplot pada langkah 6.
8. Plot tekanan kick-off dipermukaan setelah dikurangi 50 psi dan tekanan operasi
permukaan (Pso) pada sumbu tekanan. Pso bisaanya diambil 100 psia lebih kecil dari
pada tekanan yang tersedia.

27
9. Dari Pko – 50 dan Pso – 100 buat garis gradient tekanan gas dengan
memperhitungkan berat kolom gas (dengan menggunakan grafik). Perpanjang grafik
tersebut sampai memotong garis gradient aliran yang diperoleh dari langkah 7.
10.Titik perpotongan ini merupakan titik keseimbangan antara tekanan gas dalam
annulus dengan tekanan dalam tubing. Untuk instalasi gas lift terbuka, titik ini
merupakan tinggi kolom fluida dalam sumur saat operasi.
11.Tekanan pada titik dari langkah 10 dikurangi 100 psi, kemudian perpanjang garis
gradient aliran dimulai dari titik akhir tersebut dengan panjang yang ekivalen dengan
100 psi. titik yang terakhir ini merupakan titik injeksi gas.
Pengurangan 100 psi tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa :
- gas dapat masuk ke dalam tubing
- proses unloading dapat dilaksanakan sampai titik injeksi.
12. Plot P wh diabsis dipermukaan.
13.Hubungkan P wh dipermukaan dengan titik injeksi dengan menggunakan pressure
treverse curve (dapat dipilih dari salah satu grafik Gilbert), grafik tersebut
menunjukkan GLR total yang diperlukan untuk memproduksi sumur.
Dengan demikian gas yang diperlukan untuk injeksi dapat ditentukan dari :
GLR total – GLR formasi
Apabila pressure treverse curve tidak tersedia maka antara injeksi dan
P whdapat ditarik garis lurus. Hal ini dilakukan hanya untuk perhitungan spasi valve,
sedangkan untuk perencanaan jumlah gas yang diinjeksikan harus digunakan pressure
treverse curve.

4.4.3 PENENTUAN LETAK VALVE


Perencanaan letak gaslift valve tergantung pada faktor-faktor berikut :
1. Jenis valve yang digunakan.
Apabila balanced valve yang digunakan maka tekanan pada valve adalah harus Pso –
(15 s/d 25 psi per valve)
Apabila unbalanced valve yang digunakan maka tekanan pada valve sebaiknya Pso –
10 psi per valve.

28
2. Apakah fluida yang akan diproduksikan akan dialirkan ketempat bertekanan
atmosdfir atau tidak. Bisaanya ini hanya untuk proses unloading saja.
Jika proses unloading dilakukan ke tangki pengumpul dengan tekanan sama dengan
tekanan atmosfer dan berlangsung sampai injeksi gas mencapai dasar maka letak
masing-masing valve bisa diperdalam.

3.Statik fluid level dan apakah sumur berisi fluida workover


Jika static fluid level lebih rendah dari (P c – P t) / Gs, maka valve pertama bisa
dipasang pada kedalaman static fluid level.

4. Apakah gas yang tersedia tidak terbatas untuk proses unloading yang akan
dilakukan. Ini akan mempengaruhi spacing (letak dan jarak antara valve), yaitu dalam
menentukan gradient unloading minimum didalam tubing.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penentuan letak dan jarak antar valve
dapat dilakukan dengan methode grafis dan methode analitis. Kedua methode tersebut
akan kita bicarakan dan untuk mempersingkat uraian maka prosedur kerja akan
dibicarakan sekaligus diberikan dengan menggunakan contoh.
Didalam perencanaan penentuan letak velve, perlulah kita menentukan lebih
dahulu jumlah gas yang perlu untuk pelaksanaan gaslift ini. Kita perhatikan lagi soal
lalu. Titik injeksi ada pada kedalaman 3620 ft dengan tekanan 775 psi, dari data ini
dan dengan menggunakan grafik gradient tekanan untuk aliran vertical, dalam hal ini
grafik C 198, akan disa diperoleh Gas Liquid Ratio (GLR) hasil pengangkatan buatan
ini, sekaligus garis gradient aliran diatas titik injeksi juga bisa dibuat.

4.4.4 PENENTUAN SPACING VALVE PADA CONTINOUS GASLIFT


Dalam penentuan spacing valve dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Secara grafis
2. Secara analitis
Faktor-faktor yang mempengaruhi spacing continous gaslift valves :
1. Type dari pada valve gaslift yang digunakan
a. Balanced valve
b.Unbalanced valve
29
2.Apakah pada proses unloading fluidadialirkan ke pit atau ke block station,
apabila fluida dialirkan ke pit, maka THP = 0
3. Gradient fluida yang digunakan untuk mematikan sumur
4. Statik fluida level dari pada fluida dalam sumur.

4.4.5 PENENTUAN SPACING VALVE PADA INTERMITTENT GASLIFT


Langkah-langkah penentuan spacing Balanced Valve
1. SECARA GRAFIS
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk perencanaan :
a. Plot tekanan pada absis dan kedalaman pada ordinat
b. Plot Pko – 50 pada permukaan
c. Tentukan gradient gas (dengan grafik) dan buat garis gradient gas dalam
sumur mulai dari Pko – 50 dan perpanjangan garis tersebut sampai didasar
sumur.
d. Plot Pso dipermukaan dan buat garis gradient seperti langkah c
e. Plot tekanan tubing di permukaan (untuk intermittent gas lift, tekanan ini
equivalent denga n tekanan separator)
f. Tentukan gradient unloading dengan menggunakan grafik sesuai dengan
ukuran tubing dan rate yang diinginkan.
g. Plot garis gradient unloading, berdasarkan Gu dari langkah f mulai dari THP
(=0 /sesuatu n harga tertentu) perpanjang garis tersebut sampai dasar
sumur.

Penentuan spasi valve :


a. Tentukan kondisi sumur, apakah dimatikan dengan fluida atau tidak.
b. Apabila sumur tidak dimatikan, maka static fluid level akan merupakan letak
dari pada valve ke.1
c. Apabila sumur dimatikan dengan fluida sampai dipermukaan, buat garis
gradient fluida yang mematikan sumur mula-mula dari permukaan, sesuai
dengan gradient statid (Gs)

30
d. Perpanjang garis tersebut (dari langkah g) sampai memotong garis Pko-50,
titik p2otong ini merupakan letak valve ke satu.
e. Dari titik potong tersebut ( i ) buat garis horizontal kekiri sampai memotong
garis gradient unloading.
f. Dari titik potong ( j ) buat garis sejajar dengan garis gradient fluida yang
mematikan sumur ( h ) sampai memotong garis Pko – 50, titik ini merupakan
letak valve ke 2
g. Buat garis (Pko – 75), (Pko – 100) dan seterusnya dan Pso – 25, Pso – 50 dan
seterusnya, yang masing-masing sejajar dengan (Pko – 50) dan Pso.
h. Lanjutkan prosedur I, j, dan k antara garis gradient – unloading dengan
masing-masing garis pada langkah l sampai dasar sumur tercapai.

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah yang telah kami buat sebagai berikut :
1. Minyak bumi dibentuk oleh sisa-sisa jasad renik yang telah mati yang tertimbun
didasar laut. Proses pembentukkan minyak bumi serta gas alam tidak bisa cepat, sebab
proses terbentuknya minyak bumi memerlukan waktu yang relative lama serta minyak
bumi dan gas alam terbentuk secara alamiah.
2. Bahan penyusun minyak bumi sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
sisanya senyawa lain.
3. Syarat utama dari sistem gaslift adalah ketersediaan gas bertekanan tinggi yang
digunakan untuk proses aerasi fluida dalam lubang sumur.
4. Dibandingkan dengan sistem pengangkatan buatan lainnya, gaslift memiliki tingkat
fleksibilitas yang lebih tinggi.
5. Performa sebuah sumur gaslift sangat dipengaruhi oleh dua parameter penting yaitu
kedalaman titik injeksi (injection depth) dan laju aliran gas yang diinjeksikan
(injection rate).

Setelah melaksanakan kegiatan Prakerin ini, sangat banyak pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang kami dapatkan. Jika di sekolah kita diajarkan bermacam – macam teori
kejuruan, maka ketika prajerin teori itu akan digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan
suatu kegiatan (Praktek). Pada intinya, kegiatan Prakerin sangat berguna untuk
mengembangkan apa yang di ajarkan di sekolah. Prakerin bisa disebut sebagai pelengkap dan
proses pematangan atau pemantapan kelak saat sudah berkecimpungan dalam dunia kerja.

5.1 Saran
Saran dari kami siswa prakerin dari SMK TEKNOLOGI NASIONAL PALEMBANG yaitu :
1. Agar mempermudah proses siswa/mahasiswa yang akan melakukan praktek di PT
PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH FIELD yang bertujuan agar kami dapat
menjadi tenaga ahli professional yang mungkin dapat dibutuhkan di masa depan.

32
2. Guru pembimbing di lapangan sekiranya dapat memberikan ilmu atau arahan yang
lebih agar dapat menjadi pengalaman yang baik dan berguna buat kami.
3. Dan kami berharap agar PT PERTAMINA EP ASSET 2 PRABUMULIH FIELD dan
SMK TEKNOLOGI NASIONAL PALEMBANG dapat terus melakukan kerja sama
dengan baik kedepannya.

LAMPIRAN

DATA FASILITAS PRODUKSI SP BERINGIN


Detail Deskripsi Kuantitas Kapasitas Dimensi
1. Manifold 1 unit 20 sumur 8”
2. Tanki
 Tangki 01 1 unit 500 bbl -
 Tangki 02 1 unit 500 bbl -
 Tangki 03 1 unit 1000 bbl -

 Tangki 04 1 unit 1000 bbl -

 Tangki 05 1 unit 2000 bbl -

 Tangki 06 1 unit 2000 bbl -


1 unit 2000 bbl -
 Tangki 07
1 unit 2000 bbl -
 Tangki 08
3. Pompa Transfer
 Pompa 1 1 unit 40 MPH/750 Psi -
 Pompa 3 1 unit 80 MPH/750 Psi -
- Pompa WI
 Pompa 2 1 unit 700 HP -

 Pompa 4 1 unit 20 VS GAL -

 Pompa 5 1 unit 40 MPH/750 Psi -

4. Separator
 HP Group 1 unit - 32 in
 HP Test 1 unit - 32 in
 MP Group 1 unit 4046 bbls 45 in

 MP Test 1 unit 3000 bbls 36 in


1 unit 5753 bbls 31 in

33
 LP Group 1 1 unit 3000 bbls 1117 mm x 3048 mm
 LP Group 2 1 unit 3000 bbls 36 in
 LP Test

34

Anda mungkin juga menyukai