Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jenjang pendidikan kejuruan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan keterampilan, guna mempersiapkan tenaga kerja siap

pakai dalam dunia industri. Untuk itu dibutuhkan kerja sama antar dunia

pendidikan dengan dunia industri, dengan demikian para siswa diharapkan

bersifat cepat, tanggap dan kritis serta dapat menerapkan teori dan praktek

yang diperoleh di sekolah ke dalam dunia industri.

Salah satu karya nyata agar siswa Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) dapat mencapai tujuan tersebut yaitu dengan dilakukan kegiatan

Praktek Kerja Industri (PRAKERIN), guna mempersiapkan Sumber Daya

Manusia yang potensial, kreatif dan efektif dalam rangka mewujudkan

pembangunan nasional indonesia menuju era globalisasi.

Kegiatan pelaksanaan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN),

mengacu kepada :

1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional.

2. Peraturan pemerintah No. 39 Tahun 1992 tentang Pendidikan Sistem

Ganda (PSG).

SMK MIGAS CEPU sebagai salah satu sekolah menengah

kejuruan yang mengkhususkan pendidikan kepada siswa/siswi-nya untuk

-1-
dapat langsung terjun ke dunia industri merasa perlu untuk memberikan

bekal pengalaman kerja melalui Praktek Kerja Industri (PRAKERIN).

Praktek Kerja Industri atau yang biasa disebut PRAKERIN

merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa/siswi yang menuntut

ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana sebagian bekal untuk

terjun langsung ke dalam dunia industri sesuai dengan bidang studi.

Pelaksanaan prakerin ditentukan oleh pihak sekolah dan instansi

perusahaan yang akan menerima siswa/siswi SMK yang melaksanakan

PRAKERIN tersebut.

1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Industri

Pelaksanaan Praktek kerja Industri ini dilaksanakan pada tanggal

21 Desember 2015 - 04 April 2016, di PT. Lintas Cakra Gondwana.

Lamanya Praktek Kerja Industri ini kurang lebih 3 bulan.

1.3. Tujuan Praktek Kerja Industri

1.3.1. Tujuan Umum

Kegiatan kerja praktek ini dimaksudkan agar siswa

mendapatkan pengalaman kerja dan pengetahuan praktis sehingga

bisa lebih bermanfaat untuk dunia kerja secara umum dan industri

pertambangan Migas secara khusus beserta komponen

pendukungnya baik sarana maupun prasarananya.

-2-
Dengan kegiatan ini, ilmu pengetahuan yang didapatkan

bisa disosialisasikan kepada khalayak akademis di sekolah asal

sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kerja sama antara SMK

Migas Cepu. Pada sisi lain kegiatan ini ditunjukan sebagai salah

satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Siswa dapat memahami dunia industri migas pada dunia luas,
dunia instrumentasi dan perangkatnya.

2. Sikap profesionalisme dan etos kerja bisa lebih dipahami dan


diterapkansebagai personal dunia industri.

3. Siswa bisa lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja


dengan bekal yangsudah didapatkan dari kerja pratek.

4. Wawasan dan pengetahuan tentang intrumentasi pada industri


dapat digunakansebagai bekal untuk memasuki dunia kerja
industri.

5. Memahami prinsip kerja yang diterapkan pada industri.

1.4. Tujuan Penulisan Laporan

Pada akhir Praktek Kerja Industri, siswa wajib membuat laporan

yang merupakan dokumen bukti tanggung jawab selama melaksanakan

prakerin. Adapun isi laporan dikaitkan dengan kegiatan yang dilakukan

selama prakerin. Penulisan laporan ini bertujuan untuk :

-3-
 Memantapkan siswa dalam mengembangkan dan penerapan

pelajaran dari sekolah di institusi tempat prakerin.

 Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah

secara lebih rinci dan mendalam.

 Menambah koleksi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di

instansi prakerin sehingga dapat menigkatkan pengetahuan, baik

bagi penulis maupun para pembaca.

 Siswa dapat membuat laporan kerja dan mempertanggung

jawabkannya.

1.5 Manfaat

1.5.1 Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga siswa yang sedang

mengadakan prakerin dalam membantu menyelesaikan

tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit kerja yang

relevan.

2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada

spesialisasi yang ada pada perushaan tersebut.

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan

bermanfaat antara perusahaan tempat Praktek Kerja Industri

dengan program studi teknik perminyakan SMK Migas

Cepu.

-4-
1.5.2 Bagi SMK MIGAS CEPU

1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi

tempat siswa melakukan Praktek Kerja Industri dalam

upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara

substansi akademik dengan kegiatan manajemen maupun

operasional institusi tempat siswa melakukan Praktek Kerja

Industri.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan

Prakter Kerja Industri.

1.5.3 Bagi Siswa


1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi di

lingkungan kerja.

2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik

perminyakan yang diperoleh di bangku sekolah dalam

praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya, khususnya

proses industri.

3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap institusi

tempat siswa melakukan Praktek Kerja Industri.

1.6 Pembatasan Masalah

-5-
Dalam pembuatan laporan ini kami membatasi masalah yang akan

dibahas, yaitu: Densitas, Rheologi, Filtrate Loss, kandungan K+ dan Cl-,

pH Paper, Sand Content, Solid Control.

-6-
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

-7-
2.1 Profil Perusahaan

PT. LINTAS CAKRA GONDWANA adalah perusahaan lokal

nasional yang bergerak di bidang penelitian lumpur pengeboran dan

mendidik Sumber Daya Manusia Indonesia menjadi seorang tenaga ahli

dibidang lumpur pengeboran (Mud Engineer).

PT. LINTAS CAKRA GONDWANA adalah lembaga penelitian

dan pengembangan yang beroperasi dalam bidang hulu dan hilir minyak

dan gas bumi dan berperan besar dalam perkembangan industri migas

melalui penelitian perekayasaan dan pengembang bidang minyak dan gas

bumi.

PT.LINTAS CAKRA GONDWANA berada di Bekasi tepatnya di

Jl. Raya Hankam 92/94 ruko no.1 Jati Rahayu, Pondok Gede, Bekasi

17414.

PT. LINTAS CAKRA GONDWANA melaksanakan penelitian-

penelitian terapan untuk mengembangkan teknologi dibidang lumpur

pengeboran. Kegiatan-kegiatan penelitian ini merupakan wujud tanggung

jawabnya dalam memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan

kepada pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan serta membantu

memecahkan masalah-masalah dalam industri migas.

Komitmen kuatnya dalam menjalankan misinya ditunjukkan

dengan program yang sedang dijalankan, yang sangat menentukan

keberhasilan negara dalam pengelolaan energi, yaitu upaya penelitian

-8-
lumpur dan mendidik Sumber Daya Manusia menjadi seorang tenaga ahli

dibidang lumpur pengeboran (Mud Engineer).

2.2 Program-program PT. LINTAS CAKRA GONDWANA

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PT. LINTAS

CAKRA GONDWANA meliputi penelitian lumpur pengeboran dan

pendidikan Mud School.

2.2.1 Fasilitas-fasilitas PT. LINTAS CAKRA GONDWANA

PT. Lintas Cakra Gondwana telah berkiprah dalam

penelitian lumpur dan pendidikan Mud School. Fasilitas –

fasilitas yang disediakan adalah laboratorium dan ruangan

khusus untuk kursus lumpur pengeboran.

-9-
2.3 Struktur Organisasi

SHARE HOLDER

Director
Ir Agus Cahyono
Secretary
Magelina Rinny P

Marketing Operation Manager Finance


Rina Y Budi Agung K Adji Wibowo

Lab Technician Mud Engineer Logistic HSE Officer

1. Angga Kusuma 1, Agus Cahyono Budi A Kurniawan Indre Lestari


2, Parjiyo
3, Margono
4, Kudri Isyru Rama
5, Dedi Bagus
Pratama
6, Indra L. Agung
7, Nur Budian
8, Edi Koko Yulianto

-10-
2.4 Visi dan Misi

2.4.1 Visi PT. Lintas Cakra Gondwana

Menjadi perusahaan local nasional yang bisa

bersaing dalam dunia migas khususnya di bidang lumpur

pengeboran di Indonesia.

2.4.2 Misi PT. Lintas Cakra Gondwana

1. Meningkatkan peran dalam memberikan masukan

kepada pemerintah guna meningkatkan iklim yang

kondusif bagi pengembangan industri Migas.

2. Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan

nilai tambah bagi pelanggan.

3. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan

produk andalan.

4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui

sinergi, koordinasi serta penerapan sistem manajemen

secara konsisten.

-11-
BAB III

URAIAN UMUM

3.1 Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran menurut API (American Petroleum

Institute) didefinisikan sebagai fluida sirkulasi dalam operasi pemboran

berputar yang memiliki banyak variasi fungsi, dimana merupakan salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap optimalnya operasi pemboran. Oleh

sebab itu sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran.

Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida

(cairan-cairan berbusa, gas bertekanan) yang dipergunakan untuk

membantu operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari

serpih bor dan mengangkatnya kepermukaan, dengan demikian pemboran

dapat berjalan dengan lancar. Lumpur pemboran yang digunakan sekarang

pada mulanya berasal dari pengembangan penggunaan air untuk

mengangkat serbuk bor. Kemudian dengan berkembangnya teknologi

pemboran, lumpur pemboran mulai digunakan. Selain lumpur pemboran,

digunakan pula gas atau udara sebagai fluida pemboran.

Secara umum lumpur pemboran terdiri dari beberapa komponen

atau fasa, yaitu:

a. Fasa Cair (Continous Phase)

-12-
Fasa cair ini bisa berupa minyak, air tawar ataupun air asin. Jika

minyak terkandung lebih dari 95%, maka lumpur disebut Oil Base,

jika antara 50% - 70% disebut Emultion Mud, dan bila air lebih dari

75%, lumpur disebut Water Base Mud.

b. Fasa Padat (Discontinous Phase)

Fasa ini terdiri dari partikel padatan atau butir-butir cairan (fluid

droplets) yang berada di dalam fasa cair. Dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu :

1. Koloidal Fraction

Padatan ini bereaksi dengan fasa cair hingga

membentuk koloidal (clay) atau bentonite yang akan menyerap

air hingga volumenya meningkat, dengan terbentuknya

koloidal, maka viskositasnya akan meningkat.

2. Inert Fraction (Solid)

Komponen ini tidak bereaksi dengan fasa cair maupun

zat kimia lain yang terkandung di dalam lumpur dan berfungsi

untuk menaikkan densitas lumpur. Inert Solid yang biasa

digunakan untuk menaikkan densitas lumpur yaitu Barite

(BaSO4) dan Galena (Biji Besi).

c. Fasa Kimia

Zat kimia atau additive adalah komponen penting dalam

mengontrol sifat-sifat lumpur, secara fisik maupun secara kimia.

-13-
Banyak sekali zat kimia yang digunakan untuk membuat suatu lumpur

atau drilling fluids, karena dilihat dari fungsinya masing-masing,

antara lain fungsinya adalah untuk menurunkan dan menaikkan

viscositas, mengontrol derajat keasaman (pH), mengontrol rheology,

mengontrol filtrate, membuat mud cake dan menghambat korosi. Zat

kimia yang digunakan untuk menaikkan viscositas yaitu CMC, Starch

dan beberapa senyawa polimer (sifat pengental).

3.2 Fungsi Lumpur Pemboran

Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam

pemboran. kecepatan efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat

tergantung pada lumpur ini. Fungsi lumpur antara lain adalah :

1. Meneruskan tenaga hidrolik (hidrolik horse power) ke pahat (mata bor)

Pahat harus dibersihkan dari sebuk bor dari hasil pemboran,

jika tidak, akan terjadi pemboran ulang pada sebuk bor yang akan

berakibat buruk terhadap kecepatan pemboran (Rate Of Penetration)

dan juga masa pakai pahat.

Faktor yang mempengaruhi bit hidrolik horse power adalah :

a. Berat jenis (Density)

b. Viskositas

c. Ukuran noozle

d. Kecepatan aliran lumpur

-14-
Secara umum, bit hidrolik horse power dapat diperbesar dengan

memperkecil noozle, memperkecil kekentalan dan memperbesar

kecepatan aliran fluida.

2. Mengangkat serbuk mata bor dari dalam lubang bor

Lumpur yang disirkulasi membawa serbuk bor menuju

permukaan, dengan adanya pengaruh gravitasi serbuk cenderung jatuh,

tetapi dapat diatasi oleh daya sirkulasi dan kekentalan lumpur.

Dalam melakukan pemboran, serbuk bor (cutting) dihasilkan

dari pengikisan formasi oleh pahat (mata bor), yang harus dikeluarkan

dari dalam lubang bor. Hal ini berdasarkan atas keberhasilan atau

tidaknya lumpur untuk mengangkat serbuk bor. Apabila serbuk bor

tidak dapat dikeluarkan maka akan terjadi penumpukan serbuk bor

didasar lubang, jika hal ini terjadi maka akan terjadi masalah seperti

terjepitnya pipa oleh serbuk bor.

Serbuk bor dapat diangkat jika lumpur mempunyai

kemampuan untuk mengangkatnya. Kemampuan serbuk bor untuk

terangkat hingga kepermukaan tergantung sifat fisik lumpur itu sendiri.

3. Melepaskan pasir & cutting di permukaan

Untuk menghidari sirkulasi ulang dari serbuk bor, maka serbuk

bor tersebut harus dibuang sebanyak-banyaknya dari dasar lubang, alat

yang digunakan adalah shale shaker, desander, desilter, deggaser,

centrifuge.

-15-
4. Pendingin dan pelumas mata bor dan rangkaian pipa bor .

Ketika rangkaian pipa dan mata bor berputar, selalu akan

timbul panas, lumpur berfungsi sebagai pendingin dan merupakan

pelumas terhadap rangkaian pipa dan mata bor sehingga dapat

memperpanjang life time (umur) unit tersebut. Lumpur minyak dan

special additive seperti lubricam dan lain-lain dapat

digunakan/ditambahkan bila diperlukan pelumasan yang baik.

5. Mengontrol tekanan formasi

Dalam proses pemboran ada kemungkinan tekanan formasi

untuk menembus lapisan-lapisan minyak, air, shale dan gas. Oleh

karena itu harus dijaga besarnya tekanan hidrostatik agar selalu

memadai untuk menahan tekanan-tekanan dari formasi. Besarnya

tekanan hidrostatik tergantung dari berat jenis (Density) dan tinggi

kolom cairan, dalam hal ini berat jenis lumpur harus cukup untuk

mendapatkan tekanan hidrostatik yang sesuai dengan kebutuhan.

6. Menahan keruntuhan (caving) di dinding bor dengan mud cake

Tekanan hidrostatik memberikan tekanan pada dinding bor agar

tidak runtuh, pada daerah tertentu diperlukan suatu sifat dari lumpur

pemboran dimana air tapisan (Filtrate loss) harus diusahakan sekecil-

kecilnya untuk menjaga kemungkinan runtuhnya lapisan shale kedalam

lubang bor.

7. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila

sirkulasi lumpur dihentikan sementara

-16-
Apabila tidak ada sirkulasi karena adanya kegiatan

penyambungan rangkaian pipa dan lain sebagainya, lumpur harus

mampu menahan serbuk bor dan bahan pemberat lainnya agar tidak

turun dan mengendap di dasar lubang bor. Hal-hal yang mempengaruhi

kemampuan penyangga adalah :

a. Berat jenis lumpur pemboran

b. Kekentalan (viskositas) dalam lumpur pemboran

c. Sifat mengagar (Hyxsotropic) lumpur

d. Berat jenis dari serbuk bor

e. Ukuran dan bentuk dari serbuk bor

8. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing

Akibat adanya gaya apung (Buoyancy Effect) yang disebabkan

oleh fluida lumpur, maka sebagian berat drill string maupun casing

tergantikan oleh gaya apung ini. Sehingga beban dorong (drug) antara

rangkaian pipa bor maupun casing dengan dinding formasi dapat

diminimalisasi.

9. Mengurangi efek negatif pada formasi

Memperkecil kerusakan terhadap zona produktif, harus

dipertimbangkan adanya reaksi antara lumpur pemboran terhadap

formasi zona produktif yang di bor. Bila formasi yang permeable

(berporos) di bor maka filter cake akan terbentuk di dindingnya. Filter

cake yang berkualitas baik akan mengurangi penyusupan air tapisan ke

zona permeable tersebut.

-17-
10. Mendapatkan info maksimum tentang keadaan lubang bor

Setelah suatu lubang berhasil di bor, maka diperlukan data-data

untuk keperluan evaluasi. Keadaan lumpur harus dijaga secara optimal

setiap saat selama pemboran, logging dan saat penyelesaian sumur.

11. Media Logging

Data-data dari sumur yang diselesaikan sangat penting untuk

dasar evaluasi sumur yang bersangkutan, juga penting untuk dasar

pembuatan program dan evaluasi sumur-sumur yang akan di bor

selanjutnya. Data-data tersebut diatas didapat dari analisa cutting dan

pengukuran langsung dengan wire logging. Untuk itu lubang bor harus

bersih dari cutting.

3.3 Jenis-jenis Lumpur Pemboran

3.3.1 GEL WATER

Jenis lumpur dengan fasa cair air tawar (dengan sedikit

kandungan solid, nilai pH berkisar 7.0 – 9.5) dan kadar garam kecil

(kurang dari 10.000 ppm = 1% berat garam). Umumnya dilakukan

perawatan ringan (Lightly Treated) atau tanpa dilakukan perawatan

apapun (Untreated) pada Fresh Water Muds.

-18-
Berikut adalah jenis-jenis Fresh Water Mud :

a. Gel Polymer

Gel Polymer adalah lumpur yang biasa digunakan pada

permulaan pemboran (Pemasangan casing conductor), sehingga

tidak akan berpengaruh pada logging. Fungsi utamanya yaitu

mengangkat cutting dan membuka lubang di permukaan

(formasi atas).

b. KCL Polymer / KCL PHPA Polymer

Dibentuk dari pecahan-pecahan cutting didalam fasa

cair, sifat-sifatnya tergantung formasi yang dibor. Umumnya

lumpur ini digunakan untuk pemboran cepat seperti pemboran

surface casing. Dengan bertambahnya kedalaman pemboran,

lumpur ini memerlukan perawatan dengan zat-zat kimia dan

aditif-aditif koloid.

c. Bentonite - Treated Mud

Bentonite adalah material yang paling umum yang

digunakan untuk koloid in-organik yang mengurangi filtrate

loss dan mengurangi tebal mud cake.

-19-
3.3.2 O.B.M

Jenis lumpur dengan bahan dasar garam untuk membor

pada formasi garam massive/saltdome atau lapisan formasi garam.

Filtrate lossnya besar dan mud cake nya tebal bila tidak ditambah

organic colloid, pH dibawah 8, bila pH salt mud lebih tinggi, maka

fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki oleh

attapulgite sebagai pengganti bentonite.

3.3.3 Oil Base Mud

Lumpur dengan fasa kontinyunya yaitu minyak. Kadar air

diatur rendah yang berkisar 3% - 5% volume. Karena filtratenya

minyak, sehingga tidak akan menghidratkan shale atau clay yang

sensitif baik pada formasi biasa ataupun formasi produktif. Lumpur

ini berfungsi untuk melepaskan drill pipe dan casing yang terjepit,

mempermudah pemasangan casing dan liner.

-20-
3.4 Jenis & Fungsi Material Lumpur Berbahan Dasar Air

a. Bentonite

Bentonite digunakan untuk menambahkan viscositas dari

lumpur KCl Polimer. Bentonite juga mempunyai SG 2.5 sedangkan

packaging-nya 100 lbs/sack.

b. Pottasium Hidroksida (KOH)

Pottasium Hidroksida (KOH) ditambahkan untuk kontrol

alkalinitas pada lumpur KCl Polimer, KOH mempunyai SG 2.04 dan

25 kg/sack dalam packaging. KOH berfungsi sebagai penyumbang ion

K+ untuk menghambat shale dan menstabilkan lubang bor, sedangkan

ion OH- dibutuhkan untuk mengatur pH karena lumpur efektif bekerja

pada pH 8.5-12.

c. PAC – L

PAC – L adalah material yang digunakan sebagai filtration

control, selain itu material ini juga dapat menghasilkan viscositas yang

rendah pada sistem lumpur. PAC – L mempunyai SG 1.55 dan 25

kg/sack dalam packaging.

d. PAC – R

Fungsi dari PAC – R hampir sama dengan PAC – L yaitu

material yang digunakan sebagai filtration loss control dan juga dapat

menghasilkan viscositas, akan tetapi penggunaan material ini

dilakukan bila kita menginginkan viscositas yang lebih tinggi pada

-21-
sistem lumpur. PAC – R mempunyai SG 1.55 dan 25 kg/sack dalam

packaging.

e. Starch

Starch merupakan polimer yang terbuat dari bahan organik

yaitu dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung dan kentang. Starch

berfungsi sebagai filtration control pada lumpur. Starch mempunyai

SG 1.4 dan 25kg/sack dalam packaging.

f. Barite

Barite atau Barium Sulfat (BaSO4) merupakan material yang

digunakan sebagai pemberat utama dalam pembuatan lumpur

pemboran. Barite merupakan inert yang tidak akan menimbulkan atau

meningkatkan viscositas dan menyababkan perubahan lain dalam sifat

rheology dari lumpur. Barite mudah terdispersi, tidak memerlukan

perawatan khusus saat pencampuran ke dalam sistem lumpur. SG

barite yaitu 4.25 dan 100 lbs/sack.

g. XCD

XCD yaitu jenis polimer yang digunakan utuk menaikan

viscositas (viscosifier), viscositas ini dihasilkan dari air liur atau enzim

yang dihasilkan oleh bakteri, nama bakteri yang terdapat pada XCD

adalah santo monas.XCD juga dapat digunakan sebagai pengganti

bentonite untuk menghasilkan cairan kental namun tidak padat. XCD

mempunyai SG 1.5 dan 25kg/sack dalam packaging.

-22-
h. Soltex

Soltex berfungsi sebagai filtration control dan sebagai shale

stabilizer, akan tetapi dia hanya bekerja sampai pada suhu 250 0F.

i. Resinex

Resinex resinated lignit ini dirancang untuk memberikan kontrol

filtrasi melalui berbagai suhu dan dengan adanya kontaminan.,Resinex

adalah penstabil temperatur (temperature stability) yang kompleks.

3.5 Mud Properties (Sifat Fisik Lumpur)

3.5.1 Densitas (Berat Jenis)

Berat jenis lumpur pemboran sangat besar pengaruhnya

dalam mengontol tekanan formasi. Densitas juga berfungsi

sebagai penahan tekanan formasi (loss circulation).

Terdapat 2 hal penting yang harus diperhatikan dalam

densitas lumpur pemboran :

 Bila densitas terlalu besar, maka akan menyebabkan

lumpur hilang ke formasi (Loss circulation).

 Bila densitas terlalu kecil, maka akan menyebabkan

masuknya fluida formasi kedalam lubang sumur (Kick).

-23-
Alat untuk mengukur besarnya Densitas lumpur yaitu Mud

Balance.

Gambar 3.1 Mud Balance

3.5.2 Filtrasi dan Mud Cake

Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan

batuan porous, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan

yang memungkinkan fluida dan partikel – partikel kecil

melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut

filtrate, sedangkan lapisan partikel – partikel besar tertahan

dipermukaan batuan disebut filter cake.

Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak

dikontrol maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik

selama operasi pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan

tahap produksi. Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik

-24-
antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang

tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan

diputar sedangkan filtrate nya akan masuk ke formasi dan dapat

menimbulkan kerusakan pada formasi. Alat yang digunakan untuk

menentukan filtration loss adalah API Filter Press.

-25-
Gambar 3.2 API Filter Press

-26-
3.5.3 Derajat Keasaman ( pH ) Lumpur

Derajat Keasaman ( pH ) dipakai untuk menentukan tingkat

kebasaan dan keasaman dari lumpur bor. pH dari lumpur yang

dipakai berkisar 9 – 11.5. Jadi lumpur bor yang digunakan adalah

dalam suasana basa. Alat untuk menentukan pH lumpur, dapat kita

gunakan pH meter dan pHpaper.

Gambar 3.3 pH Paper

-27-
3.5.4 Rheology

Alat untuk mengukur Rheology adalah Viscometer.

Gambar 3.4 Viscometer

3.5.4.1 Plastic Viscosity

Plastic Viscosity merupakan tahanan terhadap

aliran yang disebabkan oleh gesekan antara sesama benda

padat didalam lubang bor dan merupakan salah satu

parameter kenaikan solid yang ada dalam lumpur. Satuan

PV adalah cp (centipoise).

3.5.4.2 Yield Point

Yield Point adalah kemampuan suatu lumpur

untuk dapat menahan cuttings pada saat sirkulasi

berlangsung.

-28-
3.5.4.3 Gel Strength

Gel Strenght merupakan kemampuan lumpur

membuat gel (meng-agar) ketika sirkulasi berhenti. Dasar

filosofi Gel Strenght adalah “Ketika bersirkulasi, besaran

yang berperan adalah viskositas. Sedangkan ketika

sirkulasi berhenti, besaran yang berperan adalah Gel

Strenght”.

Beberapa hal penting dalam Gel Strenght :

a. Gel Strenght tinggi :

 Menyulitkan pompa untuk bersirkulasi lagi.

 Sulit melepaskan cutting di permukaan.

 Kondisi lumpur tidak akan bertahan lama.

b. Gel Strenght rendah :

 Mengakibatkan terendapnya pasir/cutting saat

sirkulasi berhenti.

Gel Strenght dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Gel Strenght 10 detik, yaitu kemampuan lumpur untuk

membuat gel ketika sirkulasi berhenti selama 10 detik.

Biasanya dilakukan pemberhentian sirkulasi selama 10

detik ketika pemboran sedang memasang pipa.

2. Gel Strenght 10 menit, yaitu kemampuan lumpur untuk

membuat gel saat sirkulasi berhenti selama 10 menit.

Biasanya sirkulasi berhenti selama 10 menit ketika

sedang melakukan maintenance atau dll.

-29-
3.5.5 Solid Content

Solid Content adalah suatu sifat fisik untuk mengetahui

kandungan padatan pada lumpur pemboran. Alat yang digunakan

untuk mengukur Solid Content adalah Mud Retort.

Gambar 3.5 Mud Retort

-30-
3.5.6 K+

K+ adalah suatu sifat fisik lumpur untuk menentukan

besarnya kandungan kalium atau potassium dalam lumpur KCl

polimer.

Gambar 3.6 Centrifugal Fuse

3.5.7 Cl-

Cl- adalah suatu sifat fisik lumpur untuk menentukan

besarnya kandungan clorida dalam lumpur KCl polimer.

Gambar 3.7 Test Cl-

-31-
3.5.8 Sand Content

Tercampurnya serpihan serpihan formasi (cutting) ke

dalam pemboran akan membawa pengaruh pada operasi

pemboran. Serpihan – serpihan pemboran yang biasanya

berupa pasir akan dapat mempengaruhi karakteristik lumpur

yang di sirkulasikan, dalam hal ini akan menambah

densitas. Alat – alat ini yang biasa di sebut dengan

Conditioning Equipment ,adalah :

1. SHALE SHAKER berfungsi membersihkan lumpur dari

serpihan – serpihan atau cutting yang berukuran besar .

2. DEGASSER berfungsi untuk membersihkan lumpur dari

gas yang masuk ke lumpur pemboran .

3. DESANDER berfungsi untuk membersihkan lumpur

dari partikel – partikel padatan yang berukuran kecil

yang bisa lolos dari shale shaker .

4. DESILTER berfungsi sama dengan desander , tetapi

desilter dapat membersihkan lumpur dari partikel yang

berukuran sangat kecil .

Gambar 3.5.8 sand content

-32-
3.5.9 HotRool

Hotrool berfungsi untuk membandingkan ketahanan lumpur pada

sifat gel polymer apabila zona formasi yang di bor mencapai

suhu antara 200 - 350˚ F ,maka Resinex sangat di perlukan untuk

menjaga kestabilan polymer terhadap suhu yang tinggi dan alat

ini bisa mengetahui reaksi polymer .Sebelum itu alat ini di

panaskan terlebih dahulu dengan memerlukan waktu selama 16

jam gel polymer yang tidak di panaskan .Setelah itu perbandingan

di lakukan dengan rheology dan densitas . Setelah itu dilakukan

pemanasan dengan sifat rheology (PV,YP,GS10’ dan GS10”)

untuk mengetahui reaksi yang dilakukan Resinex.

Gambar 3.5.8 HotRool

-33-
BAB IV
URAIAN KHUSUS

1.1 API Filter Press Full Area

4.1.1 Devinisi dan Fungsi


Selama operasi pemboran, air dalam lumpur akan lepas

secara terus-menerus dari lumpur menuju formasi yang permeable

poros. Air yang lepas (disebut filtrate loss) di formasi permeable

berfungsi sebagai tapisan dan menahan padatan masuk ke formasi.

Air yang masuk secara berlebihan akan mengakibatkan mud cake

yang tebal, dan akan mengakibatkan penyempitan annulus dan

terjepitnya pipa.

API Filter Press adalah alat yang berfungsi untuk

mengetahui jumlah filtrate loss dan tebal mud cake pada lumpur

pemboran. Prinsip dasar API Filter Press yaitu mendorong lumpur

dengan gas (N2 atau CO2) dengan kekuatan 100 psi sehingga

lumpur tertekan ke filter paper dan filter plate).

Air akan keluar dari tabung cell ke gelas ukur berukuran 10

ml yang berfungsi untuk mengukur jumlah filtrate loss. Penekanan

gas pada lumpur biasanya dilakukan selama 30 menit. Setelah

penekanan gas pada lumpur selesai, lumpur mengalami

pngendapan pada filter paper, endapan itu disebut mud cake

-34-
4.1.2 Komponen Beserta Fungsinya

Gambar 3.8 API Filter Press

-35-
1.T-Screw

Gambar 3.9 T-Screw

Sebagai pengunci yang berfungsi untuk mengencangkan top

cap ketika dialiri pressure.

2. Threaded Insert – Not Shown

Gambar 4.0 Threaded Insert

Sebagai penyangga dan tempat masuknya T-Screw.

-36-
3. Thumbscrew dan Support

Gambar 4.1 Support dan Thumbscrew

Support
Thumbscrew

Thumbscrew yang berfungsi sebagai pengatur ketinggian gelas

terhadap lubang keluarnya air filtrate. Sedangkan Support

sebagai tempat berdirinya gelas ukur.

-37-
4. Neoprene Gasket

Gambar 4.2 Neoprene Gasket

Neoprene Gasket atau Karet berfungsi sebagai pembatan setiap

komponen pada cell body atau tempat menyimpang lumpur

ketika ingin di uji filtrate.

5. Base Cap with Filtrate Tube

Gambar 4.3 Base Cape with Filter Tube

Base Cap yang berfungsi sebagai komponen bawah cell body

sekaligus tempat bagian penyaringan lumpur agar terpisah

-38-
filtratenya. Sedangkan Filtrate Tube adalah lubang keluarnya

air filtrate.

6. Top Cap with Valve, Nitrogen dan Regulator

Regulator
Nitrogen
Throttling valve
Valve

Nitrogen
Top Cap

Isolator
Valve
Gambar 4.4 Top Cap with Valve, Nitrogen dan Regulator

Top Cap berfungsi sebagai penutup atas cell body sekaligus

tempat masuknya gas. Pada komponen ini terdapat 2 jenis

valve, yaitu :

1. Isolation Valve : sebagai penghenti atau pembuka penuh

aliran pressure.

2. Throttling Valve : sebagai pengatur besar pressure.

3. Nitrogen Valve : sebagai pembuka dan menutup aliran

Nitrogen.

Selain itu Regulator adalah alat penunjuk besarnya pressure

dan tabung itu berisi Nitrogen yang berkapasitas 4000psi .

-39-
7. Filter Paper

Gambar 4.5 Filter Paper

Termasuk sebagai komponen yang berfungsi sebagai

penyaring lumpur didalam cell body. Filter Paper mempunyai

bagian kasar dan bagian halus.

8. Mesh Screen

Gambar 4.6 Mesh Screen

Mesh Screen atau bisa disebut saringan adalah komponen

penyaring lumpur didalam cell body.

-40-
4.1.3 Cara Pemakaian

Sebelum menggunakan filter press full area, perhatikan urutan

komponen didalam cell body sebagai berikut :

1. Base cup diberikan mesh screen seperti gambar dibawah

ini.

Gambar 4.7 Langkah Pertama Pemasangan Base Cup

2. Berikan filter paper dengan permukaan kasar dibagian

bawah sedangkan permukaan halus dibagian atas.

Gambar 4.8 Langkah Kedua Pemasangan Base Cup

-41-
3. Berikan neoprene gasket (karet).

Gambar 4.9 Langkah Ketiga Pemasangan Base Cup

4. Pasang Cell Body dengan cara ditekan dan putar ke arah

kanan sehingga terjepit.

Gambar 5.0 Langkah Keempat Pemasangan Base Cup

-42-
Setelah komponen pada cell body terutut, berikut adalah cara

pemakaian filter press full area :

1. Tuangkan lumpur pada cell body sesuai takaran.

Biasanya
berpatokan
pada
permukaan ini

Gambar 5.1 Langkah Pertama Pemasangan API Filter Press

2. Tempatkan cell body pada frame dan tutup dengan top cap.

3. Rapatkan top cap dengan memutar T-screw melalui

threaded insert samapi menekan permukaan top cap.

Gambar 5.2 Langkah Ketiga Pemasangan API Filter Press

-43-
4. Tempatkan gelas ukur pada support dan sesuaikan

ukuran/tinggi gelas ukur dengan menggunakan thumbscrew.

Gambar 5.3 Langkah Keempat Pemasangan API

Filter Press

5. Berikan tekanan gas (CO2) sebesar 100 psi dengan memutar

Throttling Valve ke kanan, pastikan Isolator Valve tertutup.

Gambar 5.4 Langkah Kelima Pemasangan API Filter Press

6. Tunggu selama 30 menit.

-44-
7. Setelah 30 menit, matikan pressure dengan cara memutar

Throttling Valve ke kiri, kemudian buang sisa gas yang

masih ada dengan cara menarik Isolator Valve.

Gambar 5.5 Langkah Ketujuh Pemasangan API Filter Press

8. Setelah seluruh gas terbuang, lihat pengukuran air filtrate

digelas ukur.

9. Buka top cap dan ambil cell body, kemudian buang

lumpurnya.

10. Lepas komponen pada cell body, kemudian akan terlihat

endapan lumpur pada filter paper yang disebut mud cake.

Cara mengukur tebal mud cake adalah sebagai berikut :

1. Mud cake dan filter paper dibilas dengan air agar sisa

lumpur terbuang dari permukaan.

2. Ukur dengan penggaris khusus pada bagian sisi kiri, tengah

dan kanan mud cake.

-45-
3. Hitung rata-rata tebal dengan cara sebagai berikut :

(a + b + c) : 3 = x

Keterangan : a = Sisi kiri

b = Sisi tengah

c = Sisi kanan

x = Rata-rata tebal mud cake

4.1.4 Material Yang Berpengaruh Terhadap Filtrate Loss

PAC L

4.1 Formula PAC-L 3.00 lb/bbl.

Material Mixing Procedure lb/bbl

Fresh water 1 337,36

KOH 2 0.30

Bentonite 3 5.00

PAC-R 4 1.00

PAC-L 5 3.00

XCD 6 0.85

KCL 7 8.52

Starch 8 0.50

Barite 9 10.00

-46-
4.2 Hasil formula lumpur 3%KCL POLYMER pemakain dengan :
PAC-L 3.00 lb/bbl.

Mud Propertis Satuan Result

Density PPG 8,8

Rheology

600 rpm 57

300 rpm 39

200 rpm 32

100 rpm 22

6 rpm 6

3 rpm 4

Plastic Viskositas Cps 18

Yield Point lbs/100 ft2 21

Gel 10 sec lbs/100 ft2 5

Gel 10 min lbs/100 ft2 8

pH, Meter 9

Sand Content 0,3

Clˉ,mg/l 18,000

-47-
K+,mg 10,114

Solid Content,% 14%

API Filtrate Loss cc/30 min 9

4.3Formula PAC-L 3,25 lb/bbl

Material Mixing Procedure lb/bbl

Fresh water 1 337,20

KOH 2 0.30

Bentonite 3 5.00

PAC-R 4 1.00

PAC-L 5 3.25

XCD 6 0.85

KCL 7 8.52

Starch 8 0.50

Barite 9 10.00

-48-
4.4 Hasil formula lumpur 3%KCL POLYMER pemakain dengan:
PAC-L 3.25 lb/bbl.

Mud Propertis Satuan Result

Density PPG 8,8

Rheology

600 rpm 62

300 rpm 43

34
200 rpm

100 rpm 23

6 rpm 6

3 rpm 4

Plastic Viskositas Cps 18

Yield Point lbs/100 ft2 25

Gel 10 sec lbs/100 ft2 5

Gel 10 min lbs/100 ft2 10

API Filtrate Loss cc/30 min 8,8

-49-
4.5 Formula PAC-L 3.50 lb/bbl.

Material Mixing Procedure lb/bbl

Fresh water 1 337,04

KOH 2 0.30

Bentonite 3 5.00

PAC-R 4 1.00

PAC-L 5 3.50

XCD 6 0.85

KCL 7 8.52

Starch 8 0.50

Barite 9 10.00

-50-
4.6 Hasil formula lumpur 3%KCL POLYMER pemakain dengan :
PAC-L 3.50 lb/bbl.

Mud Propertis Satuan Result

Density PPG 8,8

Rheology

600 rpm 70

300 rpm 48

200 rpm 37

100 rpm 25

6 rpm 6

3 rpm 5

Plastic Viskositas Cps 22

Yield Point lbs/100 ft2 26

Gel 10 sec lbs/100 ft2 6

Gel 10 min lbs/100 ft2 11

API Filtrate Loss cc/30 min 7,4

-51-
GRAFIK FLUID LOSS PEMAKAIN PAC-L DARI 3,00 PPB – 3,50 PPB

9
8
FLUID LOSS PAC-L 3,00
7 PPB
6
FLUID LOSS PAC-L 3,25
5 PPB
4
FLUID LOSS PAC-L 3,50
3 PPB
2
1
0
FLUID LOSS CC'S/30MIN

Dari pemakaian PAC-L 3,00 ppb – 3,50 ppb dapat di ketahui pada

percobaan pertama pada PAC-L 3,00 ppb Fluid Lossnya adalah 9

ml ,setelah itu PAC-L mengalami penambahan menjadi 3,25 ppb

dapat di ketahui Fluid Lossnya menjadi 8,8 ml dan yang terjadi

adalah mengalami penurunan Fluid Lossnya 0,2 ml dari Fluid Loss

PAC-L yang 3,00 ppb . Kemudian PAC-L di tambahkan menjadi

3,50 ppb dan dapat di ketahui Fluid Lossnya adalah 7,4 ml . Dan

yang terjadi Fluid Lossnya mengalami penurunan Fluid Lossnya

1,2 ml .

-52-
Di samping itu juga Rheology (sifat aliran) pemakain PAC-L

3,00- 3,50 ppb juga mempengaruhi Plastic Viscosity , Yield Point ,

dan Gel Strenght ,berikut Grafik Rheology PAC-L dari 3,00 ppb –

3,50 ppb .

GRAFIK RHEOLOGY PAC-L 3,00 PPB

25

20

15 Pv
Yp
10
Gs 10'
gs 10"
5

0
RHEOLOGY PAC
LV 3,00ppb

GRAFIK RHEOLOGY PAC-L 3,25 PPB


30

25

20

Pv
15
Yp
10 Gs 10'

5 gs 10"

0
RHEOLOGY PAC
LV 3,25ppb

-53-
GRAFIK RHEOLOGY PAC-L 3,50 PPB

30

25

20
Pv
15 Yp
Gs 10'
10
gs 10"
5

0
RHEOLOGY PAC
LV 3,50ppb

Di ketahui pada pemakaian PAC-L 3,00 ppb – 3,50 ppb .

Pemakaian PAC-L 3,00 ppb dan pemakaian PAC-L 3,25 mengalami

kesamaaan PV yaitu 18 tetapi YP dengan pemakaian YP dengan

pemakaian PAC-L 3,00 ppb yaitu 21 ,setelah penambahan menjadi PAC-L

3,25 ppb , YP meningkat menjadi 25 dengan kenaikkan 4 dari YP PAC-L

3,00 ppb.

Setelah itu GS 10’ pada pemakaian PAC-L 3,00 ppb sama dengan

penambahan PAC-L 3,25 yaitu GS : 5 , tetapi pada GS ,tetapi pada GS 10”

pemakaian PAC-L 3,00 ppb adalah 8 . Setelah penambahan PAC-L

menjadi 3,25 , GS 10” meningkat menjadi 10

Kemudian penambahan PAC-L menjadi 3,50 . PV meningkat

menjadi 22 , dan YP juga meningkat menjadi 26 . Kemudian pada GS 10’

pada penambahan PAC-L 3,50 ppb terjadi peningkatan menjadi 6 , dan GS

10” mengalami peningkatan menjadi 11.

-54-
BAB V
PEMBAHASAN

-55-
BAB V
KESIMPULAN

1. PAC-L ( POLY AINIONIC CELLULOSA – LOW ) adalah POLYANIONIC

SELLULOSA POLIMER yang rendah viscositas . PAC-L tahan terhadap

mikroorganisme . Specific Gravity PAC-L yaitu sebesar 1,55 dan di kemas

dalam kemasan 25 kg . Dan berfungsi sebagai Water Loss Control Agent .

2. Alat FILTER PRESS FULL AREA adalah alat yang berada di laboratorium

pemboran untuk mengukur atau mengetahui filtrate loss atau water loss dan

juga mengetahui ketebalan mud cake pada lumpur pemboran . Untuk

pengukuran itu sendiri memakan waktu sampai 30 menit dengan di bantu

Gas CO2 atau dengan N2 bertekanan 100 psi

FILTRATION adalah lepasnya cairan dari lumpur yang

meninggalkan padatan dan masuk ke formasi yang lapisnya permeable

karena adanya perbedaan tekanan.

-56-
DAFTAR PUSTAKA

1. “ Panduan Training Mud Engineer PT. LINTAS CAKRA GONDWANA “

Bambang T.,TEKNIK PEMBORAN 1 “,HNTM PATRA ITB BANDUNG ,1996”

Banker Hughes ,”DRILLING FLUID REFRENCES MANUAL “,Fluid


Technnology group 2008

-57-
LAMPIRAN

-58-

Anda mungkin juga menyukai