Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, pendidikan dan


pengajaran merupakan salah satu hal yang dapat membentuk manusia yang
memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan, mengabdi pada masyarakat
sehingga dapat berperan serta dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil dan makmur.

Dalam mewujudkan harapan tersebut berbagai bentuk usaha atau


kegiatan ilmiah dilakukan oleh perguruan tinggi baik di dalam lingkungan
pendidikan atau di masyarakat. Salah satu mata kuliah keahlian yang dimiliki
oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro adalah magang
atau sering juga disebut Praktik Kerja Lapangan (PKL) di institusi atau
perusahaan sesuai bidang keilmuan yang diberikan.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu upaya pemahaman,


penghayatan dan latihan ketrampilan mahasiswa untuk memperoleh sikap dan
kemampuan profesional Sarjana Kesehatan Masyarakat sesuai dengan
peminatan yaitu Kesehatan Lingkungan.

Oleh karena itu, Praktik Kerja Lapangan (PKL) sangat penting


dilakukan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro, karena dapat memberikan kesempatan belajar dan menambah
pengetahuan serta keterampilan bagi mahasiswa melalui pengalaman kerja
langsung sesuai dengan peminatan yang diambil. Maka dari itu dengan
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu di Cepu Jawa Tengah diharapkan dapat memperoleh sikap
dan kemampuan profesional Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai bekal
sebelum terjun ke lapangan kerja yang sesungguhnya.

1
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan salah satu anak
perusahaan PT Pertamina yang mengelola minyak dan gas bumi. Sesuai
dengan namanya EP, kegiatan yang dilakukan adalah Ekplorasi dan Produksi.
Dalam kegiatan Eksplorasi dan Produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu mempekerjakan ratusan pekerja dengan berbagai
mesin peralatan yang berisiko tinggi sehingga menimbulkan bahaya apabila
tidak dioperasikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sudah menjadi
keharusan PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu memiliki komitmen
untuk menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan
kerjanya.

Disamping itu PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan


perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang terletak di
Cepu, Jawa Tengah, yang dalam proses produksinya, tentunya juga
menggunakan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah
B3. Salah satu jenis limbah B3 yang sering mendapatkan perhatian oleh
masyarakat adalah limbah B3 yang memberikan efek toksik kepada manusia.
Masalah keracunan limbah B3 tidak timbul begitu saja dalam waktu yang
singkat, melainkan dapat menempuh waktu yang cukup panjang.

Kemajuan teknologi merupakan penyebab utama dari timbulnya


pencemaran oleh limbah B3. Kemajuan teknologi ini diawali oleh revolusi
industri di Indonesia yang menghasilkan kemajuan di berbagai bidang. Selain
kemajuan di bidang teknologi, kemajuan di bidang pertambangan dan
pertanian juga mempengaruhi pencemaran limbah B3. Di satu pihak,
kemajuan di bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat telah mampu
menurunkan laju kematian akibat limbah B3. Kemajuan teknologi sebenarnya
menghasilkan produk-produk baru yang menaikkan taraf hidup manusia.
Namun demikian, sifat dari perkembangan teknologi tersebut ternyata
menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Sebenarnya, gangguan
lingkungan tersebut timbul akibat diabaikannya upaya pengendalian dan
penanggulangan oleh para pengusaha. Akibatnya sifat toksik jangka panjang

2
dari senyawa-senyawa B3 yang terdapat di dalam limbah dan
ketidakmampuan alam untuk menguraikannya yang akhirnya mencemari
lingkungan hidup manusia.

Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian besar terhadap limbah


B3. Studi inventarisasi limbah B3 dari perusahaan-perusahaan industri mulai
dilaksanakan. Peraturan mengenai pengelolaan limbah B3 diundangkan
melalui PP No.19 Tahun 1994 yang kemudian direvisi dan diundangkan
kembali melalui PP No.12 Tahun 1995. Revisi dilakukan kembali pada PP
No.18 Tahun 1999 dan PP No.89 Tahun 1999.

Sebenarnya, limbah B3 tidak hanya dihasilkan oleh perusahaan


manufaktur saja. Tetapi, perusahaan penghasil minyak bumi seperti PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu juga menghasilkan limbah B3. PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam proses produksinya
menggunakan bahan berbahaya dan beracun, serta menghasilkan limbah B3.

Dalam praktek kerja lapangan ini, akan dipelajari bagaimana


pengelolaan limbah B3 di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
sekaligus upaya minimisasi limbah khususnya limbah B3 serta ingin
mempelajari sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
sebagai sarana untuk mempraktekkan ilmu yang telah diperoleh. Dengan
demikian, diharapkan akan diperoleh lebih banyak ilmu yang belum diperoleh
dari proses perkuliahan.

Berdasarkan hal di atas, maka kami Mahasiswa Jurusan Kesehatan


Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang, mencoba untuk melakukan Kerja Praktek yang membahas tentang
“Implementasi Pengelolaan Limbah B3 dan Sistem Keselamatan Kerja (K3)
di PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu”

3
B. Tujuan
1. Mempelajari sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sekaligus upaya meminimalkan
kecelakaan kerja dan kerugian.
2. Mengkaji sumber-sumber, timbulan, serta klasifikasi jenis limbah B3
yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Jawa Tengah
3. Mengkaji sistem pengelolaan, perkembangan teknologi yang
dikembangkan, serta fasilitas yang dipakai dalam pengelolaan limbah B3
di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Jawa Tengah.
C. Manfaat
1. Bagi Instansi
a. Memberi keterampilan untuk mengendalikan resiko yang mungkin
terjadi pada kondisi fisik lingkungan kerja PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu.
b. Mendapatkan bahan masukan dalam penyelenggaraan tugas
pengelolaan limbah B3.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Mendapatkan masukan tentang penyelenggaraan keselamatan kerja
dan kesehatan lingkungan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu.
b. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan
instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa untuk mengenal
dunia kerja.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan
mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam
pabrik serta melaksanakan study perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan penerapannya di lapangan.
b. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir aplikatif yang
berwawasan bagi mahasiswa dalam dunia kerja.

4
c. Membentuk komunikasi dua arah antara dunia kerja nyata dengan
dunia pendidikan sehingga tercipta arus informasi timbal balik dan
saling menguntungkan.
d. Memahami penerapan teori yang didapatkan dari bangku kuliah
melalui pengamatan yang sesungguhnya di lapangan.

5
BAB II

GAMBARAN UMUM PT. PERTAMINA EP


REGION JAWA FIELD CEPU

A. Gambaran Umum PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu


1. Sejarah Singkat PT. Pertamina EP

Pada tahun 1945 di daerah Sumatra Utara didirikan sebuah


perusahaan pengeboran minyak pribumi, yaitu PT MNRI Sumatra Utara
(Perusahaan Minyak Negara Republik Indonesia). Pada tahun yang sama
juga berdiri PERMINI (Perusahaan Minyak Republik Indonesia) di
Sumatra Selatan dan Jambi, lalu membubarkan diri pada tahun 1948. Pada
tahun 1950 berdiri PT MN Cepu, kemudian berubah menjadi PT MRI
Cepu (Perusahaan Minyak Republik Indonesia). Pada tanggal 22 Juli 1957,
PT MNRI Sumatra Utara berubah menjadi Pt MRI Sumatera Utara,
kemudian ditetapkan menjadi PT EMSU (Perseroan Terbatas Eksploitasi
Tambang minyak Sumatera Utara). Pada tanggal 10 Desember 1957, PT
EMSU berganti nama menjadi PERMINA (Perusahaan Minyak Nasional)
tanggal tersebut kemudian ditetapkan menjadi harti jadi PERTAMINA,
sesuai PP No.198/1966.

Berdasarkan PP tersebut maka PT. PERTAMINA berubah menjadi


PN. PERMINA. Kemudian berubah kembali pada tahun 1968 menjadi PN
PERTAMINA (Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara) sesuai PP No.27/1968. Pada tahun 1971 memngukuhkan PN
PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA yang merupakan perusahaan
minyak nasional satu-satunya yang berwenang untuk mengelola semua
bentuk kegiatan industri perminyakan di Indonesia berdasarkan UU No.8
tahun 1971. Dengan adanya UU no. 22 tahun 2001, Pertamina dituntut
untuk berubah bentuk hanya sebagai “player”. Maka dengan PP No. 31
tahun 2003 PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINA (Persero).

UU No. 22 Tahun 2001 sekaligus juga mewajibkan PT.


PERTAMINA (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna
6
mengelola usaha eksplorasi, eksploitasi dan produksi minyak dan gas,
sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir.

Atas dasar itulah PT. PERTAMINA EP didirikan pada 13


September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT. PERTAMINA EP,
maka pada tanggal 17 September 2005, PT. PERTAMINA (Persero) telah
melaksanakan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BP MIGAS (yang
berlaku sejak 17 September 2005) atas seluruh wilayah kuasa
pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang
berlaku. Sebagian besar wilayah PT. PERTAMINA (Persero) tersebut
dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PERTAMINA EP. Pada saat
bersamaan, PERTAMINA EP juga melaksanakan penandatangan KKS
dengan BP Migas yang berlaku sejak 17 September 2005.

Dengan demikian WK Pertamina EP adalah WK yang dahulu


dikelola oleh PT. PERTAMINA (Persero) sendiri, dan WK yang dikelola
oleh PT. PERTAMINA (Persero) melalui TAC (Technical Assistance
Contract) dan JOB EOR (Join Operating Body Enhanced Oil Recovery).

Saat ini tingkat produksi PT. PERTAMINA EP adalah sekitar


120.000 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan sekitar 1.003 million
standart cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas.

Wilayah Kerja (WK) seluas 140.000 km2 merupakan limpahan dari


sebagian besar Wilayah Kuasa Pertambangan Migas PT. PERTAMINA
(Persero). Pola pengelolaan usaha WK seluas itu dilakukan dengan cara
dioperasikan sendiri (Own Operation) dan kerja sama dalam bentuk
kemitraan, yakni Join Operating Body Enhanced Oil Recovery (JOB EOR)
sebanyak 3 kontrak dan Technical Assistance Contract (TAC) sebanyak 33
kontrak. Jika dilihat dari rentang geografinya Pertamina EP beroperasi
hamper diseluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

WK Pertamina EP terbagi dalam Tiga Region, yakni Sumatra, Jawa


dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Seluruh operasi JOB EOR dan TAC
dikelola dari Pusat sedangkan Own Operation dikelola di Region masing-
7
masing. Operasi ketiga region dibagi ke dalam 12 Field, yakni Rantau,
Pangkalan Susu, Lirik, Jambi, Prabu Mulih dan Pendopo di Sumatra,
Subang, Jatibarang, Tambun dan Cepu di Jawa, serta Sangatta, Bunyu dan
Papua di KTI.

Di samping itu Pertamina EP memiliki enam Unit Bisnis Pertamina


EP (UBPEP) yang terdiri dari UBPEP Lirik, UBPEP Jambi, UBPEP
Limau, UBPEP Tanjung, UBPEP Sangasanga dan UBPEP Tarakan.

Di samping pengelolaan WK tersebut di atas pola pengusahaan


usaha yang lain adalah dengan model pengelolaan melalui proyek-proyek,
antara lain proyek pengembangan gas yaitu: Proyek Pagar Dewa di
Sumatra Selatan, Gundih di Jawa Tengah dan Matindok di Sulawesi.

2. Sejarah Lapangan Minyak Cepu

Adrian Stoop, Sarjana Perminyakan dari Belanda pada akhir abad


18 datang di Indonesia, semula diperintah untuk mencari sumber air
minum. Pada saat melakukan sigi didaerah Cepu menemukan rekahan
tanah (Sleepage) yang mengeluarkan cairan kehitam-hitaman (Crude Oil)
yang oleh orang pada saat itu disebut latung atau lantung. Mulailah saat itu
± tahun 1860 dilakukan kegiatan eksplorasi di daerah Panolan yang
kemudian dikembangkan dengan kegiatan produksi di lapangan-lapangan
Ngareng, Kawengan, Wonocolo, Ledok, Ngelobo, Semanggi dan Lusi.

PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dengan Wilayah Kuasa


Pertambangan (WKP) daratan seluas ± 973 km2 meliputi 4 wilayah
Kabupaten Dati II yaitu Grobogan, Tuban, Blora dan Bojonegoro
umumnya di daerah hutan jati. WKP PEP Field Cepu diserah terimakan
dari PPT Migas ke Pertamina pada tanggal 1 April 1988 berdasarkan
Keputusan Presiden RI No.7 Tahun 1987 Tanggal 1 April 1987 dan SK
Menteri Pertambangan dan Energi No.177/k/130/m.pe/87, tanggal 5 Maret
1989. Berikut ini merupakan sejarah pengelolaan lapangan Migas Cepu,
yaitu:

8
a. Tahun 1888 : Dutche Petroleum Maatschappij

b. Tahun 1893 : Kegiatan eksplorasi pertama di Cepu

c. Tahun 1911 : Bataafsche Petroleum Maatschappij

d. Tahun 1942 : Pemerintah Jepang

e. Tahun 1948 : Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PT MN)

f. Tahun 1950 : Administrasi Sumber Minyak

g. Tahun 1957 : Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia


(PT MRI)

h. Tahun 1961 : PN Permigan

i. Tahun 1966 : Pusdik Migas, merupakan bagian dari Lemigas


Jakarta

j. Tahun 1978 : Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan


Gas Bumi (PPTMGB LEMIGAS)

k. Tahun 1984 : Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan


Gas Bumi (PPT Migas)

l. Tahun 1988 : PERTAMINA Unit EP III Cepu

m. Tahun 1995 : PERTAMINA Operasi EP Cepu

n. Tahun 1998 : PERTAMINA Daerah Operasi Hulu Cepu

o. Tahun 2000 : PERTAMINA Daerah Hulu Jawa Bagian Timur

p. Tahun 2003 : PT PERTAMINA (Persero) Daerah Hulu Jawa


Bagian Timur

q. Tahun 2005 : PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu

3. Visi dan Misi PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

9
Visi 2008 PT. Pertamina EP adalah “Menjadi Produsen Minyak
dan Gas Bumi Yang Bertanggung Jawb, Efektifnya Biaya Dan Efisien”,
sedangkan visi 2011 PT Pertamina EP adalah “Menjadi Produsen Minyak
Dan Gas Nomor 1 Di Indonesia” dan visi 2014 PT pertamian EP adalah
“Sebagai Produsen Minyak Dan Gas Bumi World Class”. Grand
Strategy menuju visi menjadi perusahaan world class dilakukan melalui
tahapan: “First Quality, Then Growth, Then Strive For Excellence”.

Untuk mencapai visi yang ditetapkan, PT Pertamina EP memiliki


misi, yaitu: “Melaksananakan Pengusahaan Sector Hulu Minyak Dan
Gas Bumi Dengan Berwawasan Lingkungan, Sehat Dan Mengutamakan
Keselamatan Serta Keunggulan Yang Memberikan Nilai Tambah Bagi
Stakeholder”.

4. Logo PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

Pertimbangan pergantian logo yaitu untuk dapat membangun


semangat atau spirit baru, mendorong perubahan Crporated Culture bagi
seluruh pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara perusahaan
minyak dan gas asing, serta mendorong daya saing perusahaan dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain:

a. Perubahan peran dan status hokum perusahaan menjadi perseroan


b. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasca
PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru dibidang
hulu dan hilir.

10
Gambar 2.1 Logo Pertamina

Elemen logo merupakan representasi huruf “P” yang secara keseluruhan


merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai pertamina
yang bergerak maju dan progresif.Warna-warna yang berani
menunujukkan langkah besar yang diambil PT Pertamina dan aspirasi
perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis. Warna-warna
tersebut adalah;

Biru : mencerminkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.


Hijau : mencerminkan sumber daya energy yang berwawasan lingkungan
Merah : keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi
berbagai macam keadaan.

Slogan Pertamina baru adalah “Always There” yang diterjemahkan


menjadi “selalu hadir mealayani”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku
seluruh jajaran pekerjaan akan menjadi entrepreneur dan customer
oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dihadapi dan yang akan
dihadapim oleh perusahaan.

5. Kegiatan PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

Kegiatan yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu


ini ada dua, yaitu

1. Eksplorasi

Kegiatan Eksplorasi di PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu


meliputi kegiatan:

11
a. Survey Geologi
b. Survey Seismik
c. Pemboran Eksplorasi

2. Eksploitasi
Kegiatan eksploitasi atau pengembangan yaitu kegiatan pemboran
eksploitasi di lapangan-lapangan produksi yang sudah ada dan di
lahan-lahan pengembangan sumur-sumur eksplorasi. Kegiatan itu
meliputi:

a. Pemboran Pengembangan
b. Reopening
c. KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)
d. Stimulasi
e. Reparasi
f. Produksi
6. Lokasi PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu mengelola dua lapangan


produksi (distrik), yaitu:

1. Distrik I Kawengan

Lapangan kawengan terletak sekitar 22 km sebelah timur


laut Cepu yaitu di Kab. Tuban dan kab. Bojonegoro, Jawa Timur.
Lapangan ini antiklin memanjang terhadap dari barat laut ke
tenggara dengan panjang 15 km dan lebar 1 km. lapangan ini
dikembangkan sejak tahun 1926 dengan jumlah sumur 154 sumur
terdiri dari 125 sumur menghasilkan minyak dan 12 sumur kosong
(dry hole) dengan produksi puncak sebesar 2300 m3/hari yang
dicapai pada tahun 1938 dan 1953. Kedalaman pemboran antar
413-2350 m. dari data tahun 2007 jumlah sumur yang berproduksi
berjumlah 45 buah dengan produksi minyak rata-rata selama tahun
2007 sebanyak 1.108 BOPD. Distrik ini meliputi lapangan

12
Kawengan, lapangan Wonokolo di Kab. Bojonegoro dan Kab.
Tuban.

Fasilitas produksi yang terdapat pada Distrik I Kawengan sebagai


berikut:

a. 7 SP (Kapasitas total 2252,5 m3)

b. 1 SPU (Kapasitas 6900 m3)

2. Distrik II Ledok – Nglobok

Distrik ini terletak di propinsi Jawa Tengah dan telah


dikembangkan sejak tahun 1986. Lapangan produksi Distrik II
Ledok – Nglobo atau Semanggi terdiri dari beberapa lapangan,
yaitu :

a. Lapangan produksi Ledok terletak ± 11 Km sebelah barat


sebelah berat Cepu, merupakan antiklin sepanjang 2,5 Km dan
lebar 1,25 Km, dikembangkan sejak tahun 1986. Puncak
produksi dicapai pada tahun 1928 sebesar 715 m3/hari. Jumlah
sumur produktif saat ini sebanyak 30 sumur, dengan produksi
minyak rata – rata selama tahun 2007 sebanyak 253 bpod.

b. Lapangan produksi Nglobo terletak ± 28 Km sebelah barat


cepu, merupakan antiklin sepanjang 1,5 Km, dikembangkan
sejak tahun 1903. Jumlah sumur produktif saat ini sebanyak 14
sumur, dengan produksi minyak rata – rata selama tahun 2007
sebanyak 127 bpod.

c. Lapangan produksi Semanggi terletak ±35 Km sebelah barat


Cepu, melalui Nglobo dengan luas ± 2,5 x 0,5 Km2. Jumlah
sumur produktif saat ini berjumlah 7 sumur dengan jumlah
produksi minyak rata – rata selama tahun 2007 sebanyak 260
bpod.

Fasilitas produksi yang terdapat pada Distrik II Nglobo dan Ledok


sebagai berikut:
13
a. Nglobo / Semanggi :

1) 3 SP ( kapasitas total 438 m3 )

2) 1 SPU ( kapasitas 3220 m3 )

b. Ledok :

1) 1 SP ( kapasitas total 123 m3 )


2) 1 SPU ( kapasitas 2430 m3 )

c. Pusat pengumpul produksi (PPP) Menggung

Kapasitas yang terdapat pada Pusat Pengumpul Produksi


(PPP) Menggung adalah 30.100 m3.

7. Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan HSE PT Pertamina EP Region


Jawa Field Cepu per bulan memilki jumlah pekerja dan jam kerja sebagai
berikut :

1. Pekerja Tetap

a. Jumlah pekerja : sebanyak 85 orang

b. Jumlah jam kerja : selama 342.977 jam

2. Pekarya / Sub Kontraktor

a. Jumlah Pekerja : sebayak 567 orang

b. Jumlah jam kerja : sebanyak 87.248 jam

8. Unit-Unit Produksi Perusahaan

Kegiatan utama PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu adlah


produksi minyak dan gas bumi. Lapangan minyak field Cepu bulan
Agustus tahun 1991 samapai dengan sekarang mempunyai 4 sub lapangan.
Sub lapangasn tersebut adalah Sub Lapangan Cepu, Sub Lapangan
Kawengan, Sub Lapangan Nglobo, Sub Lapangan Ledok.

14
Diagram alir produksi minyak PT. Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu dan WKP PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dapat
dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3.

15
Gambar 2.2 Diagram Alir Produksi Minyak PT. Pertamina EP Region Jawa FieldCepu

16
Banyuasin

Gambar 2.3 WKP PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu

17
Secara umum lapangan minyak Field Cepu terletak di 2 propinsi
yaitu propinsi Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Blora dan Grobogan serta
Propinsi Jawa Timur tepatnya Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Aliran
proses produksi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :

Campuran aliran fluida yang mengandung minyak, gas, dan air dari
sumur pompa di masing – masing sub lapangan dialirkan ke Stasiun
Pengumpul (SP). Pada SP, gas dipisahkan dari minyak dan air kemudian
dikeringkan dengan menggunakan scrubber. Gas hasil pengeringan dalam
scrubber ini dimanfaatkan untuk bahan bakar, sedangkan sisa gas dibakar
di flare.

Minyak yang diperoleh dari sumur – sumur produksi di tampung di


SP kemudian dialirkan ke Stasiun Pengumpul Utama (SPU) yang ada di
setiap sub lapangan, selanjutnya dialirkan ke Pusat Pengumpul Produksi
(PPP) Menggung dengan menggunakan jalur pipa (trunk line).

Lapangan Cepu secara keseluruhan mempunyai 525 sumur yang


sebagian yang sudah tidak berproduksi lagi. Pengoperasian sumur – sumur
minyak, SP, SPU, PPP, fasilitas perkantoran, perumahan, dll memerlukan
tenaga listrik yang sebagian dipenuhi tenaga diesel milik Field Cepu
sendrir yang berbahan bakar solar (untuk Distrik I Kawengan dan Distrik
II Nglobo) , sedangakan di Cepu disuplai dari pusdiklat Migas dan Distrik
II Ledok dari PLN.

i. Sub Lapangan Cepu :

1. Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Menggung

PPP Menggung befungsi sebagai pusat pengumpul produksi


minyak dari sub – sub lapangan (Kawengan, Nglobo Ledok) untuk
disalurkan ke kilang PPT Migas melalui jalur pipa sepanjang ± 1 Km.
Jumlah minyak yang disalurkan ± sebesar 365 m3 per hari.

18
PPP Menggung terletak di desa Karangboyo, Kecamatan Cepu,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Batas lingkungan lokasi PPP
Menggung adalah sebelah timur berbatasan dengan jalan umum dan
permukiman penduduk, sebelah barat berbatasan dengan permukiman
penduduk dan lahan pertanian, sebelah utara berbatasan dengan lahan
pertanian dan gedung laboratorium produksi Pusdiklat Migas, dan
sebelah barat berbatasan dengan jalan umum perusahaan dinas
Pusdiklat Migas dan kantor MCL.

Sarana produksi yang terdapat di PPP Menggung meliputi :

a. Tangki penampung produksi sebanyak 6 buah yang berkapasitas


masing – masing tangki no. 931 sebesar 47707, 736 m 3, tangki no.
936 sebesar 2317, 119 m3, tangki no. 941 sebesar 7215,022 m3,
tangki no. 942 sebesar 7216,893 m3, dan tangki no. 143 sebesar 4491
m3.

b. Tangki penampung tersebut dibagi dalam tiga kelompok dalam


pengoperasiannya secara bergantian sesuai kebutuhan yaitu sebagai
tangki penerima produksi dari sub-sub lapangan, tangki settling
(pengendap) serta tangki pengirim produksi yang telah dilakukan
ceratan (drain) kandungan air dalam tangki.

c. Boiler sebanyak dua unit untuk pembuatan steam pemanas tangki


yang dilengkapi dengan pompa centrifugal.

Oil catcher (API separator). Penceratan (drain) air pada prinsipnya


dipusatkan di PPP Menggung. Minyak yang masih terikat dari
ceretan air ditangkap oleh oil catcher kemudian kemudian minyak
hasil tangkapan tersebut dipompakan kembali ke tangki penerima
produksi. Air limbah dibuang melalui saluran kali kecil yang
bermuara di Sungai Bengawan Solo

19
ii. Sub Lapangan Kawengan

Sub lapangan Kawengan terletak ± 22 km sebelah timur laut Kota Cepu


pada ketinggian ± 235 m dpl. Aktifitas pada sub lapangn Kawengan
meliputi:

a. Sumur Migas

Sumur hasil pengeboran yang pertama kali dilakukan adalah sumur


KW-1 Kawengan pada tahun 1926 oleh BPM. Sedangkan pengeboran
terakhir dilakukan pada tahun 1957. Sumur yang dihasilkan dari hasil
pengeboran adalah 137 sumur yang terdiri dari sumur Kawengan (KW)
sebanyak 129 sumur dan sumur kidangan (KD) sebanyak 8 sumur.

Sumur Kawengan terletak di KEcamatan Senori Kabupaten Tuban


dan Kecamatan Kasiman serta Malo Kabupaten Bojonegoro Propinsi
Jawa Timur, sedangkan sumur kidangan terletak di Kecamatan Malo
Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur.

b. Kegiatan Field Produksi

1) Sumur Produksi Distrik 1 Kawengan

RIG LTO 650/KW P. 22 merupakan salah satu lokasi


tempat pengeboran minyak untuk membuat sumurproduksi yang
baru. Di Field lokasi banyak sekali pekerjaan yang dilakukan. Di
dalamnya ada bagian untuk proses pengeboran dan proses
pembuatan lumpur. Lumpur merupakan bahan yang digunakan
untuk proses pengeboran, untuk melunakkan lapisan tanah agar
mudah untuk dibor. Lumpur tersebut adalah lumpur buatan, yaitu
campuran dari tanah lempung dengan bahan-bahan kimia.

Operasi pengeboran/rig:

a) Di dalam jarak 100 kaki (30m) dari well head dilarang ada api
dan dilarang untuk merokok.

20
b) Pasang tanda larangan merokok dengan jelas.

c) Pesawat telepon yang dipasang di Rig harus dipasang di suatu


tempat minimal pada jarak 100 kaki (30m) dari sumur
sebaiknya di dekat stasiun control pencegah blow out.

d) Tali lari (escape line) dan trabelling carrige (kursi lari) harus
tersedia dan terpasang.

e) Pelaksanaan UKL (Uji Kandungan Lapisan) di atas jangan


sampai waktu malam hari.

f) Kendaraan-kendaraan hanya boleh mendekati well head dari


arah datangnya angin dan paling dekat hanya pada jarak 30m
dari Rig.

g) Lokasi pengeboran harus dilengkapi dengan sistem drainage


dan dialihkan ke sarana pengolahan limbah.

h) Ketel harus terletak pada jarak minimal 150 kaki (45m) dari
well head pada arah datangnya angin dan di daerah yang
berventilasi alam yang baik.

Tempat pembakaran (burning poin) supaya dikelilingi dengan


tanggul yang terletak pada jarak min 1000 kaki (300m) dari
Rig/sumur dan ditetapkan pada arah datangnya angin serta lebih
rendah dari well head selain tidak pada saluran utama drainage.
Dalam proses pengeboran menggunakan mesin atau peralatan kerja
sebagai berikut:

a) Menara drilling
b) Mesin pengebor
c) Meja bor
d) Mata bor
e) Blow Out Preventer untuk mencegah semburan liar

21
f) Alat Pelindung Diri (APD): helm safety, kaca mata
pelindung, ear muff, sarung tangan, dan sepatu safety.
g) Terdapat water eyes dan water wah untuk pekerja yang
terkontaminasi bahan-bahan kimia.
2) Stasiun Pengumpul (SP)

SP di Sub Lapangan Kawengan berjumlah enam,


diantaranya: SP I, II, III, IV, dan VI. SP merupakan lokasi
penampungan minyak yang berasal dari beberapa sumur produksi
di sekitarnya. Selain itu, di SP juga terdapat kegiatan
sepertiproses/tempat untuk memisahkan minyak, air dan gas. Untuk
gasnya dipisahkan di dalam tabung separator, kemudian minyak
dan airnya diteruskan ke SPU (Stasiun Pengumpul Utama)
Kawengan. Tenaga kerja yang bertugas sebagai operator di masing-
masing SP biasanya berjumlah 3 orang dengan jam kerjanya
selama 12 jam, dan shift kerjanya 2 hari kerja, 1 hari libur.

Tabel 2.1 Mesin dan peralatan kerja yang biasanyan ada di Area SP
Kawengan, diantaranya:

No Mesin dan Peralatan Keterangan


Kerja

1. Tangki minyak tempat untuk menampung minyak


dari sumur

2. Tangki air tempat untuk menampung air hasil


dari pemisahan dengan minyak

3. Pipa line / Flow line pipa penyalur minyak dari sumur ke


SP

4. Trunk line pipa penyalur minyak dari SP ke


SPU

5. Pompa air injeksi digunakan untuk flushing dan


menginjeksikan air asin ke sumur

22
injeksi

6. Separator tabung untuk memisahkan minyak


dengan gas, guna keperluan
lapangan

7. Alat pelindung diri sepatu safety, helm safety, kacamata


pelindung, ear plug, sarung tangan,
masker, dan masker khusus untuk
gas H2S

8. Pompa transfer digunakan untuk mentransfer


minyak ke SPU

9. Bak penampung air digunakan untuk menampung air


asin yang digunakan untuk
Flusshing (membersihkan) sisa
minyak yang masih tersisa di dalam
truk line) dan diinjeksikan ke sumur
injeksi.

3) SS (Sub Stasiun) Distrik I Kawengan

SS adalah lokasi penampungan minyak yang berasal dari


sumur-sumur produksi sebanyak 3 sumur. Di SS merupakan
proses/tempat untuk memisahkan minyak, air, dan gas. Untuk
gasnya dipisahkan dalam tabung separator, kemudian minyak dan
airnya diteruskan ke SPU (Stasiun Pengumpul Utama) Kawengan.
SS Kawengan memiliki 3 orang tenaga kerja yang tugasnya sebagai
operator SP, jam kerjanya 12 jam, dan shift kerjanya 2 hari kerja, 1
hari libur. Hasil produksi minyak yang diterima di SS dari 3 sumur
sebanyak 19m3 perhari.

Tabel 2.2 Mesin dan peralatan kerja yang digunakan di SS (Sub


Stasiun):

23
No Mesin dan Peralatan Keterangan
Kerja

1. Tangki minyak tempat untuk menampung minyak.

2. Tangki air tempat untuk menampung air hasil dari


pemisahan dengan minyak.

3. Trunk line pipa penyalur dari SS ke SPU.

4. Flow line pipa penyalur minyak dari sumur ke SS.

5. Separator tempat untuk memisahkan minyak


dengan gas. Gas yang telah dipisah guna
kepentingan lapangan.

6. Pompa air injeksi digunakan untuk flushing dan


menginjeksikan air asin ke sumur injeksi.

7. Alat pelindung diri sepatu safety, kacamata pelindung,


masker, masker khusus untuk gas H2S,
sarung tangan.

8. Pompa transfer digunakan untuk mendorong atau


mengirim minyak ke SPU.

9. Fire pump Mesinpompa yang digunakan untuk


menanggulangi kebakaran atau ledakan.

10 Scrubber digunakan untuk mengeringkan gas. Gas


. yang ada di scrubber kemudian
digunakan untuk mesin.

4) SPU Distrik I Kawengan

SPU Distrik I Kawengan merupakan Stasiun Pengumpul


Utama yang ada di Kawengan. SPU ini berguna untuk menampung
hasil minyak dari seluruh SP yang ada di Kawengan, yang
kemudian dari SPU dikirim ke PPP (Pusat Pengumpul Produksi)

24
Menggung. SPU ini menerima kiriman kiriman minyak dari 6 SP
dan 1 SS di Kawengan. Di SPU ini juga memiliki 3 orang petugas
operator yang bekerja selama 12 jam dengan shift 2 hari kerja 1
hari libur.

Tabel 2.3 Mesin dan peralatan kerja yang ada di Field SPU:

No Mesin dan Peralatan Keterangan


Kerja

1. Tangki minyak tempat untuk menampung minyak


dari semua Stasiun Pengumpul
(SP) Kawengan yang nantinya
akan dikirim ke Pusat Pengumpul
Produksi (PPP).

2. Tangki air tempat untuk penampung air yang


digunakan untuk flushing.

3. Trunk line pipa untuk penyalur minyak dari


Stasiun Pengumpul (SP) ke Stasiun
Pengumpul Utama (SPU) yang
kemudian untuk menyalurkan
minyak ke Pusat Penampungan
Produksi (PPP).

4. Pompa transfer digunakan untuk mentransfer


minyak kePusat Penampungan
Produksi (PPP) Menggung.

5. Alat pelindung diri sepatu safety, masker, ear plug,


sarung tangan, helm safety.

6. Fire pump alat pemadam kebakaran.

7. Bak penampung air untuk air pemadaman.

25
iii. Sub Lapangan Ledok

Sub lapangan Ledok terletak ± 12 km sebelah barat laut kota Cepu pada
ketinggian ± 108m dpl. Aktivitas pada sub lapangan Ledok meliputi:

a. Sumur Migas

Sumur yang pertama kali dibor adalah sumur no.1 Ledok pada
tahun 1983 dan sumur-sumuryang telah dibor sebanyak ± 251
sumur. Sampai sekarang sumur yang berproduksi sebanyak 9
sumur dengan kapasitas produksi sebesar ±26,1 m3 per hari.
Sumur-sumur lainnya banyak yang sudah mati dan beberapa sumur
ada yang memerlukan perawatan KUPL.

Sumur-sumur Ledok terletak di Kecamatan Jiken dan Sambong


Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah. Sumur-sumur Ledok
seluruhnya diproduksi dengan menggunakan pumping unit, kecuali
sumur L-207 diproduksi secara sembur alam (merupakan satu-
satunya sumur tua diseluruh lapangan Cepu yang diproduksikan
secara sembur alam).

Hampir seluruh sumur-sumur yang ada di sub lapangan Ledok


terletak di Kawasasan Hutan Produksi (KHP) Cepu.

b. Stasiun Pengumpul (SP)

Sub Lapangan Ledok mempunyai 2 SP minyak yaitu SP I dan SP


II. Kedua SP tersebut terletak di KHP Cepu. Fasilitas pada SP I
terdiri dari 4 unit tangki, 3 unit separator dan 1 unit scrubber.
Kapasitas tangki keseluruhan adalah 51,35 m3, sedangkan pada SP
II terdiri dari 3 unit tangki serta 2 unit separator, kapasitas tangki
keseluruhan adalah 21,12 m3. Akan tetapi pada SP II ini sudah
tidak berfungsi lagi, karena sumur-sumur produksi yang ada di
sekitar SP II sudah tidak berproduksi lagi.

26
SP I Distrik II Ledok adalah stasiun pengumpul yang menerima
hasil kiriman minyak, gas dan air dari 18 sumur produksi yang ada
di Field Distrik II Ledok. Kapasitas total untuk SP I Distrik II
Ledok sekitar ±123 m3. Hasil minyak dari sumur yang diterima dari
di SP I Distrik II Ledok kemudian dikirim ke SPU Distrik II Ledok.
Petugas operator yang berada di SP I Distrik II Ledok sejumlah 3
orang. Jam kerjanya selama 12 jam, shift kerjanya 2 hari kerja 1
hari libur.

Tabel 2.4 Mesin dan peralatan kerja yang digunakan di SP I Distrik


II Ledok:

No Mesin dan Peralatan Keterangan


Kerja

1. Tangki minyak tangki yang digunakan untuk


menampung hasil minyak dari
sumur.

2. Flow line pipa penyalur minyak dari sumur ke


SP

3. Trunk line pipa penyalur guna membawa


minyak ke SPU

4. Separator tempat untuk memisahkan minyak


dengan gas. Gas yang telah dipisah
guna kepentingan lapangan.

5. Scrubber digunakan untuk mengeringkan gas.


Gas yang ada di srubber kemudian
digunakan untuk mesin engine.

6. Alat Pelindung Diri helm dan sepatu safety, masker,


sarung tangan, kaca mata pelindung,
masker khusus yang digunakan

27
untuk gas H2S.

7. Tangki test tangki yang isinya digunakan untuk


mengetes apakah sumur masih
berproduksi atau tidak.

8. Bak penampung air digunakan untuk menampung air


asin yang digunakan untuk
Flusshing, membersihkan sisa
minyak yang masih sisa di dalam
trunk line.

c. Stasiun Pengumpul (SPU)

SPU Ledok merupakan tempat untuk menampung hasil produksi


minyak dari SP I dan SP II Ledok. Letak SPU Ledok adalah di
dalam KHP Cepu yang administratif terletak di Kecamatan
Sambong. SPU Ledok mempunyai 4 tangki pengirim minyak ke
PPP Menggung dilakukan melalui pipa yang berdiameter 4 inch
dan aliran digerakkan dengan menggunakan pompa.

iv. Sub Lapangan Nglobo / Semanggi

Sub lapangan Nglobo terletak ± 23 km sebelah barat kota Cepu pada


ketinggian ± 190 m dpl. Aktifitas pada sub lapangan Nglobo meliputi:

a. Sumur-sumur Migas

Sumur yang pertama kali dibor adalah sumur No. 1 Semanggi pada
tahun 1896 dan sumur-sumur yang telah dibor sebanyak ± 44 sumur di
Nglobo dan ± 87 sumur di Semanggi. Sumur yang berproduksi
sebanyak 16 sumur (13 sumur di nglobo dan 3 sumur di Semanggi).

Sumur-sumur di Nglobo terletak di Kecamatan jiken, sedang sumur di


Semanggi terletak di Kecamatan Japon Kabupaten Blora Propinsi Jawa

28
Tengah. Sebagian besar sumur-sumur Nglobo tersebut terletak di KHP
Cepu dan sebagian kecil terletak di ladang, sedangkan sumur-sumur
Semanggi terletak di KHP Randubaltung. Sumur-sumur di Nglobo dan
Semanggi seluruhnya diproduksi dengan menggunakan pumping unit,
kecuali sumur Semanggi P2 berproduksi secara sembur alami.

b. Stasiun Pengumpul (SP)

Sub lapangan Nglobo mempunyai 3 SP minyak yaitu SP I Nglobo, SP


II Nglobo dan SP III Semanggi. Fasilitas pada SP I Nglobo terdiri dari 9
unit tangki dan 4 unit separator. Kapasitas tangki keseluruhan adalah
163,8 m3. Pada SP II Nglobo terdapat 9 unit tangki dan 4 unit separator.
Kapasitas tangki keseluruhan adalah 126,8 m3. Sedangkan fasilitas pada
SP III Semanggi terdapat 7 unit tangki, 3 diantaranya telah rusak serta 4
unit separator. Kapasitas tangki keseluruhan adalah 347,75 m3.

SP merupakan tempat yang menerima hasil kiriman minyak, gas dan air
dari beberapa sumur produksi yang ada di Field Distrik II Nglobo. Hasil
minyak dari sumur yang diterima di SP III Semanggi Distrik II Nglobo
kemudian dikirim ke SPU Distrik II Nglobo. Petugas operator yang
berada di SP Semanggi Distrik II Nglobo sejumlah 3 orang. Jam
kerjanya selama 12 jam, shift kerjanya 2 hari kerja 1 hari libur

Tabel 2.5 Mesin dan peralatan kerja yang ada di SP Semanggi Distrik II
Nglobo:

No Mesin dan Peralatan Keterangan


Kerja

1. Tangki minyak tangki yang digunakan untuk


menampung hasil minyak dari sumur.

2. Tangki air tempat untuk menampung air hasil


dari pemisahan dengan minyak.

3. Flow line pipa penyalur minyak dari sumur ke

29
SP

4. Trunk line pipa penyalur guna membawa minyak


ke SPU

5. Pompa air injeksi untuk flushing dan menginjeksikan air


asin ke dalam sumur injeksi.

6. Mesin pompa digunakan untuk mendorong atau


transfer mengirim minyak ke SPU.

7. Scrubber digunakan untuk mengeringkan gas.


Gas yang ada di srubber kemudian
digunakan untuk mesin engine.

8. Separator tempat untuk memisahkan minyak


dengan gas. Gas yang telah dipisah
guna kepentingan lapangan.

9. Bak penampung air digunakan untuk menampung air asin


yang digunakan untuk Flusshing,
membersihkan sisa minyak yang
masih sisa di dalam trunk line.

10. Fire pump mesin pompa yang digunakan untuk


menanggulangi kebakaran/ledakan.

11. Alat Pelindung Diri helm dan sepatu safety, masker,


sarung tangan, kaca mata pelindung,
masker khusus yang digunakan untuk
gas H2S.

c. Stasiun Pengumpul Utama (SPU)

SPU pada Nglobo mempunyai 6 tangki yang digunakan umtuk


menampung hasil produksi minyak dari SP. Kapasitas tangki
keseluruhan adalah 2800,75 m3. Selain itu juga terdapat 3 unit

30
tangki air yang berkapasitas 49,2 m3. Pengiriman minyak ke PPP
Menggung dilakukan melaui piap yang berdiameter 4 inch
sepanjang 23 km dan aliran gerakkan dengan menggunakan pompa
transfer. Mesin dan peralatan yang digunakan sama halnya pada
stasiun pengumpul.

B. Gambaran Khusus Bagian Healty, Safety, And Environment (HSE) PT.


Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
1. Struktur Organisasi Bagian HSE
Pada kegiatan Kerja Praktek ini, penulis melaksanakan Kerja Praktek di
unit Healthy, Safety, and Environment (HSE). Berikut adalah bagan
struktur Organisasi Healty, Safety, & Environment (HSE) PT. Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu.

KEPALA
HSE

Pws. Utama Pws. Utama


Keselamatan. Lindungan
Kesehatan Kerja Lingkungan
Pws. Utama
Inspeksi Sarana
Fasilitas

Pws. Kesehatan Kerja Pws. Operasi LL


dan Higiene Industri Inspektor

Pws. Pencegahan dan


Pws. Pencegahan Penanggulangan LL
Penanggulangan Kebakaran

31
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pekerja Healthy, Safety, &
Environment (HSE) PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

2. Visi dan Misi HSE PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu


Visi HSE PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu adalah
terwujudnya kondisi operasi PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
yang aman, nyaman, handal, efisien wawasan lingkungan. Sedangkan
misi HSE PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu adalah menerapkan
manajemen dan teknologi HSE sesuai standart nasional dan internasional
guna mencegah kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja,
kebakaran, atau peledakan, pencemaran lingkungan, penyakit akibat kerja,
dan kegagalan tenaga atau operasi lainnya.

3. Kebijakan Quality Healty Safety & Environment (QHSE)

Quality, healthy, safety, & environment merupakan bagian yang


sangat penting untuk pengusahaan keberhasilan perusahaan dalam
pengelolaan lapangan migas dan membina hubungan baik, memberikan
kepuasan kepada stakeholder dan lingkungan sekitar. Dalam usaha
peningkatan performance perusahaan PT Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu berupaya secara terus – menerus untuk memenuhi standar bidang
HSE dan menerapkan sistem manajemen mutu dan sistem manajemen
HSE secara terpadu dan terintegrasi. Penyampaian komitmen tersebut
diwujudkan dengan :

a. Meningkatkan Kehandalan Operasi (Operation Excellent)


PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu menuju world class
company perlu meningkatkan kehandalan operasi dengan
menerapkan good oil engineering practices dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya.

b. Menciptakan Lingkungan Industri yang Aman dan Sehat

32
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu harus menciptakan
kondisi kondisi kerja yang aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja
sehingga terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
menjamin kelayakan sarana dan fasilitas operasi secara berkelanjutan

c. Melestarikan Lingkungan
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam operasinya
senantiasa bertindak pro aktif dalam melestarikan lingkungan dengan
meningkatkan kualitas lingkungan dan penghematan energi.

d. Meningkatkan Citra Perusahaan


PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu senantiasa menjalin
hubungan yang harmonis dengan stakeholder dan masyarakat sekitar
daerah operasi dan berpartisipasi dalam upaya memecahkan
permasalahan yang timbul sebagai akibat dan kegiatan operasi
perusahaan.

Seluruh pekerja dan mitra kerja diharuskan mempelajari, memahami,


dan menerapkan standar HSE yang berlaku sebagai budaya kerja di PT
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Penerapan kebijakan ini, menjadi
tanggung jawab penuh seluruh jajaran manajemen, mitra kerja PT
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu serta menjadi kewajiban
manajemen untuk memantau pelaksanaannya secara konsisten.

4. Strategi HSE / K3LL


Strategi yang dimilki oleh HSE / K3LL PT Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu adalah:
a. Aplikasi manajemen HSE / K3LL.
b. Pelatihan dan pemberdayaan HSE / K3LL bagi semua pekerja dan
mitra usaha.
c. Pengembangan budaya HSE / K3LL.

33
d. Penerapan teknologi HSE / K3LL yang terintegrasi untuk mengurangi
tingkat kecelakaan (kecelakaan kerja, kebakaran, semburan liar,
penyakit akibat kerja, dan polusi lingkungan).
e. Mengurangi setiap ganngguan operasional seminimal mungkin.
f. Meningkatkan penerapan aplikasi regulasi pemerintah di bidang HSE /
K3LL di lapangan.
g. Meningkatkan nama baik peruahaan di bidang HSE / K3LL
5. Tugas HSE / K3LL
Tugas dari HSE / K3LL PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
sebagai berikut :
a. Pembinaan terhadap pelaksanaan peraturan – peraturan, norma –
norma, serta kebijakan – kebijakan peruahaan dalam aspek HSE /
K3LL.
b. Mengatur dan melaksanakan program pemerintah (inspeksi tambang)
yang berhubungan dengan aspek HSE / K3LL.
c. Pembinaan dan penilaian terhadap usaha HSE / K3LL dalam kegiatan
yang berwawasan lingkungan.
d. Pengawasan “Keslingker” pada kegiatan operasional dan pencegahan
atau penanggulangan kebakaran.
e. Koordinasi terhadap lingkungan.
f. Pengawasan sertifikasi atau perijinan operasi peralatan.
g. Koordinasi pemeliharaan dan menentukn kualitas peralatan
keselamatan kerja.
6. Sasaran Pokok HSE/K3LL
Adapun sasaran pokok dari HSE PT Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu adalah mewujudkan keadaan bisnis atau pengusahaan minyak dan
gas bumi yang aman, handal, efisien,dan berwawasan lingkungan dengan
cara:
a. Penurunan tingkat Insiden (Kecelakaan, Kebakaran, Peledakan,
Penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan).
b. Penurunan tuntutan ganti rugi.

34
c. Penurunan tingkat gangguan operasi.
d. Peningkatan pemenuhan peraturan pemerintah di bidang HSE/K3LL.
e. Penigkatan citra HSE/K3LL di mata segala pihak.
7. Peran dan Tanggung Jawab HSE/K3LL
Tugas dan tanggug jawab yang dimiliki oleh HSE PT Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu adalah :
a. Operation HSE:
1. Memantau pelaksanaan sistem tata kerja (STK) di arena operasi.
2. Mengajukan permasalahan aspek HSE yang tidak terselesaikan di
unit area operasi ke fungsi terkait HSE EP.
3. Mengkoordinir pelaksanaan pemenuhan peraturan perundang-
undangan aspek HSE dalam kegiatan HSE.
4. Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan insiden.
5. Memantau penerapan atas pembinaan SDM dan aspek K3,
lindungan lingkungan dan inspeksi peralatan yang berada di unit
operasi untuk meningkatkan kompetensi.
6. Mengkooordinir dan memantau penerapan metode atau teknologi
baru yang telah digaji fungsi terkait.
7. Memfasilitasi atas pelaksanaan gajian atau studi aspek HSE.
8. Menyiapkan dukungan teknis untuk proses sertifikasi atau
verifikasi fasilitas peralatan dan transmisi (Pipa Penyalur).
b. K3 HSE
1. Menyusun evaluasi dan mengembangkan standar sistem tata kerja
(STK) aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi atas permasalahan
K3 berdasarkan standar atau kode.
3. Melakukan pemantauan terhadap pentaatan dan penerapan
peraturan perundangan yang berlaku untuk aspek K3.
4. Memantau, mengevaluasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan
kejadian kecelakaan, penyakit akibat kerja, kebakaran atau
peledakan dan merekomendasikan langkah-langkah antisipasi.

35
5. Melakukan investigasi terhadap kejadian kecelakaan, kebakaran
atau peledakan dan penyakit akibat kerja.
6. Membina SDM dalam aspek K3 untuk meningkatkan kompetensi.
7. Mengkaji dan sosialisasikan metode baru atau hasil kajian di
bidang K3.
8. Mengkoordinir pelaksanaan studi atau pengkajian aspek K3.
9. Melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan lembaga
atau institusi lain.
10. Mengelola sistem informasi K3.
11. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek K3 instansi
pemerintah dan BP Migas.
c. Lindung Lingkungan (LL) HSE
1. Menyusun, mengevaluasi, dan mengembangkan standar dan
sistem tata kerja (STK) aspek Lindung Lingkungan (LL).
2. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi atas permasalahan
lingkungan berdasarkan standar/baku mutu.
3. Melakukan pemantauan terhadap pentaatan dan penerapan
peraturan perundangan lingkungan yang berlaku untuk kegiatan
operasional.
4. Memantau dan mengevaluasi kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kejadian pencemaran lingkungan akibat kegiatan
operasi dan merekomendasikan langkah – langkah antisipasi.
5. Menginvestigasi terhadap kejadian pencemaran lingkungan.
6. Pembinaan SDM dalam aspek lingkungan untuk meningkatkan
kompetensi.
7. Mengkaji dan mensosialisasikan metode atau teknologi baru dari
hasil kajian di bidang lingkungan.
8. Mengkoordinasikan pelaksanaan studi atau kajian aspek
lingkungan.
9. Melakukan kerja sama dengan Instansi Pemerintah dan Lembaga
atau Institusi.

36
10. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek lingkungan oleh
Instansi Pemerintah dan BP MIGAS.

37
BAB III
HASIL KEGIATAN MAGANG

A. Pelaksanaan Program Keselamatan Kerja


Bagian Health Safety and Environment (HSE) adalah bagian dari
perusahaan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan
karyawan yang bekerja di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu.
Untuk itu HSE telah merancang suatu kesehatan dan keselamatan kerja
guna menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
a. Pelaksanaan Proses Penilaian Resiko

Penilaian resiko adalah suatu kegiatan dalam menganalisis


suatu resiko pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Program ini dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang ada
dalam setiap pekerjaan. Sedangkan jenis pekerjaan yang beresiko
dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No: Kep.235/MEN/2003 tentang
jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan
moral terutama yang berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan pada
lingkungan kerja yang berbahaya ( bahaya fisik dan kimia).

Dalam upaya menciptakan kecelakaan nihil di lingkungan


kerja dengan rutinitas pekerjaan yang mempunyai resiko cukup tinggi,
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu menggunakan kotak merah
yang berisikan kartu “Peka Card” yang disebar pada semua lokasi
distrik pengumpulan minyak. Waktu tersebut berisikan laporan-
laporan pelanggaran yang dilakukan oleh para pekerja di lokasi distrik
pengumpulan minyak sehingga mampu mencegah kejadian yang
serupa di waktu yang akan datang. Apabila ditemukan adanya potensi
bahaya dalam suatu proses, maka dilakukan diskusi antar orang-orang

38
yang berkepentingan untuk dialakukan suatu tindakan lebih lanjut,
sehingga tercapai keputusan yang terbaik untuk menyelesaikan
masalah yang ada dan disetujui oleh semua pihak. Untuk lebih
jelasnya kotak merah yang berisikan kartu Peka Card dapat dilihat
pada gambar 6.1

Gambar 3.1 Peka Card

b. Pelaksanaan Pelatihan K3
Penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan kerja
ditempat kerja bagi pekerja dan pekarya tak lepas dari kualitas SDM
yang akan berperan menjadi pengelola dan pelaksana kegiatan-
kegiatan K3 yang dilaksanakan perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan pengetahuan,
kemampuan serta ketrampilan SDM dalam mengelola K3. Selain itu,
perusahaan wajib mematuhi peraturan dan perundangan dibidang K3
yang harus disosialisasikan kepada seluruh karyawan dalam hal
meningkatkan kesadaran dan pengetahuannya tentang K3 sehingga
diterapkan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

c. Pelaksanaan Safety Sign, Safety Poster, dan Rambu-Rambu

Pembuatan safety sign, safety poster dan pengadaan rambu-


rambu oleh tim HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu

39
bertujuan untuk memberikan himbauan, peringatan, dan tanda-tanda
kepada para pekerja mengenai potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Pelaksanaan program ini wajib dilakukan dan ditaati oleh semua
pekerja, terutama di area lokasi sumur pengumpul (SP), sumur
pengumpul utama (SPU), dan lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar 6.2

Gambar 3.2 Safety Sign

d. Pelaksanaan Kewajiban Menggunakan Alat Pelindung Diri


(APD)

Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan pelindung


perorangan yang biasanya wajib digunakan oleh para pekerja atau
karyawan yang bekerja di sebuah proyek atau kilang minyak.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus
memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

Alat Pelindung Diri (APD) berperan penting terhadap


kesehatan dan keselamatan kerja. Dalam pembangunan nasional,
tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai
perilaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu
dilakukan upaya-upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik,

40
sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga
kerja, terjadi kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa,
cacat, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua
pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.

Jenis alat pelindung diri (APD) yang tersedia pada PT. Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu sebagai berikut:

1. Alat Pelindung Kepala

Safety Helmet

Fungsi :

- Melindungi kepala dari benda keras, pukulan, benturan, terjatuh


dan kena arus listrik

- Melindungi kepala dari kebakaran, korosi, uap-uap panas atau


dingin

- Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin


berputar

Syarat :

- Tahan terhadap tegangan listrik tinggi maupun rendah


- Tahan terhadap api
- Tahan terhadap air
- Terbuat dari bahan yang kuat, tidak boleh pecah
- Tahan terhadap bahan-bahan kimia

41
Gambar 3.3 Safety Helmet

2. Alat Pelindung Mata dan Muka

Face Shield

Fungsi :

- Melindungi muka dari lemparan benda-benda kecil


- Melindungi muka dari benda-benda panas
- Melindungi muka dari pengaruh cahaya
- Melindungi muka dari radiasi tertentu

Syarat :

Lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi atau efek prisam lebih
dari 1/16 prisma dioptri; artinya perbedaan refraksi, harus lebih
kecil dari 1/16 dioptri.

Bahan pembuat alat : gelas atau kaca biasa atau plastik

Gelas yang ditempa secara panas. Bila pecah tidak menimbulkan


bagian-bagian yang tajam. Gelas dengan berbahan dari aluminium
dan lain-lain dengan kualitas terbaik adalah jenis gelas yang
ditempa secara panas karena bila pecah tak menimbulkan bagian-
bagian yang tajam. Bila dipasang frame tak mudah lepas. Dari
plastik ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya seperti
:selulosa asetat, akrilik, poli karbonat dan lain-lain.

42
Gambar 3.4 Face Shield

3. Alat Pelindung Telinga

a. Sumbat Telinga (Ear Plug)

Fungsi : dapat mengurangi suara 10 sampai dengan 20 Db,


dengan syarat :

Dapat menahan frekuensi tertentu, sedangkan frekuensi untuk


bicara biasanya (komunikasi) tidak terganggu.

Bahan pembuat alat :

Karet, plastik kertas, plastik yang lunak, lilin, dan kapas. Yang
paling disenangi adalah jenis karet karena bisa menyesuaikan
bentuk dengan lubang telinga. Daya lindungnya antara 25
samapi 30 dB. Kecuali kapas, daya lindung kapas paling
kecil yaitu antara 2 sampai 12 dB.

b. Tutup Telinga (Ear Muff)

Fungsi : dapat mengurangi suara 20 sampai dengan 30 dB


Syarat : dapat menahan frekuensi tertentu sana, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tidak
terganggu.

Keterangan :

43
Daya lindungnya pada frekuensi 2800-4000 Hz sampai 42 dB (35-45
dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga
dapat daya lindung yang lebih tinggi tetapi tidak lebih dari 50 dB
karena hantaran suara melalui tulang masih ada.

Gambar 3.5 Ear Plug Gambar 3.6 Ear Muff

4. Alat Pelindung Tangan

a. Safety Gloves

Fungsi :
- Melindungi tangan dari cidera tangan saat bekerja
- Melindungi tangan dari bahan – bahan kimia
- Melindungi tangan dari percikan api

Syarat :

- Tahan air
- Tahan percikan api
- Dapat melindungi tangan dari bahan kimia

44
Gambar 3.7 Safety Gloves

5. Alat Pelindung Kaki

a. Safety Shoes

Fungsi :

- Melindungi kaki dari tusukan benda tajam


- Melindungi dari bahaya listrik
- Mencegah tergelincir

Syarat :

- Tahan air dan api

- Sol sepatu tahan terhadap bahaya listrik

- Sol tidak boleh licin

Bahan pembuat Alat : dapat terbuat dari kulit, karet, sintetik atau
plastik. Sol sepatu memakai sol anti slip untuk mencegah
tergelincir. Untuk mencegah tusukan sol terbuat dari logam dan
untuk melindungi bahaya listrik sepatu harus dijahit atau direkat
tidak boleh memakai paku.

45
Gambar 3.8 Safety Shoes

6. Alat Pelindung Badan

a. Safety Workwear

Fungsi :

- Melindungi badan dari air dan api


- Melindungi badan dari bahan – bahan kimia

Syarat :

- Tahan terhadap air dan api


- Terbuat dari bahan yang tahan bahan kimia

Gambar 3.9 Safety Workwear

7. Alat Pelindung Pernapasan

46
a. Masker
Fungsi :
- Mengetahui udara yang dihirup saat bekerja di tempat kerja dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dll)

Gambar 3.10 Masker

8. Alat Pelindung Ketinggian


a. Fullbody Harnest
Fungsi : melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya
digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat
tertutup atau boiler

Syarat : bisa menahan beban 80 kg

Berdasarkan hasil pengamatan kami selama kerja praktek, bahwa


pelaksanaan kewajiban penggunaan alat pelindung diri ( APD ) untuk
para pekerja PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu yang bekerja
di lokasi distrik sudah baik. Ini bisa dilihat pada laporan insiden
kecelakaan tiap tahun yaitu minimnya insiden kecelakaan yang terjadi
akibat kelalaian tidak menggunakan alat pelindung diri.

Selain itu, dalam perawatannya tim HSE PT. Pertamina EP Region


Jawa Field Cepu telah melakukannya dengan baik sehingga semua
peralatan alat pelindung diri (APD) yang dimiliki selalu dalam keadaan
baik dan dapat digunakan kapanpun.

47
Gambar 3.11 Fullbody Harnest

e. Pelaksanaan Safety Briefing dan Safety Inspection

Penyelenggaraan safety briefing sebelum dan sesudah


melakukan pekerjaan sangatlah penting. Ini bertujuan untuk meninjau
ulang kejadian – kejadian yang terjadi dengan menitikberatkan usaha
dalam menentukan penyebab dan mencari solusi yang efektif agar
tidak terulang kembali. Selain itu, juga sebagai form penyatuan
persepsi dan pandangan para pekerja sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman saat bekerja. Pelaksanaan safety briefing wajib
dilakukan oleh semua pekerja pada area sumur pengumpul minyak
PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sebelum dan sesudah
melakukan pekerjaan. Hal ini telah tercantum pada UU No 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker no 5/Men/1996 tentang
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, PP No 11
tahun 1979 tentang Kesehata dan Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi, OHSAS 18001 mengenai
Monitoring.

Sedangkan pelaksanaan safety inspection bertujuan untuk


menjamin agar setiap lokasi pekerjaan terlaksana sesuai dengan
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan safety
inspection terdapat beberapa personil (safety inspector) dari pihak
ketiga yang akan melakukan pengamatan pada lokasi yang akan

48
diinspeksi, serta meninjau pula kondisi fasilitas yang digunakan,
seperti kendaraan proyek. Dalam inspeksi tersebut para personil
berkeliling menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Hal ini telah
diatur dan tercantum pada UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Permenaker No.5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, PP No.11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi, dan OHAS 18001 mengenai Monitoring.

Berdasarkan hasil pengamatan kami, pelaksanaan safety


briefing telah dilakukan secara rutin sebelum dan setelah melakukan
pekerjaan. Hal ini bisa dilihat para pekerja di lokasi kilang minyak
telah bekerja sesuai dengan arahan yang didapatkan. Ini berarti
pandangan dan persepsi semua pekerja telah sama sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sangat kecil.

Gambar 3.12 Pelaksanaan Safety Briefing dan Safety Inspection

f. Pemeriksaan Rutin Alat Pemadam Kebakaran

Pemeriksaan alat pemadam kebakaran secara rutin oleh tim


HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sangatlah penting
untuk dilakukan. Kegiatan itu bertujuan untuk mengetahui kelayakan
seluruh pemadam kebakaran sehingga bisa digunakan kapan pun jika

49
terjadi insiden kebakaran. Selain itu, juga melakukan perawatan dan
pemeliharaan peralatan alat pemadam kebakaran sehingga alat
tersebut tidak mengalami korosi. Hal ini telah tercantum pada UU No
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No
5/Men/19996 tentang Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja, PP No 11 Tahun 1979 tentang Kesehatan dan keselamatan pda
pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi.

Jenis alat pemadam kebakaran yang tersedia pada PT.


Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sebagai berikut :

1. Dry Chemical Fire Extinguisher

Merupakan salah satu jenis alat pemadam api ringan


dimiliki HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu. Alat ini
berisikan serbuk dry chemical yang dilengkapi dengan tabung catridge
nitrogen yang berfungsi sebagai pendorong diluar. Ada 2 macam dry
chemical fire extinguisher yaitu :

a. Dry chemical fire extinguisher dengan berat 20kg

b. Dry chemical fire extinguisher dengan berat 50kg

Alat ini cocok digunakan bila terjadi kebakaran akibat


tumpahan minyak. Biasanya diletakkan di tempat yang strategis
sehingga dapat terjangkau. Untuk lebih jelas alat ini dapat dilihat pada
gambar 3.13

50
Gambar 3.13 Dry Chemical Fire Extinguisher

2. CO fire extinguisher

Jenis alat pemadam api ringan ini berisikan gas CO yang


dilengkapi dengan nozzle berbentuk seperti tabung. Alat pemadam ini
sangat cocok digunakan bila terjadi kebakaran akibat konsleting pada
instlasi listrik. Untuk lebih jelas alat pemadam api ringan jenis CO fire
extinguisher dapat dilihat pada gambar 3.14

Gambar 3.14 CO fire extinguisher

3. Truk pemadam kebakaran

Alat ini berfungsi sebagai alat pemadam kebakaran yang


digunakan secara mobile bila terjadi kebakaran di lokasi sumur
pengumpul minyak. HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
memiliki tiga truk pemadam kebakaran yang telah ditempatkan pada
semua distrik. Satu truk pemadam kebakaran mempunyai kapasitas

51
volume air 6000 liter dan 500 liter larutan foam terletak di PPP
Menggung. Sedangkan dua truk pemadam lain berkapasitas volume
air 3000liter dan 500liter larutan foam terletak di Distrik 1 Kawengan
dan Distrik II Nglobo. Untuk lebih jelasnya truk pemadam kebakaran
dapat dilihat pada gambar 3.15

Gambar 3.15 Truk Pemadam Kebakaran

4. Fire Station Pump Portable

Fire Station Pump adalah jenis unit pompa yang digunakan tim
HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu untuk memadamkan
kebakaran atau kondisi darurat di wilayah kerja Field Cepu dan
masyarakar sekitar. Selain itu, tersedia pula jenis Fire Station Pump
Portable yang bisa digunakan secara mobile jika tersedia insident
kebakaran pada tempat lain. Fire station pump ini mempunyai hard
500 Gpm sehingga dalam pemakaiannya dapat mensuplai air 1890
liter/menit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.16

52
Gambar 3.16 Fire Station Pump Portable

5. Hose dan Nozzle

Hose adalah salah satu perlengkapan pemadam kebakaran


yang berbentuk seperti selang, fungsinya untuk mengalirkan air dari
Fire Station Pump. Jenis hose yang digunakan tim HSE PT. Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu ada 2 yaitu hose 1,5 inchi dan 2,5 inchi.
Sedangkan Nozzle adalah salah satu perlengkapan pemadam
kebakaran yang fungsinya sebagai foam atau output air. Jenis nozzle
yang digunakan tim HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
ada beberapa macam nozzle yaitu nozzle kombinasi (nozzle jet &
spray) dan nozzle foam.

Gambar 3.17 hose 1,5 inchi dan 2,5 inchi

53
Gambar 3.18 nozzle kombinasi (nozzle jet & spray) dan nozzle
foam

g. Pelaksanaan Medical Check Up

Medical Check Up adalah pemeriksaan kesehatan yang


diperuntukkan untuk seluruh karyawan PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Pada pelaksanaannya, medical check up memang rutin dilaksanakan.
Hal ini sebagaimana diatur dalam peraturan sebagai berikut :

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


Per.02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.


Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja

 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.1 No.


KEPTS.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.

54
h. Tersedianya Poliklinik Untuk Karyawan

Tersedianya Poliklinik PT. Pertamina EP Region Jawa Field


Cepu bertugas menangani kesehatan karyawan selama bekerja atau
memberi keringanan bagi karyawan yang memerlukan perawatan
intensif. Poliklinik tersebut ditangani oleh satu dokter dengan jam
operasi klinik mulai pukul 07.00 s.d 16.00. Jika ada karyawan yang
sakit maka karyawan bisa mendatangi klinik tempat dokter tersebut
praktek yang letaknya di samping kantor Mentul PT. Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu. Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja RI Nomor PER-03/MEN/1982 tentang
Pelayanan Kesehatan.

B. Pengendalian Limbah dan Lindungan Lingkungan


1. Penghasil Limbah B3

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan para pekerja PT.


Pertamina EP Region Jawa Field Cepu tentunya menghasilkan sampah
sisa hasil dari kegiatan pekerja. Limbah yang dihasilkan PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sangat beragam, mulai dari
limbah domestik (padat) sampai dengan limbah yang berbahaya yaitu
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Jika limbah-limbah
tersebut tidak dikelola dengan baik maka bisa menggangggu
kesehatan karyawan dan dapat merusak lingkungan.

Limbah B3 yang berasal dari sumber spesifik adalah Oil Sludge.


Sedangkan limbah B3 yang berasal dari sumber non spesifik terdiri
dari: Oli Bekas, Accu Bekas, Majun Bekas, Lampu Halogen Bekas,
Filter Bekas, Sorbent Boom, Sorbent Pad, Tanah Terkontaminasi,
Media Filter Water Disposal. Berikut adalah bagan kegiatan penghasil
limbah B3.

55
Tabel 3.1 Bagan Kegiatan Penghasil Limbah B3 di PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu

2. Jenis dan Sumber Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi dua yaitu


sumber spesifik maupun sumber non spesifik. Hal itu sesuai dengan
dengan isi Lampiran PP No. 85 tahun 1999 yang menjadi dasar
identifikasi limbah padat B3.

56
a. Sumber Spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan limbah B3
yang berasal dari kegiatan produksi langsung. Dalam kegiatan
produksinya dihasilkan beberapa jenis limbah B3, diantaranya
adalah:
1. Oil Sludge

Oil Sludge merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan


pembersihan tempat penampungan (tangki) minyak mentah (Tank
Cleaning) dan dari Oil Catcher. OS tersebut berupa lumpur atau
pasta yang berwarna hitam kadang-kadang tercampur dengan
tanah, kerikil, air dan lain-lain. Pada umumnya lumpur ini
dihasilkan oleh pengendapan partikel - partikel halus pada minyak
mentah. Endapan tersebut semakin lama semakin menumpuk
pada bagian bawah dari tank-tank penyimpanan atau pada pipa-
pipa penyaluran minyak mentah.

Oil sludge dihasilkan dalam berbagai proses kegiatan antara


lain proses cleaning tangki penyimpanan, sludge hasil drain (Oil
Catcher), tumpahan, maupun oil sludge yang telah tercemar dan
tertangkap dalam beberapa unit CPI. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Oil Sludge


(Sumber: Dokumentasi Lapangan)

57
2. Oil Catcher

Minyak yang masih tercampur dengan air akan melalui


beberapa proses yang akhirnya bisa memisahkan minyak dengan
air. Minyak yang telah terpisah dengan air akan disalurkan
kembali menuju tangki penyimpanan tanah. Sedangkan air yang
sudah tidak tercampur minyak lagi sudah aman untuk dialirkan ke
sumur yang tekanan airnya langsung loss (di bawah permukaan
tanah yang langsung kembali ke bumi) sesuai dengan baku mutu.
Hal ini sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3.20.

Gambar 3.20 Oil Catcher

Dilihat dari kegiatan pengolahan limbah dan lindungan


lingkungan oleh tim HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu sudah baik. Ini dapat terlihat dari kondisi gudang
penyimpanan limbah B3 dan tempat pewadahan sampah sudah
teratur shingga limbah yang dihasilkan tidak mencemari
lingkungan sekitar.

58
b. Sumber Non-Spesifik

Berkebalikan dengan limbah sumber spesifik, limbah B3


dengan sumber non spesifik, merupakan limbah B3 yang berasal
dari selain kegiatan produksi langsung. Dengan kata lain limbah
B3 non spesifik merupakan limbah yang berasal dari kegiatan
pendukung operasi produksi, di antaranya adalah:

1. Oli Bekas

Oli bekas merupakan limbah yang dihasilkan dari segala


kegiatan perusahaan yang membutuhkan oli (sebagai pelumas,
dsb). Oli bekas berasal dari pelumas yang dipakai peralatan yang
ada pada tiap distrik termasuk mesin-mesin produksi. Selain itu,
pelumas bekas juga berasal dari kendaraan operasional yang
dipakai. Oli bekas mempunyai karakterisitik limbah B3 yaitu
cairan mudah terbakar. Contoh oli bekas dapat dilihat pada
Gambar 3.21 berikut ini.

Gambar 3.21 Oli Bekas


(Sumber: Hasil Analisa)

59
2. Accu Bekas

Limbah Accu bekas berasal dari aki yang dipakai peralatan


yang ada pada area produksi. Selain itu, accu bekas juga berasal
dari kendaraan operasional pada yang dipakai pada area produksi.
Accu bekas mempunyai karakteristik limbah B3 yaitu beracun dan
korosif. Sifat beracunnya ini berasal dari timbale (Pb) dan larutan
H2SO4 yang terkandung di dalamnya. Bagan sumber limbah aki
bekas yang berasal dari wilayah kilang dapat dilihat pada Gambar
3.22. Sedangkan contoh aki bekas yang sudah tidak terpakai dapat
dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.22 Bagan Timbulan Limbah Accu Bekas

Maintenance Alat-alat Dan Mobil Pemadam Kebakaran


Mesin Dan Mobil Operasional

Aki Bekas

Gambar 3.23 Accu Bekas


(Sumber: Hasil Analisa)
3. Majun Bekas

Limbah majun bekas merupakan limbah berupa lap bekas


minyak dan sarung tangan yang digunakan oleh pekerja di lokasi
produksi. Majun bekas termasuk limbah B3 karena mengandung
minyak/oli. Majun bekas mempunyai karakterisitik limbah B3

60
yaitu padatan mudah terbakar. Contoh majun bekas dapat dilihat
pada Gambar 3.24 berikut ini.

Gambar 3.24 Majun Bekas

(Sumber: Hasil Analisa)

4. Lampu Halogen Bekas

Limbah lampu halogen merupakan lampu bekas yang sudah


tidak menyala dan berasal dari kantor, bengkel, serta lokasi-lokasi
produksi. Limbah lampu halogen ini memiliki karakteristik
beracun.

61
Gambar 3.25 Lampu Halogen Bekas

(Sumber: Hasil Analisa)

5. Filter Bekas

Filter bekas merupakan limbah yang dihasilkan dari mesin-


mesin yang ada disetiap distrik. Filter bekas mempunyai
karakterisitik limbah B3 yaitu padatan mudah terbakar.

Gambar 3.26 Filter Bekas

(Sumber: Hasil Analisa)

62
6. Sorbent Boom

Sorbent boom merupakan alat yang digunakan untuk


menangkap/ menghambat aliran minyak supaya tidak lepas ke
lingkungan. Limbah sorbent boom ini dihasilkan sebagai bekas
penggunaan pada outlet water disposal. Selain itu, sorbent boom
juga digunakan bila ada tumpahan di badan air. Sorbent boom
memiliki karakteristik limbah yaitu padatan mudah terbakar.
Contoh sorbent boom dapat dilihat pada Gambar 3.27 berikut ini.

Gambar 3.27 Sorbent Boom

(Sumber: Hasil Analisa)

7. Sorbent Pad

Sorbent pad merupakan alat penyerap minyak yang terbuat


dari kain nylon yang berfungsi untuk menyerap tumpahan minyak
pada lokasi oil catcher dan lokasi lain yang berpotensi memiliki
ceceran dan tumpahan minyak. Limbah sorbent pad ini memiliki
karakteristik limbah yaitu padatan mudah terbakar. Contoh sorbent
pad dapat dilihat pada Gambar 3.28 berikut ini.

63
Gambar 3.28 Sorbent Pad

(Sumber Hasil Analisa)

8. Tanah Terkontaminasi

Tanah terkontaminasi merupakan bagian tanah yang


diambil karena terpapar kontaminan (biasanya berupa minyak). Di
lingkungan PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu tanah
terkontaminasi umumnya berasal dari tanah di sekitar tanki
timbun, pompa, oil catcher yang berasal dari ceceran minyak.
Gambar 3.28 menggambarkan tumpukan tanah terkontaminasi
yang dikumpulkan di gudang penyimpanan sementara limbah B3.
Limbah tanah terkontaminasi ini memiliki karakteristik padatan
mudah terbakar.

Gambar 3.29 Tanah Terkontaminasi


(Sumber: Hasil Analisa)

64
9. Media Filter Water Disposal

Limbah media filter water disposal berupa batu, arang dan


ijuk sebagai media filter pada IPAL PT PERTAMINA EP Region
Jawa Field Cepu. IPAL ini digunakan untuk memisahkan minyak
dan air, sehingga media filter mengandung minyak. Hal ini
menyebabkan media filter termasuk limbah B3. Limbah media
filter water disposal memiliki karakteristik limbah yaitu padatan
mudah terbakar.

Gambar 3.30 Media Filter Bekas

(Sumber: Hasil Analisa)

3. Pengumpul Limbah B3
Kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengumpul adalah sebagai
berikut :
a. Pewadahan
Setelah dihasilkan limbah B3 dari sumber di area Sumur
Pengumpul dan PPP, pihak penghasil akan melakukan pewadahan
di masing-masing lapangan (Kawengan, Ledok, Nglobo) lalu
secara berkala dikirimkan ke TPS limbah B3 Menggung.
Pewadahan limbah B3 di area ini merupakan teknik operasional

65
yang bersifat intern. Pewadahan limbah padat B3 yang dihasilkan
PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dilakukan oleh
masing-masing unit penghasil limbah.
Di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu harus
dilakukan penyimpanan limbah B3 jika limbah B3 tersebut belum
dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 tersebut ke
lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan.
Untuk itu, pewadahan atau pengemasan harus dilakukan
sesuai dengan peraturan yang ada. Di PT PERTAMINA EP Field
Cepu, yang telah dilakukan antara lain

 Kemasan drum sebagian dalam kondisi baik dan beberapa


dalam kondisi berkarat tapi tidak sesuai.
 Kemasan drum tong yang digunakan bervolume 200 liter dan
diberi karet seal agar tidak bocor dan water proof.
 Dalam satu kemasan hanya terdapat satu karakteristik limbah.
 Ada sebagian drum yang diberi simbol untuk masing-masing
karakteristik dalam satu kemasan.
 Penanganan limbah padat B3 oleh operator yang telah
mengikuti pelatihan K3.
 Melakukan pengemasan kembali dengan drum apabila ada
drum/kemasan yang rusak.
b. Pengumpulan
Untuk memasukkan limbah dalam Gudang Limbah B3,
pihak penghasil limbah harus menyerahkan berita acara kepada
pihak HSE. Setelah berita acara diterima dan disetujui pihak HSE,
pihak penghasil limbah bisa memasukkan limbah yang
dihasilkannya ke dalam Gudang Penyimpanan Sementara Limbah
B3. Penyimpanan sementara limbah padat B3 berada di lokasi PPP

66
Menggung yang telah mendapat ijin sesuai dengan peraturan Kep
No 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
c. Penyimpanan Kemasan

 Penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok. Setiap blok


terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan.
 Lebar gang untuk lalu lintas manusia dan kendaraan forklift <
60 cm.
 Penumpukan kemasan limbah B3 yang berupa drum logam (isi
200 lt) dilapisi pallet (kayu), dimana setiap pallet mengalasi 4
drum.
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan
terluar terhadap atap adalah lebih dari 1 meter dan terhadap
dinding adalah kurang dari 1 meter
 Kemasan yang berbeda jenis ditempatkan secara terpisah
bloknya (sesuai dengan karakteristik limbah).
 Simbol dan label sudah terpasang pada kemasan.
 Izin penyimpanan sementara yang dilaporkan setiap  90 hari
ke KLH dan BLH kabupaten Blora.
Keadaan penyimpanan kemasan limbah B3 di PT PERTAMINA
EP Region Jawa Field Cepu dapat dilihat pada Gambar 3.31
berikut ini.

67
Gambar 3.31 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 PT PERTAMINA EP
Region Jawa Field Cepu
(Sumber: Hasil Analisa)
d. Pelabelan dan Simbol Kemasan Limbah Padat B3

Untuk setiap kemasan limbah B3 yang masuk ke gudang


limbah B3 harus diberi simbol dan label. Penandaan limbah B3
dilakukan karena dalam peraturan mengenai pengelolaan limbah
B3, yaitu PP No 18 th.1999 Jo. PP No 85 th 1999 , dijelaskan
bahwa setiap kemasan limbah B3 wajib diberi simbol dan label
yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3. Hal ini
sangat penting untuk menentukan pengolahan limbah B3 tersebut.
Kegiatan pemberian simbol dan label merupakan salah satu
kegiatan LL, HSE PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu.

1. Bentuk dasar simbol


Bentuk dasar simbol limbah B3 yang digunakan oleh
Bagian HSE PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
adalah :

 Bentuk bujur sangkar diputar 450, dengan garis sejajar di


pinggir.
 Bahan yang digunakan tahan gores.
 Warna dasar yang digunakan putih.
 Dimensi label simbol 10cm x 10cm yang terpasang
dikemasan limbah B3.
2. Pemasangan Simbol.
Pemasangan simbol pada sisi-sisi kemasan limbah padat
B3. Pemasangan simbol ini disesuaikan dengan karakteristik
limbah padat B3 yang dikemas.

68
3. Pemasangan papan nama pada masing-masing tempat
penyimpanan di gudang penyimpanan limbah B3.
Di dalam gudang penyimpanan limbah B3 dibagi
menjadi beberapa blok untuk beberapa limbah padat B3 yang
disimpan. Pada setiap blok diberi papan nama peringatan yang
memuat jenis limbah yang disimpan dalam blok tersebut,
karakteristik limbah B3, kode limbah B3, penanggulangan
tumpahan, Alat pelindung diri yang harus digunakan ketika
menangani limbah tersebut dan diberi simbol. PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu sudah memiliki
papan nama limbah B3 dan pemasangan papan nama pada
masing-masing tempat penyimpanan di gudang penyimpanan
limbah B3 di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
sudah dilaksanakan.

4. Bentuk, Warna dan Ukuran Label.


Bentuk label yang digunakan oleh PT PERTAMINA
EP Region Jawa Field Cepu adalah:
 Bentuk persegi panjang dengan dimensi 15cm x 20cm.
 Warna dasar yang digunakan adalah putih (seharusnya
berwarna kuning), dengan tulisan dan garis tepi berwarna
hitam.
 Bagian atas terdapat tulisan ”PERINGATAN” berwarna
merah.
5. Pemasangan Label dan Simbol
Label dan simbol yang digunakan dalam pengelolaan
limbah B3 di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
dipasang pada kemasan limbah B3 dengan posisi label di
samping simbol. Tetapi seharusnya label dipasang di bawah
simbol.

69
Tabel 3.2 Matrik Perbandingan Antara Kegiatan Pelabelan Dan Pemberian Simbol
di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu Dengan Regulasi (*)

Parameter yang Realisasi di PT PERTAMINA EP


No. Keterangan
dianalisa Region Jawa Field Cepu
1. Bentuk Dasar Simbol  Bujursangkar diputar 45 derajat (belah Sesuai (*)
ketupat) dengan garis sejajar dipinggir
 Pada kemasan drum (10 cm x 10 cm)
 Warna dasar putih, agar terlihat jelas
 Bahan tahan gores.

2. Macam Simbol untuk  Ada Sesuai


masing-masing (*)
karakteristik limbah B3

3. Pemasangan Simbol  Pada sisi-sisi kemasan yang digunakan Sesuai


(10cm x 10 cm) (*)
 Sesuai dengan karakteristik limbah B3
 Dipasang pada papan nama blok
penyimpanan.

4. Bentuk, Warna dan  Ukurannya 15 cm x 20 cm Tidak Sesuai


Ukuran Label  Warna dasar putih (*)
 Tulisan dan garis tepi hitam
 Tulisan “PERINGATAN” berwarna
merah
5. Tempat Pemasangan  Di samping simbol Tidak Sesuai
label (*)
6. Label Penunjuk Tutup  Tidak dilengkapi dengan label Tidak Sesuai
Kemasan (*)
penunjuk tutup kemasan

Sumber : Hasil Analisa , 2011

Keterangan :
(*) Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

6. Pemasangan Label Penunjuk Tutup Kemasan dengan arah


panah menunjukkan posisi penutup kemasan. Pada semua
kemasan tidak diberi label penunjuk tutup kemasan.

70
Contoh pemasangan label dan simbol yang digunakan oleh PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dapat dilihat dalam
Gambar 3.32 di bawah ini :

Gambar 3.32 Pemasangan Simbol dan Label pada Kemasan


limbah B3 di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
(Sumber:Hasil Analisa)

e. Bangunan Penyimpanan Kemasan Limbah B3 (TPS)


 Luas bangunan ± 63 m2.
 Jarak lokasi gudang yang cukup jauh dengan fasilitas umum <
50 meter.
 Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang
sesuai dengan karakteristik dan jumlah limbah B3 yang
dihasilkan/akan disimpan.
 Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
 Ruangan dibuat tanpa paflon dan memiliki sistem ventilasi
udara yang memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas
di dalam ruang penyimpanan.
 Memiliki sistem penerangan (cahaya lampu dan sinar matahari)
yang memadai untuk operasional dan operasi rutin.
 Diluar bangunan penyimpanan diberi tanda dan tulisan (TPS
LIMBAH B3).

71
 Lantai bangunan yang kuat, kedap air dan tidak bergelombang
terbuat dari beton bertulang (cor).
 Saluran drainase yang mengelilingi gedung untuk mencegah
genangan air dalam gudang.
 Terdapat Peralatan Penunjang untuk operasional, yaitu
peralatan dan sistem pemadam kebakaran, peralatan
komunikasi, pintu geser, rak sample masing-masing
karakteristik limbah, meja berkas dan operasional, stiker tanda
limbah B3 (label) untuk masing-masing karakteristik limbah
dan peringatan, alarm, perlengkapan pengemasan.
 Terdapat parit yang terletak disamping tumpukan drum untuk
mencegah menggenangnya limbah B3 (khusunya yang bersifat
cair).
Bangunan penyimpanan kemasan limbah B3 dapat dilihat pada
Gambar 3.33

Gambar 3.33 TPS Limbah B3 PT PERTAMINA EP Region Jawa


Field Cepu

(Sumber: Hasil Analisa)


Dalam setiap kegiatan yang dilakukan para pekerja PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu tentunya menghasilkan
sampah sisa hasil dari kegiatan pekerja. Limbah yang dihasilkan PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sangat beragam, mulai dari
limbah domestik (padat) sampai dengan limbah yang berbahaya yaitu
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Jika limbah-limbah

72
tersebut tidak dikelola dengan baik maka bisa menggangggu
kesehatan karyawan dan dapat merusak lingkungan.

Menurut kami, pengendalian limbah dan pemeliharaan


lingkungan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sudah cukup
baik dengan adanya wadah berupa tempat sampah dan
penanggulangan limbah hasil produksi yang disebar diberbagai area.
Untuk lebih jelasnya, tempat pewadahan sampah dapat dilihat pada
gambar 3.34.

Gambar 3.34 Tempat Pewadahan Sampah

Membuang sampah memang menjadi kesadaran masing-


masing karyawan. Keadaan secara keseluruhan sudah cukup bersih
dan teratur. Saat kami melakukan observasi lapangan dan melihat
beberapa tempat sampah tersebut di beberapa tempat. Sampah-sampah
sudah berada pada tempat yang sesuai. Sampah B3 tidak terlalu
banyak, hanya berisi sarung tangan yang penuh cat.

4. Pengangkutan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 PT PERTAMINA EP Region Jawa Field
Cepu dibedakan menjadi dua macam yaitu pengelolaan didalam area
produksi oleh PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dan
pengelolaan di luar area produksi dengan pihak ketiga sebagai

73
pengelolanya. Berdasarkan hal tersebut maka sistem pengangkutan
limbah B3 yang dihasilkan oleh PT PERTAMINA EP Region Jawa
Field Cepu terbagi atas dua sistem juga, yaitu pengangkutan internal
dan pengangkutan eksternal.
a. Pengangkutan Internal
Pengangkutan internal Limbah B3 di PT PERTAMINA EP
Region Jawa Field Cepu dilakukan sebelum penyimpanan
sementara di Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3.
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing penghasil limbah B3 di
area produksi. Pengangkutan internal ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa fasilitas angkut yaitu: truck, vacum truck,
maupun forklift. Setiap fasilitas angkut yang digunakan dalam
pengangkutan selalu dilengkapi dengan surat ijin untuk beroperasi
di area produksi. Selain fasilitas angkut yang harus mempunyai
surat ijin, pengendara/awak mobil harus mempunyai Surat Ijin
Mengemudi di Area Produksi.
Setiap pekerja yang terlibat telah mengikuti pelatihan
keselamatan Kerja. Setiap kegiatan pengangkutan diwajibkan
kepada para pekerja yang terlibat untuk mengenakan APD (Alat
Pelindung Diri) sesuai dengan ketentuan TKI (Tata Kerja Individu)
limbah yang diangkut. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
potensi bahaya limbah B3 yang diangkut. Setiap APD yang
ditentukan dalam TKI telah disesuaikan dengan jenis limbah B3
yang ditangani.
Penghasil limbah B3 mengangkut dan menyerahkan limbah
B3 tersebut kepada pihak HSE khusunya Lindungan Lingkungan
(LL) sebagai pengelola limbah B3 internal di lingkungan PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu. Limbah B3 ini
diserahterimakan dari penghasil limbah B3 ke pengelola limbah B3
(HSE) dengan menyertakan berita acara penyerahan limbah B3
dari penghasil limbah yang berisi tentang jenis limbah B3, jumlah

74
serta sumbernya. Selanjutnya limbah B3 akan disimpan oleh pihak
HSE di Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 yang telah
memiliki ijin dari KLH.
b. Pengangkutan Eksternal
PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu telah
bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengelola limbahnya.
Dalam ahal ini adalah pengangkutan eksternal limbah B3. Menurut
peraturan PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999, pihak
ketiga yang dapat dijadikan mitra dalam pengangkutan limbah B3
adalah suatu badan usaha yang telah memiliki surat ijin sebagai
pengangkut limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup. Badan usaha tersebut adalah PT PPLI dan PT
ALP PETRO INDUSTRI Pasuruan. Pengangkutan dilakukan dari
Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 menuju lokasi
pengolahan. Disamping itu, karena kegiatan pengangkutan ini
terintegrasi dengan kegiatan berikutnya yakni pengolahan,
pemanfaatan, atau penimbunan, maka pemilihan pihak pengangkut
juga didasarkan pada kegiatan selanjutnya.
Di dalam proses pengangkutan ini, pihak PERTAMINA
hanya memiliki wewenang sampai memilih pihak pengangkut yang
telah memiliki perijinan dari pihak ketiga. Selebihnya merupakan
kewajiban dari pihak transporter. Pihak PERTAMINA mengisi
beberapa dokumen pengangkutan Dokumen limbah B3 yang telah
dibuat harus diserahkan kepada pihak-pihak yang berwenang
dalam pengelolaan limbah padat B3 yang dilakukan oleh PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu.

5. Usaha Reduksi Limbah B3

PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu telah melakukan usaha


reduksi limbah B3 dengan mengurangi jumlah tanah terkontaminasi.

75
Upaya-upaya yang telah dilakukan agar mengurangi jumlah tanah
terkontaminasi diantaranya adalah dengan memelihara jaringan pipa,
bak oil catcher, serta peralatan-peralatan lain yang mempunyai
kemungkinan menyebabkan terjadinya kebocoran jika terjadi
kerusakan.

76
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Alat Pelindung Diri (APD) wajib digunakan disetiap pekerjaan terutama


pekerjaan di lapangan yang berhubungan dengan alat-alat berat maupun dengan
ketinggian. Resiko yang terjadi dalam aktivitas kerja manusia berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap kecelakaan tidak terjadi begitu
saja, tetapi terdapat faktor penyebabnya. Apabila faktor tersebut dapat kita
ketahui, maka kita dapat melakukan pencegahan ataupun penanggulangan
terhad kecelakaan tersebut.
Penyebab utama kecelakaan adalah :
a. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Hal ini berkaitan dengan mesin / alat kerja seperti mesin yang rusak
ataupun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu kondisi tidak
aman juga dapat berupa kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung,
seperti penerangan yang kurang, keadaan bising, kebersihan maupun
instalasi yang kurang baik. Kondisi tidak aman juga dapat diakibatkan oleh
metode / proses produksi yang kurang baik. Hal ini dilihat dari sistem
pengisian bahan kimia yang salah, pengangkutan beban secara manal /
menggunakan tenaga manusia.
b. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Tindakan tidak aman ini lebih berkaitan terhadap personal pekerja, antara
lain : menggunakan peralatan yang kurang baik, sembrono dalam bekerja,
tidak menggunakan alat pelindung diri maupun menjalan sesuatu tanpa
wewenang.
c. Kelemahan sistem manajemen
Kelemahan sistem manajemen ini seringkali terkait dengan sistem prosedur
kerja yang tidak jelas ataupun tidak adanya standar yang dapat menjadi
acuan bagi pekerja dalam melakukan kegiatan kerja nya.
Apabila Alat Peindung Diri (APD) sudah tidak layak digunakan maka harus
diganti dengan yang baru. Karena letak kantor Pertamina EP Cepu dan lapangan
sumur PT Pertamina EP Cepu yang tersebar 3 daerah yaitu Kawengan, Ledok,
77
dan Nglobo maka pendistribusian APD dilaksanakan dengan cepat dan segera
untuk meminimalisir kejadian kecelakaan di Tempat kerja.
Pemeriksaan alat pemadam kebakaran secara rutin oleh tim HSE PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sangatlah penting untuk dilakukan.
Kegiatan itu bertujuan untuk mengetahui kelayakan seluruh pemadam
kebakaran sehingga bisa digunakan kapan pun jika terjadi insiden kebakaran.
Selain itu, juga melakukan perawatan dan pemeliharaan peralatan alat
pemadam kebakaran sehingga alat tersebut tidak mengalami korosi. Hal ini telah
tercantum pada UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker
No 5/Men/1996 tentang Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja,
PP No 11 Tahun 1979 tentang Kesehatan dan keselamatan pda pemurnian dan
pengolahan minyak dan gas bumi.
Jenis alat pemadam kebakaran yang tersedia pada PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu adalah Dry Chemical Fire Extinguisher. Pengecekan APAR
dilakukan sebanyak 2kali dalam 1tahun yaitu pada Bulan Februari dan Agustus.
Pengecekan APAR ini dilakukan dienam lokasi yaitu PPP Menggung, Kantor
Mentul, KOMPERTA Mentul, Distrik I Kawengan, Distrik II Nglobo dan
Ledok. Namun, waktu Praktek Kerja Lapangan kami hanya sampai 15 Agustus
2012 maka Pengecekan APAR hanya pada 3 lokasi. Berikut ini contoh datanya:
a. Pengecekan APAR di PPP Menggung
Dari data, diketahui bahwa APAR di PPP Menggung sejumlah 42 unit.
APAR ini terletak di dalam maupun di luar ruangan. Di dalam ruangan
meliputi Kantor HSE, Kantor Produksi dan Laboratorium. Sedangkan
APAR yang berada di luar ruangan terletak di Area Penampungan Minyak.
Untuk APAR dalam ruangan terdiri dari :
1. APAR AUTOMATIC 5 KG
2. APAR CO 5 KG EXTINGUISHER
3. APAR CO 5 KG ANSUL
4. APAR 20 LBS ANSUL
5. APAR DP 125 LBS ANSUL

B. Pembahasan Kesehatan Lingkungan


1. Pengelolaan Sampah

78
 Kurang Efektifnya Manajemen Pengumpulan Sampah Dan Pengolahan
Sampah B3 serta sampah kantor
Menurut PP No 18 tahun 1999 jo. PP No 85 tahun 1999, tentang
“Pengelolaan limbah B3” bahwa penyimpanan limbah B3 padat, sampah
hasil kerja paling lama 24 jam.
Hal ini menjadi dasar permasalahan pada pengelolaan sampah B3 di
kantor HSE PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu. Berdasarkan dari
pengamatan dan observasi selama PKL, diketahui bahwa pengelolaan
sampah dilakukan dua kali dalam seminggu yakni hari rabu dan jum’at.
Pengangkutan sampah oleh truk DPU sekitar jam 08.00 atau jam 12.00. Akan
tetapi untuk hari libur, sampah B3 atau sampah kantor tidak dikelola seperti
halnya hari kerja. Sehingga sampah tersebut menumpuk pada hari libur, dan
pada hari kemudian penimbangan sampah B3 atau sampah kantor terlihat
terjadi peningkatan. Hal ini dikarenakan akumulasi sampah dari hari-hari
libur sebelumnya.
Dari permasalahan ini, banyak dampak yang bisa ditimbulkan akibat
menumpuknya sampah tersebut seperti gangguan estetika, bau, hingga
meningkatnya angka kuman di lingkungan sekitar, yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya infeksi. Hal ini perlu dipertimbangkan kembali bagaimana
caranya untuk mengatasi permasalahan penumpukan sampah B3 atau sampah
kantor ketika hari libur kerja.

 Kerusakan pada Peralatan Penunjang Operasional pada TPS Limbah B3

Permasalahan pada pengelolaan sampah B3 di kantor HSE PT


PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu. Berdasarkan dari pengamatan
dan observasi selama PKL, peralatan penunjang operasional pada TPS
Limbah B3 terjadi kerusakan pada eye wash, sehingga tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Dari permasalahan ini, dapat menimbulkan
terganggunya fasilitas untuk membersihkan mata apabila terjadi kecelakaan
kerja.

2. Pengelolaan Limbah B3

79
 Tidak Adanya Indikator Parameter Pada Oil Sludge Di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL)
Berdasarkan dari pengamatan dan observasi selama PKL, Oil Sludge tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan banyak sampah yang mengendap
di tempat tersebut. Oil Sludge mempunyai karakterisitik limbah B3 yaitu
padatan mudah terbakar.

3. Disinfeksi Ruangan
1. Kurangnya sanitasi ruangan kerja kantor HSE PT Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu
Cahaya atau sinar merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia agar
dapat melihat dengan jelas. Tanpa adanya sinar, mata dengan ketajaman
sebagus apapun pasti tidak akan dapat melihat dengan jelas. Benda-benda
yang terkena sinar akan memantulkan sinar yang menerpanya ke arah
tertentu. Pantulan sinar yang mengenai syaraf mata (retina) dapat berlaku
sebagai rangsang bagi syaraf penglihatan, yang selanjutnya akan diteruskan
ke pusat syaraf untuk diolah dan menghasilkan gambaran atau image
tertentu sesuai benda yang dilihat.
Penerangan pada sebagian ruang kerja PT. Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu masih belum begitu baik karena masih ditemukannya lampu-
lampu di ruang kerja belum sesuai antara intensitas penerangan dengan
besar ruang kerjanya. Hal tersebut menyebabkan ruangan menjadi tidak
nyaman bila digunakan untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan jenis
penerangan yang lebih tinggi misalnya jenis pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian.

80
C. SOLUSI

1. Solusi Mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Pertamina EP


Region Jawa Field Cepu
 Untuk Alat Pelindung Diri (APD) dari masing-masing bagian baik di
Kantor maupun Lapangan sebaiknya meluangkan waktu untuk bisa
mengambil APD yang telah ada di bagian HSE, sehingga dapat segera
didistribusikan dan segera dibagikan karena APD sangatlah penting untuk
para pekerja di lapangan.
Selain itu, dari bagian HSE dapat membentuk divisi humas, dimana setiap
ada barang yang datang termasuk APD dapat segera dibagikan, sehingga
tidak terjadi penundaan pembagian terhadap para karyawan dan pekerja di
lapangan.
 Untuk Alat Pemadam Api Ringan (APAR), letak yang kurang ergonomi
dan strategis dapat diperbaiki, sehingga apabila terjadi kebakaran, APAR
siap untuk digunakan

2. Solusi Mengenai Kesehatan Lingkungan di PT. Pertamina EP Region Jawa


Field Cepu
a. Pengelolaan Sampah
 Memperbaiki manajemen waktu untuk pengangkutan sampah B3 atau
sampah kantor. Perlunya manajemen waktu yang baik untuk mengatasi
permasalahan penumpukan sampah B3 atau sampah kantor ketika hari
libur kerja. Sebaiknya pengangkutan sampah dan pengelolaannya harus
dilakukan setiap hari tanpa adanya hari libur. Apabila hal ini menjadi
masalah, maka dapat dilakukan dengan menghubungi bagian SDM untuk
memberitahukan pihak pengangkut sampah (DPU) apabila sampah telah
penuh sehingga segera diangkut.
 Memperbaiki manajemen waktu untuk pengelolaan sampah B3 atau
sampah kantor agar lebih efektif. Manajemen waktu juga perlu
diperbaiki kembali mengingat rentang waktu pengangkutan dan
pengolahan sampah B3 atau sampah kantor tidak efektif. Hal ini dapat
dilihat dari rentang waktu dari pengambilan dan pengolahan sampah 2
kali dalam seminggu jam 08.00 atau 12.00 sehingga sampah yang

81
dihasilkan terlalu banyak, hal ini bisa menyebabkan kerja incinerator
terlalu berat. Sehingga dibutuhkan perubahan waktu dalam
pengangkutan sampah.

b. Kerusakan pada Peralatan Penunjang Operasional pada TPS Limbah B3


Memperbaiki peralatan penunjang operasional pada TPS Limbah B3
sehingga membantu proses mengurangi kesakitan akibat kecelakaan kerja
c. Pengelolaan Limbah B3

 Untuk Oil Sludge ,dilakukan pengontrolan Oil Sludge agar tidak


menimbulkan gangguan estetika dan bau. Jika memungkinkan untuk
dimanfaatkan atau difungsikan kembali sebagai tempat tadah minyak
sementara dengan cara memperbaiki tempat Oil Sludge jika terjadi
kerusakan, melakukan pengujian untuk menaksir efek toksiologis dari
beberapa polutan kimia dalam lingkungan yang diakibatkan oleh Oil
Sludge.
d. Disinfeksi Ruangan
Perbaikan sanitasi ruangan agar disesuaikan dengan kondisi kerja
sehingga sirkulasi udara berjalan lancar, optimalkan cahaya matahari agar
ruangan tidak lembab sehingga kuman-kuman penyakit tidak menyebar dan
tidak menimbulkan bau di dalam ruangan kerja.

82
BAB V
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan atas hasil kerja praktek yang telah
dilakukan selama sebulan mengenai implementasi keselamatan kerja dan
pengelolaan limbah B3 di Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum pelaksanaan keselamatan kerja di Pertamina EP


Region Jawa Field Cepu telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
terlihat adanya penghargaan kecelakaan nihil (zero accident) dari
berbagai pihak. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa program
kesehatan dan keselamatan kerja di Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu telah berhasil meminimalisir potensi bahaya di
lingkunga kerja
2. Pada setiap proses produksi di Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu faktor fisik lingkungan kerja merupakan objek kajian yang
penting di dalam keselamatan kerja
3. Jenis APAR yang ada di Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
terdiri dari 2 jenis yaitu Fuder dan CO. Pengecekan APAR di
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dilakukan 2 kali dalam
setahun yaitu Februari dan Agustus.
4. PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu merupakan
perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang
terletak di Cepu, Jawa Tengah, yang dalam proses produksinya
menggunakan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan
menghasilkan limbah B3. Limbah B3 yang dihasilkan berasal dari
sumber spesfik dan sumber non spesifik.
5. Limbah B3 berasal dari sumber spesifik meliputi: Oil Sludge.
Sedangkan limbah B3 yang berasal dari sumber non spesifik terdiri

83
dari: Oli Bekas, Accu Bekas, Majun Bekas, Lampu Halogen
Bekas, Filter Bekas, Sorbent Boom, Sorbent Pad, Tanah
Terkontaminasi, Media Filter Water Disposal.
6. Dalam mengelola limbah B3 yang dihasilkannya, PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu berpedoman pada
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo. Peraturan Pemerintah
No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3.
7. TPS Limbah B3 PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
telah memiliki ijin sesuai dengan peraturan Kep No
68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

B. SARAN

1. Bagi Institusi

 Memberikan masukan bagi mahasiswa yang berkaitan


dengan usaha kesehatan lingkungan.

 Bisa lebih membuka jaringan ke Universitas-Universitas


dalam menerima mahasiswa Praktek Kerja Lapangan

2. Bagi Fakultas

 Penghubung antara dunia pendidikan dan dunia kerja,


sehingga dibutuhkan relasi (link) yang lebih dekat lagi untuk
menyalurkan mahasiswa menjalankan Praktek Kerja
Lapangan

 Mendapatkan masukan tentang perkembangan bidang


keilmuan dan teknologi yang dapat diterapkan dalam
kegiatan magang di tempat kerja

3. Bagi Mahasiswa Selanjutnya

84
 Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan
kemampuan praktek yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat di dalam Perusahaan maupun Instansi.
 Lebih bisa melakukan pemahaman, penghayatan dan sikap
kerja profesional di bidang Kesehatan Lingkungan.
 Dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang baik tentang
pelaksanaan Kesehatan Lingkungan di tempat kerja.

85

Anda mungkin juga menyukai