PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan salah satu anak
perusahaan PT Pertamina yang mengelola minyak dan gas bumi. Sesuai
dengan namanya EP, kegiatan yang dilakukan adalah Ekplorasi dan Produksi.
Dalam kegiatan Eksplorasi dan Produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina
EP Region Jawa Field Cepu mempekerjakan ratusan pekerja dengan berbagai
mesin peralatan yang berisiko tinggi sehingga menimbulkan bahaya apabila
tidak dioperasikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, sudah menjadi
keharusan PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu memiliki komitmen
untuk menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di lingkungan
kerjanya.
2
dari senyawa-senyawa B3 yang terdapat di dalam limbah dan
ketidakmampuan alam untuk menguraikannya yang akhirnya mencemari
lingkungan hidup manusia.
3
B. Tujuan
1. Mempelajari sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
Pertamina EP Region Jawa Field Cepu sekaligus upaya meminimalkan
kecelakaan kerja dan kerugian.
2. Mengkaji sumber-sumber, timbulan, serta klasifikasi jenis limbah B3
yang ada di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Jawa Tengah
3. Mengkaji sistem pengelolaan, perkembangan teknologi yang
dikembangkan, serta fasilitas yang dipakai dalam pengelolaan limbah B3
di PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu Jawa Tengah.
C. Manfaat
1. Bagi Instansi
a. Memberi keterampilan untuk mengendalikan resiko yang mungkin
terjadi pada kondisi fisik lingkungan kerja PT. Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu.
b. Mendapatkan bahan masukan dalam penyelenggaraan tugas
pengelolaan limbah B3.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Mendapatkan masukan tentang penyelenggaraan keselamatan kerja
dan kesehatan lingkungan di PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu.
b. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan dengan
instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa untuk mengenal
dunia kerja.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan
mendapat peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam
pabrik serta melaksanakan study perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan penerapannya di lapangan.
b. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir aplikatif yang
berwawasan bagi mahasiswa dalam dunia kerja.
4
c. Membentuk komunikasi dua arah antara dunia kerja nyata dengan
dunia pendidikan sehingga tercipta arus informasi timbal balik dan
saling menguntungkan.
d. Memahami penerapan teori yang didapatkan dari bangku kuliah
melalui pengamatan yang sesungguhnya di lapangan.
5
BAB II
8
a. Tahun 1888 : Dutche Petroleum Maatschappij
9
Visi 2008 PT. Pertamina EP adalah “Menjadi Produsen Minyak
dan Gas Bumi Yang Bertanggung Jawb, Efektifnya Biaya Dan Efisien”,
sedangkan visi 2011 PT Pertamina EP adalah “Menjadi Produsen Minyak
Dan Gas Nomor 1 Di Indonesia” dan visi 2014 PT pertamian EP adalah
“Sebagai Produsen Minyak Dan Gas Bumi World Class”. Grand
Strategy menuju visi menjadi perusahaan world class dilakukan melalui
tahapan: “First Quality, Then Growth, Then Strive For Excellence”.
10
Gambar 2.1 Logo Pertamina
1. Eksplorasi
11
a. Survey Geologi
b. Survey Seismik
c. Pemboran Eksplorasi
2. Eksploitasi
Kegiatan eksploitasi atau pengembangan yaitu kegiatan pemboran
eksploitasi di lapangan-lapangan produksi yang sudah ada dan di
lahan-lahan pengembangan sumur-sumur eksplorasi. Kegiatan itu
meliputi:
a. Pemboran Pengembangan
b. Reopening
c. KUPL (Kerja Ulang Pindah Lapisan)
d. Stimulasi
e. Reparasi
f. Produksi
6. Lokasi PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
1. Distrik I Kawengan
12
Kawengan, lapangan Wonokolo di Kab. Bojonegoro dan Kab.
Tuban.
b. Ledok :
7. Tenaga Kerja
1. Pekerja Tetap
14
Diagram alir produksi minyak PT. Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu dan WKP PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dapat
dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3.
15
Gambar 2.2 Diagram Alir Produksi Minyak PT. Pertamina EP Region Jawa FieldCepu
16
Banyuasin
17
Secara umum lapangan minyak Field Cepu terletak di 2 propinsi
yaitu propinsi Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Blora dan Grobogan serta
Propinsi Jawa Timur tepatnya Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Aliran
proses produksi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Campuran aliran fluida yang mengandung minyak, gas, dan air dari
sumur pompa di masing – masing sub lapangan dialirkan ke Stasiun
Pengumpul (SP). Pada SP, gas dipisahkan dari minyak dan air kemudian
dikeringkan dengan menggunakan scrubber. Gas hasil pengeringan dalam
scrubber ini dimanfaatkan untuk bahan bakar, sedangkan sisa gas dibakar
di flare.
18
PPP Menggung terletak di desa Karangboyo, Kecamatan Cepu,
Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Batas lingkungan lokasi PPP
Menggung adalah sebelah timur berbatasan dengan jalan umum dan
permukiman penduduk, sebelah barat berbatasan dengan permukiman
penduduk dan lahan pertanian, sebelah utara berbatasan dengan lahan
pertanian dan gedung laboratorium produksi Pusdiklat Migas, dan
sebelah barat berbatasan dengan jalan umum perusahaan dinas
Pusdiklat Migas dan kantor MCL.
19
ii. Sub Lapangan Kawengan
a. Sumur Migas
Operasi pengeboran/rig:
a) Di dalam jarak 100 kaki (30m) dari well head dilarang ada api
dan dilarang untuk merokok.
20
b) Pasang tanda larangan merokok dengan jelas.
d) Tali lari (escape line) dan trabelling carrige (kursi lari) harus
tersedia dan terpasang.
h) Ketel harus terletak pada jarak minimal 150 kaki (45m) dari
well head pada arah datangnya angin dan di daerah yang
berventilasi alam yang baik.
a) Menara drilling
b) Mesin pengebor
c) Meja bor
d) Mata bor
e) Blow Out Preventer untuk mencegah semburan liar
21
f) Alat Pelindung Diri (APD): helm safety, kaca mata
pelindung, ear muff, sarung tangan, dan sepatu safety.
g) Terdapat water eyes dan water wah untuk pekerja yang
terkontaminasi bahan-bahan kimia.
2) Stasiun Pengumpul (SP)
Tabel 2.1 Mesin dan peralatan kerja yang biasanyan ada di Area SP
Kawengan, diantaranya:
22
injeksi
23
No Mesin dan Peralatan Keterangan
Kerja
24
Menggung. SPU ini menerima kiriman kiriman minyak dari 6 SP
dan 1 SS di Kawengan. Di SPU ini juga memiliki 3 orang petugas
operator yang bekerja selama 12 jam dengan shift 2 hari kerja 1
hari libur.
Tabel 2.3 Mesin dan peralatan kerja yang ada di Field SPU:
25
iii. Sub Lapangan Ledok
Sub lapangan Ledok terletak ± 12 km sebelah barat laut kota Cepu pada
ketinggian ± 108m dpl. Aktivitas pada sub lapangan Ledok meliputi:
a. Sumur Migas
Sumur yang pertama kali dibor adalah sumur no.1 Ledok pada
tahun 1983 dan sumur-sumuryang telah dibor sebanyak ± 251
sumur. Sampai sekarang sumur yang berproduksi sebanyak 9
sumur dengan kapasitas produksi sebesar ±26,1 m3 per hari.
Sumur-sumur lainnya banyak yang sudah mati dan beberapa sumur
ada yang memerlukan perawatan KUPL.
26
SP I Distrik II Ledok adalah stasiun pengumpul yang menerima
hasil kiriman minyak, gas dan air dari 18 sumur produksi yang ada
di Field Distrik II Ledok. Kapasitas total untuk SP I Distrik II
Ledok sekitar ±123 m3. Hasil minyak dari sumur yang diterima dari
di SP I Distrik II Ledok kemudian dikirim ke SPU Distrik II Ledok.
Petugas operator yang berada di SP I Distrik II Ledok sejumlah 3
orang. Jam kerjanya selama 12 jam, shift kerjanya 2 hari kerja 1
hari libur.
27
untuk gas H2S.
a. Sumur-sumur Migas
Sumur yang pertama kali dibor adalah sumur No. 1 Semanggi pada
tahun 1896 dan sumur-sumur yang telah dibor sebanyak ± 44 sumur di
Nglobo dan ± 87 sumur di Semanggi. Sumur yang berproduksi
sebanyak 16 sumur (13 sumur di nglobo dan 3 sumur di Semanggi).
28
Tengah. Sebagian besar sumur-sumur Nglobo tersebut terletak di KHP
Cepu dan sebagian kecil terletak di ladang, sedangkan sumur-sumur
Semanggi terletak di KHP Randubaltung. Sumur-sumur di Nglobo dan
Semanggi seluruhnya diproduksi dengan menggunakan pumping unit,
kecuali sumur Semanggi P2 berproduksi secara sembur alami.
SP merupakan tempat yang menerima hasil kiriman minyak, gas dan air
dari beberapa sumur produksi yang ada di Field Distrik II Nglobo. Hasil
minyak dari sumur yang diterima di SP III Semanggi Distrik II Nglobo
kemudian dikirim ke SPU Distrik II Nglobo. Petugas operator yang
berada di SP Semanggi Distrik II Nglobo sejumlah 3 orang. Jam
kerjanya selama 12 jam, shift kerjanya 2 hari kerja 1 hari libur
Tabel 2.5 Mesin dan peralatan kerja yang ada di SP Semanggi Distrik II
Nglobo:
29
SP
30
tangki air yang berkapasitas 49,2 m3. Pengiriman minyak ke PPP
Menggung dilakukan melaui piap yang berdiameter 4 inch
sepanjang 23 km dan aliran gerakkan dengan menggunakan pompa
transfer. Mesin dan peralatan yang digunakan sama halnya pada
stasiun pengumpul.
KEPALA
HSE
31
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pekerja Healthy, Safety, &
Environment (HSE) PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
32
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu harus menciptakan
kondisi kondisi kerja yang aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja
sehingga terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
menjamin kelayakan sarana dan fasilitas operasi secara berkelanjutan
c. Melestarikan Lingkungan
PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dalam operasinya
senantiasa bertindak pro aktif dalam melestarikan lingkungan dengan
meningkatkan kualitas lingkungan dan penghematan energi.
33
d. Penerapan teknologi HSE / K3LL yang terintegrasi untuk mengurangi
tingkat kecelakaan (kecelakaan kerja, kebakaran, semburan liar,
penyakit akibat kerja, dan polusi lingkungan).
e. Mengurangi setiap ganngguan operasional seminimal mungkin.
f. Meningkatkan penerapan aplikasi regulasi pemerintah di bidang HSE /
K3LL di lapangan.
g. Meningkatkan nama baik peruahaan di bidang HSE / K3LL
5. Tugas HSE / K3LL
Tugas dari HSE / K3LL PT Pertamina EP Region Jawa Field Cepu
sebagai berikut :
a. Pembinaan terhadap pelaksanaan peraturan – peraturan, norma –
norma, serta kebijakan – kebijakan peruahaan dalam aspek HSE /
K3LL.
b. Mengatur dan melaksanakan program pemerintah (inspeksi tambang)
yang berhubungan dengan aspek HSE / K3LL.
c. Pembinaan dan penilaian terhadap usaha HSE / K3LL dalam kegiatan
yang berwawasan lingkungan.
d. Pengawasan “Keslingker” pada kegiatan operasional dan pencegahan
atau penanggulangan kebakaran.
e. Koordinasi terhadap lingkungan.
f. Pengawasan sertifikasi atau perijinan operasi peralatan.
g. Koordinasi pemeliharaan dan menentukn kualitas peralatan
keselamatan kerja.
6. Sasaran Pokok HSE/K3LL
Adapun sasaran pokok dari HSE PT Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu adalah mewujudkan keadaan bisnis atau pengusahaan minyak dan
gas bumi yang aman, handal, efisien,dan berwawasan lingkungan dengan
cara:
a. Penurunan tingkat Insiden (Kecelakaan, Kebakaran, Peledakan,
Penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan).
b. Penurunan tuntutan ganti rugi.
34
c. Penurunan tingkat gangguan operasi.
d. Peningkatan pemenuhan peraturan pemerintah di bidang HSE/K3LL.
e. Penigkatan citra HSE/K3LL di mata segala pihak.
7. Peran dan Tanggung Jawab HSE/K3LL
Tugas dan tanggug jawab yang dimiliki oleh HSE PT Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu adalah :
a. Operation HSE:
1. Memantau pelaksanaan sistem tata kerja (STK) di arena operasi.
2. Mengajukan permasalahan aspek HSE yang tidak terselesaikan di
unit area operasi ke fungsi terkait HSE EP.
3. Mengkoordinir pelaksanaan pemenuhan peraturan perundang-
undangan aspek HSE dalam kegiatan HSE.
4. Mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan insiden.
5. Memantau penerapan atas pembinaan SDM dan aspek K3,
lindungan lingkungan dan inspeksi peralatan yang berada di unit
operasi untuk meningkatkan kompetensi.
6. Mengkooordinir dan memantau penerapan metode atau teknologi
baru yang telah digaji fungsi terkait.
7. Memfasilitasi atas pelaksanaan gajian atau studi aspek HSE.
8. Menyiapkan dukungan teknis untuk proses sertifikasi atau
verifikasi fasilitas peralatan dan transmisi (Pipa Penyalur).
b. K3 HSE
1. Menyusun evaluasi dan mengembangkan standar sistem tata kerja
(STK) aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi atas permasalahan
K3 berdasarkan standar atau kode.
3. Melakukan pemantauan terhadap pentaatan dan penerapan
peraturan perundangan yang berlaku untuk aspek K3.
4. Memantau, mengevaluasi kegiatan yang berpotensi menimbulkan
kejadian kecelakaan, penyakit akibat kerja, kebakaran atau
peledakan dan merekomendasikan langkah-langkah antisipasi.
35
5. Melakukan investigasi terhadap kejadian kecelakaan, kebakaran
atau peledakan dan penyakit akibat kerja.
6. Membina SDM dalam aspek K3 untuk meningkatkan kompetensi.
7. Mengkaji dan sosialisasikan metode baru atau hasil kajian di
bidang K3.
8. Mengkoordinir pelaksanaan studi atau pengkajian aspek K3.
9. Melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan lembaga
atau institusi lain.
10. Mengelola sistem informasi K3.
11. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek K3 instansi
pemerintah dan BP Migas.
c. Lindung Lingkungan (LL) HSE
1. Menyusun, mengevaluasi, dan mengembangkan standar dan
sistem tata kerja (STK) aspek Lindung Lingkungan (LL).
2. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi atas permasalahan
lingkungan berdasarkan standar/baku mutu.
3. Melakukan pemantauan terhadap pentaatan dan penerapan
peraturan perundangan lingkungan yang berlaku untuk kegiatan
operasional.
4. Memantau dan mengevaluasi kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kejadian pencemaran lingkungan akibat kegiatan
operasi dan merekomendasikan langkah – langkah antisipasi.
5. Menginvestigasi terhadap kejadian pencemaran lingkungan.
6. Pembinaan SDM dalam aspek lingkungan untuk meningkatkan
kompetensi.
7. Mengkaji dan mensosialisasikan metode atau teknologi baru dari
hasil kajian di bidang lingkungan.
8. Mengkoordinasikan pelaksanaan studi atau kajian aspek
lingkungan.
9. Melakukan kerja sama dengan Instansi Pemerintah dan Lembaga
atau Institusi.
36
10. Mengkoordinir pelaksanaan pembinaan aspek lingkungan oleh
Instansi Pemerintah dan BP MIGAS.
37
BAB III
HASIL KEGIATAN MAGANG
38
yang berkepentingan untuk dialakukan suatu tindakan lebih lanjut,
sehingga tercapai keputusan yang terbaik untuk menyelesaikan
masalah yang ada dan disetujui oleh semua pihak. Untuk lebih
jelasnya kotak merah yang berisikan kartu Peka Card dapat dilihat
pada gambar 6.1
b. Pelaksanaan Pelatihan K3
Penyelenggaraan program kesehatan dan keselamatan kerja
ditempat kerja bagi pekerja dan pekarya tak lepas dari kualitas SDM
yang akan berperan menjadi pengelola dan pelaksana kegiatan-
kegiatan K3 yang dilaksanakan perusahaan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan pengetahuan,
kemampuan serta ketrampilan SDM dalam mengelola K3. Selain itu,
perusahaan wajib mematuhi peraturan dan perundangan dibidang K3
yang harus disosialisasikan kepada seluruh karyawan dalam hal
meningkatkan kesadaran dan pengetahuannya tentang K3 sehingga
diterapkan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
39
bertujuan untuk memberikan himbauan, peringatan, dan tanda-tanda
kepada para pekerja mengenai potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Pelaksanaan program ini wajib dilakukan dan ditaati oleh semua
pekerja, terutama di area lokasi sumur pengumpul (SP), sumur
pengumpul utama (SPU), dan lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar 6.2
40
sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga
kerja, terjadi kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa,
cacat, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua
pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.
Jenis alat pelindung diri (APD) yang tersedia pada PT. Pertamina EP
Region Jawa Field Cepu sebagai berikut:
Safety Helmet
Fungsi :
Syarat :
41
Gambar 3.3 Safety Helmet
Face Shield
Fungsi :
Syarat :
Lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi atau efek prisam lebih
dari 1/16 prisma dioptri; artinya perbedaan refraksi, harus lebih
kecil dari 1/16 dioptri.
42
Gambar 3.4 Face Shield
Karet, plastik kertas, plastik yang lunak, lilin, dan kapas. Yang
paling disenangi adalah jenis karet karena bisa menyesuaikan
bentuk dengan lubang telinga. Daya lindungnya antara 25
samapi 30 dB. Kecuali kapas, daya lindung kapas paling
kecil yaitu antara 2 sampai 12 dB.
Keterangan :
43
Daya lindungnya pada frekuensi 2800-4000 Hz sampai 42 dB (35-45
dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga
dapat daya lindung yang lebih tinggi tetapi tidak lebih dari 50 dB
karena hantaran suara melalui tulang masih ada.
a. Safety Gloves
Fungsi :
- Melindungi tangan dari cidera tangan saat bekerja
- Melindungi tangan dari bahan – bahan kimia
- Melindungi tangan dari percikan api
Syarat :
- Tahan air
- Tahan percikan api
- Dapat melindungi tangan dari bahan kimia
44
Gambar 3.7 Safety Gloves
a. Safety Shoes
Fungsi :
Syarat :
Bahan pembuat Alat : dapat terbuat dari kulit, karet, sintetik atau
plastik. Sol sepatu memakai sol anti slip untuk mencegah
tergelincir. Untuk mencegah tusukan sol terbuat dari logam dan
untuk melindungi bahaya listrik sepatu harus dijahit atau direkat
tidak boleh memakai paku.
45
Gambar 3.8 Safety Shoes
a. Safety Workwear
Fungsi :
Syarat :
46
a. Masker
Fungsi :
- Mengetahui udara yang dihirup saat bekerja di tempat kerja dengan
kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dll)
47
Gambar 3.11 Fullbody Harnest
48
diinspeksi, serta meninjau pula kondisi fasilitas yang digunakan,
seperti kendaraan proyek. Dalam inspeksi tersebut para personil
berkeliling menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Hal ini telah
diatur dan tercantum pada UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Permenaker No.5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, PP No.11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi, dan OHAS 18001 mengenai Monitoring.
49
terjadi insiden kebakaran. Selain itu, juga melakukan perawatan dan
pemeliharaan peralatan alat pemadam kebakaran sehingga alat
tersebut tidak mengalami korosi. Hal ini telah tercantum pada UU No
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No
5/Men/19996 tentang Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja, PP No 11 Tahun 1979 tentang Kesehatan dan keselamatan pda
pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi.
50
Gambar 3.13 Dry Chemical Fire Extinguisher
2. CO fire extinguisher
51
volume air 6000 liter dan 500 liter larutan foam terletak di PPP
Menggung. Sedangkan dua truk pemadam lain berkapasitas volume
air 3000liter dan 500liter larutan foam terletak di Distrik 1 Kawengan
dan Distrik II Nglobo. Untuk lebih jelasnya truk pemadam kebakaran
dapat dilihat pada gambar 3.15
Fire Station Pump adalah jenis unit pompa yang digunakan tim
HSE PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu untuk memadamkan
kebakaran atau kondisi darurat di wilayah kerja Field Cepu dan
masyarakar sekitar. Selain itu, tersedia pula jenis Fire Station Pump
Portable yang bisa digunakan secara mobile jika tersedia insident
kebakaran pada tempat lain. Fire station pump ini mempunyai hard
500 Gpm sehingga dalam pemakaiannya dapat mensuplai air 1890
liter/menit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.16
52
Gambar 3.16 Fire Station Pump Portable
53
Gambar 3.18 nozzle kombinasi (nozzle jet & spray) dan nozzle
foam
54
h. Tersedianya Poliklinik Untuk Karyawan
55
Tabel 3.1 Bagan Kegiatan Penghasil Limbah B3 di PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
56
a. Sumber Spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan limbah B3
yang berasal dari kegiatan produksi langsung. Dalam kegiatan
produksinya dihasilkan beberapa jenis limbah B3, diantaranya
adalah:
1. Oil Sludge
57
2. Oil Catcher
58
b. Sumber Non-Spesifik
1. Oli Bekas
59
2. Accu Bekas
Aki Bekas
60
yaitu padatan mudah terbakar. Contoh majun bekas dapat dilihat
pada Gambar 3.24 berikut ini.
61
Gambar 3.25 Lampu Halogen Bekas
5. Filter Bekas
62
6. Sorbent Boom
7. Sorbent Pad
63
Gambar 3.28 Sorbent Pad
8. Tanah Terkontaminasi
64
9. Media Filter Water Disposal
3. Pengumpul Limbah B3
Kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengumpul adalah sebagai
berikut :
a. Pewadahan
Setelah dihasilkan limbah B3 dari sumber di area Sumur
Pengumpul dan PPP, pihak penghasil akan melakukan pewadahan
di masing-masing lapangan (Kawengan, Ledok, Nglobo) lalu
secara berkala dikirimkan ke TPS limbah B3 Menggung.
Pewadahan limbah B3 di area ini merupakan teknik operasional
65
yang bersifat intern. Pewadahan limbah padat B3 yang dihasilkan
PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dilakukan oleh
masing-masing unit penghasil limbah.
Di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu harus
dilakukan penyimpanan limbah B3 jika limbah B3 tersebut belum
dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 tersebut ke
lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan.
Untuk itu, pewadahan atau pengemasan harus dilakukan
sesuai dengan peraturan yang ada. Di PT PERTAMINA EP Field
Cepu, yang telah dilakukan antara lain
66
Menggung yang telah mendapat ijin sesuai dengan peraturan Kep
No 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
c. Penyimpanan Kemasan
67
Gambar 3.31 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 PT PERTAMINA EP
Region Jawa Field Cepu
(Sumber: Hasil Analisa)
d. Pelabelan dan Simbol Kemasan Limbah Padat B3
68
3. Pemasangan papan nama pada masing-masing tempat
penyimpanan di gudang penyimpanan limbah B3.
Di dalam gudang penyimpanan limbah B3 dibagi
menjadi beberapa blok untuk beberapa limbah padat B3 yang
disimpan. Pada setiap blok diberi papan nama peringatan yang
memuat jenis limbah yang disimpan dalam blok tersebut,
karakteristik limbah B3, kode limbah B3, penanggulangan
tumpahan, Alat pelindung diri yang harus digunakan ketika
menangani limbah tersebut dan diberi simbol. PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu sudah memiliki
papan nama limbah B3 dan pemasangan papan nama pada
masing-masing tempat penyimpanan di gudang penyimpanan
limbah B3 di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
sudah dilaksanakan.
69
Tabel 3.2 Matrik Perbandingan Antara Kegiatan Pelabelan Dan Pemberian Simbol
di PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu Dengan Regulasi (*)
Keterangan :
(*) Kep. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
70
Contoh pemasangan label dan simbol yang digunakan oleh PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dapat dilihat dalam
Gambar 3.32 di bawah ini :
71
Lantai bangunan yang kuat, kedap air dan tidak bergelombang
terbuat dari beton bertulang (cor).
Saluran drainase yang mengelilingi gedung untuk mencegah
genangan air dalam gudang.
Terdapat Peralatan Penunjang untuk operasional, yaitu
peralatan dan sistem pemadam kebakaran, peralatan
komunikasi, pintu geser, rak sample masing-masing
karakteristik limbah, meja berkas dan operasional, stiker tanda
limbah B3 (label) untuk masing-masing karakteristik limbah
dan peringatan, alarm, perlengkapan pengemasan.
Terdapat parit yang terletak disamping tumpukan drum untuk
mencegah menggenangnya limbah B3 (khusunya yang bersifat
cair).
Bangunan penyimpanan kemasan limbah B3 dapat dilihat pada
Gambar 3.33
72
tersebut tidak dikelola dengan baik maka bisa menggangggu
kesehatan karyawan dan dapat merusak lingkungan.
4. Pengangkutan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 PT PERTAMINA EP Region Jawa Field
Cepu dibedakan menjadi dua macam yaitu pengelolaan didalam area
produksi oleh PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu dan
pengelolaan di luar area produksi dengan pihak ketiga sebagai
73
pengelolanya. Berdasarkan hal tersebut maka sistem pengangkutan
limbah B3 yang dihasilkan oleh PT PERTAMINA EP Region Jawa
Field Cepu terbagi atas dua sistem juga, yaitu pengangkutan internal
dan pengangkutan eksternal.
a. Pengangkutan Internal
Pengangkutan internal Limbah B3 di PT PERTAMINA EP
Region Jawa Field Cepu dilakukan sebelum penyimpanan
sementara di Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3.
Kegiatan ini dilakukan oleh masing-masing penghasil limbah B3 di
area produksi. Pengangkutan internal ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa fasilitas angkut yaitu: truck, vacum truck,
maupun forklift. Setiap fasilitas angkut yang digunakan dalam
pengangkutan selalu dilengkapi dengan surat ijin untuk beroperasi
di area produksi. Selain fasilitas angkut yang harus mempunyai
surat ijin, pengendara/awak mobil harus mempunyai Surat Ijin
Mengemudi di Area Produksi.
Setiap pekerja yang terlibat telah mengikuti pelatihan
keselamatan Kerja. Setiap kegiatan pengangkutan diwajibkan
kepada para pekerja yang terlibat untuk mengenakan APD (Alat
Pelindung Diri) sesuai dengan ketentuan TKI (Tata Kerja Individu)
limbah yang diangkut. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
potensi bahaya limbah B3 yang diangkut. Setiap APD yang
ditentukan dalam TKI telah disesuaikan dengan jenis limbah B3
yang ditangani.
Penghasil limbah B3 mengangkut dan menyerahkan limbah
B3 tersebut kepada pihak HSE khusunya Lindungan Lingkungan
(LL) sebagai pengelola limbah B3 internal di lingkungan PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu. Limbah B3 ini
diserahterimakan dari penghasil limbah B3 ke pengelola limbah B3
(HSE) dengan menyertakan berita acara penyerahan limbah B3
dari penghasil limbah yang berisi tentang jenis limbah B3, jumlah
74
serta sumbernya. Selanjutnya limbah B3 akan disimpan oleh pihak
HSE di Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 yang telah
memiliki ijin dari KLH.
b. Pengangkutan Eksternal
PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu telah
bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengelola limbahnya.
Dalam ahal ini adalah pengangkutan eksternal limbah B3. Menurut
peraturan PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85 Tahun 1999, pihak
ketiga yang dapat dijadikan mitra dalam pengangkutan limbah B3
adalah suatu badan usaha yang telah memiliki surat ijin sebagai
pengangkut limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup. Badan usaha tersebut adalah PT PPLI dan PT
ALP PETRO INDUSTRI Pasuruan. Pengangkutan dilakukan dari
Gudang Penyimpanan Sementara Limbah B3 menuju lokasi
pengolahan. Disamping itu, karena kegiatan pengangkutan ini
terintegrasi dengan kegiatan berikutnya yakni pengolahan,
pemanfaatan, atau penimbunan, maka pemilihan pihak pengangkut
juga didasarkan pada kegiatan selanjutnya.
Di dalam proses pengangkutan ini, pihak PERTAMINA
hanya memiliki wewenang sampai memilih pihak pengangkut yang
telah memiliki perijinan dari pihak ketiga. Selebihnya merupakan
kewajiban dari pihak transporter. Pihak PERTAMINA mengisi
beberapa dokumen pengangkutan Dokumen limbah B3 yang telah
dibuat harus diserahkan kepada pihak-pihak yang berwenang
dalam pengelolaan limbah padat B3 yang dilakukan oleh PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu.
75
Upaya-upaya yang telah dilakukan agar mengurangi jumlah tanah
terkontaminasi diantaranya adalah dengan memelihara jaringan pipa,
bak oil catcher, serta peralatan-peralatan lain yang mempunyai
kemungkinan menyebabkan terjadinya kebocoran jika terjadi
kerusakan.
76
BAB IV
PEMBAHASAN
78
Kurang Efektifnya Manajemen Pengumpulan Sampah Dan Pengolahan
Sampah B3 serta sampah kantor
Menurut PP No 18 tahun 1999 jo. PP No 85 tahun 1999, tentang
“Pengelolaan limbah B3” bahwa penyimpanan limbah B3 padat, sampah
hasil kerja paling lama 24 jam.
Hal ini menjadi dasar permasalahan pada pengelolaan sampah B3 di
kantor HSE PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu. Berdasarkan dari
pengamatan dan observasi selama PKL, diketahui bahwa pengelolaan
sampah dilakukan dua kali dalam seminggu yakni hari rabu dan jum’at.
Pengangkutan sampah oleh truk DPU sekitar jam 08.00 atau jam 12.00. Akan
tetapi untuk hari libur, sampah B3 atau sampah kantor tidak dikelola seperti
halnya hari kerja. Sehingga sampah tersebut menumpuk pada hari libur, dan
pada hari kemudian penimbangan sampah B3 atau sampah kantor terlihat
terjadi peningkatan. Hal ini dikarenakan akumulasi sampah dari hari-hari
libur sebelumnya.
Dari permasalahan ini, banyak dampak yang bisa ditimbulkan akibat
menumpuknya sampah tersebut seperti gangguan estetika, bau, hingga
meningkatnya angka kuman di lingkungan sekitar, yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya infeksi. Hal ini perlu dipertimbangkan kembali bagaimana
caranya untuk mengatasi permasalahan penumpukan sampah B3 atau sampah
kantor ketika hari libur kerja.
2. Pengelolaan Limbah B3
79
Tidak Adanya Indikator Parameter Pada Oil Sludge Di Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL)
Berdasarkan dari pengamatan dan observasi selama PKL, Oil Sludge tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan banyak sampah yang mengendap
di tempat tersebut. Oil Sludge mempunyai karakterisitik limbah B3 yaitu
padatan mudah terbakar.
3. Disinfeksi Ruangan
1. Kurangnya sanitasi ruangan kerja kantor HSE PT Pertamina EP Region
Jawa Field Cepu
Cahaya atau sinar merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia agar
dapat melihat dengan jelas. Tanpa adanya sinar, mata dengan ketajaman
sebagus apapun pasti tidak akan dapat melihat dengan jelas. Benda-benda
yang terkena sinar akan memantulkan sinar yang menerpanya ke arah
tertentu. Pantulan sinar yang mengenai syaraf mata (retina) dapat berlaku
sebagai rangsang bagi syaraf penglihatan, yang selanjutnya akan diteruskan
ke pusat syaraf untuk diolah dan menghasilkan gambaran atau image
tertentu sesuai benda yang dilihat.
Penerangan pada sebagian ruang kerja PT. Pertamina EP Region Jawa
Field Cepu masih belum begitu baik karena masih ditemukannya lampu-
lampu di ruang kerja belum sesuai antara intensitas penerangan dengan
besar ruang kerjanya. Hal tersebut menyebabkan ruangan menjadi tidak
nyaman bila digunakan untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan jenis
penerangan yang lebih tinggi misalnya jenis pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian.
80
C. SOLUSI
81
dihasilkan terlalu banyak, hal ini bisa menyebabkan kerja incinerator
terlalu berat. Sehingga dibutuhkan perubahan waktu dalam
pengangkutan sampah.
82
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan atas hasil kerja praktek yang telah
dilakukan selama sebulan mengenai implementasi keselamatan kerja dan
pengelolaan limbah B3 di Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
83
dari: Oli Bekas, Accu Bekas, Majun Bekas, Lampu Halogen
Bekas, Filter Bekas, Sorbent Boom, Sorbent Pad, Tanah
Terkontaminasi, Media Filter Water Disposal.
6. Dalam mengelola limbah B3 yang dihasilkannya, PT
PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu berpedoman pada
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo. Peraturan Pemerintah
No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3.
7. TPS Limbah B3 PT PERTAMINA EP Region Jawa Field Cepu
telah memiliki ijin sesuai dengan peraturan Kep No
68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
B. SARAN
1. Bagi Institusi
2. Bagi Fakultas
84
Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan
kemampuan praktek yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan
Masyarakat di dalam Perusahaan maupun Instansi.
Lebih bisa melakukan pemahaman, penghayatan dan sikap
kerja profesional di bidang Kesehatan Lingkungan.
Dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang baik tentang
pelaksanaan Kesehatan Lingkungan di tempat kerja.
85