Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PROSES

PRODUKSI GULA KRISTAL PUTIH


PTPN XIV PG.BONE

MUHAMMAD TAWAKKAL (33118507)

AWALIA HASTIN (33118508)

RISDAYANTI (33118517)

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KERJA LAPANGAN
DI
PTPN XIV PG.BONE
(14-13 OKTOBER 2020)

PROFESIONAL,INTEGRITAS,SINERGI
Disusun oleh :
1. Muhammad Tawakkal (NIM. 33118502)

2. Awalia Hastin (NIM. 33118505)

3. Risdayanti (NIM. 33118517)

Kepala pengolahan Pembimbing PKL

(AKHSAR BUDHIANSYAH) (ASTIA MAYANG SARI)

Manager Pengembangan SDM

(SUGITO)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini sebagai hasil dan bentuk tanggung jawab dari kegiatan PKL
yang dilaksanakan mulai tanggal 14 September s.d. 13 Oktober 2020 yang
bertempat di PTPN XIV PG.BONE.
Selama penulisan laporan PKL ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulis memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Dengan terselesaikannya laporan
ini penulis memiliki banyak pengalaman berharga serta ilmu yang bermanfaat yang
diperoleh. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak atas bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada penulis,
antara lain:
1. Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesehatan, kesempatan,
serta kemudahan kepada kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
2. Kedua Orang tua tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis
dengan penuh kasih sayang.
3. Bapak Drs.Herman Bangngalino, M.T. sebagai Ketua jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
4. Bapak Muhammad Saleh, S.T., M.T. sebagai Kepala Program Studi D3 Teknik
Kimia.
5. Ibu Mahyati, S.T, M.Si selaku dosen Pembimbing Kegiatan Praktik Kerja
Lapangan yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan sehingga
kegiatan dan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Akhsar Budhianyah,Selaku Kepala Bagian Pengolahan di PTPN XIV
PG.BONE.
7. Ibu Astia Mayang Sari, selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PTPN
XIV PG.BONE.
8. Serta semua pihak yang telah membantu Praktek Kerja Lapangan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pada bidang teknologi
pertanian.

ArasoE, 13 Oktober 2020


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan yang
wajib diikuti oleh setiap mahasiswa/i Politeknik Negeri Ujung Pandang dan
dirancang untuk melatih mahasiswa/i agar mempunyai kemampuan mengenai dunia
kerja sesuai bidang-bidangnya.
Mahasiswa/i yang dianggap telah mendapat bekal yang memadai dalam
berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya, misalnya mengambil sampel,
menyiapkan sampel, menentukan metode analisa yang tepat, menganalisa sampel-
sampel dan lain-lain. Bekal pengetahuan dan kemampuan tersebut telah diperoleh
melalui berbagai mata pelajaran yang disajikan melalui mata kuliah di Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Namun, apa yang telah diperoleh
belum tentu bisa menjamin keberhasilan dalam dunia kerja. Untuk mendukung hal
tersebut dibutuhkan suatu pengalaman secara langsung mengenai lingkup
lingkungan kerja, sehingga setelah menyelesaikan pendidikan, mereka siap secara
mandiri mengembangkan tugas profesional dibidangnya.
Untuk mendapat pengalaman tersebut, maka PKL merupakan alternatif yang
sangat baik karena dapat menerjunkan langsung dalam dunia kerja, mengamati dan
ikut serta dalam menghadapi masalah-masalah yang ada terutama disekeliling
lingkungan yang berhubungan dengan proses kimiawi kehidupan.

Dalam hal ini PTPN XIV PG.BONE sebagai salah satu perusahaan yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan praktik kerja industri dalam menerapkan
semua ilmu yang telah diperoleh selama dibangku perkuliahan yang tidak terbatas
pada praktik kerja di laboratorium saja, tapi juga praktik pengenalan lingkungan
kerja yang sesungguhnya, termasuk pengaplikasian disiplin kerja dalam
membangun kerja sama antara individu. Selain itu juga untuk menambah
keterampilan, menambah wawasan secara berdedikasi dibawah bimbingan yang
terarah dan terpantau. Untuk mewujudkan semua ini diperlukan adanya kerja sama
antar pihak, khususnya pihak intansi/perusahaan dengan pihak sekolah dalam
menempatkan para siswanya.
1.2 Tujuan Diadakan Praktik Kerja Lapangan
1. Tujuan Umum
a. Mengenali proses kerja pada industri sebelum turun ke dunia kerja yang
sesungguhnya.
b. Mengaplikasikan teori yang didapat pada perkuliahan dengan praktik
lapangan yang dilakukan.
c. Membekali diri dengan pengetahuan tentang kondisi
dunia kerja.
d. Menjadikan kegiatan ini untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab atas
tugas atau kewajiban yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai prasyarat akademis bagi mahasiswa untuk memenuhi beban
Satuan Kredit Semester (SKS) di Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
b. Mengetahui proses produksi pembuatan gula Kristal putih di PTPN XIV
PG.BONE.
c. Mengetahui kualitas produk dalam proses pembuatan gula Kristal putih
di PTPN XIV PG.BONE.
d. Mengetahui proses pengolahan limbah di PTPN XIV PG.BONE.
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Metode Pengumpulan Data
1. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan informasi dan bahan evaluasi untuk peningkatan
mutu produksi gula PT.Makassar Tene.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Dapat menjalin kerja sama antara PNUP dengan PT.Makassar Tene
dan menambah referensi kepustakaan mengenai proses produksi gula.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan teori secara langsung di lapangan.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Tempat pelaksanaan PKL di PTPN XIV PG.BONE yang berlokasi di
Desa ArasoE, Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Adapun
waktu pelaksanaan PKL yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi dan
perusahaan, yaitu selama satu bulan dari tanggal 14 September s.d 13 Oktober
2020.

1.5 Batasan masalah dalam Praktek Kerja Lapangan


Agar pembahasan masalah dalam Praktek Industri ini lebih terarah dan tidak
menyimpang dari tujuan maka perlu dilakukan batasan-batasan permasalahan.
Adapun batasan permasalahan tersebut antara lain :
1. Proses pengolahan tebu menjadi gula kristal putih
2. Flowsheet pengolahan gula beserta bagian-bagiannya
3. Fungsi dari bagian-bagian alat pengolahan gula
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI DI PTPN XIV PG.BONE
A. Sejarah Instansi
Dilandasi Keputusan MPRS No. II/tahun 1960, tanggal 19 Juli 1960,
tentang “Agreement on the economic cooperation between the government of
Czechoslovak Socialist Republic and Republic of Indonesia”
Tanggal 23 Agustus 1966 Direksi BPU – PPN Gula / Karung Goni menyatakan
proyek dalam keadaan slow down.
Tanggal 16 Agustus 1972 ditandatangani kontrak antara PN Perkebunan XX
dengan Bookers Agrucultural and Technical Service Ltd. (BATS), London, untuk
melakukan survey, penelitian dan perencanaan pembangunan Pabrik Gula Bone
Tanggal 6 Desember 1973, ditetapkan pendirian Perusahaan Umum (Perum) Gula
Bone sesuai penetapan Presiden Republik Indonesia dengan dasar Peraturan
Pemerintah RI No. 47/tahun 1973
Tanggal 13 Desember 1974 diputuskan pembubaran Perum Gula Bone dan
penetapan status Perseroan (Persero) Eks. Perusahaan Negara Perkebunan (PNP)
XX dan dilaksanakan pembentukan PT Perkebunan XX (Persero) pada awal bulan
Mei 1981.
Pabrik Gula Bone diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada
tanggal 15 Oktober 1975 pada saat melaksanakan giling perdana.
Tanggal 25 September 1991 Pabrik Gula Bone menjadi unit produksi dari PT
Perkebunan XXXII (Persero)
Tanggal 9 Mei 1994 diadakan restrukturisasi PTP. PTP XXXII (Persero) digabung
dengan PTP XXVIII (Persero) dan PT Bina Mulia Ternak menjadi PTP XXXII
(Persero) Group dengan PTP XXXII sebagai induknya
Tanggal 22 April 1996 nama PTP XXXII (Persero) Group diubah menjadi PT
Perkebunan Nusantara XIV (Persero)
Tanggal 7 September 2007, No. 116/S.PJ/RNI.01/IX/07 dan XX-
Kontrak/IX/07.072, Manajemen Pengelolaan PG Bone diserahkan ke PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (Persero)
Tanggal 18 Agustus 2009, No. XX-22) 0214/09.002, Manajemen Pengelolaan PG
Bone di alihkan ke PTP Nusantara X (Persero)

B. Logo Instansi
Logo perusahaan dapat di liat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Logo Perusahaan


(Sumber : Pabrik Gula Bone)
Makna Logo:

1. Nama singkat PTPN XIV merupakan cerminan keinginan untuk manunggal


dengan stake holder (masyarakat, pemasok, penyalur, pemerintah, dll) agar lebih
mengenal PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) sebagai mitra mereka
2. Cetakan PTPN XIV tebal berbayang berdiri tegak menggambarkan kebulatan
tekad PTPN XIV untuk terus maju dalam mencapai kemakmuran bagi seluruh
bangsa Indonesia
3. Warna dasar hijau yang menggambarkan kekokohan PTPN XIV sebagai salah
satu BUMN.
4. Garis kuning emas yang melingkupi logo PTPN XIV beserta tulisan PTPN XIV
berwarna kuning emas menggambarkan ketulusan PTPN XIV untuk menjadi
sumber kehidupan bagi bangsa, negara dan tanah air
5. Bulatan dengan warna kuning ke merah sebagai matahari terbit yang
menggambarkan keberadaan PTPN XIV yang berada di kawasan timur
Indonesia.
6. Bentuk lengkungan V menggambarkan visi kepeloporan PTPN XIV dalam usaha
agroindustri di Kawasan Timur Indonesia untuk menuju ke kemenangan.
7. Tiga bentuk lengkungan V yang menggambarkan 3 core bisnis PTPN XIV yang
berupa:
a. Protein hewani diwakili oleh lengkungan V berwarna merah hati/daging.
b. Minyak nabati yang diwakili oleh lengkungan V berwarna kuning jernih.
c. Pemanis alami yang diwakili oleh lengkungan V berwarna putih bersih.
C. Visi dan Misi Instansi
1. Visi
Menjadi perusahaan agribisnis nasional yang unggul dan berdaya saing
kelas dunia serta berkontribusi secara berkesinambungan bagi kemajuan bangsa.
2. Misi
Mewujudkan grup usaha berbasis sumberdaya perkebunan yang
terintegrasi dan bersinergi dalam memberi nilai tambah (value creation) bagi
stakeholders dengan :
a. Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi bagi pelanggan
b. Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul (operational excellence)
melalui perbaikan dan inovasi berkelanjutan dengan tatakelola perusahaan yang
baik
c. Mengembangkan organisasi dan budaya yang prima serta SDM yang kompeten
dan sejahtera dalam merealisasi potensi setiap insan
d. melakukan optimalisasi pemanfaatan asset untuk memberikan imbal hasil
terbaik
e. turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam menjaga
kelestarian lingkungan lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.

D. Nilai-Nilai Perusahaan
1. Sinergi
Menciptakan dan meningkatkan kerjasama dengan mengedepankan
kepercayaan untuk memberikan nilai tambah yang optimal.
2. Integritas
Merupakan prinsip dalam menjalankan tugas dengan menjunjung tinggi
kejujuran konsisten dengan keteladanan.
3. Professional
Melakukan tugas sesuai dengan kompetensi bertanggung jawab dan selalu
mengembangkan diri.

E. Lokasi Perusahaan
Pabrik Gula Bone terletak di Desa ArasoE, Kecamatan Cina, Kab. Bone pada
koordinat 120o 18’ 45” BT dan 4o 42’ 45” LS, sedangkan areal tanaman meliputi 4
kecamatan yakni Cina, Ponre, SibuluE dan Mare yang terdiri dari 7.771,54 Ha
lahan HGU dan 88,36 Ha lahan HGB.
Berdasarkan topografi, areal Pabrik Gula Bone dibedakan dua daerah yaitu
daerah bawah (low land) dan daerah atas (up land). Daerah low land memiliki ciri
permukaan relative datar, berstektur tanah sedang sampai berat (clay) drainase
terhambat (buruk) solum tanah sedang sampai dalam dan reaksi tanah agak masam
(pH 5.0 – 5.5). Daerah up land dicirikan dengan bentuk permukaan bergelombang,
tekstur tanah ringan sampai sedang, reaksi tanah mendekati netral (pH 5.6 – 6.2).
Iklim Pabrik Gula Bone dicirikan oleh curah hujan tahunan berkisar antara
1.333 – 4.021 mm rata-rata 2.655 mm, hari hujan rata-rata 157 hari dengan periode
bulan kering 2 – 3 bulan. Menurut Oldeman dan Syarifuddin diklasifikasikan
sebagai type iklim C2.
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PG Bone
(Dokumentasi PG Bone)
BAB III
Proses pengolahan gula kristal putih di PTPN XIV PG.BONE
Proses pengolahan di pabrik bertujuan untuk mendapatkan produksi gula
setinggi mungkin dan mengurangi kehilangan nira sekecil mungkin selama dalam
proses. Untuk mendapatkan atau memproduksi gula jadi (siap dipasarkan)
dilakukan beberapa tahap pengolahan sebagai berikut.
A. Penimbangan
Pada tahap ini, tebu (cane) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas
maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan
potensi kandungan gula (rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, di
lihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang
akan dihasilkan.

Dari segi kualitas, tebu (cane) yang baik adalah secara umum memenuhi 3
persyaratan, antara lain :

1.      Masak, berarti tebu yang akan di giling harus memiliki kandungan gula
(rendemen) yang mencukupi. Besarnya kandungan gula dipengaruhi oleh
varietas, sistem tanam, iklim dan tingkat kemasakan pada saat tebang.

2.      Bersih, berarti tebu yang akan di giling harus bersih dari kotoran, baik itu
kotoran berupa tanah, daun atau akar yang terikut pada saat tebang.

3.      Segar, berarti waktu yang diperlukan dari mulai tebu ditebang, masuk pabrik
hingga di giling harus secepat mungkin. Karena semakin lama waktunya,
kandungan gula dalam tebu juga semakin menurun.

Setelah tebu ditebang di kebun, kemudian tebu diantar kepabrik secepat


mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas
tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan berkurang dikarenakan
penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga
kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.

Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik, tebu yang diangkut oleh
truk diletakkan diatas meja tebu (cane table) menggunakan tiga cara, yaitu tebu
diangkat menggunakan crane, diangkut langsung menggunakan truk, dan juga
diangkut menggunakan eskavator.
B. Stasiun gilingan
Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga
didapatkan perasan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses penggilingan
pada PTPN XIV PGB ArasoE dilakukan sebanyak 4 kali.
Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan
untuk mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 4
set three roll mill yaitu unit gilingan I sampai IV dimana setiap unit gilingan
terdapat 3 roll yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120°, dan pada
masing-masing gilingan terjadi 2 kali pemerasan.

Pemerahan nira tebu atau mengambil nira tebu dari tebu merupakan
langkah awal dalam memproses pembuatan gula dari tebu. Tebu yang layak
digiling yaitu bila telah mencapai fase kemasakan.

Tebu yang sudah masak selnya mudah pecah sehingga ekstraksi


(pemerahan) dapat optimal dibandingkan dengan tebu yang belum masak.
dengan arti kata tebu yang masuk ke pabrik tebu yang tua, segar, manis dan
bersih.

Setelah tebu tercecah maka tebu tersebut berjalan ke stasiun gilingan


dengan menggunakan cane elevator. Penggilingan di lakukan hingga
kandungan nira dalam tebu diperas habis dengan menggunakan 4 unit
gilingan (4 set  three roll mill). Alat ini terdiri dari 3 buah rol yang terbuat
dari besi (1 set) yang mempunyai permukaan beralur berbentuk V dengan
sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira  dan mengurangi
terjadinya slip dan di susun secara seri dengan memakai tekanan hidrolic
yang berbeda-beda.
Tebu yang sudah di cacah halus di bawa ke elevator dan menuju ke
penggilingan pertama air pertama (nira) dari gilingan pertama di tampung
pada bak penampung I. Ampas dari gilingan I dibawa oleh intermediate I ke
gilingan II kemudian di giling (diperah) lagi. Air perasan masuk dalam bak
penampung. nira yang diperoleh dari bak penampung I primany juice. Nira
dari gilingan I dan gilingan II masih terdapat ampas halus yang terikut nira,
kemudian nira dari kedua bak tersebut di saring pada juice stainer kemudian
ampasnya di masukkan pada gilingan II  dan nira yang disaring di tampung
dalam satu tangki dan siap untuk di pompakan ke stasiun pemurnian. Ampas
dari gilingan II dibawa oleh intermediate II dan digiling ke gilinngan III untuk
diperah lagi. Nira dari gilingan II di tampung pda bak penampung II.  Ampas
dari gilingan III dibawa oleh intermediate III untuk digiling lagi pada gilingan
IV. Nira dari gilingan III ditampung pada bak III dan digunakan untuk
menyiram ampas yang keluar yang kemudian akan digiling pada gilingan II.
Ampas yang keluar dari gilingan III diberi air imbibisi sebelum di masukkan
ke gilingan IV , air imbibisi berasal dari kondensat evaporator badan III dan
IV. Pemberian air imbibisi tersebut mempunyai fungsi untuk melarutkan nira
yang masih tertinggal pada ampas tersebut.  Nira dari gilingan III, dan IV
masih mengandung ampas halus, nira dan ampas yang halus tersebut diangkut
dengan conveyer melalui suatu plat saringan, niranya masuk ke tabung setiap
gilingan sedangkan ampas naik ke gilingan II. Ampas tebu dari gilingan IV
selanjutnya di angkut oleh bagas elevator melalui dari suatu plat gilingan.
Semakin banyak pengulangan gilingan ampas tebu,maka semakin sedikit
kadar nira yang dikandungnya. Nira yang telah bebas ampas dari stasiun
gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.

C. Stasiun pemurnian
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan kotoran dan
bahan non sugar (yang tidak termasuk gula) dalam nira mentah dengan
catatan gula reduksi maupun saccarosa jangan sampai rusak selama
perlakuan. Bahan non sugar yang dimaksud adalah :

1.      Ion – ion organik yang nantinya menghambat pengkristalan


dari saccarosa (gula).

2.      Koloid yang menyebabkan sukarnya pengendapan serta penyaringan.

3.      Zat warna yang mungkin terkandung dalam zat lain yang mungkin
juga terikut seperti tanah dan sisa daun.
Macam – macam proses pemurnian yang dilakukan pabrik gula di PTPN XIV
PG.BONE antara lain :

1. Proses Pemanasan I
Adapun tujuan pemanasan pertama yaitu untuk mempersiapkan proses
defikasi dimana air kapur akan bereaksi dengan bukan gula ( dalam hal ini
fosfat yang terkandung dalam tebu ) dan membunuh bakteri yang ada dalam
nira. Suhu yang digunakan dalam pemanas I yaitu 70 – 75 ℃. Suhu tersebut
merupakan suhu optimum dimana kehilangan gula karena inversi akibat
pemanasan gula mentah (Ph ± 5,5) dapat diminimalisir dengan waktu
pemanasan sependek mungkin. Dari pemanas I nira dipompa ke defecator I
kemudian ditambahkan kapur ( Ca(OH)2 untuk meningkatkan Ph karena jika
pH rendah dapat terjadi inversi. Dari defecator I, nira dipompa ke defecator II
dengan pH maksimum 8,5. Setelah mencapai pH maksimum, kemudian nira
mentah dipompa masuk ke tangki sulfitasi. Dan terjadi proses penambahan
gas belerang SO2 pada tangka sulfitasi dengan tujuan mengedapkan bahan
material yang buka gula, proses sulfitasi dengan penambahan SO2 pada suhu
70 – 80 ℃ bertujuan untuk menetralkan kelebihan susu kapur ( menetralkan
pH nira ) dan sebagai bleaching agent ( zat pemutih ), meningkatkan unsur –
unsur lain yang berikatan dengan defecator, menurunkan pH dan membentuk
CaSO4 (tembaga sulfat) untuk mengikat kotoran dalam nira. Senyawa CaSO4
merupakan senyawa yang menarik sebagian kotoran yang ada pada nira dan
membentuk floc. Kemudian nira mentah tersulfitasi ditangki reaksi kemudian
dipompa kepemanas II.

2. Proses Pemanasan II
Adapun tujuan pemanasan kedua adalah menyempurnakan reaksi
pencampuran nira mentah, susu kapur, dan gas belerang untuk menurunkan
viscositas nira sehingga pengendapannya lebih cepat, serta mengeluarkan gas
– gas yang terkandung dalam nira agar tidak mengganggu proses
pengendapan dari partikel – patrikel endapan yang terbentuk. Kemudian nira
masuk ke flash tank yang berfungsi untuk mengeluarkan gas – gas yang dapat
mengganggu proses pengendapan kotoran-kotoran bukan gula yang akan
diendapkan di clarifier. Pada proses ini juga dilakukan penambahan flokulan
yang bertujuan untuk memperoleh nira yang lebih jernih dan mempercepat
waktu penegndapan kotoran dibagian door clarifier. Bahan ini bertindak
sebagai pengikat partikel halus yang terkandung dalam nira hingga
menggumpal menjadi partikel – partikel yang besar sehingga mempercepat
proses pengendapan. Setelah penambahan flokulan kemudian nira dialirkan
masuk kedalam Snow Bowling yang bertujuan sebagai tempat laluan proses
pengikatan partikel yang besar, sehingga mempercepat proses pengendapan di
door clarifier. Pada door clarifier terjadi proses pengendapan ( terjadinya
pemisahan nira jernih dan nira kotor ). Nira kotor ditampung di Mud mixer
( terjadi pencampuran nira kotor dan ampas halus ) kemudian masuk ke RVF
( Rotary Vacuum Filter ) yang berfungsi menyaring nira. Nira yang memiliki
kandungan gula kemudian akan dikembalikan kedalam timbangan nira
mentah untuk di proses kembali dan endapan yang tidak terkandung gula
sebagai hasil RVF ( Rotary Vacuum Filter ) disebut dengan Blotong.
Kemudian di bawa oleh belt conveyor menuju bak truk mengumpul Blotong.
Dan Nira jernih yang keluar dari door clarifier disaring terlebih dahulu di
DSM Screen. DSM Screen merupakan alat penyaring untuk mendapatkan nira
jernih setelah mengalami pemisahan. Kemudian masuk kepeti penampungan
nira jernih.
3. Proses Pemanasan III
Adapun dalam proses pemanasan III, yaitu untuk mempetahankan suhu
dari proses sebelumnya dan juga untuk mempermudah proses yang terjadi
pada evaporator.

D. Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan (evaporasi) berfungsi untuk mengentalkan nira yang
telah jernih dengan menguapkan sebagian air yang terkandung didalam nira
encer sampai kandungan air 35%. Untuk proses penguapan ini sumber panas
yang diguanakan bersumber dari uap bekas dari turbin uap.
Proses penguapan (evaporasi) dilakukan dalam kondisi vakum. Tujuan
penguapan dalam keadaan vakum adalah menghindari kerusakan sukrosa
akibat suhu yang tinggi, menghemat penggunaan uap bahan bakar karena
memasukkan satu satuan uap dapat menguapkan air sebanyak 4 kali.
Untuk memperoleh hasil penguapan yang baik diperlukan pengaturan dan
pengamatan suhu yang baik pada stasiun penguapan . Pada stasiun penguapan
terdapat empat evaporator, kepekatan nira akan bertambah pada evaporator
keempat dan diiringi dengan penurunan titik didih. Oleh karena itu tekanan
dan titik didih perlu dikurangi untuk menghindari kerusakan sukrosa (gula).
Maka selama proses penguapan temperatur tiap evaporator akan berbeda,
temperatur akan semakin menurun dari evaporator I sampai IV. Temperatur
atau suhu evaporator dari evaporator I sampai IV berturut-turut adalah
120℃, 110℃, 100℃, dan 80 - 90℃ dengan kekentalan 25-30Be.
Uap yang mengalir dari evaporator I ke evaporator II disebabkan pada
evaporator I setelah masuk kedalam bagian shell pada evaporator II yang akan
melepaskan panas hingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap air nira pada
evaporator I dapat mengalir ke evaporator II dan seterusnya. Uap nira
evaporator IV masuk kedalam kondesor untuk diembunkan (dikondensasikan)
kemudian dijatuhkan bersama air injeksi, sedangkan uap – uap yang tidak
terkondesasikan dibiarkan keluar ke udara.  Peristiwa mengalirnya nira dari
evaporator I ke evaporator II dan seterusnya disebabkan oleh adanya
perbedaan tekanan vakum pada masing – masing evaporator. Nira encer yang
masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi sampai mencapai titik tertentu
dan secara otomatis valve akan terbuka sehingga nira mengalir menuju
evaporator selanjutnya, begitu seterusnya hingga evaporator IV.
Perbedaan tekanan pada masing – masing evaporator akan mengakibatkan
nira mengalir secara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang
masuk pada tiap – tiap badan evaporator akan bersikulasi hingga mencapai
tingkat kepekatan tertentu. Kemudian secara otomatis katup (valve) akan
terbuka dan nira mengalir kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai
pada badan evaporator terakhir dengan kepekatan 65 %. Nira kental yang
telah melewati proses penguapan (evaporating) ini kemudian di alirkan ke
stasiun masakan untuk proses kristalisasi. Sedangkan kondesasi yang berasal
dari badan evaporator I dan II ditampung untuk digunakan sebagai air pengisi
ketel kondensat dan yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompa
kondensat ke tangki kondensat. Penguapan air sampai brix 60 dipilih agar
mencapai konsentrasi yang mendekati jenuh sehingga dalam proses
kristalisasi tinggal melaksanakan pengkristalan saja.
E. Stasiun masakan
Nira kental dari stasiun penguapan yang sudah dipucatkan (dibleaching)
masih mengandung air ± 35% - 40%. Apabila kadar air lebih besar dari yang
semestinya, maka pembentukan kristal akan lebih lama. Dimana kelebihan
kandungan ini akan diuapkan pada stasiun kristalisasi (dalam pan kristalisasi).
Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar
kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga
didapatkan hasil yang memiliki kemurnian yang tinggi, membentuk kristal
gula yang sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan dan perlu untuk
mengubah saccarosa  dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan gula
setinggi-tingginya dan hasil akhir dari proses produksi berupa tetes yang
masih sedikit mengandung gula, bahkan diharapkan tidak mengandung gula
lagi.
Proses kristalisasi yang digunakan pada PTPN XIV PG.Bone yaitu Sistem
masak 3 tingkat yaitu : A, C dan D.
Proses Kristalisasi sistem tiga tingkat
1. Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A
dan Stroop A,  stroop A ini masih mengandung sukrosa digunakan untuk
bahan masakan C. Pada masakan A terdapat 5 buah pan masakan yang
dapat mengkristalkan ± 68% dari nira kental masuk.
2. Masakan C yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) C
dan Stroop C. Pada masakan C terdapat 1 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 62% dari nira kental masuk.
3. Masakan D, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D
dan Klare D, dengan menggunakan bahan dasar  stroop A, stroop C
dan Klare D. Pada masakan D terdapat 2 buah pan masakan yang dapat
mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk.
Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira
pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan
pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat.
Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa.
Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula
kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada
proses  masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali
ataupun terbentuk tidak beraturan.
Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan
ke palung pendingin (receiver) untuk proses Na – Kristalisasi.
Tujuan dari palung pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang
telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung
pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan
naik sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah
terbentuk. Palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat disirkulasi.

F. Stasiun putaran
Tujuan pemutaran pada stasiun ini adalah untuk memisahkan kristal
gula dengan larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran
bekerja dengan gaya centrifugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh
dari titik (sumbu) putaran, dan menempel pada dinding  putaran yang telah
dilengkapi dengan saringan yang menyebabkan kristal gula tertahan pada
dinding putaran dan larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan
menembus lubang-lubang saringan, sehingga terpisah larutan (stroop)
tersebut dari  gulanya.
G. Pengeringan dan pendinginan
Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan  proses pengeringan gula yang
berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering.Tujuan pengeringan
adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan  oleh 
mikroorganisme, agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum
disalurkan kepada konsumen. Setelah kering gula diangkut dengan elevator
dan disaring pada saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS
(Super High Sugar)  diangkut dengan  sugar conveyor yang diatasnya
dipasang magnetic saparator untuk menarik logam (besi) yang melekat pada
kristal gula dengan menggunakan alat includit fan. Dari alat pengering ini,
gula produksi diangkut dengan elevator menuju saringan vibrating
screen, kadar moisture 0.05% dengan suhu 30-50OC. Kristal gula yang
diturunkan dari putaran SHS (Super High Sugar) melalui grasshopper
conveyor menuju jacob evaporator. Kemudian ditumpahkan ke sugar dryer
dan cooler untuk dikeringkan karena gula hasil putaran hasil SHS (Super
High Sugar) masih basah, selain itu menghindari kerusakan gula oleh jamur
agar bisa disimpan lebih lama. Pengeringan dilakukan dengan cara
penghembusan udara panas dengan temperatur 75oC. Kemudian gula tersebut
diangkat ke saringan gula yang mempunyai dua macam ukuran yang berbeda.

Gula halus dan kasar yang tidak memenuhi standar akan dilebur kembali.
Gula yang memenuhi standar akan melewati saringan yang dilengkapi dengan
magnet yang berguna untuk menangkap partikel-partikel logam yang
mungkin terikat dalam gula. Kemudian gula ditumpahkan ke belt conveyor 
menuju sugar bin yang dilengkapi suatu mesin pengisi dan penimbang serta
alat penjahit karung. Dari sugar bin dikeluarkan gula yang beratnya 50kg
perkantongan yang selanjutnya dengan belt konveyor disimpan kegudang
penyimpanan gula.

H. Pengemasan
Gula yang telah bersih dari besi yang terikat didalamnya masuk
kedalam sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi
dan menimbang gula drngan berat 50kg kedalam karung secara otomatis.
Kemudian karung gula dijahit dan diangkut dengan menggunakan conveyor
untuk disimpan digudang penyimpanan dan siap untuk dipasarkan.
xxi
i

Anda mungkin juga menyukai