Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat
dan karunia-Nya Kerja Praktek yang penulis jalani selama 30 (tiga puluh) hari di
PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) di bagian Instalasi dapat terlaksana dengan
baik dan penyusunan laporan Kerja Praktek dapat terselesaikan.
Tujuan dari Penyusunan Laporan Kerja Praktek adalah sebagai salah satu syarat
akademis yang wajib untuk dipenuhi dalam perkuliahan di Program Studi Teknik
Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selain itu, tujuan dari melakukan
Kerja Praktek adalah untuk memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa/i
sebelum lulus dari Program Studi Teknik Industri.
iii
14. Para karyawan dan staff PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) yang telah
membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek.
15. Yosevin Hermin, Mikhael Suryo, Vita Utari, dan Elizabeth Tysia selaku rekan
sekerja penulis yang telah bekerjasama dengan baik dari awal perencanaan
kerja praktek hingga penulisan akhir Laporan Kerja Praktek.
16. Teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan motivasi dan semangat selama perencanaan, pelaksanaan
hingga penyusunan laporan akhir.
Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bukan saja bagi penulis, tetapi juga bermanfaat bagi pihak
perusahaan dan memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya
rekan-rekan mahasiswa.
Penulis
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, beserta tempat
dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek termasuk area penempatan di PT.
Madubaru (PG/PS Madukismo) Yogyakarta.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
1
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnisnya.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan
manajemen perusahaan.
3
PG. Madukismo dibangun sekitar tahun 1955 yang diprakarsai oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. PG. Madukismo berdiri di atas lokasi bekas PG. Padokan
yang merupakan salah satu dari antara 17 pabrik gula yang ada pada zaman
pendudukan Hindia Belanda di Daerah Istimewa Yogyakarta.
4
2.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada PT. Madubaru, terdapat pimpinan yang diberikan
wewenang untuk melimpahkan kepada bagian organisasi dibawahnya untuk
melakukan suatu tugas yang masih dalam bidang kerjanya. Pada PT. Madubaru
pimpinan tertinggi dipegang oleh direksi yang mempunyai bawahan langsung 4
kepala bagian, yaitu : Kabag. Taman, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Instalasi, dan
Kabag. Spiritus dan Alkohol. Fungsi dan tugas dari masing-masing jabatan
berbeda-beda. Berikut ini merupakan fungsi dan tugas masing-masing dari setiap
jabatan :
a. Dewan Komisaris
Tugas dari dewan komisaris yaitu :
i. Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam
operasional perusahaan.
ii. Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat-surat dan bukti lainnya.
iii. Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.
b. Direktur
Tugas dari direktur yaitu :
i. Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan keputusan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi.
ii. Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi.
iii. Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
5
vi. Memperoleh satuan kerjasama dari personel di unit-unit perusahaan pada
saat melakukan pengawasan, termasuk jasa-jasa khusus lainnya dari dalam
maupun luar perusahaan.
vii. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam pelaksanaan tugasnya.
6
dibawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Kepala bagian pabrikasi bertugas untuk :
i. Melaksanakan rencana produksi gula.
ii. Mengawasi mutu penimbangan dan pembungkusan gula.
iii. Mengendalikan proses produksi untuk memenuhi target produksi gula.
7
Melaksanakan kebijakan dalam bidang keuangan, pengolahan data dan
akuntansi perusahaan.
8
Gambar 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan
9
2.2.1. Lanjutan Struktur Organisasi Perusahaan
10
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi Misi
2.3.2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah saru unsur penting dalam proses
pelaksanaan proses produksi dalam suatu pabrik. Dalam proses
pelaksanaan produksi, diperlukan juga adanya pengendalian tenaga kerja.
Pengendalian tenaga kerja ini diperlukan dengan harapan dapat
meningkatkan produktivitas kerja para karyawannya, sehingga
produktivitas pabrik dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi.
Berdasarkan peraturan perusahaan yaitu SK Kanwil Departemen Tenaga
Kerja, maka pada PT. Madubaru terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu
tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak (tidak tetap).
11
yang berumur 55 tahun akan dianggap telah purna tugas (pensiun). Untuk
tenaga kerja tetap dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :
12
2.3.3. Peraturan-Peraturan Kerja
Pengaturan jam kerja karyawan pada perusahaan mengikuti peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu untuk karyawan yang menduduki
bagian manajerial bekerja selama 6 hari kerja dalam satu minggu. Jam
kerja pada bagian pabrik gula Madukismo terbagi atas dua jam kerja, yaitu
jam kerja diluar masa giling dan jam kerja pada masa giling. Pada masa
giling jam kerja karyawan berbeda-beda pada masing-masing bagian,
yaitu:
a. Kewajiban Pekerja
Terbagi menjadi 2 macam kewajiban yang harus dilakukan oleh karyawan
di PG. Madukismo, yaitu kewajiban umum dan kewajiban khusus.
i. Kewajiban umum
1. Setiap karyawan wajib menaati peraturan-peraturan dan ketentuan
yang ada;
13
3. Pada waktu karyawan meletakkan jabatan wajib menyerahkan
kembali surat-suruat dan barang-barang milik perusahaan.
iv. Sanksi
14
1. Sebagai alat atau saran untuk menegakkan disiplin kerja yang
mengandung maksud pokok untuk membina dan mendidik, maka
pekerja yang melakukan pelanggaran atau kesalahan akan dijatuhi
hukuman jabatan berupa :
a) Teguran
e) Diajukan ke pengadilan
v. Pelaksanaan sanksi
1. Teguran
Teguran dilakukan oleh atasan dengan cara memanggil, memberi
penjelasan dan mencatat dalam buku catatan khusus serta diparaf
oleh kedua belah pihak. Teguran diberikan kepada pekerja yang
melakukan tindakan atau perbuatan sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja 1 (satu) hari sebulan tanpa ijin.
15
e) Tidak mematuhi dan atau tidak memperhatikan pengarahan
atasannya tanpa alasan yang wajar.
k) Berada di tempat atau lokasi kerja di luar jam kerja tanpa ijin
atasann atau pimpinan.
2. Surat Peringatan I
Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila pekerja yang
mendapat teguran belum juga memperbaiki kesalahan yang telah
dilakukan. Serta ketika pekerja melakukan lagi perbuatan yang serupa.
a) Surat peringatan I diberikan kepada pekerja yang telah mendapat
teguran dan dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan melakukan lagi
perbuatan yang dapat dikenai teguran.
16
d) Pekerja yang mendapat surat peringatan I akan mendapatkan
sanksi tidak mendapat kenaikan berkala 1 (satu) tahun dan nilai
point prestasinya 0 (nol).
3. Surat Peringatan II
Surat peringatan II dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dari atasan
pekerja yang bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan
divisi atau bagian SDM. Pekerja yang mendapat surat peringatan II
akan mendapatkan sanksi tidak mendapat kenaikan berkala selama 2
(dua) tahun dan nilai prestasinya 0 (nol). Surat peringatan II
menggugurkan nilai prestasi yang dicapai dalam SMK.
17
Sanksi yang akan didapatkan oleh pekerja jika pekerja tersebut
mendapatkan surat peringatan II, yaitu : “Tidak mendapat kenaikan
skala gaji pokok selama 2 (dua) tahun dan atau dapat diturunkan
golongannya 1 (satu) tingkat dengan segala konsekuesinya dan nilai
prestasinya 0 (nol). Surat peringatan III juga mengakibatkan nilai
prestasi yang dicapai selama SMK menjadi gugur.
18
k) Menolak untuk menaati perintah atau penugasan yang layak dari
pimpinan sesuai peraturan perusahaan.
19
baik di lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan
perusahaan.
Sebagai berikut :
Karyawan tetap atau dinas : Berdasarkan golongan dan gaji pokok
golongan I-VII.
a. Upah Pokok : 100%
Tunjangan emolumen : 50%
Tunjangan variabel : 92,73%
247,73%
b. Harian
Upah Pokok : 100%
Tunjangan emolumen : 50%
Tunjangan variabel : 92,73%
247,73%
c. PHL/Borongan
Rumus
1. Bulanan : 1/173 (UP x emolumen)
2. Kampanye/musiman = bulanan
3. PHL/harian : 3/20 x (upah lembur + tunjangan emolumen)
20
b. Hak pelengkap : meliputi upah lembur, premi bagi para pekerja berat,
tunjangan hari raya, pakaian dinas, jaminan kesehatan, pemberian
gula, dan jaminan hari tua (dana pensiun).
21
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan sistem pada perusahaan
seperti proses bisnis untuk tiap departemen yang ada di PT. Madubaru,
produk-poduk yang dihasilkan, proses produksi, dan fasilitas produksi.
d. Setelah tebu telah tersedia dan siap, maka bagian fabrikasi menerima
tebu dan melakukan proses pembuatan gula. Proses dimulai dari tahap
penggilingan hingga pemasakan.
e. Gula yang telah jadi, diperiksa apakah gula tersebut telah sesuai
dengan standar yang telah ditentukan atau belum.
f. Jika gula tidak sesuai dengan standae yang telah ditentukan, maka
dilakukan proses pembuatan gula hingga sesuai dengan standar yang
ada.
g. Jika gula telah sesuai dengan standar, maka gula dialirkaan ke bagian
gudang untuk dikemas dan disimpan.
22
h. Kemudian, untuk bagian pemasaran melakukan pelelangan gula bulk
yang ada di dalam gudang. Gula dilelang kepada customer hingga
mendapatkan harga tertinggi.
i. Jika harga telah sesuai, maka gula tersebut akan dijual. Jika tidak
sesuai, maka dilakukan pelelangan lagi.
23
Gambar 3.1. Peta Proses Bisnis
24
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai proses bisnis di PG.
Madukismo :
25
Setelah mendapat jadwal produksi, bagian instalasi akan melakukan
maintenance mesin sebelum dipakai produksi. Sehingga, waktu yang
dibutuhkan untuk memaintenance keseluruhan mesin dilakukan saat bulan
Desember-April setiap tahunnya.
k. Melakukan Pengemasan
Setelah proses produksi gula sampai tahap akhir, maka gula akan siap
dikemas dengan menggunakan kemasan 50kg dan 1 kg.
l. Penyimpanan
Gula yang telah dikemas akan disimpan di dalam gudang sementara waktu
sampai menunggu waktu pengiriman. Karyawan gudang akan melakukan
pengiriman permintaan gula kepada pelanggan.
26
dilakukan. Namun apabila terdapat perbedaan data maka akan dilakukan
merapatkan kapasitas hingga memenuhi kebutuhan pelanggan.
27
Gambar 3.3. Kemasan Eceran 1 kg
28
3.2.2. Produk Sampingan
Produk samping dari PT. Madubaru adalah alkohol yang dikelola oleh PS.
Madukismo dengan memanfaatkan tetes tebu dari PG. Madukismo. Produk
spiritus bakar dengan kadar murni 94% dan alkohol murni dengan kadar
mencapai 95%, dengan pemantauan oleh Balai Penelitian Kimia
Departemen Perindustrian dan PT. Sucofindo Indonesia.
a. Alkohol Prima
Alkohol prima merupakan alkohol yang memiliki kadar minimal 95%.
Jumlahnya mencakup lebih dari 70% total produksi alkohol rata-rata.
Alkohol jenis ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman keras
serta sebagai bahan pelengkap dalam industri kosmetik, farmasi, dan
sebagainya.
b. Alkohol Teknis
Alkohol teknis memiliki kadar 94% yang akan diolah lebih kanjut menjadi
spiritus dengan menambahkan denaturan dan zat pewarna. Spiritus
biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pemanasan dan
penerangan.
29
a. Tahap Persiapan
Proses pembuatan gula dimulai dari tahap persiapan. Tahap ini merupakan
tahapan dari bahan baku datang berupa tebu yang diangkut dengan
menggunakan truk, kemudian tebu yang diangkut ini ditimbang. Di stasiun
timbangan terdapat dua buah timbangan yang terdiri dari satu buah
timbangan bruto yang berkapasitas sampai 30.000 kg dan satu buah
timbangan tarra yang berkapasitas 20.000 kg. Data yang diperoleh dari
penimbangan ini digunakan untuk menentukan rendemen tebu dan
perkiraan karung yang digunakan untuk mengemas gula pasir nantinya.
Dari penimbangan ini juga, Pabrik Gula Madukismo dapat menetapkan
bagi hasil dengan petani, ongkos tebu, perhitungan untuk proses
penggilingan dan pemberian bahan tambahan dalam produksi. Pada saat
bahan baku datang, truk yang mengangkut tebu terlebih dahulu ditimbang
dengan timbangan bruto. Tebu yang diangkut kemudian harus melewati
pemeriksaan fisik tebu.
Lalu tebu-tebu akan diletakkan dalam cane yard selama antrian. Namun,
penyimpanan tebu dalam cane yard tidak boleh lebih dari 24 jam.
Penyimpanan lebih dari 24 jam dapat menyebabkan rusaknya batang tebu
akibat bakteri pemakan gula. Bakteri ini dapat menurunkan kadar gula dan
kadar air dalam tebu. Penurunan ini dapat mempengaruhi rendemen
perolehan gula dan kualitas gula yang diperoleh.
30
Gambar 3.6. Timbangan Bruto
31
b. Tahap Penggilingan
Setelah proses persiapan, tebu akan dipindahkan ke meja tebu dengan
menggunakan cane crane. Cane crane di pabrik gula madukismo ini
terdapat 2 (dua) jenis, yaitu : dengan kapasitas 5 (lima) ton dan 10
(sepuluh) ton. Rantai yang terdapat dalam cane crane kemudian diturunkan
dan rantai pengikat dipasang dengan manual. Jumlah tebu yang masuk ke
dalam cane crane ini kemudian diatur dengan meja tebu. Meja tebu ini
dilengkapi dengan sebuah leveler dan rantai bergerigi yang dapat berjalan.
Leveler ini dapat menyeragamkan posisi batang tebu agar lebih mudah
diangkut.
iv. Tenaga yang dibutuhkan oleh rol gilingan akan lebih kecil.
32
pemerahan. Serpihan nira yang masuk ke gilingan I akan menghasilkan
nira mentah yang kemudian masuk ke bak nira mentah dan ampas yang
kadar gulanya rendah. Kadar gula yang diharapkan yaitu sekitar 1,5% -
2%.
Ampas yang keluar dari gilingan I kemudian diangkut oleh appron conveyor
ke unit gilingan II. Sebelum masuk ke roll pada gilingan II, diberi hasil
perahan unit gilingan III. Nira hasil perahan I dan II dicampur dan disebut
dengan nira mentah, kemudian ampas akan dibawa ke unit gilingan III.
Sebelum masuk gilingan III diberi hasil dari perahan gilingan IV. Kemudian
ampas hasil perahan gilingan III masuk ke unit gilingan IV an diberi nira
perahan dari gilingan V dan air imbisi. Air imbibisi berfungsi untuk
melarutkan nira yang terkandung dalam ampas tebu. Gula yang hilang
dalam ampas akibat pemerahan dan unit gilingan dapat dikurangi dengan
air imbibisi. Ampas yang diperoleh yang ada pada gilingan V kemudian
diangkut dengan bagasse carrier menuju departemen ketel sebagai bahan
bakar. Air imbibisi yang disemprotkan pada gilingan IV dan V hanya
sebesar 25% - 30% dari masa tebu yang masuk ke stasiun gilingan dan
ampas tebu. Perahan hasil dari gilingan V, dibawa ke timbangan boulogne
yang memiliki kapasitas sampai 5 (lima) ton. Setelah dari timbangan,
kemudian dipompa ke proses pemurnian.
33
Gambar 3.9. Diagram Alir Proses Stasiun Gilingan
34
Gambar 3.10. Mesin Pengiling
35
Gambar 3.12. Pengangkatan Ampas Tebu
c. Tahap Pemurnian
Tahap pemurnian dilakukan untuk menentukan kualitas gula karena akan
memisahkan gula dan non gula. Pada tahap ini akan dilakukan
penghilangan kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira. Tahap ini akan
menentukan kualitas produksi akhir dari pembuatan gula. Pada tahap ini
terdapat beberapa faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :
i. Ph
Pemisahan zat bukan gula dilakukan pada Ph diatas 7,4. Ph terlalu tinggi
dapat merusak gula reduksi sehingga warna nira menjadi gelap. Pada saat
pemurnian Ph diatur sehingga berkisar antara 7,5 – 7,8.
ii. Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting yang berpengaruh pada proses
produksi gula karena jika temperatur terlalu tinggi maka akan
menyebabkan kerusakan pada molekul sakarosa yang akan
mengakibatkan zat warna menjadi gelap.
36
Dalam tahap pemurnian ketiga faktor tersebut sangat penting karena
sakarosa beraksi secara searah, sehingga jika sudah beraksi tidak dapat
lagi berubah ke bentuk semula. Jadi jika terjadi suatu kesalahan maka
akan membuat kerusakan atau penurunan kualitas gula.
d. Tahap Penguapan
Nira yang jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
secara bergantian. Nira encer yang dipadatkan terlarut sebesar 16% dan
dapat dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut dengan nira kental yang
siap untukk dikristalkan di stasiun kristalisasi atau stasiun masakan. Total
luas dari bidang pemanas sebesar 5,999 m VO. Nira kental yang berwarna
37
gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching / pemucat dan siap untuk
dikristalkan.
e. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi
sampai lewat jenuh sehingga timbul kristal gula. Sistem yang digunakan
adalah ACD, dimana gula A digunakan sebagai produk gula C dan gula D
sebagai gula bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah
armosfer dengan vaccum sebesar 65 cm Hg, hingga suhu didihnya hanya
63°C. Jadi sakarosa tidak rusak karena panas tinggi. Hasil masakan
merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan
di stasiun puteran, gula terlebih dahulu didinginkan di dalam palung
pendingin (kultrog).
b. Peragian
38
Terdapat beberapa tahap pada proses peragian, mulai dari 3.010, 18.000
liter, dan 75.000 liter. Waktu peragian utama berkisar antara 36-40 jam,
sedangkan kadar alkohol yang dapat dicapai antara 9-10%.
c. Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya di dalam
pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 (empat) kolom, yaitu :
i. Kolom Kasar
Hasil atas : alkohol kasar dengan kadar 45% masuk ke kolom Vorloop
Hasil bawah : vinase dibuang
Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan kadar 0.8 kg/cm2 dan suhu
120°C.
39
3.4.1. Tata Letak Pabrik
Pabrik Gula Maduksimo terletak di Desa Padoka, kelurahan Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, 5 (lima) km ke arah selatan dari
kota Yogyakarta. Luas area lahan keseluruhan Pabrik Gula Madukismo
berukuran 276.000 m 2 dan luas bangunan pabrik 51.000 m2. Pemilihan
lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, yaitu :
40
Gambar 3.14. Tata Letak Pabrik
41
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan sistem pada perusahaan
seperti lingkup pekerjaan untuk tiap departemen yang ada di PT.
Madubaru, tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaan, metodelogi
pelaksanaan pekerjaan, dan hasil pekerjaan.
42
lingkungan kerja yang nyaman dan aman, sehingga pekerja dapat
menjalankan aktivitas dengan nyaman dan aman.
43
4.3. Metodelogi Pelaksanaan Pekerjaan
Penulis melakukan pengamatan berdasarkan kegiatan yang dilakukan
selama proses kerja praktek di PT. Madubaru bagian Pabrik Gula
Madukismo sesuai dengan arahan yang diberikan.
Adapun metode yang digunakan selama melaksanakan kerja praktek yaitu
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Berikut ini merupakan data jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di bagian
Instalasi bagian Penggilingan PG. Madukismo selama 3 tahun :
44
Tabel 4.1. Jumlah Kecelakaan Kerja Tahun 2015-2017 di Instalasi
Gilingan
5 10 5
a. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko yang pernah terjadi menggunakan data selama 3 tahun
yaitu tahun 2015-2017. Sedangkan resiko yang belum pernah terjadi
diidentifikasi berdasar pengamatan dan wawancara pekerja. Berikut ini
merupakan identifikasi resiko yang terjadi di bagian penggilingan :
Impact / Context /
No Cause / Sebab
Dampak Keterangan
45
Saat bekerja di
8 Lutut terluka Karena digigit kelabang
turbin giling
Saat memberi
Pergelangan Terkena pipa air yang
9 minyak plumas di
tangan robek sudah lapuk
foldingroll
b. Analisis Resiko
Analisis resiko yang dilakukan untuk menganalisa dan menilai resiko yang
terjadi yang dilakukan dengan menentukan kemungkinan (likelihood) dan
dampak (consequence). Berikut ini merupakan matriks dari penilaian resiko
dengan menggunakan acuan dari The Standart Australia / New Zealand
(AS/NZS 4360) (2004) :
Level/
Kriteria
Nilai
5 Almost Certain
4 Likely
3 Moderate
2 Unlikely
1 Rare
46
Tabel 4.4. Penilaian Consequence
Level/
Kriteria
Nilai
1 Insignificant
2 Minor
3 Moderate
4 Major
5 Catastrophe
Likelihood
No Resiko
1 2 3 4 5
Iritasi mata
akibar terkena
1 √
potongan
serbuk tebu
Iritasi mata
akibat terkena
2 √
serbuk besi
saat menyelep
47
Lanjutan Tabel 4.5. Penilaian Likelihood untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo
Luka di
telapak kaki
karena
menginjak
3 √
potongan besi
hingga
tembus dari
sepatu
Luka pada jari
kaki karena
tersengat
kalajengking
4 √
saat
menimbang
tebu di
lapangan
Telapak
tangan robek
akibat terjepit
5 lori saat √
menimbang
tebu di
lapangan
Punggung
robek akibat
terjepit lori
6 saat √
menimbang
tebu di
lapangan
48
Lanjutan Tabel 4.5. Penilaian Likelihood untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo
Jari kelingking
retak akibat
tangan
7 tersangkut di √
kopling saat
mengontrol
turbin
Lutut terluka
karena digigit
8 kelabang saat √
bekerja di
turbin giling
Pergelangan
tangan robek
terkena pipa
air yang
9 sudah lapuk √
saat memberi
minyak
plumas di
foldingroll
Telingan
kanan luka
akibat
tersumbat
kotoran dari
10 ampas lalu √
dikorek hanya
menggunakan
tagan saat
membersihkan
ampas
49
Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG. Madukismo
Consequences
No Resiko
1 2 3 4 5
Iritasi mata
akibar terkena
1 √
potongan
serbuk tebu
Iritasi mata
akibat terkena
2 √
serbuk besi
saat menyelep
Luka di
telapak kaki
karena
menginjak
3 √
potongan besi
hingga
tembus dari
sepatu
Luka pada jari
kaki karena
tersengat
kalajengking
4 √
saat
menimbang
tebu di
lapangan
Telapak tangan
robek akibat
terjepit lori saat
5 √
menimbang
tebu di
lapangan
50
Lanjutan Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo
Punggung
robek akibat
terjepit lori
6 saat √
menimbang
tebu di
lapangan
Jari kelingking
retak akibat
tangan
7 tersangkut di √
kopling saat
mengontrol
turbin
Lutut terluka
karena digigit
8 kelabang saat √
bekerja di
turbin giling
Pergelangan
tangan robek
terkena pipa
air yang
9 sudah lapuk √
saat memberi
minyak
plumas di
foldingroll
51
Lanjutan Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo
Telingan
kanan luka
akibat
tersumbat
kotoran dari
10 ampas lalu √
dikorek hanya
menggunakan
tagan saat
membersihkan
ampas
Nilai
No Uraian Resiko Likelihood Consequences
Resiko
52
Lanjutan Tabel 4.7. Nilai Resiko di bagian Penggilingan PG. Madukismo
Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa nilai resiko yang paling tinggi menunjukkan
angka sampai dengan 15 untuk resiko nomor 7 dan 9. Sedangkan nilai resiko
paling rendah menunjukkan angka 3 yaitu untuk resiko nomor 5 dan 6.
c. Evaluasi
Setelah memberikan nilai untuk setiap resiko yang ada, maka langkah yang
dilakukan selanjutnya adalah membuat matriks dan satus resiko. Matriks resiko ini
akan menunjukkan status resiko yang terdapat di PG. Madukismo yang dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu resiko rendah, resiko sedang, resiko
tinggi, dan resiko ekstrim. Berikut ini merupakan matriks dan status resiko untuk
bagian penggilinggan di PT. Madubaru :
53
Tabel 4.8. Matriks Resiko di Penggilingan PT. Madubaru
Consequences
Almost
Certain R9
R7
(5)
Likely
R1 R8
(4)
Moderate
R10
(3)
Unlikely
R4
R3
(2) R2
Rare
R5
(1) R6
Keterangan :
R : Resiko
: Resiko Rendah
: Resko Sedang
: Resiko Tinggi
: Resiko Ekstrim
54
i. Kategori risiko rendah dengan nilai risiko ≤ 4
Kategori ini dapat diterima dengan persetujuan oleh pihak manajemen dan
dapat diatasi dengan prosedur rutin. Tidak diperlukan tindakan.
55
terjepit lori saat menimbang
tebu di lapangan
Dari hasil kategori risiko di atas, golongan risiko yang terdapat di bagian
instalasi pabrik tengah PG. Madukismo ke dalam 2 status yaitu rendah dan
sedang. Dari dua tingkat risiko tersebut, risiko rendah akan diabaikan
karena risiko tersebut masih diterima oleh perusahaan. Sedangkan risiko
yang harus ditangani adalah risiko dengan kategori sedang, berikut ini
merupakan strategi yang dapat dilakukan di bagian instalasi pabrik tengah
PG. Madukismo:
56
yang tidak diinginkan. Kebijakan ini harus dijalankan dengan pantauan rutin
oleh pihak manajemen perusahaan.
57
Alat yang digunakan adalah sarung tangan karena kecelakaan yang
sering terjadi di instalasi pabrik tengah melukai tangan.
6. Alat pelindung kaki
Alat yang digunakan adalah sepatu boots yang berfungsi untuk
melindungi kaki dari benda-benda tajam, percikan cairan kimia, cairan
panas.
i. Substitusi
Substitusi merupakan pergantian baik itu pekerja satu dengan yang lain
untuk melakukan tugasnya maupun pergantian bahan-bahan yang
berbahaya dengan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil
pekerjaan maupun mutunya;
ii. Isolasi
Isolasi yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang
mengganggu atau membahayakan;
iii. Ventilasi
Ventilasi yaitu pengaliran udara bersih ke dalam ruang kerja ataupun
dengan menghisap udara dari dalam ruangan ke luar;
v. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan ini baik dilakukan sebelum bekerja dan dilakukan
secara berkalla untuk mencari faktor penyebab yang dapat menimbulkan
gangguan maupun kelainan terhadap tenaga kerja;
58
Latihan ini berguna supaya pekerja mengetahui dan lebih berhati-hati
terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi saat adanya
bahaya;
d. Penerapan syarat-syarat K3
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, yaitu :
59
ii. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan api;
60
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkann penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT. Madubaru
(PG/PS Madukismo), seluruh karyawan baiknya mengetahui pengaruh
program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivias kerja
karyawan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan dari kesimpulan di atas, maka penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
61
ii. Perushaan juga sebaiknya memberikan penegasan terhadap
kecelakaan yang terjadi apabila kecelakaan tersebut terjadi karena
dirinya sendiri tidak mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yang telah
disediakan oleh perusahaan maka tidak ada biaya jaminan atau biaya
jaminan akan dikurangi dari pada kecelakaan yang terjadi namun
pekerja tersebut mengenakan APD yang telah disediakan akan
mendapatkan jaminan kesehatan secara utuh.
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
64
Gambar 3. Spanduk APD
65
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner