Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. MADUBARU (PG/PS MADUKISMO)

NGESTI TUSING MAHAYATI


14 06 07868

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat
dan karunia-Nya Kerja Praktek yang penulis jalani selama 30 (tiga puluh) hari di
PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) di bagian Instalasi dapat terlaksana dengan
baik dan penyusunan laporan Kerja Praktek dapat terselesaikan.

Tujuan dari Penyusunan Laporan Kerja Praktek adalah sebagai salah satu syarat
akademis yang wajib untuk dipenuhi dalam perkuliahan di Program Studi Teknik
Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selain itu, tujuan dari melakukan
Kerja Praktek adalah untuk memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa/i
sebelum lulus dari Program Studi Teknik Industri.

Terselesaikannya penyususnan Laporan Kerja Praktek ini tidak luput dari


bantuan dan motivasi, serta partisipasi dari semua pihak, untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia yang diberikan-Nya
kepada penulis.
2. Bapak Dr. Drs. A. Teguh Siswantoro, M. Sc. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
3. Bapak V. Ariyono, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Industri.
4. Ibu Deny Ratna Yuniartha, S.T., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktek.
5. Bapak A. Gatot Bintoro, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
yang telah membimbing selama pelaksanaan dan penyusunan Laporan
Kerja Praktek.
6. Orang tua penulis yang mendukung lewat doa dan juga dukungan materi.
7. Bapak Haris Subiyantoro selaku pembimbing kegiatan kerja praktek di PT.
Madubaru (PG/PS Madukismo) yang telah banyak membantu dan memberi
masukan selama pelaksanaan Kerja Praktek.
8. Bapak Sutris, mandor pabrik tengah
9. Bapak Ferry Setyawan, Staf Pemurnian, bagian Pabrikasi.
10. Bapak Harno, karyawan bagian Pemurnian.
11. Bapak Eko Wahyudi, Staf SPI.
12. Bapak Bayu, karyawan bagian Pabrik Spiritus.
13. Bapak Jarmadi, karyawan Stasiun ketel dan Gilingan.

iii
14. Para karyawan dan staff PT. Madubaru (PG/PS Madukismo) yang telah
membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek.
15. Yosevin Hermin, Mikhael Suryo, Vita Utari, dan Elizabeth Tysia selaku rekan
sekerja penulis yang telah bekerjasama dengan baik dari awal perencanaan
kerja praktek hingga penulisan akhir Laporan Kerja Praktek.
16. Teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan motivasi dan semangat selama perencanaan, pelaksanaan
hingga penyusunan laporan akhir.

Penulis menyadari penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat
bermanfaat bukan saja bagi penulis, tetapi juga bermanfaat bagi pihak
perusahaan dan memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya
rekan-rekan mahasiswa.

Yogyakarta, Agustus 2017

Penulis

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, beserta tempat
dan waktu pelaksanaan Kerja Praktek termasuk area penempatan di PT.
Madubaru (PG/PS Madukismo) Yogyakarta.

1.1. Latar Belakang


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY
memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk
mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan
mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis

Kerja praktek ini harus dilaksanakan selama minimal 1 (satu) bulan di


perusahaan yang bisa dipilih sendiri oleh para mahasiswa sepanjang perusahaan
itu memenuhi persyaratan sebagai tempat kerja praktek yang ditetapkan oleh
PSTI.

1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
1. Melatih kedisiplinan.
2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.

1
3. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
4. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnisnya.
5. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di
perusahaan.
6. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek


Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan
5 Agustus 2017 di PT. Madubaru dengan alamat di Desa Padokan, Kelurahan
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

Selama pelaksanaan kerja praktek, Penulis ditempatkan pada Pabrik Gula


Madukismo untuk proses pembuatan gula kristal dengan pembimbing lapangan
bapak Haris Subiyantoro. Untuk jam masuk, penulis mengikuti jam kantor
perusahaan, yaitu hari Senin sampai dengan hari Kamis jam 06.30 – 15.00 WIB
dan hari Jumat sampai dengan Sabtu 06.30 – 11.30 WIB.

2
BAB 2
TINJAUAN UMUM

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan
manajemen perusahaan.

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan


Berikut merupakan sejarah singkat perusahaan yang terdiri dari profil
perusahaan, sertifikasi perusahaan, dan lain sebagainya.

2.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Madubaru

Gambar 2.1. Logo PT. Madubaru

PT. Madubaru merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Agro Industi


yang memiliki satu Pabrik Gula dan satu Pabrik Spiritus yang dikenal dengan
nama PG/PS Madukismo yang juga merupakan satu-satunya pabrik spiritus dan
pabrik gula yang berkedudukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Perusahaan ini
menampung tenaga kerja yang berasal dari Provinsi DIY, serta melaksanakan
program untuk pengadaan pangan Nasional khususnya pada gula pasir. Pabrik
gula Madukismo dibangun dengan tujuan untuk :
1. Menampung para buruh bekas pabrik gula yang kehilangan pekerjaannya.
2. Menambah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
3. Menambah pendapatan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

3
PG. Madukismo dibangun sekitar tahun 1955 yang diprakarsai oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. PG. Madukismo berdiri di atas lokasi bekas PG. Padokan
yang merupakan salah satu dari antara 17 pabrik gula yang ada pada zaman
pendudukan Hindia Belanda di Daerah Istimewa Yogyakarta.

PG. Madukismo ini terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo,


Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kontraktor utama pada pembangunan pabrik gula Madukismo Machine Fabrick
Sangerhausen dari Jerman Timur. Status dari PT. Madubaru yaitu Perseroan
Terbatas (PT) yang didirikan pada 14 Juli 1955 dan pada saat itu memiliki nama
“Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT (P2G Madu Baru PT). Pada awal berdiri,
kepemilikan saham pada perusahaan ini sebagian besar adalah kepemilikan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX sebesar 75% dan 25% merupakan milik pemerintah
Republik Indonesia (Departemen Pertanian RI). Namun, sekarang kepemilikan
dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjadi 65% dan 35%-nya merupakan
kepemilikan dari Pemerintah yang dikuasakan kepada PT. Rajawali Nusantara
Indonesia. Pabrik gula Madukismo ini, dibangun pada tanggal 31 Maret 1958
yang diawali dengan peletakan batu terakhir oleh Sri Sultan Hamengkubuwono
IX dan akhirnya diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958.

Kemudian, pada tahun 1962 pabrik gula Madukismo mengalami perubahan


status menjadi Perusahaan Negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan Umum-
Perusahaan Negara). Hal ini disebabkan karena adanya pengambila alih semua
perusahaan oleh policy Pemerintah Republik Indonesia. Tetapi, pada tahun 1966
terjadi pembubaran BPU-PPN yang disebabkan oleh situasi Indonesia yang
sedang memburuk. Hal ini menyebabkan seluruh PG-PG yang ada di Indonesia
boleh untuk memilih statusnya sebagai perusahaan swasta (PT) atau sebagai
perusahaan milik Negara.

Dan PG Madukismo berubah statusnya menjadi perusahaan swasta dengan


susunan direksi dibawah kepemimpinan presien direktur, yaitu Sri Sultan
Hamengkubuwono IX. Kemudian pada tanggal 4 Mare 1984 hingga 24 Februari
2004 dilakukan kontrak managemen. Kontrak managemen ini dilakukan dengan
PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). RNI merupakan salah satu BUMN milik
departemen keuangan RI. Sejak 24 Februari 2004 hingga saat ini PT. Madubaru
menjadi perusahaan mandiri, yag dikelola secara profesional dan independen.

4
2.2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada PT. Madubaru, terdapat pimpinan yang diberikan
wewenang untuk melimpahkan kepada bagian organisasi dibawahnya untuk
melakukan suatu tugas yang masih dalam bidang kerjanya. Pada PT. Madubaru
pimpinan tertinggi dipegang oleh direksi yang mempunyai bawahan langsung 4
kepala bagian, yaitu : Kabag. Taman, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Instalasi, dan
Kabag. Spiritus dan Alkohol. Fungsi dan tugas dari masing-masing jabatan
berbeda-beda. Berikut ini merupakan fungsi dan tugas masing-masing dari setiap
jabatan :

a. Dewan Komisaris
Tugas dari dewan komisaris yaitu :
i. Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam
operasional perusahaan.
ii. Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat-surat dan bukti lainnya.
iii. Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.

b. Direktur
Tugas dari direktur yaitu :
i. Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan keputusan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi.
ii. Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi.
iii. Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

c. Satuan Pengawas Intern (SPI)


Tugas dari SPI yaitu :
i. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi, dan pembinaan
terhadap semua kegiatan maupun fungsi organisasi.
ii. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan
atas persetujuan direksi.
iii. Melakukan audit investigasi terhadap aspek-aspek yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
iv. Dalam rangka penugasan, memiliki aspek penuh dan bebas ke seluruh fungsi,
catatan, dokumen, aset, dan karyawan.
v. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta
menetapkan teknik-tekni audit.

5
vi. Memperoleh satuan kerjasama dari personel di unit-unit perusahaan pada
saat melakukan pengawasan, termasuk jasa-jasa khusus lainnya dari dalam
maupun luar perusahaan.
vii. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Kepala Bagian Pemasaran


Kepala bagian pemasaran berfungsi untuk melaksanakan kebijakan direksi
dalam ketentuan administratur di bidang pemasaran, serta memimpin divisi
pemasaran untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Kepala bagian
pemasaran bertugas untuk :
i. Menyusun strategi pemasaran.
ii. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk perusahaan.
iii. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses penagihan.
iv. Mengawasi penjualan barang dan pemberian kredit kepada pembeli.
v. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran.
vi. Menilai prestasi kerja staf pemasaran.

e. Kepala Bagian Instalasi


Kepala bagian instalasi berfungsi untuk membantu kepala bagian pabrik gula dan
pabrik spiritus dalam melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi
dalam pengoperasian, pemeliharaan, treparasi mesin dan peralatan pabrik
lainnya termasuk angkutan pabrik serta pemimpin seksi-seksi yang berada dalam
bagiannya unuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kepala
bagian instalasi bertugas untuk :
i. Melaksanakan rencana pengunaan instalasi untuk melayani pabrik.
ii. Mempertahankan operasi instalasi untuk menjaga kontinuitas penyediaan jasa
dalam memenuhi kebutuhan pabrik.
iii. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman untuk melakukan pengelolaan,
pemeliharaan, reparasi remis (lori dan toko), pompa air dan traktor.
iv. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua bagian dalam
pengadaan barang teknis keperluan perusahaan.

f. Kepala Bagian Pabrikasi


Kepala bagian pabrikasi berfungsi untuk membantu kepala bagian pabrik gula
dan pabrik spiritus untuk melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan
administrator dalam pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada

6
dibawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Kepala bagian pabrikasi bertugas untuk :
i. Melaksanakan rencana produksi gula.
ii. Mengawasi mutu penimbangan dan pembungkusan gula.
iii. Mengendalikan proses produksi untuk memenuhi target produksi gula.

g. Kepala Pabrik Spiritus


Kepala pabrik spiritus berfungsi untuk mengolah alkohol dan spiritus serta
memimpin seksinya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Kepala pabrik spiritus bertugas untuk :
i. Melaksanakan rencana produksi alkohol dan spiritus.
ii. Mengawasi mutu alkohol dan spiritus.
iii. Mengendalikan produksi alkohol dan spiritus untuk memenuhi target produksi.

h. Kepala Bagian Tanaman


Kepala bagian tanaman berfungsi untuk membantu administrator dalam
melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang penanaman dan penyediaan bibit
tebu, rencana tebang angkut tebu, dan kegiatan lain yang menyangkut
penyediaan tebu sebagai bahan baku pabrik gula serta memimpin seksi-seksi
yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kepala bagian tanaman bertugas untuk :
i. Bertanggung jawab kepada administrator dibidang tanaman.
ii. Mengkoordinir penyususnan rencana areal tanam untuk tanam yang akan
datang.
iii. Menyusun komposisi tanam mengenai luasm letak masa tanam dan jenis
sehingga penyediaan bahan baku selama masa giling yang telah ditentukan
dapat terjamin.
iv. Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman,
tebang dan angkut.

i. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan


Kepala bagian akuntansi dan keuanngan berfungsi melaksanakan kebijakan
direksi dalam ketentuan administrator dibidang keuangan, anggaran, sertaa
memimpin divisi akuntansi dan keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan.
Kepala bagian akuntansi dan keuangan bertugas untuk :

7
Melaksanakan kebijakan dalam bidang keuangan, pengolahan data dan
akuntansi perusahaan.

j. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia


Kepala bagian sumber daya manusia berfungsi melaksanakan kebijakan direksi
melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan administrator dibidang
personalia, bertanggung jawab terhadap urusan administrasi perusahaan dan
mengkoordinir setiap kegiatan pengelolaan tenaga kerja serta kesejahteraan
karyawan dan mempersiapkan SDM perusahaan sesuai kebutuhan. Kepala
bagian sumber daya manusia bertugas untuk :
i. Mengkoordinasi penyediaan tenaga kerja bagian produksi dan bagian lainnya.
ii. Bertannggung jawab kepada administrator bidang tata usaha dan keuangan
perusahaan.
iii. Memberi pelatihan kepada para pegawai.
iv. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan dibidang penggunaan kendaraan.
v. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan dibidang keamanan.

8
Gambar 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

9
2.2.1. Lanjutan Struktur Organisasi Perusahaan

10
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi Misi

a. Visi PT. Madubaru


Menjadi perusahaan agroindustri gula yang unggul di Indonesia dengan
petani sebagai mitra sejati.

b. Misi PT. Madubaru

i. Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas tinggi untuk


memenuhi permintaan masyarakat dari industri di Indonesia.

ii. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju dan


ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif,
memberikan pelayanan yang prima kepaa pelanggan serta
mengutamakan kemitraan petani.

iii. Mengembangkan produk/bisnis yang mendukung bisnis inti.

iv. Menempatkan karyawan dan stake holder lainnya sebagai bagian


terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan
pencapaian stake holder value.

2.3.2. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan salah saru unsur penting dalam proses
pelaksanaan proses produksi dalam suatu pabrik. Dalam proses
pelaksanaan produksi, diperlukan juga adanya pengendalian tenaga kerja.
Pengendalian tenaga kerja ini diperlukan dengan harapan dapat
meningkatkan produktivitas kerja para karyawannya, sehingga
produktivitas pabrik dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi.
Berdasarkan peraturan perusahaan yaitu SK Kanwil Departemen Tenaga
Kerja, maka pada PT. Madubaru terdapat dua jenis tenaga kerja yaitu
tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak (tidak tetap).

a. Tenaga Kerja Tetap


Tenaga kerja tetap merupakan pekerja yang bekerja dengan waktu yang
tidak ditentukan (sepanjang waktu) dan ketika hubungan kerja dimulai,
pekerja wajib mengikuti masa percobaan dan pelatihan selama 3 bulan
sebelum ditetapkan menjadi tenaga kerja tetap. Kemudian untuk pekerja

11
yang berumur 55 tahun akan dianggap telah purna tugas (pensiun). Untuk
tenaga kerja tetap dibedakan lagi menjadi dua, yaitu :

i. Karyawan pimpinan (staf)


Karyawan pimpinan bertugas untuk membuat kebijakan mengenai
pelaksanaan produksi. Karyawan pimpinan tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi pembuatan produk.

ii. Karyawan pelaksanaan (non-staf)


Karyawan pelaksanaan pada umumnya mendapat posisi berada dibawah
karyawan pimpinan dan bertugas untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pemimpin.

b. Tenaga Kerja Tidak Tetap


Tenaga kerja tidak tetap merupakan pekerja yang bekerja dalam waktu
tertentu, biasanya saat musim panen tebu dan musim giling tiba. Tenaga
kerja ini terikat dengan sistem kontrak kerja dengan perusahaan. Untuk
tenaga kerja tidak tetap dibedakan menjadi tiga, yaitu :

i. Tenaga kerja kampanye


Tenaga kerja ini hanya bekerja pada saat masa produksi saja ata pada
bagian yang berhubungan dengan produksi, seperti dari proses
penggilingan hingga produk gula masuk ke dalam gudang.

ii. Tenaga kerja musiman


Tenaga kerja ini bekerja hanya pada saat masa giling berlangsung atau
bekerja pada bagian yang tidak berhubungan dengan proses produksi
secara langsung, seperti pada bagian penimbangan, pengangkutan tebu
dan pekerja lintasan rel.

iii. Tenaga kerja harian


Tenaga kerja ini bekerja harian dengan sistem honor yang digunakan
adalah sistem penggajian harian atau per hari. Kegiatan yang dikerjakan
oleh tenaga kerja harian ini, seperti perbaikan gedung, kantor, dan lain-
lainnya. Tenaga kerja ini bersifat insidentil atau sesuai dengan kebutuhan
dan urgensi dari perusahaan.

12
2.3.3. Peraturan-Peraturan Kerja
Pengaturan jam kerja karyawan pada perusahaan mengikuti peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu untuk karyawan yang menduduki
bagian manajerial bekerja selama 6 hari kerja dalam satu minggu. Jam
kerja pada bagian pabrik gula Madukismo terbagi atas dua jam kerja, yaitu
jam kerja diluar masa giling dan jam kerja pada masa giling. Pada masa
giling jam kerja karyawan berbeda-beda pada masing-masing bagian,
yaitu:

a. Bagian administrasi (bagian yang tidak berhubungan langsung dengan


proses produksi)
i. Senin – Kamis : jam 06.30 – 15.00 WIB
ii. Jam istirahat : jam 11.30 – 12.30 WIB
iii. Jumat – Sabtu : jam 06.30 – 11.30 WIB

b. Bagian pabrik (bagian yang berhubungan langsung dengan produksi)


Karyawan yang terkait dalam proses produksi berlaku ketentuan jam
kerja dengan sistem 3 shift, dengan masing-masing shift bekerja
selama 8 jam sehari. Oleh karena proses produksi yang dilakukan terus
menerus selama 24 jam, maka waktu istirahat karyawan dilakukan
dengan cara bergantian.
i. Shift pagi : jam 06.00 – 14.00 WIB
ii. Shift siang : jam 14.00 – 22.00 WIB
iii. Shift malam : jam 22.00 – 06.00 WIB

2.3.4. Tata Tertib Karyawan


Tata tertib karyawan terdapat pada pasal 64 yang berisi tentang disiplin
kerja. Jenis disiplin kerja tersebut, yaitu :

a. Kewajiban Pekerja
Terbagi menjadi 2 macam kewajiban yang harus dilakukan oleh karyawan
di PG. Madukismo, yaitu kewajiban umum dan kewajiban khusus.

i. Kewajiban umum
1. Setiap karyawan wajib menaati peraturan-peraturan dan ketentuan
yang ada;

2. Setiap karyawan wajib menjaga dan menyimpan rahasia


perusahaan;

13
3. Pada waktu karyawan meletakkan jabatan wajib menyerahkan
kembali surat-suruat dan barang-barang milik perusahaan.

ii. Kewajiban khusus


1. Karyawan wajib bersikap sopan santun terhadap siapapun, baik di
dalam maupun di luar jam kerja dan bersedia memberi bantuan
kepada sesama karyawan dalam membina rasa setia kawan;

2. Setiap karyawan wajib melaksanaan pekerjaan dengan sungguh-


sungguh dan penuh rasa tanggung jawab;

3. Setiap karyawan wajib menaati ketentuan-ketentuan jasa dan hari


kerja yang berlaku di pabrik;

4. Setiap karyawan wajib menjaga keselamatan diri sendiri dan


sesama karyawan yang berada di sekitarnya.

iii. Larangan pekerja


Berdasarkan pada kewajiban pekerja yang ada, maka pekerja dilarang
untuk :
1. Menyalahgunakan wewenang jabatannya untuk kepentingan
pribadi dan keluarganya yang dasarnya hal tersebut ada
hubungannya dengan pekerjaannya, jabatan dan tanggung jawab,
yang ada pada hakekatnya merugikan perusahaan.

2. Menyediakan tenaga dalam waktu dinas secara


perseorangan/jabatan lain, kecuali dengan izin tertulis dari
pimpinan perusahaan yang berwenang.

3. Memberikan rahasia jabatan dan rahasia perusahaan kepada


orang-orang yang tidak berhak.

4. Karena kelalaian dan kecerobohan melakukan pekerjaan sehingga


mengakibatkan timbulnya kerugiann bagi perusahaan

5. Menyebarkann berita-berita yang tidak benar di lingkungan


perusahaan sehingga menimbulkan keresahan diantara sesama
pekerja.

6. Melakukan usaha rentenir di dalam lingkungan perusahaan.

iv. Sanksi

14
1. Sebagai alat atau saran untuk menegakkan disiplin kerja yang
mengandung maksud pokok untuk membina dan mendidik, maka
pekerja yang melakukan pelanggaran atau kesalahan akan dijatuhi
hukuman jabatan berupa :
a) Teguran

b) Surat peringatan I, II, III

c) Pemberhentian untuk sementara waktu

d) Pemutusan hubungan kerja

e) Diajukan ke pengadilan

2. Direksi atau pimpinan dalam melaksanakan tata tertib ini selalu


akan berpegang pada pasal 1602 KUH Perdata yang berisi : “Si
majikan pada umumnya diwajibkan melakukan ataupun tidak
berbuat apa yang didalam keadaan yang sama sepatutnya harus
dilakukan atau diperbuat oleh seorang majikan yang baik”.

3. Dalam hal pekerja melakukan mogok kerja dengan alasan diluar


ketentuan normatif yang sudah diatur dalam ketentuan perundang-
undangan maupun PKB akan dikenakan sanksi sesuai dengan
bobot kesalahannya.

v. Pelaksanaan sanksi
1. Teguran
Teguran dilakukan oleh atasan dengan cara memanggil, memberi
penjelasan dan mencatat dalam buku catatan khusus serta diparaf
oleh kedua belah pihak. Teguran diberikan kepada pekerja yang
melakukan tindakan atau perbuatan sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja 1 (satu) hari sebulan tanpa ijin.

b) Datang terlambat 2 (dua) hari dalam seminggu atau 4 (empat)


hari dalam satu bulan tanpa alasan yang wajar.

c) Mecacah kartu (absensi) orang lain atau memberikan tanda


kehadiran orang lain.

d) Meninggalkan tempat kerja pada jam kerja tanpa ijin atasan


atau mengurangi efisiensi waktu kerja.

15
e) Tidak mematuhi dan atau tidak memperhatikan pengarahan
atasannya tanpa alasan yang wajar.

f) Merokok di tempat yang dilarang.

g) Tidak mengindahkan kebersihan lingkungan.

h) Tidak menjaga dan memelihara peralatan atau perlengkapan


milik perusahaan.

i) Mengabaikan petunjuk atau instruksi atasan dalam


pelaksanaan kerjanya.

j) Menolak tugas lembur atau absen tanpa adanya alasan yang


sah.

k) Berada di tempat atau lokasi kerja di luar jam kerja tanpa ijin
atasann atau pimpinan.

l) Menolak untuk bekerjasama menyelesaikan pekerjaan


dengan pekerja sekerja ataupun atasannya.

m) Tidak mengindahkan nilai sopan santun baik dengan


pimpinan, sesama, keluarga maupun tamu perusahaan.

2. Surat Peringatan I
Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila pekerja yang
mendapat teguran belum juga memperbaiki kesalahan yang telah
dilakukan. Serta ketika pekerja melakukan lagi perbuatan yang serupa.
a) Surat peringatan I diberikan kepada pekerja yang telah mendapat
teguran dan dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan melakukan lagi
perbuatan yang dapat dikenai teguran.

b) Surat peringatan I diberikan kepada pekerja apabila pekerja


terbukti telah melakukan perbuatan yang melanggar susila
(perbuatan asusila).

c) Surat peringatan I dikeluarkan oleh pemimpin atas usul dan atasan


langsung pekerja tersebut dengan memperhatikan pertimbangan
divisi atau departemen atau bagian SDM.

16
d) Pekerja yang mendapat surat peringatan I akan mendapatkan
sanksi tidak mendapat kenaikan berkala 1 (satu) tahun dan nilai
point prestasinya 0 (nol).

e) Surat peringatan I menggugurkan prestasi yang dicapainya dalam


SMK.

3. Surat Peringatan II
Surat peringatan II dikeluarkan oleh pimpinan atas usul dari atasan
pekerja yang bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan
divisi atau bagian SDM. Pekerja yang mendapat surat peringatan II
akan mendapatkan sanksi tidak mendapat kenaikan berkala selama 2
(dua) tahun dan nilai prestasinya 0 (nol). Surat peringatan II
menggugurkan nilai prestasi yang dicapai dalam SMK.

Surat peringatan II diberikan kepada pekerja yag melakukan tindakan


atau perbuatan sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan tanpa ijin
resmi.

b) Mengabaikan tugas yang harusnya dikerjakannya.

c) Menggunakan barnga-barang milik perusahaan secara tidak sah.

d) Meminjam atau meminjamkan barang-barang atau perlengkapan


milik perusahaan tanpa ijin.

e) Dengan sengaja atau karena kelalaiannya mengakibatkan dirinya


atau pekerja lain tidak dapat melakukan pekerjaan yang diberikan.

f) Dengan sengaja atau kelalaianny mengakibatkan kerusakan


barang atau aset perusahaan sehingga mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan.

g) Telaah diberikan surat peringatan I dan dalam masa berlakunya


surat peringatan I tersebut pekerja melakukan pelanggaran lagi.

4. Surat Peringatan III


Surat peringatan III dikeluarkan oleh pimpinan berdasarkan usulan dari
pekerja yang bersangkutan dengan mempertimbangkan dari divisi atau
bagian SDM. Pekerja yang menerima surat peringatan III dapat
sekaligus diskorsing.

17
Sanksi yang akan didapatkan oleh pekerja jika pekerja tersebut
mendapatkan surat peringatan II, yaitu : “Tidak mendapat kenaikan
skala gaji pokok selama 2 (dua) tahun dan atau dapat diturunkan
golongannya 1 (satu) tingkat dengan segala konsekuesinya dan nilai
prestasinya 0 (nol). Surat peringatan III juga mengakibatkan nilai
prestasi yang dicapai selama SMK menjadi gugur.

Pekerja akan diberikan surat peringatan III apabila pekerja tersebut


melakukann perbuatan-perbuatan sebagai berikut :
a) Tidak masuk kerja selama 4 (empat) hari dalam 1 (satu) bulan
tanpa ijin resmi.

b) Menyebarkan berita-berita yang tidak benar di dalam lingkungan


perusahaan sehingga menimbulkan keresahan diantara sesama
pekerja.

c) Menentang penugasan yang disampaikan secara wajar tanpa


alasan yang sah, meskipun telah diberikan secara lisan oleh
atasan.

d) Melalaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnnya sehingga


menimbulkan kecelakaan bagi dirinya ataupun orang lain serta
berdampak merugikan bagi perusahaan.

e) Meminum minuman keras dalam lingkungan perusahaan.

f) Merokok di tempat yang dilarang karena berbahaya.

g) Membawa gambar teknik atau dokumen yang menjadi rahasia


perusahaan keluar dari lingkungan perusahaan tanpa ijin dari
atasan.

h) Memindahkan atau menyimpan milik perusahaan di suatu tempat


yang tidak semestinya tanpa alasan yang jelas atau tanpa seijin
atasan sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

i) Melakukan usaha rentenir di dalam lingkungan perusahaan.

j) Telah diberikan surat peringatan I ataupun surat peringatan II dan


dalam masa berlakunya surat tersebut melakukan pelanggaran
lagi.

18
k) Menolak untuk menaati perintah atau penugasan yang layak dari
pimpinan sesuai peraturan perusahaan.

l) Apabila secara hukum terbukti terlibat memperdagangkan atau


mengkonsumsi narkotika atau obat terlarang (narkoba) dan
sejenisnya.

5. Pemberhentian untuk Sementara Waktu (skorsing)


a) Pemberhentian untuk sementara waktu (skorsing) diberikan
terhadap pekerja yang terlibat dalam suatu pelanggaran berat
secara yuridis formal belum dapat dibuktikan atau yang mendapat
surat peringatan III.

b) Dalam masa skorsing kepada pekerja diberikan gaji atau upah


sebesar 75%.

c) Pemberian skorsing harus diberikan secara tertulis dan


disampaikan kepada pekerja yang bersangkutan.

d) Pemberian upah secara skorsing dilakukan maksimum selama 6


(enam) bulan.

e) Selama masa skorsing berjalan selama 6 (enam) bulan tetapi


belum ada putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum
tetapi mengenai pelanggaran tersebut perusahaan tidak
diwajibkan membayar upah.

f) Penempatan kembali pekerja tidak selalu dalam pangkat.

g) Apabila pengadilan menyatakan bahwa pekerja yang


bersangkutan bersalah maka hak-hak yang tertunda selama
skorsing akan dibayarkan kembali.

6. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


a) Hukuman jabatan terberat adalah pemutusan hubungan kerja,
karena tindak kejahatan, melanggar hukum dan atau merugikan
perusahaan dengan atau tanpa peringatan dan dilaksanakan
sesuai prosedur atau peraturan yang berlaku.

b) Melakukan tindakan kejahatan, misalnya : mencuri,


mengggelapkan, menipu, memperdagangkan barang terlarang

19
baik di lingkungan perusahaan maupun di luar lingkungan
perusahaan.

2.3.5. Sistem Penggajian


Pada PG. Madukismo, besarnya upah yang diberikan kepada karyawan
diberikan sesuai dengan jabatan atau golongan. Sistem pengupahan ini
disesuaikan dengan keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Tenaga Kerja.
Nomor : 13/Kpts/Kp.603/4/1992
Nomor : Kep. 149/Men/1992

Sebagai berikut :
Karyawan tetap atau dinas : Berdasarkan golongan dan gaji pokok
golongan I-VII.
a. Upah Pokok : 100%
Tunjangan emolumen : 50%
Tunjangan variabel : 92,73%
247,73%

b. Harian
Upah Pokok : 100%
Tunjangan emolumen : 50%
Tunjangan variabel : 92,73%
247,73%

c. PHL/Borongan
Rumus
1. Bulanan : 1/173 (UP x emolumen)
2. Kampanye/musiman = bulanan
3. PHL/harian : 3/20 x (upah lembur + tunjangan emolumen)

2.3.6. Hak – Hak Karyawan


Pada PG. Madukismo, pekerja juga memiliki hak yang akan diterimanya
jika setiap kewajiban telah dilakukan dengan baik. Hak-hak yang dapat
diterima oleh pekerja adalah sebagai berikut :

a. Hak pokok : meliputi pengupahan, tunjangan, istirahat termasuk libur


mingguan dan istirahat tahunan.

20
b. Hak pelengkap : meliputi upah lembur, premi bagi para pekerja berat,
tunjangan hari raya, pakaian dinas, jaminan kesehatan, pemberian
gula, dan jaminan hari tua (dana pensiun).

c. Hakk tambahan : meliputi tambahan kesempatan belajar atau


mengembangkan karir, perjalanan dinas dan bantuan kematian.

d. Hak-hak lain : meliputi ijin memperoleh alat keselamatan kerja,


perumahan karyawan, dan lain-lain.

21
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan sistem pada perusahaan
seperti proses bisnis untuk tiap departemen yang ada di PT. Madubaru,
produk-poduk yang dihasilkan, proses produksi, dan fasilitas produksi.

3.1. Proses Bisnis Perusahaan


Yang dimaksud dengan proses bisnis merupakan sebuah proses suatu
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Pada proses ini dapat dilihat
bagaimana perusahaan tersebut memulai proses produksi dari awal hingga
selesai. Adapun proses bisnis yang ada pada PG. Madukismo adalah
sebagai berikut :

a. Direktur akan menerima laporan keuangan dari bagian akuntansi dan


keuangan mengenai anggaran produksi dan kemudian akan mengecek
laporan tersebut.

b. Jika laporan anggaran yang diterima disetujui oleh Direktur maka


bagian akuntansi dan bagian keuangan memberikan anggaran untuk
proses produksi. Jika tidak disetujui, maka bagian keuangan dan
akuntansi akan melakukan revisi laporan anggaran tersebut.

c. Setelah anggaran diberikan, kemudian bagian Bina Sarana Tani (BST),


menyiapkan tebu yang akan diproduksi.

d. Setelah tebu telah tersedia dan siap, maka bagian fabrikasi menerima
tebu dan melakukan proses pembuatan gula. Proses dimulai dari tahap
penggilingan hingga pemasakan.

e. Gula yang telah jadi, diperiksa apakah gula tersebut telah sesuai
dengan standar yang telah ditentukan atau belum.

f. Jika gula tidak sesuai dengan standae yang telah ditentukan, maka
dilakukan proses pembuatan gula hingga sesuai dengan standar yang
ada.

g. Jika gula telah sesuai dengan standar, maka gula dialirkaan ke bagian
gudang untuk dikemas dan disimpan.

22
h. Kemudian, untuk bagian pemasaran melakukan pelelangan gula bulk
yang ada di dalam gudang. Gula dilelang kepada customer hingga
mendapatkan harga tertinggi.

i. Jika harga telah sesuai, maka gula tersebut akan dijual. Jika tidak
sesuai, maka dilakukan pelelangan lagi.

23
Gambar 3.1. Peta Proses Bisnis

24
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai proses bisnis di PG.
Madukismo :

a. Mengajukan Rencana Produksi


Pengajuan rencana produksi didasarkan atas permintaan order serta
kapasitas produksi yang dimiliki oleh PG. Madukismo yang dibuat oleh
bagian pemasaran. Pengajuan order yang dilakukan oleh pelanggan harus
memenuhi syarat, yaitu jumlah order yang tidak melebihi kapasitas dan
transaksi pembayaran secara tunai ataupun kredit dengan jangka waktu
yang ditentukan. Kapasitas produksi yang dimiliki diatur dalam regulasi
Pemerintah Daerah dan diawasi oleh Tim Pengawas Inflasi Daerah (TPID).
Hal tersebut agar PG. Madukismo tidak memproduksi gula secara berlebih
agar menjaga harga gula di pasaran tetap stabil.

b. Merapatkan Kapasitas Produksi


Hasil dari rencana produksi, akan dilakukan evaluasi oleh departemen-
departemen terkait untuk melihat kemampuan setiap departemen dalam
melakukan produksi.

c. Membuat Laporan Anggaran Produksi


Setelah evaluasi rencana produksi selesai, kemudian bagian akuntansi dan
keuangan akan menghitung biaya-biaya yang dibutuhkan selama proses
produksi dan membuat laporan anggaran produksi.

d. Mengecheck Laporan dan Memberikan Keputusan


Direktur mengecheck laporan keuangan mengenai anggaran produksi yang
diterima dari bagian akuntansi dan keuangan. Bila laporan anggaran
diterima dan disetujui oleh direktur, maka bagian akuntansi dan bagian
keuangan akan memberikan informasi ke bagian pabrikasi dan instalasi.
Namun, apabila anggaran tidak disetujui, maka bagian akuntansi dan
keuangan akan melakukan revisi laporan anggaran.

e. Melakukan Penjadwalan Produksi


Proses pembuatan jadwal produksi dilakukan oleh bagian pabrikasi. Jadwal
produksi yang ditetapkan pada masa giling yaitu bulan Mei sampai
November setiap tahunnya.

f. Melakukan Maintenance pada Mesin Produksi

25
Setelah mendapat jadwal produksi, bagian instalasi akan melakukan
maintenance mesin sebelum dipakai produksi. Sehingga, waktu yang
dibutuhkan untuk memaintenance keseluruhan mesin dilakukan saat bulan
Desember-April setiap tahunnya.

g. Menentukan Jadwal Tebang Tebu


Setelah membuat jadwal produksi, bagian pabrikasi juga membuat jadwal
tebang tebu yang akan diberikan kepada bagian tanaman. Jadwal tersebut
menunjukkan waktu tebang serta kapasitas tebu yang dibutuhkan selama
proses produksi.

h. Melakukan Penebangan Tebu


Setelah jadwal tebang diberikan dari bagian pabrikasi, maka bagian
tanaman akan melaksanakan penebangan tebu sesuai jadwal. Tebu yang
ditebang berasal dari lahan PG. Madukismo yang disewa dari lahan milik
petani.

i. Melakukan Proses Produksi


Setelah tebu telah tersedia dan siap, maka akan dilakukan proses
pembuatan gula setiap hari senin sampai sabtu selama 24 jam. Proses
dimulai dari tahap penggilingan hingga tahap penyelesaian.

j. Melakukan Pengawasan Mutu Gula


Pengawasan mutu gula yang dihasilkan dari proses produksi untuk
mencapai nilai kemurnian yang terkandung dalam gula lebih dari 70.
Pengawasan tersebut dilakukan oleh bagian pabrikasi.

k. Melakukan Pengemasan
Setelah proses produksi gula sampai tahap akhir, maka gula akan siap
dikemas dengan menggunakan kemasan 50kg dan 1 kg.

l. Penyimpanan
Gula yang telah dikemas akan disimpan di dalam gudang sementara waktu
sampai menunggu waktu pengiriman. Karyawan gudang akan melakukan
pengiriman permintaan gula kepada pelanggan.

m. Melakukan Kroscek Data yang Dimiliki


Proses melakukan kroscek data dilakukan oleh bagian pemasaran,
administrasi dan akuntansi dengan melakukan koordinasi data yang
dimiliki. Apabila data sama, maka proses pendistribusian gula dapat

26
dilakukan. Namun apabila terdapat perbedaan data maka akan dilakukan
merapatkan kapasitas hingga memenuhi kebutuhan pelanggan.

3.2. Produk yang Dihasilkan


3.2.1. Produk Utama
Di PG. Madukismo, produk utama yang dihasilkan merupakan gula pasir
berupa gula kristal putih (Superior High Sugar / SHS). Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI), gula kristal putih diklasifikasikan menjadi dua
kelas mutu, yaitu Gula Kristal Putih (GKP) 1 dan GKP 2. Gula kristal putih
yang diproduksi oleh PG. Madukismo termasuk dalam mutu gula kristal
putih 1 (GKP 1) SNI. Kualitas gula dibedakan menjadi 4 tipe menurut
penetapan yang dikeluarkan BULOG tahun 1982, yaitu :

a. SHS 1A, nrd diatas 70

b. SHS 1B, nrd 67 – 69,9

c. SHS 1C, nrd 62 – 69,9

d. SHS 11, nrd 56 – 59,9

PG. Madukismo memproduksi gula kristal putih yang termasuk ke dalam


kualitas SHS 1A. Dalam pemasarannya, gula kristal putih dikemas dalam 2
bentuk yang berbeda, yaitu kemasan curah yang berisi 50 kg dan kemasan
eceran yang berisi 1 kg dan 500 gram.

Gambar 3.2. Kemasan Curah 50 kg

27
Gambar 3.3. Kemasan Eceran 1 kg

Gambar 3.4. Kemasan Eceran 500 gram

28
3.2.2. Produk Sampingan
Produk samping dari PT. Madubaru adalah alkohol yang dikelola oleh PS.
Madukismo dengan memanfaatkan tetes tebu dari PG. Madukismo. Produk
spiritus bakar dengan kadar murni 94% dan alkohol murni dengan kadar
mencapai 95%, dengan pemantauan oleh Balai Penelitian Kimia
Departemen Perindustrian dan PT. Sucofindo Indonesia.

a. Alkohol Prima
Alkohol prima merupakan alkohol yang memiliki kadar minimal 95%.
Jumlahnya mencakup lebih dari 70% total produksi alkohol rata-rata.
Alkohol jenis ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman keras
serta sebagai bahan pelengkap dalam industri kosmetik, farmasi, dan
sebagainya.

b. Alkohol Teknis
Alkohol teknis memiliki kadar 94% yang akan diolah lebih kanjut menjadi
spiritus dengan menambahkan denaturan dan zat pewarna. Spiritus
biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pemanasan dan
penerangan.

3.3. Proses Produksi


Proses produksi pembuatan gula di PG. Madukismo terdiri dari beberapa
tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penggilingan, tahap pemurnian,
tahap penguapan, tahap pemasakan, tahap putaran dan tahap
penyelesaian.

Gambar 3.5. Diagram Proses Pabrik Gula

29
a. Tahap Persiapan
Proses pembuatan gula dimulai dari tahap persiapan. Tahap ini merupakan
tahapan dari bahan baku datang berupa tebu yang diangkut dengan
menggunakan truk, kemudian tebu yang diangkut ini ditimbang. Di stasiun
timbangan terdapat dua buah timbangan yang terdiri dari satu buah
timbangan bruto yang berkapasitas sampai 30.000 kg dan satu buah
timbangan tarra yang berkapasitas 20.000 kg. Data yang diperoleh dari
penimbangan ini digunakan untuk menentukan rendemen tebu dan
perkiraan karung yang digunakan untuk mengemas gula pasir nantinya.
Dari penimbangan ini juga, Pabrik Gula Madukismo dapat menetapkan
bagi hasil dengan petani, ongkos tebu, perhitungan untuk proses
penggilingan dan pemberian bahan tambahan dalam produksi. Pada saat
bahan baku datang, truk yang mengangkut tebu terlebih dahulu ditimbang
dengan timbangan bruto. Tebu yang diangkut kemudian harus melewati
pemeriksaan fisik tebu.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel 10 (sepuluh) batang


tebu. 10 (sepuluh) batang tebu ini kemudian dianalisa bagian tengah
batangnya dengan mengambil cairan yang terkandung dibatangnya. Tebu
yang telah selesai dianalisa kemudian ditimbang dengan timbangan tarra.
Lori pengangkut kemudian memindahkan tebu dari truk menuju
derek/crane. Tebu ini ditimbang lagi dengan timbangan lori.

Lalu tebu-tebu akan diletakkan dalam cane yard selama antrian. Namun,
penyimpanan tebu dalam cane yard tidak boleh lebih dari 24 jam.
Penyimpanan lebih dari 24 jam dapat menyebabkan rusaknya batang tebu
akibat bakteri pemakan gula. Bakteri ini dapat menurunkan kadar gula dan
kadar air dalam tebu. Penurunan ini dapat mempengaruhi rendemen
perolehan gula dan kualitas gula yang diperoleh.

30
Gambar 3.6. Timbangan Bruto

Gambar 3.7. Timbangan dan Lori

Gambar 3.8. Timbangan Tarra

31
b. Tahap Penggilingan
Setelah proses persiapan, tebu akan dipindahkan ke meja tebu dengan
menggunakan cane crane. Cane crane di pabrik gula madukismo ini
terdapat 2 (dua) jenis, yaitu : dengan kapasitas 5 (lima) ton dan 10
(sepuluh) ton. Rantai yang terdapat dalam cane crane kemudian diturunkan
dan rantai pengikat dipasang dengan manual. Jumlah tebu yang masuk ke
dalam cane crane ini kemudian diatur dengan meja tebu. Meja tebu ini
dilengkapi dengan sebuah leveler dan rantai bergerigi yang dapat berjalan.
Leveler ini dapat menyeragamkan posisi batang tebu agar lebih mudah
diangkut.

Pada meja tebu dilakukan proses pencacah da penghancur oleh scrider.


Kemudian dengan menggunakan cane crane ini tebu kemudian dijatuhkan
ke conveyor untuk diangkut ke unit unigrator. Untuk mengatur banyaknya
tebu yang jatuh ke conveyor, maka dipasang kicker bergerigi yang berputar
pada meja tebu sehingga tebu yang dimasak dapat merata. Setelah dari
unit unigrator, tebu akan menghasilkan output berupa serpihan tebu yang
kecil. Air nira yang keluar akibat pengecilan ukuran ini akan tetap terserap
kembali oleh serabut tebu selama proses berjalannya cane carrier 2 (dua)
menuju gilingan 1 (satu). Pengecilan ukuran tebu ini bertujuan sebagai
berikut :

i. Membuka sel-sel pada tanaman tebu;

ii. Memberikan tekanan yang merata pada rol gilingan;

iii. Memperluas bidang permukaan ebu yang berkontak dengan


permukaan rol gilingan sehingga nira yang diperoleh semakin banyak;
serta

iv. Tenaga yang dibutuhkan oleh rol gilingan akan lebih kecil.

Serpihan tebu ini kemudian diangkut oleh konveyor ke stasiun gilingan.


Proses penggilingan tebu ini menggunakan prinsip First In First out (FIFO)
yang berarti tebu yang pertama kali masuk akan digiling terlebih dahulu.

Proses penggilingan di pabrik gula maduksimo ini terdapat 5 (lima) buah


mesin giling, yaitu : gilingan I, gilingan II, gilingan III, gilingan IV, dan
gilingan V. Setiap gilingan ini disusun secara seri. Setiap gilingan ini
memiliki 3 (tiga) buah rol. Dan untuk tiap unitnya dilakukan 2 (dua) kali

32
pemerahan. Serpihan nira yang masuk ke gilingan I akan menghasilkan
nira mentah yang kemudian masuk ke bak nira mentah dan ampas yang
kadar gulanya rendah. Kadar gula yang diharapkan yaitu sekitar 1,5% -
2%.

Ampas yang keluar dari gilingan I kemudian diangkut oleh appron conveyor
ke unit gilingan II. Sebelum masuk ke roll pada gilingan II, diberi hasil
perahan unit gilingan III. Nira hasil perahan I dan II dicampur dan disebut
dengan nira mentah, kemudian ampas akan dibawa ke unit gilingan III.
Sebelum masuk gilingan III diberi hasil dari perahan gilingan IV. Kemudian
ampas hasil perahan gilingan III masuk ke unit gilingan IV an diberi nira
perahan dari gilingan V dan air imbisi. Air imbibisi berfungsi untuk
melarutkan nira yang terkandung dalam ampas tebu. Gula yang hilang
dalam ampas akibat pemerahan dan unit gilingan dapat dikurangi dengan
air imbibisi. Ampas yang diperoleh yang ada pada gilingan V kemudian
diangkut dengan bagasse carrier menuju departemen ketel sebagai bahan
bakar. Air imbibisi yang disemprotkan pada gilingan IV dan V hanya
sebesar 25% - 30% dari masa tebu yang masuk ke stasiun gilingan dan
ampas tebu. Perahan hasil dari gilingan V, dibawa ke timbangan boulogne
yang memiliki kapasitas sampai 5 (lima) ton. Setelah dari timbangan,
kemudian dipompa ke proses pemurnian.

33
Gambar 3.9. Diagram Alir Proses Stasiun Gilingan

34
Gambar 3.10. Mesin Pengiling

Gambar 3.11. Proses Penggilingan

35
Gambar 3.12. Pengangkatan Ampas Tebu

c. Tahap Pemurnian
Tahap pemurnian dilakukan untuk menentukan kualitas gula karena akan
memisahkan gula dan non gula. Pada tahap ini akan dilakukan
penghilangan kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira. Tahap ini akan
menentukan kualitas produksi akhir dari pembuatan gula. Pada tahap ini
terdapat beberapa faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :

i. Ph
Pemisahan zat bukan gula dilakukan pada Ph diatas 7,4. Ph terlalu tinggi
dapat merusak gula reduksi sehingga warna nira menjadi gelap. Pada saat
pemurnian Ph diatur sehingga berkisar antara 7,5 – 7,8.

ii. Temperatur
Temperatur merupakan faktor penting yang berpengaruh pada proses
produksi gula karena jika temperatur terlalu tinggi maka akan
menyebabkan kerusakan pada molekul sakarosa yang akan
mengakibatkan zat warna menjadi gelap.

iii. Waktu Tinggal


Waktu tinggal adalah salah satu faktor penentu dalam menentukan kualitas
gula. Waktu tinggal ini merupakan lamanya waktu untuk melakukan reaksi
di dalam evaporator.

36
Dalam tahap pemurnian ketiga faktor tersebut sangat penting karena
sakarosa beraksi secara searah, sehingga jika sudah beraksi tidak dapat
lagi berubah ke bentuk semula. Jadi jika terjadi suatu kesalahan maka
akan membuat kerusakan atau penurunan kualitas gula.

Gambar 3.13. Diagram Alir Proses Pemurnian

d. Tahap Penguapan
Nira yang jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem
multiple effect yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan
secara bergantian. Nira encer yang dipadatkan terlarut sebesar 16% dan
dapat dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut dengan nira kental yang
siap untukk dikristalkan di stasiun kristalisasi atau stasiun masakan. Total
luas dari bidang pemanas sebesar 5,999 m VO. Nira kental yang berwarna

37
gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching / pemucat dan siap untuk
dikristalkan.

e. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi
sampai lewat jenuh sehingga timbul kristal gula. Sistem yang digunakan
adalah ACD, dimana gula A digunakan sebagai produk gula C dan gula D
sebagai gula bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah
armosfer dengan vaccum sebesar 65 cm Hg, hingga suhu didihnya hanya
63°C. Jadi sakarosa tidak rusak karena panas tinggi. Hasil masakan
merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan
di stasiun puteran, gula terlebih dahulu didinginkan di dalam palung
pendingin (kultrog).

f. Puteran gula ( centriugal )

g. Penyelesaian dan gudang gula

Proses pembuatan alkohol/spiritus dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu


alkohol teknis dan alkohol murni. Alkhol teknis adalah alkohol yang
mengandung aldechide dengan kadar kurang lebih 94% yang dapat
digunakan untuk membuat spiritus. Alkohol murni bebas aldechida dengan
kadarr kurang lebih 95% dan bisa digunakan pada industri minuman,
farmasi, kosmetik, dll.

Ada 3 (tiga) tahapan dalam proses produksi alkohol yaitu masakan,


peragian, dan penyulingan. Adapun dari proses tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut :
a. Masakan
Tetes tebu diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah
dengan nutrisi untuk pertumbuhan ragi. Sebagai nitrogen dipakai pupuk
urea atau pupuk ZA, dan sebagai sumber phospor dipakai pupuk NPK
dengan pH diatur sekitar 4,8 dengan H 2SO4 agar todak terjadi kontaminasi
dari bakteri lain.

b. Peragian

38
Terdapat beberapa tahap pada proses peragian, mulai dari 3.010, 18.000
liter, dan 75.000 liter. Waktu peragian utama berkisar antara 36-40 jam,
sedangkan kadar alkohol yang dapat dicapai antara 9-10%.

c. Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan dipisahkan alkoholnya di dalam
pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 (empat) kolom, yaitu :

i. Kolom Kasar
Hasil atas : alkohol kasar dengan kadar 45% masuk ke kolom Vorloop
Hasil bawah : vinase dibuang

ii. Kolom vorloop


Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% masih mengandung aldechida.
Ditampung sebagai hasil
Hasil bawah : alkohol muda kadar 25% masuk kolom rektofiser.

iii. Kolom rektofiser


Hasil atas : alkohol murni kadar 95 bebas aldechida. Ditampung
sebagai hasil
Hasil tengah : alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk
kolom nachloop
Hasil bawah : lutter waser, air yang bebas alkohol,dapat digunakan
untuk menambah kolom vorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan
sebagian dibuang.

iv. Kolom nachloop


Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil
Hasil bawah : air yang bebas alkohol dibuang

Penyulingan menggunakan tenaga uap dengan kadar 0.8 kg/cm2 dan suhu
120°C.

Minyak fusel yang mengandung alkohol merupakan hasil sampingan pabrik


spiritus, dan dapat digunakan sebagai bahan baku essence ( amylacetat ).

3.4. Fasilitas Produksi

39
3.4.1. Tata Letak Pabrik
Pabrik Gula Maduksimo terletak di Desa Padoka, kelurahan Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, 5 (lima) km ke arah selatan dari
kota Yogyakarta. Luas area lahan keseluruhan Pabrik Gula Madukismo
berukuran 276.000 m 2 dan luas bangunan pabrik 51.000 m2. Pemilihan
lokasi ini dipilih karena beberapa pertimbangan, yaitu :

a. Lokasi Pabrik Gula Madukismo berdekatan dengan sumber air yaitu


sungai Winongo yang dibutuhkan untuk proses produksi.

b. Lokasi Pabrik Gula Madukismo berdekatan dengan kota Yogyakarta,


sehingga memudahkan pihak pabrik untuk mencari peralatan pabrik
dan tenaga ahli yang dibutuhkan.

c. Tanah disekitar areal pabrik cocok untuk menanamkan tanaman tebu


sehingga akomodasi pengangkutan batang tebu yang telah dipanen ke
pabrik lebih mudah.

d. Penduduk sekitar areal pabrik telah handal dalam penanaman tebu.

e. Lokasi pabrik berdekatan dengan perkebunan-perkebunan tebu lain


seperti daerah kabupaten Kulon Progo, Purworejo, Selma dan
Magelang.

40
Gambar 3.14. Tata Letak Pabrik

41
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan sistem pada perusahaan
seperti lingkup pekerjaan untuk tiap departemen yang ada di PT.
Madubaru, tanggung jawab dan wewenang dalam pekerjaan, metodelogi
pelaksanaan pekerjaan, dan hasil pekerjaan.

4.1. Lingkup Pekerjaan


Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Madubaru (PG/PS Madukismo)
Yogyakarta, penulis di tempatkan pada bagian Instalasi Pabrik bagian
Gilingan. Departemen ini bertanggung jawab atas bagaimana proses dari
tebu masuk untuk di timbang sampai ke bagian tebu digiling untuk
dilanjutkan ke proses pengolahan selanjutnya. Di sini penulis diberi tugas
untuk mengamati proses berlangsungnya kegiatan yang ada di bagian
gilingan tentang kesehatan dan keselamatan para pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja serta keamanan lingkungan tempat aktivitas
tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Selama kegiatan kerja praktek berlangsung di, penulis
ditugaskan untuk mengikuti seluruh rangkaian aktivitas yang berlangsung
di PT. Madubaru sekaligus melakukan pengamatan terhadap aktivitas-
aktivitas yang berlangsung di perusahaan tersebut. Keseluruhan rangkaian
kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan atau 30 (tiga
puluh) hari, terhitung mulai tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan 5 Agustus
2017.

Kesehatan dan keselamatan kerja atau yang sering disebut dengan K3


sangat dibutuhkan untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kecelakaan saat bekerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, ledakan,
maupun pencemaran lingkungan di sekitar tempat kerja yang diakibatkan
oleh aktivitas produksi di perusahaan PT. Madubaru (PG/PS Madukismo).
Pengertian dari kesehatan kerja adalah sebagai upaya yang digunakan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan baik secar fisik,
mental,maupun sosial bagi pekerja untuk semua jenis pekerjaan yang telah
dilakukan. Dengan tercapainya kesehatan kerja, maka dapat menciptakan

42
lingkungan kerja yang nyaman dan aman, sehingga pekerja dapat
menjalankan aktivitas dengan nyaman dan aman.

Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Madubaru di bagian Pabrik


Gula Madukismo, penulis dibimbing dan dibantu oleh beberapa pihak,
antara lain sebagai berikut:

a. Bapak Haris Subiyantoro, Kepala sie Instalasi Ketel, selaku


pempimbing lapangan.

b. Bapak Sutris, mandor Pabrik Tengah

c. Bapak Ferry Setyawan, Staf Pemurnian bagian Pabrikasi

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan


Penulis melaksanakan kerja praktek di bagian Instalasi Pabrik bagian
Gilingan di PG. Maduksimo, mahasiswa juga diberi izin untuk mengamati
keseluruhan pabrik, dari proses awal hingga proses akhir maupun sampai
packagingnya hingga penyimpanannya dengan dibantu oleh mandor
maupun beberapa karyawan yang berbeda-beda. Di PG.Madukismo juga
memperbolehkan mahasiswa untuk mendokumentasikan hal-hal yang
diperlukan beserta data-data yang dibutuhkan.

Selama melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diberikan tanggung jawab


selama berada di PG. Madukismo yaitu:

a. Mempelajari tahapan proses dalam pengolahan gula

b. Mengelilingi lantai produksi untuk mengetahui lebih jelas dalam


pengolahan gula

Selama pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa diberikan wewenang oleh


pembimbing antara lain:

a. Diperbolehkan untuk mengamati langsung sistem produksi pada semua


bagian PG. Madukismo

b. Diperbolehkan mengambil dokumentasi berupa foto pada saat proses


produksi berlangsung

c. Diperbolehkan untuk mengambil data dan mewawancari karyawan untuk


kepentingan kerja praktek.

43
4.3. Metodelogi Pelaksanaan Pekerjaan
Penulis melakukan pengamatan berdasarkan kegiatan yang dilakukan
selama proses kerja praktek di PT. Madubaru bagian Pabrik Gula
Madukismo sesuai dengan arahan yang diberikan.
Adapun metode yang digunakan selama melaksanakan kerja praktek yaitu
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengelilingi pabrik dan pengenalan setiap mesin yang digunakan

b. Mengamati karyawan yang bekerja pada setiap mesin di pabrik tengah

c. Melakukan diskusi dengan mandor mengenai mesin yang dapat


membahayakan bagi pekerja

d. Melakukan wawancara dengan karyawan mengenai keselamatan kerja


di bagian penggilingan

e. Mengumpulkan data kecelakaan kerja yang terjadi di bagian instalasi

f. Menganalisa data kecelakaan yang terjadi

g. Membuat laporan observasi

4.4. Hasil Pekerjaan


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai hasil dari pengamatan yang telah
dilakukan penulis selama melaksanakan kerja praktek di PT. Madubaru
(PG/PS Madukismo), Yogyakarta.

Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Madubaru bagian gilingan PG.


Madukismo tidak diberikan tugas khusus oleh pembimbing lapangan
maupun dari dosen pembimbing kerja praktek, sehingga mahasiswa
mengamati setiap kegiatan yang ada di bagian gilingan. Dari pengamatan
yang telah dilakukan oleh mahasiswa makan mahasiswa memutuskan
untuk menganalisis resiko yang pernah terjadi di bagian ketel penggilingan.
Analisis resiko sangat erat kaitannya dengan kecelakaan kerja, sehingga
dengan menganalisis resiko ini diharapkan dapat mengendalikan resiko
dan menurunkan angka kecelakaan kerja yang terjadi.

Berikut ini merupakan data jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di bagian
Instalasi bagian Penggilingan PG. Madukismo selama 3 tahun :

44
Tabel 4.1. Jumlah Kecelakaan Kerja Tahun 2015-2017 di Instalasi
Gilingan

2015 2016 2017

5 10 5

Sumber : Data Kecelakaan Kerja Bagian Instalasi PG. Madukismo

Berdasarkan jumlah kecelakaan kerja yang ada, kecelakaan yang terjadi di


stasiun penggilingan termasuk tinggi apabila dibandingkan dengan yang
terjadi di pabrik tengah. Ini dapat terjadi karena mengingat banyaknya
pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung saat bekerja.

a. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko yang pernah terjadi menggunakan data selama 3 tahun
yaitu tahun 2015-2017. Sedangkan resiko yang belum pernah terjadi
diidentifikasi berdasar pengamatan dan wawancara pekerja. Berikut ini
merupakan identifikasi resiko yang terjadi di bagian penggilingan :

Tabel 4.2. Identifikasi Resiko di bagian Gilingan

Impact / Context /
No Cause / Sebab
Dampak Keterangan

Terkena potongan serbuk


1 Iritasi mata
tebu
Saat menyelep
2 Iritasi mata Terkena serbuk besi
(meratakan besi)

Luka di telapak Menginjak potongan besi


3
kaki hingga tembus dari sepatu
Saat menimbang
4 Luka pada jari Tersengat kalajengking
tebu di lapangan

Telapak tangan Saat menimbang


5 Terjepit lori
robek tebu di lapangan

Punggung Saat menimbang


6 Terjepit lori
robek tebu di lapangan

Jari kelingking Tangan tersangkut di Saat mengontrol


7
retak kopling turbin

45
Saat bekerja di
8 Lutut terluka Karena digigit kelabang
turbin giling

Saat memberi
Pergelangan Terkena pipa air yang
9 minyak plumas di
tangan robek sudah lapuk
foldingroll

Tersumbat kotoran dari


Telingan kanan Saat membersihkan
10 ampas lalu dikorek hanya
luka ampas
menggunakan jari tangan

b. Analisis Resiko
Analisis resiko yang dilakukan untuk menganalisa dan menilai resiko yang
terjadi yang dilakukan dengan menentukan kemungkinan (likelihood) dan
dampak (consequence). Berikut ini merupakan matriks dari penilaian resiko
dengan menggunakan acuan dari The Standart Australia / New Zealand
(AS/NZS 4360) (2004) :

Tabel 4.3. Penilaian Likelihood

Level/
Kriteria
Nilai

5 Almost Certain

4 Likely

3 Moderate

2 Unlikely

1 Rare

Tabel 4.3. merupakan penilaian likelihood yang dikelompokkan menjadi


lima kategori. Semakin tinggi nilai tingkatannya, maka semakin tinggi pula
kemungkinan atau probabilitas risiko itu terjadi. Nilai 1 menunjukkan bahwa
risiko jarang sekali terjadi, nilai 2 menunjukkan risiko yang kadang-kadang
terjadi, nilai 3 menunjukkan risiko yang beberapakali terjadi, nilai 4
menunjukkan risiko yang sering terjadi, dan nilai 5 menunjukkan risiko yang
sangat sering terjadi.

46
Tabel 4.4. Penilaian Consequence

Level/
Kriteria
Nilai

1 Insignificant

2 Minor

3 Moderate

4 Major

5 Catastrophe

Tabel 4.4. merupakan penilaian consequences yang dikelompokkan


menjadi lima kategori. Semakin tinggi nilai tingkatannya, maka semakin
besar dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Nilai 1 berarti tidak ada cidera,
nilai 2 berarti memerlukan perawatan P3K, nilai 3 berarti memerlukan
perawatan medis dan mengakibatkan hilangnya hari kerja/hilangnya fungsi
anggota tubuh untuk sementara waktu, nilai 4 berarti cidera yang
mengakibatkan cacat, nilai 5 berarti menyebabkan kematian.

Berikut ini merupakan nilai frekuensi likelihood dan consequences untuk


risiko di bagian instalasi pabrik tengah PG. Madukismo:

Tabel 4.5. Penilaian Likelihood untuk Risiko di Gilingan PG. Madukismo

Likelihood
No Resiko
1 2 3 4 5

Iritasi mata
akibar terkena
1 √
potongan
serbuk tebu
Iritasi mata
akibat terkena
2 √
serbuk besi
saat menyelep

47
Lanjutan Tabel 4.5. Penilaian Likelihood untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo

Luka di
telapak kaki
karena
menginjak
3 √
potongan besi
hingga
tembus dari
sepatu
Luka pada jari
kaki karena
tersengat
kalajengking
4 √
saat
menimbang
tebu di
lapangan
Telapak
tangan robek
akibat terjepit
5 lori saat √
menimbang
tebu di
lapangan

Punggung
robek akibat
terjepit lori
6 saat √
menimbang
tebu di
lapangan

48
Lanjutan Tabel 4.5. Penilaian Likelihood untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo

Jari kelingking
retak akibat
tangan
7 tersangkut di √
kopling saat
mengontrol
turbin

Lutut terluka
karena digigit
8 kelabang saat √

bekerja di
turbin giling
Pergelangan
tangan robek
terkena pipa
air yang
9 sudah lapuk √
saat memberi
minyak
plumas di
foldingroll

Telingan
kanan luka
akibat
tersumbat
kotoran dari
10 ampas lalu √

dikorek hanya
menggunakan
tagan saat
membersihkan
ampas

49
Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG. Madukismo

Consequences
No Resiko
1 2 3 4 5

Iritasi mata
akibar terkena
1 √
potongan
serbuk tebu

Iritasi mata
akibat terkena
2 √
serbuk besi
saat menyelep
Luka di
telapak kaki
karena
menginjak
3 √
potongan besi
hingga
tembus dari
sepatu
Luka pada jari
kaki karena
tersengat
kalajengking
4 √
saat
menimbang
tebu di
lapangan
Telapak tangan
robek akibat
terjepit lori saat
5 √
menimbang
tebu di
lapangan

50
Lanjutan Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo

Punggung
robek akibat
terjepit lori
6 saat √
menimbang
tebu di
lapangan

Jari kelingking
retak akibat
tangan
7 tersangkut di √
kopling saat
mengontrol
turbin

Lutut terluka
karena digigit
8 kelabang saat √

bekerja di
turbin giling
Pergelangan
tangan robek
terkena pipa
air yang
9 sudah lapuk √
saat memberi
minyak
plumas di
foldingroll

51
Lanjutan Tabel 4.6. Penilaian Consequences untuk Risiko di Gilingan PG.
Madukismo

Telingan
kanan luka
akibat
tersumbat
kotoran dari
10 ampas lalu √

dikorek hanya
menggunakan
tagan saat
membersihkan
ampas

Setelah mengetahui likelihood dan consequences, maka dilakukan penghitungan


nilai resiko. Angka hasil dari nilai resiko tersebut kemudian menunjukkan resiko
pada status apa dan dapat diketahui tingkat kebahayaan dari resiko tersebut. Nilai
resiko didapat dari nilai ikelihood dikalikan dengan nilai consequences. Adapub
hasil nilai resiko di bagian penggilingan PG. Madukismo adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7. Nilai Resiko di bagian Penggilingan PG. Madukismo

Nilai
No Uraian Resiko Likelihood Consequences
Resiko

Iritasi mata akibar terkena


1 4 1 4
potongan serbuk tebu

Iritasi mata akibat terkena


2 2 2 4
serbuk besi saat menyelep

Luka di telapak kaki karena


3 menginjak potongan besi hingga 2 3 6
tembus dari sepatu

Luka pada jari kaki karena


4 tersengat kalajengking saat 2 2 4
menimbang tebu di lapangan

52
Lanjutan Tabel 4.7. Nilai Resiko di bagian Penggilingan PG. Madukismo

Telapak tangan robek akibat terjepit


5 lori saat menimbang tebu di 1 3 3
lapangan

Punggung robek akibat terjepit


6 lori saat menimbang tebu di 1 3 3
lapangan

Jari kelingking retak akibat


7 tangan tersangkut di kopling saat 5 3 15
mengontrol turbin

Lutut terluka karena digigit


8 kelabang saat bekerja di turbin 4 2 8
giling

Pergelangan tangan robek


terkena pipa air yang sudah
9 5 3 15
lapuk saat memberi minyak
plumas di foldingroll

Telingan kanan luka akibat


tersumbat kotoran dari ampas
10 3 3 9
lalu dikorek hanya menggunakan
tagan saat membersihkan ampas

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa nilai resiko yang paling tinggi menunjukkan
angka sampai dengan 15 untuk resiko nomor 7 dan 9. Sedangkan nilai resiko
paling rendah menunjukkan angka 3 yaitu untuk resiko nomor 5 dan 6.

c. Evaluasi
Setelah memberikan nilai untuk setiap resiko yang ada, maka langkah yang
dilakukan selanjutnya adalah membuat matriks dan satus resiko. Matriks resiko ini
akan menunjukkan status resiko yang terdapat di PG. Madukismo yang dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu resiko rendah, resiko sedang, resiko
tinggi, dan resiko ekstrim. Berikut ini merupakan matriks dan status resiko untuk
bagian penggilinggan di PT. Madubaru :

53
Tabel 4.8. Matriks Resiko di Penggilingan PT. Madubaru

Consequences

Likelihood Insignficant Minor Moderate Major Catastrophic

(1) (2) (3) (4) (5)

Almost
Certain R9
R7
(5)

Likely
R1 R8
(4)

Moderate
R10
(3)

Unlikely
R4
R3
(2) R2

Rare
R5
(1) R6

Keterangan :

R : Resiko

: Resiko Rendah

: Resko Sedang

: Resiko Tinggi

: Resiko Ekstrim

Berdasar matriks risiko di atas, masing-masing warna menggambarkan


tingkat atau status risiko yang berbeda-beda. Warna hijau menunjukkan
risiko rendah dan risiko dapat dikelola dengan prosedur rutin. Warna krem
menunjukkan risiko sedang yang dibutuhkan tanggung jawab manajemen
yang spesifik atau khusus. Warna kuning menunjukkan risiko tinggi yang
membutuhkan perhatian manajemen senior. Warna merah menunjukkan
risiko ekstrim yang memerlukan tindakan segera. Dasar dari tingkat atau
status risiko adalah sebagai berikut:

54
i. Kategori risiko rendah dengan nilai risiko ≤ 4
Kategori ini dapat diterima dengan persetujuan oleh pihak manajemen dan
dapat diatasi dengan prosedur rutin. Tidak diperlukan tindakan.

ii. Kategori sedang dengan nilai risiko 4 < x ≤ 8


Kategori ini diterima dengan persetujuan dan memerlukan tanggung jawab
yang jelas dari manajemen. Disarankan diambil tindakan jika tersedia
sumberdaya.

iii. Kategori risiko tinggi dengan nilai risiko 8 < x ≤ 12


Kategori ini tidak diinginkan dan hanya dapat diterima ketika pengurangan
risiko tidak dapat dilaksanakan, perlu perhatian khusus dari pihak
manajemen. Diperlukan tindakan untuk mengelola risiko.

iv. Kategori risiko ekstrim dengan nilai risiko 12 < x ≤ 25


Kategori ini tidak dapat ditoleransi perlu penanganan dengan segera.

Dengan menggunakan kriteria di atas, maka resiko-resiko yang terdapat


pada bagian penggilingan PT. Madubaru dapat digolongkan sebagai
berikut :

Tabel 4.9. Status dan Kategori Resiko di Bagian Penggilingan PT.


Madubaru
Status atau
Rentang Nilai
No Kategeori Jenis Resiko
Nilai Resiko
Resiko
a. Iritasi mata akibar terkena
4
potongan serbuk tebu

b. Iritasi mata akibat terkena


4
serbuk besi saat menyelep

c. Luka pada jari kaki karena


1 Rendah ≤4 tersengat kalajengking saat 4
menimbang tebu di lapangan

d. Telapak tangan robek akibat


terjepit lori saat menimbang 3
tebu di lapangan

e. Punggung robek akibat 3

55
terjepit lori saat menimbang
tebu di lapangan

a. Luka di telapak kaki karena


menginjak potongan besi 6
hingga tembus dari sepatu
2 Sedang 4<x≤8
b. Lutut terluka karena digigit
kelabang saat bekerja di 8
turbin giling

a. Telingan kanan luka akibat


tersumbat kotoran dari

3 Tinggi 8 < x ≤ 12 ampas lalu dikorek hanya 9


menggunakan tagan saat
membersihkan ampas

a. Jari kelingking retak akibat


tangan tersangkut di
15
kopling saat mengontrol
turbin
4 Ekstrim 12 < x ≤ 25
b. Pergelangan tangan robek
terkena pipa air yang
15
sudah lapuk saat memberi
minyak plumas di foldingroll

Dari hasil kategori risiko di atas, golongan risiko yang terdapat di bagian
instalasi pabrik tengah PG. Madukismo ke dalam 2 status yaitu rendah dan
sedang. Dari dua tingkat risiko tersebut, risiko rendah akan diabaikan
karena risiko tersebut masih diterima oleh perusahaan. Sedangkan risiko
yang harus ditangani adalah risiko dengan kategori sedang, berikut ini
merupakan strategi yang dapat dilakukan di bagian instalasi pabrik tengah
PG. Madukismo:

i. Pembuatan kebijakan K3 dan sanksi pelanggaran


Pembuatan kebijakan ini dimaksudkan agar karywan dapat mengikuti
aturan yang telah dibuat, serta dalam bekerja mengikuti SOP (Standard
Operating Procedure) agar pekerjaan lebih efektif dan terhindar dari hal-hal

56
yang tidak diinginkan. Kebijakan ini harus dijalankan dengan pantauan rutin
oleh pihak manajemen perusahaan.

ii. Penyuluhan keselamatan kerja


Strategi ini merupakan strategi preventif yang digunakan untuk
pencegahan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Penyuluhan dan kampanye
keselamatan kerja dapat disampaikan berdasar kebijakan K3 yang telah
dibuat kepada karyawan saat masa giling agar karyawan sadar akan
keselamatan dirinya dalam bekerja. Serta memberikan pengetahuan
mengenai bahaya-bahaya yang ditimbulkan dalam bekerja agar karyawan
bersedia menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kecelakaan
kerja.

iii. Fasilitas APD (Alat Perlindungan Diri)


Fasilitas APD sangat menunjang keselamatan karyawan dalam bekerja,
sehingga sebaiknya fasilitas ini disediakan pada setiap departemen
produksi agar karyawan terhindar dari hal-hal yang membahayakan.
Berikut ini merupakan beberapa fasilitas APD yang sebaiknya terdapat
pada bagian instalasi pabrik tengah PG. Madukismo:
1. Alat pelindung kepala
Alat safety helmet digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya
terbentur atau benda tajam yang sifatnya jatuh, melayang.
2. Alat pelindung mata
Alat yang digunakan untuk melindungi mata adalah kacamata goggles
yang sifatnya tertutup semua dan terdapat lubang-lubang kecil sebagai
ventilasi yang dimaksudkan untuk melindungi karyawan dari debu-
debu serbuk hasil dari gilingan.
3. Alat pelindung mata
Alat yang digunakan untuk melindungi mata adalah kacamata goggles
yang sifatnya tertutup semua dan terdapat lubang-lubang kecil sebagai
ventilasi yang dimaksudkan untuk melindungi karyawan dari debu-
debu serbuk hasil dari gilingan.
4. Alat pelindung telinga
Alat yang digunakan adalah earplugs untuk melindungi telinga dari
suara bising yang ditimbulkan dari mesin.
5. Alat pelindung tangan

57
Alat yang digunakan adalah sarung tangan karena kecelakaan yang
sering terjadi di instalasi pabrik tengah melukai tangan.
6. Alat pelindung kaki
Alat yang digunakan adalah sepatu boots yang berfungsi untuk
melindungi kaki dari benda-benda tajam, percikan cairan kimia, cairan
panas.

Komitmen dan Kebijakan K3


Dari hasil data wawancara secara langsung yang diperoleh di lapangan
adalah sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya cidera dan sakit akibat kerja
Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan :

i. Substitusi
Substitusi merupakan pergantian baik itu pekerja satu dengan yang lain
untuk melakukan tugasnya maupun pergantian bahan-bahan yang
berbahaya dengan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil
pekerjaan maupun mutunya;

ii. Isolasi
Isolasi yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang
mengganggu atau membahayakan;

iii. Ventilasi
Ventilasi yaitu pengaliran udara bersih ke dalam ruang kerja ataupun
dengan menghisap udara dari dalam ruangan ke luar;

iv. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat ini dapat berupa pakaian, topi pelindung kepala (helm), sarung tangan,
sepatu tertentu, masker khusu untuk melindungi sistem pernafasan
terhadap debu maupun gas yang berbahaya, kacamata khusus
(hitam/putih), dan sebagainya;

v. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan ini baik dilakukan sebelum bekerja dan dilakukan
secara berkalla untuk mencari faktor penyebab yang dapat menimbulkan
gangguan maupun kelainan terhadap tenaga kerja;

vi. Latihan dan informasi sebelum bekerja

58
Latihan ini berguna supaya pekerja mengetahui dan lebih berhati-hati
terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi saat adanya
bahaya;

vii. Pendidikan tentang K3


Pendidikan ini sangat penting dilakukan secara teratur, dan diberi suatu
punishment apabila tidak menjalankannya.

Hal-hal yang dijelaskan di atas masih banyak perusahaan yang masih


belum menerapkan atau melaksanakan komitmen tersebut, hanya
beberapa perusahaan saja yang menerapkannya.

b. Melakukan Perbaikan yang Berkesinambungan dengan K3 dan


Pengelolaan Lingkungan
Perbaikan yang berkesinambungan dengan K3 dan pengelolaan
lingkungan yang dimaksudkan adalah untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mencapai standar mutu Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) serta aspek lingkungan yang telah ditetapkan dan atau
menjadikan syarat berdasarkan peraturan yang berlaku. Dengan
pelaksanaan yang efektif termasuk peningkatan yang berkesinambungan
dengan pencegahan atas ketidaksesuaian, insiden dan kecelakaan, dan
pengendalian terhadap lingkungan.

c. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko


Sesuai dengan sampel objek yang di teliti oleh penulis, rata-rata
menerapkan IBPR standar sebagai berikut:

i. Pemadaman api dengan APAR;

ii. Membuat jalur evakuasi;

iii. Mengoprasikan genset;

iv. Menanggulangi huru-hara;

v. Pemakaian AC dan kendaraan.

d. Penerapan syarat-syarat K3
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, yaitu :

i. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

59
ii. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan api;

iii. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

iv. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu


kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

v. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

vi. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

vii. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,


kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;

viii. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik


fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan;

ix. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

x. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

xi. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

xii. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

xiii. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,


cara dan proses kerjanya;

xiv. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,


tanaman atau barang;

xv. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

xvi. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,


perlakuan dan penyimpanan barang;

xvii. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

Berdasarkan syarat-syarat K3 di atas, hanya beberapa syarat-syarat saja


yang telah dilaksanakan oleh perusahaan tempat dimana penulis
melakukan kerja praktek. Syarat-syarat tersebut sekitar 70% dilaksanakan
oleh PT. Madubaru (PG Madukismo) bagian instalasi di proses gilingan.

60
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkann penelitian yang dilakukan oleh penulis di PT. Madubaru
(PG/PS Madukismo), seluruh karyawan baiknya mengetahui pengaruh
program keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivias kerja
karyawan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Persepsi karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) secara keseluruhan masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari
tanggapan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan.
Mayoritas karyawan memberikan tanggapan bahwa mereka merasa tidak
nyaman dengan harus memakai APD (Alat Pelindung Diri), karyawan
masih belum menyadari bahwa APD dapat lebih melindungi, walaupun
setiap tahunnya diberikan pengarahan tentang K3 beserta peralatannya.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan dari kesimpulan di atas, maka penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

a. Saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan program keselamatan


dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

i. Perusahaan harus memberikan frekuensi dalam pelatihan dan petunjuk


menggunakan alat keselamatan dan kesehatan kerja secara berkala
atau terus-menerus tiap periodenya. Karena jika karyawan melakukan
pelatihan program keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan dapat
mengerti bagaimana seharusnya mengantisipasi kecelakaan kerja pada
diri sendiri maupun rekan kerja agar dapat mengurangi kecelakaan
maupun sakit akibat kerja. Dan juga perusahaan harus memberikan
petunjuk bagaimana menggunakan alat keselamatan dan kesehatan
kerja kepada karyawannya karena dengan didapatkannya ilmu
bagaimana menggunakan alat K3 diharapkan karyawan dapat
melindungi dirinya apabila suatu waktu terjadi hal yang tidak diinginkan
yaitu kecelakaan kerja.

61
ii. Perushaan juga sebaiknya memberikan penegasan terhadap
kecelakaan yang terjadi apabila kecelakaan tersebut terjadi karena
dirinya sendiri tidak mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) yang telah
disediakan oleh perusahaan maka tidak ada biaya jaminan atau biaya
jaminan akan dikurangi dari pada kecelakaan yang terjadi namun
pekerja tersebut mengenakan APD yang telah disediakan akan
mendapatkan jaminan kesehatan secara utuh.

iii. Perusahaan seharusnya memberikan penghargaan/reward seperti


piagam atau hadiah kepada karyawan yang melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja karena dengan begitu dapat
memotivasi seluruh karyawan untuk melaksanakan program K3 dengan
baik, sekaligus karyawan dapat mematuhi peraturan perusahaan dalam
menjalankan program keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas kerja


karyawan adalah sebagai berikut:

i. Untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, perusahaan


seharusnya dapat meningkatkan kreatifitas yang dimiliki tiap karyawan.
Seperti mendengarkan dan menampung saran jika karyawan
menciptakan dan menyampaikan gagasan baru kepada pimpinan,
sehingga karyawan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik

ii. Selanjutnya tindakan yang mungkin dilakukan perusahaan yaitu


meningkatkan semangat karyawan dalam mengerjakan
tugas/pekerjaannya, dengan cara diberikannya motivasi seperti
pemberian reward atau insentif atau pemberian program kesejahteraan
karyawan lainnya.

62
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2017. Risk Assessment.

Sari, N. Ratna. Alat Perlindungan Diri dan Peralatan Keselamatan Kerja


https://www.academia.edu/8843832/Alat_perlindungan_diri (diakses
pada tanggal 18 Agustus 2017 pukul 22.00)

63
LAMPIRAN

Gambar 1. Susunan Panitia P2K3 di PT. Madubaru

Gambar 2. Peraturan Karyawan

64
Gambar 3. Spanduk APD

65
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai