BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini tren sekolah SMK atau kejuruan sangatlah besar di masyarakat Indonesia.
Pemerintah dalam setiap kesempatan selalu berusaha untuk mendorong masyarakat untuk
menempuh pendidikan di sekolah SMK atau kejuruan. Karena SMK dianggap mampu menjawab
permasalahan ekonomi dan ketanagakerjaan di Indonesia ini. Siswa yang menempa pendidikan
di bangku SMK memiliki tiga kesempatan yaitu :
Dengan tiga peluang itu siswa SMK sangat berpeluang besar untuk berkembang dan
dapat meningkatkan perekonomian, dan dapat mengatasi masalah ketanagakerjaan yang
sangat rumit di Indonesia ini. Pada saat ini tenaga kerja ahli dan memiliki ketrampilan sangatlah
dibutuhkan oleh berbagai Industri di Indonesia. Fakta menunjukan bahwa SDM dari Indonesia
belum mampu mengisi semua pekerjaan yang dibutuhkan, sehingga banyak industri yang pada
akhirnya memilih mempekerjakan tenaga asing (tenaga dari luar negara). Ini menjadi sebuah
kerugian tersendiri untuk masyarakat Indonesia, karena akan semakin memperkecil lowongan
pekerjaan yang ada di Indonesia.
SMK Negeri 1 Cerme merupakan salah satu sekolah kejuruan yang memiliki sistem yang
sangat baik. Selama menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Cerme, siswa dibekali dengan
berbagai teori keahlian sesuai dengan jurusan yang ditekuni. Selain itu siswa juga dibekali
dengan berbagai ketrampilan proses dengan melakukan berbagai praktikum yang dapat
menunjang pengembangan kemampuan salah satunya adalah dengan melakukan Praktek Kerja
Industri (Prakerin). Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan suatu program yang
sangat penting bagi siswa SMK. Hal ini dikategorikan bahwa dengan melaksanakan Praktik Kerja
Industri akan terlatih dan mempunyai persiapan yang matang untuk terjun ke dunia kerja,
sehingga mereka tidak asing dengan dunia baru yang akan mereka hadapi, yaitu dunia kerja.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ‘PRAKTEK KERJA INDUSTRI’ ini adalah sebagai
berikut:
Adapun manfaat kegiatan ‘PRAKTEK KERJA INDUSTRI’ yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1.4.Pelaksanaan Kegiatan
1. Tanggal : 4 Januari 2018 s.d 30 Juni 2018
2. Tempat :
a. Gedung Pusat Diklat K3 (4 dan 8 Januari 2018).
b. Pabrik Asam Phosfat Departemen Produksi IIIA PT. Petrokimia Gresik (09Januari
s.d 30 Juni 2018).
Pada praktik kerja industri ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Metode Observasi Metode observasi ini merupakan langkah pertama dalam praktik kerja
industri dengan mengamati secara langsung.
2. Metode Interview Metode ini merupakan langkah selanjutnya dalam praktik kerja industri
dengan menanyakan secara langsung pada yang bersangkutan agar memperoleh informasi
yang lebih jelas.
3. Metode Partisipan Metode partisipan ini adalah metode dengan melakukan dan
mempraktikan sendiri secara langsung dari sebagian kegiatan.
4. Metode Dokumenter Metode ini adalah dengan menggunakan data-data yang sudah ada
dan disediakan oleh instansi atau perusahaan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1.Sejarah Perusahaan
Latar belakang pendirian perusahaan berdasarkan kondisi alam Indonesia.Negara
Indonesia merupakan Negara Agraris dan memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah.Sehingga Presiden Soeharto memiliki keinginan agar Indonesia dapat menjadi
negara swasembada pangan.Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu dibangun pabrik
pupuk di Jawa Timur sebab provinsi ini merupakan lumbung pada Negara
Indonesia.Pabrik pupuk inilah yang kini dinamakan PT. Petrokimia Gresik.PT.
Petrokimia Gresik merupakan Badan Hukum Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
lingkup Kementerian Perindustrian RI.PT. Petrokimia Gresik bergerak di bidang produksi
pupuk, bahan-bahan kimia, serta bidang jasa baik engineering maupun jasa-jasa lainnya.
Perusahaan ini terdiri dari tiga unit produksi utama dan beberapa anak perusahaan.
Ketiga unit produksi utama tersebut memproduksi pupuk dan bahan-bahan kimia yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Sedangkan anak-anak perusahaan
memproduksi bahan-bahan kimia pembantu pembuatan pupuk, bahan kimia keperluan
pertanian dan lain sebagainya.
PT. Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk kedua yang didirikan setelah PT
Pupuk Sriwijaya di Palembang dan merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia.PT.
Petrokimia Gresik dengan dasar hukum TAP MPRS No. II/MPRS/1960dan KEPRES No.
260 tahun 1960 dengan nama proyek Petrokimia Surabaya. Nama Petrokimia berasal dari
kata “Petrochemical” yang berarti bahan-bahan kimia yang dibuat dari minyak bumi dan
gas.Perkembangan fisik tahap 1 Proyek Petrokimia Surabaya dilaksanakan atas dasar
Impres No. 01/instr/1963.Pembangunan fisik ini dilakukan oleh kontraktor Cosindid Sp.A
dari Italia.
Pada mulanya perusahaan ini berada di bawah Direktorat Industri Kimia Dasar,
tetapi sejak tahun 1992 berada di bawah Departemen Perindustrian.Kemudian sejak awal
tahun 1997, PT. Petrokimia Gresik berada di bawah naungan Departemen Keuangan.
Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter di Indonesia, hal ini menyebabkan PT. Petrokimia
Gresik menjadi anak perusahaan Holding Company dengan PT. Pupuk Sriwijaya berdasar
pada PP No.28/1997. Namun kini PT. Petrokimia Gresik tergabung dalam kesatuan PT.
Pupuk Indonesia.
Sebagai sebuah perusahaan yang besar PT. Petrokimia Gresik mempunyai sejarah
yang cukup panjang. Penjelasan secara ringkas tentang sejarah PT. Petrokimia Gresik
sebagai berikut :
Tahun 1960
PT. Petrokimia Gresik didirikan dengan dasar hukum TAP MPRS No.
II/MPRS/1960 dan Keppres RI No. 260 Tahun 1960, dengan nama PROJEK
PETROKIMIA SOERABAJA, yang pada masa itu merupakan proyek prioritas.
Tahun 1964
Pembangunan fisik tahap pertama Projek Petrokimia Soerabaja didasarkan pada
Inpres RI No. 1/Instr/1963, dilaksanakan oleh Considit Sp.A dari Italia.
Tahun 1968
Proyek ini sempat terhenti karena terjadi pergolakan politik dan keadaan ekonomi
memburuk.
Tahun 1972
Proyek Petrokimia Soerabaja diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai badan
usaha berbentuk perusahaan umum dengan nama Perum Petrokimia Gresik. Selanjutnya
setiap tanggal 10 Juli diperingati sebagai Hari Ulang Tahun PT. Petrokimia Gresik.
Tahun 1975
Bentuk perusahaan menjadi pt. petrokimia Gresik (Persero).
Tahun 1997
PT. Petrokimia Gresik telah berubah status menjadi Holding Company bersama
PT. Pupuk Sriwijaya Palembang.
Tahun 2000
Pabrik Pupuk Majemuk PHONSKA dengan teknologi Spanyol INCRO dimana
konstruksinya ditangani oleh PT. Rekayasa Industri dengan kapasitas produksi 3000
ton/tahun.Pabrik ini diresmikan oleh presiden Abdurrachman Wachid pada tanggal 25
Agustus 2000.
Tahun 2003
Pada bulan Oktober dibangun pabrik NPK blending dengan kapasitas produksi
60.000 ton/tahun.
Tahun 2004
Penerapan Rehabilitation Flexible Operation (RFO) ditujukan agar Pabrik Fosfat
I (PF I) dapat memproduksi pupuk PHONSKA selain memproduksi SP-36 dengan
harapan dapat memenuhi permintaan pasar akan PHONSKA yang tinggi sewaktu-waktu.
Tahun 2005
Bulan Maret diproduksi pupuk Kalium Sulfat (ZK) dengan kapasitas produksi
10.000 ton/tahun.
Bulan Desember diproduksi / dikomersialkan pupuk petroganikndengan kapasitas
produksi 3.000 ton/tahun.Pada bulan Desember pula dikomersialkan pupuk NPK
Granulation dengan kapasitas produksi 100.000 ton/tahun.
2.2.Perluasan Perusahaan
Pada masa perkembangannya, PT. Petrokimia Gresik telah mengalami beberapa kali
perluasan. Bentuk perluasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
b. Perluasan (2014-2015)
1) Kalium Sulfat II
2) Proyek Construction Jetty
3) Proyek Upprating Pipa Gunung Sari
4) Proyek Bio Proses
5) Proyek Pengembangan Pelabuhan dan Pergudangan
6) IPA Babat semula 2.050 m3/jam, IPA Gunung Sari semula 750 m3/jam,
kebutuhan pabrik semula 2.750 m3/jam, bahkan tambahan 3000 m3/jam
diperkirakan jadi 4.895 m3/jam jika pabrik beroperasi semua.
2.3.Lokasi Pabrik
Daerah Gresik dipilih sebagai lokasi pabrik pupuk berdasarkan hasil studi
kelayakan pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I)yang
dikoordinir oleh Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan Gresik dianggap
ideal dengan pertimbangan berikut ini :
Cukup tersedianya lahan yang kurang produktif.
Tersedianya sumber air dari aliran sungai Brantas dan Bengawan Solo.
Dekat dengan daerah konsumen pupuk terbesar, perkebunan dan petani
tebu.
Dekat dengan pelabuhan sehingga memudahkan untuk mengangkut
peralatan pabrik selama masa konstruksi, pengadaan bahan baku, maupun
pendistribusian hasil produksi melalui angkatan laut.
Dekat dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan yang memadai, antara
lain tersedianya tenaga-tenaga terampil.
Kecamatan Manyar, antara lain : Desa Pojok Pesisir, Desa Romo Meduran,
Desa Tepen.
Beberapa dasar pemilihan daerah Gresik sebagai daerah kawasan industri untuk
PT. Petrokimia Gresik yaitu :
1. Menempati tanah yang tidak subur untuk pertanian, sehingga tidak mengurangi area
pertanian.
Sampai saat ini PT. Petrokimia Gresik telah memiliki lima (5) departemen
produksi, yaitu :
3. Departemen II A ini mempunyai beberapa pabrik antara lain : Pabrik Phonska, I, II, III,
dan Pabrik Pupuk Phospat I.
4. Departemen II B ini mempunyai beberapa pabrik antar lain : Pabrik Phonska IV, NPK
I, NPK II, NPK III, NPK IV, dan Utilitas II.
5. Departemen Produksi III (Pabrik Asam Fosfat) terdiri dari Pabrik Asam Fosfat, Pabrik
Asam Sulfat, Pabrik ZA II, Pabrik Alumunium Flourida, Pabrik Cement Retarder dan
Unit Utilitas Batubara.
Visi
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi dan
produknya paling diminati konsumen.
Misi
3. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional dan berperan
aktif dalam community development.
1. Inspirasi logo PT Petrokimia Gresik adalah seekor kerbau berwarna kuning keemasan
yang berdiri tegak di atas kelopak daun yang berujung lima dengan tulisan berwarna putih
di bagian tengahnya.
2. Seekor kerbau berwarna kuning keemasan atau dalam bahasa Jawa dikenal sebagai
Kebomas merupakan penghargaan perusahaan kepada daerah di mana PT Petrokimia
Gresik berdomisili, yakni Kecamatan Kebomas di Kabupaten Gresik. Kerbau merupakan
simbol sahabat petani yang bersifat loyal, tidak buas, pemberani, dan giat bekerja.
3. Kelopak daun hijau berujung lima melambangkan kelima sila Pancasila. Sedangkan
tulisan PG merupakan singkatan dari nama perusahaan PETROKIMIA GRESIK.
Petrokimia Gresik bergerak dalam bidang pengadaan pupuk,bahan kimia dan jasa
engineering.Dalam perkembangannya PT. Petrokimia Gresik telah mengalami perubahan
bentuk perusahaan. Dari sebuah perusahaan umum menjadi sebuah perusahaan perseroan
dan kini holding dengan PT. Pupuk Sriwijaya (persero),yang merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah koordinasi Menteri Negara BUMN .
Pada Departemen Produksi II dibagi lagi menjadi dua unit departemen, yaitu
Departemen Produksi IIA dan Departemen Produksi IIB.Pembagian ini dikarenakan
banyaknya jumlah untit produksi / pabrik pada Departemen II, sehingga dipisahkan untuk
mempermudah dalam manajemen dan pengoperasiannya.
Kapasitas Produksi
Produk (ton/tahun)
SP-36 1.000.000
SP-18 1.000.000
PHONSKA (I/II/III/IV) 2.250.000
NPK Kebomas
(NPK I,II,III,IV) 460.000
TSP Tergantung Pemesanan
DAP Tergantung Pemesanan
ZK 10.000
HCI (tidak diketahui)
Petroganik 10.000
Table 2. Produksi Pabrik II
PT. Petrokimia Gresik juga mempunyai beberapa unit prasarana pendukung, antara
lain sebagai berikut :
1. Dermaga Khusus
a. Kapasitas bongkar muat 5 juta ton/tahun.
b. Kapasitas sandar 8 kapal sekaligus.
3 kapal bobot 40.000 – 60.000 DWT (sisi laut).
5 kapal bobot 10.000 DWT (sisi darat).
c. Fasilitas bongkar muat
Continuous Ship Unloader (CSU), kapasitas curah 1.000 ton/jam.
Multiple Loading Crane, kapasitas muat curah 120 ton/jam atau 2.000
kantong/jam (@ kantong 50 kg).
Cangaroo Crane, kapasitas bongkar curah 350 ton/jam.
Belt Conveyor, kapasitas angkut curah 1.000 ton/jam, atau 120 ton/jam
untuk kantong dengan panjang 23 km.
Fasilitas pompa dan pipa, kapasitas 60 ton/jam untuk produk cair.
2. Unit Pembangkit Tenaga Listrik Milik Sendiri, yaitu :
a. Gas Turbine Generator (GTG), terdapat pada Unit Produksi Pupuk Nitrogen yang
mampu menghasilkan daya 33 MW.
b. Seam Turbine Generator (STG), terdapat di Unit Produksi Asam Fosfat yang
mampu menghasilkan daya sampai dengan 20 MW.
Selain dari kedua pembangkit tersebut diatas juga menggunakan energi listrik dari
PLN sebesar 15 MW untuk kebutuhan pabrik pupuk SP-36 dan fasilitas lain.
PT. Petrokimia Gresik pada saat ini memiliki beberapa anak perusahaan, diantaranya
adalah sebagai berikut :
Gambar Pupuk ZK
Pupuk Petroganik dan Petronik C-organik >12%
C/N Ratio 15-25%
Kadar air 4-15%
pH 4-8
Warna Coklat Kehitaman
Bentuk Granul
• Kadar CaO : 30 %
• Kadar SO3 : 42 %
• Kadar P2O5 : 0.5 %
GYPSUM PERTANIAN • Kadar H2O : 25 %
• Bentuk Powder
• Warna Putih Kecoklatan
• Kadar CaCO3 : 85 %
KAPUR PERTANIAN • Bentuk Powder
(SNI 02-0482-1998) • Warna Putih
Gambar Petrofish
Mengandung bahan mikroba aktif:
PETROGLADIATOR Cendawan lignoselulotik
(Biodekomposer) Trichoderma sp. Penicillium sp.
- Bakteri pengakumulasi logam
berat : Bacillus sp.
pH : 6 – 7
Bentuk : Powder
Warna : Hitam
Kadar Air : 10 – 12%
Kemasan : Kedap UV, Udara dan
Gambar Petro Gladiator Air
a. Disiplin Karyawan
1) Dalam rangka menegakkan disiplin dan menjaga ketertiban kerja, perusahaan
bersama SKPG membuat ketentuan tata tertib dan disiplin dengan
memerhatikan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, yang bersifat :
a. Preventive, yaitu mencegah karyawan melakukan perbuatan atau perilaku
yang bertentangan dengan norma-norma hukum, dan Peraturan Disiplin
Karyawan;
b. Corrective, yaitu upaya pembinaan agar karyawan tidak mengulang
pelanggaran disiplin;
c. Repressive, yaitu tindakan untuk menimbulkan efek jera;
d. Maintanance, yaitu menjaga kelancaran dan peningkatan kualitas kerja
serta mengamankan investasi perusahaan agar kegiatan bisnis perusahaan
berlangsung efisien;
2) Setiap karyawan wajib menaati semua ketentuan dan peraturan tata tertib kerja
dan/atau peraturan disipin kerja yang berlaku di perusahaan.
3) Karyawan yang diperiksa pada kasus-kasus tertentu dapat didampingi oleh
SKPG.
4) Sesuai rekomendasi Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit, Direksi dapat
memberikan pengurangan hukuman (remisi) dan pemuliha nama baik
(rehabilitasi) kepada karyawan.
5) Dalam hal karyawan yang diduga melakukan pelanggaran berat yang
merugikan aset perusahaan dan/atau tindak pidana criminal, apabila
diperlukan perusahaan dapat melaporkan pada pihak berwajib.
6) Perusahaan membentuk Tim Komite Disiplin yang salah satu anggotanya dari
SKPG.
7) Pelanggaran disiplin terdiri dari :
a. Pelanggaran disiplin ringan, dengan hukuman :
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis
b. Pelanggaran disiplin sedang, dengan hukuman:
a. Peringatan tertulis A;
b. Peringatan tertulis B;
c. Peringatan tertulis C;
c. Pelanggaran disiplin berat dapat dikenai Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)
8) Karyawan yang diancam hukuman disiplin sedang ataupun berat, berhak
melakukan pembelaan diri dalam rapat Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit.
9) Jenis perbuatan yang masuk dalam klasifikasi pelanggaran disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) pasal ini serta pemeriksaan dan
pemberian hukuman terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin,
diatur lebih lanjut dalam peraturan disiplin karyawan.
13. Memakai alat keselamatan kerja atau alat pelindung diri pada waktu
melakukan sesuatu pekerjaan yang berbahaya.
14. Berpakaian rapi sewaktu bekerja dengan mesis bubut, mesin bor, mesin
skrap, dan mesin-mesin lain yang sedang berputar/jalan.
15. Menampung tetesan, bocoran minyak kedalam ember/drum atau alat
penampung lainnya dan melaporkan adanya kebocoran tersebut kepada
atasan.
16. Melaporkan adanya kerusakan mesin, kecelakaan dan kebakaran.
17. Melaporkan bila ada pencurian.
18. Melaporkan kejadian penyelewengan.
19. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh bagian Keselamatan
Kerja dan bagian Security dalam mengusut kecelakaan atau kebakaran dan
pelanggaran lainnya.
20. Melaporkan kepada atasan atau dokter perusahaan apabila menderita suatu
penyakit menular.
21. Menggunakan Surat Ijin Keselamatan Kerja (Safety Permit) untuk
pekerjaan yang diharuskan menggunakannya.
22. Menggunakan Safety Tag/Safety Locked untuk jenis pekerjaan yang
diharuskan menggunakannya untuk mencegah kecelakaan pada diri
sendiri, orang lain atau rusaknya barang, mesin peralatan perusahaan
lainnya.
23. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja yang apabila tidak
dilaksanakan dapat menyebabkan perusakan pada barang/peralatan
perusahaan.
24. Minta ijin apabila akan meninggalkan pekerjaan pada jam kerja.
25. Mengemudikan kendaraan dengan hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan,
kerusakan, dan mematuhi peraturan-peraturan/rambu-rambu lalu lintas,
serta mengendarai sepeda motor dengan menggunakan helm.
26. Melaporkan apabila terjadi kerusakan pada saat mengoperasikan peralatan.
27. Datang pada waktu Call Out.
28. Memberikan informasi teknis/membuat perencanaan teknis yang benar
apabila diperlukan perusahaan.
29. Jujur dalam mempertanggungjawabkan penggunaan uang perusahaan.
30. Keluar masuk pabrik melalui jalan yang sudah ditentukan.
31. Melaksanakan tugas dengan baik sehingga tidak menimbulkan kerugian
dan kerusakan serta kecelakaan pada diri sendiri atau orang lain.
32. Melaksanakan tugas kedinasan dengan senantiasa berpedoman prinsip
tepatguna dan hasil guna yang merupakan prinsip pokok perusahaan.
33. Bertanggungjawab atas wewenang yang diterimanya dari atasan.
18. Merubah atau menghilangkan serta tidak menggunakan alat pelindung diri
pada saat bekerja untuk pekerjaan yang diharuskan menggunakannya.
19. Mengabsensi kartu absensi orang lain.
5) Lembur
1. Karyawan yang harus bekerja pada hari libur resmi karena jenis dan sifat
pekerjaan atau harus bekerja di luar jam kerja, maka karyawan tersebut
berhak atas upah atau kompensasi lembur.
2. Karyawan yang bekerja shift dan mempunyai kelebihan jam kerja maka
kelebihan jam kerja tersebut dihitung sebagai lembur.
6) Cuti
1. Setiap karyawan berhak atas:
a. Cuti tahunan
b. Cuti besar
c. Cuti karena alasan penting
d. Cuti sakit
e. Cuti bersalin
f. Cuti gugur kandung
g. Cuti haid
h. Cuti diluar tanggungan perusahaan
2. Karyawan berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja, apabila karyawan
telah bekerja selama 12 bulan selama terus menerus.
3. Karyawan berhak atas cuti besar selama tiga bulan apabila karyawan telah
bekerja selama 6 tahun secara terus menerus.
4. Cuti karena alasan penting untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Perkawinan karyawan, selama 5 hari kalender.
b. Perkawinan anak karyawan, selama 2 hari kalender.
c. Istri karyawan gugur kandung atau melahirkan, selama 2 hari kalender.
d. Khitanan atau pembabtisan anak, selama 1 hari kalender.
e. Istri atau suami yang meninggal dunia, selama 5 hari kalender.
f. Anak/menantu/orang tua kandung/mertua kandung karyawan
meninggal dunia, selama 3 hari kalender.
BAB III
Adapun filosofi dasar penerapan K3 diantaranya adalah: 1. Setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
meningkatkan produksi dan prokduktivitas. 2. Setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin keselamatan kerjanya. 3. Setiap sumber-sumber produksi harus
digunakan secara aman dan efisien. 4. Pimpinan perusahaan diwajibkan memenuhi dan
mentaati semua syaratsyarat dan ketentuan keselamatan yang berlaku bagi usaha dan
tempat kerja yang dijalankan. Setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan
mentaati semua persyaratan kerja. 5. Tercapainya keselamatan nihil.
3.2.Tujuan K3
3.3.Sasaran K3
1. PT Petrokimia Gresik bertekad menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya
yang berdaya saing tinggi dan produknya diminati oleh konsumen.
2. Penyediaan produk pupuk, produk kimia dan jasa yang berkualitas sesuai permintaan
pelanggan dilakukan melalui proses produksi dengan menerapkan sistem manajemen
yang menjamin mutu, pencegahan pencemaran dan berbudaya K3 serta penyempurnaan
secara bertahap dan berkesinambungan. Untuk mendukung tekad tersebut, manajemen
berupaya memenuhi standar mutu yang ditetapkan, peraturan lingkungan, ketentuan dan
norma - norma K3 serta peraturan/perundangan terkait lainnya. Seluruh karyawan
bertanggung jawab dan mengambil peran dalam upaya meningkatkan ketrampilan,
kedisiplinan untuk mengembangkan produk jasa yang berkualitas, pentaatan terhadap
peraturan lingkungan dan ketentuan K3 serta menjunjung tinggi integritas.
3. Membuat dan melaksanakan program K-3 agar setiap tempat kerja aman.
5. Melakukan penyelidikan dan membuat laporan kecelakaan bila terjadi kecelakaan serta
mencegah agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali.
6. Menyediakan alat pelindung diri serta mendistribusikan sesuai dengan tingkat bahaya
di unit kerja karyawan yang bersangkutan.
Alat pelindung diri bukan merupakan alat untuk melenyapkan bahaya di tempat
kerja, tetapi merupakan usaha pencegahan dan memperkecil kontak antara bahaya dengan
pekerja sesuai dengan standar kerja. Adapun jenis alat pelindung diri antara lain :
No
Nama Gambar Fungsi
.
1. Helm Helm bermanfaat
untuk melindungi
kepala dari benda
yang bisa mengenai
kepala secara
langsung. Warna helm
khusus untuk local
petro sebagai berikut:
1. Jingga => Tim
K3 PT.
Petrokimia
Gersik
2. Putih =>
Karyawan PT.
Petrokimia
Gersik
3. Merah => Tim
PMK P.T
Petrokimia
Gersik
4. Biru => Tamu
5. Kuning =>
Mahasiswa,
No
Nama Gambar Fungsi
.
Kontraktor, dan
Rekan kerja.
2. Safety Pelindung kaki
shoes
No
Nama Gambar Fungsi
.
5. Pendung telinga Pelindung telinga dari
kebisingan
No
Nama Gambar Fungsi
.
Electrical Pelindung tangan
gloves untuk pekerjaan
kelistrikan. Bahan
isolator/karet
No
Nama Gambar Fungsi
.
8. Full body Pelindung diri saat
harness bekerja di ketinggian
>1,85m
No
Nama Gambar Fungsi
.
11. Selimut Lembaran kain tahan
Api/Fire api yang mudah
Blanket lentur, digunakan
untuk memadamkan
api kecil pada
kebakaran tahap awal
3.7. Organisasi K3
BAB IV
DESKRIPSI PROSES
Asam Phosfat merupakan bahan baku utama pembuatan pupuk di PT. Petrokimia
Gresik. Bahan baku utama untuk reaksi pembentukan Asam Phosfat berupa liquid (P2O5)
yang diperoleh dari hasil dari reaksi antara Phosfat Rock, H2SO4 Dan RA.
Pabrik asam phosfat PT. Petrokimia Gresik didesain untuk menghasilkan asam
phosfat cair dengan kapasitas 610.000 ton/tahun. Proses yang digunakan adalah proses
filtration. Batuan Phosfat yang digunakan sebagai bahan bakupada proses pembuatan
Asam Phosfat berasal dari negara Yordania, Mesir, dan Maroko. Secara umum, proses
pembuatan amoniak dibagi menjadi 6 tahap yaitu : (1) Handling, (2) Grinding, (3)
Reaction, (4) Filtration dan (5)Hydration, (6) Concentratio Dan (7) Florine.
I. GENERAL.
DESIGN BASIS
1. Phosphoric acid
Temperature : Max 65 °C
2. Fluosilisic Acid
3. Phosphogypsum
Moisture : 25 % wt.
4. Emisi
PELABUHAN
(Phosphate Rock)
Phosphate Rock
Storage PA
Conveyor System
(D-2201A) (D-2201B)
Unit ini berfungsi mencukupi kebutuhan Phosphate Rock untuk Rock Grinding Unit, untuk fleksibilitas
operasi unit ini dapat mencukupi kebutuhan Phosphate Rock dari Rock Storage PA-1 (dari Rock Storage
PA-1 dengan bantuan Alat Berat maupun langsung dari Pelabuhan lewat M-7113-4).
Phosphate Rock dari Phosphate Rock Storage PA-1 ditransfer melalui belt conveyor M-7113-1A/B
ditampung di Silo/Hopper D-2201A/B yang pengisiannya diatur splitter gate M-2201-1 sehingga bisa di
switch antara D-2201A atau D-2201B.
Unit ini berfungsi untuk mempersiapkan phosphate rock dengan size (ukuran kehalusan) tertentu dan
mengeringkan kadar air batuan phosphate dari 6% menjadi 1 %.
Phosphate Rock dipisahkan antara yang oversize dan undersize dengan screen ukuran 16 mesh (2 mm).
Phosphate rock yang oversize (berukuran > 2 mm) dimasukkan ke dalam Ball Mill untuk dihaluskan,
kemudian dicampur dengan phosphate rock undersize (berukuran < 2 mm) dan dipakai sebagai feeding
Reaction unit. Phosphate Rock harus disiapkan dalam jumlah, size dan kadar air tertentu agar reaksi di
unit Reaction-Digester dapat berjalan dengan baik.
Phosphate Rock yang berada di Silo/Hopper D-2201A/B dimasukkan ke screen F-2202A/B yang feeding-
nya diatur speed variator V-2206A/B untuk menyesuaikan aliran Phosphate Rock yang keluar/output.
Phosphate Rock dipisahkan berdasarkan ukuran oversize (> 2 mm) dan undersize (< 2 mm) untuk
kebutuhan di unit reaksi.
Phosphate rock oversize dimasukan Drag Conveyor M-2201 dan Bucket Elevator M-2202. Selanjutnya
ditampung di hopper M-2209, keluarannya diatur dengan table feeder M-2207 dimasukan kedalam Ball
Mill Q-2204 untuk dihaluskan.
Dari outlet Ball Mill Q-2204, Phosphate rock menuju ke drag conveyor M-2203 kemudian ke bucket
elevator M-2205 dan dimasukkan ke Hopper D-2302.
Ball Mill dialiri udara panas yang dihasilkan oleh Furnace B-2201. Fungsi udara panas ini adalah untuk
mengurangi kadar H2O yang ada dalam phosphate rock dari 6 % (maksimum) menjadi 1 %. (untuk saat
ini B-2201 tidak di operasikan)
Phosphate Rock Undersize dari screen menuju Drag Conveyor M-2204, ke bucket elevator M-2205
selanjutnya dimasukkan ke Hopper D-2302.
Phosphate Rock di D-2302 sebagian over flow ke D-2301 untuk disirkulasi melalui Rotary Valve V-2308
dan Drag Conveyor M-2309 ke Bucket Elevator M-2205 agar level D-2302 terisi secara konstan/continue.
Sangat dianjurkan untuk menggunakan phosphate rock dengan kadar air rendah. Dampak penggunaan
phosphate rock dengan kadar air tinggi antara lain :
P2O5 recovery atau kadar P2O5 dalam first filtrate yang rendah.
Pengaturan water balance yang lebih sulit daripada operasi normal.
Peningkatan konsumsi bahan baku phosphate rock.
Phosphate Rock dimasukkan secara continue ke Premixer R-2301 dengan flow rate yang konstan. Flow
Phosphate Rock yang tidak stabil / goncang mengakibatkan gangguan pada proses dan menyebabkan
kesulitan operasi pada proses berikutnya.
Phosphate Rock tidak dapat terdecomposisi secara sempurna. Selain itu kontaminasi P2O5 di gypsum
akan tinggi dan akan terjadi penyimpangan water balance yang perlu penyesesuaian.
Phosphate rock dari D-2302 dimasukkan ke dalam Premixer R-2301 dan kebutuhan tonasenya diatur
dengan timbangan rock weigher M-2306.
Return Acid dari TK-2334 (Return Acid Tank) dimasukkan ke Premixer R-2301, Digester no.1 (R-2302A/B)
dan ke Digester no.2 (R-2302B/C) dimana masing masing flow dikontrol dengan magnetic flow meter
FRCA-2303, FRCA-2304 dan FRCA-2305. Return acid yang dikirim ke Digester no.1 dan Digester no.2
dicampur dengan Sulphuric Acid untuk menurunkan konsentrasi H2SO4 dari 98,5% menjadi 60%.
Phosphate Rock, Return Acid, Sulphuric Acid, dan Recycle Slurry akan bercampur dan bereaksi sehingga
membentuk Hemihydrate slurry. Hemihydrate slurry bereaksi di Premixer, digester no.1 dan digester
no.2. Panas reaksi yang timbul didinginkan melalui D-2311 (no 1. Vacuum cooler).
Reaksi lengkap
Faktor penting yang mempengaruhi Decomposition Phosphate Rock di Digester no.1 (Decomposition
Ratio diatur antara 60% s/d 70%) adalah ketiadaan (-/minus) free sulphuric acid dalam liquid. Bila free
Sulphuric Acid ada (positif/+) dalam liquid, maka Decomposition Ratio di Digester no.1 akan turun atau
berhenti sama sekali (Blocking Reaksi).
Slurry dari Digester no.1 (R-2302A/B) over flow ke Digester no.2 (R-2302B/C). Didalam Digester no.2 R-
2302B/C kadar free Sulphuric Acid dalam liquid dijaga antara 2.5% s/d 3% atau menurut kebutuhan
design process dengan cara mengatur flow Sulphuric Acid 98,5%. dimana Sulphuric Acid setelah
dicampur dengan return acid (menjadi Sulphuric Acid 60%) diinjeksikan ke dalam Digester no.2.
Kenaikan decomposition ratio hemihydrate slurry terjadi juga dalam Digester no.2 30-R-2302B/C
(menjadi sekitar 94%). Slurry dari Digester no.2 dipompa ke Vacuum Cooler no.1 D-2311 dengan
menggunakan pompa P-2303. Vacuum Cooler Pump no.1 dengan tujuan untuk menghilangkan panas
reaksi dan untuk menjaga temperatur slurry pada outlet Vacuum Cooler no.1 pada 75oC.
Aliran slurry yang sudah dingin dari Vacuum Cooler no.1 mengalir ke Seal Tank R-2303 dan kemudian
dipompa ke Filter no.1 Fil-2321 dengan menggunakan Hemihydrate Slurry Pump 30-P-2301A/B. Jumlah
aliran slurry dikontrol dengan FRCA-2307AB dengan mengatur kecepatan putar (speed) pompa P-
2301A/B.
Sebagian dari slurry yang sudah dingin tersebut dikembalikan lagi ke Digester no.2 (lewat over flow)
untuk menjaga temperatur tetap pada 90oC. Sebagian dari slurry di Digester no.2 dialirkan ke Pump Tank
R-2304 yang berguna untuk menjaga kemungkinan fluktuasi operasi pada Reaction section.
Hemihydrate slurry dalam Pump Tank R-2304 disirkulasikan kembali ke Digester no.1 menggunakan
Hemihydrate Recycle Pump P-2302A/B dengan flow rate yang dapat diatur dengan jalan merubah
kecepatan putar (revolution speed) dari pompa P-2302A/B melalui FIC-2306AB/SIC-2302AB. Recycle
slurry tersebut berguna untuk melarutkan phosphate rock, memperbaiki decomposition ratio dan
memperbaiki pembentukan kristal hemihydrate di digester.
Reaksi dekomposisi phosphate rock menghasilkan hasil samping berupa gas HF. Hal tersebut dapat
dilihat dari reaksi utama di digester:
Gas HF ini bersifat sangat korosif dan berbahaya terhadap kesehatan manusia. Sebagian dari gas tersebut
bereaksi dengan silica(SiO2) yang terdapat di phosphate rock. Reaksi samping tersebut antara lain:
H2SiF6 SiF4 + 2 HF
Senyawa-senyawa yang mengandung fluorine ini akan ditangkap (recovery) di unit fluorine recovery.
Kadar P2O5 dalam return acid berpengaruh langsung pada kadar P2O5 pada produk acid, sehingga
batasan kadar P2O5 dalam return acid tersebut diatas harus dijaga untuk mendapatkan hasil produksi
dengan kadar P2O5 antara 40-41%. Flow rate dari return acid akan berpengaruh pada solid content dalam
slurry dan harus selalu diatur sebagaimana mestinya.
2. Mixing box
Kadar Sulphuric Acid dalam mixing Box diatur 60% H2SO4. Bila 98,5% H2SO4 dimasukkan langsung
kedalam Digester, maka kadar Sulphuric Acid dalam liquid di digester akan sangat tinggi dan tidak merata
sehingga dalam hal ini Anhydrate Gypsum akan terbentuk. Bila hal ini terjadi maka decomposition ratio,
Filterability dari slurry akan menurun dan kualitas gypsum menjadi jelek. Oleh karena itu Sulphuric Acid
konsentrasinya diencerkan dari 98,5% menjadi 60% H2SO4.
3. Premixer
Slurry temperatur : 80 - 87oC
Temperatur ini sangat dipengaruhi oleh Recycle Ratio dari Hemihydrate Slurry dan Decomposisi Ratio
dari Phosphate Rock.
Didalam Premixer R-2301 terjadi pengadukan dan pencampuran Phosphate Rock, Recycle Slurry dan
Return Acid adalah faktor penting untuk menghindari debu Phosphate Rock berhamburan keluar.
Decomposisi di Premixer terjadi karena reaksi dari phosphate rock dan Sulphuric Acid yang terkandung
didalam Return Acid dan Recycle Slurry.
4. Digester no.1
Slurry temperatur : 95-100°C
Decomposition didalam Digester no.1 R-2302A/B terjadi karena reaksi dari Phosphate Rock dan Sulphuric
Acid. Decomposition Phosphate Rock akan berjalan sempurna pada kondisi dimana tidak ada Sulphuric
Acid bebas dalam liquid dari slurry tersebut. Untuk mencapai decomposition ratio seperti yang disebut
dalam angka design, maka flow rate dari Sulphuric Acid ke Digester no.1, ditentukan dan dihitung
menurut kebutuhan free Sulphuric Acid yang memperhitungkan juga kandungan Sulphuric Acid dalam
Return Acid dan Recycle Slurry.
Pada proses, kadar CaO dalam liquid slurry Hemihydrate diatur sekitar 1,3% yang equivalen dengan 2,2%
H2SO4. Oleh sebab itu Sulphuric Acid dalam liquid harus dijaga antara -1 s/d -3% H2SO4, dan kondisi minus
Sulphuric Acid yang tidak terlalu besar akan lebih baik untuk pembentukan kristal gypsum hemihydrate.
5. Digester no 2
Slurry temperatur : 90 °C
Free Sulphuric Acid dalam Digester no.2 R-2302B/C secara langsung akan berpengaruh kepada kadar free
Sulphuric Acid pada produk phosphoric acid. Dalam hal ini jika kadar free Sulphuric Acid rendah, maka
decomposition ratio dari Phosphate Rock dalam reaction section dan Filterability dari hemihydrate slurry
juga akan menurun.
Jika kadar free Sulphuric Acid dalam digester.2 terlalu tinggi maka akan menyebabkan kesulitan untuk
mengontrol kadar H2SO4. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar free H2SO4 perlu dilakukan dengan metode
analisa yang cepat dan periodik sehingga kadar free H2SO4 dalam digester no.2 bisa diatur dan dijaga
dengan baik.
Pre Mixer :
Digester 1 :
Digester 2 :
Outlet : 70 - 75°C
Bila temperatur dari slurry outlet naik, maka material dari pompa hemihydrate slurry P-2301A/B dan
Filter no.1 Fil-2321 akan cepat rusak karena abrasi dan korosi. Bila temperature slurry rendah akan
menyebabkan turunnya Filterability karena viscousitas slurry akan naik. Temperature diatur dengan
mengontrol flow ke vacuum cooler melalui speed controller (SIC-2303) di P-2303 dan mengatur
tekanan vacuum.
Hemihydrate slurry dari Seal Tank R-2303 dikirim ke Filter no.1 Fil-2321 dengan menggunakan
Hemihydrate Slurry Pump P-2301A/B. Jumlah aliran (flow) dikontrol dengan mengatur kecepatan putar
(speed) P-2301A/B (SIC-2301AB). Type dari Filter adalah horisontal tilting pan Filter, yang dilengkapi
dengan washing section dengan menggunakan washing acid.
Pada section pertama dari Filter no.1, Hemihydrate slurry disaring dan hasil cairannya (first Filtrate)
dikirim ke TK-2351 Acid Storage Tank. Pada section kedua, cake (padatan) dicuci dengan menggunakan
cairan (third Filtrate) hasil dari Filter no.2 Fil-2421 dan semua hasil penyaringan (second Filtrate)
digunakan sebagai return acid. Untuk mendapatkan hasil density yang constant, maka return acid
dicampur dengan Sludge Recycle Phosphoric Acid dari P-2353 dan dikontrol oleh DIC-2301 dan Sludge
Recycle Phosphoric Acid dari P-2510AB dan kebutuhan flownya bisa diatur sesuai kebutuhan.
Pada second section dari Filter no.1 diharapkan cake sudah kering dan pan Filter akan dibalik untuk
membuang hasil cake (cake disposal). Cake blower no.1 C-2321 menghembuskan udara bertekanan
untuk mempermudah cake disposal. Sisa-sisa cake yang menempel pada pan dan cloth filter dicuci
dengan menggunakan spray acid, yang berasal dari fourth Filtrate (filtrate keempat) dari Filter no.2 Fil-
2421 dan dipompa oleh Spray Acid Pump P-2434AB.
Cake akan jatuh dan mengalir bersama spray acid dan recycle dihydrate slurry yang dipompa oleh
Dihydrate Recycle Pump P-2402AB dari Hydration tank no.2 R-2401B. Cake kemudian masuk kedalam
Hydration Tank no.1 R-2401A. Setelah itu pan Filter no.1 dibalik dan Filter cloth dicuci menggunakan 5th
Filtrate. Filter cloth selanjutnya dikeringkan dengan hisapan dari Cloth Drying Fan C-2322.
Seluruh filtrate akan melewati center valve untuk didistribusikan ke bagian selanjutnya. Untuk
menghindari scaling, steam diinjeksikan pada center valve Filter no.1 Fil-2321, terutama pada 2nd section
dari center valve dan Filtrate line.
1. Mendapatkan hasil first Filtrate (product acid) dengan kadar yang tertentu.
2. Mencuci hemihydrate cake untuk mendapatkan hasil cake dengan kadar P2O5 rendah.
Secara garis besar parameter-parameter dari pencucian Filter cake adalah sebagai berikut :
- Washing Ratio
Jumlah volume dari washing fluid
N=
Jumlah volume liquid dalam cake
Lapisan cake yang tipis dalam pan Filter bisa menghasilkan E yang tinggi tetapi lapisan cake menjadi
lebih mudah pecah. Untuk itu perlu diamati ketebalan cake yang optimum yang sebanding dengan
besarnya crystal dan bentuk crystal dari hemihydrate dalam operasi.
Washing ratio (N) tergantung pada process balance (keseimbangan proses) dan bisa dinaikan bila jumlah
/ prosentase liquid pada section pertama rendah. Bila hemihydrate crystal bentuknya seragam/merata
dan besar maka bisa dipastikan akan menghasilkan hasil filtrasi yang baik.
Langkah – langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil water soluble P2O5 yang rendah di Filter
cake, antara lain:
1. Periksa kondisi operasi Digester untuk mendapatkan crystal habit yang baik.
2. Atur tebal cake pada pan Filter yang optimal dengan cara mengontrol speed filter. Bila tebal cake
pada pan filter terlalu tipis maka lapisan tersebut mudah pecah sehingga menyebabkan solid
content filtrate tinggi. Namun jika tebal cake terlalu tinggi/tebal dapat menyebabkan P2O5
banyak terikut ke Hydration tank.
3. Pelarutan / repulping dari hemihydrate cake.
Untuk mencuci bersih hemihydrate cake diperlukan spray acid dalam jumlah tertentu. Kapasitas flow
dari spray acid 243 ton / jam untuk 100% load. Bila dalam pan Filter terdapat banyak sisa hemihydrate
cake maka cake akan berubah menjadi dihydrate dan hal ini akan menyebabkan buntuan pada Filter
cloth sehingga hasil pencucian dari 5th Filtrate juga turun.
Dianjurkan untuk menambah flow rate dari spray acid untuk pencucian cake dengan memperhatikan
water balance. Oleh sebab itu perlu selalu diperiksa apakah spraying system sudah merata dan effective.
Untuk melarutkan hemihydrate cake pada chute maka ditambahkan juga recycle slurry dihydrate.
Pada proses filtrasi rawan terbentuk kerak atau scale. Scaling sebagian besar terdiri Na2SiF6 dan K2SiF6.
Scaling terbentuk didasar pan plate, perforated plate, center valve section, second Filtrate line no.2,
vacuum receiver no. 2. Timbulnya scaling ini akan mengakibatkan buntuan dan mempengaruhi proses
Filtrasi.
Penyebab utama dari timbulnya scaling adalah berkurangnya kelarutan (solubility) Na2SiF6 dan K2SiF6.
Penurunan kelarutan Na2SiF6 dan K2SiF6 dapat disebabkan oleh :
Injeksi steam sebanyak 0,5 ton/jam kedalam second section dari center valve dan Outletnya. Injeksi
dilakukan dengan tujuan agar temperatur acid tidak turun dan mencegah penguapan air dengan
mengatur vapour pressure dengan steam.
Untuk mencegah scaling perforated plate, bagian dasar dari pan dan juga buntuan pada Filter cloth,
maka perlu dicuci dengan menggunakan Hot Water dari 5th Filtrate.
Gas yang keluar dari Filter no.1 Fil-2321 relatif lebih banyak mengandung gas flourine daripada gas yang
keluar dari Filter no.2 Fil-2421. Gas Fluorine dan liquid terikut tersebut dipisahkan dalam Filter Mist no.1
D-2322. Selanjutnya didalam Filter Vacuum Washer no.1 D-2323 dilengkapi washing water yang flow
ratenya diatur lewat FI-2312 dengan tujuan untuk menangkap seluruh gas-gas yg terikut dari filter,
sehingga tidak merusak vacuum pump no.1 C-2323. Perlu juga memperhatikan minimal flow sealing
water C-2323 yang diatur lewat FI-2310 agar mendapatkan vacuum yang optimum.
Hemihydrate cake yang keluar dari Filter no.1 Fil-2321 dilarutkan dan bereaksi menjadi dihydrate dalam
hydration tank no.1 R-2401A.
Kelarutan dari calcium sulfat (CaSO4) dalam hemihydrate stage menurun cepat dengan turunnya
temperature, tetapi beda kelarutan (Solubility) dari CaSO4 dalam hemihydrate dan dihydrate menjadi
tambah besar.
Dalam hydration Stage, slurry didinginkan sehingga pertumbuhan Kristal semakin cepat. Kristal yang
terbentuk akan stabil dan besar karena Kristal hemihydrates mengkristal menjadi dihydrates
(recrystallization). Reaksinya adalah sebagai berikut:
Dalam hydration tank, phosphate rock yang belum terdekomposisi akan terdekomposisi dengan
sempurna karena kadar Sulphuric Acid yang tinggi sehingga tercapai recovery P2O5 yang tinggi.
Penambahan asam sulfat di Hydration Tank akan menimbulkan panas (reaksi exotermis) sehingga slurry
perlu didinginkan menggunakan vacuum cooler no.2 D-2411 menjadi 60°C.
Dihydrate slurry dari hydration tank no.2 R-2401B dikirim dengan Dihydrate Slurry Pump P-2401A/B ke
filter no.2 Fil-2421 kemudian cake dikirim ke Purified Gypsum plant melalui conveyor gypsum M-2431-
1.
Convertion ( Hydration ).
Temperature slurry : 60 °C
No 2 Vacuum Cooler
Temperature inlet : 60 °C
Temperature outlet : 55 °C
Kadar Sulphuric Acid dalam liquid dihydrate slurry merupakan faktor yang penting untuk mendapatkan
bentuk dan size crystal yang baik sehingga P2O5 Recovery phosphate rock menjadi tinggi. Jika kadar Free
H2SO4 dalam liquid dihydrate slurry terlalu tinggi maka akan mempengaruhi H2SO4 balance di return acid.
Kadar P2O5 dalam dihydrate slurry sangat ditentukan oleh displacement effisiensi dari Filter no.1 dan
tidak bisa dikontrol di hydration section. Kadar P2O5 dalam slurry sangat erat hubungannya dengan
kecepatan hydrasi dan bertambahnya kadar P2O5 akan mengakibatkan turunnya kecepatan hydrasi.
Recycle slurry sangat efektif untuk meningkatkan kecepatan hydrasi dan pembentukan kristal dari
calcium sulfat hemihydrate menjadi calcium sulfat dihydrate. Kekurangan recycle ratio mengakibatkan
kristalisasi kurang sempurna.
Dihydrate cake di Filter no.2 dicuci dua kali dengan tujuan untuk menghasilkan gypsum dengan kadar
P2O5 water soluble serendah mungkin:
E
R=(1- )N
100
Displacement effisiensi E di Filter no.2 sangat ditentukan oleh bentuk dan besarnya kristal dihydrate.
Washing ratio (N) juga tergantung dari total balance water. Berkurangnya kadar liquid dalam third
section sangat mempengaruhi besarnya N. Ketebalan cake juga merupakan fungsi kontrol untuk
menentukan besarnya E. Beberapa tindakan yg perlu dilakukan, antara lain :
Unit ini berfungsi untuk menangkap gas-gas yang berasal dari reaksi di digester, filtration dan hydration
tank. Fluorine dalam gas diserap oleh scrubbing water dalam fume scrubber 30-T-2341 dan T-2342.
Scrubbing water kemudian disirkulasikan dalam unit fluorine recovery.
Gas fluorine yang keluar dari vacuum cooler no.1 D-2311 diserap di fluorine scrubber 30-D-2342
menggunakan recycle water dari fume scrubber no.1 T-2341. Flourine yang diserap akan menjadi fluosilic
acid (H2SiF6) melalui reaksi dengan silica dan water (H2O). Berikut ini reaksi yang terjadi:
Silica dipisahkan di Filter no.3 Fil-2341 dan fluosilisic acid yang sudah bersih tersebut dikirim ke H2SiF6
storage tank TK-2352 sebagai produk. Silica yang dihasilkan dari Filter no.3 dilarutkan dengan wash
water Filter no.3 dan spray acid sehingga membentuk slurry silica. Silica slurry tersebut dimasukkan ke
Hydration tank no.1 untuk membantu memperbaiki pertumbuhan kristal gypsum.
Gas buang yang keluar dari cerobong / stack mengandung max 10 mg F/Nm3. Asumsi kadar fluorine dari
tiga sumber exhaust gas sbb :
Exhaust gas yang keluar dari Digester mengandung kadar fluorine jauh lebih banyak dari gas –gas yang
lain. Maka pre-treatment untuk gas yang keluar dari digester tersebut perlu diperhatikan.
Untuk mendapatkan gas buang (waste gas) dengan kadar fluorine yang ditentukan maka fungsi fume
scrubber no.2 harus benar-benar bagus. Scrubber water yang keluar dari kedua fume scrubber T-2341
dan T-2342 disirkulasikan ke Fluorine recovery unit sebagai make up/tambahan dari fluosilisic acid
sehingga diharapkan tidak ada sisa air yang terbuang. Mist separator F-2341 dipasang untuk
menghasilkan fluosilisic acid dengan kadar P2O5 rendah, Partikel solid dan liquid yang terikut akan
tertangkap di dalam mist separator tersebut.
Gas yang keluar digester, mengandung fluorine dengan kadar yang tinggi dan komposisi terbesarnya
adalah SiF4. Jadi, diperlukan suatu usaha untuk menanggulangi silica–silica yang mengendap.
Untuk mengatasi hal tersebut maka duct antara digester dan mist separator F-2341 dibuat sependek
mungkin dan diisolasi.
Flow rate dari exhaust gas diatur dengan damper yang terpasang pada outlet masing – masing digester
dengan tujuan untuk mengatur tekanan digester menjadi sedikit vacuum. Pembukaan damper untuk
hydration tank dan hood Filter no.1 harus disesuaikan agar Exhaust Fan C-2341 dapat mengatasi
pressure drop di mist separator F-2341 dan Fume Scrubber no.1 T-2341 sehingga tekanan system dapat
dijaga tetap vacuum.
Uap air dan gas fluorine akan menguap di Vacuum cooler no.1 D-2311 dan mengalir ke fluorine Scrubber
D-2342 lewat cyclone separator F-2355. Partikel solid dan liquid yang terikut akan tertangkap di dalam
cyclone separator sehingga kadar P2O5 dalam produk fluosilisic acid tidak melebihi 200 ppm.
Duct antara vacuum cooler no.1 D-2311 dan inlet cyclonic separator F-2355 diisolasi untuk mencegah
turunnya temperatur sehingga tidak terjadi pengendapan silica dan pengembunan uap air.
Fluosilisic acid (H2SiF6) akan dihasilkan di dalam fluorine scrubber D-2342 dengan cara menyerap exhaust
gas menggunakan scrubber water. Konsentrasi fluosilisic acid dipertahankan pada konsentrasi 20%
melalui density control DRC-2343 (lihat tabel hubungan antara density dan konsentrasi H2SiF6). H2SiF6
yang berasal dari unit konsentrasi dan reaksi dimasukkan ke holding Tank TK-2345 sedangkan Fluosilisic
acid yang masih mengandung silica dengan 2-3% difiltrasi menggunakan Filter no.3 Fil-2341. Hasil
silica cake dilarutkan dalam silica tank TK-2346 dan di pompa ke Hydration Tank no.1 R-2401A untuk
menangkap Fluor (F) agar tidak mengganggu pertumbuhan kristal Dihydrate.
Concentration unit Revamping Phosphoric Acid P.T Petrokimia Gresik mempunyai kapasitas 700 MTPD –
P2O5. Pada unit ini Phosphoric acid akan dipekatkan dari 40% P2O5 menjadi 54% P2O5. Unit ini dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Evaporation
2. Cooling & clarifier unit
3. Fluorine scrubber
Selama dioperasikan impurities yang terkandung didalam asam fosfat cenderung mengendap di
permukaan tube side heater. Endapan ini secara bertahap akan menurunkan kemampuan heat transfer.
Untuk mendapatkan kapasitas produksi yang optimal, unit concentration hanya dioperasikan selama 6,5
hari setiap 7 hari sehingga ada waktu 0,5 hari untuk water cleaning.
II.6.1. EVAPORATION.
Phosphoric acid pekat dihasilkan dengan cara menguapkan sejumlah air didalam bejana vacuum
(vaporizer). Phosphoric acid konsentrasi 40% P2O5 dimasukan ke dalam system lalu disirkulasikan
menggunakan Circulation Pump P-2501 melewati pemanas (Heater) E-2501 masuk kedalam bejana
penguap vacuum (Vaporizer) D-2501 (flowrate = 7000 m3/h). Phosphoric acid yang sudah pekat masuk
ke cooling tank TK-2543 melalui P-2502A/B sebagai product Phosphoric acid pekat 54% P2O5 yang masih
panas.
Phosphoric acid pekat yang panas dimasukan ke acid cooling tank TK-2543. Di acid cooling tank
Phosphoric acid disirkulasikan oleh cooling pump P-2542A/B ke acid cooler E-2502 untuk didinginkan
dari temperature 88°C menjadi 65°C. Air pendinginnya berasal dari Cooling Tower no.2 T-2603 dan
dipompa oleh Cool water pump no.2 P-2603A/B.
Product acid yang dingin di pompa ke Clarifier TK-2381A/B menggunakan product acid pump P-2502A/B.
Dari Clarifier TK-2581A/B Product acid dialirkan secara over flow ke Acid cooler tank TK-2511A/B. Product
acid kemudian dikirim ke Acid Storage Tank TK-701A/B & TK-701A/B di Tank Yard Area oleh cooled
acid pump P-2511A/B. Sedangkan sludge yang mengendap di clarifier TK-2381A/B dikembalikan ke
Return Acid Tank TK-2334 dengan menggunakan sluge pump P-2381A/B dan flownya bisa diatur sesuai
dengan kebutuhan.
FLUORINE SCRUBBER
Gas dan uap air melewati cyclonic separator D-2502 lalu masuk ke fluorine scrubber D-2541 dimana
sebagian besar gas fluorine ditangkap dengan proses water. Senyawa fluorine yang tertangkap akan
membentuk larutan asam fluosilikat (H2SiF6), kemudian dikirim ke Fluorine recovery unit.
Sisa uap dari D-2541 masuk ke vacuum system yang terdiri dari 2 (dua) condenser dan 2 (dua) steam
ejektor. Sisa uap tersebut akan dikondensasikan menjadi hot water dan ditampung di dalam Hot well D-
2506. Hot water kemudian disirkulasikan ke cooling tower untuk didinginkan dan digunakan kembali
sebagai circulation water.
Gunanya untuk mendinginkan circulation water yang telah dipakai untuk proses dan selanjutnya
digunakan lagi, terutama untuk kondensasi/pengembunan pada vacuum system dan untuk air proses,
sedangkan air pendingin (cooling water) untuk cooler E-2502 diambilkan dari Demineralized Water
Cooling Tower T-2603 untuk meminimalkan terjadinya kerak (scalling) di Cooler E-2502.
Akibat penguapan dan dipakai proses, circulation water akan berkurang, maka untuk make up, water
dari ex sealing water pump, sealing vacuum pump dan Treated Water dari Effluent Treatment dialirkan
ke cooling tower.
Aliran proses : Sirkulasi water dari hot basin dipompa dengan P-2601ABC kemudian dispraykan dengan
sprayer didalam menara cooling tower, kemudian dari bawah dihembuskan udara dingin oleh Fan MT-
2601A-F.
Didalam menara Cooling Tower dibagi enam segment dan dipasang filler, tujuannya supaya sirkulasi
water yang mengalir dari atas bisa merata dan dapat bersinggungan dengan udara dingin lebih banyak
sehingga temperature yang diharapkan bisa tercapai.
Circulation water yang sudah dingin ditampung di Cold Water Basin kemudian dipompa dengan P-
2602ABC dialirkan kembali ke proses (vacuum system), dan sebagian turun ke Recovered Water Tank TK-
2416 dan dipompa oleh Hot Water Pump P-2416AB ke Filter 1 dan Filter 2 system sebagai proses water.
3. Conveyor Mengangkut
3a. Belt Phosphate Rock dari
Conveyor Dome Storage menuju
(kemiringan) Grinding Unit
4. Hopper Penyimpan/
Penampungsementara
Phosphate Rock
3. Furnace Menghasilkanudarapanas
untukdialirkankedalam
Ball Mill
2). Butterfly
2) Shell and
Tube
(konsentrasir
endah)
4. Gudanginterme Menyimpanproduksampin
diet gphosphogypsum
(Phosphogypsu
m)
5. Clarifier Menurunkankadarpadatan
dalamprodukasamfosfat.
Water cleaning untuk Reaction and Filtration Unit harus dilakukan secara berkala. Scalling yang
menempel terlalu lama akan sulit dilarukan dan dibersihkan. Berdasarkan pengalaman, water cleaning
paling ideal dilakukan setelah unit beroperasi selama 6 s/d 7 hari (max. selama 10 hari) Media yang
digunakan adalah hot water dengan temperatur 80oC – 90oC. Pada hari ketujuh unit harus distop untuk
dilakukan water cleaning supaya mendapatkan hasil yang optimum. Tujuannya adalah untuk
membersihkan scaling yang menempel pada line.
A. Persiapan :
1. Pasang blind pada 2nd filtrate di center valve Fil-2321.
2. Pasang blind pada line over flow TK-2431 menuju TK-2434 dan buka yang menuju TK-2435.
3. Buka valve dari P-2435 ke 3rd zone (switching box Fil-2421) dan tutup valve yang ke 5th zone.
4. Tutup valve return acid yang ke Premixer, dan inlet mixing box Digester A,B,C dan buka valve
by pass line water cleaning dari mixing box ke TK-2435.
4. Start P-2431 jika TK-2431 sudah ada levelnya ke Washing Fil-2321 via FCV-2308.
5. Start P-2334A/B jika level TK-2334 sudah cukup terisi hot water.
6. Buka sparger steam ke TK-2334
7. Start P-2335 bila level TK-2335 sudah cukup. Arahkan flow ke switching box Fil-2321 dengan
menutup valve LIC-2304 yang ke washing water Fil-2421.
8. Start P-2331A/B untuk flushing line discharge ke switching box TK-2351 dan diarahkan ke sewer.
C. Circulation line :
TK-2435 P-2435 3rd section Fil-2421 TK-2431 P-2431 2nd section Fil-2321 TK-
2334 Head tank RA Line RA reaction unit FIC-2303 ,FIC-2304,FIC-2305 TK-2435.
TK-2335 P-2335A/B Switching box Fil-2321 P-2331A/B Switching box TK-2351 Sewer.
Flow rate diatur dari FRCA-2403 sedangkan temperature dijaga 80oC dengan memasukan steam ke
TK-2334. Water cleaning circulation dilakukan minimal selama 3 jam sejak temperatur tercapai. Bila
dirasa sudah cukup bersih, circulation akan dihentikan. Sisa hot water dipakai flushing line discharge
P-2331A/B lewat line by pass discharge P-2334A/B sampai level TK-2334 habis. Kemudian lakukan
pembersihan kotoran dari water cleaning pada vessel dan tanki.
Tempat yang mengalami scaling paling banyak adalah tube side heat Exchanger E-2501 dan tube side
acid cooler E-2502. Scaling didalam tube side karena acid impurities yang mengendap. Water cleaning
dilakukan setiap 7.5 hari operasi selama 0.5 hari.
A. Persiapan
1. Siapkan level liquid pada acid cooler tank TK-2543 agar dapat menampung liquid dari D-
2501
2. Matikan Concentration Unit
3. Tutup steam ke heat exchanger E-2501 dan Ejector
4. Matikan fluorine scrubbing
5. Tutup feeding acid
6. Tutup outlet product acid
7. Matikan Circulation pump P-2501
8. Buka vacuum breaker
9. Drain acid dari concentrator ke TK-2543
10. Drain acid cooler E-2502
1. Isi D-2501dengan circulaton water dari P-2602 sampai satu meter diatas center line sirkulasi.
2. Jalankan P-2501circulation.
3. Buka steam ke heat exchanger E-2501. Bila temperature mencapai 80oC tutup steam inlet.
Circulation water cleaning dilakukan minimal selama 4 jam
4. Jaga temperature circulation water pada 80oC.
5. Acid cooler E-2502 tube side dan shell side juga dilakukan water cleaning bersama-sama.
C. Circulation line.
Stop Circulation hot Water minimal 4 jam setelah temperatur tercapai. Jika memungkinkan,
manfaatkan circulation water ex cleaning untuk flushing line product acid ke Tank Yard. Lakukan
pembersihan kotoran dari water cleaning yang menempel pada strainer inlet E-2501.
PT PETROKIMIA GRESIK
PENDAHULUAN.
Initial Start Up merupakan Kegiatan yang dilakukan untuk pertama kali dalam proses Operasi dimana
Vessel, Digester, Seal Tank, Pump Tank dan Hydration Tank dalam keadaan masih kosong.
Untuk mengisi vessel-vessel tersebut dengan slurry , diperlukan suatu cara yang khusus.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah solid content dari hemihydrate slurry . Hal ini diatur untuk
menjaga supaya tidak terjadi over load pada motor Agitator Digester 30-R-2302A.
Karena belum ada recycle slurry, maka bentuk dan ukuran crystal hemihydrate belum sempurna,
sehingga solid content pada initial start up dibuat lebih rendah dari normal operation.
1. PERSIAPAN.
a. Lakukan check list semua Equipment dalam kondisi siap operasi.
b. Siapkan H3PO4 40% di TK-2351 (920 m3), TK-2510AB (@ 250 m3), & 30-TK-2334 (80 m3) total
sekitar 1500 m3 cukup untuk melakukan initial start up.
c. Siapkan Asam fosfat 40% P2O5 untuk pengisian awal Premixer R-2301 full (15 m3), Digester R-
2302A : 2 m level (@ 134 m3) dan Seal Tank R-2303 full ( 12 m3). Total = 161 m3, dan jalankan
agitator bila blade bawah dari agitator separuhnya sudah terendam.
d. Connect line temporary dari Digester R-2302A ke R-2302BC dan R-2304.
e. Yakinkan Phosphate rock, H2SO4, Antifoam, Steam, Proses water, Instrument Air sudah
tersedia.
2. START UP.
a. Membuat hemihydrate slurry di Digester R-2302A dengan kondisi solid content 20% dan
H2SO4 - 2.5%. Atur rate sebagai berikut :
- Flow phosphate rock = t/h (50% rate normal).
- Flow return acid FIC.2303 = m3/h (100% rate normal).
- Flow return acid FIC.2304 = m3/h (50% rate normal).
- Flow H2SO4 (98,5%) FIC.2302 = m3/h (50% rate normal).
(disesuaikan dengan perhitungan feeding rate Digester 1 = 70% Hemi)
Lakukan tahapan ini sampai R-2302A penuh (over flow ) kemudian stop. Lakukan analisa dan
koreksi free acid dari minus menjadi plus H2SO4 : 2,5 ~ 3%.
b. Pindahkan Hemihydrate slurry dari Digester R-2302A ke R-2302B dengan membuka valve line
temporary secara bejana berhubungan. Bila level sudah sama, tutup dan pindahkan Connection
valve line temporery dari Digester A ke Suction Hemihydrate Recycle Pump P-2302.
c. Selanjutnya ulangi pembuatan hemi slurry di Digester 30-R-2302A :
- Flow phosphate rock = t/h (50% rate normal).
sama seperti pada tahapan sebelumnya tetapi Flow FIC.2303 dikurangi menjadi 50% rate
normal dan digantikan dengan Recycle slurry dari P-2302 (suction ambil dari R-2302A) agar
kondisi slurry 35% solid content dapat segera tercapai, bersamaan dengan itu lakukan koreksi
free acid ulang di Digester 2 R-2302B menjadi plus 3% H2SO4, apabila level Digester R-2302A
mulai over flow stop feeding dan lakukan analisa free H2SO4 lagi.
d. Pada tahapan ini lakukan operasi normal dengan feeding Phosphate Rock pada rate 50%,
Jalankan Hemihydrate Recycle Pump P-2302 suction dari Digester R-2302B untuk seed
pertumbuhan crystal, Juga untuk mencapai kondisi slurry 35% solid content.
Atur kondisi Return acid dari 40% menjadi 31% P2O5 normal operasi. Kondisi ini dilanjutkan sampai
Digester R-2302BC penuh dan over flow ke Pump Tank R-2304.
Pada saat Digester R-2302C sudah terisi sekitar 40% aktifkan vacuum system dan buka valve suction
Vacuum cooler pump P-2303 dari Digester R-2302C. Apabila vacuum menunjukan -550 mmHg
jalankan No.1 Vacuum Cooler Pump P-2303.
Stop feeding Phosphate Rock bila R-2302C sudah over flow ke R-2304 dan level Pump Tank R-2304
sudah mencapai 50%.
Lakukan analisa dan koreksi free H2SO4 dari slurry R-2302ABC. Untuk R-2302A dibuat minus H2SO4
-2,5 %. Sedangkan untuk R-2302BC dibuat positif H2SO4 3%.
Rubah line product ke TK-2351, TK-2334 ke posisi normal operasi, suction P-2302 yang sebelumnya
dari R-2302B dirubah ke normal operasi dari R-2304.
Isi Hydration Tank R-2401AB dengan proses water setinggi 2 m (@ 157m3) dan jalankan Agitator
setelah blade bawah terendam, jalankan P-2402 sebagai repulping suction dari R-2401A.
Start Hemihydrate slurry pump P-2301 untuk feeding slurry ke Fil-2321 dengan rate 50%. Washing
acid memakai proses water dari P-2431. Hasil filtrate dari 1st dan 2nd filtrate digunakan sebagai
return acid.
Apabila level Hydration R-2401B mencapai 50%, stop unit dan koreksi free acid Hydration dan P-
2402 tetap dijalankan agar kristanya merata, jika free acid sudah dikoreksi jalankan P-2401 untuk
feeding ke Fil-2421 normal rate 50%.
Pertahankan kondisi proses stabil dan naikan rate secara bertahap menuju normal operasi rate
100%.
INSTRUKSI KERJA
CaO = 46,89 %
SO3 = 0,96 %
H2O = 3,71 %
3. Hemihydrate
P2O5 = 45 %
Solid content = 35 %
4. Return Acid
P2O5 = 31,18 %
H2SO4 = 3,6 %
5. Asam sulfat
H2SO4 = 98,5 %
6. Dihydrate
P2O5 = 14,6 %
Solid content = 35 %
1 ton
Dry basis = Dry PR
% P2O5 x P2O5 re cov ery
1 ton
3,086
(0,3296 0,9830)
Dry PR
Wet basis = Wet PR
1 H 2O PR %
3,086
3,2
0,9629
610
WR 2301 Wet PR ton / jam
24
610
3,2 ton / jam 81,33 ton / jam
24
2. Kebutuhan H2SO4
Reaksi dengan CaO di Rock
98
= Dry PR x (CaO PR)% x DR total % x
56
98
= 3,086 x 0,4689 x 0,99 x = 2,507
56
Excess in product
Dry PR P2O5 PR % P2O5 Re c % FA Hemi %
P2O5 Hemi %
3,086 0,3296 0,9830 0,028
= 0,0622
0,45
Loss in Gypsum
Dry PR P2O5 PR % DR total % P2O5 Re c % FA Dihy %
P2O5 Dihy %
SO3 di Rock
98
= Dry PR x (SO3 PR)% x
80
98
= 3,086 x 0,0096 x = 0,0363
80
2,5358 610 3
m / jam = 35,9 m3/jam
(0,985 1,822) 24
145
= 3,086 x 0,4689 x 0,94 x = 3,52
56
Undecomposed rock
= Dry PR x {(P2O5 PR)% + (CaO PR)% }x (1 – DR 2)%
Hemihydrate cake
= Hemihydrate + Undecomposed rock + Insoluble minor component
Hemihydrate slurry
Hemihydrat e cake
( SS Hemi )%
3,84385
= 10,98
(0,35)
10,98 610 3
m / jam = 162,25
(1,72) 24
P2O5 dari PR
= Dry PR x (P2O5 PR)% x (DR 2)%
P2O5 dari RA
( P2O5 RA)%
2,26
= 7,248
0,3118
2,26 0,036
= 0,26
0,3118
98
= 3,086 x 0,94 x 0,4689 x = 2,38
56
H2SO4 ke Digester
= H2SO4 untuk Digester + H2SO4 sisa sebagai FA – SO3 di Rock - H2SO4 dari RA
H 2 SO4 ke Digester
H 2 SO4 AS
2,3102
= 2,345
0,985
P2O5 dari RA
RA ke Dig
( P2O5 RA)%
2,26
1,6 = 5,648
0,3118
Solid dihydrate
a. Gypsum
171
= Dry PR (CaO PR) x (DR total) x
56
171
= 3,086 x 0,4689 x 0,99 x = 4,374
56
b. Undecompose Rock
= Dry PR x {(CaO PR) + P2O5 PR} x (1 – DR total)
Dihydrate Slurry
4,5746
= 13,07
0,35
13,07 610
= 233,94
1,42 24
H2SO4 ke Digester I
= H2SO4 untuk dekomposisi - H2SO4 dari RA ke Premixer - H2SO4 dari Recycle – SO3
Rock
0,699 610
= 9,9
0,985 1,822 24
H 2 SO4 ke Digester I
H 2 SO4 ke Digester sebagai aktual
( H 2 SO4 AS )%
0,699
= 2,345 - = 1,635
0,985
H2SO4 ke Digester II
1,635
25,42 = 22,81
1,822
2,5358 2,3102
0,985 0,985
0,229
25,42 = 3,195
1,822
0,699 0,699
0,6 0,985
0,455
25,42 = 8,381
1,38
1,145
25,42 = 21,09
1,38
Reycle Slurry
FR 2306 = Recycle ratio of Hemislurry x Feeding 2307
3,84385 0,45
= 3,14
1 0,45
1st Filtrat
= Liquid di hemihydrate slurry – liquid dalam cake
(0,45) (0,005)
3,996 = 4,04
0,45
Product acid
1
P2 O5 Hemi
1
= 2,22
045
1st Filtrate ke RA
= Water on filter cloth – product acid
2nd Filtrate ke RA
= Kebutuhan RA ke reaksi - 1st Filtrat ke RA
Dry PR Steam 2 nd
2 nd Filtrate ke RA
1000i
3,086 6
5,428 = 5,4095
1000
P2O5
= P2O5 dari RA – {1st Filtrate ke RA x P2O5 hemi}
H2SO4
= H2SO4 dari RA - {1st Filtrate ke RA x FA hemi}
1,441
100% = 0,265 (26,5%)
5,428
H2SO4
0,209
100% = 3,85 %
5,428
2nd section
Liquid in cake 2nd section
3,84385 0,35
= 2,069
(1 0,35)
Washing acid
= Liquid in cake 2nd section + 2nd Filtrate sebelum steam spray - Liquid in cake 1st
section
4,338
25,42 = 92,66
1,19
= 7,184
7,184
25,42
1,16
= 157,43