DISUSUN OLEH :
A. VISI : Menjadi role model anak perusahaan hulu di bidang minyak dan
gas di dalam kegiatan kemitraan dan pembinaan SDM profesional.
B. MISI :
Mendukung target yang dibebankan oleh Negara kepada PT
Pertamina (Persero) untuk menemukan cadangan migas baru dan
meningkatkan produksi migas Nasional, khususnya di Blok Cepu
Menjadi entitas bisnis yang memiliki reputasi tinggi yang dikelola
secara profesional, fokus dan memiliki keunggulan kompetitif
dengan menggunakan teknologi modern kelas dunia yang
dihasilkan dari kemitraan dengan World Class Company sehingga
memberikan nilai tambah lebih kepada para stakeholders terutama
pemegang saham, pelanggan, pekerja dan masyarakat luas
C. Tata Nilai :
1. CLEAN (BERSIH)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. COMPETITIVE (KOMPETITIF)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. CUSTOMER FOCUSED (FOKUS PADA PELANGGAN)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. COMMERCIAL (KOMERSIAL)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.
BAB III
HEALTH SAFETY SECURITY ENVIRONMENT (HSSE)
Induction merupakan hal utama dan pertama yang harus dikenalkan dan
dipahami bagi siapapun yang akan melaksanakan studi, kunjungan maupun kerja
di Pertamina EP. Induksi atau Induction dikenalkan dan dijelaskan oleh Health
Safety & Security Environment (HSSE) dalam bentuk formulir yang mencakup
beberapa aspek yang harus dipahami sebelum melakukan kegiatan lebih lanjut di
Pertamina EP.
Fase HSSE
Menurut Shell Int. BV terdapat 4 fase dalam HSSE hingga saat ini berdasarkan
risiko kecelakaan terhadap waktu.
Fase HSSE menurut Shell Int. BV
100
75
Jumlah insiden
50
25
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Time
Fase 1 – Primitif
Hanya berdasarkan keputusan/undang-undang/titah dan juga pada fase ini risiko
kecelakaan atau jumlah insidennya sangat tinggi.
Fase 2 – Engineering
Semakin berkembangnya zaman orang-orang berpikir untuk mengurangi jumlah
kecelakaan yaitu secara teknis seperti penggunaan wearpack, safety shoes, safety
helm, dll.
Fase 3 – Management System
Fase ini masih ada celah akan tetapi sudah lebih berkurang jumlah
kecelakaannya. Contoh dari Fase Management System ini yaitu API, ISO, ANSI,
dll. Masih terjadinya kecelakaan pada fase ini karena naluriah manusia yang
memiliki keinginan untuk bebas.
Fase 4 – Behaviour
Pada fase yang terakhir ini jumlah kecelakaan sudah sangat kecil atau hamper
tidak ada. Pada fase ini lebih menitikberatkan pada kebiasaan, budaya, dan
perilaku. Contoh seperti meeting dan jam kerja on time apabila melanggar akan
ada sanksi.
Golden Rule
Patuh
Patuh terhadap aturan yang ada. (ISO 9000 ; apa yang kita tulis kita lakukan dan
apa yang kita lakukan kita tulis.)
Intervensi
Bila melihat sesuatu kesalahan tidak membiarkan kesalahan tersebut. Contoh
apabila kita melihat kesalahan atau ada prosedur yang terlewati jangan diam atau
membiarkan hal itu terjadi akan tetapi mengingatkan dan memastikan bahwa
prosedur yang dilakukan sudah sesuai.
Peduli
Lebih pada kemanusiaan.
Potensi Bahaya di SP/BS/SKG/PPP/Sumur/Rig
Saat berada di lapangan tidak malu bertanya tentang potensi bahaya yang terjadi.
Pelaporan PEKA (Prosedur Keselamatan Kerja)
APD (Alat Pelindung Diri)
SIKA (Surat Ijin Kerja Aman)
MSDS (Material Safety Data Set)
House Keeping
Program HSE
Personal On Boards
Jumlah orang yang berada di lokasi saat masuk dan keluar sama.
Penentuan & Ketentuan Aspek HSE
BAB IV
PETROLEUM SYSTEM
1. Batuan Sumber (Source Rock), yaitu batuan yang menjadi bahan baku
pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber
ini adalah serpih (shale). batuan ini kaya akan kandungan unsur atom
karbon (C) yang didapat dari cangkang – cangkang fosil yang terendapkan
di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai
penyusun ikatan kimia hidrokarbon
2. Migrasi, hidrokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat
berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk
diproduksi. Proses perpindahannya berdasarkan konsep perbedaan
tekanan. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak
memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak
terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat
penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
3. Reservoir Rock, adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon
untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoir rock ini biasanya
adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini
memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon.
Reservoir rock sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di
produksi.
4. Cap Rock, minyak dan atau gas terdapat di dalam reservoir, untuk dapat
menahan dan melindungi fluida tersebut, maka lapisan reservoir ini harus
mempunyai penutup di bagian luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan
reservoir biasanva merupakan lapisan batuan yang rnempunyai sifat
kekedapan (impermeable), yaitu sifat yang tidak dapat meloloskan fluida
yarg dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang
berada dibagian atas dan tepi reservoir yang dapat melindungi fluida
yang berada di dalam lapisan di bawahnya.
5. Trap, merupakan unsur pembentuk reservoir sedemikian rupa sehingga
lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk yang konkap ke bawah, hal
ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservoir. Jika perangkap ini
tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke
ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali.
BAB V
LABORATORIUM
b.Secondary Recovery.
Tahapan secondary recovery dilakukan ketika teknik primary recovery sudah
tidak dapat digunakan lagi. Tahap ini dilakukan ketika Recovery Factor suatu
sumur yang biasanya mencapai 15%. Recovery factor adalah bagian atau fraksi
dari jumlah minyak mula mula yang ada di dalam reservoir yang dapat
dikeluarkan ke permukaan.
4. Tertiary Recovery
Tahapan tersier ini dilakukan karena teknik primary oil recovery dan secondary
oil recovery belum dapat memproduksi cadangan minyak dari reservoir secara
optimal (kurang dari 40%) dan masih banyak minyak yang tertinggal direservoir.
Teknik produksi reservoir atau yang dikenal dengan istilah Enhanced Oil
Recovery (EOR) dilakukan dengan menginjeksikan fluida khusus, terdiri atas
injeksi termal, proses pelarutan gas dalam minyak, dan teknik kimiawi.
Untuk memudahkan pekerjaan dalam pengolahan data lapangan, maka digunakan
software khusus, yaitu.
Output OFM :
Base Map
Plot Analysis
Data yang terdapat di plot analysis adalah :
1. Liquid Rate (bbl/day)
2. GLR atau GOR
3. Bean (mm)
Wellbore Diagram
Wellbore diagram adalah bentukan lubang bor.
Well Performance Data Base dan Report
Decline Curve Analysis
Bubble Map, Fungsi bubble map adalah untuk mengetahui radius
pengurasan suatu sumur.
Grid Map
Base Map
Chan Plot, Analisa water control system untuk mengetahui apakah terjadi
water coning dan near wellbore breakthrough.
VRR Plot, VRR atau Voidage Replacement Ratio digunakan untuk
analisa air injeksi dimana dirumuskan dengan perbandingan antara air
yang diinjeksi dengan air yang diproduksi.
Hall Plot, Untuk menentukan kualitas hasil injeksi apakah injeksi bagus /
skin negative / water channeling / positive skin.
6.2. QROD
Saat sumur dalam produksi, fluid level akan menentukan kinerja pompa
yang akan dipasang. Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat
diperlukan untuk menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Makin tinggi
fluid level, makin bagus produksinya karena tekanannya masih besar.
Sonolog Echometer adalah merupakan kegiatan yang berfungsi untuk
mengetahui ketinggian level cairan di dalam annulus dengan Teknik Akustik,
Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari
gas N2 ke dalam annulus merambat sampai ke puncak cairan kemudian kembali
lagi ke permukaan, getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi
untuk menggambarkan pola getaran gas N2 tersebut. dan kemudian dihitung
Dynamic Fluid Level-nya, bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola
grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi ke
permukaan fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalaman fluid level dapat
dilihat dari jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan kedalaman.
QRod adalah program gratis yang paling banyak digunakan untuk desain
dan prediksi kinerja Instalasi Sucker Rod Beam Pumping. Versi QRod untuk PC
dapat digunakan secara gratis. Tujuan QRod adalah untuk membantu perancang
sistem pemompaan untuk menerapkan teknologi tanpa bekerja dengan detail.
Program ini menggunakan solusi persamaan gelombang untuk
memprediksi secara akurat beban dinamometer permukaan, torsi gearbox, dan
kapasitas pompa, dengan jumlah input minimum. Efek dari mengubah parameter
seperti Tubing anchor, panjang stroke, laju stroke, dan diameter pompa dapat
langsung dilihat dalam plot yang diperbarui secara dinamis. Output dari program
QRod mencakup Pump displacemnet, rod string loading, Surface unit dan
persyaratan ukuran motor untuk setiap kedalaman input dan tingkat produksi
desain. Software QRod telah mencangkup beberapa fungsi meliputi: Memprediksi
pump displacement, Tubing Fluid Gradient, Panjang Sinker bar, Perubahan
kedalaman pompa, dan ketinggian Fluid level.
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Fluid level terdiri atas Static Fluid Level dan Working
Fluid level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika
WFL sumur tersebut sekitar 300 – 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah
support disini menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida
dari dalam sumur dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya.
Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu
diganti atau tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah
menandakan bahwa pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa
diturunkan laju alirannya. Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan
pompanya akan di size up.
BAB VII
TEKNIK PRODUKSI
XC @904-908
Slurry Volume Injected 411.7 (bbl)
Liquid Volume Injected 375.67 (bbl)
Fluid Loss Volume 296.46 (bbl)
Frac Fluid Efficiency 0.27991
Net Frac Pressure 681.38 (psi)
Upper Frac Height (TVD) 900.9 (m)
Lower Frac Height (TVD) 931.24 (m)
Total Frac Height 30.338 (m)
Max. Frac Width at Perfs 0.39101 (in.)
Avg. Hydraulic Frac Width 0.29064 (in.)
XC @904-908
Frac Length – Created 50.51 (m)
Frac Length – Propped 50.499 (m)
Frac Height - Avg. 24.516 (m)
Propped Height (Pay Zone) - Avg. 3.9985 (m)
Max Width at Perfs – EOJ 0.39101 (in.)
Propped Width (Well) - Avg. 0.15938 (in.)
Propped Width (Pay Zone) - Avg. 0.13439 (in.)
Conc./Area (Frac) - Avg. at EOJ 1.2833 (lbm/ft²)
Conc./Area (Pay Zone) - Avg. at Closure 1.1927 (lbm/ft²)
Frac Conductivity (Pay Zone) - Avg. at Closure 4468.5 (mD-ft)
Dimensionless Frac Conductivity (Pay Zone) 2.6971
Avg. Fracture Permeability 399 (darcy)
Propped Fracture Ratio (EOJ) 0.50997
Closure Time 11.037 (min)
Screen-Out Time 16.775 (min)
Tabel 8.6. Proppant Design Summary
8.3.1.Fluida Perekah
Fracturing fluids adalah fluida atau cairan yang digunakan pada stimulasi
hydraulic fracturing, fungsi utama dari fluida perekah yang membuat dan
memperpanjang rekahannya, membawa proppant melalui pencampuran dan
peralatan pompa ke lokasi dimana tempat proppant tersebut diinginkan berada
dalam rekahan yang terbentuk. Kegagalan dalam mendesain fluida perekah dapat
membahayakan kebeberhasilan dari stimulasi. Metode pemilihan fluida harus di
evaluasi untuk mengkonfirmasi bahwa fluida ini memenuhi persyaratan secara
rinci untuk menghantarkan daya pompa ke batuan. Untuk dapat menjalankan
fungsinya, fluida perekah harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
MATERIAL DESCRIPTION
CI-25 (Corrosion Inhibitor) - Efficient and proven inhibitor for
use in hydrochloric acid and in formulations which
combine hydrochloric acid with others, such as acetic,
formic or hydrofluoric acid. It provides good protection
and tubulars and down hole equipment in bottomhole
temperature up to 250°F. For higher temperature BJ Hy-
Temp intensifiers can provide protection at temperatures
in excess of 350°F
HCL, 32% (Hydrochloric Acid) - Inorganic acid commonly used in
well stimulation treatments. Very useful in carbonate
formation because of it’s high solubility. Also useful in
removing carbonate and other types of scale. In
sandstone formations it is often used as a preflush (often
as a afterflush) in front of (and behind) HCl-HF acid
treatments to remove calcium carbonate material prior to
the mud acid contacting it. HCl is generally very
nonreactive with sandstone (quartz).
FERROTROL 300 (Citric acid) - Utilized as an iron chelating agent when
acidizing. It can be used in HCl, HCl-HF and acetic
acids. At temperatures above 200 oF it is recommended
that a combination of Ferrotrol 300 and other Ferrotrol
agents be used.
CLAYMASTER-10 (Clay stabilizer) - Clay stabilizing agent used to protect
water sensitive formations against permeability damage.
It can generally be used in any treatment fluid to prevent
formation clay swelling and migration. At times it can
work as a non-emulsifier in stimulation fluids to help
reduce emulsion tendencies and/or break emulsions that
can occur when acid and oil come in contact with each
other.
KCL (Potassium chloride) - Often used as the base salt for
completion fluids. Do not use KCl as an overflush behind
an HF acid system. It can be used as the final
displacement fluid IF an NH4Cl fluid has already been
used behind the HF acid system.
XCIDE-102 (Bactericide) Anti Bacteria with rapid killing action use to
prevent gel degradation
US-40 (EGMBE - nonionic) - Mutual solvent (soluble in
hydrocarbon and aqueous phases) giving high water
wettability in limestone and sandstones and good
reduction in surface and interfacial tension. Also can be
very beneficial in helping to reduce or prevent downhole
emulsions.
GW-3 (Gelling Agent) Guar gelling agent for water based
polymer. Use in Spectra / Viking Frac systems.
NE-118 (Nonionic) - Non-emulsifier used in stimulation fluids to
help reduce emulsion tendencies and/or break emulsions
that can occur when acid and oil come in contact with
each other. Water wets sandstone and limestone.
BF-7L (pH Buffer) - High pH buffer used to provide the pH
necessary for stable crosslinking of the frac fluid.
XLW-56 (Crosslinker) Borate crosslinker used in Spectra Frac gel
system to achieve desirable viscosity
GBW-5 (Gell Breaker) Oxidixing breaker for water based
polymer
HP-CRB (Encapsulated Breaker - Medium Temp.) - Encapsulated
Oxidizer - breaker, rated for 125 - 225 deg.F. Can be
used for water-based, crosslinker, or linear gelled
fracturing fluid.
Tabel 8.7. Deskripsi Material Bahan Additive
8.3.2. Proppant
Proppant merupakan chemical yang digunakan dalam stimulasi hydraulic
fracturing berfungsi sebagai pengganjal agar rekahan yang telah terbentuk tidak
menutup kembali. Selain itu proppant juga berfungsi sebagai media alir bagi
fluida yang diproduksikan dari formasi. Pasir merupakan bahan pertama kali yang
digunakan sebagai proppant pada akhir tahun 1940, beberapa bahan telah
digunakan akan tetapi semua belum berhasil, termasuk pelet aluminium, logam
tembak, manik-manik kaca, kerang kenari, manik-manik plastik , dan polimer
bola. Sampai sekarang yang lebih umum digunakan untuk menyangga diantaranya
pasir, pasir dilapisi resin pasir, proppant (ISP) keramik, proppant berkekuatan
tinggi (bauksit sinter, zirkonium oksida, dll). Karena biayanya yang relatif rendah,
pasir adalah yang paling umum digunakan menjadi proppant, terutama dalam
sumur dengan pressure closure yang rendah.
Hal-hal yang mempengaruhi pemilihan proppant yang sesuai untuk
diterapkan pada design hydraulic fracturing meliputi jenis, ukuran, konsentrasi,
dan juga faktor ekonomisnya, apakah masih menguntungkan atau tidak jika
memilih chemical tersebut untuk diaplikasikan. Selain itu pemilihan ukurannya
disesuaikan dengan ukuran perforasi pada lubang sumur. Proppant harus dapat
menahan tekanan (closure stress) yang diberikan setelah proppant ditempatkan
pada rekahan.
Maximum Closure
Type Product Example
Stress, Psi
Frac Sand 5000 Bredy, Ottawa Collorado
Low Density CarboEconoprop, CarboLite,
9000
Ceramics ValueProp
Intermediate Density
12000 CarboProp, interProp
Ceramics
Sintered Bauxite 14000 CarboHSP, Bauxite
Tabel 8.8. Harga Closure Stress Pada Setiap Jenis Proppant
8.4.1 Preparation
Sebelum melakukan hydraulic fracturing, adapun kegiatan safety meeting
dengan semua yang bekerja dan mengkondisikan sumur sesuai dengan prosedur
keamanan. Yakni dapat dilakukan persiapan alat-alat yang dibutuhkan untuk
kegiatan fracturing. Tidak hanya alat, melainkan juga material apa saja yang harus
digunakan.
PERJOB
986 GPT Fresh water 10353 GAL 246.5 BBL
4 GPT Claymaster-10(Clay Control Additive) 42 GAL 0.8 DRUM
167 PPTG KCL (Brine) 1754 LBS 15.9 SACK
1 GPT XCIDE-102 (Bactericide) 11 GAL 0.2 DRUM
5 GPT US-40 (Mutual Solvent) 53 GAL 1.0 DRUM
10 PPTG GW-3 (Gelling Agent) 105 LBS 1.9 SACK
4 GPT NE-118 (Non-Emulsifier) 42 GAL 0.8 DRUM
Memberi tekanan pada annulus hingga 500 psi. isi tubing dan mencatat
tekanan pada 0.5-16 bpm sesuai tabel dibawah.
G
rafik 8.5. Hasil Step Down Test
PERJOB
980 GPT Fresh Water 10290 GAL 245.0 BBL
2 GPT XCIDE-102 (Bactericide) 21 GAL 0.4 DRUM
167 PPTG KCL (Brine) 1754 LBS 15.9 SACK
30 PPTG GW-3 (Gelling Agent) 315 LBS 5.7 SACK
(Clay Control
4 GPT Claymaster-10 42 GAL 0.8 DRUM
Additive)
4 GPT NE-118 (Non-Emulsifier) 42 GAL 0.8 DRUM
10 GPT US-40 (Mutual Solvent) 105 GAL 1.9 DRUM
(Potassium
4 GPT BF-7L 42 GAL 0.8 DRUM
Carbonate)
2 GPT XLW-56 (Crosslinker) 21 GAL 0.4 DRUM
1 PPTG GBW-5 (Gel Breaker) 11 LBS 0.2 SACK
(Encapsulated
1 PPTG HP-CRB 11 LBS 0.2 PAILS
Breaker)
8.4.6Redesign
Menganalisa data dari Step Rate dan Mini Frac. Mendesain ulang main
treatment sesuai dengan hasil analisa
Grafik 8.7. Kurva Survase Pressure & Rate vs Time saat formasi rekah
Step rate test dilakukan pada 6 desember 2018. Dapat dilihat pada gambar
diatas bahwa perekahan terjadi pada surface pressure sekitar 2232 psi. dibagi
dengan TVD didapat gadien perekah pada 0.74 psi/ft
Ekstention gradien didapat dari step rate test adalah 1.3 psi/ft. didapat dari
ekstention presure dibagi dengan TVD
Hasil dari analisa Step down adalah jumlah Perforasi 66, koefisien
discharge 0.6, dan diameter perforasi 0.3 in. Alpha adalah 0.84, dan dapat
menunjukkan turuosity yang didominasi oleh kehilangan tekanan.
Direkomendasikan untuk memompakan slug.
XC @904-908
Slurry Volume Injected 22608 US gal
Liquid Volume Injected 20435 US gal
Fluid Loss Volume 16783 US gal
Frac Fluid Efficiency 0.25763
Net Frac Pressure 551.33 (psi)
Upper Frac Height (TVD) 900.66 (m)
Lower Frac Height (TVD) 932.93 (m)
Total Frac Height 32.252 (m)
Max. Frac Width at Perfs 0.34325 (in.)
Avg. Hydraulic Frac Width 0.25079 (in.)
Tabel 8.23. Proppant Design Summary
XC @904-908
Frac Length – Created 65.82 (m)
Frac Length – Propped 65.742 (m)
Frac Height - Avg. 26.242 (m)
Propped Height (Pay Zone) - Avg. 3.9997 (m)
Max Width at Perfs – EOJ 0.34325 (in.)
Propped Width (Well) - Avg. 0.1411 (in.)
Propped Width (Pay Zone) - Avg. 0.13773 (in.)
Conc./Area (Frac) - Avg. at EOJ 1.2933 (lbm/ft²)
Conc./Area (Pay Zone) - Avg. at Closure 1.2237 (lbm/ft²)
Frac Conductivity (Pay Zone) - Avg. at Closure 5888.1 (mD-ft)
Dimensionless Frac Conductivity (Pay Zone) 1.6058
Avg. Fracture Permeability 513 (darcy)
Propped Fracture Ratio (EOJ) 0.595964
Closure Time 8.4774 (min)
Screen-Out Time 21.602 (min)
8.4.7Main Fracturing
Dan tahap akhir yaitu Main Fracturing. Proses pelaksanaan operasi
perekahan hidrolik untuk sumur akan dilakukan menggunakan desain yang telah
direncanakan ulang setelah proses minifrac,
Tab
el 8.24. Main Frac Schedule
8.5.Evaluasi Hydraulic Fracturing
8.5.1.Evaluasi Desain
Gambar 8.6. Ilustrasi Model Perkins, Kern & Nordgren (Economides, M.J.
and Nolte, K.G., 1989)
8.5.2.Evaluasi Produksi
8.5.3.Kurva IPR
Inflow performance relationship (IPR) merupakan kurva yang
menggambarkan kemampuan suatu formasi produktif untuk berproduksi yaitu
penggambaran hubungan antara laju produksi q dengan tekanan alir dasar sumur
(Pwf). Semua kemampuan sumur berhubungan dengan tingkat produksi sumur
dan kekuatan pendorong di reservoir yang akan terdapat perbedaan dengan
tekanan awal sumur tersebut, tekanan reservoir rata-rata dan tekanan alir dasar
sumur. Inflow performance relationship (IPR) merupakan fungsi dari tekanan
dasar sumur, yang menggambarkan kualitas dari kemampuan suatu lapisan
produktif untuk diproduksi.
Berdasarkan data sumur LDK-P01 gagal dilakukan stimulasi yang
sehingga produksi sumur yang dihasilkan tidak dapat dievaluasi sebagai hasil dari
stimulasi hydraulic fracturing.
BAB IX
KESIMPULAN
Dari telah dilakukanya kegiatan Kerja Praktek di Pertamina EP Asset 4
Cepu, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. PERTAMINA EP Asset 4 Cepu merupakan perusahaan minyak hulu yang
melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi sebagai kegiatan utamanya guna
memenuhi bahan baku minyak dan gas bumi.
2. PERTAMINA EP Asset 4 Cepu merupakan perusahaan minyak hulu yang
melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi sebagai kegiatan utamanya guna
memenuhi bahan baku minyak dan gas bumi.
3. PT PERTAMINA EP ASSET 4 sangat menekankan keselamatan kerja bagi
semua pekerja baik yang di lapangan maupun di kantor Pertamina EP ASSET
4 serta semua fasilitas yang digunakan oleh para pekerja. Oleh karena itu di
bentuk suatu divisi yaitu HSSE untuk mengatasi semua masalah tersebut.
Adapun yang perlu diketahui tentang poin-poin penting yang dijunjung oleh
Pertamina EP ASSET 4:
Health Menjaga kenyamanan pekerja dalam bekerja seperti
pengaturan udara dalam sirkulasi, penataan ruangan, dll.
Safety Menjaga keselamatan pekerja & visitor serta alat-alat yang
digunakan pada saat kegiatan operasi di lapangan.
Security Menjaga keamanan pekerja, visitor serta lingkungan kerja
pada saat kegiatan operasi di lingkungan kerja.
Environment Menjaga efek yang ditimbulkan dari kegiatan
opersional yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Untuk memudahkan dalam proses pengerjaan dalam bidang teknik reservoir
digunakan beberapa software seperti OFM, dan QROD.
5. Mempertahankan produksi suatu sumur untuk mencegah decline yang terlalu
besar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan stimulasi,
artificial lift dan workover.
6. Fracturing adalah salah satu proses stimulasi dimana formasi hidrokarbon
diretakkan dengan cara memompa fluida tertentu dalam rate dan tekanan
tertentu (di atas fracture pressure formas) dengan tujuan untuk meningkatkan
permeabilitas. Hydraulic fracturing menggunakan tekanan fluida pada
permukaan batuan agar terjadi rekahan. Hydraulic fracturing menggunakan
fluida fracture yang berguna untuk mencegah rekahan tertutup kembali.
7. Electric Submersible Pump (ESP) adalah salah satu metode artificial lift yang
merupakan sejenis pompa sentrifugal yang digerakkan oleh motor listrik yang
didesain untuk mampu ditenggelamkan di dalam sumber fluida kerja.
8. Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian, merupakan tindakan
mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Dalam
dunia migas, eksplorasi atau pencarian migas merupakan suatu kajian panjang
yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk
kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis dan geofis.
9. Logging adalah kegiatan untuk merekam karakteristik batuan sebagai fungsi
kedalaman. Pencatatan ketika kegiatan pemboran masih berjalan, dengan
media lumpur, sering disebut sebagai Mud Logging dan Logging While
Drilling (LWD). Pencatatan setelah kegiatan pemboran selesai, media yang
digunakan adalah kabel, disebut Wireline Logging.
10. Metode seismik adalah suatu metode dalam geofisika yang digunakan untuk
mempelajari struktur dan strata bawah permukaan bumi. Metode ini
memanfaatkan perambatan, pembiasan, pemantulan gelombang gempa. Secara
umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan
metode seismik adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data seismik (Seismic Data Acquisition)
2. Pengolahan data seismic (Seismic Data Processing)
3. Interpretasi data Seismik (Seismic Data Interpretation)
11. Dalam melakukan kunjungan ke lapangan pada PT. PERTAMINA ASSET 4
ini dilakukan di daerah Cepu, Blora. Dalam hal ini kami mengunjungi
beberapa divisi pada PT. PERTAMINA ASSET 4 ini antara lain yaitu
Laboratorium Menggung, dan beberapa lapangan seperti Lapangan Ledok dan
Tapen untuk proses Sonolog Log, dan ditutup dengan kunjungan ke Lapangan
Semanggi untuk melihat Hydraulic Pumping Unit.
DAFTAR PUSTAKA