Anda di halaman 1dari 34

ANGGOTA JX HOLDINGS

Alin Krisnawan 113180057


Acanta Konda Putra 113180016
Glen Hutahaean 113180076
Immanuel Prasetya 113180007
Irfan Fadhillah 113180008
Laura Octa Daguesta 113180025
Nadia Intan Maharani 113180004
Reswara Pasca 113180129
Rizky Syahri 113180092
Shyqilla Nabila 113180112
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN

JX Holdings adalah sebuah perusahaan asal Jepang yang bergerak di sektor


energi. Fokus utama JX Holdings adalah industri pertambangan minyak dan gas.
Pada tahun 2014, JX Holdings mendapatkan penjualan sebesar AS$124,6 miliar
dengan total keuntungan AS$2 miliar. JX Holdings telah beroperasi di berbagai
negara, antara lain Amerika Serikat, Teluk Meksiko, Kanada, Laut Utara Inggris,
Vietnam, Myanmar, Malaysia, Thailand, Papua Nugini, Australia, Qatar, Uni
Emirat Arab, Qatar, Jepang, dan Indonesia.
Pada tahun yang sama, JX Holdings menempati peringkat ke-257 dalam
daftar Global 2019, sebuah daftar perusahaan terbesar di dunia yang diperingkat
oleh majalah bisnis Forbes, dengan total pendapatan (revenue) $72 miliar dan total
aset sebesar $65,6 miliar. Serta dengan meraup keuntungan sebesar $3,4 miliar.
Perusahaan ini, JX Holdings, bermarkas di ibukota Jepang yaitu Tokyo. JX
Holdings didirikan pada tanggal 1 April 2010. Perusahaan ini beroperasi di bidang
energi, eksplorasi dan produksi minyak dan gas, Perusahaan ini beroperasi di
bidang energi, eksplorasi dan produksi minyak dan gas, penambangan dan lainnya.
Segmen Energi menawarkan penyulingan dan pemasaran minyak bumi, produk
kimia, pelumas, dan berkinerja pada batubara, listrik, gas, dan energi terbarukan.
Segmen Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi berkaitan dengan
eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak dan gas alam. Segmen
Penambangan meliputi pengembangan dan penambangan sumber daya logam non-
ferro, daur ulang logam non-ferro dan pengolahan limbah industri, pengiriman
produk termasuk produk bisnis logam, dan produksi tembaga, emas, perak, asam
sulfat, foil tembaga, bahan untuk rolling dan pemrosesan, bahan film tipis, dan
titanium. Segmen lainnya meliputi pengaspalan aspal, teknik sipil, konstruksi, kabel
listrik, transportasi darat, penyewaan real estate, dan bisnis terkait keuangan.
Gambar 1.1 Keuangan Perusahaan
(https://www.forbes.com/companies/jx-holdings/#e203ab859150)

Visi dan Misi dari perusahaan JX Holdings adalah :


 Visi
Memanfaatkan kekuatan bumi untuk barang-barang umum dan untuk
kehidupan sehari-hari dari masing-masing individu, kami akan
berkontribusi pada pengembangan komunitas kami dan membantu
memastikan masa depan yang cerah melalui penciptaan dan inovasi
dalam energi, sumber daya, dan material.
 Misi
1. Standar etika yang tinggi
2. Kesehatan, keselamatan, dan lingkungan
3. Fokus terhadap pelanggan
4. Berani mengambil tantangan
5. Selalu melangkah kedepan
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN ATLANTIS DAN LAPANGAN TRISULA

Lapangan Atlantis dan Trisula terletak di wilayah administrasi Kota Palopo,


Sulawesi Selatan. Kedua lapangan tersebut adalah lapangan yang dimiliki oleh
pemerintah negara Indonesia melalui Dirjen Migas.
Letak geografis lapangan Atlantis :
1. Lapangan AT004 = -3.014197, 120.231475
2. Lapangan AT005 = -2.9944103,120.2096014
3. Lapangan AT016 = -2.991785, 120.236544
4. Lapangan AT022 = -2.972626, 120.226680
5. Lapangan AT041 = -2.975471, 120.229243
6. Lapangan AT043 = -3.014047, 120.238856
7. Lapangan AT050 = -2.9998628,120.2304905
Letak geografis lapangan Trisula :
1. Lapangan TR003 = -2.9767244,120.1560125
2. Lapangan TR006 = -2.9719366,120.1745765
3. Lapangan TR007 = -3.0127062,120.1636272
4. Lapangan TR009 = -3.0247425,120.1901303
5. Lapangan TR011 = -2.9800992,120.1700824
6. Lapangan TR017 = -3.0073812,120.1616122
Lapangan Atlantis diketahui memiliki 6 lapangan offshore dan 1 lapangan
onshore. Demikian pula Lapangan Trisula diketahui memiliki 7 lapangan onshore.
Untuk kedua lapangan ini telah disediakan lahan untuk sebuah gathering facility
dalam proses produksi minyak.
Dalam mencapai gathering facility ini terdapat beberapa area yang
merupakan tempat umum seperti pemukiman warga, areal pemakaman, rumah
sakit, kantor walikota, stadion, sekolah dan perguruan tinggi, pelabuhan, tempat
pembuangan umum dan pasar. Sehingga terdapat beberapa hal harus dipersiapkan
dalam pengembangan kegiatan produksi pada wilayah ini.
Gambar 2.1 Foto Udara Lapangan Atlantis dan Lapangan Trisula
(maps.google.com)

Berikut temperature di Kota Palopo, Sulawesi Selatan:

Gambar 2.3. Foto Temperatur Kota Palopo


(https://www.accuweather.com/id/id/palopo/205745/weather-forecast/205745)
BAB III
DATA LAPANGAN DAN DATA KARAKTERISTIK FLUIDA
RESERVOIR

4.1. Data Lapangan


Tabel IV-1
Data Lapangan Atlantis dan Trisula

Data Keterangan Hasil

Sifat Fisik Fluida Analisa Laboratorium -

Tekanan Wellhead
400 psia
(Pwh)
Temperatur Wellhead
120 oF
(Twh)

Grafik P&T Loss

Laju Alir Awal Tiap


555 BPD
Sumur (QI)

Gas Liquid Ratio (GLR) 150 SCF/SCB

Maksimum % BS & W
4%
yang Diizinkan

Lokasi Fasilitas
Onshore
Produksi

Lokasi Sumur Onshore & Offshore


4.2. Data Karakteristik Fluida Terproduksi
 Analisa Fluida Reservoir :
Tabel IV-2
Analisa Fluida Reservoir

Lapangan Lapangan
Karakteristik Fluida Metode/Alat
Atlantis Trisula

Kandungan Air (ml) 0,27 0,15


Centrifuge
Kandungan Pasir (ml) 0,07 0,06
Tabung Kecil
%BS & W 6,8 4,2

˚API Hydrometer 35,96 26,42

Titik Nyala (˚F) Tag Closed 96,8 145,4

Titik Bakar (˚F) Tester 118,4 156,2

Titik Kabut (˚F) 68 80,6

Titik Beku (˚F) Cooling bath 37,4 44,6

Titik Tuang (˚F) 50 62,6

0,72 0
60°C
Vapour Pressure Pressure
70°C 1,22 0,25
(Psig) Gauge

80°C 1,44 0,45

Viskositas (cp) Viscometer 1,2 1,1


 Sifat Fisik Air Formasi
Tabel IV-7
Data Sifat Kimia Air Formasi Lapangan Atlantis dan Trisula

Warna Kuning Keruh

Bau Tanah

Rasa Asin

Nilai pH 8 & 8,5


BAB IV
ANALISA DATA LAPANGAN DAN KARATERISTIK FLUIDA
TERPRODUKSI

4.1.Analisis Data Lapangan


Pada kepala sumur, tekanan kepala sumur adalah sebesar 375 psia dan
temperatur kepala sumur sebesar 120 °F. Laju alir awal tiap sumur adalah 417
BPD dan Gas Liquid Rasio 390 scf/stb. Dilakukan analisa terhadap sampel
minyak mentah dan air formasi yang terproduksi.

4.2. Analisis Data Karakteristik Fluida Terproduksi


4.2.1. Kandungan Air dan Endapan
Umtuk mengetahui kadar air dan endapan maka dilakukan percobaan
mengunakan centrifuge dengan sampel minyak dari lapangan atlantis dan trisula
sebanyak 5 ml. Dari percobaaan yang sudah dilakikan diperole hasil jumlah air
dan batuan sedimen pada lapangan atlantis secara berturut 0,27 ml dan 0,07 ml
sehingga diperoleh persentase air dan batuan sedimen yang terkandung pada
miyak di lapangan atlantis sebesar 6,8 % sedangkan jumlah air dan batuan
sedimen pada lapangan trisula secara berturut 0,15 ml dan 0,06 ml sehingga
diperoleh kadar air dan batuan sedimen pada lapangan trisula sebesar 4,2 %.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kadar air dan batuan
sedimen miyak pada lapangan atlantis maupun trisula kurang dan baik dan
melewati batas maksimum % BS & W yang diizinkan sehingga perlu dilakukan
treatment untuk menyelesaikan masalah ini.

4.2.2. Spesific Gravity


Spesfic gravity dari minyak sampel dari lapangan trisula dan atlantis dites
menggunakan hydromerter. Dari hasil percobaan diperoleh SG minyak dari
lapangan atlantis sebesar 0,825 sehingga diperoleh derajat API sebesar 40,01
API lalu setelah dikoreksi dengan faktor koreksinya diperoleh nilai API true
sebesar 35,96 API sedangkan diperole juga SG minyak dari lapangan trisula
sebesar 0,872 sehingga diperoleh derajat API sebesar 30,77  API lalu dikoreksi
dengan faktor koreksinya sehingga diperoleh  API true sebesar 26.42  API.
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa minyak dari lapangan atlantis
merupakan minyak ringan dan minyak dari lapangan trisula merupakan minyak
berat.

4.2.3. Titik Nyala dan Titik Bakar


Untuk mengetaui titik nyala dan titik bakar dari minyak yang akan
diproduksi, dilakukan percobaan menggunakan tag closed tester. Dari hasil
percobaan diperoleh titik nyala sampel minyak dari lapangan atlantis terdapat
pada suhu 96,8  F dan titik bakarnya terletak pad suhu 118,4  F sedangkan
titik nyala sampel minyak dari lapangan trisula terletak pada suhu 145,4 F dan
titik bakarnya terletak pada suhu 156,2  F menimbang rata-rata suhu di palopo
yaitu 89,6  F dapat disimpulkan miyak pada lapangan atlantis memerlukan
perhatian khusus dan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran ataupun insiden
lainnya disisi lain, minyak pada lapangan trisula tidak terlalu memiliki resiko
tinggi dimana minyak dapat mencapai titik nyalanya.

4.2.4. Ttitik Kabut, Titik Beku dan Titik Tuang


Cooling bath digunakan untuk mengetahui titik kabut, titik beku dan titik
tuang sampel minyak dari lapangan trisula dan atlantis. Dari hasil percobaan
diperoleh data titik kabut, titik beku dan titik tuang sampel minyak dari
lapangan atlantis secara berurutan 68 F ; 37,4 F dan 50  F sedangkan sampel
minyak dari lapangan trisula memiliki titik kabut, titik beku dan titik beku
secara berurut 80,6  F ; 44,6  F dan 62,6  F. Titik beku minyak pada lapangan
atlantis rawan mengalami problem seperti pembentukan parafin karena minyak
kemungkinan mencapai titik bekunya saat dialirkan di bawah laut sehingga
diperlukan tindakan untuk mencegah problem ini.
4.2.5. Vapour Preassure Pada Beberapa Temperatur
Penentuan tekanan uap pada berbagai temperatur dilakukan menggunakan
preassure gauge. Dari hasil percobaan diperoleh tekanan uap minyak dari
lapangan atlantis pada suhu 60 F sebesar 15,42 psia, pada suhu 65 F sebesar
15,72 psia, pada suhu 70  F sebesar 15,92 psia ,pada suhu 75 F sebesar 16,15
psia , pada suhu 80 F sebesar 16,14 psia , pada suhu 85 F sebesar 16,22 psia ,
pada suhu 90 F sebesar 16,3 psia, pada suhu 95 F sebesar 16,34 psia, pada
suhu 100 F sebesar 16,42 psia. Tekanan uap pada sampel minyak dari lapangan
atlantis dan trisula memiliki perbedaan. Pada lapangan trisula diperoleh data
tekanan uap pada suhu suhu 60 F sebesar 14,7 psia, pada suhu 65 F sebesar
14,85 psia, pada suhu 70  F sebesar 14,95 psia ,pada suhu 75 F sebesar 15.05
psia , pada suhu 80 F sebesar 15,15 psia , pada suhu 85 F sebesar 15,45 psia ,
pada suhu 90 F sebesar 15,75 psia, pada suhu 95 F sebesar 16,05 psia, pada
suhu 100 F sebesar 16,35  F

4.2.6. Viskositas Kinematik


Penentuan viskositas kinematik menggunakan viscometer. Dari data
didapatkan bahwa viskositas sampel dari lapangan atlantis sebesar 1,2 cp dan
viskositas sampel dari lapangan trisula sebesar 1,1 cp.

4.2.7. Sifat Kimia Air Formasi


Dari analisa kimia formasi didapatkan ciri – ciri air formasi yaitu memiliki
rasa asin dan agak payau, memiliki pH 8,5 yang didapat dengan menggunakan
pH tester. Bau dari air formasi ini adala seperti bau obat atau bau betadine dan
warnanya kuning keruh. Karena pH dari air formasi ini 8,5 dapat disimpulkan
bawa air foramasi bersifat basa dan dapat menyebabkan problem produksi yaitu
scale. Dari hasil percobaan dapat digambarkan grafik SI ( Stability Index )
sebagai berikut.
Grafik SI Lapangan Atlantis
120

100

80
Temperatur

60

40

20

0
-1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
SI

Grafik SI Lapangan Trisula


120

100

80
Temperatur

60

40

20

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
SI

Dari hasil percobaan yang dianalisa dapat disimpulkan bahwa :


 Mimyak pada lapangan atlantis merupakan minyak ringan dan minyak
pada lapangan trisula merupakan minyak berat
 Minyak pada lapangan trisula rawan teradap problem terbentuknya
parafin
 Kadar air dan batuan sedimen minyak dari kedua lapangan melewati
batas % BS&W yang diizinkan
 Air formasi pada kedua lapangan bersifat basa sehingga dapat
menimbulkan problem scaling atau terbentuknya scale
BAB V
PERKIRAAN PROBLEM PRODUKSI SERTA PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGANNYA

Berikut adalah perkiraan atau prediksi masalah (problem) yang mungkin


untuk terjadi pada proses produksi. Problem yang mungkin terjadi diantaranya:
A. Emulsi
Hasil uji laboratorium sampel minyak mentah dari Lapangan
Atlantis dan Trisula menggunakan Centrifuge Method tabung kecil
menghasilkan kadar air sebesar 0,27 ml dan 0,07 ml endapan pasir
(Lapangan Atlantis) dan kadar air sebesar 0,15 ml dan 0,06 ml endapan
pasir. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah emulsi terjadi
di Lapangan Atlantis sehingga perusahaan kami melakukan beberapa
tindakan pencegahan dan penanggulanangan antara lain:
1. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan melakukan menurunkan laju
produksi.
2. Penanggulangan
 Penggunaan Demulsifier Agent
Demulsifier Agent dapat memisahkan kedua zat (emulsi) dengan
memperbesar tegangan antarmuka (minyak dan air) sesuai dengan
densitasnya.
 Penggunaan Heater Treater
Heater Treater merupakan metode pemanasan yang diterapkan
dengan anggapan emulsi tersebut tetap, namun dalam keadaan bergerak
(seperti gerak brown dalam koloid). Panas akan mempercepat gerakan
tersebut dan menyebabkan partikel yang saling bertubrukan lebih sering
dengan kekuatan besar. Yang menyebabkan lapisan menjadi pecah dan
viskositas cairan semakin berkurang sehingga menyebabkan air
terpisah.
 Penggunaan Settling Time Method
Minyak dan air akan terpisah berdasarkan prinsip gravitasi,
sehingga terpisah berdasarkan perbedaan densitas.
B. Kepasiran
Problem kepasiran ini terjadi dikarenakan adanya endapan yang
berukuran kecil ikut terproduksi. Karena batuan yang tidak padat, sehingga
serpihannya ikut terproduksi.
1. Pencegahan
Cara untuk mencegah terjadinya kepasiran yaitu dengan cara
memproduksikan minyak pada laju optimum, karena jika laju alir produksi
melebihi laju produksi kritis, maka butiran pasir akan ikut terproduksi
bersamaan dengan produksi minyak.
2. Penanggulangan
 Pemasangan Gravel Pack
Pemasangan gravel pack dilakukan dengan memasang
kerikil/gravel di depan formasi produktif dengan cara diinjeksikan,
yang manna kerikil/gravel tersebut dapat menahan butiran yang
terlepas dan berlaku sebagai penyaring.
 Pemasangan Screen Liner
Pemasangan screen liner yaitu liner dipasang pada formasi
produktif sehingga pasir yang ikut aliran produksi tertahan oleh
screen tersebut.
C. Scale
Air formasi pada Lapangan Atlantis dengan pH 8 yang berarti
bersifat basa sehingga memungkinkan adanya masalah scale. Scale berarti
dikarenakan bersifat basa maka akan menimbulkan endapan.
1. Pencegahan
 Scale Inhibitor
Scale inhibitor merupakan zat kimia yang dapat mencegah
terjadinya scale dengan menjaga partikel pembetuk scale agar tetap
dalam larutan, sehingga diharapkan pengendapan tidak terjadi.
2. Penanggulangan
 Pigging
Pigging digunakan untuk membersihkan pipa dari scale
yang menempel. Alat yang berbentuk seperti babi (pig) ini
dimasukkan ke dalam pipa dan didorong untuk membersihkan pipa.
 Acidizing
Yang dimaksud dengan acidizing adalah penambahan
larutan yang bersifat asam (acid), yang digunakan untuk
menetralkan endapan (scale) yang bersifat basa. Dengan
penambahan larutan yang bersifat asam maka larutan akan menjadi
netral. Cairan bersifat asam ini diinjeksikan ke dalam pipa untuk
melarutkan scale.
D. Korosi
Korosi dapat terjadi juga, diakrenakan pipa yang dipakai ada
beberapa yang berada di bawah tanah/permukaan. Sehingga memungkinkan
adanya korosi. Korosi adalah keadaan dimana air bersifat asam, yang dapat
menyebabkan korosi (karat). Dapat membuat kerapuhan pada pipa.
1. Pencegahan
 Coating
Dengan melakukan coating, maka diharapkan akan
melindungi pipa dari cairan yang bersifat asam, yang dapat
menyebabkan korosi pada pipa apabila tidak ada lapisan (coating)
Coating bekerja dengan cara membentuk suatu lapisan yang tipis
dapat memisahkan atau mengisolir antara permukaan logam dengan
kondisi lingkungan sekitar sehingga dapat mencegah terjadinya
korosi.
 Chatodic Protection
Chatodic Protection merupakan teknik yang digunakan
untuk menurunkan laju korosi pada permukaan logam dengan
melewatkan sejumlah arus katodik sehingga dapat arus korosi dari
anoda suatu material yang berada pada medium yang mempunyai
sifat konduktif/pengantar arus atau elekrolit seperti tanah dan air.
2. Penanggulangan
 Penggantian Pipa
Apabila korosi yang terjadi pada pipa sudah terlalu parah,
maka akan dilakukan penggantian pada pipa yang rusak dengan pipa
yang baru.
E. Problem Paraffin
Parafin atau asphatin adalah unsur – unsur pokok yang banyak
terkandung dalam minyak mentah. Jenis kerusakan akibat endapan organic
ini umumnya disebabkan oleh perubahan komposisi hidrokarbon,
kandungan wax (lilin) di dalam crude oil, turunnya temperature dan
tekanan, sehingga minyak makin mengental (pengendapan parafinik) dan
menutup pori – pori batuan.
1. Pencegahan
 Mencegah aliran turbulensi akibat penggunaan surface choke yang
kurang tepat hal ini dapat mencegah timbulnya agitasi yang dapat
membentuk emulsi, dengan memberi tekanan separator lebih besar
namun dijaga perbedaan tekanannya masih mampu mengalirkan
minyak ke separator.
2. Penanggulangan
 Metode Pemanasan
Metode ini dapat mempercepat gerakan Brown dari partikel dan
menyebabkan partikel saling tubrukan lebih sering dengan kekuatan
lebih besar, sehingga menyebabkan lapisan film yang dibentuk
emulsifying agent menjadi pecah, dan viskositas cairan makin
berkurang yang menyebabkan air terpisah. Oleh karena itu, diperlukan
hot oil circulation, heat isolator, steam injection yang dapat berfungsi untuk
menurunkan viskositas minyak. Di lapangan metode ini diterapkan pada
alat-alat Heater Treater.
BAB VI
HASIL RANCANGAN PERALATAN PRODUKSI (SURFACE
FACILITIES)

Rancangan peralatan produksi didesain seefektif mungkin berdasarkan data


foto udara dan lapangan serta hasil uji laboratorium sampel minyak yang
diproduksi. Rancangan dibuat dari kepala sumur (wellhead) sampai ke stasiun
pengumpul utama (SPU). Pada lapangan Atlantis dan Trisula terdapat pemakaman,
pelabuhan, stadion, sekolah, rumah sakit, kantor walikota, dan pemukiman warga.
Terdapat 13 sumur produksi yaitu TR003, TR006, TR011, TR017, TR007, TR009
pada lapangan Trisula dan AT004, AT043, AT050 pada lapangan Atlantis yang
merupakan sumur onshore dan sumur AT022, AT041, dan AT016 yang merupakan
sumur offshore.

Pipa yang digunakan untuk flowline adalah pipa yang berdiameter 5 inch.
Alasan digunakan pipa berdiameter 5 inch dikarenakan pipa ini memiliki pressure
loss dan temperature loss yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

Grafik 6.1
Pressure Loss untuk Berbagai Ukuran Pipa

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pipa yang berukuran 3 inch, yang
memiliki garis berwarna biru, mengalami pressure loss yang cukup besar seiring
bertambahnya panjang pipa. Untuk ukuran 5 inch, pressure loss yang dialami tidak
terlalu besar, hal ini ditunjukkan ketika mengalami pressure loss lalu dibantu
dengan pompa, tekanannya naik kembali. Tetapi, kenaikan pressure yang dialami
pipa berdiameter 5 inch tidak sebesar yang dialami pipa 7 inch.

Grafik 6.2
Temperature Loss untuk Berbagai Ukuran Pipa

Selain meninjau dari aspek pressure loss, kami juga meninjau dari aspek
temperature loss. Pipa berdiameter 7 inch memilik temperature loss yang sangat
besar. Lalu, pipa berukuran 3 inch memiliki temperature loss yang kecil, tapi
pressure loss yang dialami sangat besar. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk
menggunakan pipa berdiameter 5 inch.

Untuk pengoperasian, pemasangan dan pemeliharaan pipa telah sesuai


dengan Hak Lintas Pipa yang diatur dalam ketentuan Surat Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997 tentang Keselamatan Kerja
Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi. Flowline yang menyeberangi jalan raya akan
ditanam di dalam tanah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur
Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (1). Flowline akan ditanam sedalam 10 m dari
permukaan dengan alasan keselamatan. Lalu, untuk flowline yang menyeberangi
teluk Boni akan ditanam sedalam 2 m dari dasar permukaan laut serta dilengkapi
dengan pemberat agar pipa tidak mudah bergerak. Ketentuan tersebut sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997
tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi pasal 13 ayat (3a).

Gambar 6.1
Gambar Udara Lapangan Atlantis

Pada Lapangan Atlantis, temperature fluida di wellhead berada di atas titik


nyala dari fluida yang diproduksikan di Lapangan Atlantis sehingga dilakukan
pemasangan cooler pada semua sumur, kecuali di sumur AT022 dan sumur AT041.
Cooler tidak dipasangkan di sumur AT022 dan sumur AT041 dikarenakan apabila
pada sumur tersebut dipasangkan cooler, fluida saat sampai di manifold 7
temperature-nya akan berada di bawah titik beku. Untuk mencegah terjadinya
kebakaran maka pada flowline tersebut dilakukan isolasi untuk menghilangkan O2
yang merupakan salah satu komponen dari segitiga api, sehingga tidak terjadi
kebakaran. selanjutnya yaitu penyatuan flowline yang berasal dari sumur AT04 dan
sumur AT43 yang dilakukan di manifold 1. Aliran dari manifold 1 akan mengalir
ke manifold 2, bersamaan dengan penyatuan flowline yang berasal dari AT050 dan
AT016 yang menuju ke manifold 2. Kemudian setelah pipa mencapai daratan,
dipasang pump untuk menaikkan pressure sehingga saat mencapai manifold
tekanan dari aliran di flowline M2 tidak berselisih jauh dengan aliran dari flowline
lainnya. Kemudian heater dipasangkan lagi, pemasangan heater ini dikarenakan
suhu fluida sudah hampir mendekati titik kabut dan agar pipa tidak membeku saat
pipa masih berada di bawah laut. Setelah itu aliran di pipa menuju ke manifold 7.
Flowline dari manifold 2, sumur AT005, sumur AT041, dan sumur AT022 juga
dialirkan menuju ke manifold 7. Setelah semua aliran dari sumur dan manifold 2
sampai ke manifold 7, maka aliran akan dialirkan menuju ke Gathering System.

Gambar 6.2
Gambar Udara Lapangan Trisula

Pada Lapangan Trisula, temperature fluida yang berada di wellhead


melebihi titik nyala dari fluida yang diproduksikan di Lapangan Trisula sehingga
dilakukan pemasangan cooler, yang berguna untuk menurunkan temperature fluida
agar berada di bawah titik nyalanya. pemasangan flowline dimulai dari sumur
TR009 menuju ke manifold 4, sebelum mencapai ke manifold 4 dipasang heater
saat flowline sudah dijarak 2769 meter dan juga saat flowline 1560 m sebelum
mencapai manifold di pasang pump supaya tekanan dari fluida di flowline TR009
tekanannya tidak berbeda jauh dengan tekanan yang berasal dari flowline lainnya.
Selanjutnya flowline dari sumur TR007 dan sumur TR017 juga disatukan di
manifold 4. Lalu flowline dari sumur TR003, sumur TR011, dan sumur TR006
disatukan di manifold 6. Lalu pada saat flowline sudah sepanjang 50 m dipasang
pump untuk mengimbangkan tekanan dari flowline tersebut dengan tekanan dari
flowline lainnya. Lalu aliran dari manifold 6 dan dari manifold 4 disatukan ke
manifold 5. Sebelum aliran dari manifold 4 sampai ke manifold 5, ditempatkan
heater pada flowline dijarak 1298 meter, pemasangan heater dilakukan karena
fluida hampir mendekati titik kabutnya. Setelah aliran disatukan, maka flowline
akan diteruskan ke manifold 3. Sebelum aliran sampai ke manifold 3, ditempatkan
2 heater, dimana heater pertama terletak pada flowline dijarak 1237 meter, dan
heater kedua ditempatkan pada saat pipeline dijarak 4006 meter. Selain itu
ditempatkan sebuah pompa pada pipeline dijarak 3120 meter, agar tekanan fluida
tetap terjaga. Setelah semua aliran dari setiap sumur di Lapangan Trisula masuk ke
manifold 3, maka aliran akan diteruskan masuk ke Gathering System,

Sebelum memasuki Gathering System semua flowline dari lapangan Atlantis akan
terkumpul ke manifold M7 dan pada lapangan Trisula akan terkumpul di manifold
M3. Tujuan dari pemisahan kedua aliran tersebut karena fluida yang diproduksikan
di lapangan Atlantis dan Trisula merupakan minyak yang berbeda jenisnya, yaitu
pada Lapangan Trisula dihasilkan minyak berat, sedangkan pada Lapangan Atlantis
dihasilkan minyak ringan. Pada Gathering System juga terdapat dua manifold
header.

Gambar 6.3
Gambar Desain Surface Facilities
Pada Gathering System terdapat 2 manifold header, hal ini dikarenakan
fluida yang diproduksikan dari Lapangan Atlantis dan Lapangan Trisula memiliki
jenis minyak yang berbeda, dimana kedua mandifold header tersebut sesuai dengan
kedua jenis minyak, yaitu minyak berat pada Lapangan Trisula dan minyak ringan
pada Lapangan Atlantis. Jenis separator yang digunakan adalah separator tegak atau
yang biasa disebut separator vertikal. Digunakannya separator vertikal ini
berdasarkan Gas Liquid Ratio (GLR) yang rendah dan terdapat banyak endapan
dari fluida. Sesuai dengan kelebihan dari separator vertikal dimana separator jenis
ini dapat menanggung pasir dalam jumlah yang besar serta mudah dibersihkan.

Separator 3 fasa adalah separator yang digunakan pada surface facilites,


dimana separator 3 fasa akan memisahkan fasa minyak, gas, dan cairan pada fluida.
Setelah ketiga fasa tersebut dipisahkan, maka minyak akan dialirkan menuju ke
Free Water Knock-Out (FWKO) untuk memisahkan sisa fraksi air yang masih
terkandung di dalam minyak, lalu air yang terdapat pada FWKO akan masuk
kedalam Oil Skimmer dan minyak akan masuk kedalam Heater Treater. Pada
Heater Treater, air emulsi pada minyak akan dipisahkan dari minyak, sehingga air
tersebut akan masuk kedalam Oil Skimmer dan minyak akan masuk kedalam
Storage Tank . Gas yang berasal dari separator akan masuk ke Gas Scrubber,
sehingga akan didapatkan liquid, lalu liquid yang masih terkandung di dalam gas
akan dipisahkan sehingga liquid tersebut akan masuk kedalam FWKO, dan gas
akan masuk kedalam Gas Dehydrator. Pada Gas Dehydrator, air yang masih
terkandung dalam gas akan dipisahkan dari gas, sehingga air tersebut akan masuk
kedalam Wash Tank dan sedangkan gas yang dihasilkan akan dijadikan power
plant. Sedangkan Power Plant berfungsi sebagai penyedia tenaga bagi stasiun
pengumpul. Air yang berasal dari separator akan menuju ke Oil Skimmer, dimana
pada Oil Skimmer, fraksi minyak yang masih terdapat dalam air. Fraksi minyak
yang masih terkandung di dalam air akan dialirkan menuju ke FWKO sedangkan
untuk air itu sendiri akan masuk ke dalam wash tank. Lalu, pada wash tank
dilakukan treatment terhadap air, sehingga air tersebut sudah memenuhi syarat
untuk diinjeksikan. Air tersebut kemudian akan disimpan ke dalam water tank.
Pada Surface Facilities lapangan ini digunakan storage tank berjenis fixed
roof tank. Digunakannya storage tank jenis ini dikarenakan jenis fluida mempunyai
tekanan uap yang rendah atau amat rendah (mendekati atmosferik) atau dengan kata
lain fluida yang tidak mudah menguap. Selain itu pada stasiun pengumpul juga
dilengkapi dengan tangki penampungan busa dan air serta bak pasir, ini merupakan
upaya untuk penanggulangan apabila terjadi kebakaran.

Berdasarkan data yang didapatkan dari uji coba di laboratorium, minyak


yang diproduksi dari Lapangan Atlantis mempunyai titik kabut 68oF dan titik nyala
96.8oF sehingga temperatur minyak harus di jaga di antara titik nyala dan titik kabut
tersebut. Penurunan temperatur pada flowline diminimalisir dengan pemasangan
isolator hingga tidak ada perpindahan panas keluar atau ke dalam pipa. Heater juga
dipasang pada manifold untuk menyesuaikan kembali suhu sesuai titik kabut dan
titik nyala. Dari hasil uji laboratorium diketahui jenis minyak yang diproduksikan
memiliki 35,96°API menunjukkan jenis minyak ringan. Untuk meminimalisir
terjainya kebakaran maka kita menyesuaikan kondisi lapangan flowline dicat
menggunakan cat berwarna putih agar panas dari sinar matahari terpantulkan
dimana hal ini untuk menjaga temperatur minyak dibawah titik nyala dan
meminimalisir terjadinya kebakaran.

Lalu, untuk minyak yang diproduksi di Lapangan Trisula dimana minyak


memiliki titik kabut sebesar 80,6 oF dan titik nyala 145,4 oF maka kita juga
memasang cooler di setiap wellhead. Di lapangan ini, kita juga memasang heater
demi menjaga temperatur tetap berada di kondisi stabil yaitu di antara titik kabut
dan titik nyala agar minyak tetap dapat mengalir serta tidak terjadi problem seperti
kebakaran. Di lapangan ini kita juga memasang pump agar tekanan fluida tetap
terjaga. Dari hasil laboratorium diketahui jenis minyak yang diproduksikan
memiliki 26,42°API yang menunjukkan bahwa minyak itu minyak berat.
BAB VII
PEMBAHASAN

Jenis minyak yang diproduksikan pada Lapangan Atlantis mempunyai nilai


o
API sebesar 35,96 oAPI sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak tersebut adalah
minyak rigan. Lalu minyak pada Lapangan Trisula mempunyai nilai oAPI 26,42
o
API yang menunjukkan minyak tersebut tergolong minyak berat.
Beberapa flowline di darat diletakkan di daratan, kecuali pada daerah
pesimpangan dan perairan maka akan dilakukan penanaman flowline. Hak Lintas
Pipa disesuai dengan syarat dan ketentuan yang diatur dalam Surat Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No.300.K/38/M.pe/1997 tentang Keselamatan
Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi pasal 1 dan pasal 8. Berkenaan dengan
hal itu maka dilakukan tindakan pencegahan bahaya pada daerah letak penanaman
flowline dengan cara memberikan marka jalan peringatan jarak marka setiap 100 m
dan jarak rambu setiap 500 m sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No.300.K/38/M.pe/1997 tentang Keselamatan Kerja
Pipa Penyalur Minyak Dan Gas Bumi pasal 24 demi kenyamanan dan keamanan
pengguna jalan. Flowline yang dipasang berdampingan dengan pemukiman warga
dan melewati jalanan umum dipasang dengan jarak 10 meter dari jalan raya sesuai
dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No.300.K/38/M.pe/1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan
Gas Bumi pasal 7.
Sebelum melewati daerah perairan, beberapa flowline akan dipasang heater
untuk menjaga temperature fluida. Heater diatur agar temperaturnya tetap dibawah
titik nyala dan diatas titik kabut. Agar saat melewati bawah dasar laut, fluida dapat
mengalir lancar dan tidak menyebabkan problem seperti pembentukan parafin
ketika di dasar laut. Perawatan pada flowline juga dilakukan pengecekan terhadap
indikasi scale yang dapat menyebabkan penyumbatan pipa. pencegahan scale yang
dapat dilakukan adalah menginjeksikan scale inhibitor pada pipa-pipa produksi dan
untuk penanganannya dilakukan pigging secara berkala.
Disini kami memakai pipa dengan diameter . Diketahui bahwa semakin
panjang pipa yang digunakan maka semakin besar juga temperature loss yang
dihasilkan, pada sumur Atlantis, minyak terpengaruh oleh temperatur laut karena
letaknya berada didasar laut, seharusnya dilakukan perhitungan perpindahan panas
dan massa namun karena kurangnya data, maka untuk menjaga pengaruh
temperatur laut terhadap temperatur minyak dalam pipa dilakukan pemasangan
heater untuk menjaga agar temperatur crude oil berada diatas titik beku. Untuk
temperatur minyak yang melebihi titik nyalanya seharusnya dilakukan penambahan
cooler, digunakan oxygen scavenger untuk menghilangkan oksigen dalam minyak
sehingga tidak terbentuk segitiga api . Untuk mencegah terjadinya kebocoran pada
pipa , dilakukan pengecekan/pengontrolan aliran pipa transmisi secara rutin setiap
3 bulan sekali. Diilihat juga untuk penempatan pipa transmisi ditanam didalam
tanah dan diletakkan didasar laut, pasti juga terjadi penurunan temperatur pada pipa
tersebut. Selanjutnya karena pipa yang digunakan dalam Lapangan Trisula adalah
pipa bawah tanah , maka penggunaan cat perlu diperhatikan. Karena kondisi tanah
yang mengandung air, diperlukan cat yang bersifat resisten terhadap air yaitu cat
berbahan resin. Selain itu warna cat harus dapat memantulkan panas dari matahari
agar minyak tidak menyentuh titik nyalanya, pada kasus ini digunakan warna perak
atau putih.
Kemudian flowline dari masing-masing lapangan diteruskan menuju ke
manifold header yang berada di gathering system. Lalu diteruskan kembali menuju
ke separator 3 fasa. Jenis separator 3 fasa yang digunakan adalah separator vertikal,
karena jumlah rate minyak cukup tinggi yaitu 150 SCF/STB dan rate nya sebesar
555 BPD serta karena volumenya lebih besarsehingga dapat menampung lebih banyak
endapan, lebih mudah dalam hal perawatan, cocok untuk proses oil sweetening dan murah..
Separator 3 fasa akan memisahkan minyak, gas dan air berdasarkan berat jenisnya.
Untuk minyak akan diproses melalui FWKO untuk memisahkan kandungan airnya
yang banyak, lalu dialirkan ke stripper untuk dipisahkan impurities H2S dan CO2
dengan sweet gas dari absorber. Kemudian menuju heater treater untuk dipisahkan
emulsi yang masih terjandung, lalu menuju ke storage tank, air yang berasal dari
pemisahan FWKO dialirkan ke oil skimmer, lalu air yang hasil pemisahan dari
heater treater akan dialirkan ke water treatment. Air yang berasal dari FWKO dan
heater treater akan terakumulasi dengan air dari separator 3 fasa menuju water
treatment lalu akan dialirkan ke sumur pembuangan atau dapat di injeksikan
kembali. Gas yang berasal dari separator 3 fasa akan dialirkan ke gas scrubber
memisahkan air dan minyak yang masih terkandung dalam gas, lalu air dan minyak
tersebut akan dialirkan ke FWKO. Gas hasil dari gas scrubber akan menuju
absorber untuk dihilangkah kandungan H2S nya dengan bantuan katalis, kemudia
hasil sweet gas akan disalurkan menuju ke stripper untuk proses sweetening oil,
untuk pembangkit turbin generatir listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik
facilities, langsung dijual dalam dan sisanya akan dibakar di flare.
Storage tank yang digunakan adalah jenis floating roof tank karena storage
tank jenis ini dapat mencegah kebakaran akibat pemuaian gas akibat kenaikan suhu,
storage tank juga dicat warna putih atau untuk memantulkan cahaya matahari
sehingga dapat memperlambat penguapan karena jenis minyak yang diproduksi dari
Lapangan Atlantis dan Lapangan Trisula mudah menguap karena termasuk minyak
ringan dan sedang.
BAB VIII
KESIMPULAN

1. Sebagai tindakan pencegahan bahaya pada daerah letak penanaman flowline diberi
marka jalan peringatan jarak marka setiap 100 m dan jarak rambu setiap 500 m sesuai
dengan ketentuan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No.300.K/38/M.pe/1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak Dan Gas
Bumi pasal 24.
2. Data Lapangan yang diperoleh berdasarkan hasil laboratorium:
A. Data Lapangan Atlantis dan Trisula
 Tekanan Wellhead = 400 psia
 Temperatur Wellhead = 120 oF
 Laju Alir Awal Tiap Sumur = 555 BPD
 Gas Liquid Ratio (GLR) = 150 SCF/SCB
 Maks. BS & W (%) yang diizinkan = 4%
 Lokasi Fasilitas Produksi di Onshore
 Lokasi Sumur Lap. Trisula di Onshore
 Lokasi Sumur Lap. Atlantis sebagian Onshore dan Offshore
B. Lapangan Atlantis (Sampel A )
 Kandungan BS & W = 6,8 %
 Titik Nyala = 96,8 oF
 Titik Bakar = 118,4 oF
 Titik Kabut = 68 oF
 Titik Beku = 37,4 oF
 Titik Tuang = 50 oF
 Tekanan Uap
 60 oC = 0,72 psig = 15,42 psia
 70 oC = 1,22 psig = 15,92 psia
 80 C o
= 1,44 psig = 16,14 psia
 Sifat fisik air formasi
 pH =8
 Rasa = Asin
 Warna = Kuning keruh
 Bau = Tanah
 Spesific Grafity
 SGtrue = 0,845
 o
APItrue = 35,96 oAPI
 Viskositas = 1,2 cp
C. Lapangan Trisula (Sampel B)
 Kandungan BS & W = 4,2 %
 Titik Nyala = 145,4 oF
 Titik Bakar = 156,2 oF
 Titik Kabut = 80,6 oF
 Titik Beku = 44,6 oF
 Titik Tuang = 62,6 oF
 Tekanan Uap
 60 oC =0 psig = 14,7 psia
 70 oC = 0,25 psig = 14,95 psia
 80 oC = 0,45 psig = 15,15 psia
 Sifat fisik air formasi
 pH = 8,5
 Rasa = Asin
 Warna = Kuning keruh
 Bau = Tanah
 Spesific Grafity
 SGtrue = 0,896
 o
APItrue = 26,42 oAPI
 Viskositas = 1,2 cp

3. Problem lapangan yang mungkin terjadi pada kedua lapangan:


 Emulsi
 Kepasiran
 Scale
 Korosi
 Paraffin
4. Pencegahan dan penanggulangan problem produksi:
a. Emulsi
- Pencegahan:
Menurunkan laju produksi.

- Penanggulangan:
Menggunakan demulsifier agent, heater treater, dan settling time
method.
b. Kepasiran
- Pencegahan:
Memproduksi minyak dengan laju produksi yang optimum.
- Penanggulangan:
Memasang gravel pack dan screen liner.
c. Scale
- Pencegahan:
Menginjeksikan scale inhibitor.
- Penanggulangan:
Melakukan pigging dan acidizing.
d. Korosi
- Pencegahan:
Melakukan coating dan chatodic protection.
- Penanggulangan:
Melakukan penggantian pipa.
e. Parafin
- Pencegahan
Mencegah munculnya aliran turbulensi akibat penggunaan surface
choke yang kurang tepat.
- Penanggulangan
Melakukan metode pemanasan.
5. Tekanan dari Manifold Header ke Gathering Station adalah 387,01785 psi. (dari
manifold 7) dan 398,23045 psi (dari manifold 3).
6. Diameter pipa sebesar 5 inch, karena pressure loss dan temperature loss-nya tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
7. Jenis separator yang digunakan adalah separator vertikal karena sesuai dengan GLR
dari fluida, dimana GLR rendah. Separator vertikal dapat menanggung pasir dengan
jumlah yang besar dan juga mudah dibersihkan.
8. Jenis storage tank yang digunakan adalah fixed roof tank karena tekanan uapnya
rendah, mendekati tekanan atmosfer.
9. Pemasangan heater treater dilakukan pada setiap titik ketika akan memasuki titik
kabut.
10. Surface Facilities
Fluida yang terproduksi melalui flowline lalu menuju ke manifold. Dimana, setelah
melalui manifold, fluida tersebut akan dipisah berdasarkan fasanya di separator 3 fasa
(vertikal). Dimana gas ke gas scrubber; minyak ke FWKO; air ke oil skimmer. Untuk
gas setelah melalui gas scrubber, Gas dialirkan ke sulfur removal lalu ke dehydrator.
Kemudian gas yang dihasilkan bisa digunakan untuk stripper, dijual, untuk
pembangkit generator listrik, dan sisa gas yang tidak terpakai bisa dibakar di flare.
Sedangkan untuk minyak setelah dari FWKO ke stripper, lalu menuju ke heater dan
terakhir akan di simpan di storage tank. Dan untuk air, setelah dari oil skimmer lalu
masuk ke water treatment, dan kemudian akan diinjeksi sumur.
BAB IX
REKOMENDASI DAN INOVASI

9.1. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisa data lapangan dan uji laboratorium yang
didapatkan oleh JX HOLDINGS yaitu :
1. Kandungan %BS & W pada Lapangan Atlantis sebesar 6,8%, sedangkan
kandungan %%BS &W pada Lapangan Trisula sebesar 4,2%, sehingga
separator yang digunakan adalah separator 3 fasa (vertical separator)
karena dapat menampung lebih banyak endapan sedimen dan mudah
membersihkannya. Hal ini disebabkan karena prinsip kerja separator ini
menggunakan gravitasi yang lebih baik dibandingakan jenis separator lain,
sehingga endapan yang terproduksi lebih mudah dipisahkan.
2. Air formasi yang terproduksi di Lapangan Atlantis memiliki pH sebesar 8,
sedangkan untuk Lapangan Trisula memiliki pH sebesar 8,5 yang dapat
menyebabkan problem scale. Pencegahan yang dilakukan dengan
penginjeksian scale inhibitor agar tidak terjadi pengendapan pada flowline.
Peanggulangannya dengan cara pigging dan penginjeksian asam (acidizing)
untuk meluruhkan scale.
9.2. INOVASI
Berdasarkan hasil analisa data lapangan dan uji laboratorium yang
didapatkan oleh JX HOLDINGS yaitu :
1. Storage tank yang digunakan merupakan jenis fixed roof tank yang dicat
putih. Digunakannya fixed roof tank karena jenis fluida mempunyai tekanan
uap yang rendah atau amat rendah (mendekati atmosferik) atau dengan kata
lain fluida yang tidak mudah menguap, sedangkan tujuan pengacatan
dengan warna putih agar memantulkan cahaya matahari sehingga dapat
memperlambat penguapan jika terjadi penguapan.
2. Menggunakan oxygen scavenger yang diinjeksikan pada wellhead untuk
menyerap oksigen. Hal ini bertujuan untuk safety factor atau tindakan
preventif dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran yang
diakibatkan reaksi oksigen.

Anda mungkin juga menyukai