Bahan Baku
1. Abu terbang dari limbah Paiton.
2. Natrium hidroksida (NaOH) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi
Energi dan Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada
3. Asam sulfat (H2SO4) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi dan
Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
4. Aquadest/RO yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi dan
Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
5. Asam oksalat (C2H2O4) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi
dan Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
Metode
Keterangan
1.Motor Pengaduk
2.Pengaduk Merkuri
3.Air Pendingin
4.Termometer Sumbat
5.Labu Leher Tiga
6.Pemanas Mantel
Rangkaian Alat Leaching 7.Statif
Gambar alat
Metode
Keterangan:
1. Gelas Beker
2. Magnetic bar
3. Magnetic stirrer
2. Digesti Silika
Digesti silika dilakukan untuk mengurangi kandungan silika yang terdapat pada sample. Abu
terbang yang sudah diayak diambil sebanyak 62,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu
leher tiga untuk direaksikan dengan larutan NaOH 8 M sebanyak 250 mL ( Abu terbang dan
larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan rasio 1:4.) pada suhu 90˚C dengan
Magnetic stirrer pada tekanan atmosferik selama 2 jam. Hasil reaksi disaring dengan kertas
saring, kemudian residu dicuci dengan RO sampai pH yang dihasilkan mendekati 7-8. Pencucian
dilakukan dengan RO disemprotkan ke residu dengan botol semprot sehingga air hasil pencucian
turun ke Erlenmeyer. Setelah dicuci, residu dioven selama 5 jam pada suhu 105˚C sampai kering.
CARA KERJA
3. Leaching H2SO4
Residu yang sudah dioven diambil sebanyak 25 gram lalu dimasukkan ke dalam labu leher tiga
untuk direaksikan dengan larutan H2SO4 1 M sebanyak 25 mL H2SO4/25 gram selama 120 menit
pada suhu 90˚C dengan tekanan atmosferik. Hasil reaksi disaring lalu disiapkan untuk proses
selanjutnya
Proses ini dilakukan untuk mengekstraksi REE, diekstraksi terlebih dahulu gangue mineral yang ada
didalam nya menggunakan larutan NaOH sampai dengan pH 3,5±0,2 kemudian dilarutankan lagi
dengan penambahan NaOH sampai dengan pH 5±0,2. Leachate sebanyak 200 mL dimasukkan ke
dalam gelas beker 250 mL, lalu reagen berupa NaOH 1M ditambahkan secara perlahan agar
presipitasi terjadi secara menyeluruh dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan 600 rpm selama 60
menit.
CARA KERJA
Penambahan reagen dihentikan jika pH larutan mencapai 3,5±0,2. Setelah presipitasi pertama
selesai, larutan disaring dengan kertas saring untuk dipisahkan dengan pengotor berupa Fe, Al dan
Si. Presipitasi kedua dilakukan dengan menambahkan larutan yang telah disaring tadi sebanyak
200 mL dengan larutan NaOH 1M lagi secara perlahan dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan
300 rpm selama 60 menit sampai pH larutan menjadi 5±0,2. Setelah presipitasi kedua selesai,
larutan disaring dengan kertas saring untuk dipisahkan dengan pengotor lain.
5. Presipitasi REE
Larutan hasil presipitasi dengan NaOH masing-masing sebanyak 200 mL ditambahkan dengan
larutan asam oksalat 5%w/v, 10%w/v, dan 15%w/v pada suhu ruangan (30˚C), 50˚C, dan 70˚C
Sedangkan untuk reagen presipitan tingkat 3 dengan NaOH ditambahkan larutan NaOH 0,1 M, 0,5
M, dan 1,0 M sebanyak 200 mL sambil diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm
selama 60 menit pada suhu ruangan, 50 ºC, dan 70 ºC. Larutan di dalam gelas beker dicuplik pada
menit ke-0, 1, 3, 5, 15, 30, dan 60 sebanyak 10 mL untuk masing-masing reagen. Larutan hasil
pencuplikan diencerkan 10x dan disimpan di dalam botol vial untuk dianalisis kandungannya.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
K = A exp(-E/RT)
k2/k1 = (A exp(-E/RT2))/(A exp(-E/RT1))
Untuk Dy:
K =0.05524 exp ((-80.2105 )/T),dengan T dalam Kelvin
Untuk Ce:
K =20.3951 exp ((-1970.1723 )/T), dengan T dalam Kelvin
PEMBAHASAN
Untuk Itrium:
k = 0,2377 exp((-801,5190)/T), dengan T dalam Kelvin
Untuk Lantanum:
k = 97,2948 exp((-2561,8681)/T), dengan T dalam Kelvin
PEMBAHASAN
Proses Pengovenan
LAMPIRAN FOTO
THANKYOU :)
THANKYOU :)
Pendahuluan
Logam tanah jarang yang terdapat dalam fly ash yang merupakan hasil
pembakaran batu bara dapat dipisahkan dari abu terbang menggunakan
presipitator elektrostatik agar cairan dan gasnya terpisah. Namun, proses
pemisahan tersebut memiliki kelemahan logam tanah jarang yang dihasilkan
setelah proses ekstraksi berjumlah sedikit karena komponen terbesar dalam abu
terbang adalah silika.
Semakin besar temperatur maka nilai dari konstanta presipitasi akan semakin besar. Hal ini
menunjukkan bahwa temperatur dapat mempengaruhi nilai konstanta presipitasi. Kenaikan
temperatur yang disertai kenaikan konstanta laju presipitasi menyebabkan presipitasi berjalan lebih
cepat dikarenakan energi kinetik untuk presipitasi semakin besar. Dengan memplotkan nilai ln k
terhadap 1/T, akan didapatkan nilai k overall berdasarkan persamaan Arrhenius