Anda di halaman 1dari 38

SEMINAR PENELITIAN

STUDI KINETIKA PRESIPITASI TIGA TINGKAT


LOGAM TANAH JARANG DARI
ABU TERBANG DENGAN PRESIPITAN NATRIUM
HIDROKSIDA DAN REAGEN ASAM OKSALAT
DAN NATRIUM HIDROKSIDA
Yunita Sarah G (19/443877/TK/49073)
Kennard Arfian W (19/443845/TK/49041)
Naskah Seminar Yunita & Kennard
Pendahuluan

Peningkatan kebutuhan manusia, baik


Energi yang dihasilkan terus bertambah
personal maupun dalam industri

Peningkatan jumlah limbah yang


dihasilkan
Judul Penelitian

Studi Kinetika Presipitasi Tiga Tingkat Logam


Tanah Jarang dari Abu Terbang dengan Presipitan
Natrium Hidroksida dan Reagen Asam Oksalat
Yunita Sarah Ginting

Studi Kinetika Presipitasi Logam Tanah Jarang dari


Abu Terbang dengan Reagen Natrium Hidroksida
Kennard Arfian Winanta
Tujuan Penelitian

1. Memahami pemisahan logam tanah jarang


melalui leaching dengan asam sulfat dan
presipitasi bertingkat dengan natrium
hidroksida dan asam oksalat.
2. Memahami faktor yang memengaruhi proses
presipitasi logam tanah jarang.
3. Memahami kinetika presipitasi logam tanah
jarang dengan natrium hidroksida dan asam
oksalat.
Metode

Bahan Baku
1. Abu terbang dari limbah Paiton.
2. Natrium hidroksida (NaOH) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi
Energi dan Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada
3. Asam sulfat (H2SO4) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi dan
Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
4. Aquadest/RO yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi dan
Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
5. Asam oksalat (C2H2O4) yang diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi
dan Pengolahan Pencemaran, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada.
Metode

Rangkaian Alat Utama


Penelitian ini dilengkapi dengan 2 alat utama, yang pertama adalah alat leaching
untuk preparasi sampel, dan magnetic stirrer untuk proses presipitasi. Adapun
perangkat lainnya adalah neraca analitik digital, pH meter, dan oven.

Keterangan
1.Motor Pengaduk
2.Pengaduk Merkuri
3.Air Pendingin
4.Termometer Sumbat
5.Labu Leher Tiga
6.Pemanas Mantel
Rangkaian Alat Leaching 7.Statif
Gambar alat
Metode

Keterangan:

1. Gelas Beker

2. Magnetic bar

3. Magnetic stirrer

4. Pengatur Suhu dan putaran


magnetic stirrer

Rangkaian Alat Presipitasi


CARA KERJA
1. Sieving
Abu terbang terlebih dahulu di Sieving menggunakan sieve shaker. Abu terbang dimasukkan ke
ayakan paling atas lalu ditutup agar tidak tumpah selama proses pengayakan. Setelah pengayakan
selesai, hasil ayakan dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan untuk proses selanjutnya Proses
ini dilakukan untuk mengurangi gangue mineral, sieving dilakukan pada alat sieving dengan
mengambil padatan yang lolos 400 mesh

2. Digesti Silika
Digesti silika dilakukan untuk mengurangi kandungan silika yang terdapat pada sample. Abu
terbang yang sudah diayak diambil sebanyak 62,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu
leher tiga untuk direaksikan dengan larutan NaOH 8 M sebanyak 250 mL ( Abu terbang dan
larutan NaOH dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan rasio 1:4.) pada suhu 90˚C dengan
Magnetic stirrer pada tekanan atmosferik selama 2 jam. Hasil reaksi disaring dengan kertas
saring, kemudian residu dicuci dengan RO sampai pH yang dihasilkan mendekati 7-8. Pencucian
dilakukan dengan RO disemprotkan ke residu dengan botol semprot sehingga air hasil pencucian
turun ke Erlenmeyer. Setelah dicuci, residu dioven selama 5 jam pada suhu 105˚C sampai kering.
CARA KERJA
3. Leaching H2SO4
Residu yang sudah dioven diambil sebanyak 25 gram lalu dimasukkan ke dalam labu leher tiga
untuk direaksikan dengan larutan H2SO4 1 M sebanyak 25 mL H2SO4/25 gram selama 120 menit
pada suhu 90˚C dengan tekanan atmosferik. Hasil reaksi disaring lalu disiapkan untuk proses
selanjutnya

4. Presipitasi Gangue Mineral

Proses ini dilakukan untuk mengekstraksi REE, diekstraksi terlebih dahulu gangue mineral yang ada
didalam nya menggunakan larutan NaOH sampai dengan pH 3,5±0,2 kemudian dilarutankan lagi
dengan penambahan NaOH sampai dengan pH 5±0,2. Leachate sebanyak 200 mL dimasukkan ke
dalam gelas beker 250 mL, lalu reagen berupa NaOH 1M ditambahkan secara perlahan agar
presipitasi terjadi secara menyeluruh dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan 600 rpm selama 60
menit.
CARA KERJA
Penambahan reagen dihentikan jika pH larutan mencapai 3,5±0,2. Setelah presipitasi pertama
selesai, larutan disaring dengan kertas saring untuk dipisahkan dengan pengotor berupa Fe, Al dan
Si. Presipitasi kedua dilakukan dengan menambahkan larutan yang telah disaring tadi sebanyak
200 mL dengan larutan NaOH 1M lagi secara perlahan dan diaduk dengan magnetic stirrer dengan
300 rpm selama 60 menit sampai pH larutan menjadi 5±0,2. Setelah presipitasi kedua selesai,
larutan disaring dengan kertas saring untuk dipisahkan dengan pengotor lain.

5. Presipitasi REE

Larutan hasil presipitasi dengan NaOH masing-masing sebanyak 200 mL ditambahkan dengan
larutan asam oksalat 5%w/v, 10%w/v, dan 15%w/v pada suhu ruangan (30˚C), 50˚C, dan 70˚C
Sedangkan untuk reagen presipitan tingkat 3 dengan NaOH ditambahkan larutan NaOH 0,1 M, 0,5
M, dan 1,0 M sebanyak 200 mL sambil diaduk dengan magnetic stirrer dengan kecepatan 300 rpm
selama 60 menit pada suhu ruangan, 50 ºC, dan 70 ºC. Larutan di dalam gelas beker dicuplik pada
menit ke-0, 1, 3, 5, 15, 30, dan 60 sebanyak 10 mL untuk masing-masing reagen. Larutan hasil
pencuplikan diencerkan 10x dan disimpan di dalam botol vial untuk dianalisis kandungannya.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

Gambar Grafik Untuk Unsur Dy dan Ce dengan Berbagai Suhu


dan Waktu dan konsentrasi Asam Oksalat 5%w/v
PEMBAHASAN
Perbandingan Data dan Model Orde 1 Untuk Unsur Dy dan Ce diberbagai Suhu
dan Waktu dengan konsentrasi Asam Oksalat 5%w/v
Perbandingan Data dan Model Avrami Untuk Unsur Dy dan Ce diberbagai Suhu
dan Waktu dengan konsentrasi Asam Oksalat 5%w/v
Perbandingan Data dan Model Orde 0 Untuk Unsur Dy dan Ce diberbagai
Suhu dan Waktu dengan konsentrasi Asam Oksalat 5%w/v
PEMBAHASAN

Yang menghasilkan R2 yang lebih mendekati 1 untuk ketiga variable


suhu adalah dengan menggunakan model kinetika pseudo first order yang
R2 mencapai 84% hingga 96% yang artinya ralat ataupun kesalahan nya
relative kecil yaitu 4% hingga 16%.
Sehingga sudah sangat mendekati 1 sedangkan dengan menggunakan
model avrami R2 yang didapatkan untuk unsur Dy dan Ce memiliki R2
yaitu 66%-99% artinya terdapat ralat atau relative kesalahan nya yaitu 1%
hingga 34% dan dengan menggunakan orde 0 R2 yang didapatkan untuk
unsur Dy dan Ce memiliki R2 yaitu 77% hingga 97% artinya terdapat ralat
atau relative kesalahan nya yaitu 3% hingga 23% .
PEMBAHASAN

Persamaan Persamaan (Ce) k (Ce) K (Dy) ln k (Dy) ln k (Ce) T (K) 1/T


(Dy)

Y = 0.0471x + Y = 0.022x + 0.22 0.0471 -3.05548 -1.51413 343.16 0.002914


0.03 0.0234

Y = 0.0431x - Y = 0.0459x + 0.0459 0.0431 -3.14423 -3.08129 323.16 0.003094


0.0412 0.0698

Y = 0.0424x - Y = 0.0307x - 0.0307 0.0424 -3.16061 -3.48349 303.16 0.003299


0.0766 0.0446
PEMBAHASAN

K = A exp(-E/RT)
k2/k1 = (A exp(-E/RT2))/(A exp(-E/RT1))
Untuk Dy:
K =0.05524 exp ((-80.2105 )/T),dengan T dalam Kelvin
Untuk Ce:
K =20.3951 exp ((-1970.1723 )/T), dengan T dalam Kelvin
PEMBAHASAN

Hubungan ln K terhadap 1/T Untuk Unsur Dy dan Ce


Pemodelan Kinetika Presipitasi
Itrium
Pemodelan Kinetika Presipitasi
Lantanum
PEMBAHASAN

Untuk Itrium:
k = 0,2377 exp((-801,5190)/T), dengan T dalam Kelvin
Untuk Lantanum:
k = 97,2948 exp((-2561,8681)/T), dengan T dalam Kelvin
PEMBAHASAN

Hubungan ln k terhadap 1/T Untuk Unsur Itrium dan Lantanum


PEMBAHASAN

• Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Nilai Konstanta Laju Presipitasi


• Suhu akan memengaruhi reaksi presipitasi logam tanah jarang
• Semakin tinggi suhu, semakin banyak logam tanah jarang yang
terpresipitasi
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Penggunaan natrium hidroksida (NaOH) untuk presipitasi tingkat 1 dan


tingkat 2 dalam melakukan presipitasi dapat dilakukan untuk mengekstraksi
pengotor lainnya sehingga didapatkan REE yang lebih baik
2. Asam oksalat dapat digunakan sebagai reagen presipitasi logam tanah jarang
disprosium (Dy) dan cerium (Ce).
3. Natrium hidroksida dapat digunakan sebagai reagen presipitasi logam tanah
jarang itrium (Y) dan lantanum (La).

4. Presipitasi dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi reagen yang digunakan.


Kesimpulan

5. Reaksi presipitasi dengan asam oksalat mengikuti model pseudo first


order dengan nilai konstanta laju presipitasi:
• Dy adalah k =0.05524 exp ((-80.2105 )/T)
• Ce adalah k =20.3951 exp ((-1970.1723 )/T)
Reaksi presipitasi dengan natrium hidroksida mengikuti model pseudo first
order dengan nilai konstanta laju presipitasi:
• Itrium adalah k =0,2377 exp((-801,5190)/T)
• Lantanum adalah k = 97,2948 exp((-2561,8681)/T)
LAMPIRAN FOTO

Proses Pencucian Fly Ash Setelah


Desilikasi

Proses Pengovenan
LAMPIRAN FOTO
THANKYOU :)
THANKYOU :)
Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang besar dengan penduduk yang


terus bertambah setiap tahunnya, energi yang dibutuhkan untuk kegiatan
penduduk selalu bertambah, kebutuhan energi ini di penuhi dengan
kegiatan industri yang salah satunya merupakan pembakaran batu bara.
Indonesia juga adalah salah satu negara yang menghasilkan batu bara
terbesar menurut U.S. Energy Information Administration. Dari
pembakaran batu bara ini dihasilkan abu terbang yang dapat
membahayakan kesahatan manusia dan mencemari lingkungan dan
menyebabkan polusi udara. Di dalam Fly ash terdapat unsur-unsur
berharga yang disebut dengan Logam Tanah Jarang.
Pendahuluan

Logam tanah jarang yang terdapat dalam fly ash yang merupakan hasil
pembakaran batu bara dapat dipisahkan dari abu terbang menggunakan
presipitator elektrostatik agar cairan dan gasnya terpisah. Namun, proses
pemisahan tersebut memiliki kelemahan logam tanah jarang yang dihasilkan
setelah proses ekstraksi berjumlah sedikit karena komponen terbesar dalam abu
terbang adalah silika.

Salah satu teknologi yang dikembangkan sekarang untuk mendapatkan REE


adalah presipitasi. Hasil leaching biasanya dibersihkan dari impurities seperti
iron, silica, aluminium, calcium, uranium, and thorium dengan cara presipitasi
menggunakan salah satu bahan presipitan yang bisa digunakan untuk presipitasi
logam tanah jarang seperti Karbonat, Flouride, Oksalat, Fosfat, dan sulfat,
didapatkan bahwa oksalat memiliki efisiensi yang paling tinggi sebagai reagen.
Fly-ash yang digunakan pada penelitian ini diambil dari paiton dengan beberapa
pengotor yang perlu dibersihakan terlebih dahulu
PEMBAHASAN

• Pengaruh Variasi Suhu Terhadap Nilai Konstanta Presipitasi


• Suhu akan memengaruhi reaksi presipitasi logam tanah jarang
• Semakin tinggi suhu, semakin banyak logam tanah jarang yang terpresipitasi

Semakin besar temperatur maka nilai dari konstanta presipitasi akan semakin besar. Hal ini
menunjukkan bahwa temperatur dapat mempengaruhi nilai konstanta presipitasi. Kenaikan
temperatur yang disertai kenaikan konstanta laju presipitasi menyebabkan presipitasi berjalan lebih
cepat dikarenakan energi kinetik untuk presipitasi semakin besar. Dengan memplotkan nilai ln k
terhadap 1/T, akan didapatkan nilai k overall berdasarkan persamaan Arrhenius

Anda mungkin juga menyukai