Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI MIGAS DAN BATUBARA


DISTILASI ASTM D-86

Disusun Oleh :

Nama : Annisa Suci Parawansyah Harahap


NIM : (061830400291)
Kelompok : 1 (Satu)
Kelas : 5 KB
Instruktur : Dr. Ir. Leila Kalsum, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2021
DISTILASI ASTM D-86

I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
- Menjelaskan pengertian dan peranan titik didih petroleum ether dan bensin
berdasarkan ASTM D-86
- Menentukan titik didih yan dimiliki oleh petroleum ether dan bensin
- Menyelesaikan perhitungan untuk menentukan panas laten penguapan

II. Alat dan Bahan yang digunakan


a. Alat yang digunakan
- Double necked round bottom flask : 1 buah
- Heating mantel, 1000 ml : 1 buah
- Distillation top after clasein : 1 buah
- Liebig cooler : 1 buah
- Distilation adapter, bent : 1 buah
- Graduated cylinder, 100 ml : 1 buah
- Thermometer (-10°C)-(+360°C) : 2 buah
- Water batch : 1 buah
- Klem
- Bisshed
- Joint clip
b. Bahan yang digunakan
- Petroleum ether : 100 ml
- Bensin : 100 ml

III. Dasar Teori

A. Analisa Minyak Bumi

Metode yang banyak dipakai untuk melakukan pemeriksaan terhadap


minyak dan produknya adalah :
1. ASTM (American Society for Testing Material)
2. API (American Petroleum Institute)
3. IP (Institude de Petrol)
4. ISI (Indian Spesification Institute)

1. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline, nafta
dan kerosin adalah dengan metode ASTM D-86, untuk bensin alam dengan
ASTM D-216, dan untuk gas oil dengan ASTM D-158. Distilasi laboratorium
dilakuakn pada volume 100 ml dengan kecepatan tetesan yang keluar adalah 5
ml/menit. Suhu uap mula – mula menetes (setelah mengembun) disebut IBP
(Initial Boiling Pint).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang bagaimana
fraksi – fraksi seperti komponen gasoline, bahan bakar jet, minyak diesel dapat
diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui kinerja dan volatilitas dalam
bentuk persen penguapannya.
2. Panas Laten Penguapan
Panas laten penguapan yang lazim disebut panas laten didefinisikan
sebagai panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb cairan pada titik didihnya
pada tekanan atmosfer. Penguapan dapat terjadi pada tekanan lain atau suhu lain.
Panas laten berubah dengan berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi
penguapan. Panas laten pada tekanan atmosfir untuk fraksi minyak bumi dapat
dilihat pada grafik 5-5 s/d 5-9 Nelson.
3. Titik Didih
Sifta – sifat fisik minyak mentah maupun produknya mempunyai
hubungan yang erat dengan titik didih rata – rata seperti terlihat pada Table 1.
Titik didih rata – rata (MABP = Molal Average Boiling Point) lebih memuaskan
dibandingkan dengan penguapan. Hubungan titik didih rarta – rata dapat dilihat
pada grafik 5-4 dan 5-5 Nelson.
Titik didih rata – rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling
Point) langsung dapat dihitungdari data distilasi dalam bentuk persen volume
distilat terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP maupun distilasi ASTM
seperti terlihat pada Tabel 2.

Table 1. Hubungan titik didih dan sifat fisik

No Macam Titik Didih Sifat – sifat fisik


1 Titik didih rata – rata volume Viskositas dan panas jenisn ( dan
(VABP) Cp)
2 Titik didih rarta – rata berat Suhu kritis nyata (Tc)
(WABP)
3 Titik didih rata – rata molal Suhu kritis pseudo (T/Tc+) dan
(MABP) ekspansi termis (kt+)
4 Titik didih rata – rata (MnABP) Berat molekul (M), factor
karakteristik (K), berat jenis (ρ),
tekanan kritis pseudo (P/+Pc) dan
panas pembakaran (Hc)

Tabel 2. VABP berbagai minyak

Jenis Minyak Grafik Distilasi


TBP ASTM
Minyak Mentah t 20+t 50+t 70 t 30+t 50+t 70
tv¿ tv =
3 3
Fraksi – fraksi t 0+ 4 t 50+t 100 t 10+2 t 50+t 90
tv = tv =
6 4

Titik didih rata – rata yang lain dapat dihitung menggunakan VABP dan
sudut garis miring (slpoe) dari grafik 5 – 4 dan 5 – 5 Nelson. Slpoe dapat dihitung

t 70−t 10 o
dengan rumus sebagai berikut : S = , F/%
70−10
Hubungan antara titik didih rata – rata molal ( MABP) dan titik didih rata – rata
o
volumetrik (VABP) terhadap sifat – sifat fisik lain seperti API gravity, berat
molekul, faktor karakteristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat dilihat pada
grafik 5 – 9 s/d 5 – 12 Nelson.

B. Spesifikasi Produk Kilang


Persyaratan diperlukan untuk menentukan spesifikasi minyak, fraksi serta
produk – produk kilang dimana produk kilang berbeda satu sama lainnya. Pada
topik ini akan dibahas tiga produk utama kilang yaitu mogas, kerosine dan minyak
diesel.
1. Mogas ( motor gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline atau bensin antara lain ;
a. Bebas air, getah minyak dan sulfur korosif
b. Mempunyai ketukan uap yang minimum
c. Pemanasan dan akselarisanya lebih muda
d. Mempunyai kualitas anti ketukan
e. Dapat diencerkan sendiri dalam silinder mesin

2. Kerosine
Kerosine yang banyak dipakai sebagai minyak untuk keperluan rumah
tangga tidak hanya mempunyai kualitas pembakaran yang layak, tetapi harus juga
aman untuk dibawa dan dapat dipakai untuk keperluan lampu dan kompor. Secara
umum kerosine harus bebas dari air, zat aditif, getah minyak dan zat – zat terlarut.
Kerosine yang lebih dikenal sebagai minyak pemanas merupakan
produk kilang yang murni mempunyai spesifikasi standar yaitu :
o
API gravity : 43 – 45
Jarak didih : 350 – 550 oF

3. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah kebersihannya,
kualitas penyalaan, fluiditas, volaritas dan atomisasi. Kebersihan minyak diesel
meliputi residu karbon dan kandungan sulfur yang terdapat dalam minyak.
Kualitas penyalaan yang baik dinyatakan dengan pengukuran bilangan setana
(cetane number) atau indeks diesel yang ditunjukan dengan mudah tidaknya mesin
di start pada suhu rendah, tekanan mesin yang rendah, tekanan mesin yang rendah
dan operasi mesin yang halus. Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai
dengan titik tuang (pour point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak
demikian rendah sehingga menyebabkan kesulitan pelumasan pada injector,
kebocoran dan efisiensi yang rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan titik
nyala, residu karbon, dan distilasi.
Di indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak diesel
untuk kendaraan bermotor (ADO = automotive diesel oil).

IV. Langkah Kerja


- Mempersiapkan peralatan distilasi
- Mengisi labu bundar dengan petroleum 100 ml
- Menghidupkan air pendingin
- Menghidupkan heating mantel dan memansakan secara perlahan
- Mencatat temperature tetesan pertama distilat
- Menjaga laju pemanas secafra hati – hati
- Distilasi selesai apabila tidak ada tetesan lagi dan mencatat temperaturnya

V. Data Pengamatan
 Temperatur awal : 29°C
 Skala kenaikan suhu : 7-8
 Titik didih PE secara teori : 30-90°C
 Titik didih PE secara praktek : 60°C

% Volume Waktu Suhu (°C) Keterangan


- 14,30 62,0 Tetesan pertama
10 19,59 62,7 -
20 25,03 63,3 -
30 29,42 64,1 -
40 34,14 65,0 -
50 39,35 66,5 -
60 45,22 68,0 -
70 51,05 69,1 -
80 58,15 71,0 -

VI. Perhitungan
°Api petroleum ether
ρ : 0,653 gr/ml
ρ air : 0,9990535 gr/ml
ρ petroleum ether
Spor petroleum ether :
ρ air
0,653 gr / ml
:
0,990535 gr /ml
: 0,6536

141,5−131,5
°Api petroleum ether :
0,6536
: 84,9932

Nilai tv (VABP), slope dan mnABP


t 10+2 t 50+t 80
Tv (VABP) :
4
144,86° F+ 2 ( 151,7 ° F ) +159,8 ° F
:
4
: 152,015°F

t 70−t 10
Slope (astm) :
70 %−10 %
( 156,38−144,86 ) ° F
:
60 %
12,78 %
:
60 %
: 0,192 °F/%

Dari fig 26 (astm D86 10% to 80% slope),untuk konsentrasi VABP to


mnABP terdapat faktor koreksi sebesar -5 maka :
MnABP : VABP + faktor koreksi
: 152,015°F – 5
: 147,015°F

 Nilai petroleum eter berdasarkan grafik molecular weight vs boiling and


gravity adalah 89
 Nilai BM n-parafin berdasarkan grafik molecular weight boiling point
(normal parafins and isoparafins) adalah 98
 Dari nilai didapat, dihitung tekanan uap normal parafin, panas laten
penguapan dan panas laten petroleum

a) Tekanan uap normal parafin


Pc . n . parafin
Puap :
Pc petroleum eter ( pseudo)
27,25 atm
: x 1 atm
29,29 atm
: 0,9313
b) Panas laten penguapan
Nilai panas laten penguapan berdasarkan grafik latent heat of vaporization
of parafin of hydrocarbons adalah 147 Btu/lb. Sehingga, panas laten :
Bm n− parafin
Penguapan petroleum : x panas laten penguapan
Bm petroleum
98
: x 147 Btu /lb
89
: 161,86 Btu/lb

VII. Analisa Percobaan


Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa distilasi
ASTM D-86, bahan yang digunakan adalah petroleum. Distilasi (American
Society for Testing Material) ASTM D-86 dilakukan untuk pengawasan
pengendalian pada proses dan operasi pemisahan terutama menyangkut kualitas
produk yang dihasilkan. Distilasi ASTM D-86 biasanya dilakukan untuk gasoline,
nafta dan kerosin. Pada saat praktikum, petroleum yang digunakann sebanyak 100
ml, kemudian petroleum tadi dimasukkan ke dalam labu bundar lalu merangkai
peralatan destilasi. Pada destilasi ASTM D-86 ini menggunakan gelas ukur
sebagai tempat penampung destilat hasil dari distilasi.
Kemudian melakukan proses distilasi. Kecepatan tetesan distilast yang
keluar dicatat pada selang waktu 10 ml. Setelah selang waktu 10 ml suhu pada
labu bundar dicatat. Suhu mula – mula setelah menetes disebut IBP (Indeks
Boling Point). IBP nya 62oC. Dari proses distilasi didapat 80 ml distilat yang ada
didalam gelas ukur dengan tempertaur akhir 81oC dan dengan waktu 58,15.

VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa:
- Distilasi ASTM D-86 adalah salah satu jennies distilasi untuk memisahkan
minyak bumi jenis petroleum
- Volume distilat yang didapat yaitu 80 ml pada suhu akhir 71°C
- Panas laten penguapan yang didapat 161,86 Btu/lb

IX. Daftar Pustaka

Kasie.2021.”Penuntun praktikum teknologi migas dan


batubara”Palembang;Politeknik Negeri Sriwijaya.
Gambar alat

Seperangkat Peralatan Distilasi ASTM D-86

Anda mungkin juga menyukai