Anda di halaman 1dari 52

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/299629293

Pengembangan Cold Storage Hemat Energi Sebagai Mesin Refrigerasi Hibrida


Memanfaatkan Panas Buang Kondensor Pada Drying Room Menggunakan
Refrigeran Hidrokarbon Subsitusi R-22

Technical Report · December 2008


DOI: 10.13140/RG.2.1.4776.7448

CITATIONS READS

2 2,811

2 authors, including:

Azridjal Aziz
Universitas Riau
48 PUBLICATIONS   62 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Thermal fluid research for energy efficiency on heating an cooling, thermal storage, thermoelectric cooler and generator and solar thermal.. View project

PENGOLAHAN AIR PAYAU UNTUK KEGUNAAN AIR BERSIH DI KAWASAN SUNGAI SIAK, MENGGUNAKAN METODE RESISTANSI ELEKTRIK KAPASITAS 1200 L/JAM View
project

All content following this page was uploaded by Azridjal Aziz on 05 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN PENELITIAN

Pengembangan Cold Storage Hemat Energi Sebagai


Mesin Refrigerasi Hibrida Memanfaatkan Panas Buang
Kondensor Pada Drying Room Menggunakan Refrigeran
Hidrokarbon Subsitusi R-22

Oleh :

Azridjal Aziz, ST. MT.


NIP. 132 262 215

Ir. Herisiswanto, MT.


NIP. 132 166 498

Dibiayai oleh :

Dana PNBP Universitas


Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
No. 238/H19.2/PL/2008
Lembaga Penelitian Universitas Riau
Tahun Anggaran 2008

LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
Tahun 2008
RINGKASAN

Mesin refrigerasi/pendingin yang paling umum digunakan adalah mesin


refrigerasi siklus kompresi uap. Sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan
efek pendinginan. Di sisi lain, panas dibuang oleh sistem ke lingkungan untuk
memenuhi prinsip-prinsip termodinamika. Panas yang terbuang ke lingkungan
biasanya terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Demikian juga pada mesin pompa
panas, sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pemanasan dengan cara
menyerap panas dari lingkungan. Panas yang diserap dari lingkungan sebetulnya
dapat digunakan untuk mendinginkan sesuatu, tapi biasanya cenderung dibiarkan
terbuang. Bertolak dari kasus mesin refrigerasi dan mesin pompa panas diatas , maka
dikembangkan suatu sistem yang menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas
pada satu mesin, yang disebut mesin refrigerasi kompresi uap hibrida.

Refrigeran halokarbon seperti R22 yang sering digunakan pada sistem ini
belakangan diketahui berpotensi merusak lapisan ozon, sehingga pemakaiannya
harus dihentikan. Dan sebagai gantinya digunakan refrigeran hidrokarbon, salah
satunya adalah HCR22 yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan
pengembangan Cold Storage Hemat Energi yang memanfaatkan chiller hasil
pendinginan di evaporator untuk menghasilkan air dingin bertemperatur 0oC yang
akan digunakan di koil pendingin. Kajian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik dari mesin kompresi uap hibrida dengan menggunakan refrigeran
hidrokarbon subsitusi R22.

Hasil penelitian menunjukkan: penggunaan massa refrigeran hidrokarbon HCR22


optimum pada mesin kompresi uap hibrida 400 gram pada COP 2,546. Terjadi
penghematan/pemanfaatan energi sebesar daya pemanasan yaitu 58,12% yang dapat
digunakan untuk pemanasan ruang atau untuk pengeringan. Penggunaan koil dummy
air panas pada sisi panas (kondensor) sangat penting untuk menjaga kestabilan
termodinamik mesin pendingin kompresi uap hibrida. Beda temperatur rata-rata
antara koil pemanas/koil pendingin dengan temperatur ruang panas/temperatur ruang
pendingin berkisar 3 – 5 oC. Penggunaan tangki air dingin kapasitas 45 liter sebagai
thermal energy storage dengan temperatur awal 0 oC pada kondisi ice on coil dapat
mempertahankan ruang dingin pada temperatur 24 oC selama 120 menit.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

atas kekuatan dan rahmat-Nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini.

Dalam mengerjakan penelitian ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,

tapi berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil,

hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

terhingga banyaknya kepada :

1. Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini dari

Dana Penelitian Andalan PNBP Universitas Riau Tahun Anggaran 2008.

2. Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Riau dan Bapak M. Dalil ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Riau, rekan-rekan dosen Jurusan Teknik Mesin,

saudara Arief Fiandi, Erdonald Wahyudi, dan M. Fakhri selaku mahasiswa

bimbingan tugas akhir dan mahasiswa teknik mesin lainnya yang telah

membantu terwujudnya penelitian ini. Khususnya kepada istri tercinta Fivi

Zulfianilsih, ST. MT. atas bantuan dan motivasinya serta semua pihak yang

telah memberikan saran dan masukan dalam pembuatan penelitian ini.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang membangun agar penelitian

selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Pekanbaru, Desember 2008

Azridjal Aziz, ST. MT.


NIP. 132 262 215
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. ii

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Penelitian 1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Mesin Refrigerasi 4

2.2. Mesin Refrigerasi Siklus Kompresi Uap 5

2.2.1. Siklus Kompresi Ideal 5

2.2.2. Siklus Kompresi Uap Nyata 8

2.2.3. Mesin Refrigerasi Hibrida 9

2.3. Refrigeran 11

2.3.1. Refrigeran Alternatif untuk R-22 12

2.3.2. Hidrokarbon sebagai Refrigeran 13

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 15

3.1. Tujuan Penelitian 15

3.2. Manfaat Penelitian 15


BAB IV. METODE PENELITIAN 16

4.1. Peralatan Pengujian 17

4.1.1. Evaporator 18

4.1.2. Kondensor 18

4.1.3. Alat Ekspansi 18

4.1.4. Filter 19

4.1.5. Sight Glass (kaca penduga) 19

4.1.6. Pompa Sirkulasi Air 20

4.2. Alat Ukur 20

4.2.1. Alat Ukur Temperatur 20

4.2.2. Alat Ukur Tekanan 21

4.2.3. Alat Ukur Listrik 21

4.3. Instalasi Alat Uji 22

4.4. Refrigeran Uji 23

4.5. Persiapan Perangkat Pengujian 23

4.6. Pelaksanaan Pengujian Kinerja MesinRefrigerasi Hibrida 24

4.6.1. Pengujian Massa Optimum 23

4.6.2. Pengujian Kinerja Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrid 25

4.7. Variabel-variabel yang Diukur 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27

5.1. Deskripsi Peralatan Pengujian yang Digunakan 27

5.2. Pembahasan 28

5.2.1. Massa Refrigeran HCR22 Optimum 28

5.2.2. Daya pendinginan, Daya pemanasan dan Kerja Kompressor 28


(Perhitungan sisi refrigeran sekunder).

5.2.3. Kinerja/Performansi Mesin Refrigerasi Hibrida 29

(COP,PF,TP) (Perhitungan Sisi Refrigeran Sekunder).

5.2.4. Temperatur pada Sisi Panas dan Sisi Dingin Mesin 30

Refrigerasi Kompresi Uap Hibrida

5.2.5. Kondisi Temperatur pada Fungsi Tangki Air Dingin sebagai 31

Thermal Energy Storage (Ice on Coil pada sistem Chilled

Water)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 33

5.1. Kesimpulan 33

5.2. Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi 4

Tabel 2.2. Refrigeran Alternatit sebagai Pengganti R-2-2 12


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siklus Kompresi Uap Ideal 6

Gambar 2.2. Diagram P-h Siklus Kompresi Uap Ideal dan Aktual 8

Gambar 2.3. Siklus Kompresi Uap Ideal dengan Pendingin Air 9

Gambar 2.4. Temperatur Glide pada Campuran HC. 14

Gambar 4.1. Siklus Kompersi Uap Ideal dengan Pendingin Air 17

Gambar 4.2. Skema Aliran Air dalam Kotak Evaporator 18

Gambar 4.3. Skema Aliran Air pada Kondensor 19

Gambar 4.4. Termometer dan termokopel dengan penunjuk digital 21

Gambar 4.5. Pressure Gauge 21

Gambar 4.6. Instalasi Alat Uji Mesin Refrigerasi Hibrida 22

Gambar 5.1. Grafik Massa Refrigeran Optimum dan COP Optimum HCR22 28

Gambar 5.2. Daya kompresor, daya pemanasan dan daya pendinginan 28

Gambar 5.3. Gambar 5.3 COP, PF dan TP mesin refrigrasi hibrida dgn 29
refrigeran HCR22

Gambar 5.4. Temperatur sisi panas mesin dg refrigeran HCR22 30

Gambar 5.5. Temperatur sisi dingin mesin dg refrigeran HCR22 30

Gambar 5.6. Temperatur keluar koil, ruang dingin dan air dingin 31

Gambar 5.7. Distribusi temperatur masuk dan keluar koil pendingin 32


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Mesin refrigerasi yang berfungsi sebagai mesin pengkondisian udara (Air
Conditioning) umumnya digunakan untuk mengkondisikan ruangan dengan
memanfaatkan efek pendinginan dari evaporator yang memberikan rasa nyaman dan
sejuk untuk penghuni atau orang yang bekerja di dalam ruangan tersebut baik di
perumahan, perkantoran dan industri. Mesin refrigerasi adalah salah satu jenis mesin
konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek
pendinginan. Di sisi lain, panas dibuang oleh sistem ke lingkungan untuk memenuhi
prinsip-prinsip termodinamika agar mesin dapat berfungsi. Panas dari kondensor
yang terlepas ke lingkungan biasanya terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan.
Demikian juga pada mesin pompa panas, sejumlah energi dibutuhkan untuk
menghasilkan efek pemanasan dengan cara menyerap panas dari lingkungan. Panas
yang diserap dari lingkungan sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan
sesuatu, tapi biasanya cenderung dibiarkan terbuang.
Bertolak dari kasus mesin refrigerasi dan mesin pompa panas di atas, maka
berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem yang
menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas dalam satu mesin. Pada mesin
terpadu ini efek pendinginan dan efek pemanasan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan
secara bersamaan, sehingga daya guna mesin menjadi lebih tinggi. Mesin terpadu
dengan fungsi ganda ini dikenal dengan mesin refrigerasi hibrida, karena mesin
refrigerasi paling banyak beroperasi dengan siklus kompesi uap, maka mesin ini
disebut mesin refrigerasi siklus kompresi uap hibrida. (Aziz, Azridjal, 2004)
Untuk mengoperasikan mesin refrigerasi hibrida dibutuhkan refrigeran sebagai
fluida kerja. Refrigeran yang paling banyak digunakan adalah refrigeran halokarbon
(halogenated refrigerant) salah satunya adalah jenis HCFC-22
(Hydrochlorofluorocarbon) atau R-22 . (Agarwal, Radhey S, 1997). Namun dari
hasil penelitian, refrigeran halokarbon R-22 menunjukkan sifat yang dapat merusak
lapisan ozon dan berpotensi besar terhadap peningkatan efek pemanasan global,
sehingga penggunaan refrigeran tersebut dicanangkan untuk dihapuskan pembuatan
dan pemakaiannya. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004).

1
Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah
refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang
dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai
pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah
lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat
energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000).

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah


Pada perangkat pengkondisian udara sejumlah energi dibutuhkan untuk
mendapatkan efek pendinginan yang memberikan rasa nyaman di sisi dalam ruangan
sedangkan pada sisi luar panas dibuang (efek pemanasan) dari sistem ke lingkungan
begitu saja tanpa dimanfaatkan. Panas yang dibuang ke lingkungan tersebut
kandungan energinya cukup besar, lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk
menggerakkan sistem dan lebih besar dari energi yang diserap di ruangan yang
dikondisikan. Panas yang dibuang ke lingkungan ini dapat digunakan untuk
memanaskan udara maupun air yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Udara panas dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan sedangkan air panas
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air panas antara lain untuk mencuci,
mandi, dan memasak di rumah, kantor, industri, hotel dan rumah sakit. Pemanfaatan
panas buang ini dapat menghemat biaya energi listrik atau energi gas yang
dibutuhkan dalam proses pemanasan.
Sebagian besar perangkat pengkondisian udara siklus kompresi uap
menggunakan refrigeran halokarbon R-22 yang telah diketahui dapat merusak
lapisan ozon yang berdampak negatif pada lingkungan global. Pada penelitian ini
akan digunakan refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22, dengan refrigeran
hidrokarbon, perangkat pengkondisian udara tersebut tetap dapat digunakan, tanpa
penggantian komponen.
Mesin refrigerasi hibrida tentu saja memiliki keunggulan dan kekurangan, salah
satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi penggunaan
energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan pada suatu
sisi akan mempengaruhi proses di sisi yang lainnya. Penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengetahui karakteristik mesin menggunakan refrigeran hidrokarbon

2
subsistusi R-22, serta karakteristik mesin karena pemanfaatan evaporator dan
kondensor secara bersamaan yang dapat mempengaruhi kinerja mesin.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Refrigerasi


Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produk
sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingkungan. Mesin refrigerasi
atau disebut juga mesin pendingin adalah mesin yang dapat menimbulkan efek
refrigerasi tersebut, sedangkan refrigeran adalah zat yang digunakan sebagai fluida
kerja dalam proses penyerapan panas. Secara umum bidang refrigerasi mencakup
kisaran temperatur sampai 123 K. Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang
beroperasi pada kisaran temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics).
Pembedaan ini disebabkan karena adanya fenomena-fenomena khas yang terjadi
pada temperatur di bawah 123 K dimana pada kisaran temperatur ini gas-gas seperti
nitrogen, oksigen, hidrogen dan helium dapat mencair. (Arora, C. P, 2001)

Tabel 2.1 Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi


Jenis Mesin refrigerasi Contoh

Refrigerasi Domestik Lemari es, dispenser air

Refrigerasi Komersial Pendingin minuman botol, box es krim,


lemari pendingin supermarket
Refrigerasi Industri Pabrik es, cold storage, mesin pendingin
untuk industri proses
Refrigerasi transport Refrigerated truck, train and containers

Pengkondisian udara domestik dan AC window, split, dan package.


komersial
Chiller Water cooled and air cooled chillers

Mobile Air Conditiong (MAC) AC mobil

Saat ini aplikasi refrigerasi meliputi bidang yang sangat luas, mulai dari
keperluan rumah tangga, pertanian, sampai ke industri gas, petrokimia, perminyakan
dsb. Berbagai jenis mesin refrigerasi yang bekerja berdasarkan berbagai proses dan
siklus dapat ditemui dalam praktek. Namun demikian yang paling banyak digunakan
adalah mesin refrigerasi siklus kompresi uap, termasuk untuk penggunaan kulkas,

4
AC ruangan dan kendaraan. Berdasarkan aplikasinya mesin refrigerasi dapat
dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004).
Proses pengambilan/penyerapan energi tersebut terjadi di evaporator dengan laju
perpindahan panas sebesar Qe. Sedangkan proses pembuangan energi dalam bentuk
panas ke lingkungan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Qk. (Stoecker, W.F.
and Jones, J.W. 1994).

2.2 Mesin Refrigerasi Siklus Kompresi Uap


Secara prinsip untuk mendinginkan suatu ruangan atau benda, kita harus
mendekatkan ruang atau benda tersebut dengan suatu permukaan atau fluida yang
bertemperatur lebih rendah dari temperatur yang didinginkan . Dengan demikian
energi dalam bentuk panas dapat dipindahkan dari ruang/benda ke permukaan /fluida
dingin. Apabila diinginkan agar fluida tidak terbuang, fluida harus didaurkan melalui
sistem sedemikian rupa, sehingga energi yang diambil dari ruang dingin dapat
dibuang keluar/lingkungan. Proses pengambilan energi tersebut terjadi di evaporator
dengan laju perpindahan panas sebesar Qe. Sedangkan proses pembuangan energi
dalam bentuk panas ke sekeliling tersebut akan terjadi di kondensor dengan laju
sebesar Qk.
Siklus kompresi uap dibedakan antara siklus kompresi uap ideal dan siklus
kompresi uap nyata. Pada siklus kompresi uap ideal proses berlangsung di dalamnya
dengan kondisi ideal yang tidak akan ditemukan dalam penerapannya, sedangkan
siklus kompresi sebenarnya berlangsung pada siklus kompresi uap nyata.

2.2.1 Siklus Kompresi Uap Ideal


Secara umum ada dua bagian penting dalam siklus kompresi uap yaitu :
1. Bagian yang bertekanan tinggi mulai dari sisi keluar kompresor hingga sisi
masuk katup ekspansi.
2. Bagian yang bertekanan rendah mulai sisi keluar katup ekspansi hingga sisi
masuk kompresor.
Sebuah siklus kompresi uap memiliki empat komponen utama yaitu kompresor,
kondensor, katup ekspansi dan evaporator, seperti digambarkan pada gambar 2.1.

5
Keempat komponen tersebut sekaligus juga mewakili 4 proses termodinamika yang
dialami oleh refrigeran pada siklus kompresi uap ideal, yaitu :
1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke
tekanan kondensasi.
2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair
jenuh.
3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi.
4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran
ke tingkat keadaan uap jenuh.
Pada siklus kompresi uap jika pemanfaatannya adalah dari sisi evaporator dimana
evaporasi berlangsung pada temperatur rendah (dingin) disebut mesin refrigerasi.
Sedangkan jika pemanfaatannya adalah dari sisi kondensor dimana kondensasi
berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi (panas) disebut mesinpompa kalor.
Sehingga penamaan siklus kompressi uap tersebut selalu diikuti oleh fungsi yang
dibawakannya.

a b

Gambar 2.1 Siklus Kompresi Uap Ideal

Untuk menyatakan unjuk kerja dari suatu siklus kompressi uap, yang ditinjau
dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompressi, Coefficient of
6
Performance (COP) dan Performance Factor (PF), yang dapat dijelaskan sebagai
berikut (lihat gambar 2.1) :

1. Dampak Refrigerasi adalah besarnya panas yang dapat diserap oleh refrigeran
persatuan massa. Besarnya dihitung dengan selisih entalpi refrigeran masuk dan
keluar kondensor
QE
qe   h1  h4 (2.1)
m
2. Kerja Kompresi adalah kerja yang diterima oleh refrigeran untuk tiap satuan
massa refrigeran
Wk
wk   h2  h1 (2.2)
m

3. Coefficient of Performance (COP) adalah perbandingan dampak refrigerasi


dengan kerja kompressor
q e (h1  h4 )
Cop   (2.3)
wk (h2  h1 )
4. Dampak pelepasan adalah jumlah kalor yang dilepaskan refrigeran tiap satuan
massa refrigeran
Qk
qk   h2  h3 (2.4)
m
5. Faktor Prestasi adalah perbandingan jumlah kalor yang dilepaskan kondensor
dengan kerja kompressor
q k (h2  h3 )
PF   (2.5)
wk (h2  h1 )
Pada mesin refrigerasi hibrida ,karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka
ditambahkan satu lagi performansi yang menyatakan jumlah total panas yang diserap
dan dilepas dibandingkan dengan kerja kompressi , secara matematik dituliskan
dengan :
(q k  q e )
TP  (2.6)
wk

7
Siklus kompresi uap yang diuraikan di atas adalah siklus ideal. Sementara pada
prakteknya siklus yang sebenarnya mengalami beberapa penyimpangan dari siklus
ideal ini.

2.2.2 Siklus Kompresi Uap Nyata


Siklus kompresi uap ideal yang diuraikan di atas tidak mungkin terjadi, sehingga
pada siklus kompresi uap nyata terjadi beberapa terjadi. Pada kenyataannya siklus
kompresi uap mengalami penyimpangan dari kompresi uap ideal. Penyimpangan
dari siklus yang sebenarnya ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

P(bars)
sub
dingin

3
3' 2 2'

4' 1'
4 1
panas lanjut

siklus ideal
siklus aktual
h( kJ / kg)

Gambar 2.2 Diagram P-h siklus kompresi uap ideal dan aktual

Penyimpangan ini terjadi karena penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor


dan evaporator sehingga proses perubahan fasa tidak lagi isobarik. Cairan mengalami
proses pembawahdinginan (sub-cooling) saat meninggalkan kondensor sebelum
memasuki alat ekspansi. Uap refrigeran mengalami proses pemanasan lanjut saat
meninggalkan evaporator sebelum memasuki kompresor. Pada saat proses kompresi,
terjadi kenaikan entropi (kompresi tak isentropik). Pada katup ekspansi, proses
ekspansi berlangsung non-adiabatik.
Penurunan tekanan terutama disebabkan oleh adanya gesekan yang terjadi antara
refrigeran dan dinding pipa saluran, sehingga kerja kompresi akan mengalami
peningkatan. Pendinginan lanjut di kondensor sebenarnya dianggap menguntungkan
karena dapat memastikan fluida yang memasuki katup ekspansi berada dalam fasa

8
cair dan dapat meningkatkan efek refrigerasi. Pemanasan lanjut dianggap
menguntungkan karena dapat memastikan refrigeran yang memasuki kompresor
seluruhnya berada pada fasa uap. Pemanasan lanjut dibedakan menjadi pemanasan
lanjut internal dan pemanasan lanjut eksternal. Pemanasan lanjut internal merupakan
pemanasan lanjut yang terjadi di dalam evaporator, sedangkan pemanasan lanjut
eksternal terjadi di luar evaporator. Pada sistem pendinginan, pemanasan lanjut
eksternal cendrung berdampak negatif terhadap kinerja sistem yaitu akan
mengakibatkan turunnya efek refrigerasi dan koefisien performansi.

2.2.3 Mesin Refrigerasi Hibrida

Alasan paling umum digunakan dalam usaha memodifikasi siklus kompresi uap
sederhana adalah efisiensi penggunaan energi. Pengembangan mesin kompresi uap
ideal dilakukan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan energi yang lebih baik
sehingga dapat melayani berbagai kebutuhan untuk pendinginan dan pemanasan
yang memanfaatkan energi buangan sistem. Berdasarkan keterangan ini, diambil
suatu terobosan untuk meningkatkan efisiensi maka kedua sisi dingin dan panasnya
dimanfaatkan sekaligus. Siklus kompressi uap seperti ini dikenal sebagai mesin
refrigerasi hibrida. Mesin refrigerasi hibrida ini tentu saja memiliki keunggulan dan
kekurangan salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi
penggunaan energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan
pada suatu sisi diharapkan tidak akan menggangu proses di sisi yang lainnya,
sehingga umumnya dilengkapi dengan penambahan komponen dummy.

air
Qk
2
3
kompresor
alat ekspansi

kondensor
Wk

evaporator

1
4 1
P(bars) air Q
e
sub
Gambar 2.3 Siklus Kompressi Uap Ideal dengan Pendingin Air
dingin

3 9
3' 2'
Pada mesin refrifgerasi hibrida dengan siklus ideal, jika prestasinya ditinjau dari
sisi air (gambar 2.3), maka kapasitas pendinginan pada evaporator adalah :
.
Q e  m ae  C P,ae  Tae (2.7)

dimana : Qe = dampak pendinginan evaporator (Watt)


.
m ae = laju masa air masuk evaporator (kg/s)

C Pae = kalor jenis air (J/(kgK))


Tae = perbedaan temperatur air di evaporator (oC)
Kapasitas pemanasan pada kondensor :
.
Q k  m ak  C P,ak  Tak (2.8)

dimana : Qk = dampak pemanasan kondensor (Watt)


.
m ak = laju masa air masuk kondensor (kg/s)
CPak = kalor jenis air (J/(kgK))

Tak = perbedaan temperatur air di kondensor (oC)


Daya kompressor :

Wk   m  V  I  Cos (2.9)

dimana : W k = daya kompresor (Watt)

m = efisiensi motor = 0,7

cos  = faktor daya = 0,7


V = tegangan motor listrik (V)
I = arus motor listrik (A)
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keandalan sistem pendingin, dikenal
beberapa besaran yang biasa dipakai, yaitu COP (coefficient of performance) dan PF
(performance factor). Koefisien performansi adalah perbandingan antara efek
pendinginan yang diperoleh terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan
kompresor.
10
Koefisien performansi pada evaporator utama :
.
Qe
COP  .
(2.10)
Wk
PF atau faktor performansi didefinisikan sebagai perbandingan efek pemanasan
di kondensor terhadap energi yang digunakan untuk menggerakkan kompresor.
Qk
PF  (2.11)
Wk
Di samping kedua parameter di atas (COP dan PF), untuk mesin refrigerasi
kompresi uap hibrida dikenalkan parameter baru yaitu total performansi (TP). Totap
performansi didefinisikan sebagai perbandingan antara dampak pendinginan
ditambah dampak pemanasanan terhadap daya yang dibutuhkan kompresor.

2.3 REFRIGERAN
Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk memindahkan panas di
dalam siklus refrigerasi. Berdasarkan fungsinya selama refrigeran dibagi menjadi
dua jenis yaitu refrigeran primer yang digunakan dalam siklus kompresi uap dan
refrigeran sekunder yang digunakan untuk membawa kalor bertemperatur rendah.
Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari suatu ruang melalui proses
evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui proses kondensasi.
Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran, adalah: sifat kimia,
sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat kimianya refrigeran yang
baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen refrigerasi, dan tidak mudah
terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan pemanasan global (GWP rendah
(Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan ozon (ODP rendah (Ozone
Depleting Potential)). Hal ini diperlukan agar kelestarian lingkungan terjaga, karena
lapisan ozon di stratosfir berfungsi melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet
yang berbahaya (antara lain dapat menimbulkan kanker kulit, dapat membunuh
phytoplankton yang merupakan bagian dari rantai kehidupan laut). Berdasarkan sifat
fisik dan termodinamiknya refrigeran yang baik mampu menghasilkan kapasitas
refrigerasi per satuan daya kompresi yang tinggi.

11
2.3.1 Refrigreran Alternatif untuk R-22
Hidrokarbon (HC) merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti R-22.
Refrigeran HC tidak berpotensi merusak ozon karena ODP = 0 dan GWP yang kecil.
Refrigeran HC juga tidak mengalami reaksi kimia dengan oli pelumas yang
digunakan untuk refrigeran R-22.

Tabel 2.2 Refrigeran alternatif sebagai pengganti R-22

Refrigeran
Parameter Iso-
R-22 R-12 Propana
butana
Rumus kimia CHClF2 CCl 2F2 C3H8 C4H10
Temperatur kritis [oC] 97 111,8 97,0 135,1
o
Titik didih pada 1 atm [ C] -41,4 -26,8 -41,9 -11,6
Massa jenis
- uap jenuh pada 0oC [kg/m3] 21,2 18,2 10,39 4,56
o 3
- cair jenuh pada 45 C [kg/m ] 1108 1232 459 525
Kapasitas Panas Spesifik
- uap jenuh pada 0oC [kJ/kgK] 0,614 0,642 1,85 1,61
- cair jenuh pada 45oC [kJ/kgK] 1,46 1,02 2,8 2,58
Konduktifitas Termal
- uap jenuh pada 0oC [mW/mK] 9,4 8,3 15,6 12,98
o
- cair jenuh pada 45 C [mW/mK] 63,4 60 ,7 83,7 82,4
ODP 0,06 1 0 0
GWP 1700 7300 3 3

Pada Tabel 2.2 ditampilkan beberapa jenis refrigeran yaitu : R-22, R-12, propana
dan isobutana. Kelemahan utama R-22, karena potensi perusakan ozon dan
pemanasan globalnya relatif tinggi dari ke tiga jenis refrigeran lainnya. Berbeda
dengan refrigeran hidrokarbon untuk mesin yang sebelumnya menggunakan
refrigeran R-22 maka refrigeran hidrokarbon dapat langsung menggantikannya tanpa
melakukan penggantian komponen.
Berdasarkan uraian di atas, maka refrigeran yang baik pengganti R-22 adalah
hidrokarbon. Kelemahan hidrokarbon yang menonjol adalah mudah terbakar, namun
hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan jika prosedur keamanan penggunan
hidrokarbon diterapkan dengan baik serta telah diakui dan diatur oleh berbagai
12
standar internasional yaitu : BS4434:1995(Inggris) , AS/NZ 1677:1998 (Australia /
New Zeland) dan DIN 7003 (Jerman ).

2.3.2 Hidrokarbon Sebagai Refrigeran


Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon, campuran propana-
butana-isobutana, sebagai refrigeran alternatif pengganti R-22, yaitu :
1. Pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen.
2. Ramah lingkungan, potensi perusakan ozon nol (non-ODP) dan potensi
pemanasan global dapat diabaikan (non-GWP).
3. Hidrokarbon, gas alam yang mudah didapat di Indonesia.
Refrigeran hidrokarbon dapat terbakar jika bercampur dengan udara pada
komposisi yang tepat dan titik nyalanya tercapai. Komposisi yang harus dihindari ini
adalah jika hidrokarbon berada pada komposisi 2% –10% volume. Kedua kondisi ini,
komposisi dan titik nyalanya, tidak boleh terjadi secara serentak baik didalam sistem
refrigerasi maupun diluar sistem. Agar tidak mudah terbakar refrigeran hidrokarbbon
dapat diberi substansi tambahan agar sifat mampu nyalanya turun (LFS – Low
Flammable Subtance). Penelitian refrigeran hidrokarbon dengan LFS sudah mulai
banyak dilakukan beberapa sudah mulai digunakan.
Refrigeran hidrokarbon berasal dari campuran propana-butana-isobutana
merupakan campuran zeotropik, yang sifat-sifat dari senyawa pembentuknya masih
terbawa (tidak berubah). Campuran ini bukan zat tunggal, tetapi merupakan
campuran yang senyawa-senyawa pembentuknya masih dapat dipisahkan melalui
proses distilasi.
Refrigeran campuran hidrokarbon akan mengalami kenaikan atau penurunan
temperatur (temperature glide) selama terjadi perubahan fasa dalam siklus
refrigerasi (lihat Gambar 2.4). Titik didih campuran berubah seiring dengan
berubahnya komposisi campuran dalam fasa cair. Hal ini disebabkan karena laju
penguapan komponen campuran tidak sama.
Campuran fasa uap lebih kaya dengan komponen yang memiliki titik didih lebih
rendah, sedangkan campuran fasa cair lebih kaya dengan komponen yang titik
didihnya lebih tinggi. Akibatnya apabila campuran mengalir sepanjang evaporator,
maka titik didih campuran akan naik, dan temperatur evaporasi juga akan bertambah.
Pada tekanan evaporator, titik cair jenuh akan lebih rendah daripada titik uap jenuh.

13
Fenomena serupa juga terjadi pada kondensor, yaitu temperatur kondensasi akan
menurun di sepanjang kondensor.

ga
P(bars)

ris
soi
ter
m
al
3 2

Temperatur glide di
Kondensor

4 1

Temperatur glide di
Evaporator

h( kJ / kg)

Gambar 2.4. Temperatur Glide pada Campuran HC

Akibat yang timbul karena adanya temperature glide adalah sebagai berikut:
1. Komposisi campuran mungkin berbeda antara fasa uap dan fasa cair, oleh
karena itu pengisian refrigeran ke dalam sistem refrigerasi sebaiknya dilakukan
dalam fasa cair.
2. Kalau sistem refrigerasi mengalami kebocoran, ada kemungkinan komposisi
kebocoran berbeda dengan komposisi refrigeran. Sebagai akibatnya komposisi
refrigeran di dalam sistem berubah dan dapat mempengaruhi kinerja sistem.

14
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
- mempelajari parameter yang mempengaruhi karakteristik perangkat
pengkondisian udara (Air Conditioning) yang telah dimodifikasi menjadi
mesin refrigerasi hibrid, diantaranya adalah kapasitas pendinginan, kapasitas
pemanasan, daya kompresi, koefisien performansi (COP) dan performansi
faktor (PF).
- mempelajari penggunaan air sebagai media penyerapan panas buang yang
diperoleh dari kondensor serta pengaruhnya terhadap tekanan dan temperatur
sistem
- mempelajari penggunaan air sebagai refrigeran sekunder pada cooling coil
(indoor unit) dengan tekanan dan temperatur sistem
- mempelajari penghematan energi yang dihasilkan dari mesin refrigerasi
hibrida

3.2 Manfaat Penelitian


Pada penelitian ini direalisasikan sebuah prototipe mesin refrigerasi kompresi
uap hibrida yang menggunakan refrigeran hidrokarbon yang dapat menghasilkan
efek pendinginan dan pemanasan secara bersamaan, sehingga pemborosan energi
yang terbuang percuma berupa panas buang dari perangkat pengkondisian udara (air
conditioning) dapat dikurangi seminimal mungkin. Panas buang dari perangkat
pengkondisian udara dapat digunakan sebagai pemanas untuk memanaskan air baik
pada rumah tangga, perkantoran, rumah sakit, gedung komersil, maupun industri,
sehingga terjadi penghematan energi yang cukup berarti, apalagi penggunaan
refrigeran hidrokarbon dapat menghemat penggunaan energi listrik.

15
BAB IV
METODE PENELITIAN

Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman pemahaman
terhadap konsep mesin refrigerasi hibrida yang menggunakan refrigeran
hidrokarbon subsitusi R-22, dan mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal
penelitian terbaru yang relefan. Studi literatur ini dapat dilakukan di
perpustakaan maupun melalui internet.
2. Tahap Penyiapan Alat Uji
Pada tahapan ini dilakukan penyiapan alat uji yang ada di Lab. Perawatan
dan Perbaikan Teknik Mesin, UNRI dengan menyesuaikan dan
menambahkan perangkat/peralatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian, seperti penambahan ruang pendingin dengan ukuran 1,6 m x 2 m
x 2 m. Alat uji yang digunakan adalah dengan memodifikasi perangkat
pengkondisian udara dan melakukan penambahan beberapa komponen yang
dapat melayani pengujian untuk pengambilan data yang diperlukan.
3. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data-data yang diperlukan dengan
menggunakan beberapa macam alat ukur antara lain : pressure gauge,
termometer, multimeter, stopwatch. Data-data yang diambil meliputi
temperatur air masuk dan keluar koil pendingin (indoor unit) pada ruang
pendingin, temperatur air masuk dan keluar koil pemanas pada ruang
pemanas, temperatur udara melewati sirip koil pendingin, temperatur ruang
pendingin, temperatur tangki air dingin, temperatur tangki air panas,
temperatur ruang pemanas. laju aliran air masuk dan keluar evaporator, laju
aliran air masuk dan keluar kondensor , tekanan pada sisi masuk kompresor,
tekanan pada sisi keluar kompresor, tekanan keluar kondensor dan tekanan
masuk evaporator.

16
4. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai
prinsip-prinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya akan diplot dalam
berbagai grafik yang dapat memberikan informasi-informasi mengenai
pengaruh temperatur masuk dan keluar evaporator, temperatur masuk dan
keluar kondensor, laju aliran air pengisi dan laju aliran massa refrigeran,
tekanan pada sisi masuk kompresor, tekanan pada sisi keluar kompresor,
tekanan keluar kondensor dan tekanan masuk evaporator terhadap unjuk
kerja sistem
5. Tahap Pembuatan Laporan
Pada tahapan ini seluruh hasil yang diperoleh dari tahapan sebelumnya
dibuat dalam bentuk laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ini
juga dapat dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi, atau
dipublikasikan di seminar-seminar yang relefan, sehingga dapat diperoleh
masukan-masukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.

4.1 Peralatan Pengujian

Instalasi alat uji Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrida mempunyai komponen-
komponen utama yaitu kompresor, kondensor, pipa kapiler, meja alat uji, pompa air
sirkulasi, serta instrumen pengrukuran.

Air
Qk

Kompresor
Kondensor
Katup
Ekspansi Wk
Evaporator

Qe
Air

Gambar 4.1 Siklus Kompressi Uap Ideal dengan Pendingin Air

17
4.1.1 Evaporator

Evaporator adalah alat penukar kalor yang dalam proses perpindahan panasnya
fluida kerjanya, dalam hal ini refrigeran mengalami perubahan fasa. Seperti halnya
alat penukar kalor lainnya, evaporator memiliki banyak jenis. Dari hasil perancangan
yang digunakan adalah evaporator jenis tabung dan pipa (shell and tube ) dimana
refrigeran mendidih dalam pipa dan air sebagai fluida pendingin dan masih didalam
cangkang. Laluan pipa di dalam tabung dibuat berselang-seling yang tujuannya untuk
meningkatkan koefisien perpindahan panas evaporator ini.

Refrigeran

Air masuk

Kotak evaporator

Air keluar

Gambar 4.2 Skema aliran air dalam kotak evaporator

4.1.2 Kondensor

Bentuk kondensor direncanakan sama dengan bentuk evaporator yaitu jenis


tabung dan pipa (Sheel and Tube) tetapi fenomenanya berbeda dengan evaporator
karena refrigeran mengembun didalam pipa dan air sebagai fluida pendingin
mengalir diluar pipa dan masih di dalam cangkang. Laluan pipa didalam tabung
dibuat berselang seling yang tujuannya untuk meningkatkan koefisien perpindahan
panas kondensor ini.

4.1.3 Alat ekspansi

Salah satu komponen pengatur aliran dalam sistem pendingin adalah akat
ekspansi. Alat ini secara umum memiliki dua fungsi yaitu mengekspansikan cairan
18
refrigeran dari tekanan kondensor menjadi tekanan evaporator dan mengatur suplai
cairan refrigeran ke evaporator pada laju aliran yang sesuai dengan beban
pendinginan.

Alat penurun tekanan yang digunakan pada pengujian ini adalah jenis pipa
kapiler, yaitu pipa tembaga dengan diameter dalam yang sangat kecil hanya beberapa
milimeter atau kecil dari satu milimeter.

Refrigeran

Air masuk

Kotak Kondensor
Kotak evaporator

Air keluar

Gambar 4.3 Skema aliran air pada kondensor

4.1.4 Filter

Alat ini berfungsi untuk mengurangi kandungan air yang tercampur di dalam
refrigeran, ini diperlukan mengingat pengaruh kandungan air pada pipa refrigeran
sangat buruk yaitu :

 Membentuk zat yang korosif jika bereaksi dengan refrigeran

 Menyumbat saluran refrigeran, pada katup ekspansi dan pipa kapiler.

Filter di pasang diantara kondensor dan pipa kapiler yang berfungsi untuk
melindungi kapiler dari pengaruh air yang terbawa dalam refrigeran sehingga kapiler
dapat bekerja dengan optimal.

4.1.5 Sight glass ( kaca penduga )

Sight glass biasanya dipasang pada jalur cair pada sistem pandingin. Sight glass
akan menunjukkan gelembung-gelembung udara jika jumlah refrigeran dalam sistem
19
sedikit. Jika jumlah refrigeran cukup maka sight glass akan penuh dengan cairan.
Sight glass tidak akan memperlihatkan apapun jika tidak ada cairan pada saluran.

Sight glass mungkin akan menunjukkan beberapa gelembung ketika sistem ini
pertama kali dijalankan atau pada saat sistem berhenti. Kondisi ini adalah kondisi
normal, dimana tidak menunjukkan adanya kekurangan jumlah refrigeran pada
sistem.

4.1.6 Pompa Sirkulasi Air

Untuk mensirkulasikan air pada evaporator dan kondensor dibuat pemipaan


sederhana, dengan menggunakan beberapa katup. Instalasi pemipaan tidak terlalu
panjang, namun diperlukan tinggi yang cukup agar air dapat bersikulasi dengan
baik. Pompa yang digunakan harus tahan terhadap temperatur rendah dan sedang.
Agar laju air masuk ke evaporator dan kondensor mudah diukur, maka sistem
sirkulasi air dilengkapi dengan katup-katup pengatur.

Untuk instalasi siklus refrigeran maka kompresor, sight glass, filter, pipa
kapiler, evaporator dan kondensor, ditempatkan pada bagian atas meja dudukan alat.
Koil pendingin, koil pemanas, pompa air sirkulasi, ditempatkan di bagian bawah
meja dudukan alat.

4.2Alat Ukur

Alat ukur digunakan untuk mengukur besaran-besaran pada pengujian. Alat ukur
yang diperlukan yaitu alat ukur tekanan, temperatur, tegangan listrik, arus listrik
dipasang pada titik-titik yang perlu diuji dan diambil datanya.

4.2.1 Alat Ukur Temperatur

Alat ukur temperatur di pasang pada pipa saluran refrigeran, dengan tujuan agar
temperatur pada masing-masing keadaan dapat diketahui. Alat pengukur temperatur
yang digunakan pada pipa saluran refrigeran adalah termokopel dengan penunjuk
digital. Alat ukur temperatur juga digunakan untuk mengukur temperatur air masuk
dan keluar pada kondensor dan evaporator. Selain itu juga digunakan untuk

20
mengukur temperatur ruangan pendingin dan ruangan pemanas. Pada pengujian kali
ini digunakan termometer digital.

Gambar 4.4 Termometer dan termokopel dengan penunjuk digital

4.2.2 Alat Ukur Tekanan

Alat ukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan yang terjadi pada masing-
masing keadaan pipa saluran refrigeran. Alat ukur yang digunakan pada pengujian
kali ini adalah tabung bourdon.

Gambar 4.5 Pressure gauge

4.2.3 Alat ukur Listrik

Pengukuran daya kompressor dilakukan dengan mengetahui tegangan listrik


masukan ke kompresor dan pengukuran arus listrik pada saat kompressor beroperasi.
Tegangan listrik di ukur menggunakan Voltmeter dan arus listrik diukur dengan
menggunakan ampermeter.

Daya kompresor dapat dihitung dengan persamaan :

21
Wk = ηm ×V×I×Cosφ (4.1)

dimana : Wk = daya kompresor (Watt)

ηm = efisiensi motor = 0,7

cosφ = faktor daya = 0,7

V = tegangan motor listrik (V)

I = arus motor listrik (A)

4.3 Instalasi Alat Uji

Gambar 4.6 Instalasi Alat Uji Mesin Refrigerasi Hibrida

Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang
berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada
22
lemari pengering. Untuk instalasi siklus primer ( siklus refrigeran) , kompressor,
sight glass, filter drier, katup ekspansi, kondensor dan evaporator ditempatkan di atas
meja dudukan. Sedangkan koil pendingin, koil pemanas, pompa air sirkulasi,
ditempatkan di bagian bawah meja dudukan alat.

4.4 Refrigeran Uji

Refrigeran yang digunakan dalam sistem refrigerasi hibrida ini adalah


hidrokarbon jenis Hycool HCR-22. Refrigeran hidrokarbon jenis Hycool HCR-22
ini hasil produksi PT. Citra Total Buana Biru, salah satu produsen refrigeran
hidrokarbon di Indonesia. Penanganan refrigeran hidrokarbon untuk digunakan
sebagai refrigeran pada mesin refrigerasi harus mengikuti petunjuk baku, dalam hal
ini digunakan Petunjuk Praktis Konversi dan Perbaikan Peralatan Refrigerasi dengan
Menggunakan Refrigeran Hidrokarbon secara aman.

4.5 Persiapan Perangkat Pengujian

Sebelum dilakukan pengujian untuk pengambilan data maka dilakukan persiapan


perangkat pengujian yang meliputi :

1. Pengisian refrigeran uji

Pengisian refrigeran uji meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu pengurasan,


pemeriksaan kebocoran, pemvakuman dan pengisian refrigeran.

2. Pengisian air sebagai beban pendinginan dan pemanasan di kotak evaporator


dan kotak kondensor.

3. Memasang alat ukur untuk mengukur temperatur, tekanan, kuat arus dan
tegangan listrik kompresor pada titik-titik yang telah ditentukan (gambar 4.6)

4. Menjalankan perangkat pengujian (running test), untuk mengetahui


bagaimana kerja perangkat pengujian sebelum dilakukan pengambilan data,
untuk memastikan kondisi perangkat pengujian dan disesuaikan dengan
proses pengambilan data pengujian nantinya.

23
4.6 Pelaksanaan Pengujian Kinerja Mesin Refrigerasi Hibrida

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian performansi mesin refrigerasi antara


lain dampak pemanasan, dampak pendinginan, daya kompresi, COP, PF, TP.
Pengujian proses pendinginan dan pemanasan pada ruang pendingin, dilakukan
untuk mengetahui karakteristik pendinginan termasuk pengaruhnya terhadap tekanan
dan temperatur sistem primer.

4.6.1 Pengujian Massa Optimum

Massa optimum refrigeran adalah jumlah massa refrigeran tertentu yang diisikan
kedalam sistem yang memberikan performansi (COP) yang terbaik.

Prosedur pengujian massa optimum :

1. Persiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan.

2. Hubungkan kabel listrik mesin ke sumber arus listrik.

3. Pasangkan dan hidupkan alat ukur termometer digital di saluran masuk dan
saluran keluar kotak evaporator dan kotak kondensor.

4. Pasangkan dan hidupkan termometer digital pada saluran masuk dan saluran
keluar air pada kotak evaporator dan kotak kondensor.

5. Pastikan katup air panas dan dingin ke koil dalam keadaan terbuka.

6. Atur katup air panas dan dingin sesuai dengan laju aliran massa air yang
diinginkan.

7. Hidupkan switch on kompresor

8. Hidupkan pompa air panas dan pompa air dingin

9. Lalu lihat temperatur air panas dan dingin yang terbaca pada alat ukur
temperatur digital sampai kondisinya stabil (temperatur yang dinginkan).

10. Jika kondisi stabil telah dicapai lakukan pencatatan data dengan cara manual..

11. Tambahkan massa refrigeran kedalam sistem sebanyak 20-40 gram dan catat
penambahan massa ini, kemudian lakukan lagi prosedur 3.

24
12. Lakukan prosedur 4 berulang-ulang hingga tidak terjadi lagi perubahan
temperatur air dingin pada tangki evaporator dengan penambahan massa
refrigeran atau arus listrik ke kompresor semakin besar dan bunyi kompressor
semakin keras.

4.6.2 Pengujian Kinerja Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrid

Prosedur menjalankan mesin untuk pengambilan data pengujian kinerja mesin


refrigerasi hibrida :

1. Persiapkan alat-alat ukur yang akan digunakan.

2. Hubungkan kabel listrik mesin ke sumber arus listrik.

3. Pasangkan dan hidupkan alat ukur termometer digital di saluran masuk dan
saluran keluar kotak evaporator dan kotak kondensor.

4. Pasangkan dan hidupkan termometer digital pada saluran masuk dan saluran
keluar air pada kotak evaporator dan kotak kondensor.

5. Pastikan katup air panas dan dingin ke koil dalam keadaan terbuka.

6. Atur katup air panas dan dingin sesuai dengan laju aliran massa air yang
diinginkan.

7. Hidupkan switch on kompresor

8. Hidupkan pompa air panas dan pompa air dingin.

9. Lalu lihat temperatur air panas dan dingin yang terbaca pada alat ukur
temperatur digital sampai kondisinya stabil (temperatur yang dinginkan).

10. Lalu hidupkan switch fan (high/low) untuk melakukan pengujian.

11. Setelah kondisinya stabil, catat temperatur air yang masuk dan keluar kotak
evaporator dan kondensor, catat temperatur dan tekanan sistem yang masuk
dan keluar evaporator dan kondensor, catat temperatur lingkungan, catat kuat
arus dan tegangan listrik kompresor.

12. Lalu amati perubahan temperatur yang terjadi setiap 5 menit, lalu catat semua
perubahan temperatur dan tekanan yang terjadi.

25
13. Lakukan beberapa kali pengambilan data

14. Setelah selesai percobaan dilakukan, mesin dimatikan.

Setelah pengujian selesai dilakukan matikan mesin sesuai prosedur berikut ini :

1. Matikan kompresor.

2. Matikan pompa/fan kondensor dan evaporator.

3. Cabut kabel listrik mesin dari sumber arus listrik.

4.7 Variabel-Variabel Yang di Ukur

1. Temperatur saat memasuki kompresor (T1)

2. Tekanan saat memasuki kompressor (P1)

3. Temperatur saat memasuki kondensor (T2)

4. Tekanan saat memasuki kondensor (P2)

5. Temperatur keluaran kondensor (T3)

6. Tekanan keluaran kondensor (P3)

7. Temperatur saat memasuki evaporator (T4)

8. Tekanan saat memasuki Evaporator (P4)

9. Temperatur air masuk koil pemanas pada ruang pemanas (Th in)

10. Temperatur air keluar koil pemanas pada ruang pemanas (Th out)

11. Temperatur air masuk koil pendingin pada ruang pendingin (Tc in)

12. Temperatur air keluar koil pendingin pada ruang pendingin (Tc out)

13. Temperatur udara keluar koil pendingin (Tout Coil)

14. Temperatur air tangki air panas (Tw Hot)

15. Temperatur air tangki air dingin (Tw Cold)

16. Temperatur air keluar ruang pendingin (Trc out)

17. Temperatur ruang pemanas (TR Hot)

18. Temperatur ruang pendingin (TR Cold)

26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Peralatan Pengujian yang Digunakan


Deskripsi peralatan pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1. Kompresor, kompresor yang digunakan :
- kompresor hermetik jenis rotari
- daya kompresor sebesar 1 HP
2. Evaporator, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in yang disusun
sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 31
cm maka jumlah laluan seluruhnya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11
tingkat dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6. Data rancangan evaporator
:
- Temperatur permukaan, Ts adalah 9,17 oC
- Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6175 m2
- Panjang total pipa, L adalah 20,69 m
- Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h0 = 219,018 W/m2.0C
- Koefisien perpindahan kalor total, U0 = 172,7496 W/m2.0C
3. Kondensor, menggunakan pipa tembaga ukuran diameter 3/8 in ini disusun
sedemikian rupa dalam bentuk laluan dengan panjang satu laluan adalah 33
cm maka jumlah laluannya adalah 66 laluan dan disusun dalam 11 tingkat
dengan jumlah laluan pertingkat adalah 6. Data rancangan kondensor :
- Temperatur permukaan, Ts adalah 40,93 oC
- Luas total permukaan pipa, Ao adalah 0,6489 m2
- Panjang total pipa, L adalah 21, 74 m
- Koefisien konveksi rata-rata sisi evaporator h0 = 315,738 W/m2.0C
- Koefisien perpindahan kalor total, U0 = 236,469 W/m2.0C
4. Pipa kapiler, menggunakan pipa tembaga dengan diameter 1,7 mm, yang
bekerja pada temperatur kondensasi 45 oC dan temperatur evaporasi 5 oC
panjang pipa kapiler adalah 1,65 m
Hasil pengujian pengujian lengkap dapat dilihat pada lampiran.

27
5.2 Pembahasan
5.2.1 Massa Refrigeran HCR22 Optimum

Massa refrigeran optimum


3.000

2.500

Performansi
2.000

1.500

1.000 COP HCR-22


0.500
Poly. (COP HCR-22)
0.000
280 320 360 400 440 480 520
Gram

Gambar 5.1 Grafik massa refrigeran optimum dan

COP optimum HCR22

Pada gambar 5.1 terlihat bahwa massa refrigeran optimum HCR22 sebesar 400
gram pada COP 2,546. Terlihat bahwa penggunaan jumlah refrigeran lebih atau
kurang dari nilai optimum akan menyebabkan performansi mesin pendingin turun.

5.2.2 Daya pendinginan, Daya pemanasan dan Kerja Kompressor (Perhitungan


sisi refrigeran sekunder).

Daya Kom presor, pem anasan, panas dum m y dan pendinginan


3.000
Wk Q R Panas Q R Dingin Q Dummy
2.500
Energi (Watt)

2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5

10
10
11
11

Waktu (Menit)

Gambar 5.2 Daya kompresor, daya pemanasan dan daya pendinginan

Pada gambar 5.2 dapat dilihat daya pendinginan, daya pemanasan dan kerja
kompresor, terhadap waktu pemakaian mesin pendingin. Tampak bahwa daya
pemanasan dan pendinginan mencapai kondisi relatif stabil setelah 30 menit. Besar
daya pemanasan seharusnya merupakan jumlah dari daya pendinginan ditambah
dengan kerja kompresor. Terlihat bahwa daya pendinginan dan daya pemanasan
28
cenderung sama, hal ini terjadi karena sebagian daya pemanasan yang tidak
digunakan di ruang pemanas di buang di koil pemanas dummy.

Daya pemanasan berguna rata-rata adalah 1,172 kW, rata-rata panas yang
terbuang di dummy adalah 0,845 kW, sehingga terjadi penghematan energi untuk
pemanasan (panas berguna) sekitar 58,12 %. Hal ini menunjukkan penghematan
adalah sejumlah energi panas yang diterima/digunakan pada ruang pemanas (Q R
Panas).

Panas dummy penting ditambahkan untuk menjaga agar panas di kondensor


dapat tetap dibuang ke lingkungan untuk menjaga keseimbangan termodinamik
sistem pendingin yang digunakan. Dengan penambahan koil panas dummy,
kestabilan sistem dapat dijaga dengan baik, sehingga memenuhi hukum
termodinamika. Jika koil dummy tidak ditambahkan, maka akan terjadi akumulasi
panas di ruang pemanas, sehingga temperatur dan tekanan kondensor akan terus naik
dan mengakibatkan kerja kompresor makin berat dan dapat memperpendek umur
kompresor.

5.2.3Kinerja/Performansi Mesin Refrigerasi Hibrida (COP,PF,TP)(Perhitungan


Sisi Refrigeran Sekunder).

Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa COP dan PF relatif hampir sama setelah
kondisi mesin stabil, karena, PF di sini dihitung berdasarkan panas buang yang
digunakan di ruang pemanas, tidak berdasarkan panas buang keseluruhan. PF tidak
memperhitungkan panas yang dibuang di koil panas dummy.

8.000 COP, PF dan TP COP


7.000
6.000 PF
Waktu (menit)

5.000
4.000
TP

3.000
2.000
1.000
0.000
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5

10
10
11
11

Satuan

Gambar 5.3 COP, PF dan TP mesin refrigrasi hibrida dgn refrigeran HCR22
29
5.2.4 Temperatur pada Sisi Panas dan Sisi Dingin Mesin Refrigerasi Kompresi
Uap Hibrida

Pada gambar 5.4 dapat dilihat temperatur sisi panas pada mesin pendingin yang
diuji. Tampak bahwa temperatur sisi panas relatif stabil setelah waktu pengoperasian
mesin selama 30 menit, temperatur relatif stabil sampai lebih kurang 2 jam
pengoperasian mesin. Beda temperatur rata-rata antara ruangan pemanas dengan
temperatur rata-rata koil berkisar 3 oC.

50 Tem peratur Sisi Panas


48
Temperatur (Celcius)

46
44
42
40
38 Thin Thout Trata2 TRhot Tw Hot

36

0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5

10
10
11
11
Waktu (t) m enit

Gambar 5.4 Temperatur sisi panas mesin dg refrigeran HCR22

Pada gambar 5.5 dapat dilihat temperatur sisi dingin pada mesin pendingin yang
diuji. Nampak bahwa temperatur sisi dingin relatif stabil setelah waktu
pengoperasian mesin selama 30 menit, setelah itu temperatur sisi dingin cenderung
stabil. Beda temperatur rata-rata antara ruang pendingin dengan temperatur rata-rata
koil pendingin berkisar 5 oC.

28 Tem peratur Sisi Dingin


26
24 Tcin Tcout Trata2 TRcold Tw Cold
Temperatur (Celcius)

22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5

10
10
11
11

Waktu (t) m enit

Gambar 5.5 Temperatur sisi dingin mesin dg refrigeran HCR22

30
5.2.5 Kondisi Temperatur pada Fungsi Tangki Air Dingin sebagai Thermal
Energy Storage (Ice on Coil pada sistem Chilled Water)

Pada pengujian ini mesin refrigerasi hibrida dijalankan untuk mendinginkan koil
pendingin (evaporator) sampai sebagian besar koil pendingin ditutupi dengan es,
sehingga temperatur air pada tangki air dingin yang berkapasitas 45 liter menjadi 0
o
C. Setelah kondisi tersebut tercapai mesin pendingin dimatikan, dan sistem air
dingin dijalankan, sehingga pompa akan mengalirkan air dingin (chilled water) ke
koil pendingin (indoor unit) di ruang pendingin.

30 Proses Pendinginan
27
24
Temperatur (C)

21
18
15
12
9
Temperatur Keluar Co il
6
Temperatur Ruang Dingin
3 Temperatur A ir Dingin
0
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96 102 108 114 120 126
Waktu (t) m enit

Gambar 5.6 Temperatur keluar koil, ruang dingin dan air dingin

Distribusi temperatur pada ruang pendingin, keluar koil pendingin dan


temperatur air di tangki pendingin dapat dilihat pada gambar 5.6. Pada gambar 5.6
dapat dilihat bahwa temperatur ruang dingin cenderung naik turun pada temperatur
berkisar antara 23 oC – 25 oC. Demikian juga dengan temperatur keluar koil
pendingin, turun naik terjadi karena temperatur ruang disetel pada temperatur 24 oC,
sehingga kerja pompa air dingin akan berhenti pada temperatur ruang sekitar 23 oC
dan pompa bekerja kembali pada temperatur ruang sekitar 25 oC.
Distribusi temperatur saat masuk koil pendingin dan keluar koil pendingin dapat
dilihat pada gambar 5.7. Pada kondisi tersebut tampak bahwa temperatur air masuk
koil pendingin dan keluar koil pendingin naik turun pada beda temperatur rata-rata
berkisar 5 oC. Hal ini terjadi bersamaan dengan mati dan hidupnya pompa air dingin
yang akan mengalirkan air dingin tersebut ke koil pendingin. Temperatur air masuk
dan keluar koil pendingin akan naik secara linear seiring makin naiknya temperatur
dingin akibat pertukaran kalor di ruang pendingin.

31
30 Distribusi Tem peratur Masuk dan Keluar Koil Pendingin
25

Temperatur (Celcius) 20

15

10
TRC In °C
5 TRC Out °C
0

1
11

16

21

26

31

36

41

46

51

56

61

66

71

76

81

86

91

96
1

10

10

11

11

12
Waktu (m enit)

Gambar 5.7 Distribusi temperatur masuk dan keluar koil pendingin

Pada pengujian ini, mesin dapat bekerja sekitar 2 jam pada kondisi temperatur
ruang yang disetel pada 24 oC. Untuk pemakaian lebih dari 2 jam maka perlu tangki
air dingin yang lebih besar sehingga dapat mendinginkan ruang lebih lama. Perlu
kajian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara lamanya pendinginan tangki
air dingin dengan volume tertentu dengan lama pendinginan pada ruang pendingin.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan massa refrigeran hidrokarbon HCR22 optimum pada mesin


kompresi uap hibrida ini 400 gram pada COP 2,546.

2. Penggunaan koil dummy air panas pada sisi panas (kondensor) sangat penting
untuk menjaga kestabilan termodinamik mesin pendingin kompresi uap
hibrida.

3. Beda temperatur rata-rata antara koil pemanas/koil pendingin dengan


temperatur ruang panas/temperatur ruang pendingin berkisar 3 – 5 oC

4. Penggunaan tangki air dingin kapasitas 45 liter sebagai thermal energy


storage dengan temperatur awal 0 oC pada kondisi ice on coil dapat
mempertahankan ruang dingin pada temperatur 24 oC selama 120 menit.

5. Terjadi penghematan/pemanfaatan energi sebesar daya pemanasan 58,12%


pada ruang panas yang dapat digunakan untuk pemanasan ruang atau untuk
pengeringan.

5.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut penelitian ini perlu dilakukan kajian tentang
penggunaan chilled water bertemperatur rendah untuk menghemat penggunaan
energi pendinginan.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Agarwal, Radhey S., 1997, Retrofitting of Domestic and Small Capacity


Commercial Refrigeration Appliances Using Hydrocarbon Blends, Proceedings
Seminar on ODS Phase-Out: Solutions for the Refrigeration Sector, Kuta.
2. Amrul, 2001, Kaji Eksperimental Karakteristik Mesin Refrigerasi Hibrid
Kompresi Uap Susunan Seri dan Paralel dengan Menggunakan Refrigeran
Hidrokarbon HCR-12, Tesis, Jurusan Teknik Mesin, ITB, Bandung.
3. Arora, C. P, 2001, Refrigeration and Air Conditioning, Mc. Graw-Hill
International Edition.
4. Aziz, Azridjal, 2002 Penggunaan Hidrokarbon sebagai Refrigeran pada Sistem
Refrigerasi Komersil (Commercial Refrigeration) dan Pengkondisi Udara (Air
Conditioning), Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
5. Aziz, Azridjal, 2002, Refrigeran Hidrokarbon sebagai Alternatif Pengganti
Refrigeran Halokarbon, Jurnal Sains dan Teknologi, FT Unri, Pekanbaru.
6. Aziz, Azridjal, 2004, Kaji Eksperimental Pengaruh Perubahan Suhu pada
Siklus Sekunder dan Siklus Primer terhadap Performansi Mesin Refrigerasi
Hibrid dengan Refrigeran HCR12, Jurnal Saintek (terakreditasi), UNP, Padang.
7. Hewitt, G.F., 1994, Process Heat Transfer, CRC Press Inc., Boca Raton, USA.
8. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000, Short Course on the Applications of
Hydrocarbon Refrigerants, International Conference on Fluid and Thermal
Energy Conversion 2000, Bandung.
9. Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004 Training of Trainer
Refrigeration Servicing Sector, Training Manual, ITB, Bandung
10. Stoecker, W.F. and Jones, J.W., 1994, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara,
Erlangga, Jakarta.

34
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22

Menit
No. ke P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3 T4 Thin Thout Trata Tcin
1 0 39.5 263 265 46 7.7 48.19 34.85 8.2 48.67 39.15 43.91 9.24
2 5 40 263 265 47 8.72 47.78 34.67 8.97 47.88 40.76 44.32 3.19
3 10 40.5 263 265 48 9.69 48.29 34.19 8.89 47.3 41.95 44.63 3.13
4 15 41 263 265 48 9.8 48.47 33.9 9.19 47.29 41.3 44.30 3
5 20 41 265 267 48.5 9.99 48.6 33.8 9.49 47.32 40.89 44.11 2.84
6 25 41 265 267 48.5 10.14 48.6 33.75 9.69 47.37 40.57 43.97 2.7
7 30 41.5 265 267 49 10.23 48.52 33.68 9.88 47.47 40.38 43.93 2.6
8 35 41.5 265 267 49 10.56 48.66 33.69 9.79 47.54 40.29 43.92 2.54
9 40 41.5 266 267 49 10.63 48.95 33.76 9.93 47.69 40.49 44.09 2.61
10 45 41.5 267 267 49 10.69 48.98 33.84 9.88 47.74 40.95 44.35 2.63
11 50 42 268 270 49 10.92 48.83 33.81 10.04 47.83 40.67 44.25 2.62
12 55 42 268 270 49 10.96 49 33.87 10.04 47.91 40.91 44.41 2.7
13 60 42 268 270 49 10.78 48.61 33.79 10.15 47.9 40.66 44.28 2.6
14 65 42 268 270 49 9.56 48.34 33.66 10.12 47.89 40.6 44.25 2.57
15 70 42 268 270 49 10.41 48.83 33.86 10.09 48.05 41.11 44.58 2.76
16 75 42 268 270 49 10.72 48.93 33.84 10.05 48.01 41 44.51 2.74
17 80 42 268 270 49 9.67 48.49 33.62 10.07 47.89 40.64 44.27 2.63
18 85 42 268 270 49 11.34 48.61 33.63 10.03 47.99 40.88 44.44 2.76
19 90 42 268 270 49 10.89 48.32 33.47 10.13 47.93 40.77 44.35 2.67
20 95 42 268 270 49 8.98 48.91 33.72 9.96 47.95 41.03 44.49 2.8
21 100 42 267 269 49 8.93 48.12 33.54 9.93 47.96 41.25 44.61 2.87
22 105 42 267 269 49 8.94 48.11 33.61 9.74 47.95 41.26 44.61 2.89
23 110 42 267 269 49 9.92 48.03 33.58 9.87 48.01 41.7 44.86 2.97
24 115 42 267 269 49 9.97 48 33.68 9.79 48.01 42.08 43.00 3.04
Nilai Rata-rata 41.54 266.38 268.25 48.67 10.01 48.51 33.83 9.75 47.81 40.89 44.27 2.78

35
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22

T Tout M air M air


Tcout Trata Rhot Tw Hot TRCold Coil Tw Cold V I Eva Kon Cp Hot Cp Cold Wk
20.37 14.81 47.2 48.7 27.7 27.5 0.6 222 3.29 0.06 0.04 4.178 4.184 0.620
12.36 7.78 47.3 48.6 21.4 14.3 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
9.83 6.48 47.2 48.5 20.3 13.5 3.2 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
8.99 6.00 47.3 48.8 19.8 12.2 3 222 3.26 0.06 0.04 4.178 4.184 0.614
8.52 5.68 47.4 48.4 18.3 12.1 2.4 221 3.26 0.06 0.04 4.178 4.184 0.611
8.2 5.45 47.5 48.5 18.2 12 2.4 222 3.26 0.06 0.04 4.178 4.184 0.614
8 5.30 47.7 48.8 18 11.3 2.3 222 3.26 0.06 0.04 4.178 4.184 0.614
7.86 5.20 47 48.3 18.1 11.3 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.83 5.22 47.2 48.6 18 11.2 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.8 5.22 47.4 48.8 18.4 11.3 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.8 5.21 47.4 48.8 17.8 11.3 2.4 222 3.27 0.06 0.04 4.178 4.184 0.616
7.82 5.26 47.5 48.6 17.8 11.6 2.4 222 3.27 0.06 0.04 4.178 4.184 0.616
7.71 5.16 47.7 48.4 17.7 11.4 2.3 222 3.26 0.06 0.04 4.178 4.184 0.614
7.63 5.10 47.6 48.5 17.5 11.3 2.4 222 3.29 0.06 0.04 4.178 4.184 0.620
7.81 5.29 47.5 48.3 17.3 11.3 2.4 221 3.29 0.06 0.04 4.178 4.184 0.617
7.73 5.24 47.5 48.5 17.2 11.2 2.4 224 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.624
7.6 5.12 47.4 48.7 17.4 11.3 2.4 222 3.29 0.06 0.04 4.178 4.184 0.620
7.72 5.24 47.2 48.5 17.2 11.5 2.3 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.63 5.15 47.2 48.7 17.5 11.4 2.4 223 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.621
7.74 5.27 47 48.5 17.3 11.5 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.79 5.33 47 48.7 17.4 11.2 2.3 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.184 0.618
7.79 5.34 47.9 48.5 17.3 11.3 2.4 222 3.28 0.06 0.04 4.178 4.185 0.618
7.9 5.44 47.7 48.5 17.3 11.2 2.4 221 3.29 0.06 0.04 4.178 4.185 0.617
7.97 5.51 47.5 48.5 17.2 11.2 2.5 220 3.3 0.06 0.04 4.178 4.185 0.616
7.84 5.28 47.39 48.57 17.75 12.31 2.37 221.92 3.28 0.06 0.04 4.18 4.18 0.62

36
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22

Q QR
R Panas Q Dummy Dingin COP PF TP
1.611 1.772 2.763 4.457 2.599 7.056
1.205 1.690 2.277 3.684 1.949 5.633
0.905 1.376 1.663 2.691 1.465 4.156
1.014 1.088 1.487 2.421 1.650 4.071
1.088 0.934 1.410 2.306 1.779 4.086
1.151 0.829 1.365 2.223 1.873 4.096
1.200 0.755 1.341 2.183 1.953 4.136
1.227 0.712 1.321 2.137 1.985 4.122
1.218 0.696 1.296 2.097 1.971 4.068
1.149 0.753 1.284 2.077 1.859 3.936
1.212 0.691 1.286 2.087 1.966 4.054
1.184 0.703 1.271 2.063 1.922 3.986
1.225 0.658 1.269 2.065 1.994 4.060
1.234 0.643 1.256 2.027 1.990 4.016
1.174 0.697 1.254 2.032 1.903 3.935
1.186 0.676 1.239 1.987 1.902 3.889
1.227 0.627 1.234 1.990 1.979 3.969
1.203 0.646 1.231 1.993 1.947 3.939
1.212 0.641 1.231 1.984 1.952 3.935
1.171 0.673 1.226 1.984 1.895 3.879
1.135 0.704 1.221 1.976 1.837 3.814
1.132 0.703 1.217 1.969 1.832 3.801
1.068 0.774 1.224 1.984 1.730 3.714
1.003 0.837 1.224 1.987 1.629 3.615
1.17 0.84 1.40 2.27 1.90 4.17

37
Pengujian Massa Refrigeran Optimum (HCR22)
Air Tangki Air Tangki
Evaporator Kondensor
0 0
M Ref m air Eva m air Kon COP
(kg) (kg/s) (kg/s) V I Tin (C) Tout (C) Tin (C) Tout (C) Wk (C) Qk (C) Qe (C) (C) PF (C)
280 0.123 0.088 225 2.6 22.5 20.5 34.3 37 0.673 0.996 1.033 1.535 1.481
320 0.123 0.088 226 2.8 19.1 16.6 35.5 39.7 0.728 1.550 1.291 1.774 2.129
360 0.123 0.088 227 3.1 17.7 13.7 37.4 42.4 0.809 1.844 2.066 2.553 2.279
400 0.123 0.088 226 3.2 14.3 10.2 39.6 45.5 0.832 2.176 2.118 2.546 2.617
440 0.123 0.088 233 3.4 13.8 9.5 39.2 45.6 0.911 2.250 2.2.221 2.438 2.470
480 0.123 0.088 241 3.6 11.5 7.5 40.4 47.5 0.998 2.619 2.066 2.071 2.624
520 0.123 0.088 228 3.9 11.4 7.6 39.5 46.2 1.023 2.471 1.963 1.920 2.417

38
39
Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrida

Ruang Pemanas

Kompressor

39
Kondensor dan Evaporator (di dalam tangki)

40

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai