net/publication/299629293
CITATIONS READS
2 2,811
2 authors, including:
Azridjal Aziz
Universitas Riau
48 PUBLICATIONS 62 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Thermal fluid research for energy efficiency on heating an cooling, thermal storage, thermoelectric cooler and generator and solar thermal.. View project
PENGOLAHAN AIR PAYAU UNTUK KEGUNAAN AIR BERSIH DI KAWASAN SUNGAI SIAK, MENGGUNAKAN METODE RESISTANSI ELEKTRIK KAPASITAS 1200 L/JAM View
project
All content following this page was uploaded by Azridjal Aziz on 05 April 2016.
Oleh :
Dibiayai oleh :
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
Tahun 2008
RINGKASAN
Refrigeran halokarbon seperti R22 yang sering digunakan pada sistem ini
belakangan diketahui berpotensi merusak lapisan ozon, sehingga pemakaiannya
harus dihentikan. Dan sebagai gantinya digunakan refrigeran hidrokarbon, salah
satunya adalah HCR22 yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan
pengembangan Cold Storage Hemat Energi yang memanfaatkan chiller hasil
pendinginan di evaporator untuk menghasilkan air dingin bertemperatur 0oC yang
akan digunakan di koil pendingin. Kajian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik dari mesin kompresi uap hibrida dengan menggunakan refrigeran
hidrokarbon subsitusi R22.
Alhamdulillah, sebagai rasa terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
atas kekuatan dan rahmat-Nya lah maka penulis akhirnya dapat menyelesaikan
Dalam mengerjakan penelitian ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,
tapi berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil,
hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
1. Lembaga Penelitian Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini dari
2. Bapak Dr. Syaiful Bahri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Riau dan Bapak M. Dalil ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin,
bimbingan tugas akhir dan mahasiswa teknik mesin lainnya yang telah
Zulfianilsih, ST. MT. atas bantuan dan motivasinya serta semua pihak yang
Penulis yakin sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis akan berbesar hati atas saran dan kritik yang membangun agar penelitian
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
2.3. Refrigeran 11
4.1.1. Evaporator 18
4.1.2. Kondensor 18
4.1.4. Filter 19
5.2. Pembahasan 28
Water)
5.1. Kesimpulan 33
5.2. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 35
DAFTAR TABEL
Gambar 2.2. Diagram P-h Siklus Kompresi Uap Ideal dan Aktual 8
Gambar 5.1. Grafik Massa Refrigeran Optimum dan COP Optimum HCR22 28
Gambar 5.3. Gambar 5.3 COP, PF dan TP mesin refrigrasi hibrida dgn 29
refrigeran HCR22
Gambar 5.6. Temperatur keluar koil, ruang dingin dan air dingin 31
1
Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah
refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang
dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai
pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah
lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat
energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000).
2
subsistusi R-22, serta karakteristik mesin karena pemanfaatan evaporator dan
kondensor secara bersamaan yang dapat mempengaruhi kinerja mesin.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saat ini aplikasi refrigerasi meliputi bidang yang sangat luas, mulai dari
keperluan rumah tangga, pertanian, sampai ke industri gas, petrokimia, perminyakan
dsb. Berbagai jenis mesin refrigerasi yang bekerja berdasarkan berbagai proses dan
siklus dapat ditemui dalam praktek. Namun demikian yang paling banyak digunakan
adalah mesin refrigerasi siklus kompresi uap, termasuk untuk penggunaan kulkas,
4
AC ruangan dan kendaraan. Berdasarkan aplikasinya mesin refrigerasi dapat
dikelompokkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P.,
Adriansyah W., 2004).
Proses pengambilan/penyerapan energi tersebut terjadi di evaporator dengan laju
perpindahan panas sebesar Qe. Sedangkan proses pembuangan energi dalam bentuk
panas ke lingkungan terjadi di kondensor dengan laju sebesar Qk. (Stoecker, W.F.
and Jones, J.W. 1994).
5
Keempat komponen tersebut sekaligus juga mewakili 4 proses termodinamika yang
dialami oleh refrigeran pada siklus kompresi uap ideal, yaitu :
1. Proses 1-2 : Kompresi isentropik (adibatik dan reversibel) dari uap jenuh ke
tekanan kondensasi.
2. Proses 2-3 : Pelepasan panas reversibel pada tekanan konstan sampai kondisi cair
jenuh.
3. Proses 3-4 : Eskpansi irreversibel pada entalpi konstan sampai tekanan evaporasi.
4. Proses 4-1: Pemasukan panas reversibel pada tekanan konstan dari fasa campuran
ke tingkat keadaan uap jenuh.
Pada siklus kompresi uap jika pemanfaatannya adalah dari sisi evaporator dimana
evaporasi berlangsung pada temperatur rendah (dingin) disebut mesin refrigerasi.
Sedangkan jika pemanfaatannya adalah dari sisi kondensor dimana kondensasi
berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi (panas) disebut mesinpompa kalor.
Sehingga penamaan siklus kompressi uap tersebut selalu diikuti oleh fungsi yang
dibawakannya.
a b
Untuk menyatakan unjuk kerja dari suatu siklus kompressi uap, yang ditinjau
dampak refrigerasi, laju pelepasan kalor, kerja kompressi, Coefficient of
6
Performance (COP) dan Performance Factor (PF), yang dapat dijelaskan sebagai
berikut (lihat gambar 2.1) :
1. Dampak Refrigerasi adalah besarnya panas yang dapat diserap oleh refrigeran
persatuan massa. Besarnya dihitung dengan selisih entalpi refrigeran masuk dan
keluar kondensor
QE
qe h1 h4 (2.1)
m
2. Kerja Kompresi adalah kerja yang diterima oleh refrigeran untuk tiap satuan
massa refrigeran
Wk
wk h2 h1 (2.2)
m
7
Siklus kompresi uap yang diuraikan di atas adalah siklus ideal. Sementara pada
prakteknya siklus yang sebenarnya mengalami beberapa penyimpangan dari siklus
ideal ini.
P(bars)
sub
dingin
3
3' 2 2'
4' 1'
4 1
panas lanjut
siklus ideal
siklus aktual
h( kJ / kg)
Gambar 2.2 Diagram P-h siklus kompresi uap ideal dan aktual
8
cair dan dapat meningkatkan efek refrigerasi. Pemanasan lanjut dianggap
menguntungkan karena dapat memastikan refrigeran yang memasuki kompresor
seluruhnya berada pada fasa uap. Pemanasan lanjut dibedakan menjadi pemanasan
lanjut internal dan pemanasan lanjut eksternal. Pemanasan lanjut internal merupakan
pemanasan lanjut yang terjadi di dalam evaporator, sedangkan pemanasan lanjut
eksternal terjadi di luar evaporator. Pada sistem pendinginan, pemanasan lanjut
eksternal cendrung berdampak negatif terhadap kinerja sistem yaitu akan
mengakibatkan turunnya efek refrigerasi dan koefisien performansi.
Alasan paling umum digunakan dalam usaha memodifikasi siklus kompresi uap
sederhana adalah efisiensi penggunaan energi. Pengembangan mesin kompresi uap
ideal dilakukan untuk mendapatkan efisiensi penggunaan energi yang lebih baik
sehingga dapat melayani berbagai kebutuhan untuk pendinginan dan pemanasan
yang memanfaatkan energi buangan sistem. Berdasarkan keterangan ini, diambil
suatu terobosan untuk meningkatkan efisiensi maka kedua sisi dingin dan panasnya
dimanfaatkan sekaligus. Siklus kompressi uap seperti ini dikenal sebagai mesin
refrigerasi hibrida. Mesin refrigerasi hibrida ini tentu saja memiliki keunggulan dan
kekurangan salah satu yang merupakan keunggulannya adalah peningkatan efisiensi
penggunaan energi tetapi karena kedua sisinya sudah dimanfaatkan maka perubahan
pada suatu sisi diharapkan tidak akan menggangu proses di sisi yang lainnya,
sehingga umumnya dilengkapi dengan penambahan komponen dummy.
air
Qk
2
3
kompresor
alat ekspansi
kondensor
Wk
evaporator
1
4 1
P(bars) air Q
e
sub
Gambar 2.3 Siklus Kompressi Uap Ideal dengan Pendingin Air
dingin
3 9
3' 2'
Pada mesin refrifgerasi hibrida dengan siklus ideal, jika prestasinya ditinjau dari
sisi air (gambar 2.3), maka kapasitas pendinginan pada evaporator adalah :
.
Q e m ae C P,ae Tae (2.7)
Wk m V I Cos (2.9)
2.3 REFRIGERAN
Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan untuk memindahkan panas di
dalam siklus refrigerasi. Berdasarkan fungsinya selama refrigeran dibagi menjadi
dua jenis yaitu refrigeran primer yang digunakan dalam siklus kompresi uap dan
refrigeran sekunder yang digunakan untuk membawa kalor bertemperatur rendah.
Pada sistem kompresi uap, refrigeran menyerap kalor dari suatu ruang melalui proses
evaporasi dan membuang kalor ke ruang lain melalui proses kondensasi.
Sifat-sifat yang dipertimbangkan dalam memilih refrigeran, adalah: sifat kimia,
sifat fisik dan sifat termodinamik. Berdasarkan sifat-sifat kimianya refrigeran yang
baik : tidak beracun, tidak bereaksi dengan komponen refrigerasi, dan tidak mudah
terbakar, serta tidak berpotensi menimbulkan pemanasan global (GWP rendah
(Global Warming Potential)) dan tidak merusak lapisan ozon (ODP rendah (Ozone
Depleting Potential)). Hal ini diperlukan agar kelestarian lingkungan terjaga, karena
lapisan ozon di stratosfir berfungsi melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet
yang berbahaya (antara lain dapat menimbulkan kanker kulit, dapat membunuh
phytoplankton yang merupakan bagian dari rantai kehidupan laut). Berdasarkan sifat
fisik dan termodinamiknya refrigeran yang baik mampu menghasilkan kapasitas
refrigerasi per satuan daya kompresi yang tinggi.
11
2.3.1 Refrigreran Alternatif untuk R-22
Hidrokarbon (HC) merupakan salah satu refrigeran alternatif pengganti R-22.
Refrigeran HC tidak berpotensi merusak ozon karena ODP = 0 dan GWP yang kecil.
Refrigeran HC juga tidak mengalami reaksi kimia dengan oli pelumas yang
digunakan untuk refrigeran R-22.
Refrigeran
Parameter Iso-
R-22 R-12 Propana
butana
Rumus kimia CHClF2 CCl 2F2 C3H8 C4H10
Temperatur kritis [oC] 97 111,8 97,0 135,1
o
Titik didih pada 1 atm [ C] -41,4 -26,8 -41,9 -11,6
Massa jenis
- uap jenuh pada 0oC [kg/m3] 21,2 18,2 10,39 4,56
o 3
- cair jenuh pada 45 C [kg/m ] 1108 1232 459 525
Kapasitas Panas Spesifik
- uap jenuh pada 0oC [kJ/kgK] 0,614 0,642 1,85 1,61
- cair jenuh pada 45oC [kJ/kgK] 1,46 1,02 2,8 2,58
Konduktifitas Termal
- uap jenuh pada 0oC [mW/mK] 9,4 8,3 15,6 12,98
o
- cair jenuh pada 45 C [mW/mK] 63,4 60 ,7 83,7 82,4
ODP 0,06 1 0 0
GWP 1700 7300 3 3
Pada Tabel 2.2 ditampilkan beberapa jenis refrigeran yaitu : R-22, R-12, propana
dan isobutana. Kelemahan utama R-22, karena potensi perusakan ozon dan
pemanasan globalnya relatif tinggi dari ke tiga jenis refrigeran lainnya. Berbeda
dengan refrigeran hidrokarbon untuk mesin yang sebelumnya menggunakan
refrigeran R-22 maka refrigeran hidrokarbon dapat langsung menggantikannya tanpa
melakukan penggantian komponen.
Berdasarkan uraian di atas, maka refrigeran yang baik pengganti R-22 adalah
hidrokarbon. Kelemahan hidrokarbon yang menonjol adalah mudah terbakar, namun
hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan jika prosedur keamanan penggunan
hidrokarbon diterapkan dengan baik serta telah diakui dan diatur oleh berbagai
12
standar internasional yaitu : BS4434:1995(Inggris) , AS/NZ 1677:1998 (Australia /
New Zeland) dan DIN 7003 (Jerman ).
13
Fenomena serupa juga terjadi pada kondensor, yaitu temperatur kondensasi akan
menurun di sepanjang kondensor.
ga
P(bars)
ris
soi
ter
m
al
3 2
Temperatur glide di
Kondensor
4 1
Temperatur glide di
Evaporator
h( kJ / kg)
Akibat yang timbul karena adanya temperature glide adalah sebagai berikut:
1. Komposisi campuran mungkin berbeda antara fasa uap dan fasa cair, oleh
karena itu pengisian refrigeran ke dalam sistem refrigerasi sebaiknya dilakukan
dalam fasa cair.
2. Kalau sistem refrigerasi mengalami kebocoran, ada kemungkinan komposisi
kebocoran berbeda dengan komposisi refrigeran. Sebagai akibatnya komposisi
refrigeran di dalam sistem berubah dan dapat mempengaruhi kinerja sistem.
14
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
16
4. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dilakukan perhitungan sesuai
prinsip-prinsip termodinamika yang berlaku, selanjutnya akan diplot dalam
berbagai grafik yang dapat memberikan informasi-informasi mengenai
pengaruh temperatur masuk dan keluar evaporator, temperatur masuk dan
keluar kondensor, laju aliran air pengisi dan laju aliran massa refrigeran,
tekanan pada sisi masuk kompresor, tekanan pada sisi keluar kompresor,
tekanan keluar kondensor dan tekanan masuk evaporator terhadap unjuk
kerja sistem
5. Tahap Pembuatan Laporan
Pada tahapan ini seluruh hasil yang diperoleh dari tahapan sebelumnya
dibuat dalam bentuk laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ini
juga dapat dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi, atau
dipublikasikan di seminar-seminar yang relefan, sehingga dapat diperoleh
masukan-masukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Instalasi alat uji Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrida mempunyai komponen-
komponen utama yaitu kompresor, kondensor, pipa kapiler, meja alat uji, pompa air
sirkulasi, serta instrumen pengrukuran.
Air
Qk
Kompresor
Kondensor
Katup
Ekspansi Wk
Evaporator
Qe
Air
17
4.1.1 Evaporator
Evaporator adalah alat penukar kalor yang dalam proses perpindahan panasnya
fluida kerjanya, dalam hal ini refrigeran mengalami perubahan fasa. Seperti halnya
alat penukar kalor lainnya, evaporator memiliki banyak jenis. Dari hasil perancangan
yang digunakan adalah evaporator jenis tabung dan pipa (shell and tube ) dimana
refrigeran mendidih dalam pipa dan air sebagai fluida pendingin dan masih didalam
cangkang. Laluan pipa di dalam tabung dibuat berselang-seling yang tujuannya untuk
meningkatkan koefisien perpindahan panas evaporator ini.
Refrigeran
Air masuk
Kotak evaporator
Air keluar
4.1.2 Kondensor
Salah satu komponen pengatur aliran dalam sistem pendingin adalah akat
ekspansi. Alat ini secara umum memiliki dua fungsi yaitu mengekspansikan cairan
18
refrigeran dari tekanan kondensor menjadi tekanan evaporator dan mengatur suplai
cairan refrigeran ke evaporator pada laju aliran yang sesuai dengan beban
pendinginan.
Alat penurun tekanan yang digunakan pada pengujian ini adalah jenis pipa
kapiler, yaitu pipa tembaga dengan diameter dalam yang sangat kecil hanya beberapa
milimeter atau kecil dari satu milimeter.
Refrigeran
Air masuk
Kotak Kondensor
Kotak evaporator
Air keluar
4.1.4 Filter
Alat ini berfungsi untuk mengurangi kandungan air yang tercampur di dalam
refrigeran, ini diperlukan mengingat pengaruh kandungan air pada pipa refrigeran
sangat buruk yaitu :
Filter di pasang diantara kondensor dan pipa kapiler yang berfungsi untuk
melindungi kapiler dari pengaruh air yang terbawa dalam refrigeran sehingga kapiler
dapat bekerja dengan optimal.
Sight glass biasanya dipasang pada jalur cair pada sistem pandingin. Sight glass
akan menunjukkan gelembung-gelembung udara jika jumlah refrigeran dalam sistem
19
sedikit. Jika jumlah refrigeran cukup maka sight glass akan penuh dengan cairan.
Sight glass tidak akan memperlihatkan apapun jika tidak ada cairan pada saluran.
Sight glass mungkin akan menunjukkan beberapa gelembung ketika sistem ini
pertama kali dijalankan atau pada saat sistem berhenti. Kondisi ini adalah kondisi
normal, dimana tidak menunjukkan adanya kekurangan jumlah refrigeran pada
sistem.
Untuk instalasi siklus refrigeran maka kompresor, sight glass, filter, pipa
kapiler, evaporator dan kondensor, ditempatkan pada bagian atas meja dudukan alat.
Koil pendingin, koil pemanas, pompa air sirkulasi, ditempatkan di bagian bawah
meja dudukan alat.
4.2Alat Ukur
Alat ukur digunakan untuk mengukur besaran-besaran pada pengujian. Alat ukur
yang diperlukan yaitu alat ukur tekanan, temperatur, tegangan listrik, arus listrik
dipasang pada titik-titik yang perlu diuji dan diambil datanya.
Alat ukur temperatur di pasang pada pipa saluran refrigeran, dengan tujuan agar
temperatur pada masing-masing keadaan dapat diketahui. Alat pengukur temperatur
yang digunakan pada pipa saluran refrigeran adalah termokopel dengan penunjuk
digital. Alat ukur temperatur juga digunakan untuk mengukur temperatur air masuk
dan keluar pada kondensor dan evaporator. Selain itu juga digunakan untuk
20
mengukur temperatur ruangan pendingin dan ruangan pemanas. Pada pengujian kali
ini digunakan termometer digital.
Alat ukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan yang terjadi pada masing-
masing keadaan pipa saluran refrigeran. Alat ukur yang digunakan pada pengujian
kali ini adalah tabung bourdon.
21
Wk = ηm ×V×I×Cosφ (4.1)
Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang
berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada
22
lemari pengering. Untuk instalasi siklus primer ( siklus refrigeran) , kompressor,
sight glass, filter drier, katup ekspansi, kondensor dan evaporator ditempatkan di atas
meja dudukan. Sedangkan koil pendingin, koil pemanas, pompa air sirkulasi,
ditempatkan di bagian bawah meja dudukan alat.
3. Memasang alat ukur untuk mengukur temperatur, tekanan, kuat arus dan
tegangan listrik kompresor pada titik-titik yang telah ditentukan (gambar 4.6)
23
4.6 Pelaksanaan Pengujian Kinerja Mesin Refrigerasi Hibrida
Massa optimum refrigeran adalah jumlah massa refrigeran tertentu yang diisikan
kedalam sistem yang memberikan performansi (COP) yang terbaik.
3. Pasangkan dan hidupkan alat ukur termometer digital di saluran masuk dan
saluran keluar kotak evaporator dan kotak kondensor.
4. Pasangkan dan hidupkan termometer digital pada saluran masuk dan saluran
keluar air pada kotak evaporator dan kotak kondensor.
5. Pastikan katup air panas dan dingin ke koil dalam keadaan terbuka.
6. Atur katup air panas dan dingin sesuai dengan laju aliran massa air yang
diinginkan.
9. Lalu lihat temperatur air panas dan dingin yang terbaca pada alat ukur
temperatur digital sampai kondisinya stabil (temperatur yang dinginkan).
10. Jika kondisi stabil telah dicapai lakukan pencatatan data dengan cara manual..
11. Tambahkan massa refrigeran kedalam sistem sebanyak 20-40 gram dan catat
penambahan massa ini, kemudian lakukan lagi prosedur 3.
24
12. Lakukan prosedur 4 berulang-ulang hingga tidak terjadi lagi perubahan
temperatur air dingin pada tangki evaporator dengan penambahan massa
refrigeran atau arus listrik ke kompresor semakin besar dan bunyi kompressor
semakin keras.
3. Pasangkan dan hidupkan alat ukur termometer digital di saluran masuk dan
saluran keluar kotak evaporator dan kotak kondensor.
4. Pasangkan dan hidupkan termometer digital pada saluran masuk dan saluran
keluar air pada kotak evaporator dan kotak kondensor.
5. Pastikan katup air panas dan dingin ke koil dalam keadaan terbuka.
6. Atur katup air panas dan dingin sesuai dengan laju aliran massa air yang
diinginkan.
9. Lalu lihat temperatur air panas dan dingin yang terbaca pada alat ukur
temperatur digital sampai kondisinya stabil (temperatur yang dinginkan).
11. Setelah kondisinya stabil, catat temperatur air yang masuk dan keluar kotak
evaporator dan kondensor, catat temperatur dan tekanan sistem yang masuk
dan keluar evaporator dan kondensor, catat temperatur lingkungan, catat kuat
arus dan tegangan listrik kompresor.
12. Lalu amati perubahan temperatur yang terjadi setiap 5 menit, lalu catat semua
perubahan temperatur dan tekanan yang terjadi.
25
13. Lakukan beberapa kali pengambilan data
Setelah pengujian selesai dilakukan matikan mesin sesuai prosedur berikut ini :
1. Matikan kompresor.
9. Temperatur air masuk koil pemanas pada ruang pemanas (Th in)
10. Temperatur air keluar koil pemanas pada ruang pemanas (Th out)
11. Temperatur air masuk koil pendingin pada ruang pendingin (Tc in)
12. Temperatur air keluar koil pendingin pada ruang pendingin (Tc out)
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
5.2 Pembahasan
5.2.1 Massa Refrigeran HCR22 Optimum
2.500
Performansi
2.000
1.500
Pada gambar 5.1 terlihat bahwa massa refrigeran optimum HCR22 sebesar 400
gram pada COP 2,546. Terlihat bahwa penggunaan jumlah refrigeran lebih atau
kurang dari nilai optimum akan menyebabkan performansi mesin pendingin turun.
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
10
10
11
11
Waktu (Menit)
Pada gambar 5.2 dapat dilihat daya pendinginan, daya pemanasan dan kerja
kompresor, terhadap waktu pemakaian mesin pendingin. Tampak bahwa daya
pemanasan dan pendinginan mencapai kondisi relatif stabil setelah 30 menit. Besar
daya pemanasan seharusnya merupakan jumlah dari daya pendinginan ditambah
dengan kerja kompresor. Terlihat bahwa daya pendinginan dan daya pemanasan
28
cenderung sama, hal ini terjadi karena sebagian daya pemanasan yang tidak
digunakan di ruang pemanas di buang di koil pemanas dummy.
Daya pemanasan berguna rata-rata adalah 1,172 kW, rata-rata panas yang
terbuang di dummy adalah 0,845 kW, sehingga terjadi penghematan energi untuk
pemanasan (panas berguna) sekitar 58,12 %. Hal ini menunjukkan penghematan
adalah sejumlah energi panas yang diterima/digunakan pada ruang pemanas (Q R
Panas).
Pada Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa COP dan PF relatif hampir sama setelah
kondisi mesin stabil, karena, PF di sini dihitung berdasarkan panas buang yang
digunakan di ruang pemanas, tidak berdasarkan panas buang keseluruhan. PF tidak
memperhitungkan panas yang dibuang di koil panas dummy.
5.000
4.000
TP
3.000
2.000
1.000
0.000
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
10
10
11
11
Satuan
Gambar 5.3 COP, PF dan TP mesin refrigrasi hibrida dgn refrigeran HCR22
29
5.2.4 Temperatur pada Sisi Panas dan Sisi Dingin Mesin Refrigerasi Kompresi
Uap Hibrida
Pada gambar 5.4 dapat dilihat temperatur sisi panas pada mesin pendingin yang
diuji. Tampak bahwa temperatur sisi panas relatif stabil setelah waktu pengoperasian
mesin selama 30 menit, temperatur relatif stabil sampai lebih kurang 2 jam
pengoperasian mesin. Beda temperatur rata-rata antara ruangan pemanas dengan
temperatur rata-rata koil berkisar 3 oC.
46
44
42
40
38 Thin Thout Trata2 TRhot Tw Hot
36
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
10
10
11
11
Waktu (t) m enit
Pada gambar 5.5 dapat dilihat temperatur sisi dingin pada mesin pendingin yang
diuji. Nampak bahwa temperatur sisi dingin relatif stabil setelah waktu
pengoperasian mesin selama 30 menit, setelah itu temperatur sisi dingin cenderung
stabil. Beda temperatur rata-rata antara ruang pendingin dengan temperatur rata-rata
koil pendingin berkisar 5 oC.
22
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
-2
0
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
0
5
10
10
11
11
30
5.2.5 Kondisi Temperatur pada Fungsi Tangki Air Dingin sebagai Thermal
Energy Storage (Ice on Coil pada sistem Chilled Water)
Pada pengujian ini mesin refrigerasi hibrida dijalankan untuk mendinginkan koil
pendingin (evaporator) sampai sebagian besar koil pendingin ditutupi dengan es,
sehingga temperatur air pada tangki air dingin yang berkapasitas 45 liter menjadi 0
o
C. Setelah kondisi tersebut tercapai mesin pendingin dimatikan, dan sistem air
dingin dijalankan, sehingga pompa akan mengalirkan air dingin (chilled water) ke
koil pendingin (indoor unit) di ruang pendingin.
30 Proses Pendinginan
27
24
Temperatur (C)
21
18
15
12
9
Temperatur Keluar Co il
6
Temperatur Ruang Dingin
3 Temperatur A ir Dingin
0
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96 102 108 114 120 126
Waktu (t) m enit
Gambar 5.6 Temperatur keluar koil, ruang dingin dan air dingin
31
30 Distribusi Tem peratur Masuk dan Keluar Koil Pendingin
25
Temperatur (Celcius) 20
15
10
TRC In °C
5 TRC Out °C
0
1
11
16
21
26
31
36
41
46
51
56
61
66
71
76
81
86
91
96
1
10
10
11
11
12
Waktu (m enit)
Pada pengujian ini, mesin dapat bekerja sekitar 2 jam pada kondisi temperatur
ruang yang disetel pada 24 oC. Untuk pemakaian lebih dari 2 jam maka perlu tangki
air dingin yang lebih besar sehingga dapat mendinginkan ruang lebih lama. Perlu
kajian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara lamanya pendinginan tangki
air dingin dengan volume tertentu dengan lama pendinginan pada ruang pendingin.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
2. Penggunaan koil dummy air panas pada sisi panas (kondensor) sangat penting
untuk menjaga kestabilan termodinamik mesin pendingin kompresi uap
hibrida.
5.2 Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut penelitian ini perlu dilakukan kajian tentang
penggunaan chilled water bertemperatur rendah untuk menghemat penggunaan
energi pendinginan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22
Menit
No. ke P1 P2 P3 P4 T1 T2 T3 T4 Thin Thout Trata Tcin
1 0 39.5 263 265 46 7.7 48.19 34.85 8.2 48.67 39.15 43.91 9.24
2 5 40 263 265 47 8.72 47.78 34.67 8.97 47.88 40.76 44.32 3.19
3 10 40.5 263 265 48 9.69 48.29 34.19 8.89 47.3 41.95 44.63 3.13
4 15 41 263 265 48 9.8 48.47 33.9 9.19 47.29 41.3 44.30 3
5 20 41 265 267 48.5 9.99 48.6 33.8 9.49 47.32 40.89 44.11 2.84
6 25 41 265 267 48.5 10.14 48.6 33.75 9.69 47.37 40.57 43.97 2.7
7 30 41.5 265 267 49 10.23 48.52 33.68 9.88 47.47 40.38 43.93 2.6
8 35 41.5 265 267 49 10.56 48.66 33.69 9.79 47.54 40.29 43.92 2.54
9 40 41.5 266 267 49 10.63 48.95 33.76 9.93 47.69 40.49 44.09 2.61
10 45 41.5 267 267 49 10.69 48.98 33.84 9.88 47.74 40.95 44.35 2.63
11 50 42 268 270 49 10.92 48.83 33.81 10.04 47.83 40.67 44.25 2.62
12 55 42 268 270 49 10.96 49 33.87 10.04 47.91 40.91 44.41 2.7
13 60 42 268 270 49 10.78 48.61 33.79 10.15 47.9 40.66 44.28 2.6
14 65 42 268 270 49 9.56 48.34 33.66 10.12 47.89 40.6 44.25 2.57
15 70 42 268 270 49 10.41 48.83 33.86 10.09 48.05 41.11 44.58 2.76
16 75 42 268 270 49 10.72 48.93 33.84 10.05 48.01 41 44.51 2.74
17 80 42 268 270 49 9.67 48.49 33.62 10.07 47.89 40.64 44.27 2.63
18 85 42 268 270 49 11.34 48.61 33.63 10.03 47.99 40.88 44.44 2.76
19 90 42 268 270 49 10.89 48.32 33.47 10.13 47.93 40.77 44.35 2.67
20 95 42 268 270 49 8.98 48.91 33.72 9.96 47.95 41.03 44.49 2.8
21 100 42 267 269 49 8.93 48.12 33.54 9.93 47.96 41.25 44.61 2.87
22 105 42 267 269 49 8.94 48.11 33.61 9.74 47.95 41.26 44.61 2.89
23 110 42 267 269 49 9.92 48.03 33.58 9.87 48.01 41.7 44.86 2.97
24 115 42 267 269 49 9.97 48 33.68 9.79 48.01 42.08 43.00 3.04
Nilai Rata-rata 41.54 266.38 268.25 48.67 10.01 48.51 33.83 9.75 47.81 40.89 44.27 2.78
35
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22
36
Data Pengujian Mesin Refrigerasi Hibrida menggunakan Refrigeran Hidrokarbon HCR-22
Q QR
R Panas Q Dummy Dingin COP PF TP
1.611 1.772 2.763 4.457 2.599 7.056
1.205 1.690 2.277 3.684 1.949 5.633
0.905 1.376 1.663 2.691 1.465 4.156
1.014 1.088 1.487 2.421 1.650 4.071
1.088 0.934 1.410 2.306 1.779 4.086
1.151 0.829 1.365 2.223 1.873 4.096
1.200 0.755 1.341 2.183 1.953 4.136
1.227 0.712 1.321 2.137 1.985 4.122
1.218 0.696 1.296 2.097 1.971 4.068
1.149 0.753 1.284 2.077 1.859 3.936
1.212 0.691 1.286 2.087 1.966 4.054
1.184 0.703 1.271 2.063 1.922 3.986
1.225 0.658 1.269 2.065 1.994 4.060
1.234 0.643 1.256 2.027 1.990 4.016
1.174 0.697 1.254 2.032 1.903 3.935
1.186 0.676 1.239 1.987 1.902 3.889
1.227 0.627 1.234 1.990 1.979 3.969
1.203 0.646 1.231 1.993 1.947 3.939
1.212 0.641 1.231 1.984 1.952 3.935
1.171 0.673 1.226 1.984 1.895 3.879
1.135 0.704 1.221 1.976 1.837 3.814
1.132 0.703 1.217 1.969 1.832 3.801
1.068 0.774 1.224 1.984 1.730 3.714
1.003 0.837 1.224 1.987 1.629 3.615
1.17 0.84 1.40 2.27 1.90 4.17
37
Pengujian Massa Refrigeran Optimum (HCR22)
Air Tangki Air Tangki
Evaporator Kondensor
0 0
M Ref m air Eva m air Kon COP
(kg) (kg/s) (kg/s) V I Tin (C) Tout (C) Tin (C) Tout (C) Wk (C) Qk (C) Qe (C) (C) PF (C)
280 0.123 0.088 225 2.6 22.5 20.5 34.3 37 0.673 0.996 1.033 1.535 1.481
320 0.123 0.088 226 2.8 19.1 16.6 35.5 39.7 0.728 1.550 1.291 1.774 2.129
360 0.123 0.088 227 3.1 17.7 13.7 37.4 42.4 0.809 1.844 2.066 2.553 2.279
400 0.123 0.088 226 3.2 14.3 10.2 39.6 45.5 0.832 2.176 2.118 2.546 2.617
440 0.123 0.088 233 3.4 13.8 9.5 39.2 45.6 0.911 2.250 2.2.221 2.438 2.470
480 0.123 0.088 241 3.6 11.5 7.5 40.4 47.5 0.998 2.619 2.066 2.071 2.624
520 0.123 0.088 228 3.9 11.4 7.6 39.5 46.2 1.023 2.471 1.963 1.920 2.417
38
39
Mesin Pendingin Kompresi Uap Hibrida
Ruang Pemanas
Kompressor
39
Kondensor dan Evaporator (di dalam tangki)
40