Anda di halaman 1dari 7

E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018

http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299


ISSN (Cetak): 1693-5233

Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Petani Kebun Plasma Kelapa


Sawit Pada PT. Agronusa Investama Di Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak
Adrianus Victor
Hery Medianto Kurniawan
Rudy Triadi Yuliarto
1
Jalan Gst Situt Mahamud, email : victoradrianus@gmail.com
2
Jalan Kemakmuran No. 31 Pontianak, email : haemkaa@gmail.com
3
Jalan Prof. M. Yamin Gang PGA No. A44, email : syifa_pga@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat suatu kesejahteraan terhadap keluarga petani
di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam)
bulan yakni pada bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Desember 2018, dengan lokasi
penelitian di Desa Sebatih, Tolong, Kepayang, Keranji Bira, Nilas Tapis, Pa Upat, dan Ipaan.
Di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Provinsi Kalimantan Barat. Populasi yang
menjadi objek dalam penelitian ini adalah semua petani kebun PT. Agronusa
Investama yang terdapat di Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak.
Populasi penelitian ini yaitu seluruh kepala keluarga petani perkebunan kelapa sawit yang
bekerja di PT. Agronusa Investama Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak yang
berjumlah 531 Petani kebun yang bekerja di perkebunan kelapa sawit PT. Agronusa Investama.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 kepala keluarga yang bermata pencarian sebagai
petani kelapa sawit PT. Agronusa Investama, daimana penentuan sampel purposive. Alat
analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan secara ekonomi dan
sosial adalah penilaian lima tahap keluarga sejahtera yang terdiri dari 21 indikator penilaian.
lima tahapan tersebut yaitu keluarga Pra Sejahtera (tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum dan indikator poin a – f), keluarga Sejahtera tahap I (memenuhi indikator a – f),
keluarga sejahtera tahap II (memenuhi indikator poin g – n), keluarga sejahtera tahap III
(memenuhi indikator poin o – s), sejahtera tahap III plus (memenuhi indikator poin t – u).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Petani
kelapa sawit kebun plasma PT. Agronusa Investama Kecamatan Sengah Temila Kabupaten
Landak termasuk dalam keadaan sejahtera. Tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit kebun
plasma PT. Agronusa Investama Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak terdiri dari
Keluarga Sejahtera Tahap I sebesar 6%, Keluarga Sejahtera Tahap II sebesar 18%, Keluarga
Sejahtera Tahap III sebesar 48%, keluarga Sejahtera Tahap III + sebesar 28%.

Kata Kunci : Kesejahteraan,Petani Plasma, Kelapa Sawit

PENDAHULUAN proporsi tersebut menunjukan bahwa


Kesejahteraan dalam pemenuhan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraanya.
kebutuhan kebutuhan hidup dapat dilihat Sebaliknya, jika proporsi itu mengecil
dari proporsi pengeluaran penduduk. berarti refleksi tingkat kesejahteraan
Mengatakan bahwa besar kecilnya proporsi semakin menurun (Gilarso , 2003).
pengeluaran untuk bukan makanan Dalam pandangan sistem, kesejahteraan
terhadap seluruh pengeluaran, dapat dapat diposisikan sebagai output/hasil dari
merupakan salah satu cerminan sebuah peroses pengelolaan input
kesejahteraan penduduk. Makin besar (sumberdaya) yang tersedia, dimana
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

kesejahteraan sebagai output pada suatu terkait dalam menangani masalah-masalah


titik dapat menjadi sumber daya atau input kemungkinan akan menurunnya permintaan
untuk diproses menghasilkan tingkat akan bahan baku dan menjaga kestabilan
kesejahteraan keluarga pada tahap harga bahan baku yang akan berpengaruh
berikutnya. Kesejahteraan keluarga pada negatif terhadap para petani kebun plasma
hakikatnya mempunyai dua dimensi yaitu kelapa sawit. Dalam hal ini peranan
dimensi material dan spiritual. pemerintah terkait sangat penting
Kesejahteraan keluarga juga dapat peranannya terutama dalam
dibedakan menjadi kesejahteraan ekonomi mensosialisasikan mengenai diversifikasi
(family well-being)yang diukur dari dari pada perkebunan kelapa sawit yang ada
pemenuhan input keluarga (misalnya untuk terus meningkatkan kesejahteraan
diukur dari pendapatan, upah,asset, dan petani. Mengingat kebutuhan hidup
pengeluaran keluarga) dan kesejahteraan minimum petani ( sandang, pangan,
material (family material well-being) yang kesehatan, perumahan, dan pendidikan )
diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang harus dipenuhi. Namun dengan
yang diakses oleh keluarga. Pengukuran melihat beberapa hal diatas maka perlu
kesejahteraa material lebih relatif mudah dilakukan tingkat kesejahteraan terhadap
dan akan menyangkut pemenuhan keluarga petani sehingga dapat diketahui
kebutuhan keluarga yang berkaitan dengan seperti apa gambaran atau kondisi
materi, baik sandang, pangan, dan papan, kesejahteraan Petani kebun plasma kelapa
serta kebutuhan keluarga yang dapat diukur sawit PT. Agronusa Investama.
dengan materi. Secara umum, pengukuran Kesejahteraan dimaksud adalah kebutuhan
kesejahteraan material ini dapat dilakukan standar hidup yang harus terpenuhi oleh
dengan mengukur tingkat keluarga petani plasma kelapa sawit yang
pendapatan(Sunarti, 2006). berada di Kecamatan Sengah Temila
Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Kabupaten Landak, Diharapkan pemerintah
Agronusa Investama adalah perusahaan terkait seperti Dinas Pertanian, dan
swasta nasional yang bergerak dibidang Kehutanan kabupaten landak memiliki
pegolahan perkebunan kelapa sawit. mulai gambaran ataupun strategi dalam upaya
merintis pembukaan lahan untuk mempertahankan dan meningkatkan
perkebunan kelapa sawit sejak tahun 2005 kesejahteraan masyarakat petani Di
dari kecamatan tersebut. Perusahaan ini Kecamatan sengah Temila.
memiliki sistem kerja sama dengan
masyarakat petani perkebunan kelapa sawit METODE PENELITIAN
dengan pola kemitraan. Kemitraan usaha Tempat Dan Waktu Penelitian
tani adalah jalinan kerjasama usaha yang Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam)
saling menguntungkan antara pengusaha bulan yakni pada bulan Juli 2018 sampai
kecil dengan pengusaha menengah atau dengan bulan Desember 2018, dengan
besar (perusahaan mitra) disertai dengan lokasi penelitian di Desa Sebatih
pembinaan dan pengembangan oleh Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten
pengusaha besar dengan memperhatikan Landak. Provinsi Kalimantan Barat.
prinsip saling menguntungkan.
Berapa dorongan yang membuat Populasi dan Sampel
pemerintah daerah untuk mengelola Populasi yang menjadi objek dalam
pendapatan ekonomi dipedesaan ini adalah penelitian ini adalah semua petani kebun
Keadaan seperti ini tentunya menjadi PT. Agronusa Investama yang terdapat di
tantangan bagi para petani kelapa sawit Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila
maupun pemerintah terkait bagaimana Kabupaten Landak. Populasi penelitian ini
menjaga agar kesejahteraan masyarakat yaitu seluruh kepala keluarga petani
sekitar perusahaan terpenuhi. pemerintah perkebunan kelapa sawit yang bekerja di PT.
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

Agronusa Investama Kecamatan Sengah 1) Pra Sejahtera (belum dapat


Temila Kabupaten Landak yang berjumlah memenuhi syarat-syarat
531 Petani kebun yang bekerja di indikator sebagai keluarga
perkebunan kelapa sawit PT. Agronusa sejahtera tahap I)
Investama. Jumlah sampel dalam penelitian 2) Keluarga Sejahtera Tahap I
ini adalah 84 kepala keluarga yang bermata (dapat memenuhi indikator a-f)
pencarian sebagai petani kelapa sawit PT. 3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Agronusa Investama, daimana penentuan (dapat memenuhi indikator a-n)
sampel purposive. 4) Keluarga Sejahtera tahap III
(dapat memenuhi indikator a-s)
Bahan Dan Alat 5) Keluarga Sejahtera Tahap III +
Bahan dan alat yang digunakan dalam (dapat memenuhi indikator a-u)
penelitian ini antara lain checklist data b. Karakteristik Umur Petani
melalui kuisioner, alat tulis, kalkulator dan 1) 36 – 40 tahun
alat bantu lainnya yang dianggap perlu. 2) 41– 45 tahun
3) 46 – 60 tahun
Bentuk Penelitian 4) 51– 65 tahun
Untuk mengarahkan penelitian yang
dilaksanakan perlu prosedur pemecahan Pendidikan Petani
masalah penelitian dengan suatu metode. 1) Tidak Bersekolah
Dalam penelitian ini metode yang 2) SD/Sederajat
digunakan adalah metode deskriptif. 3) SMP/Sederajat
Menurut Umar (2008), mengatakan metode 4) SMA/Sederajat
deskriptif adalah prosedur pemecahan 5) Perguruan Tinggi/Sarjana
masalah yang diselidiki dengan Pengalaman Petani
menggambarkan/ melukiskan keadaan 1) 11– 20 Tahun
subyek/obyek penelitian (seseorang, 2) 21– 30 Tahun
lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada 3) 31– 40 Tahun
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya. Analisis Data Penelitian
Penggunaan metode di atas dimaksudkan Alat analisis yang dapat digunakan untuk
untuk memecahkan masalah dengan mengetahui tingkat kesejahteraan secara
menggunakan fakta sebagaimana adanya ekonomi dan sosial adalah penilaian lima
pada saat penelitian dilakukan. tahap keluarga sejahtera yang terdiri dari 21
indikator penilaian. lima tahapan tersebut
Variabel Penelitian yaitu keluarga Pra Sejahtera (tidak dapat
Variabel pengamatan di dalam penelitian memenuhi kebutuhan hidup minimum dan
ini meliputi : indikator poin a – f), keluarga Sejahtera
1. Karakteristik petani adalah ciri-ciri yang tahap I (memenuhi indikator a – f), keluarga
melekat pada diri responden dan sejahtera tahap II (memenuhi indikator poin
ditetapkan dengan sebanyak lima g – n), keluarga sejahtera tahap III
karakteristik, yaitu umur, tingkat dan (memenuhi indikator poin o – s), sejahtera
pendidikan. tahap III plus (memenuhi indikator poin t –
2. Variabel yang diteliti yaitu tingkat u).
kesejahteraan yang meliputi lima Analisis data dalam penelitian ini
tahapan kesejahteraan keluarga petani, menggunakan tabel frekuensi, tabel silang
terdapat Tiga karakteristik responden dan diinterpretasikan sehingga mudah
yang akan diukur. dibaca. Klasifikasi tingkat kesejahteraan
a. Tahap Tingkat Kesejahteraan keluarga petani perkebunan kelapa sawit
mengacu pada kriteria BKKBN dengan
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

modifikasi dari peneliiti. Tabel frekuensi Hubungan tahapan kesejahteraan keluarga


digunakan untuk mengetahui tingkat petani kelapa sawit dengan umur petani
kesejahteraan dan karakteristik keluarga dianalisis dengan menggunakan chi square
petani perkebunan kelapa sawit. Untuk hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.
menguji kekuatan hubungan faktor sosial Tabel 1
ekonomi (tingkat pendidikan dan Hubungan Tahapan Kesejahteraan
tanggungan kepala keluarga) dengan Keluarga Petani dengan Umur Petani
tingkat kesejahteraankeluarga petani Tingkat Umur Petani (Tahun)
Tot
perkebunan kelapasawit berdasarkan Kesejaht 36 - 41 - 46 - 51 -
al
eraan 40 45 50 65
indikator BKKBN dilakukan analisis
KS I 0 1 2 2 5
deskriptif Uji Koefisien Kontingensi.. KS II 1 5 9 0 15
KS III 9 13 15 3 40
PEMBAHASAN KS III+ 4 8 10 2 24
Petani kelapa sawit kebun plasma PT. Total 14 27 36 7 84
Agronusa Investama Desa Sebatih Persenta 16,6 32,1 42,8 8,33 100
Kecamatan Sengah Temila Kabupaten se 7% 4% 6% % %
Landak termasuk dalam keadaan sejahtera. Sumber : Data Primer, 2018
Tingkat kesejahteraan petani kelapa sawit
kebun plasma PT. Agronusa Investama 𝑥2
Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila C =√
𝑥 2 +𝑁
Kabupaten Landak terdiri dari Keluarga 46,25
Sejahtera Tahap I sebesar 6%, Keluarga =√46,25+84
Sejahtera Tahap II sebesar 18%, Keluarga 46,25
Sejahtera Tahap III sebesar 48%, keluarga =√130,25 = 0,355
Sejahtera Tahap III + sebesar 28%. Pada rentang umur 46 – 50 tingkat
Indikator tingkat kesejahteraan yang tidak produktifitasnya lebih tinggi hal ini
dapat dipenuhi oleh petani kelapa sawit disebabkan pada pengalaman petani.
anggota kebun plasma PT. Agronusa Berdasarkan Tabel 1 nilai koefisien
Investama Desa Sebatih Kecamatan Sengah kontingensi hubungan tahapan
Temila Kabupaten Landak antara lain kesejahteraan keluarga petani dengan umur
indikator Sehat Dalam Tiga Bulan Terakhir, petani cukup kuat yaitu sebesar 0,355. Hal
Indikator ada Anggota Keluarga Lain Yang ini disebabkan karena umur mempengaruhi
Bekerja, Indikator Teratur Menyumbang daya tangkap dan pola pikir seseorang,
Dalam Kegiatan Sosial, Indikator Anggota sehingga pengetahuan yang diperoleh
Keluarga Aktif Dalam Organisasi, dan semakin membaik. Umur merupakan salah
Indikator Ikut Kegiatan di Lingkungan satu faktor yang mempunyai pengaruh
Tempat Tinggal. Tahapan Kesejahteraan terhadap cara berfikir dan bertindak
Keluarga Petani memiliki hubungan yang seseorang, khususnya dalam hal
cukup kuat yaitu, Umur Petani, Pengalaman pengambilan keputusan. Umur juga
Bertani dan Umur Tanaman Kelapa Sawit. berpengaruh terhadap kemampuan petani
Dan yang memiliki hubungan sangat kuat mengelola usahatani dalam hal penerapan
yaitu Pendidikan Petani. pengembangan skala usaha dan subsistem
menjadi komersil serta dalam hal penerapan
Hubungan tahapan kesejahteraan dengan teknologi baru (Zaihani, 2011).
karakteristik petani dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Hubungan Tahapan Kesejahteraan 2. Hubungan Tahapan Kesejahteraan
Keluarga Petani dengan Umur Petani dengan Pendidikan Petani
Petani Hubungan tahapan kesejahteraan keluarga
petani kelapa sawit dengan pendidikan
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

petani dianalisis dengan menggunakan chi


square hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2 hasil pengujian koefisien
Tabel 2. kontingensi menunjukkan bahwa petani
Tabel 2 yang berpendidikan SMA berjumlah 49
Hubungan Tahapan Kesejahteraan petani pada KS III dengan persentase
Keluarga Petani dengan Pendidikan 58,33%. Dilihat dari nilai koefisien
Petani kontingensi menunjukkan bahwa terdapat
Pendidikan hubungan yang cukup kuat yaitu sebesar
Tingkat Terakhir Petani 0,396. Hal ini disebabkan semakin tinggi
Total
Kesejahteraan
SD SMP SMA pendidikan petani maka semakin baik
KS I 4 0 1 5 dalam mengelola kebun sehingga
KS II 0 8 7 15 kesejahteraan tinggi. Tingkat pendidikan
KS III 0 15 25 40 menentukan pemahaman pengetahuan yang
KS III+ 0 8 16 24 diperoleh semakin tinggi pendidikan
Total 4 31 49 84
seseorang makin semakin baik pula
100
Persentase 4,76 36,90 58,33 pengetahuannya (Purba, 2015).
%
Sumber : Data Primer, 2018
3. Hubungan Tahapan Kesejahteraan
Keluarga Petani dengan
𝑥2 Pengalaman Bertani
C = √𝑥2 +𝑁 Hubungan tahapan kesejahteraan
52,8 keluarga petani kelapa sawit dengan
= √52,8+84 pengalaman petani dianalisis dengan
52,8 menggunakan chi square hasil analisis
=√136,8 = 0,396 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Hubungan Tahapan Kesejahteraan Keluarga Petani dengan Pengalaman Petani
Pengalaman Petani (tahun)
Tingkat Kesejahteraan Total
11 – 20 21 – 30 31 – 40
KS I 0 5 0 5
KS II 2 13 0 15
KS III 9 30 1 40
KS III+ 6 18 0 24
Total 17 66 1 84
Persentase 20,24 % 78,57 % 1,19 % 100 %
Sumber : Data Primer, 2018

Dilihat dari nilai koefisien kontingensi


𝑥2 menunjukan bahwa terdapat hubungan
C = √𝑥2 +𝑁
yang kuat yaitu sebesar 0,679. Hal ini
177,86 disebabkan petani yang sudah lebih lama
= √177,86+84 bertani akan lebih mudah menerapkan
177,86 inovasi dari pada petani pemula, hal ini
= √261.86 = 0,679 dikarenakan pangalaman lebih banyak
sehingga sudah dapat membuat
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat perbandingan dalam mengambil keputusan
pengujian koefisien bahwa pengalaman (Soekartawi, 1998).
petani lebih didominasi pada rentang umur
21 – 30 tahun. Hal ini disebabkan umumnya
petani memiliki pengalaman yang baik.
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

SIMPULAN DAN SARAN Bekerjasama dengan GPKSI.


Simpulan Jakarta: GPKSI.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
sebagaimana yang telah diuraikan pada Chozin, M. (2010). Pembangunan
bagian terdahulu, maka kesimpulan terkait Pedesaan (Dalam Rangka
penelitian inin adalah sebagai berikut : Peningkatan Kesejahteraan
Indikator tingkat kesejahteraan yang tidak Masyarakat). Bogor: IPB Press.
dapat dipenuhi oleh petani kelapa sawit
anggota kebun plasma PT. Agronusa Gilarso , T. (2003). Pengantar Ilmu
Investama Desa Sebatih Kecamatan Sengah Ekonomi Mikro. Yogyakarta:
Temila Kabupaten Landak antara lain Kanisius.
indikator Sehat Dalam Tiga Bulan Terakhir,
Indikator ada Anggota Keluarga Lain Yang Mangoensoekarjo, S., & Semangun, H.
Bekerja, Indikator Teratur Menyumbang (2005). Manajemen Agrobisnis
Dalam Kegiatan Sosial, Indikator Anggota Kelapa Sawit. yogyakarta: Gajah
Keluarga Aktif Dalam Organisasi, dan Mada Unifersity Press.
Indikator Ikut Kegiatan di Lingkungan
Tempat Tinggal. Tahapan Kesejahteraan Mulyasa, E. (2003). Managemen Berbasis
Keluarga Petani memiliki hubungan yang Sekolah. Bandung: PT. Remaja
cukup kuat yaitu, Umur Petani, Pengalaman Rosdakarya.
Bertani dan Umur Tanaman Kelapa Sawit.
Dan yang memiliki hubungan sangat kuat Muflikhati, I. (2010). Kondisi Sosial
yaitu Pendidikan Petani. Ekonomi dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga : Khusus di
Saran Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal
Bagi para petani kebun plasama yang Ilmu Kelautan Institut Kelautan
berada pada keluarga sejahtera tahap I, II, Bogor.
maupun III agar dapat meningkatkan lagi
produktifitasnya kebun yang dimiliki, Nadimin. (2010). Hubungan Keluarga
memberikan kesempatan dan dukungan Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita.
kepada anggota keluarga untuk ikut Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2,.
berpartisipasi dalam suatu organisasi
masyarakat, memberikan sumbangan untuk Nasikun. (1996). Urbanisasi dan
kegiatan social walaupun dalam jumlah Kemiskinan di Dunia Ketiga.
kecil namun teratur, dan mengalokasikan Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
sebagian pendapatan untuk biaya kesehatan
anggota keluarga sehingga keluarga petani Papalia, O. d. (2009). Human Development.
dapat memenuhi indicator keluarga Jakarta: Salemba Humanika.
sejahtera tahap III +. Bagi peneliti
selanjutnya, perlu dilakukan pengkajian Purba , R. (2015). Analisis Kesejahteraan
dengan cara memperdalam maupun Rumah Tangga Petani Plasma
mengembangkan dengan memvariasikan Kelapa Sawit di Desa Rimbah Jaya
sekala pengukuran dengan analisis lain. Tran 500 Kecamatan Paggaran
Tapah Darusalam Kabupate Rokan
DAFTAR PUSTAKA Hulu. JOM Faperta VOL 2 No. 1.
Badrun, M. (2010). Lintasan 30 Tahun
Pengembangan Kelapa Sawit Puspita, D. (2014). Klasifikasi Tingkat
Direktorat Jendral Perkebunan Keluarga Sejahtera dengan
Kementrian Pertanian RI Menggunakan Metode Regresi
E-JOURNAL EQUILIBRIUM MANAJEMEN Volume 1, Nomor 1, Tahun 2018
http://jurnal.manajemen.upb.ac.id ISSN (Online): 2460-2299
ISSN (Cetak): 1693-5233

Logistik Ordinal. Jurnal Gausian Wahyono, T. (1996). Profil Kelapa Sawit


Vol. 3, No. 4. Indonesia. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Soekartawi . (1998). Prinsip Dasar
Ekonomi Pertanian. Jakarta: UI Yin , R. K. (2011). Studi Kasus (Desain dan
Press. Metode) . Jakarta: Rajawali Press.

Sudrajad , & Hafidz. (2007). Hubungan Yurisinthae, E., & Kusnanto. (2008).
Peran Suami dan Orang Tua Hubungan Pendapatan Petani
Dengan Perilaku Ibu Hamil Dalam Kelapa Sawit PIR-TRANS Fakultas
Pelayanan Antenatal dan Sains dan Teknologi Universitas
Persalinan di Wilayah Puskesmas Islam Negeri Syarif
Kecamatan Sedan Kabupaten Hidayatullah.Jakarta
Rembang. Kecamatan Sendan
Kabupaten Rembang: Promosi
Kesehatan Indonesia
Vol.2/No.2/Agustus 2007.

Sugiyono. (1994). Metode Penelitian


Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2012). Objek dan metode


penelitian. Yogyakarta: Widyatama
Repository

Susanto, H. (1987). Budidaya Ikan di


Pekarangan. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Prakti. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sunarti, E. (2006). Indikator Keluarga


Sejahtera: Sjarah Pembangunan,
Evaluasi, dan Keberlanjutan nya.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Surtawi. (2002). Manajemen Agribisnis. .


Bogor: Bayu media. UMM Perss.

Tim, P. (2009). Membangun Keluarga


Sejahtera Bersama PKK. Kulon
Progo: Kulon Progo.

Anda mungkin juga menyukai