20 (3): 151-159
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626
ABSTRAK
Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen
atau pengelolaan. Tujuan Penelitian adalah untuk menghitung pendapatan usaha ternak sapi potong dan
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Sitiung
Kabupaten Dharmasraya. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 43 orang peternak
sapi potong. Variabel yang diukur adalah pendapataan usaha ternak sapi potong dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Data
dianalisis dengan menggunakan metode analisis pendapatan dan teknik ekonometri dengan menggunakan
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan peternak dari usaha ternak sapi
di Kecamatan Sitiung selama satu tahun adalah sebesar Rp. 8.579.213,- dengan rata-rata kepemilikan ternak
4,3 ekor. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha ternak sapi potong adalah variabel
biaya usaha ternak sapi potong, jumlah ternak yang dipelihara, dan sistem pemeliharaan sapi. Sementara
variable pengalaman beternak dan lamanya pendidikan peternak tidak berpengaruh nyata.
Kata kunci: pendapatan, regresi linear, sapi potong
ABSTRACT
The successful of beef cattle farming depend on 3 factors, i.e breed, feed and management. The aim
of this research are to calculate the farmer’s income and to determine factors influencing farmer’s income
in Sitiung district, Dharmasraya West Sumatera. In this research 43 sample was used. The variable used on
this research are farmers income and factors influencing farmer income in Sitiung district, Dharmasraya
region. Data was analyzed by using descriptive Quantitative there was income and econometrict (multiple
linear regression). The result showed farmer’s income Rp.8.579.213 with mean of cattle ownership 4,3
ahead. The variable significant influencing on farmer’s income are cost of beef cattle farming, the number
of cattle, and management system. Therefore experience and level of education not significant influence.
Keywords: beef cattle, income, linear regression
peternak. 2015).
Usaha ternak sapi potong merupakan Sistem pemeliharaan sapi potong di
usaha yang saat ini banyak dipilih oleh Kecamatan Sitiung terdiri dari sistem intensif
rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dan semiintensif. Usaha ini merupakan usaha
dalam melakukan budidaya serta kemampuan turun-temurun dan merupakan peternakan
ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian rakyat yang umunya peternak memberikan
menjadi pilihan utama. Sebagian besar pakan berupa hijauan berupa rumput lapangan
skala kepemilikan sapi potong di tingkat dan pakan tambahan berupa konsentrat,
rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 namun konsentrat diberikan tidak kontinu,
ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang peternak umumnya tidak mengerti nilai
dijalankan oleh rakyat umumnya hanya padang penggembalaan dan peternak biasanya
dijadikan sampingan yang sewaktu-waktu tidak mengusahakan lahan yang cukup untuk
dapat digunakan jika peternak memerlukan memungkinkan peternak menanam tanaman
uang dalam jumlah tertentu (Sugeng, 1992). khusus sebagai pakan ternak, sapi-sapi
Pada usaha peternakan rakyat biasanya dibiarkan merumput mencari makan pada
peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan wilayah penggembalaan. Padahal sistem
yang berusaha mengambil keputusan yang pemeliharaan yang baik akan memberikan
efektif dan efisien dalam menjalankan dan hasil produksi yang jauh lebih baik pula.
mengelola usaha ternaknya. Karakteristik Usaha peternakan sapi potong
sosial ekonomi peternak (Jumlah ternak, didominasi oleh peternakan rakyat yang
umur, tingkat pendidikan, lamanya berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu
beternak, jumlah tanggungan keluarga, hal yang jarang dilaksanakan. Hanya saja
jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah skala pengelolaannya masih merupakan usaha
investasi, total penerimaan produksi dan sampingan yang tidak diimbangi dengan
total biaya produksi) dapat mempengaruhi permodalan dan pengelolaan yang memadai.
peternak dalam mengambil keputusan yang Hampir semua rumah tangga (terutama di
dapat memberikan keuntungan bagi usaha pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai
ternaknya. Sehingga dari karakteristik kegiatan sehari-hari.
sosial ekonomi tersebut nantinya akan Pengembangan sapi potong sebagai
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh salah satu ternak potong masih banyak
per peternak sehingga perlu diidentifikasi mengalami hambatan karena pemeliharaanya
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yang masih bersifat tradisional, sangat tidak
peternak sapi potong (Siregar, 2013). menguntungkan karena tidak berproduksi
Kabupaten Dharmasraya merupakan secara maksimal. Hal ini diduga disebabkan
salah satu Kabupaten yang berpotensi untuk oleh berbagai faktor sosial ekonomi peternak
pengembangan sapi potong. Jumlah sapi terutama terkait penerimaan yang diterima
potong di Kabupaten Dharmasraya pada tahun dan biaya yang dikeluarkan masing-masing
2015 adalah 40.788 ekor (BPS Kabupaten peternak. Selain itu berbagai faktor lain
Dharmasraya, 2015). Kecamatan Sitiung seperti skala usaha, status kepemilikan ternak,
adalah daerah dengan populasi ternak sapi pendidikan peternak dan pengalaman akan
terbanyak di Kabupaten Dharmasraya yaitu mempengaruhi besar-kecilnya penerimaan
dengan populasi tahun 2015 berjumlah 9.468 dan pendapatan yang akan diperoleh oleh
ekor dibanding Kecamatan lain yang ada di masing-masing peternak. Berbagai persoalan
Kabupaten Dhamasraya (BPS Kabupaten di atas tentunya dapat menjadi hambatan bagi
Dharmasraya, 2015) dan jumlah rumahtangga peternak dalam laju peningkatan produksi
pemelihara ternak di Kecamatan Sitiung sapi potong.
pada tahun 2015 berjumlah 1.840 (UPTD Berdasarkan uraian di atas, maka
PUSKESWAN Kecamatan Pulau Punjung,
penelitian ini bertujuan untuk menentukan 2) Biaya produksi usaha ternak sapi potong
faktor-faktor sosial dan ekonomi yag dalam satu tahun
mempengaruhi besar kecilnya pendapatan b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pen-
yang diperoleh peternak sapi potong. dapatan usaha ternak sapi potong di
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Kecamatan Sitiung yaitu :
Untuk menganalisis pendapatan usaha ternak 1) Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam
sapi potong di Kecamatan Sitiung Kabupaten usaha ternak sapi potong (Rupiah)
Dharmasraya, dan 2) Untuk menentukan
2) Skala atau jumlah ternak sapi potong
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
yang dipelihara (ST)
usaha ternak sapi potong di Kecamatan
Sitiung Kabupaten Dharmasraya. 3) Status kepemilikan sapi potong (milik
sendiri atau seduaan)
4) Pengalaman beternak (tahun)
METODE
5) Pendidikan peternak (tahun)
Penelitian ini dilaksanakan di Data yang dibutuhkan dalam penelitian
Kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. ini berupa data primer dan data sekunder. Data
Pemilihan tempat ini dilaksanakan dengan primer diperoleh melalui observasi langsung
pertimbangan bahwa Kecamatan Sitiung dilapangan berupa wawancara dengan
merupakan salah satu kecamatan yang memiliki peternak sapi potong di lokasi penelitian yang
jumlah populasi sapi potong terbanyak yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang
ada di Kabupaten Dharmasraya. telah disusun sesuai dengantujuan penelitian.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
Populasi dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaandan dari berbagai instansi.
semua peternak yang ada di Kecamatan Sitiung
Kabupaten Dharmasraya yang memiliki sapi Data yang diperoleh dari hasil
potong. Jumlah rumahtangga pemelihara wawancara responden dilapangan diolah dan
ternak di Kecamatan Sitiung pada tahun 2015 ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan
berjumlah 1.840. Untuk keperluan penelitian menggunakan metode analisis pendapatan dan
jumlah sampel yang akan diambil ditentukan diolah dengan model pendekatan ekonometri
berdasarkan rumus sebagai berikut: dan dijelaskan secara metode deskriptif.
Adapun untuk menghitung pendapatan dari
N
n= kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan
1 + N (e 2 ) rumus (Soekartawi, 1995).
Keterangan :
Pd = TR – TC
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi Keterangan:
e : kesalahan yang ditolerir Pd = total pendapatan atau keuntungan yang
diperoleh peternak sapi potong (rupiah/
tahun)
TR = total revenue atau penerimaan yang
diperoleh peternak sapi potong (rupiah/
Variabel yang diukur dalam penelitian tahun)
ini adalah: TC = total biaya yang dikeluarkan peternak
a. Pendapataan usaha ternak sapi potong di sapi potong (rupiah/tahun)
Kecamatan Sitiung: Untuk melihat faktor-faktor yang
1) Penerimaan Usaha ternak sapi potong mempengaruhi pendapatan dapat dilihat
dalam satu tahun
ini adalah peternak sapi yang mengusahakan dari segi usaha taninya, cara kerja dan cara
usaha pembibitan sapi potong di Kecamatan hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap
Sitiung. Pemeliharaan sapi potong yang adanya teknologi baru.
diusahakan oleh peternak bersifat tabungan/ Pendidikan
dapat dijual kapan pun. Sebagian besar mata
Tingkat pendidikan responden terdiri
pencaharian masyarakat Sitiung adalah
dari mayoritas atau 40,5% Sekolah Dasar (SD),
bertani dan berkebun. Beberapa karakteristik
SMP sebanyak 38,1%, dan SMA sebanyak
responden yang dianggap penting meliputi:
21,4%. Dari tingkat pendidikan terlihat bahwa
umur, pendidikan, pengalaman beternak,
pendidikan peternak masih rendah. Tingkat
jumlah ternak, dan sistem pemeliharaan
pendidikan memiliki pengaruh terhadap
(Tabel 1).
usahaternak baik secara teknis, pengelolaan
Umur maupun terhadap manajemen usahaternak
Umur merupakan usia responden dalam penyerapan teknologi baru, dengan
pada saat dilakukan penelitian yang dihitung tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan
dalam satuan tahun. Umur merupakan salah para peternak mampu menjalankan kegiatan
satu indikator kemampuan fisik seseorang. usaha ternaknya dengan lebih baik, karena
Seseorang yang memiilki umur lebih muda didukung oleh pengetahuan dan wawasan
cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang semakin luas.
yang lebih kuat dari pada mereka yang Pengalaman beternak
memiliki umur yang lebih tua. Umur peternak
Pengalaman beternak pada responden
dapat mempengaruhi produktifitas seseorang
dibagi menjadi tiga, dimana 1-9 sebanyak 31%,
karena erat kaitannya dengan kemampuan
10-19 sebanyak 26,2% dan 20-29 sebanyak
kerja serta pola pikir dalam menentukan bentuk
42,9%. Dari hasil tersebut menunjukkan
serta pola manajemen yang diterapkan dalam
bahwa peternak sapi potong di Sitiung sudah
usaha. Klasifikasi responden berdasarkan
mempunyai pengalaman yang cukup lama
tingkat umur yang ada di Kecamatan
dimana mayoritas sudah berpengalaman lebih
Sitiung kabuaten Dharmasraya mayoritas
dari 20 tahun. Pengalaman dalam usaha ternak
berumur diatas 52 tahun. Soekartawi (2002),
dapat mempengaruhi kemampuan dalam
menyatakan bahwa para petani yang berusia
mengelola usaha ternak, dengan pengalaman
lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan
yang cukup lama peternak memiliki
sulit untuk diberikan pengertian-pengertian
pemahaman yang lebih baik terhadap usaha
yang dapat mengubah cara berpikir dan
ternak yang dijalankannya.
cara pandang guna meningkatkan kemajuan
Tabel 2. Laporan Laba Rugi Usaha Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Sitiung (1 Tahun
analisis)
Uraian Jumlah (Rp) Persen (%)
Penerimaan
Penjualan Sapi 9.376.190 41,4
Pertambahan Nilai Sapi 13.284.524 58,6
Total Penerimaan 22.660.714
Biaya Variabel:
Biaya Hijauan 6.952.381 49,4
Biaya Dedak 321.905 2,3
Biaya Ampas Tahu 334.286 2,4
Biaya Tenaga Kerja 5.431.548 38,6
Biaya ib 26.190 0,2
Jumlah Biaya Variabel 13.066.310 92,8
Biaya Tetap:
Penyusutan kandang 777.477 5,5
Penyusutan peralatan 231.286 1,6
Jumlah Biaya Tetap 1.008.763 7,2
Total Biaya Produksi 14.075.073 100,0
Pendapatan 8.579.213
usaha ternak sapi potong adalah variabel biaya Pengalaman beternak yang cukup lama
usaha ternak sapi potong, jumlah ternak yang memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan
dipelihara, dan sistem pemeliharaan sapi. keterampilan peternak terhadap manajemen
Sementara variabel pengalaman beternak pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan
dan lamanya pendidikan peternak tidak yang lebih baik. Namun di lapangan tidak
berpengaruh nyata. Biaya yang dikeluarkan diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan.
untuk usaha sapi potong. Dari hasil uji-t Hal ini dapat disebabkan banyak peternak
diatas diperoleh nilai-p (0,019) < alpha 5% yang memiliki pengalaman yang memadai
maka tolak H0 artinya biaya yang dikeluarkan namun masih mengelola usaha tersebut dengan
untuk usaha sapi potong berpengaruh nyata kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan
terhadap pendapatan dengan koefisien regresi sewaktu mereka mengawali usahanya sampai
bertanda negative. Hal ini menunjukkan sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak
peningkatan jumlah biaya yang dikeluarkan (1997), faktor penghambat berkembangnya
akan menyebabkan penurunan jumlah peternakan pada suatu daerah tersebut dapat
pendapatan peternak. Jumlah ternak yang berasal dari faktor-faktor topografi, iklim,
dipelihara. Hasil uji-t diperoleh nilai–p (0,00) keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan
< dari alpha 1% maka tolak H0, artinya makanan rerumputan atau penguat.
jumlah ternak yang dipelihara berpengaruh Pendidikan peternak. Dari hasil uji-t
nyata terhadap pendapatan usaha ternak sapi diatas diperoleh nilai-p (0,965) > alpha 10%
potong. Hal ini menunjukkan bahwa semakin maka tolak H0 artinya pendidikan tidak
banyak jumlah ternak yang dipelihara maka berpengaruh nyata terhadap pendapatan.
akan semakin besar pula pendapatan yang Tingkat pendidikan peternak cenderung
akan diperoleh peternak sapi potong. Menurut mempengaruhi cara berpikir dan tingkat
Soekartawi (1995), bahwa pendapatan penerimaan mereka terhadap inovasi dan
usaha ternak sapi sangat dipengaruhi oleh teknologi baru. Peternak yang tingkat
banyaknya ternak yang dijual oleh peternak pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat
itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah meningkatkan pendapatan peternak yang
ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan lebih besar. Namun tidak demikian halnya
bersih yang diperoleh. pada peternak sapi potong di Kecamatan
Sistem pemeliharaan sapi. Hasil uji-t Sitiung.
diperoleh nilai –p (0,021) < dari alpha 5% Tidak jauh berbeda dengan Hasil
maka tolak H0, artinya sistem pemeliharaan penelitian Maryam et al. (2016) yang
sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan. menunjukkan bahwa skala usaha, biaya
Nilai koefisien regresi bertanda positif artinya produksi, dan modal usaha merupakan
dengan pemeliharaan secara intensif akan faktor penentu yang mempunyai hubungan
meningkatkan pendapatan usaha ternak sapi positif dan signifikan terhadap pendapatan
potong. Hal ini karena dengan pemeliharaan usaha peternakan sapi potong di Desa Otting
intesif pemberian pakan akan lebih terkontrol, Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone
pengaturan perkembangbiakan, pengawasan Sulawesi Selatan. Sedangkan umur peternak,
terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit tingkat pendidikan, pengalaman berternak,
sehingga berpengaruh terhadap produktifitas dan jumlah tenaga kerja mempunyai hubungan
sapi. negatif dan tidak signifikan terhadap
Pengalaman beternak. Dari hasil uji-t pendapatan usaha peternakan sapi potong.
diatas diperoleh nilai-p (0,474) > alpha 10% Penelitian Bahta dan Baker (2015)
maka terima H0 artinya pengalaman beternak menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh
tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. signifikan terhadap keuntungan peternak
Umumnya pengalaman beternak diperoleh pada usaha sapi potong skala kecil (dibawah
dari orang tuanya secara turun-temurun. 10 ekor) di Botswana adalah harga pakan,
biaya obat dan kesehatan ternak, biaya tenaga Maryam, M.B.P dan Astati. 2016. Analisis
kerja, nilai modal tetap dan jumlah jam kerja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
keluarga. Sedangkan pada skala diatas 20 Penentu Pendapatan Usaha Peternakan
ekor faktor yang berpengaruh signifikan Sapi Potong (Studi Kasus Desa Otting
adalah biaya obat dan kesehatan ternak, biaya Kab. Bone). JurnalIlmu dan Industri
tenaga kerja, jumlah jam kerja keluarga dan Peternakan. Vol 3, No.1.
luas lahan panen. Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis
Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya,
KESIMPULAN Jakarta.
Siregar, N.W.P. 2013. Faktor – Faktor Yang
1. Pendapatan peternak sapi di Kecamatan Mempengaruhi Usaha Ternak Sapi
Sitiung selama satu tahun dengan rataan Potong Di Desa Mangkai Lama
sebesar Rp. 8.579.213,- dengan rata-rata Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
kepemilikan ternak 4,3 ekor. Dengan Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.
demikian pendapatan peternak rata-rata skripsi. Bogor. Fakultas Ekonomi dan
adalah Rp.714.934,- /bulan. Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
2. Berdasarkan Hasil Regresi variabel yang Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-
berpengaruh nyata terhadap pendapatan Press, Jakarta.
usaha ternak sapi potong adalah variabel Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
biaya usaha ternak sapi potong, jumlah Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta:
ternak yang dipelihara, dan system PT. Raja Grafindo.
pemeliharaan sapi. Sementara variable Sudjana. 2002. Metode Statistika. Edisi
pengalaman beternak dan lamanya keenam. Tarsito, Bandung.
pendidikan peternak tidak berpengaruh
Sugeng, Y.B. 2006. Sapi Potong. Penebar
nyata.
Swadaya, Jakarta.
UPTD Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Pulau Punjung. 2015. Jumlah Rumah
Tangga Pemelihara Ternak. UPTD
Abidin, A dan Simanjuntak, D. 1997. Ternak Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan
Sapi Potong. Direktorat Jenderal Pulau Pujung.
Peternakan, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Dharmasraya.
2015. Dharmasraya Dalam Angka
2015. BPS Kabupaten Dharmasraya.
Bahta, S dan Baker, D. 2015. Determinants
of Profit Efficiency among Smallholder
Beef Producers in Botswana.
International Food and
Agribusiness Management Review
Volume 18 Issue 3: 107-130.
Dinata, I. 2018. Analisis Pendapatan dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Usaha Pembibitan Sapi
Potong di Kecamatan Kuranji Kota
Padang. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Padang.