Anda di halaman 1dari 18

KEMITRAAN PADA PERUSAHAAN PT JKL

DENGAN MITRA USAHA TANI

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata praktikum
Wawasan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu :
Rena Yunita Rahman SP., Msi.

Disusun Oleh:
Kelompok 1/ WA

Astiningtia Noviardhana 201510501001


Muh. David Ubaiddillah 201510501002
Haydar Shabrina 201510501003
A.Bagas Wardana Zulkarnae 201510501013
Deva Qoimatur Rosida 201510501014
Ilham Mujahidin 201510501015
Ega Bagus Rachmawan 201510501118

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya
bekerja di bidang pertanian. Menurut Akimova et al (2016), pembangunan
agribisnis merupakan bagian penting dari perekonomian nasional, dimana negara
memiliki tugas untuk memberikan inovasi dalam sektor ekonomi agraris. Inovasi
tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan menerapkan berbagai bentuk atau
pola sistem pertanian yang saling menguntungkan. Dalam mendukung upaya
untuk mencapai kesejahteraan petani, berbagai bentuk dan pola usaha di bidang
pertanian terus dikembangkan. Salah satu pola usaha pertanian yang banyak
dikenal dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia adalah usaha pertanian dengan
pola kemitraan. Menurut Pintakami dan Asdasiwi (2020), pendapatan petani yang
melakukan mitra cenderung lebih tinggi daripada pendapatan petani yang
melakukan usaha taninya secara mandiri.
Pada dasarnya kemitraan memiliki hubungan yang saling menguntungkan
baik untuk petani, maupun pihak perusahaan. Dengan adanya kemitraan tersebut
petani bisa mendapatkan harga panen yang sesuai dan menghindari menjual
langsung pada tengkulak yang cenderung memberikan harga yang rendah. Petani
juga bisa meningkatkan produktivitas hasil panennya, karena perusahaan yang
bermitra pada umumnya akan memberikan penyuluhan ataupun pembelajaran
terkait budidaya tanaman yang baik dan benar. Pihak perusahaan juga biasanya
akan memberikan bantuan input kepada petani. Input pertanian tersebut tentunya
memiliki kualitas yang tinggi, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil
panennya yang nantinya memiliki kualitas yang baik. Konsep kemitraan di bidang
bisnis pertanian menjadikan salah satu pilihan yang prospektif bagi
pengembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa yang akan datang
(Karim et al, 2020). Pola kemitraan memiliki berbagai macam tipe, bentuk, dan
model. Masing-masing tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada
dasarnya, pola kemitraan akan berjalan dengan baik, dan sangat tergantung
terhadap etika bisnis. Untuk itu penting bagi setiap pihak yang terlibat dalam
kemitraan, menerapkan etika bisnis dengan baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk kemitraan yang diterapkan di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk, tipe dan model kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan PT JKL dengan mitra usaha tani?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk kemitraan yang diterapkan di Indonesia
2. Mengetahui bentuk, tipe, dan model kemitraan yang dilakukan oleh
perusahaan PT JKL dengan mitra usaha tani.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemitraan


Konsep kemitraan yang tercantum dalam undang-undang No. 9 Tahun
1995 menyatakan, kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Menurut (Manalu dan Mulyani, 2018) kemitraan merupakan kelembagaan
(institusi) yang biasa diterapkan dalam pengembangan agribisnis dan
industrialisasi pertanian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang
bertujuan untuk mengurangi dampak informasi yang tidak sempurna,
ketidakpastian, tingginya biaya transaksi, dan risiko. Menurut (Maziliauskas,
2018) bahwa kemitraan sebagai perantara, perantara dapat berupa orang atau
badan atau organisasi yang mempromosikan atau memulai kerjasama,
pembentukan kemitraan, dan pengembangan ide-ide inovatif dari bawah ke atas.
Sedangkan menurut (Harisman, 2017) kemitraan merupakan suatu strategi bisnis
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih manfaat bersama atau keuntungan bersama.
2.2 Tujuan Kemitraan
Kemitraan usaha bertujuan untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, kuantitas produksi, kualitas produksi, meningkatkan
kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan usaha dalam rangka
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha mandiri. Tujuan
kemitraan untuk mengangkat usaha kecil menjadi pilar pembangunan ekonomi
dan akses ke sumber permodalan dan pasar. Kelompok usaha kecil memerlukan
dorongan pemerintah dalam peningkatan kualitas SDM, teknologi, permodalan
atau kredit, dan pemasaran. Oleh karena itu, kemitraan diwujudkan dengan tujuan
untuk membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam berusaha,
ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah dan ketimpangan antara
desa dan kota, serta mutu produk yang dihasilkan.
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Bentuk Kemitraan Yang Diterapkan Di Indonesia


Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua
belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut
Sodearto dan Hendrarini (2021) kemitraan tersebut pada gilirannya akan
memberikan pengaruh bagi kedua belah pihak, baik secara positif maupun negatif.
Sehingga kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah atau besar yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
menguntungkan. Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan antara bisnis besar dengan bisnis kecil maupun antara dua bisnis
besar dalam rangka mendorong pertumbuhan. Menurut Witri et al (2019) bentuk
kemitraan di Indonesia terdiri atas pola kemitraan inti-plasma, pola kemitraan sub
kontrak, pola kemitraan dagang umum, pola kemitraan keagenan, dan pola
kemitraan kerja sama operasional agribisnis (KOA).
1. Pola inti-plasma
Pola inti-plasma merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra
dengan perusahaan mitra, yang didalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai
inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Dalam pola inti-plasma, usaha besar atau
usaha menengah sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil menjadi
plasmanya dalam:
a) Penyediaan dan penyiapan lahan
b) Penyediaan sarana produksi
c) Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi
d) Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang dilakukan
e) Pembiayaan
f) Pemberian bantuan lainnya yang diberikan bagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha.
Pola kemitraan inti-plasma contohnya seperti kemitraan antara PT. Charoen
Pokphand. Pada pola ini perusahaan sebagai inti berkewajiban menyuplai
sapronak Day Old Chick (DOC), obat, vaksin, vitamin dan pakan dan juga
membimbing manajemen pemeliharaan ayam pedaging serta melakukan
pemasaran hasil. Peternak atau mitra berkewajiban menyiapkan kandang dan
mampu memelihara dan menjaga ayam broiler sampai siap dijual. Dan peternak
wajib menggunakan sapronak dari inti, sesuai harga kontrak.
2. Pola sub-kontrak
Pola sub kontrak merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra
dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi
komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
Contoh kemitraan pola sub-kontak tersebut adalah Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
dan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) pada tanaman tebu. Perusahaan besar baik
perkebunan negara maupun perkebunan besar swasta bertindak sebagai inti yang
berfungsi melakukan pembinaan dengan menampung produksi dari para petani
yang bertindak sebagai plasma, menyediakan kredit, dan sebagai fasilitator
pemasaran dan peningkatkan nilai tambah, dan sebagai akselerator proses alih
teknologi, dan lain-lain.
3. Pola dagang umum
Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara kelompok
mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan
hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang
diperlukan perusahaan mitra. Menurut Haq et al. (2021) kerja sama yang
dilakukan antara petani kakao dengan Guyub Santosa termasuk dalam kategori
pola dagang umum. Hal ini dikarenakan kerja sama antara petani dan mitra
mengutamakan aspek pemasaran yakni melakukan pembelian dan
penjualan.Tujuan dari kemitraan pola dagang umum ini adalah kedua belah pihak
sama-sama mendapatkan keuntungan dengan adanya jaminan harga dan kualitas
produk sesuai dengan yang telah disepakati.Penyuluhan mengenai teknis budidaya
kakao yang baik juga diberikan oleh mitra Guyub Santosa sekitar 3-4 kali setahun.
4. Pola keagenan
Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan, dimana
usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha
menengah atau usaha besar sebagai mitranya. Biasanya pola kemitraan keagenan
ini dilakukan oleh perusahaan besar sebagai supplier dan mitra sebagai distributor.
Pola keagenan contohnya adalah perusahaan benih unggul dengan petani sebagai
agen.
5. Pola kerjasama KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis)
Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra yang di dalamnya terdapat kelompok mitra yang menyediakan
lahan, sarana, dan tenaga. Perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan
sarana untuk mengusahakan suatu komoditi pertanian. Pola kemitraan antara CV.
Tani Organik Merapi dengan petani sayuran organik mitra adalah pola kemitraan
kerjasama operasional agribisnis (KOA), pihak petani masih menyediakan
operasional produksi seperti lahan, modal, tenaga, sedangkan CV. Tani Organik
Merapi menyediakan permodalan serta sarana produksi bagi mitranya.
3.2 Bentuk, Tipe, Dan Model Kemitraan Yang Dilakukan Oleh Perusahaan
PT JKL Dengan Mitra Usaha Tani.
PT JKL merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan
hortikultura. Produk PT JKL adalah sayuran utuh, sayuran potong, dan mixed
salad. PT JKL melakukan kemitraan dengan mitra usaha tani dan mitra beli untuk
memenuhi permintaan konsumen. Mitra usaha tani adalah kemitraan yang
dilakukan oleh PT JKL dengan petani penghasil sayuran dengan program
pembinaan oleh penyuluh pertanian perusahaan untuk meningkatkan kerja sama
dan menciptakan hubungan saling menguntungkan. Sedangkan mitra beli adalah
kemitraan yang dilakukan oleh PT JKL dengan pedagang pengepul dan pedagang
pasar apabila terjadi kekurangan pasokan dari mitra usaha tani. Bentuk kemitraan
yang diterapkan oleh PT JKL adalah model atau pola kemitraan kerja sama
operasional agribisnis (KOA), yaitu kerjasama yang memiliki pembagian antara
kelompok mitra dan perusahaan mitra. Tipe kemitraan antara yang dilakukan
antara PT JKL dan mitra usaha tani adalah tipe sinergis dan saling
menguntungkan. Tipe ini didasarkan pada kesadaran saling membutuhkan dan
saling mendukung diantara pihak yang bermitra. Masing-masing pihak tersebut
memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda. Peran tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Peran mitra usaha tani
a) Penyedia lahan, petani menggunakan lahan milik sendiri yang terletak di
daerah Bogor, Cipanas, dan Garut.
b) Penyedia sarana, diantaranya cangkul, tank semprot, kored, pisau. Petani
juga menyediakan pupuk dan pestisida, sedangkan bibit diperoleh dari
perusahaan.
c) Penyedia tenaga kerja, mulai dari proses pengolahan lahan, hingga
pemanenan.
2. Peran PT JKL
a) Penyedia modal, berupa pinjaman bibit.
b) Memberikan bimbingan teknis tentang budidaya sayuran
c) Menjamin pemasaran sayur petani

Model atau pola kemitraan yang diterapkan oleh PT JKL dan mitra usaha
tani memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Salah satu kekurangan penerapan
pola KOA adalah seluruh input pertanian tidak disediakan secara langsung oleh
pihak perusahaan, perusahaan hanya menyediakan benih. Hal tersebut bisa saja
menyebabkan kekeliruan penggunaan input seperti pupuk maupun pestisida kimia
yang berlebihan, sehingga residu pada hasil panen sangat tinggi. Dukungan pihak
perusahaan dalam penyediaan modal masih lemah. Disamping kelemahannya,
penerapan model KOA dalam mitra antara perusahaan PT JKL dan mitra usaha
tani memiliki kelebihan yaitu tercipta kondisi saling ketergantungan dan saling
menguntungkan, dimana perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar, dan
petani bisa terjamin pasarnya serta mengetahui proses budidaya yang baik dan
benar.
BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua
belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Bentuk
kemitraan di Indonesia terdiri atas pola kemitraan inti-plasma, pola kemitraan sub
kontrak, pola kemitraan dagang umum, pola kemitraan keagenan, dan pola
kemitraan kerja sama operasional agribisnis (KOA). Masing-masing bentuk
kemitraan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Studi kasus yang diangkat
dalam makalah ini pola kemitraan yang diterapkan oleh perusahaan PT JKL
dengan mitra usaha tani. Masing-masing pihak tersebut memiliki peran dan
tanggung jawab masing-masing. Berdasarkan hasil review, pola KOA yang
diterapkan oleh perusahaan PT JKL memiliki kekurangan berupalemahnya
penyediaan modal yang diberikan oleh perusahaan, karena perusahaan hanya
memberikan bantuan modal berupa bibit, sedangkan kelebihannya adalah tercipta
kondisi saling ketergantungan dan saling menguntungkan diantara kedua pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Akimova, Y.A., Kochetkova, S.A., Kovalenko, E.G., & Zinina, L.I. 2016. Public
Private Partnership In Agribusiness. Econ Journal: 6(04): 814-822.

Haq, A. S., B Setiawan, dan Suhartini. 2021. Analisis Kelayakan Finansial Pola
Tanam dan Kemitraan Usaha Petani Kakao (Theobroma cacao L.) Di
Kabupaten Madiun. Agribisnis Kepulauan, 9(1): 59-78.

Harisman, K. 2017. Pola kemitraan antara Petani dengan PT Indofood Fryto-lay


Makmur pada Usahatani Kentang Industri Varietas Atlantik. Edisi Mei,
10(1): 102-116.

Karim, I. et el. 2020. Agribisnis Kakao. Sleman: CV Budi Utama.

Manalu, D. S. T., dan Mulyani. 2018. Kemitraan Agribisnis Tomat. Agrica


Ekstensia, 12(1): 13-18.

Maziliauskas, A., Jurgita, B., dan Rasa, P. 2018. Factors Of Effectiveness Of


European Innovation Partnership In Agriculture. Management Theory and
Studies for Rural and Infrastructure Development, 40(2): 216-231.

Pintakami, L.B., & Asdasiwi, M.Y. 2020. Analisis Pola Kemitraan Agribisnis Di
Kampung Kucai, Dusun Kranggan, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Viabel: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 14(01): 21-36.

Soedarto, T. dan H. Hendrarini. 2021. Efektivitas Kemitraan Peternak Sapi Perah


dengan Koperasi Unit Desa Karangploso Malang. Ilmu Administrasi
Negara, 11(1): 47-172.

Witri, A. L., Dayang, B., & Irmayani, N. 2019. Pola Pelaksanaan Kemitraan Pt
Sayuran Siap Saji Dengan Mitra Usaha Tani. Karya Ilmiah Mahasiswa.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai