Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dewasa ini diwarnai dengan persaingan yang ketat.

Terlebih di era kecanggihan informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa

diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku usaha untuk dapat

bertahan dan bersaing dalam mengembangkan usahanya di dunia bisnis. Dalam

manajemen modern, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun

pengembangan kelembagaan/usaha, kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa

ditempuh atau dipilih.

Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan sesuatu hal

yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal kemitraan sejak

lama meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong, partisipasi, mitra

masyarakat desa hutan, mitra lingkungan dan masih banyak lagi yang sering kita

jumpai. Kemitraan tidak sekedar diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi

kemitraan memiliki pola dan memiliki nilai strategis dalam mewujudkan keberhasilan

suatu lembaga/usaha dalam menerapkan manajemen modern.

Kemitraan sebagai suatu jalinan kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung, yang melibatkan usaha mikro, usaha kecil, usaha

menengah dan usaha besar tersebut disertai pembinaan dan pengembangan yang

dilaksanakan atas dasar prinsip saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan

saling menguntungkan. Prinsip ini sangat diperlukan melihat cakupan dari kemitraan ini

sendiri juga luas berupa proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi. Kemitraan usaha juga
2

merupakan satu instrumen kerjasama yang mengacu kepada terciptanya suasana

keseimbangan, keselarasan dan keterampilan yang didasari saling percaya antara para

pihak yang bermitra melalui perwujudan sinergi kemitraan dengan diwujudkannya

prinsip-prinsip di atas dan menjunjung etika bisnis yang sehat. Para pihak dalam

melaksanakan kemitraan mempunyai kedudukan hukum yang setara. Setara dalam

artian para pihak yang mengikat perjanjian kemitraan memiliki kedudukan hukum yang

sama dengan hak dan kewajiban yang patut dilaksanakan sebagaimana diatur dalam

perjanjian.

Pada tahun 1997, perekonomian Indonesia memasuki masa yang sangat sulit.

Pergantian kekuasaan dari orde baru ke era reformasi yang disertai dengan krisis

multidimensi mengakibatkan pengangguran dimana-mana. Perekonomian yang saat itu

terpusat pada usaha-usaha besar dan konglomerasi mengalami kesulitan besar dan daya

beli masyarakat pun menurun. Perusahaan-perusahaan melakukan Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK), baik untuk industri besar maupun kecil.

Menjadi wirarausaha dapat dijadikan suatu pilihan pemecahan masalah karena

kegiatan berwirausaha dapat memberikan dampak yang positif dari beberapa aspek

kehidupan seperti aspek sosial, kebudayaan, dan politik (Hisrich & Peter, 2002).

Dengan menjadi wirausaha, seseorang juga dapat memperoleh beberapa keuntungan,

antara lain: dapat menentukan arah kehidupan, kesempatan untuk membuat perubahan,

kesempatan untuk membuktikan potensi diri, kesempatan untuk memperoleh laba, dan

kesempatan untuk berkontribusi pada lingkungan sosial dan dikenal (Zimmerer &

Scarborough, 2002). Meskipun demikian, untuk menjadi seorang wirausaha

dibutuhkan kemampuan teknikal dan ciri kepribadian yang dapat menunjang

berjalannya aktivitas kewirausahaan. Ciri kepribadian seorang wirausaha antara lain

adalah disiplin, atau kontrol internal, pengambil risiko, inovatif, komitmen terhadap
3

tugas, serta memiliki orientasi dan kemampuan untuk menghadapi perubahan. (Hisrich,

1992, Hisrich & Peters, 2002).

Modal usaha dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting dan

manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, fungsi-

fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan

bagai mana menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Pengertian Manajemen

Keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya

mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang mengutamakan aktivitas

memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva. Khususnya

penganalisisan sumber dana dan penggunaan-nya untuk merealisasikan keuntungan

maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajemen keuangan harus memahami

arus peredaran uang baik eksternal maupun internal.

Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain: faktor kebijakan moneter, faktor kebijakan pajak, faktor kondisi ekonomi,

faktor kondisi sosial, dan faktor kondisi politik.

Namun, Manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan jumlah

aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber

dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan

bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan

berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.

Dalam hal ini jenis kegiatan kewirausahaan yang akan dikembangkan

tergantung pada peluang-peluang yang terdapat dimasing-masing daerah. Tampaknya

menumbuhkan jiwa kewirausahaan saja tidak cukup tanpa mengikut-sertakan iklim

usaha dan partisipasi semua pemangku kepentingan (stake holders), seperti pemerintah,
4

masyarakat, LSM, perusahaan dan perguruan tinggi. Untuk itu perlu dikembangkan

program kemitraan di antarapemangku kepentingan tersebut.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

1.2.1.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan tentang Kemitraan dalam

Berwirausaha.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Kemitraan

1.2.2.2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Kemitraan

1.2.2.3. Untuk Mengetahui Tujuan Kemitraan

1.2.2.4. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Kemitraan

1.2.2.5. Untuk mengetahui Pola-Pola Kemitraan

1.2.2.6. Untuk mengetahui Pelaku Kemitraan

1.2.2.7. Untuk Mengetahui Syarat-Syarat dan Jenis-Jenis Kemitraan

1.2.2.8. Untuk Mengetahui Tahap-Tahap Kemitraan Usaha

1.2.2.9. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Kemitraan Usaha

1.2.2.10. Untuk Mengetahui Alasan Terjadinya Kemitraan Usaha

1.2.2.11. Untuk Mengetahui Contoh Kemitraan Usaha


5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan

Pengertian kemitraan secara konseptual adalah adanya kerja sama antara usaha

kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai oleh pembinaan dan

pengembangan berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan

prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 (Bab I Pasal 1),

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau

dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah dan

atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat

dan saling menguntungkan.

Berdasarkan kutipan diatas, kemitraan mencakup kerjasama yang saling

menguntungkan antara bentuk usaha kecil dan usaha menengah dan usaha besar. Dalam

hal ini usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang mempunyai

kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang

usaha kecil. Usaha menengah dan atau usaha besar adalah kegiatan ekonomi yang

memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi“Asas

Kemitraan mengandung pengertian hubungan kerja para pihak yang harmonis, terbuka,

bersifat timbal balik, dan sinergis”.

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling mengun-tungkan

antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusa-haan Mitra) disertai


6

dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling

memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang

dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak

yang bermitra.

Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien

dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut

mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, mana-jemen, dan kewirausahaan yang

dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan

dan kelincahan usaha kecil.

Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika

kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-

mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan.

Mengapa kemitraan itu menjadi penting bagi seorang entrepreneur? Karena

seorang entrepenuer itu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan bermitra untuk menghasilkan

bisnis yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemitraan ialah jalinan

kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antar dua pihak atau

lebih dengan prinsip saling menguntungkan, membutuhkan, membesarkan dan didalam

kerjasama tersebut, tersirat adanya suatu pembinaan dan pengembangan.

Dalam dunia usaha, kemitraan merupakan satu bentuk usaha bersama, yaitu para

mitra usaha berbagi keuntungan atau kerugian sebagai konsekuensi dari kegiatan investasi

yang dilakukan. Dalam arti yang lebih sempit, kemitraan ialah kontrak atau perjanjian

antar individu yang sepakat untuk menjalankan usaha dan memberikan kontribusi

terhadap usaha dengan menyatukan kekayaan, pengetahuan, kegiatan dan saling


7

menguntungkan. Dalam menjalin kemitraan, disamping menggunakan kontrak resmi atau

perjanjian tertulis, terkadang juga tanpa menggunakan perjanjian resmi, hanya dengan

atas dasar rasa saling percaya. Dalam hal ini, wirausaha muncul dan berkembang dalam

pergaulan sosial diantara pelakunya. Untuk itu, para pelaku wirausaha tersebut harus

mengetahui dan memahami prinsip-prinsip kemitraan.

Menurut Astamoen dalam Rusdiana (2104:195), ada lima etika yang harus

diperhatikan dalam membangun kemitraan, yaitu:

1. Saling mengerti dan memahami

2. Saling memberi manfaat

3. Saling menerima dan memberi

4. Saling mempercayai

5. Amanah

2.2 Prinsip-prinsip Kemitraan

Kemitraan memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Wibisono

merumuskan tiga prinsip penting dalam kemitraan, yaitu:

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity)

Pendekatannya bukan top down atau bottom up, bukan juga berdasarkan kekuasaan

semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling

percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu dibangun rasa saling percaya.

Kesetaraan meliputi adanya penghargaan, kewajiban, dan ikatan.

2. Transparansi

Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja.

Meliputi transparansi pengelolaan informasi dan transparansi pengelolaan keuangan.


8

3. Saling menguntungkan

Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

2.3 Tujuan Kemitraan

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “win-win solution

partnership”. Kesadaran dan saling menguntungkan disini tidak berarti para partisipan

dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi

yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran

masing-masing. Berdasarkan pendekatan cultural, kemitraan bertujuan agar mitra usaha

dapat mengadopsi nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan, prakarsa,

kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampun aspekaspek manajerial,

bekerja atas dasar perencanaan, dan berwawasan kedepan.

Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan kemitraan, kesinambungan usaha,

meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha serta

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha mandiri (Sumardjo,

2004)

Menurut (Martodireso dan Widada, 2001 : 30) kemitraan usaha bertujuan untuk

meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, kuantitas produksi, kualitas produksi,

meningkatkan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha 10 dalam rangka

menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra mandiri.

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

kemitraan secara lebih konkrit adalah:

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat;

2. Meningkatkan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;

3. Meningkatkan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil;


9

4. Meningkatkan pertumbuahan ekonomi pedesaan,wilayah dan nasional;

5. Memperluas lapangan kerja;

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Kemitraan yang dihasilkan merupakan proses yang dibutuhkan bersama oleh

pihak yang bermitra dengan tujuan memperoleh nilai tambah. Hanya dengan kemitraan

yang saling menguntungkan, saling membutuhkan dan saling memperkuat dunia usaha,

baik kecil maupun menengah akan mampu bersaing. Adapun secara lebih terperinci

tujuan kemitraan meliputi beberapa aspek berikut:

1. Tujuan dari aspek ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan

secara lebih konkrit, yaitu:

- Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat

- Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

- Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyakarat dan usaha kecil

- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan wilayah dan nasional

- Memperluas kesempatan kerja

- Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

2. Tujuan dari aspek sosial dan budaya

Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha kecil.

Pengusaha besar berperan sebagai faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil sesuai

kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya menuju

kemandirian usaha. Dengan kata lain, kemitraan usaha yang dilakukan oleh

pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar tumbuh menjadi

pengusaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung

jawab sosial. Dengan pembinaan dan bimbingan yang terus-menerus, pengusaha kecil
10

dapat tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh dan

mandiri. Pada pihak lain, tumbuh kembangnya kemitraan usaha akan diiringi dengan

tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru yang semakin berkembang sehingga sekaligus

dapat merupakan upaya pemerataan pendapatan sehingga dapat mencegah

kesenjangan sosial. Kesenjangan diakibatkan oleh kepemilikan sumber daya produksi

dan produktivitas yang tidak sama antara pelaku ekonomi. Oleh karena itu, kelompok

masyarakat dengan kepemilikan faktor produksi terbatas dan produktivitas rendah

akan menghasilkan tingkat kesejahteraan yang rendah pula.

3. Tujuan dari aspek teknologi

Secara fakta, usaha kecil biasanya memiliki skala usaha yang kecil dari sisi modal,

penggunaan tenaga kerja, teknologi maupun orientasi pasarnya. Sehubungan dengan

keterbatasan teknologi pada usaha kecil, pengusaha besar juga diharapkan mau dan

mampu memberikan bimbingan teknologi, terutama yang berkenaan dengan teknik

berproduksi guna meningkatkan produktivtas dan efisiensi.

4. Tujuan dari aspek manajemen

Dengan kemitraan, pengusaha kecil yang pada umumya memiliki tingkat manajemen

usaha yang rendah diharapkan memperoleh pebenahan manajemen, peningkatan

kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah pasal 11 tercantum bahwa tujuan program kemitraan yaitu:

1. Mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

2. Mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

3. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan

transaksi usaha antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;


11

4. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan

transaksi usaha antar Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;

5. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah;

6. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha

yang sehat dan melindungi konsumen;

7. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan pasar oleh orang perorangan

atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2.4 Unsur-unsur Kemitraan

Pada dasarnya, kemitraan merupakan kegiatansaling menguntungkan dengan

berbagai bentuk kerjasama dalam menghadapi danmemperkuat satu sama lain. Tujuan

utama kemitraan ialah mengembangkanpembangunan yang mandiri dan berkelanjutan

dengan landasan dan strukturperekonomian yang kokoh dan berkeadilan dengan ekonomi

rakyat sebagai tulangpunggung utamanya (Julius Bobo dalam Rusdiana, 2014: 195).

Kemitraan mengandung beberapa unsur pokok diantaranya :

1. Kerjasama usaha

Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan, jalinan kerjasama yang

dilakukan antara perusahaan besar atau menengah dengan perusahaan kecil

didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang sama terhadap

kedua belah pihak yang bermitra. Hal ini berarti kedua belah pihak tersebut memiliki

kedudukan setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada yang

dirugikan, tidak ada saling mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh

berkembangnya rasa saling percaya diantaranya kedua pihak yang bermitra dalam

mengembangkan usahanya.
12

2. Pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil

Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan, pengusaha besar atau

menengah dapat menjalin hubungan kerjsama yang saling menguntungkan dengan

pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya., sehingga pengusaha kecil akan lebih

berdaya dan tangguh dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan

3. Pembinaan dan pengembangan

Pada dasarnya yang membedakan hubungan kemitraan dan hubungan dagang

biasa ialah adanya pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau

koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan

dalam kemitraan, antara lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar,

pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM),

pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi, serta pembinaan dalam

pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi dan investasi.

2.5 Pola-pola Kemitraan

Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak selamanya ideal

karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan didasarkan pada kepentingan

pihak yang bermitra.

Menurut Wibisono, Kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan

pemerintah maupun komunitas/ masyarakat dapat mengarah pada tiga pola, diantaranya:

1. Pola kemitraan kontra produktif

Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional

yang hanya mengutamakan kepentingan shareholders yaitu mengejar profit sebesar-

besarnya. Fokus perhatian perusahaan memang lebih bertumpu pada bagaimana

perusahaan bisa meraup keuntungan secara maksimal, sementara hubungan dengan


13

pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka.

Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah juga tidak ambil peduli,

sedangkan masyarakat tidak memiliki akses apapun kepada perusahaan. Hubungan ini

hanya menguntungkan beberapa oknum saja, misalnya oknum aparat pemerintah atau

preman ditengah masyarakat. Biasanya, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

hanyalah digunakan untuk memelihara orang-orang tertentu saja. Hal ini dipahami,

bahwa bagi perusahaan yang penting adalah keamanan dalam jangka pendek.

2. Pola Kemitraan Semiproduktif

Dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap

sebagai obyek dan masalah diluar perusahaan. Perusahaan tidak tahu program-

program pemerintah, pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada

dunia usaha dan masyarakat bersifat pasif. Pola kemitraan ini masih mengacu pada

kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak menimbulkan sense of belonging di

pihak masyarakat dan low benefit dipihak pemerintah. Kerjasama lebih

mengedepankan aspek karitatif atau public relation, dimana pemerintah dan

komunitas atau masyarakat masih lebih dianggap sebagai objek. Dengan kata lain,

kemitraan masih belum strategis dan masih mengedepankan kepentingan sendiri (self

interest) perusahaan, bukan kepentingan bersama (commont interest) antara

perusahaan dengan mitranya.

3. Pola Kemitraan Produktif

Pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam paradigma

commont interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat kental pada pola ini.

Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah

memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan

dukungan positif kepada perusahaan. Bahkan bisa jadi mitra dilibatkan pada pola
14

hubungan resourced based patnership, dimana mitra diberi kesempatan menjadi

bagian dari shareholders.

2.6 Pelaku Kemitraan

Pelaku kemitraan usaha dapat dikelompokan menjadi lima komponen, yaitu

penyedia dana (bank), kelompok (perusahaan) investor saprodi, koperasi primer,

kelompok tani dan kelompok usaha penjamin pasar (Martodireso dan Widada, 2001:20-

23). Untuk mencapai model kemitraan yang menguntungakan, yang perlu diperhatikan

adalah pihak-pihak yang terlibat dengan peran masing-masing sebagai berikut:

1. Perusahaan penjamin pasar dan penyedia saprodi (benih, pupuk, organik, dan

pestisida)

2. Investor alsintan seperti traktor, pompa air, drayer, dan pemipil.

3. Koperasi atau kelompok tani merupakan penyedia lahan pertanian dan tenaga kerja

4. Petani sebagai pemilik lahan sekaligus tenaga kerja

2.7 Syarat-syarat dan Jenis Kemitraan

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang

besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihakpihak yang bermitra.

Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan yang bebas nilai, melainkan

kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat,

yang sesuai dengan demokrasi ekonomi.

Adapun syarat-syarat kemitraan (Direktorat Pengembangan Usaha, 2002:20-21)

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan mitra harus memenuhi syarat:

 Mempunyai itikad baik dalam membantu usaha kelompok mitra


15

 Memiliki teknologi dan manajemen yang baik

 Menyusun rencana kemitraan

 Berbadan hukum.
2. Kelompok mitra yang akan menjadi mitra usaha diutamakan telah dibina oleh

pemerintah daerah.

3. Perusahaan mitra dan kelompok mitra terlebih dahulu menandatangani perjanjian

kemitraan.

4. Isi perjanjian kerjasama menyangkut jangka waktu, hak dan kewajiban termasuk

kewajiban melapor kemitraan kepada instansi pembina teknis di daerah, pembagian

resiko penyelesaian bila terjadi perselisihan dan kepastian hukum bagi kedua belah

pihak.

5. Kelompok mitra dapat memanfaatkan fasilitas kredit program dari pemerintah,

sedangkan perusahaan mitra bertindak sebagai penjamin kredit bagi kelompok mitra.

6. Perusahaan mitra dapat memanfaatkan kredit perbankan sesuai perundangundangan

yang berlaku.

7. Pembinaan oleh instansi Pembina teknis baik di pusat maupun daerah bersama

perusahaan mitra untuk menyiapkan kelompok mitra agar siap dan mampu melakukan

kemitraan.

8. Pembinaan dilakukan dalam bentuk penelitian, pemecahan masalah sesuai dengan

kebutuhan para pihak, pemberi konsultasi bisnis dan temu usaha.

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997,

pola kemitraan dibagi kedalam lima jenis kelompok yaitu, inti plasma, subkontrak,

dagang umum, keagenan, dan waralaba (Hafsah, 2000).

1. Kemitraan inti-plasma, merupakan pola hubungan kemitraan antara petani/kelompok

tani atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha.
16

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan menengah atau

besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya

dalam :

- Memberi bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.

- Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan.

- Menyediakan sarana produksi.

- Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan

produktivitas usaha.

2. Kemitraan sub-kontrak, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra

memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari

produksinya.

3. Kemitraan dagang umum, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra

memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra

memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

4. Kemitraan keagenan, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi

hak khusus untuk memasarkan produk usaha perusahaan mitra.

5. Kemitraan waralaba, merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra

usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan lisensi, merek dagang, dan

saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima

waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen.

2.8 Tahap-tahap Kemitraan usaha

Mewujudkan kemitraan usaha diperlukan tahapan-tahapan agar pelaksanaannya

berjalan lancar. Tahap-tahap kemitraan usaha melibatkan berbagai pihak, mulai dari
17

petani, perusahaan mitra, lembaga keuangan, dan instansi terkait atau pembina

(Angsriawan, 2002: 3).

Tahap-tahap kemitraan usaha yaitu :

1. Tahap persiapan, merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

organisasi petani, pola kemitraan, calon perusahaan atau lembaga mitra, serta tata cara

pelaksanaan mitra.

2. Tahap sosialisasi, merupakan tahap pemahaman tentang cara kemitraan serta saran

dan tanggapan untuk penyempurnaan.

3. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-

masing pihak yang bermitra dan evaluasi keragaan usaha kemitraan.

2.9 Kelebihan dan Kelemahan Kemitraan

Strategi kemitraan pada dasarnya memeiliki beberapa keuntungan yaitu :

1. Sinergi terjadi berbagai penggabungan kekuatan-kekuatan dimasing masing

perusahaan,

2. Mempercepat sistem operasi,

3. Resiko yang ditanggung secara bersama,

4. Transfer teknologi di antara perusahaan,

5. Memasuki pasar perusahaan lain tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk

bersaing,

6. Memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi yang baru,

7. Memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru karena adanya akses

pasar yang semakin luas.

Kelemahan dalam strategi kemitraan pada umumnya terjadi karena kesalahan manajemen.

Adapun kelemahan dan kesulitan dalam kemitraan sering terjadi apabila perusahaan yang
18

bersangkutan tidak memiliki perjanjian yang tegas dalam kerjasama ini, maka plasma

akan mempergunakan apa yang akan dimiliki oleh perusahaan inti dengan seenaknya

(Baga, dalam Gutama, 2000:9).

2.10 Alasan terjadinya Kemitraan Usaha

Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Dalam

kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-pihak yang bermitra

harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun kesiapan ekonomi. Jika

tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar terhadap yang kecil

atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak

terpenuhi, maka beberapa alasan terjadi kemitraan dikemukakan sebagai berikut:

a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra

b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar

c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru

d. Meningkatkan pengembangan produk

e. Memperbaiki proses produksi

f. Memperbaiki kualitas

g. Meningkatkan akses terhadap teknologi

2.11 Contoh Kemitraan Usaha (Bisnis Cetroo Coffee

Pada saat ini sebenarnya dapat dikatakan merupakan peluang bisnis yang

sangat prospektif dan menjanjikan, terlebih jika melihat bahwa produk yang dijual

merupakan salah satu jenis kuliner atau minuman yang mungkin dapat dikatakan di

konsumsi oleh hampir setiap orang. Ya, tentunya siapa yang tidak kenal dengan jenis

minuman seperti kopi, yang akan dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di Indonesia
19

mulai dari pagi hari, siang hari, sore hari, hingga di malam hari, karena jenis minuman

tersebut hingga saat ini masih menjadi minuman favorit dari banyak orang.

Dan seiring dengan perkembangan jaman maka ragam jenis minuman kopi

pun pada saat ini sudah dikembangkan hingga menghasilkan rasa yang berbeda-beda, dan

bahkan pada saat ini siapapun sudah dapat meminum kopi tanpa harus merasakan ampas

kopi yang biasanya mengendap di bagian bawah gelas. Untuk sebagian mereka yang

dapat mengembangkan jenis minuman tersebut tentunya merupakan kelebihan tesendiri,

karena melalui hal tersebut memang akan menghadirkan sebuah peluang usaha yang

menjanjikan, terlebih jika mengingat bahwa pada saat ini minuman seperti kopi sendiri

tidak harus selalu disajikan dalam keadaan yang hangat ataupun panas.

Sehingga minuman tersebut memang benar-benar sudah dapat dikonsumsi di

berbagai waktu sesuai dengan keinginan dari banyak orang, seperti salah satunya adalah

minuman berjenis kopi dari Cetroo Coffee yang tersedia dalam kurang lebih 15 jenis rasa

yang berbeda-beda. Ya, Cetroo Coffee sendiri merupakan salah satu outlet atau kedai

kopi yang di dirikan oleh Andi S. Purbawa yang awalnya hanya terdapat di Provinsi Jawa

Tengah tepatnya di daerah Jl. Soekarno Hatta, Kendal, dengan racikan barista yang

mampu menyediakan kopi dalam berbagai rasa, kini outlet Cetroo Coffe sendiri diketahui

sudah tersebar luas di Indonesia karena menyediakan sistem kemitraan.

Jika melirik peluang bisnis kemitraan : Bisnis Cetroo Coffee tersebut tentu

saja peluang usaha atau bisnis tersebut masih sangat besar dan menjanjikan, selain karena

faktor yang telah dijelaskan di atas tadi, produk yang dijual oleh Cetroo Cofee sendiri

memang sangatlah beragam dengan varian rasa yang unik namun dapat dinikmati oleh

para pecinta kopi. Cetroo Coffee sendiri pada saat ini diketahui menyediakan sistem

kemitraan atau franchise dalam dua jenis yang berbeda, yaitu Mitra Franchise dan juga

Master Franchise yang memiliki skala lebih besar, dengan syarat mitra usahanya sendiri
20

sudah harus menemukan lokasi yang strategis, memiliki modal yang cukup dan memadai,

memiliki komitmen yang kuat, hingga memiliki karyawan/ sumberdaya manusia

berkualitas.

Dari kasus diatas, bisnis Cetroo Coffe melakukan kemitraan yang saling

melengkapi dengan franchise, karena usaha minuman dan makanan disatukan dalam

sebuah kemitraan, sehingga kerjasama yang dilakukan saling memperkuat dengan

kelebihan yang saling dimilki setiap usaha. Dengan terjalinnya kemitraan tersebut dengan

kerjasama yang saling melengkapi maka dapat saling memberi keuntungan bagi setiap

usaha.
21

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.1.1 Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi pengembangan

usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil bisa segera secara

efektif dikembangkan melalui kemitraan. Dengan memahami berbagai aspek

kewirausahaan dan bergabung dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat

kecil atau informal tersebut secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan

posisi transaksi yang cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling

membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar

mitra usahanya.

3.1.2 Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 (Bab I Pasal 1),

Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah

dan atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha

Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

3.1.3 Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling mengun-tungkan

antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra)

disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga

saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan

dan kesalahan, penulis berharap kritik dan saran dari segala pihak agar kami bisa

mengetahui dimana kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan.

Anda mungkin juga menyukai