Anda di halaman 1dari 14

KONSEP, RUANG LINGKUP, DASAR, DAN PRINSIP PADA

KEMITRAAN

Disusun Oleh :
Agus Arip Nur Hidayat 04.1.17.0971
Aida Maudy Agustiwan 04.1.17.0972
Andi Febrianto 04.1.17.0973
Anisa Rana Putri 04.1.17.0974
Armelia Rezkita 04.1.17.0978

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN


BOGOR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Alat dan Mesin
Pertanian dengan judul “KONSEP, RUANG LINGKUP, DASAR, DAN PRINSIP PADA
KEMITRAAN” Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu serta menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan
dan wawasan yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bogor, Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha dewasa ini diwarnai dengan persaingan yangketat.


Terlebih di erakecanggihan informasi dan teknologi seperti sekarang ini, apapun bisa
diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku usaha untuk dapat
bertahan dan bersaing dalam mengembangkan usahanya di dunia bisnis. Dalam manajemen
modern, baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pengembangan
kelembagaan/usaha, kemitraan merupakan salah satu strategi yang biasa ditempuh atau dipilih.

Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan sesuatu hal yang tidak
asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal kemitraan sejak lama meskipun
dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong, partisipasi, mitra masyarakat desa hutan,
mitra lingkungan dan masih banyak lagi yang sering kita jumpai. Kemitraan tidak sekedar
diterjemahkan sebagai sebuah kerjasama, akan tetapi kemitraan memiliki pola dan memiliki
nilai strategis dalam mewujudkan keberhasilan suatu lembaga/usaha dalam menerapkan
manajemen modern.

Untuk itu penting sekali untuk kita dapat mempelajari dasar-dasar dari kemitraan yang
fungdinya sebagai pedoman para pemilik usaha yang ingin melakukan kemitraan dengan
perusahaan lainnya untuk mengembangkan usaha yang telah dijalankan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian, konsep, ruang lingkup, tujuan, bentuk, dan prinsip kemitraan
agribisnis.

2. Menjadi acuan bagi dosen yang bersangkutan untuk memberikan nilai kepada penulis.

3. Menciptakan bahan bacaan yang membahas tentang kemitraan pada sektor agribisnis.

4. Menjadi sumber referensi bagi pihak lain untuk penulisan karya ilmiah lainnya.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa itu kemitraan agribisnis?

2. bagaimana konsep, ruang lingkup, dan prinsip kemitraan agribisnis?

3. Apa alasan terjadinya kemitraan ?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan Agribisnis

Menurut Muhammad Jafar Hafsah (1999) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan
bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan
strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan
diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Menurut Keint L. Fletcher (1987) Partnership is the relation which subsists between
persons carrying on a business in common with a view of profit. Menurut Keint L. Fletcher
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia memandang kemitraan sebagai suatu jalinan
kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Berbeda dengan Muhammad Jafar
Hafsah yang memandang kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

Adapun definisi kemitraan menurut peraturan perundang-undangan yang telah


dibakukan adalah menurut Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal
1 angka 8 dan menurut Peraturan Pemerintah Tahun 1997 tentang kemitraan, Pasal 1 angka
1. Menurut peraturan perundangundangan yang telah dibakukan adalah menurut Undang-
Undang Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 “Kemitraan adalah kerja sama
usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai
pembinaan dan Pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan”. Sedangkan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 44 Tahun 1997
tentang kemitraan, Pasal 1 angka 1.“Kemitraan adalah kerja sama usaha antar a Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah dan atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Pada dasarnya konsep
kemitraan (partnership) adalah jenis entitas bisnis yang mana mitra (pemilik) saling berbagi
keuntungan atau kerugian bisnis. Kemitraan sering digunakan diperusahaan untuk tujuan
perpajakan, sebagai struktur kemitraan umumnya tidak dikenakan pajak atas laba sebelum
didistribusikan kepada para mitra (yaitu tidak ada pajak dividen dikenakan).
2.2 Tujuan Kemitraan

Tujuan kemitraan adalah untuk mengangkat usaha kecil menjadi pilar pembangunan
ekonomi karena kelemahan mendasar usaha kecil adalah dari segi ekonomi dan akses ke
sumber permodalan dan pasar. Kelompok usaha kecil memerlukan dorongan pemerintah dalam
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, teknologi, permodalan/kredit dan pemasaran.

Melalui kemitraan akan tercipta Transfer of Knowledge dalam hal pengalaman


pengelolaan usaha yang lebih efisien dan prospektif bagi usaha kecil, sedangkan bagi usaha
besar dan usaha menengah akan memperolah kontinuitas produksi atau meningkatkan
kapasitas yang lebih besar.

Apabila diamati, usaha yang dikembangkan akan menghasilkan efisiensi dan sinergi
sumberdaya yang dimiliki masing-masing pihak yang bermitra sehingga kemitraan dapat
menjawab masalah Diseconomies of scale yang sering dihadapi oleh usaha besar atau usaha
menengah. Disamping itu kemitraan juga dapat memperkuat mekanisme pasar dan persaingan
usaha yang efisien dan produktif, sehingga dapat mengalihkan dari kecenderungan
monopoli/monopsoni atau aligopoli. Bagi usaha kecil seperti transmigran, kemitraan jelas
sangat menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat pasar, modal, teknologi,
manajemen dan kewirausahaan yang dikuasi oleh usaha besar atau usaha menengah.

2.3 Konsep dan Ruang Lingkup Kemitraan

A. Konsep Kemitraan

Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership, dan
berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh, sekutu, atau
kampanyon”. Makna partnership yang diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian.
Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai sebagai bentuk persekutuan antara dua pihak
atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha
tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kemitraan secara umum meliputi

a. pemerintah,
b. dunia usaha,

c.LSM/ORMAS,

d. kelompok profesional.

2.4 Dasar dan Prinsip Kemitraan

A. Dasar kemitraan

a. Adanya kebutuhan yang dirasakan oleh pihak yang akan bermitra

Dalam menjalankan kemitraan, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau
menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kebutuhan yang sama, antara kedua belah pihak
yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara kedua belah pihak
dapat merasakan kebutuhan yang terpenuhi, setara dengan hak dan kewajiban timbal balik
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

b. Adanya persoalan intern dan ekstern usaha yang dihadapi dalam mengembangkan
usaha

Dalam menjalankan usaha, setiap perusahaan atau pengusaha pasti selalu mengalami persoalan
baik intern maupun ekstern. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin dapat
menyelesaikan persoalannya sendirian. Pasti membutuhkan orang lain untuk membantu
menyelesaikan persoalan tersebut. Dengan begitu, pengusaha atau perusahaan dapat memulai
kemitraan mulai dari persoalan tersebut. Terlebih, bila kedua belah pihak yang bermitra
memiliki persoalan yang sama. Kedua pihak tersebut akan saling membantu dalam
menyelesaikan persoalan tersebut. Jika hanya satu pihak yang memiliki persoalan, pihak yang
satunya dapat membantu menyelesaikan persoalan tersebut. Sehingga, antara kedua pihak
tersebut terjadi kemitraan yang saling menguntungkan tanpa menjatuhkan salah satu pihak.

c. Kegiatan yang dijalankan dapat memberikan manfaat yang nyata yang bersifat
“Mutual benefit” bagi pihak-pihak yang bermitra

Setiap kegiatan kemitraan atau kerjasama, tentunya harus memiliki manfaat yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan
oleh kedua belah pihak harus memberikan manfaat yang nyata dan saling menguntungkan tidak
ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya
di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Jika setiap mitra dalam bisnis tersebut
hanya mementingkan manfaat untuk salah satu pihak, tentu akan sulit bisnis tersebut untuk
bisa berhasil dan melewati masa sulit.

B. Prinsip Kemitraan

a. Prinsip Saling Memerlukan

Menurut John L. Mariotti15 kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan
mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya.
Pemahaman akan keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang bedampak pada
efisiensi, turunnya biaya produksi dan sebagainya. Penerapannya dalam kemitraan, perusahaan
besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga
kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil, yang
umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan dan sarana produksi
melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. Dengan demikian
sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan diantara kedua belah pihak yang
bermitra.

b. Prinsip Saling Memperkuat

Dalam kemitraan usaha, sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, maka pasti
ada sesuatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai
tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan
keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non ekonomi seperti
peningkatan kemapuan manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan
ini merupakan konsekwensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan. Keinginan tersebut harus
didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk
memperkuat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, sehingga dengan bermitra terjadi suatu
sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan lebih besar.
Dengan demikian terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-
masing pihak yang bermitra.

c. Prinsip Saling Menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “win-win solution partnership”
kesadaran dan saling menguntungkan. Pada kemitraan ini tidak berarti para partisipan harus
memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang essensi dan lebih utama adalah
adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pada kemitraan usaha
terutama sekali tehadap hubungan timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan
majikan, atau terhadap atasan kepada bawahan sebagai adanya pembagian resiko dan
keuntungan proporsional, disinilah letak kekhasan dan karakter dari kemitraan usaha tersebut.

2.5 Alasan Terjadinya Kemitraan

Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama suka. Oleh karena itu,
pihak-pihak yang bermitra harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya maupun
kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai penguasaan yang besar
terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan. Artinya, harapan yang satu terhadap
yang lain tidak terpenuhi, maka setidaknya ada 7 alasan terjadi kemitraanusaha dikemukakan
sebagai berikut:

1. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra

2. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar

3. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru

4. Meningkatkan pengembangan produk

5. Memperbaiki proses produksi

6. Memperbaiki kualitas produk atau jasa

7. Meningkatkan akses terhadap teknologi

2.6 Kendala-kendala Dalam Kemitraan

Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh
karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan pendekatan konsep
sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang
saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi dan satu unit dapat menyebabkan kerugian
pada unit-unit lainnya. Tidak terlepas dari keterkaitan hal diatas maka akan mengalami
beberapa kendala antara lain:

a. Perbedaan yang masih besar antara Usaha Besar dan Usaha Kecil
b. Kualitas produksi belum terjamin

c. Kerja sama kurang berkembang

d. UB bersifat integrai vertical

e. Belum terjadi alih teknologi dan manajemen dari UB dan UK

f. Belum berkembangnya system dan pola kemitraan dan belumberkembangnya unsur


pendukung

Dalam konsep kemitraan, perusahaan mitra memiliki peran dan tanggung jawab yang
strategis, karena menggantikan peranan pertukaran di pasar terbuka. Apabila perusahaan mitra
tidak dapat menjamin pemasaran produk kelompok/usaha mitra, maka kelangsungan hubungan
kontrak akan terancam.

Dominasi peranan perusahaan mitra dalam kemitraan bisa mengarah pada


ketergantungan dan subordinasi. Ketentuan yang tegas dalam hubungan kontrak dan kesadaran
yang tinggi dari perusahaan mitra untuk menepati ketentuan merupakan solusi untuk
permasalahan ini.

Kegagalan implikasi sistem kemitraan dapat terjadi karena ketidakdisiplinan


manajemen perusahaan mitra, termasuk krisis keuangan yang dihadapi oleh pihak-pihak yang
bermitra. Demikian pula apabila terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang
disepakati dengan kenyataan yang menyangkut keahlian para petugas lapangan. Padahal dalam
kemitraan standar kualitas yang dituntut berbeda dengan pasar lokal/tradisional, sehingga
asistensi teknis untuk meningkatkan kualitas produk sangat penting.

Perusahaan mitra sebagai investor harus memiliki ketersediaan dana yang cukup besar
untuk bertahan sebelum memperoleh keuntungan. Kalau tidak ada fleksibilitas dalam
ketersediaan dana, maka akan mengancam keberlangsungan kegiatan usaha di tengah jalan.

Kendala yang memiliki peluang besar muncul di pihak kelompok/usaha mitra (petani)
meliputi permasalahan yang berkaitan dengan aspek produksi. Kemampuan mengadopsi
teknologi baru dalam produksi berkaitan dengan kultur produksi serta etos kerja
kelompok/usaha mitra yang masih tradisional dapat menjadi kendala yang menentukan
keberhasilan hubungan kemitraan. Bagi usaha/petani kecil, memasuki hubungan kontrak bisa
jadi kurang proporsional seperti yang ditentukan di dalam kontrak bisnis.
Kemampuan negosiasi dibutuhkan untuk menjaga agar hubungan kontrak bisnis dapat
memberikan keuntungan proporsional bagi kelompok/usaha mitra. Kemampuan negosiasi di
pihak kelompok/usaha mitra dapat dilakukan apabila mereka bersama atau kolektif membentuk
suatu kekuatan dalam suatu sarana, misalnya melalui kelompok tani.

2.7 Syarat Terjadinya Kemitraan

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar
atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena
kemitraan bukanlah proses merger atau akuisisi. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah
kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab
moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-
syarat kemitraan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum yang sama

b. Kesetaraan

c. Saling menghargai

d. Saling memberi kontribusi

e. Ada efek sinergi

f. Saling menguntungkan
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai