Anda di halaman 1dari 24

MEMBANGUN JARINGAN KEMITRAAN

Posted on April 22, 2015by teguhlibertypml


PENGANTAR
Kemitraan secara umum akan terjalin bilamana terdapat pihak yang merasakan
adanya kelemahan implementasi bila sebuah pembangunan hanya menjadi focus of
interest satu pihak saja. Dengan kata lain bahwa kemitraan sejatinya merupakan
solusi yang tepat bagi pihak yang mencita-citakan adanya percepatan progres

pembangunan. Kemitraan merupakan model pengelolaan sumber daya yang tepat


bila terkait dengan barang publik (public goods) misalnya dalam hal pemeliharaan
dan pelestarian lingkungan seperti program menabung pohon dimana baik
masyarakat maupun pemerintah memiliki kepentingan dengan keberadaannya.
Masyarakat sekitar lahan yang ditanami pohon baik secara ekonomi maupun sosial
sangat berharap banyak terhadap pohon yang ditanam. Sementara, disisi yang lain
pemerintah memiliki kepentingan yang lebih besar terhadap penanaman kembali
lahan kritis, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga dari sisi ekologi.

Dalam kemitraan, seluruh elemen mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya.


Sinergi antar elemen menjadi kunci dalam memainkan perannya masing-masing.
Bangunan kemitraan harus didasarkan padahal-hal berikut: kesamaan perhatian
(common interest) atau kepentingan, adanya sikap saling mempercayai dan saling
menghormati, tujuan yang jelas dan terukur, dan kesediaan untukberkorban baik,
waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain. Secara umum, prinsip-prinsip
kemitraan adalah persamaan atau equality, keterbukaan atau transparancy dan
saling menguntungkan atau mutual benefit.

Sejatinya membangun kemitraan sangatlah penting untuk membuka akses menuju


kemandirian masyarakat terutama dalam memasarkan hasil produksinya atau
bermitra dalam program menabung pohon . Disamping itu, membangun kemitraan
merupakan salah satu mata tugas dari seorang Fasilitator program menabung pohon
selain komunikasi dialogis dan mengorganisasikan masyarakat.

Hal-hal yang harus difahami oleh Fasilitator tentang Membangun Jaringan


Kemitraan

1. Memahami hakikat jaringan kemitraan


2. Memiliki kesadaran akan pentingnya membangun jaringan kemitraan.
3. Mengidentifikasi/memetakan posisi jaringan kemitraan
4. Memahami tujuan membangun jaringan kemitraan.
5. Memahani prinsip dalam membangun jaringan kemitraan.
6. Menerapkan Strategi dalam membangun jaringan kemitraan.
7. Menguasai pola-pola jaringan kemitraan.

MEMAHAMI JARINGAN KEMITRAAN


Pengertian
Jejaring kerja dan kemitraan pada lazimnya juga dikenal dengan istilah
“partnership”. Secara etimologis, istilah “partnership” berasal dari kata “partner”
yang berarti pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon. Sedangkan “partnership”
diterjemahkan sebagai persekutuan atau perkongsian. Dengan demikian, kemitraan
dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antar dua pihak atau lebih yang
membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan
tertentu sehingga dapat memperoleh manfaat hasil yang lebih baik. Jaringan atau
Networking adalah proses kebersamaan. Selain itu, networking juga diartikan
sebagai jalinan hubungan yang bermanfaat dan salingmenguntungkan. Dalam arti
kata lain, membangun networking haruslah berlandaskan prinsip saling
menguntungkan dan komunikasidua arah (dialogis). Pada kenyataannya di
lapangan, jejaring kerja dan kemitraan dapat dimaknai menjadi dua: pertama,
bahwa walaupun pada tataran konseptual terdapat sentuhan kesamaan, namun pada
praktiknya antara membangun jejaring kerja dengan kemitraan terdapat perbedaan.
Jejaring kerja merupakan bentuk kerja sama yang masih belum konkret wujudnya
karena peran para pihak belum bisa dimainkan. Sementara di sisi yang lain,
kemitraan merupakan wujud yang lebih konkret dari jalinan kerjasama karena
semua pihak yang terlibat dalam kemitraan mengetahui dan mampu memainkan
perannya masing-masing sesuai dengan aturan ataupun batasan yang telah
disepakati bersama. Kedua, bahwa jaringan kemitraan merupakan awal dari jalinan
kemitraan atau dengan kata lain bahwa tindak lanjut dari jaringan kemitraan. Pada
titik ini, antara Fasilitator dan Jaringan kemitraan dapat diibaratkan sebagai sebuah
mata uang dimana masing-masing sisinya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Hakikat Membangun Jaringan Kemitraan


Dalam era modern saat ini dimana segala sesuatunya dapat dikendalikan dengan
teknologi mutakhir, kesuksesan lembaga atau organisasi masih tetaplah sangat
tergantung pada keberhasilan menciptakan kemitraan. Secara garis besar, kita
sangat membutuhkan kemitraan untuk menjadikan kehidupan kita lebih sukses.
Demikianpula bagi fasilitator, jika mau dikatakan profesional dan kompeten di
bidangnya maka sudah barang tentu dalam melaksanakan kegiatan fasilitasi dan
pendampingan semua program seharusnya sudah terkoneksi dengan berbagai
sumber dalam suatu kemitraan. Harus disadari bahwa menjalin hubungan sosial
dengan siapapunmerupakan bagian penting dalam menjalankan segala aktivitas
kehidupan. Bagi seorang fasilitator membangun kemitraan merupakan hal yang
esensial mengingat peran yang harus dimainkan sebagai garda terdepan pihak yang
melakukan pendampingan program menabung pohon. Sementara aktivitas program
menabung pohon itu sendiri memiliki misi jangka panjang sebagai pemantik agar
masyarakat tahu dan mau serta mampu menolong dirinya sendiri dalam
menyelesaikan setiap permasalahan lingkungan serta ekonomi yang dihadapi.
Semua itu ditempuh agar masyarakat mampu bertransformasi menjadi komunitas
peduli lingkungan yang berbasis usaha di bidang lingkungan.

Membangun jaringan kemitraan pada hakikatnya adalah sebuah proses membangun


komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas dasar
saling percaya (trust) dan saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang
bermitra, yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau perjanjian kontrak
tertentu guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Dari definisi tersebut
dapat dijelaskan bahwa membangun jejaring kerja dan kemitraan pada dasarnya
dapat dilakukan jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

▪ Ada dua pihak atau lebih organisasi;


▪ Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
▪ Ada kesepahaman atau kesepakatan;
▪ Saling percaya dan membutuhkan;
▪ Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

MEMBANGUN JARINGAN KEMITRAAN


Pentingnya Membangun Jaringan Kemitraan
Membangun jaringan kemitraan dalam pelaksanaan program menabung pohon
menjadi sangat penting baik secara individu atau organisasi. Kemitraan tersebut
digalang dengan maksud untuk memfasilitasi atau membuka akses masyarakat
kepada sumberinformasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan.

Tujuan Membangun Jaringan Kemitraan


Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai membangun jaringan kemitraan, yaitu
sebagai berikut :

▪ Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pemanfaat


Salah satu tujuan membangun jaringan kemitraan adalah membangun kesadaran
masyarakat pelaku utama dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan melalui
program menabung pohon. Dalam jangka panjang, kemitraan yang terjalin antara
fasilitator dengan masyarakat pemanfaat memiliki nilai strategis dalam
Menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
menabung pohon.

▪ Mensinergikan Program
Program menabung pohon sebetulnya bisa disinergikan dengan program
peningkatan ekonomi masyarakat dengan syarat bila terbangun komunikasi dua
arah (komunikasi dialogis) yang baik antara satu pihak dengan pihak yang lain,
antara lain gerakan penghijauan yang dilakukan oleh berbagai pihak baik oleh
instansi pemerintah, swasta, sekolah, perguruan tinggi, perbankan maupun industri.
Fasilitator dapat memfasilitasi pengadaan bibit dan teknik penanaman yang baik
agar gerakan penghijauan dapat dijaga aspek keberlanjutannya.Juga Anggaran yang
telah diprogramkan untuk rehabilitasi dan konservasi lahan dan tanah kritis bisa
disinergikan dalam program menabung pohon.
Prinsip Membangun Jaringan Kemitraan
Dalam membangun jaringan kemitraan diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus
disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:

▪ Kesamaan Visi-Misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta tujuan
organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola kemitraan
tersebut.

▪ Kepercayaan (trust)
Setelah adanya kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak kalah
penting adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Kepercayaan
adalah modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis.
Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh itikad
(niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
▪ Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan ataupun
merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu keharmonisan dalam
bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai
peran masing-masing dan harus saling merasa diuntungkan dengan adanya jalinan
kemitraan.

▪ Efisiensi dan Efektifitas


Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil, justru sebaliknya
malah dapat meningkatkan kualitas proses dan poduk yang dicapai. Tingkat
efektifitas pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan
mitra kerja. Dengan kemitraaan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak
yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan diharapkan
akan menjadi lebih efektif.

▪ Komunikasi Dialogis
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling menghargai
satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam membangun
kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak yang satu
terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak hubungan yang
sudah dibangun.

▪ Komitmen yang Kuat


Kemitraan akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen satu sama
lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

Strategi Membangun Jejaring Kerja dan Kemitraan


Strategi membangun jejaring kerja dan kemitraan merupakan upaya untuk
mengantisipasi agar kemitraan tersebut tidak menemui kebuntuan atau kegagalan
karena hal-hal yang tidak prinsip atau kesalah- pahaman bisa terjadi. Dalam
membangun strategi kemitraan dapat dilakukan dengan panduan berikut :

▪ Membangun kemitraan bukan sekedar bertukar kartu nama dan berkenalan


Jika sebagian besar orang merasa kurang berhasil membangun jejaring kerja
(networking) karena mereka hanya berkenalan atau bertukar kartu nama. Setelah
tiba di rumah kartu nama itu hanya disimpan dalam laci, maka akan sulit bisa
mengingat siapa mereka. Sedangkan untuk membangun kekuatan networking hanya
bisa dikerjakan dengan cara yang terorganisasi dengan baik.

▪ Jadilah pendengar yang baik


Pada umumnya, para penyuluh kehutanan senang membicarakan tentang diri
mereka sendiri. Mereka akan selalu berpikir: ”apa yang bisa saya peroleh?” atau “apa
keuntungan percakapan ini untuk fasilitator sendiri?” Berikut adalah keuntungan
menjadi pendengar yang baik:

▪ Kita akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam kesempatan


pertemuan singkat tersebut Misalnya mendapatkan informasi tentang
keluarga, kelompok mereka, masalah usaha dan kemajuannya serta pribadi
mereka jalankan saat ini. Hal ini sangat penting guna memberikan perlakuan
yang paling tepat dan di sisi lain mereka juga terkesan pada diri kita sebagai
penyuluh.

▪ Fokus pada tujuan


Dengan menjadi pendengar yang baik kita akan mampu memvisualisasikan siapa
saja yang harus kita dekati. Sehingga tidak perlu membuang waktu dengan
mengikuti perkumpulan yang tidak berhubungan dengan target yang ingin kita
capai. Karena kekuatan networking terletak pada kualitas dibandingkan dengan
kuantitas atau jumlahnya. Upayakan dalam 3 hari atau 72 jam kita harus berusaha
terus menjalin komunikasi dengan mereka agar mereka tidak melupakan kita begitu
saja Langkah yang bisa kita lakukan adalah mengirimkan sms, telepon, e-mail, kartu
pos, ataupun surat.

▪ Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam anggota


Memberi bisa dilakukan dalam berbagai cara entah dalam bentuk pelayanan atau
kontribusi kepada perorangan maupun group. Milikilah nilai tersendiri bagi orang
lain dengan menciptakan kerjasama yang memberikan kemudahan dan berbagai
nilai yang menguntungkan mereka.

▪ Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaiakan informasi yang akurat dan
apa adanya
Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap ada kesempatan (banyak
membaca, mengikuti seminar, workshop, kompetisi, expo dan lain-lain) sehingga
kita akan lebih dikenal dibandingkan orang lain karena kelebihan ilmu pengetahuan
yang kita miliki.

▪ Kesinambungan komunikasi
Fasilitator harus selalu meluangkan waktu melakukan komunikasi guna
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun. Hanya
melalui komunikasi, fasilitator dapat menjalin hubungan dengan para pelaku utama

▪ Peduli lingkungan
Fasilitator harus memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kehidupan
masyarakat disekitarnya. Banyak cara untuk mewujudkannya seperti ikut
berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan di masyarakat

▪ Membangun citra diri sebagai wirausaha


Membangun citra sebagai wirausaha dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, komitmen atas prinsip dan janji, professional, peduli
terhadap pelaku utama dan pelaku dan yang tidak kalah penting adalah menjaga
penampilan sebagai fasilitator

LANGKAH-LANGKAH DALAM MEMBANGUN JARINGAN KEMITRAAN


Identifikasi atau Pemetaan Objek Mitra
Fasilitator perlu melakukan identifikasi atau memetakan pelaku utama dan pelaku
usaha serta lembaga atau organisasi yang sekiranya bisa diajak bermitra baik di
wilayah kerjanya maupun wilayah yang lebih luas. Identifikasi didasarkan pada
karakteristik dan kebutuhan bermitra. Pemetaan dilakukan secara berhadap mulai
dariscope yang lebih kecil kepada scope yang lebih besar. Berikut adalah contoh
identifikasi atau pemetaan mitra / kelompok untuk program menabung pohon yang
berpotensi dijadikan mitra kerja: Kelompok Mayarakat yang sudah maju; Tokoh-
tokoh masyarakat yang berpengaruh; Dunia Usaha dan Industri; Koperasi/KUD;
Lembaga Pemerintah (Dinas-dinas terkait, UPT, dsb)

Menggali Informasi
Langkah selanjutnya setelah melakukan identifikasi dan pemetaan kebutuhan adalah
menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan atau bidang
garapan, visi misi dan sebagainya. Informasi-informasi tersebut berguna untuk
menjajagi kemungkinan membangun jaringan kemitraan. Pengumpulan informasi
dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal. Pendekatan
personal lebih menekankan pada pendekatan secara pribadi/intim tanpa
memperhatikan sisi-sisi kelembagaan formal. Pendekatan personal dapat dilakukan
dengan mendatangi rumahnya dengan tujuan untuk ngobrol tentang informasi yang
ingin didapatkan. Pendekatan informal dilakukan dengan memanfaatkan hubungan
baik yang sudah terjalin. Pendekatan formal dilakukan dengan memanfaatkan posisi
atau peran seseorang dalam sebuah lembaga. Dalam beberapa kasus, pendekatan
personal dan informal akan lebih efektif bila dibandingkan dengan pendekatan
formal.

Menganalisis Informasi
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan
menetapkan mana pihak-pihak yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan
yang diperlukan utuk dihadapi.

Penjajagan Kerjasama
Dari hasil analisi data dan informasi, perlu dilakukan penjajagan lebih mendalam
dan intensif dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan
dapat dilakukan dengan cara melakukan audensi atau presentasi tentang program
menabung pohon

Penyusunan Rencana Kerja


Apabila beberapa pihak telah sepakat untuk bekerja sama, maka langkah selanjutnya
adalah penyusunan rencana kerja sama. Dalam perencanaannya harus melibatkan
pihak-pihak yang akan bermitra sehingga semua aspirasi dan kepentingan setiap
pihak dapat terwakili.

Membuat Kesepakatan
Para pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggung jawab
masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang dituangkan
dalam Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).

Penandatanganan Akad Kerjasama (MoU)


Nota Kesepakatan yang sudah dirumuskan selanjutnya ditandatangani oleh pihak-
pihak yang bermitra.

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan implementasi dari rencana kerjasama
yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak
yang bermitra.

Monitoring dan Evaluasi


Selama pelaksanaan program menabung pohon perlu dilakukan monitoring
dan evaluasi. Tujuan monitoring adalah memantau perkembangan pelaksanaan
kegiatan sehingga dapat dicegah terjadinya penyimpangan (deviasi) dari tujuan yang
ingin dicapai. Selain itu juga segala permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan
kegiatan dapat dicarikan solusinya. Hasil monitoring dapat dijadikan dasar untuk
melakukan evaluasi. Perlu dilakukan evaluasi bersama antar pihak yang bermitra
untuk mengetahui kegiatan yang belum berjalan sesuairencana dan mana yang
sudah, tujuan mana yang sudah tercapai dan mana yang belum, masalah atau
kelemahan apa yang menghambat pencapaian tujuan dan penyebabnya.

Perbaikan
Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan dan pengambilan keputusanselanjutnya apakah kerjasama
akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.

Rencana Tindak Lanjut


Apabila pihak-pihak yang bermitra memandang penting untuk melanjutkan
kerjasama, maka mereka perlu merencanakan kembali kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahun berikutnya. Dalam Perencanaan selanjutnya perlu
mempertimbangkan hasil evaluasi dan refleksi sebelumya. Disamping itu, mungkin
dipandang perlu untuk memperpanjang akad kerjasama dengan atau tanpa
perubahan nota kesepakatan.

Pola Kemitraan
Pihak mana saja yang berpotensi menjadi mitra fasilitator menabung pohon dan
bagaimana pola kemitraan serta pesan masing-masing mitra dapat dituangkan
dalam perjanjian kerja. Pola kemitraan yang sudah berjalan perlu disempurnakan
dengan melibatkan pihak – pihak yang bermitra. Tujuannya adalah untuk
menemukan pola kemitraan yang lebih tepat dimana pihak-pihak yang bermitra
dapatmemainkan perannya masing-masing dengan lebih baik.
SESSION CLOSING
Membangun Jaringan Kemitraan merupakan hal yang sangat strategis bagi seorang
FASILITATOR. Hal ini dikarenakan adanya fakta kompleksitas permasalahan
lingkungan di lapangan yang terlihat dari munculnya berbagai kepentingan dari
berbagai pihak. Setidaknya kepentingan ekonomi yang selama ini menjadi arus
utama harus disejajarkan dengan kepentingan sosial dan ekologi berupa program
menabung pohon dengan tujuan agar keberlanjutan atau kelestarian lingkungan
dapat dijaga pada masa yang akan datang. Pada titik ini, Fasilitator Menabung
Pohon beserta dengan pelaku yang lain perlu bersinergi dalam sebuah wadah
kemitraan yang kuat agar visi, misi dan tata nilai Pertamina Foundation dapat
tercapai.

Langkah Membangun Kerjasama


Dengan Orang Lain Yang Efektif dan
Sukses
By Aris Wahyu Ekarini

Menjalankan usaha dengan sistim kerjasama kurang lebih seperti


ibarat pernikahan. Banyak dari mereka tidak bekerja sama dengan
komitmen yang baik dan beberapa malah berakhir dengan
perselisihan.
Bentuk kerjasama yang dilakukan terdapat 2 (dua) jenis yaitu
kerjasama jangka panjang dengan perjanjian dibuat secara hukum
dan kerjasama jangka pendek yang hanya sekedar ingin mencoba
peruntungan di dunia bisnis.

Strategi sukses membangun usaha kerjasama


dengan orang lain secara efektif
Apabila anda ingin membangun sebuah kerjasama dengan orang lain
dan memiliki jangka waktu yang lama, beberapa langkah di bawah ini
bisa dijadikan sebagai acuan, antara lain:

#1 Berawal dari visi dan misi bersama


Yang dimaksud dengan visi adalah tujuan apakah yang akan dicapai
bersama dan misi adalah cara yang ditempuh supaya visi tersebut
menjadi nyata.

Hal ini lah yang harus dibentuk oleh mitra bisnis tersebut, agar dalam
pelaksanaanya seiring sejalan karena memiliki fokus tujuan yang
sama walaupun dalam praktiknya cara yang digunakan pasti akan
berbeda, tetapi anggaplah perbedaan ini sebagai cara untuk
menyempurnakan langkah menuju tujuan yang sama.

Selalu luangkan waktu untuk mendiskusikan dengan mitra anda


mengenai visi dan misi perusahaan, cara menghadapi masalah yang
timbul, terobosan baru yang mampu memberikan energi dan motivasi
dalam menjalankan bisnis tersebut agar bisa menjadi lebih ideal.

#2 Kejelasan mengenai harapan dan kebutuhan


Membangun usaha dengan orang lain sudah tentu memiliki
kebutuhan tertentu yang sudah dipikirkan secara matang seperti
menjalin kerjasama untuk dapat mendapatkan modal, keahlian
tertentu yang tidak dimiliki, atau juga demi memperluas jaringan kerja.
Untuk alasan seperti itu tidak selalu diungkapkan oleh rekan bisnis
kita dengan maksud agar tidak timbul pemikiran negative yang bisa
mengakibatkan hubungan yang menjadi renggang.

Karena manusia adalah individu yang lemah bisa berubah dari waktu
ke waktu yang diakibatkan perubahan lingkungan atau faktor yang
lain sehingga diperlukan pengungkapan dalam menjalankan
komitmen yang tertulis serta terperinci di dalam perjanjian kontrak
secara legal.

Selalu gali lebih dalam apa yang diharapkan mitra dari Anda dan
berusahalah untuk memenuhinya. Selain itu perlu adanya rencana
cadangan sebagai antisipasi ketika hal buruk terjadi baik menyangkut
kepentingan pribadi maupun untuk usaha yang dibangun bersama.

#3 Mengdentifikasi keunggulan calon mitra kerja


Identifikasi masing-masing kekuatan atau kemampuan yang paling
menonjol dari partner sangatlah diperlukan mengingat adanya tujuan
masing-masing individu agar tidak terlepas dari komitmen awal yang
disetujui bersama dalam melakukan usaha secara kerjasama.

Hendaknya pada saat berdiskusi mengenai kemampuan masing-


masing pihak sebaiknya juga dilakukan pencatatan agar lebih mudah
dilakukan analisa, menetapkan peran masing-masing mitra kemudian
dikolaborasikan satu dengan yang lain untuk menunjang kesuksesan
dalam berbisnis sehingga akan menambah keawetan dalam usaha
bersama.

Karena masing-masing individu pun juga tidak akan segan-segan


menyampaikan ide supaya mendukung semakin berkembangnya
usaha yang dibangun ini.

#4 Ketahui kelemahan calon rekan kerja dan bagaimana


cara mengatasinya
Setiap individu pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga
sebagai partner dalam usaha harus diketahui juga masing-masing
kelemahan agar bisa saling melengkapi dan menutupi.

Karena apabila kekurangan ini tidak diketahui usaha yang telah


dibangun akan cepat goyah dan tidak stabil pada saat terkendala
dengan hambatan.

Kekurangan tidak hanya berasal dari diri namun bisa saja terdapat
juga pada strategi, pengembangan produk/jasa, pemasaran dan
penjualan, manajemen tim, manajemen keuangan dan administrasi,
serta operasional. Lakukanlah brain storming dalam 1 tim mengenai
masalah apa saja yang bisa muncul dan berdiskusi juga mengenai
solusi tepat yang akan bisa dilakukan untuk mengatasinya.
#5 Menetapkan tujuan perusahaan
Dengan menentukan tujuan masing-masing individu dan tujuan
didirikan perusahaan akan sangat menunjang keberlangsungan dan
ekspektasi usaha tersebut. Pastikan untuk setiap tujuan yang telah
disusun dibuat secara terstruktur.

Selalu lakukan evaluasi dan pembaharuan terhadap tujuan yang telah


ditetapkan. Serta berikan masing-masing fungsi dan tugasnya agar
mampu bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi
kewajibannya.

Dengan begitu tidak akan ada simpang siur mengenai apa yang yang
harus dilakukan demi sukses membangun usaha bersama.

#6 Langkah mengatasi rasa kecewa dan perselisihan


Di setiap usaha yang dilakukan secara kerjasama, munculnya selisih
paham dan perbedaan pendapat pasti terjadi. Sehingga dibutuhkan
penanganan perselisihan dalam kemitraan dengan efektif sebagai
kunci untuk menjaga hubungan tetap stabil dan baik.

Apabila ada perasaan tidak suka antara satu dengan yang lain tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut agar tidak menjadi akar pahit.

Jadwalkan setiap beberapa bulan sekali untuk acara gathering, agar


perselisihan, kekecewaan dan frustasi bisa diselesaikan dengan
suasana kekeluargaan dan lebih terasa hangat.

Simak juga artikel terkait mengenai menyusun komposisi tim kerja


yang efektif serta ulasan menarik lainnya tentang tahap penting saat
akan membuka usaha agar cepat sukses.
#7 Peran kerja yang jelas masing masing rekan bisnis
Disaat awal pembentukan usaha kerjasama, berikanlah masing-
masing tugas dan perannya agar bisa mempertanggung jawabkan
pekerjaan sehingga visi misi yang sudah dibentuk bisa terwujud.
Kerjasama yang saling mendukung dan melengkapi satu sama lain
dapat meminimalisir adanya selisih paham yang bisa menghancurkan
hubungan yang telah dibina. Selamat mencoba semoga bisa memberi
manfaat menuju kesuksesan membangun usaha bersama mitra bisnis
anda.

Nana Sudiana
Pembelajar literasi & Aktivis Filantropi

Nana Sudiana, seorang yang berkeinginan besar untuk terus belajar dan saat yang sama bisa
berkontribusi dan mempersembahkan kebaikan pada lingkungan sekitar.

Cara Cerdas Membangun Jejaring


7 April 2011 03:46 Diperbarui: 26 Juni 2015 07:03 2804 0 1

Membangun jejaring bagi manusia modern seperti saat ini amat penting nilainya. Tanpa jejaring
sejumlah hal akan kesulitan kita lakukan. Jejaring ini menjadi vital bagi kita secara personal maupun
kolektif karena kompleksitas persoalan kehidupan kini memaksa kita selalu berhubungan dengan
pihak lain. Saat yang sama, keterbatasan yang kita miliki juga membutuhkan bantuan pihak lain
secara mutlak. Nah, disinilah kita harus menemukan bagaimana secara cerdas kita membangun
jejaring.

Untuk sampai pada solusi membangun jejaring yang baik memang tidak seindah membuat sebuah
lukisan. Diperlukan skill khusus dan pengalaman yang panjang dalam rentang organisasi. Hal ini tidak
lain, karena membangun jejaring tidak semata-mata didominasi dengan kemampuan lobby maupun
komunikasi, apalagi masalah teknis bahasa. Kemampuan pengelolaan jejaring justeru ada pada
kolaborasi yang kuat pada kesabaran, keramahan, ketekunan dan kemauan untuk mendengar dan
berbagi. Disinilah persoalan jejaring mulai terlihat kendalanya, menemukan kesamaan persepsi
serta lebih jauh “kesamaan selera” adalah bukan hal mudah.Karena persoalan jejaring pula bukan
bermakna hubungan transaksional atau fungsional sesaat. Membangun jejaring berfokus pada
memelihara dan memabangun hingga merawat sampai batas waktu tak hingga.

Sukses membangun jejaring tak bisa diukur dengan sejumlah transaksi jangka pendek. Suksesnya
jejaring yang terawat justeru ada pada bagaimana kualitas hubungan kita secara organisasi dengan
mitra-mitra kita. Bila terjadi perawatan yang baik terhadap jejaring organisasi kita, maka ukurannya
harus dilihat juga pada kualitas kemitraan secara organisasi maupun secara individual. Tertinggi
dalam menilai kualitas jejaring kita adalah mitra-mitra kita bukan lagi hanya jadi konsumen atau
donor kita, tapi mereka berdiri menjadi advocate (pembela) kita di tengah-tengah hiruk pikuk
kompleksitas hubungan yang ramai. Bila jejaring kita sampai kemudian berubah menjadi advocate,
maka bersyukurlah kita, berarti sebagian misi kita membangun jejaring terlihat hasilnya.

Membangun jejaring tidak cukup dengan satu atau dua pihak saja. Kita membutuhkan puluhan,
ratusan bahkan kalau perlu ribuan jejaring untuk bisa membantu kita
mencapai sebuah tujuan. Persoalan yang segera muncul dalam konteks ini tentu saja adalah
bagaimana cara kita memulai membuat jejaring lalu mengelolanya. Kebanyakan orang membangun
jejaring ketika membutuhkan sesuatu, tetapi idealnya, diperlukan tiga hal dalam membuat jejaring
yaitu : mulailah dengan membangun kepercayaan, tetapkanlah tujuan dan seleksi kontak yang kita
miliki.

1. Mulailah dengan membangun kepercayaan

Membangun jejaring pada dasarnya membangun kepercayaan. Karena sekuat apapun sebuah
jaringan yang terjalin tanpa kepercayaan, ia laksana sarang laba-laba, rapuh tak memiliki kekuatan
apa-apa. Dari seluruh orang yang kita kenal coba kita perhatikan, berapa yang kita yakin dan percaya
pada orang-orang tersebut. Jawabannya adalah, semakin dekat dan kita kenali dengan baik, maka
semakin yakin dan percayalah kita pada seseorang. Sebaliknya, semakin kita tidak punya informasi,
maka semakin kita kesulitan untuk bisa percaya.

Inilah hukum jejaring, tak kenal maka tak terhubung. Walau begitu, bila pun kita kita bisa kenal dan
mendapatkan informasi ada satu cara cerdas kita tetap mendapatkan kesempatan untuk bisa
terhubung. Cara itu tidak lain adalah dengan model referensi. Dengan pola ini, kita akan
mendapatkan kualitas jaringan yang sama karena adanya pihak lain yang bersedia memberikan
garansi terhadap jaringan baru yang akan kita tumbuhkan. Dengan model ini, jaringan yang akan kita
bangun tak akan mengalami kendala.

Secara definisi, mengembangkan jejaring, menurut Dianne Darling dalam bukunya Networking for
Career Success, adalah seni membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan. Ada tiga jenis manusia di dunia ini : mereka yang membuat sesuatu terjadi,
mereka yang hanya memperhatikan sesuatu terjadi, dan mereka yang selalu khawatir terhadap
apa yang terjadi. Kita termasuk tipe yang mana ? Yang terbaik tentu saja mereka yang membuat
sesuatu terjadi dan mengetahui orang lain yang bisa membuat segala sesuatu terjadi. Dengan
berusaha mengenali pihak lain dan membiarkan mereka mengenal kita, maka kita memulai siklus
jejaring.

Reputasi dan kepercayaan sangat penting dalam jejaring. Reputasi adalah pandangan orang lain
terhadap kita. Ia ditentukan oleh kesan pertama. Reputasi dibangun agar orang lain mengenali kita -
bilamana kita efektif, bilamana kita bekerja baik dengan orang lain, bilamana kita tulus, bilamana
kita menghormati orang lain, dan sebagainya.Menjadi orang yang handal (reliable) sangat penting
untuk tumbuhnya kepercayaan. Kita bisa jadi akan menghancurkan reputasi sendiri jika bertindak
tidak konsisten atau tidak bisa diduga.

2. Tetapkanlah Tujuan

Tujuan dalam membangun sebuah jejaring amat penting. Sebelum memulainya, ada baiknya kita
dengan yakin membuat dan menetapkan sebuah tujuan. Tujuan ini juga bernilai strategis, karena
dengan tujuan yang jelas, kita mengetahui apa yang ingin kita raih. Tujuan yang kita miliki haruslah
dibuat dengan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Timed). Dengan SMART kita
bisa mengukur sejauhmana tujuan yang telah kita lakukan mencapai sesuatu.

Dalam menetapkan tujuan juga kita harus terbukaterhadap setiap peluang yang ada. Namun saat
yang sama, kita juga harus Hhati-hati dengan sejumlah peluang yang ada di hadapan, jangan
sampai peluang-peluang itu membuat tujuan yang dibangun justeru tidak focus. Sebaliknya bila
tujuan yang dimiliki terlalu fokus, ini juga dikhawatirkan akan menyebabkan kondisi yang terlalu
kaku dalam aspek perencanaannya. Jadi dalam menetapkan tujuan, harus dibuat mana yang
memiliki fleksibilitas dan mana yang memang bersifat tetap. Jangan sampai ketika kita kurang
memahami aspek tadi, sejumlah peluang akan hilang.

3. Seleksi Kontak yang kita miliki

Dalam kaitan membangun jejaring kita tidak bisa tidak bersentuhan dengan kontak kita, baik yang
berstatus teman-teman, kolega kerja, anggota keluarga, dan berbagai kontak lainnya. Dari daftar
seperti itulah kita akan memulai melakukan kontak. Tapi, bila kita ingin memperluas jaringan yang
kita miliki, maka kita harus pula mulai berbicara dengan orang-orang yang sama sekali tidak dikenal.
Ketika kita berkomunikasi dengan orang asing dan membuat hubungan, kita telah menyelesaikan
satu langkah kunci di dalam membangun jejaring. Makin sering kita melakukannya, maka akan
semakin percaya diri. Cobalah hal yang sama kepada orang lain yang sekadar kenal.

Kita memiliki lebih banyak orang yang telah dikenal. Tetapi, pernahkah kita mengelompokkan
mereka secara spesifik, misalnya jejaring alumni, jejaring bisnis, jejaring tetangga, dan seterusnya?
Lalu, pernahkah kita membangun jejaring berdasarkan kesamaan hobi? Galilah informasi tentang
jejaring itu lebih jauh. Juga dengan siapa saja kita merasa nyaman berbicara, dengan dengan siapa
saja yang tidak?

Dalam menyusun data jejaring, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Bersikap bijaklah di dalam tiga
hal yaitu : politik, agama, dan gender. Berhati-hatilah berbicara tentang hal tersebut. Hindarkan
upaya mengasingkan orang lain. Berikutnya, kita juga harus fokus pada kualitas, bukan kuantitas.
Setiap orang umumnya mengenali 200-250 orang. Secara otomatis, terlalu jauh untuk mewujudkan
jejaring melibatkan 10.000 orang. Sedikit sekali orang yang mampu membangun jejaring sebesar itu
secara baik. Tapi, jika kita fokus pada hubungan yang baik, jejaring 200-250 orang itu lebih dari
cukup.
Peliharalah informasi jejaring agar tetap terorganisasi dengan baik dan paling mutakhir. Sekarang
identifikasi orang-orang dalam jejaring kita, telaah masing-masing mereka menurut bagaimana
mereka bisa membantu dan kita membantu mereka. Banyak orang dalam hidup kita yang ada hanya
karena kita menyukainya dan tanpa ada agenda spesifik. Yang lain adalah orang yang ingin
membantu kita dalam kehidupan profesional maupun personal, dan sebaliknya, kita juga ingin
membantu mereka.
egiatan usaha mikro kecil, saya sering menjumpai banyak diantara UMKM yang susah untuk
berkembang (jalan ditempat) meski sudah dikelola lama dan berbagai treatment dasar sudah
dijalankan, misalnya terkait permodalan, manajemen usaha, dan kualitas produk. Sementara itu,
kita juga menyaksikan cukup banyak usaha-usaha baru dengan modal pas-pasan dalam waktu
singkat mampu berkembang dengan pesat. Lalu apa yang salah atau kurang dalam pengelolaan
usaha tersebut?
Usut punya usut ternyata usaha-usaha yang cepat berkembang tersebut ternyata memiliki
jaringan kerja (kemitraan) yang sangat luas. Mereka sadar betul bahwa di era globalisasi, adalah
suatu kenyataan bahwa tidak ada satu entitas (organisasi) yang mampu berdiri sendiri terpisah
dari entitas yang lain. Secara garis besar, kita sangat membutuhkan Jejaring Kerja (networking)
untuk menjadikan kehidupan kita lebih sukses. Agung Sudjatmoko (2009) menyatakan bahwa:

“Sukses atau gagalnya seseorang karena pilihan hidupnya sangat


tergantung pada garis tangan dan campur tangan. Garis tangan
terkait dengan nasib seseorang yang telah digariskan oleh Sang
Kholik, sedangkan campur tangan merupakan usaha yang
dilakukan seseorang untuk mendapat dukungan dari orang lain”.
Pendapat senada disampaikan Agung Sudjatmoko dalam bukunya yang berjudul Cara Cerdas
Menjadi Pengusaha Hebat bahwa ”kemitraan bisnis merupakan kerjasama terpadu antara dua
belah pihak atau lebih, secara serasi, sinergis, terpadu, sitematis dan memiliki tujuan untuk
menyatukan potensi bisnis dalam menghasilkan keuntungan yang optimal”.
Dalam berbagai kesempatan diskusi, saya juga mendapatkan pertanyaan dan juga masukan,
tentang mengapa kita perlu membangun kemitraan bisnis, bagaimana caranya, apa saja bentuk
(pola) kemitraan bisnis, dan hal-hal terkait lainnya.

Apa syarat membangun kemitraan bisnis?


Paling tidak ada 5 (lima) hal yang menjadi syarat dalam membangun kemitraan bisnis, yaitu: (a).
Ada dua pihak atau lebih organisasi / badan usaha. (b). Memiliki kesamaan visi dalam mencapai
tujuan organisasi / badan usaha. (c). Ada kesepakatan / kesepahaman. (d). Saling percaya dan
membutuhkan. (e). Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

Apa tujuan membangun kemitraan bisnis?


Masing-masing pihak tentu memiliki tujuan yang beragam ketika memutuskan membangun
kemitraan, dan diantara tujuan-tujuan tersebut adalah: (a). Mensinergikan program. (b).
Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan (produk). (c). Meningkatkan nilai tambah bagi
pelaku kemitraan maupun masyarakat. (d). Penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga. (e).
Media sosialisasi, promosi dan publikasi. (f). Peningkatan akses (pasar, modal, dll).

Apa saja prinsip dalam yang harus dipegang dalam membangun


kemitraan bisnis?
Agar kemitraan bisnis yang dibangun dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi
kedua belah pihak, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip kemitraan bisnis, diantaranya: (a).
Kesamaan visi-misi. (b). Kepercayaan (trust). (c). Saling memerlukan, memperkuat dan
menguntungkan. (d). Efisiensi dan efektivitas. (e). Komunikasi timbal balik. (f). Komitmen yang
kuat.

Bagaimana strategi membangun kemitraan bisnis?


Ada banyak pilihan strategi dalam membangun kemitraan bisnis, dan masing-masing pihak tentu
punya cara dan gaya sendiri. Secara umum beberapa strategi tersebut, antara lain: (a).
Membangun Jejaring Kerja bukan sekedar bertukar kartu nama dan berkenalan. (b). Jadilah
pendengar yang baik. (c). Upayakan dalam 72 jam kita harus berusaha menjalin komunikasi
dengan mereka agar mereka tidak melupakan kita begitu saja. (d). Bersikap sabar tetapi aktif
dan proaktif dalam memberi. (e). Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaikan informasi yang
akurat dan apa adanya. (f). Kesinambungan komunikasi. (g). Menjadi anggota komunitas
tertentu seperti forum HIPKI, HISSPI, HIPMI, Komunitas Entrepreneur dan sebagainya untuk
menambah relasi dan memperlus wawasan. (h). Peduli lingkungan. (i). Membangun citra diri
sebagai wirausaha. (j). Masuk ke lingungan organisasi profesi.

Apa saja pola/model kemitraan?


Secara umum pola/model kemitraan yang bisa dibangun untuk mendukung
pengembangan usaha kita, antara lain:

Lembaga/ Instansi /
No Pola Kemitraan Peran Lembaga
yg Relevan

Dukungan
Penyusunan peraturan perundangan
politik, (budget, Legislatif (DPR/
1 peraturan termasuk
DPRD)
perundangan, penganggaran di APBD/APBN
Proteksi, dll)

Dukungan kebijakan termasuk perijinan,


pajak daerah, perlindungan hukum,
Pembinaan dan bantuan anggaran, dll
Pemda (Dinas/Badan
2 pendampingan Mis. Dinas Koperasi & UMKM, berupa
Terkait)
dukungan pelaksanaan program
Teknis kewirausahaan sebagai tindak lanjut
pelatihan dalam bentuk permodalan dan
pendampingan

Dunia Usaha dan Tempat magang, Pelatihan peningkatan


3 Bapak Angkat
kualitas produk, jaringan pemasaran, dll
Industri

Pengelolaan Pelatihan, bantuan permodalan, promosi,


4 BUMN/BUMS
dll
CSR

Konsultan Perguruan Tinggi,


5 Jasa konsultasi, bimbingan, narasumber
LSM
/expert

Dunia usaha &


6 Akses pasar Promosi produk
Industri

Pengembangan Peningkatan kapasitas SDM dan


7 Asosiasi profesi
organisasi organisasi

Sedangkan secara khusus pola/model kemitraan bisnis yang bisa dilakukan


adalah:

1. Pola Inti Plasma


Yaitu hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar
sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam
menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen
usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningktan teknologi yang diperlukan bagi
peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha”.

2. Pola Subkontrak

adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar,
yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah
atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.

3. Pola Dagang Umum

adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar,
yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil
atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar mitranya.

4.Pola Keagenan

adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.

5. Pola Waralaba

adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan
lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan
disertai bantuan bimbingan manajemen.
Pola/model lainnya dalah membangun kemitraan dengan CSR (corporate
social responsibility), baik itu BUMN maupun BUMS.
Bagaimana langkah-langkah membangun kemitraan bisnis?
Secara normatif langkah-langkah dalam membangun kemitraan adalah sebagai berikut,
meskipun dalam pelaksanaannya tidak selalu berurutan dan perlu dilakukan semua, yaitu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan kelompok/organisasi


2. Menyusun profile kelompok/organisasi
3. Melakukan pemetaan terhadap organisasi/instansi yang potensial untuk diajak berjejaring
(bermitra), misalnya:
▪ Lembaga pemerintah: Dinas Pendidikan (PNFI), Disnakertrans, Dinsos, Dinas
Pariwisata, dll yang terkait.
▪ Lembaga keuangan Bank & Non Bank
▪ LSM, CSO, Ormas yang memiliki kesamaan visi-misi
▪ Tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda
▪ Dunia usaha dan industri (dudi)
▪ Lembaga pendidikan, pelatihan & ketrampilan (PT, LPK, dll)
▪ Asosiasi profesi (HIPMI, Komunitas Entrepreneur, IWAPI, dll)
4. Menggali dan mengumpulkan informasi
5. Menganalisis informasi
6. Penjajagan Kerjasama
7. Penyusunan rencana (proposal) kerjasama
8. Membuat kesepakatan
9. Penandatanganan akad kerjasama (MOU)
10. Pelaksanaan kegiatan
11. Monitoring dan evaluasi
12. Perbaikan
13. Perencanaan selanjutnya

Hal-hal apa saja yang harus disiapkan ketika akan melakukan


kemitraan bisnis?
Beberapa hal berikut penting untuk diperhatikan agar kemitraan bisnis yang kita bangun dapat
berjalan baik dan apabila terjadi resiko tidak menimbulkan masalah yang berarti, diantaranya:
(a). Legitimasi dan Akuntabilitas Kelembagaan, yaitu terkait legal standing (legalitas
usaha), kelembagaan organisasi AD/ART, SOP, dll. (b). Akuntabilitas pengelolaan keuangan,
yakni terkait administrasi dan pelaporan/pertanggungjawaban keuangan. (c).
Key Sucess Factors lainnya, yaitu pengalaman, kapasitas pengelola,
masyarakat yang kondusif, dukungan pemerintah, dll. (d). Mutual Benefit, bahwa
pada dasarnya kerja sama akan menghasilkan benefit‐benefit masing‐
masing lembaga yang bekerja sama sehingga kita harus menyampaikan beberapa benefit
(keuntungan) jika bekerja sama.

Anda mungkin juga menyukai