▪ Mensinergikan Program
Program menabung pohon sebetulnya bisa disinergikan dengan program
peningkatan ekonomi masyarakat dengan syarat bila terbangun komunikasi dua
arah (komunikasi dialogis) yang baik antara satu pihak dengan pihak yang lain,
antara lain gerakan penghijauan yang dilakukan oleh berbagai pihak baik oleh
instansi pemerintah, swasta, sekolah, perguruan tinggi, perbankan maupun industri.
Fasilitator dapat memfasilitasi pengadaan bibit dan teknik penanaman yang baik
agar gerakan penghijauan dapat dijaga aspek keberlanjutannya.Juga Anggaran yang
telah diprogramkan untuk rehabilitasi dan konservasi lahan dan tanah kritis bisa
disinergikan dalam program menabung pohon.
Prinsip Membangun Jaringan Kemitraan
Dalam membangun jaringan kemitraan diperlukan adaya prinsip-prinsip yang harus
disepakati bersama agar terjalin kuat dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:
▪ Kesamaan Visi-Misi
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi, serta tujuan
organisasi. Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola kemitraan
tersebut.
▪ Kepercayaan (trust)
Setelah adanya kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang tidak kalah
penting adalah adanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Kepercayaan
adalah modal dasar dalam membangun kemitraan yang sinergis dan mutualis.
Untuk dapat dipercaya, maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi oleh itikad
(niat) yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
▪ Saling Menguntungkan
Asas saling menguntungkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan ataupun
merasa tidak mendapat manfaat lebih, maka akan mengganggu keharmonisan dalam
bekerja sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai
peran masing-masing dan harus saling merasa diuntungkan dengan adanya jalinan
kemitraan.
▪ Komunikasi Dialogis
Komunikasi timbal balik dilaksanakan secara dialogis atas dasar saling menghargai
satu sama lainnya. Komunikasi dialogis merupakan pondasi dalam membangun
kerjasama. Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi dominasi pihak yang satu
terhadap pihak yang lainnya yang pada akhirnya dapat merusak hubungan yang
sudah dibangun.
▪ Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaiakan informasi yang akurat dan
apa adanya
Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap ada kesempatan (banyak
membaca, mengikuti seminar, workshop, kompetisi, expo dan lain-lain) sehingga
kita akan lebih dikenal dibandingkan orang lain karena kelebihan ilmu pengetahuan
yang kita miliki.
▪ Kesinambungan komunikasi
Fasilitator harus selalu meluangkan waktu melakukan komunikasi guna
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun. Hanya
melalui komunikasi, fasilitator dapat menjalin hubungan dengan para pelaku utama
▪ Peduli lingkungan
Fasilitator harus memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kehidupan
masyarakat disekitarnya. Banyak cara untuk mewujudkannya seperti ikut
berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan di masyarakat
Menggali Informasi
Langkah selanjutnya setelah melakukan identifikasi dan pemetaan kebutuhan adalah
menggali informasi tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan atau bidang
garapan, visi misi dan sebagainya. Informasi-informasi tersebut berguna untuk
menjajagi kemungkinan membangun jaringan kemitraan. Pengumpulan informasi
dapat dilakukan dengan pendekatan personal, informal dan formal. Pendekatan
personal lebih menekankan pada pendekatan secara pribadi/intim tanpa
memperhatikan sisi-sisi kelembagaan formal. Pendekatan personal dapat dilakukan
dengan mendatangi rumahnya dengan tujuan untuk ngobrol tentang informasi yang
ingin didapatkan. Pendekatan informal dilakukan dengan memanfaatkan hubungan
baik yang sudah terjalin. Pendekatan formal dilakukan dengan memanfaatkan posisi
atau peran seseorang dalam sebuah lembaga. Dalam beberapa kasus, pendekatan
personal dan informal akan lebih efektif bila dibandingkan dengan pendekatan
formal.
Menganalisis Informasi
Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan
menetapkan mana pihak-pihak yang relevan dengan permasalahan dan kebutuhan
yang diperlukan utuk dihadapi.
Penjajagan Kerjasama
Dari hasil analisi data dan informasi, perlu dilakukan penjajagan lebih mendalam
dan intensif dengan pihak-pihak yang memungkinkan diajak kerjasama. Penjajagan
dapat dilakukan dengan cara melakukan audensi atau presentasi tentang program
menabung pohon
Membuat Kesepakatan
Para pihak yang ingin bermitra perlu untuk merumuskan peran dan tanggung jawab
masing-masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama yang dituangkan
dalam Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU).
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan merupakan tahapan implementasi dari rencana kerjasama
yang sudah disusun bersama dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggungjawab dan peran masing-masing pihak
yang bermitra.
Perbaikan
Hasil evaluasi oleh pihak-pihak yang bermitra akan dipakai sebagai dasar dalam
melakukan perbaikan dan pengambilan keputusanselanjutnya apakah kerjasama
akan dilanjutkan pada tahun berikutnya atau tidak.
Pola Kemitraan
Pihak mana saja yang berpotensi menjadi mitra fasilitator menabung pohon dan
bagaimana pola kemitraan serta pesan masing-masing mitra dapat dituangkan
dalam perjanjian kerja. Pola kemitraan yang sudah berjalan perlu disempurnakan
dengan melibatkan pihak – pihak yang bermitra. Tujuannya adalah untuk
menemukan pola kemitraan yang lebih tepat dimana pihak-pihak yang bermitra
dapatmemainkan perannya masing-masing dengan lebih baik.
SESSION CLOSING
Membangun Jaringan Kemitraan merupakan hal yang sangat strategis bagi seorang
FASILITATOR. Hal ini dikarenakan adanya fakta kompleksitas permasalahan
lingkungan di lapangan yang terlihat dari munculnya berbagai kepentingan dari
berbagai pihak. Setidaknya kepentingan ekonomi yang selama ini menjadi arus
utama harus disejajarkan dengan kepentingan sosial dan ekologi berupa program
menabung pohon dengan tujuan agar keberlanjutan atau kelestarian lingkungan
dapat dijaga pada masa yang akan datang. Pada titik ini, Fasilitator Menabung
Pohon beserta dengan pelaku yang lain perlu bersinergi dalam sebuah wadah
kemitraan yang kuat agar visi, misi dan tata nilai Pertamina Foundation dapat
tercapai.
Hal ini lah yang harus dibentuk oleh mitra bisnis tersebut, agar dalam
pelaksanaanya seiring sejalan karena memiliki fokus tujuan yang
sama walaupun dalam praktiknya cara yang digunakan pasti akan
berbeda, tetapi anggaplah perbedaan ini sebagai cara untuk
menyempurnakan langkah menuju tujuan yang sama.
Karena manusia adalah individu yang lemah bisa berubah dari waktu
ke waktu yang diakibatkan perubahan lingkungan atau faktor yang
lain sehingga diperlukan pengungkapan dalam menjalankan
komitmen yang tertulis serta terperinci di dalam perjanjian kontrak
secara legal.
Selalu gali lebih dalam apa yang diharapkan mitra dari Anda dan
berusahalah untuk memenuhinya. Selain itu perlu adanya rencana
cadangan sebagai antisipasi ketika hal buruk terjadi baik menyangkut
kepentingan pribadi maupun untuk usaha yang dibangun bersama.
Kekurangan tidak hanya berasal dari diri namun bisa saja terdapat
juga pada strategi, pengembangan produk/jasa, pemasaran dan
penjualan, manajemen tim, manajemen keuangan dan administrasi,
serta operasional. Lakukanlah brain storming dalam 1 tim mengenai
masalah apa saja yang bisa muncul dan berdiskusi juga mengenai
solusi tepat yang akan bisa dilakukan untuk mengatasinya.
#5 Menetapkan tujuan perusahaan
Dengan menentukan tujuan masing-masing individu dan tujuan
didirikan perusahaan akan sangat menunjang keberlangsungan dan
ekspektasi usaha tersebut. Pastikan untuk setiap tujuan yang telah
disusun dibuat secara terstruktur.
Dengan begitu tidak akan ada simpang siur mengenai apa yang yang
harus dilakukan demi sukses membangun usaha bersama.
Apabila ada perasaan tidak suka antara satu dengan yang lain tidak
boleh dibiarkan berlarut-larut agar tidak menjadi akar pahit.
Nana Sudiana
Pembelajar literasi & Aktivis Filantropi
Nana Sudiana, seorang yang berkeinginan besar untuk terus belajar dan saat yang sama bisa
berkontribusi dan mempersembahkan kebaikan pada lingkungan sekitar.
Membangun jejaring bagi manusia modern seperti saat ini amat penting nilainya. Tanpa jejaring
sejumlah hal akan kesulitan kita lakukan. Jejaring ini menjadi vital bagi kita secara personal maupun
kolektif karena kompleksitas persoalan kehidupan kini memaksa kita selalu berhubungan dengan
pihak lain. Saat yang sama, keterbatasan yang kita miliki juga membutuhkan bantuan pihak lain
secara mutlak. Nah, disinilah kita harus menemukan bagaimana secara cerdas kita membangun
jejaring.
Untuk sampai pada solusi membangun jejaring yang baik memang tidak seindah membuat sebuah
lukisan. Diperlukan skill khusus dan pengalaman yang panjang dalam rentang organisasi. Hal ini tidak
lain, karena membangun jejaring tidak semata-mata didominasi dengan kemampuan lobby maupun
komunikasi, apalagi masalah teknis bahasa. Kemampuan pengelolaan jejaring justeru ada pada
kolaborasi yang kuat pada kesabaran, keramahan, ketekunan dan kemauan untuk mendengar dan
berbagi. Disinilah persoalan jejaring mulai terlihat kendalanya, menemukan kesamaan persepsi
serta lebih jauh “kesamaan selera” adalah bukan hal mudah.Karena persoalan jejaring pula bukan
bermakna hubungan transaksional atau fungsional sesaat. Membangun jejaring berfokus pada
memelihara dan memabangun hingga merawat sampai batas waktu tak hingga.
Sukses membangun jejaring tak bisa diukur dengan sejumlah transaksi jangka pendek. Suksesnya
jejaring yang terawat justeru ada pada bagaimana kualitas hubungan kita secara organisasi dengan
mitra-mitra kita. Bila terjadi perawatan yang baik terhadap jejaring organisasi kita, maka ukurannya
harus dilihat juga pada kualitas kemitraan secara organisasi maupun secara individual. Tertinggi
dalam menilai kualitas jejaring kita adalah mitra-mitra kita bukan lagi hanya jadi konsumen atau
donor kita, tapi mereka berdiri menjadi advocate (pembela) kita di tengah-tengah hiruk pikuk
kompleksitas hubungan yang ramai. Bila jejaring kita sampai kemudian berubah menjadi advocate,
maka bersyukurlah kita, berarti sebagian misi kita membangun jejaring terlihat hasilnya.
Membangun jejaring tidak cukup dengan satu atau dua pihak saja. Kita membutuhkan puluhan,
ratusan bahkan kalau perlu ribuan jejaring untuk bisa membantu kita
mencapai sebuah tujuan. Persoalan yang segera muncul dalam konteks ini tentu saja adalah
bagaimana cara kita memulai membuat jejaring lalu mengelolanya. Kebanyakan orang membangun
jejaring ketika membutuhkan sesuatu, tetapi idealnya, diperlukan tiga hal dalam membuat jejaring
yaitu : mulailah dengan membangun kepercayaan, tetapkanlah tujuan dan seleksi kontak yang kita
miliki.
Membangun jejaring pada dasarnya membangun kepercayaan. Karena sekuat apapun sebuah
jaringan yang terjalin tanpa kepercayaan, ia laksana sarang laba-laba, rapuh tak memiliki kekuatan
apa-apa. Dari seluruh orang yang kita kenal coba kita perhatikan, berapa yang kita yakin dan percaya
pada orang-orang tersebut. Jawabannya adalah, semakin dekat dan kita kenali dengan baik, maka
semakin yakin dan percayalah kita pada seseorang. Sebaliknya, semakin kita tidak punya informasi,
maka semakin kita kesulitan untuk bisa percaya.
Inilah hukum jejaring, tak kenal maka tak terhubung. Walau begitu, bila pun kita kita bisa kenal dan
mendapatkan informasi ada satu cara cerdas kita tetap mendapatkan kesempatan untuk bisa
terhubung. Cara itu tidak lain adalah dengan model referensi. Dengan pola ini, kita akan
mendapatkan kualitas jaringan yang sama karena adanya pihak lain yang bersedia memberikan
garansi terhadap jaringan baru yang akan kita tumbuhkan. Dengan model ini, jaringan yang akan kita
bangun tak akan mengalami kendala.
Secara definisi, mengembangkan jejaring, menurut Dianne Darling dalam bukunya Networking for
Career Success, adalah seni membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan. Ada tiga jenis manusia di dunia ini : mereka yang membuat sesuatu terjadi,
mereka yang hanya memperhatikan sesuatu terjadi, dan mereka yang selalu khawatir terhadap
apa yang terjadi. Kita termasuk tipe yang mana ? Yang terbaik tentu saja mereka yang membuat
sesuatu terjadi dan mengetahui orang lain yang bisa membuat segala sesuatu terjadi. Dengan
berusaha mengenali pihak lain dan membiarkan mereka mengenal kita, maka kita memulai siklus
jejaring.
Reputasi dan kepercayaan sangat penting dalam jejaring. Reputasi adalah pandangan orang lain
terhadap kita. Ia ditentukan oleh kesan pertama. Reputasi dibangun agar orang lain mengenali kita -
bilamana kita efektif, bilamana kita bekerja baik dengan orang lain, bilamana kita tulus, bilamana
kita menghormati orang lain, dan sebagainya.Menjadi orang yang handal (reliable) sangat penting
untuk tumbuhnya kepercayaan. Kita bisa jadi akan menghancurkan reputasi sendiri jika bertindak
tidak konsisten atau tidak bisa diduga.
2. Tetapkanlah Tujuan
Tujuan dalam membangun sebuah jejaring amat penting. Sebelum memulainya, ada baiknya kita
dengan yakin membuat dan menetapkan sebuah tujuan. Tujuan ini juga bernilai strategis, karena
dengan tujuan yang jelas, kita mengetahui apa yang ingin kita raih. Tujuan yang kita miliki haruslah
dibuat dengan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Timed). Dengan SMART kita
bisa mengukur sejauhmana tujuan yang telah kita lakukan mencapai sesuatu.
Dalam menetapkan tujuan juga kita harus terbukaterhadap setiap peluang yang ada. Namun saat
yang sama, kita juga harus Hhati-hati dengan sejumlah peluang yang ada di hadapan, jangan
sampai peluang-peluang itu membuat tujuan yang dibangun justeru tidak focus. Sebaliknya bila
tujuan yang dimiliki terlalu fokus, ini juga dikhawatirkan akan menyebabkan kondisi yang terlalu
kaku dalam aspek perencanaannya. Jadi dalam menetapkan tujuan, harus dibuat mana yang
memiliki fleksibilitas dan mana yang memang bersifat tetap. Jangan sampai ketika kita kurang
memahami aspek tadi, sejumlah peluang akan hilang.
Dalam kaitan membangun jejaring kita tidak bisa tidak bersentuhan dengan kontak kita, baik yang
berstatus teman-teman, kolega kerja, anggota keluarga, dan berbagai kontak lainnya. Dari daftar
seperti itulah kita akan memulai melakukan kontak. Tapi, bila kita ingin memperluas jaringan yang
kita miliki, maka kita harus pula mulai berbicara dengan orang-orang yang sama sekali tidak dikenal.
Ketika kita berkomunikasi dengan orang asing dan membuat hubungan, kita telah menyelesaikan
satu langkah kunci di dalam membangun jejaring. Makin sering kita melakukannya, maka akan
semakin percaya diri. Cobalah hal yang sama kepada orang lain yang sekadar kenal.
Kita memiliki lebih banyak orang yang telah dikenal. Tetapi, pernahkah kita mengelompokkan
mereka secara spesifik, misalnya jejaring alumni, jejaring bisnis, jejaring tetangga, dan seterusnya?
Lalu, pernahkah kita membangun jejaring berdasarkan kesamaan hobi? Galilah informasi tentang
jejaring itu lebih jauh. Juga dengan siapa saja kita merasa nyaman berbicara, dengan dengan siapa
saja yang tidak?
Dalam menyusun data jejaring, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Bersikap bijaklah di dalam tiga
hal yaitu : politik, agama, dan gender. Berhati-hatilah berbicara tentang hal tersebut. Hindarkan
upaya mengasingkan orang lain. Berikutnya, kita juga harus fokus pada kualitas, bukan kuantitas.
Setiap orang umumnya mengenali 200-250 orang. Secara otomatis, terlalu jauh untuk mewujudkan
jejaring melibatkan 10.000 orang. Sedikit sekali orang yang mampu membangun jejaring sebesar itu
secara baik. Tapi, jika kita fokus pada hubungan yang baik, jejaring 200-250 orang itu lebih dari
cukup.
Peliharalah informasi jejaring agar tetap terorganisasi dengan baik dan paling mutakhir. Sekarang
identifikasi orang-orang dalam jejaring kita, telaah masing-masing mereka menurut bagaimana
mereka bisa membantu dan kita membantu mereka. Banyak orang dalam hidup kita yang ada hanya
karena kita menyukainya dan tanpa ada agenda spesifik. Yang lain adalah orang yang ingin
membantu kita dalam kehidupan profesional maupun personal, dan sebaliknya, kita juga ingin
membantu mereka.
egiatan usaha mikro kecil, saya sering menjumpai banyak diantara UMKM yang susah untuk
berkembang (jalan ditempat) meski sudah dikelola lama dan berbagai treatment dasar sudah
dijalankan, misalnya terkait permodalan, manajemen usaha, dan kualitas produk. Sementara itu,
kita juga menyaksikan cukup banyak usaha-usaha baru dengan modal pas-pasan dalam waktu
singkat mampu berkembang dengan pesat. Lalu apa yang salah atau kurang dalam pengelolaan
usaha tersebut?
Usut punya usut ternyata usaha-usaha yang cepat berkembang tersebut ternyata memiliki
jaringan kerja (kemitraan) yang sangat luas. Mereka sadar betul bahwa di era globalisasi, adalah
suatu kenyataan bahwa tidak ada satu entitas (organisasi) yang mampu berdiri sendiri terpisah
dari entitas yang lain. Secara garis besar, kita sangat membutuhkan Jejaring Kerja (networking)
untuk menjadikan kehidupan kita lebih sukses. Agung Sudjatmoko (2009) menyatakan bahwa:
Lembaga/ Instansi /
No Pola Kemitraan Peran Lembaga
yg Relevan
Dukungan
Penyusunan peraturan perundangan
politik, (budget, Legislatif (DPR/
1 peraturan termasuk
DPRD)
perundangan, penganggaran di APBD/APBN
Proteksi, dll)
2. Pola Subkontrak
adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar,
yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah
atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.
adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar,
yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil
atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha
Besar mitranya.
4.Pola Keagenan
adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.
5. Pola Waralaba
adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan
lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan
disertai bantuan bimbingan manajemen.
Pola/model lainnya dalah membangun kemitraan dengan CSR (corporate
social responsibility), baik itu BUMN maupun BUMS.
Bagaimana langkah-langkah membangun kemitraan bisnis?
Secara normatif langkah-langkah dalam membangun kemitraan adalah sebagai berikut,
meskipun dalam pelaksanaannya tidak selalu berurutan dan perlu dilakukan semua, yaitu: