PENDAHULUAN
Kemitraan merupakan model pengelolaan sumber daya yang tepat bila terkait
dengan barang publik (public goods) misalnya dalam hal pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan seperti program menabung pohon dimana ba1ik masyarakat maupun
pemerintah memiliki kepentingan dengan keberadaannya. Masyarakat sekitar lahan yang
ditanami pohon baik secara ekonomi maupun sosial sangat berharap banyak terhadap
pohon yang ditanam. Sementara, disisi yang lain pemerintah memiliki kepentingan yang
1
lebih besar terhadap penanaman kembali lahan kritis, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi
juga dari sisi ekologi.
Seperti hal nya Bidan Komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Sasaran bidan komunitas adalah ibu dan anak yang
berada dalam keluarga dan masyarakat . Dan dalam kelanjutannya bidan komunitas
memiliki kegiatan berupa pelayanan kesehatan yang lebih sfesifik ke ibu dan anak di
Puskesmas,rumah sakit,kunjungan rumah,Imunisai dan lain lain. Dan kegiatan itu akan
berjalan dengan baik apabila kita melakukan kemitraan dengan para warga sekitarnya
dari toga,toma sampai kepemerintahan agar dapat mrangkul dengan baik kerjasamanya
Hal ini menjadi alasan kami dalam makalah “Jejaring Kerja di Komunitas” ingin
menambah pengatahuan dan mengetahui kegiatan apa saja yang dapat di lakukan oleh
bidan komunitas di masyrakat. ”
1.3 TUJUAN
1. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas pada jurusan D3 Kebidanan Semester IV.
2. Agar dapat menciptakan jejaring kerjasama dan jejaring kerja di komunitas yang sesuai
dengan daerah tersebut dan menjalankannya dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun
Jejaring Kerja (kemitraan ) yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja
(kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organiasi
tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan
tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan industry
(dudi), tokoh masyarakat dan stake holder lainnya.
2. Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan masyarakat
sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan
kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi,
peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar.
Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang
program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan
kebutuhan pasar.
4
C. Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
1. Kesamaan visi-misi;
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan
tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan\perekat pola
kemitraan. Dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang
sama.
2. Kepercayaan (trust) Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang
tidak kalah penting adalahadanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Oleh
karena itu kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring dan kemitraan.
Untuk dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad (niat)
yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran
3. Saling menguntungkan;
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, merasa
tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja
sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran
masing-masing dan merasa diuntungkan.
4. Efisiensi dan efektivitas;
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tanaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil. Justru sebaliknya dapat
meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas
pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja.
Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra
tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih efektif.
5. Komunikasi timbal balik;
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama lain merupakan
fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka akan
terjadi dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang
sudah dibangun.
5
6. Komitmen yang kuat;
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen
satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/
leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana
kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11)
Tujuan dari kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam kebidanan
komunitas antara lain :
6
komunikasi yang efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan
kesepakatan bersama.
3. Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
memaksimalkan keuntungan semua pihak. Tujuan utama dari kemitraan di bidang
kesehatan adalah menggalang kekuatan untuk memecahkan dan menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, memaksimalkan manfaat
atau keuntungan adalah merupakan harapan bersama dari sebuah kemitraan.
4. Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama. Komitmen adalah suatu
kesediaan dan pengorbanan ( waktu, pikiran, tenaga, dan sebagainya) masing-masing
anggota kemintraan terhadap program atau upaya pemecahan masalah kesehatan yang
telah disepakati bersama. Dalam komitmen pasti ada pengorbanan dari masing-
masing anggota.
5. Tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif atau berdaya guna dan berhasil
guna.
7. Pendekatan yang digunakan dalam kerjasama lintas program dan lintas sektoral antara
lain.
a. Input
Input sebuah kemitraan adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh masing-
masing unsur yang terjalin dalam kemitraan, terutama sumber daya manusia, dan
sumber daya yang lain seperti dana, sistem informasi, teknologi, dan sebagainya.
Selain itu, jumlah atau banyaknya mitra yang terlibat juga merupakan input.
b. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya adalah kegiatan-kegiatan untuk
membangun kemitraan tersebut.\
c. Output
Output adalah terbentuknya kerja atau networking, forum, dan sebagainya yang
terdiri dari berbagai unsur dan tersusunnya program dan pelaksanaannya berupa
kegiatan bersama dalam rangka memecahkan masalah kesehatan. Selain itu, juga
tersusun uraian tugas dan fungsi untuk masing-masing anggota.
7
d. Outcome
Outcome adalah dampak dari pada kerjasama terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Oleh sebab itu, outcome dapat dilihat dari indikator-indikator derajat
kesehatan masyarakat, yang sebenarnya merupakan akumulasi dari dampak
upaya-upaya lain di samping kemitraan. Dengan demikian, outcome adalah
meningkatnya angka atau indikator kesehatan ,misalnya meningkatnya status gizi
anak balita, meningkatnya penduduk yang terakses air bersih, dan lain
sebagainya.
Peran serta masyrakat dalam pembangunan kesehatan adalah suatu proses di mana
individu,keluarga dan lembaga masyarakatn termasuk swasta ikut mengambil
tanggung jawab atas kesehatan diri,keluarga dan masyarakatnya.
Prinsip peran serta masyrakat adalah mengutamakan masyrakat,berbasis
pengetahuan masyrakat,dan melibatkan seluruh anggota masyrakat dengan
memperhatikan tipologi peran serta masyrakat yaitu sebgai berikut :
a. Mendorong/mempercepat terjadinya perubahan
b. Mobilisasi diri sendiri
c. Terlibat dalam suatu tujuan bersama dan saling mendorong
d. Terlibat dalam memberikan dukungan
e. Terlibat dalam memberikan Informasi
8
b) Organisasi pelayanan kesehatan masyrakat yang berdasrkan partisipasi
masyrakat adalah salah satu bentuk perorganisasian masyrakat. Hal ini berarti
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyrakat sendiri.
c) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyrakat sendiri atas
dasar sukarela,.
9
sampai akhir, mulai dari identifikasi masalah,menentukan
prioritas,perencanaan program,pelaksanaan sampai dengan monitoring.
10
2.4 Strategi Jejaring Kerja dari Toma,Toga,Pemerintahan,Kader dan Dukun
Beranak
A.Toma
B.Toga
Tokoh agama berperan strategis sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
yakni sebagai pribadi dengan bekal wibawa, berilmu, memiliki integritas kemampuan
yang mempunyai modal komunikasi dengan masyarakat. Peranan ini tidak gampang,
sehingga wajar apabila posisinya dinilai strategis. Keterlibatan tokoh agama dianggap
bisa menjadi penterjemah dan pencerah mengenai apa yang disampaikan kepada
masyarakat agar masyarakat dapat menghayati dan merasa hal tersebut penting.
Keunggulan tokoh agama adalah bisa berkomunikasi dengan cara mendekatkan apa
11
yang dibutuhkan oleh pemerintah dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat serta
menjadi sosok teladan dengan mengenali strategi untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera.
Fungsi tokoh agama dan tokoh masyarakat adalah sebagai mitra dari birokrasi
untuk merumuskan nilai-nilai agama sebagai dasar kehidupan. Agama juga berfungsi
sebagai pondasi perencanaan dan pembangunan untuk masyarakat yang gemar
beribadah, masyarakat makmur, masyarakat yang aman, serta merupakan pemimpin
masyarakat dan sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat.
C. Pemerintahan
Provider adalah sector-sektor yang bertanggung jawab secara teknis terhadap
program-program yang dikembangkan dalam pengembangan kemampuan masyarakat
untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong.
Perlu adanya kesamaan presepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan
yang di tempuh serta sepakat untuk mensukseskan.
12
Langkah-langkah pengembangan provider:
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional atau ragional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sector diberbagai tingkat administrasi
sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola
pelaksanaan serta makro. Bentuknya lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh oleh sector kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan data umum, data khusus dan
data perilaku.
Contoh Penerapannya
1. Kepala desa
a) Memberikan produk hokum guna kelancaran oprasional poskesdes
13
b) Menggalang kader dan tenaga PKK
c) Mengupayakan infrastuktur poskedes
d) Melakukakan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta
e) Menggalang dana
f) Melaksanakan pembinaan administrasi
2. Lintas sector desa
a) Mengkoordinasi program/kegiatan soktor dengan program/kegiatan
poskesdes
b) Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan
poskesdes
3. Petugas puskesmas
a) Melaksanakan monitoring, pembinaan, dan evaluasi yang berkaitan
dengan teknis medis
b) Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial lainnya
c) Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan
d) Melakukan fasilitas pelayanan kesehatan apabila di perlukan
4. Camat
a) Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada
b) Mengupayakan infrastruktur poskesdes
c) Menggalang dana untuk oprasional poskesdes
d) Menggalang kader dan tenaga PKK
e) Melaksanakan pembinaan administrasi
5. Peran dinas kesehatan kabupaten/kota
a) Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat kabupaten/kota
dalam rangka pengembangan poskesdes
b) Merevitalisasi puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
melaksanakannya fungsi dan menyelenggarakannya pelayanan kesehatan
secara optimal
c) Merevitalisasi rumah sakit sehingga mampu melaksanakan pelayanan
rujukan dengan baik
d) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader
14
e) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
kabupaten dalam rangka pengembangan poskesdes
f) Menyediakan dukungan anggaran dan sumber daya untuk kesinambungan
dan kelestarian poskesdes
6. Peran dinas kesehatan provinsi
a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan poskesdes
b) Membantu dinas kesehatan kabupatan/kota dalam mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan manajemen dan pelatihan teknis
c) Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota dalam mengembangkan
kemampuan (revitalisasi) puskesmas dan jaringannya dalam rangka
pengembangan poskesdes
d) Melakukan advokasi keberbagai pihak
e) Menyediakan dukungan anggaran dan sumber dana lain untuk
kesinambungan dan kelestarian poskesdes
7. Peran kementrian kesehatan
a) menyusun konsep dan pedoman pengembangan poskesdes dan melakukan
sosialisasi serta advokasi
b) memfasilitasi pembangunan poskesdes
c) memfasilitasi pembangunan survailens, system informasi/pelaporan, dan
system kesipsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat
d) memvasilitasi revitalisasi dinas kesehatan, puskesmas dan jaringannya,
rumah sakit dan posyandu
e) memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk poskesdes
f) menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi
8. peran pemangku kepentingan
a. peran pemerintah daerah
memberikan dukungan kebijaksanaan, sarana, dan dana untuk
penyelenggaraan poskesdes
15
mengkoordinasikan penggerakkan masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan poskesdes
mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan
melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan poskesdes
secara berkesinambungan dan lestari
b. tim penggerak PKK
berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan poskesdes
menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan, dan
memanfaatkan poskesdes.
D. Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader
yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu
dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan
menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari
sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau
partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau
bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader
16
kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan
secukupnya oleh masyarakat setempat.
E.DUKUN BAYI
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
(Dep Kes RI. 1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita
yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar
secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta
melalui petugas kesehatan.
18
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses
persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, belajar
berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan
keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari
pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur
2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan
19
Persalinan yang aman
Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi
20
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun
antara lain :
a. Kelebihan
b. Kekurangan
a) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
b) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan
bayi baru lahir.
Fungsi Bidan
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan,
yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar
21
fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan
program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.
Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader
diantaranya:
Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI
ekslusive.
Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan
penyuluhan KB.
22
Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan
yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat
dan sasaran.
Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara
dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari
dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang
menjadi tanggung jawab bidan.
Wewenang Bidan
Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru lahir,
pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian imunisasi perawatan,
petunjuk pemberian makanan.
23
Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal
yang tidak diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Jadi bila terjadi
tuntutan hukum pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka
yang dituntut adalah bidan yang bersangkutan.
Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai
dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun
memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara
penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih
tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun
dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka
memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota
masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam
program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan
kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan
yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang
24
kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang
mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di
kurangi atau di cegah sedini mungkin
b. Fase II : Pelatihan
25
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah.
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati,
memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar
bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat kesehatan
d. Petugas imunisasi
e. Petugas gizi
26
Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama
dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun
bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut
dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan
(bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut
semakin meningkat.
27
a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur
terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi badan
kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan
riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain)
Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam
sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan
bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air
ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah
atau mengalami kesakitan yang hebat.
a. Tetanus neonatorum
28
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami
tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus
menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan.
Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan,
akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus
neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian
bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus
noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat
menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat,
kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril.
Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang
mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot
leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut
lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di
harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu
untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.
Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak
bisa menetek.
Mulut mencucu seperti mulut ikan.
Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.
29
a. Gizi pada ibu hamil.
Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat
lima sempurna.
Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari
seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
Tidak ada pantangan makan selama hamil.
Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam.
Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi,
nasi tim dan nasi lembik.
Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu,
tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.
Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring
Penyuluhan KB
30
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk
menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga,
Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun
c. Sosial ekonomi
d. Tingkat pendidikan
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan
malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu
idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
31
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan
bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun
dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan
yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan
kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan
imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir,
misalnya memandikan bayi.
Solusi :
c. Sosial Ekonomi
32
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang
rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang
demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena melahirkan di
dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat
di angsur.
Solusi :
d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan
mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar
belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima
pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk dukun bayi
yang sudah lama ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan pembinaan dan
kemitraan.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
program yang mendukung seperti Posyandu,Poskesdes, serta untuk para kader
Program Peminat Kesehatan Ibu dan Anak, serat Asuhan Sayang Ibu.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas Individu (ibu dan anak), keluarga dan
masyarakat. Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan
kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat
sejahtera dalam komunitas tertentu
Jaringan kerja kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas
pembantu dimana bidan sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS
ataupun rumah pasien sebagai pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan
pelaksana.
3.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Depkes RI,
(1999). Bidan di Masyrakat, Jakarta (BA-3)
Yuswanto, Tri Johan Agus & Rita Yulifah.(2009) Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta.Salemba
Medika
36