Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang


bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan
adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka
pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan
komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu

Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sarana


kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan
komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang
diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.

Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah


bagian dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya
dari sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu
dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya. Dapat ditemukan
disini bahwa unsur-unsur yang tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan,
pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.
Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system pelayanan
kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana.

Kemitraan merupakan model pengelolaan sumber daya yang tepat bila terkait
dengan barang publik (public goods) misalnya dalam hal pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan seperti program menabung pohon  dimana ba1ik masyarakat maupun
pemerintah memiliki kepentingan dengan keberadaannya. Masyarakat sekitar lahan yang
ditanami pohon baik secara ekonomi maupun sosial sangat berharap banyak terhadap
pohon yang ditanam. Sementara, disisi yang lain pemerintah memiliki kepentingan yang

1
lebih besar terhadap penanaman kembali lahan kritis, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi
juga dari sisi ekologi.

Seperti hal nya Bidan Komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu. Sasaran bidan komunitas adalah ibu dan anak yang
berada dalam keluarga dan masyarakat . Dan dalam kelanjutannya bidan komunitas
memiliki kegiatan berupa pelayanan kesehatan yang lebih sfesifik ke ibu dan anak di
Puskesmas,rumah sakit,kunjungan rumah,Imunisai dan lain lain. Dan kegiatan itu akan
berjalan dengan baik apabila kita melakukan kemitraan dengan para warga sekitarnya
dari toga,toma sampai kepemerintahan agar dapat mrangkul dengan baik kerjasamanya
Hal ini menjadi alasan kami dalam makalah “Jejaring Kerja di Komunitas” ingin
menambah pengatahuan dan mengetahui kegiatan apa saja yang dapat di lakukan oleh
bidan komunitas di masyrakat. ”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk Menciptakan jejaring kerja di kominitas seperti terhadap Tokoh Masyarakat,


Tokoh Agama, Pemerintah, Kader dan Dukun Beranak terhadap Bidan komunitas.

1.3 TUJUAN

1. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komunitas pada jurusan D3 Kebidanan Semester IV.
2. Agar dapat menciptakan jejaring kerjasama dan jejaring kerja di komunitas yang sesuai
dengan daerah tersebut dan menjalankannya dengan baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jejaring Kerja


A. Pengertian Jejaring Kerja

Jejaring kerja (kemitraan) atau sering disebut partnership, secara etimologis


berasal dari akar kata partner.Partnership diterjemahkan persekutuan atau perkongsian.
Dengan demikian, kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara
dua pihak atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama di suatu bidang usaha
tertentu atau tujuan tertentu sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
Pendapat senada disampaikan Agung Sudjatmoko dalam bukunya yang berjudul
Cara Cerdas Menjadi Pengusaha Hebat bahwa ”kemitraan bisnis merupakan kerjasama
terpadu antara dua belah pihak atau lebih, secara serasi, sinergis terpadu, sitematis dan
memiliki tujuan untuk menyatukan potensi bisnis dalam mengahasilkan keuntungan yang
optimal”.
Membangun jejaring kerja (kemitraan) pada hakekatnya adalah sebuah proses
membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide, informasi dan sumber daya atas
dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak yang
bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan guna
mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar. Dari definisi di atas dapat dijelaskan
bahwa membangun Jejaring Kerja (kemitraan) dapat dilakukan jika pihak-pihak yang
bermitra memenuhi persyaratan berikut:
1. Ada dua pihak atau lebih organisasi/lembaga
2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi/lembaga.
3. Ada kesepakatan/kesepahaman
4. Saling percaya dan membutuhkan
5. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

3
B. Tujuan Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dalam membangun
Jejaring Kerja (kemitraan ) yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat; Salah satu tujuan membangun Jejaring Kerja
(kemitraan) adalah membangun kesadaran masyarakat terhadap eksistensi organiasi
tersebut, menumbuhkan minat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan oranisasi. Masyarakat disini memiliki arti luas tidak hanya pelanggan
tetapi termasuk juga pengguna, dinas atau departemen terkait, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, lembaga pendidikan, dunia usaha dan industry
(dudi), tokoh masyarakat dan stake holder lainnya.
2. Peningkatan mutu dan relevansi; dinamika perubahan/perkembangan masyarakat
sangat tinggi. Lembaga kursus jika ingin tetap eksis harus mampu bersaing dengan
kompetitor lain. Untuk itu, organisasi dituntut untuk terus melakukan inovasi,
peningkatan mutu dan relevansi program yang dibuatnya sesuai kebutuhan pasar.
Untuk itu, membangun Jejaring Kerja (kemitraan) diperlukan guna merancang
program yang inovatif, meningkatkan mutu layanan dan relevansi program dengan
kebutuhan pasar.

Dalam memberikan asuhan kebidanan di Komunitas,bidan harus mempunyai


pandangan bahwa masyrakat adalah mitra dengan focus utama anggota masyrakat.
Anggota masyrakat sebagai intinya dipengaruhi oleh subsitem komunitas
yaitu ,lingkungan,pendidikan,keamanan dan transportasi,politik dan
pemerintah,pelayanan kesehatan dan sosial,komunikasi,ekonomi,serta rekreasi. Salah
satu cara untuk memahami dan mempelajari subsistem-subsistem tersebut adalah dengan
membimbing,menggerakkan dan memberdayakan masyarakat melalui kemitraan.
Kemitraan bidan di komunitas dapat dilakukan dengan LSM
setempat,organisasi ,masyarakat,organisasi sosial , kelompok masyrakat yang melakukan
upaya untuk mengembalikkan individu ke lingkungan keluarga dan masyrakat. Terutama
pada kondisi dimana stigma masyrakat perlu dikurangi ( misalnya penderita
TBC,pecandu narkoba,korban perkosaan dan prostitusi )

4
C. Prinsip dalam Membangun Jejaring Kerja (Kemitraan)
1. Kesamaan visi-misi;
Kemitraan hendaknya dibangun atas dasar kesamaan visi dan misi dan
tujuan organisasi. Kesamaan dalam visi dan misi menjadi motivasi dan\perekat pola
kemitraan. Dua atau lebih lembaga dapat bersinergi untuk mencapai tujuan yang
sama.
2. Kepercayaan (trust) Setelah ada kesamaan visi dan misi maka prinsip berikutnya yang
tidak kalah penting adalahadanya rasa saling percaya antar pihak yang bermitra. Oleh
karena itu kepercayaan adalah modal dasar membangun jejaring dan kemitraan.
Untuk dapat dipercaya maka komunikasi yang dibangun harus dilandasi itikad (niat)
yang baik dan menjunjung tinggi kejujuran
3. Saling menguntungkan;
Asas saling menguntungkan merupakan fondasi yang kuat dalam membangun
kemitraan. Jika dalam bermitra ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, merasa
tidak mendapat manfaat lebih, maka akan menggangu keharmonisan dalam bekerja
sama. Antara pihak yang bermitra harus saling memberi kontribusi sesuai peran
masing-masing dan merasa diuntungkan.
4. Efisiensi dan efektivitas;
Dengan mensinergikan beberapa sumber untuk mencapai tujuan yang sama
diharapkan mampu meningkatkan efisiensi waktu, biaya dan tanaga. Efisiensi
tersebut tentu saja tidak mengurangi kualitas proses dan hasil. Justru sebaliknya dapat
meningkatkan kualitas proses dan produk yang dicapai. Tingkat efektifitas
pencapaian tujuan menjadi lebih tinggi jika proses kerja kita melibatkan mitra kerja.
Dengan kemitraan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari pihak yang bermitra
tentang siapa melakukan apa sehingga pencapaian tujuan menjadi lebih efektif.
5. Komunikasi timbal balik;
Komunikasi timbal balik atas dasar saling menghargai satu sama lain merupakan
fondamen dalam membangun kerjasama. Tanpa komunikasi timbal balik maka akan
terjadi dominasi satu terhadap yang lainnya yang dapat merusak hubungan yang
sudah dibangun.

5
6. Komitmen yang kuat;
Jejaring Kerja sama akan terbangun dengan kuat dan permanen jika ada komitmen
satu sama lain terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

  2.2. Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas


Pembantu, Polindes, Posyandu, BPS,  Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan,
1996 : 235) Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali
kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing –
masing,    selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan
menerima saran serta turut bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan
hasilnya.

Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/
leader di mana bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana
kegiatan kebidanan di komunitas. (Meilani, dkk, 2009 : 11)

Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program


dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang
dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE,
Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas sektor merupakan
kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya.

Tujuan dari kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam kebidanan
komunitas antara lain :

1. Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi kewajiban peran masing-masing dalam


pembangunan kesehatan. Intinya adalah kerja sama lintas program dan sektoral untuk
memecahkan suatu masalah kesehatan. Oleh karena itu fungsi koordinasi yang
dilakukan oleh sektor kesehatan merupakan suatu keharusan.
2. Meningkatkan komunikasi antara sektoral pemerintahan dan swasta tentang masalah
kesehatan. Agar saling memahami di antara anggota dan mitra, maka diperlukan

6
komunikasi yang efektif melalui pertemuan-pertemuan berkala berdasarkan
kesepakatan bersama.
3. Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan dan
memaksimalkan keuntungan semua pihak. Tujuan utama dari kemitraan di bidang
kesehatan adalah menggalang kekuatan untuk memecahkan dan menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, memaksimalkan manfaat
atau keuntungan adalah merupakan harapan bersama dari sebuah kemitraan.
4. Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama. Komitmen adalah suatu
kesediaan dan pengorbanan ( waktu, pikiran, tenaga, dan sebagainya) masing-masing
anggota kemintraan terhadap program atau upaya pemecahan masalah kesehatan yang
telah disepakati bersama. Dalam komitmen pasti ada pengorbanan dari masing-
masing anggota.
5. Tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif atau berdaya guna dan berhasil
guna.
7. Pendekatan yang digunakan dalam kerjasama lintas program dan lintas sektoral antara
lain.
a. Input
Input sebuah kemitraan adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh masing-
masing unsur yang terjalin dalam kemitraan, terutama sumber daya manusia, dan
sumber daya yang lain seperti dana, sistem informasi, teknologi, dan sebagainya.
Selain itu, jumlah atau banyaknya mitra yang terlibat juga merupakan input.
b. Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya adalah kegiatan-kegiatan untuk
membangun kemitraan tersebut.\
c. Output
Output adalah terbentuknya kerja atau networking, forum, dan sebagainya yang
terdiri dari berbagai unsur dan tersusunnya program dan pelaksanaannya berupa
kegiatan bersama dalam rangka memecahkan masalah kesehatan. Selain itu, juga
tersusun uraian tugas dan fungsi untuk masing-masing anggota.

7
d. Outcome
Outcome adalah dampak dari pada kerjasama terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Oleh sebab itu, outcome dapat dilihat dari indikator-indikator derajat
kesehatan masyarakat, yang sebenarnya merupakan akumulasi dari dampak
upaya-upaya lain di samping kemitraan. Dengan demikian, outcome adalah
meningkatnya angka atau indikator kesehatan ,misalnya meningkatnya status gizi
anak balita, meningkatnya penduduk yang terakses air bersih, dan lain
sebagainya.

2.3 Peran serta Masyarakat dan Pendekatan di Masyarakat

Peran serta masyrakat dalam pembangunan kesehatan adalah suatu proses di mana
individu,keluarga dan lembaga masyarakatn termasuk swasta ikut mengambil
tanggung jawab atas kesehatan diri,keluarga dan masyarakatnya.
Prinsip peran serta masyrakat adalah mengutamakan masyrakat,berbasis
pengetahuan masyrakat,dan melibatkan seluruh anggota masyrakat dengan
memperhatikan tipologi peran serta masyrakat yaitu sebgai berikut :
a. Mendorong/mempercepat terjadinya perubahan
b. Mobilisasi diri sendiri
c. Terlibat dalam suatu tujuan bersama dan saling mendorong
d. Terlibat dalam memberikan dukungan
e. Terlibat dalam memberikan Informasi

Dasar Filosofi Peran Serta Masyrakat


a) Community feel need. Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat
sendiri,maka masyrakat itu memerlukan pelayan tersebut,sehingga adanya
pelayanan tersebut ,sehingga adanya pelayanan kesehatan bukan karena
diturunkan dari atas,tetapi tumbuh dari bawah ( dari masyrakat untuk
masyrakat)

8
b) Organisasi pelayanan kesehatan masyrakat yang berdasrkan partisipasi
masyrakat adalah salah satu bentuk perorganisasian masyrakat. Hal ini berarti
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyrakat sendiri.
c) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyrakat sendiri atas
dasar sukarela,.

Peran Serta Masyarakat


a. Peran serta masyrakat dengan Paksaan
Memaksa masyrakat untuk kontribusi dalam suatu program,baik melalui
perundang-undangan,peraturan maupuan dengan lisan sajaa. Car ini akan
lebih cepat dan mudah teatpi masyrakat merasa takut dan dipksa sehingga
tidak mempunyai rasa memiliki terhadap program.
b. Peran serta masyarakat dengan persuasi dan edukasi
Yakni partisipasi yang didasari oleh kesadaran , yang sukar ditumbuhkan dan
memakan waktu lama.Akan tetapi bila hal ini tercapai,masyarakat akan
mempunyai rtasa memiliki. Peran serta masyarakat ini bisa dimulai dengan
pemberian informasi yang jelas,pendidikan ,dan sebagainya.

Elemen – elemen Peran serta Masyarakat


a) Motivasi , Tanpa motivasi masyrakat sulit untuk berperan serta di segala
program. Motivasi harus timbul dari masyarakat itu sendiri,sedangkan pihak
luar hanya merangsang saja. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka merangsang timbulnya motivasi
b) Komunikasi Informasi Masyarakat , Melakukan interaksi secara terus-
menerus,berkesinambungan dengan masyrakat ,mengenai segala
permasalahan,dan kebutuhan masyrakat akan kesehatan.
c) Kooperasi , Keerjasama dengan instansi diluar kesehatan masyrakat dan
instansi kesehatan sendiri adalah mutalak diperlukan. Team work antara
mereka ini akan membantu menumbuhkan peran serta.
d) Mobilisasi, Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hsanya terbatas pada
tahap pelaksanaan program. Peran serta masyrakat dimulai seawala mungkin

9
sampai akhir, mulai dari identifikasi masalah,menentukan
prioritas,perencanaan program,pelaksanaan sampai dengan monitoring.

Metode Peran Sera Masyarakat


a. Pendekatan masyarakat
Diperlukasn untuk memperoleh Simpati Masyarakat yang di tujukan
terutama kepada pemimpin masyrakat,baik yang formal maupun non
formal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukkan panitia
Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa. Dengan tim kerja yang
dibentuk di setiap RT.
c. Survey diri
Setiap tim kerja di Rt melakukan survey di wilayahnya masing-masing
setelah itu diolah kemudian dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan Program
e. Perencanaan dilakukan oleh masyrakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survey diuri dari tim kerja. Dalam merencanakan program
ini,perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan.
f. Pelatihan
Pelatihan untuk kader kesehatan dilakukan secara sukarela dan ahrus
dipimpin oleh dokter puskesmas. Selain bidang teknis medis juga
meliputi manajeman kecil-kecilan dalam mengolah program-program
kesehatan tingkat desa serta system pencatatn ,pelaporan, dan rujukan.
g. Rencana evaluasi
Dalam menyusun rencana evaluasi perlu di tetapkan criteria-kriteria
keberhasilan suatu program secara sederhana yang mudah dilakukan
oleh masyrakat atau kader kesehatan ( Notoatmodjo 2007)

10
2.4 Strategi Jejaring Kerja dari Toma,Toga,Pemerintahan,Kader dan Dukun
Beranak

A.Toma

Tokoh masyrakat merupakan orang yang memiliki pengaruh dan di


hormati oleh masyrakat karena kekayaan pengetahuannya maupun kesuksesannya
dalam menjalani kehidupan. Ia menjadi contoh atau teladan bagi orang lain karena
polah pikir yang dibangun melalui pengetahuan yang dimiliki sehingga dipandang
sebagai seorang yang pandai dan bijaksanan juga menjadi panutan bagi orang banyak,
maka dari itu bidan komunitas dalam menjalankan program kerja untuk melakukan
kegiatannya dalam meningkatkan kesadaran masyrakat untuk kegiatan kesehatan.

Contohnya Pembinaan Jejaring Kerja di Tokoh masyarakat :


a. Menggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan penyelenggaraan
Poskesdes
b. Menaungi dan membina Poskesdes
c. Menggerakkan masyrakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Poskesdes
d. Organisasi kemasyrakatan atau Lembaga swadaya kemasyrakatan (LSM ) Dunia
Usaha Swasta : Berperan aktif dalam penyelenggaraan Poskesdes dan
memberikan dukungan sarana dan dana , pengembangan penyelenggaraan
Poskesdes.

B.Toga
Tokoh agama berperan strategis sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
yakni sebagai pribadi dengan bekal wibawa, berilmu, memiliki integritas kemampuan
yang mempunyai modal komunikasi dengan masyarakat. Peranan ini tidak gampang,
sehingga wajar apabila posisinya dinilai strategis. Keterlibatan tokoh agama dianggap
bisa menjadi penterjemah dan pencerah mengenai apa yang disampaikan kepada
masyarakat agar masyarakat dapat menghayati dan merasa hal tersebut penting.
Keunggulan tokoh agama adalah bisa berkomunikasi dengan cara mendekatkan apa

11
yang dibutuhkan oleh pemerintah dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat serta
menjadi sosok teladan dengan mengenali strategi untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera.

Fungsi tokoh agama dan tokoh masyarakat adalah sebagai mitra dari birokrasi
untuk merumuskan nilai-nilai agama sebagai dasar kehidupan. Agama juga berfungsi
sebagai pondasi perencanaan dan pembangunan untuk masyarakat yang gemar
beribadah, masyarakat makmur, masyarakat yang aman, serta merupakan pemimpin
masyarakat dan sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat.

Peran tokoh agama (TOGA) dalam masyarakat di komunitas :

1. Penerus dalam penyebaran ajaran dan keyakinan


Tugas utama tokoh agama adalah sebagai penerus penyebar ajaran agamanya.
Selain itu, sebagai penjaga iman para pengikutnya agar tidak goyah oleh pengaruh
buruk.
2. Panutan bagi pengikutnya
Peran kedua adalah menempatkan diri sebagai sosok panutan positif bagi
pengikutnya. Maka dari itu, sebagai tokoh ulama termasuk public figure, harus
pandai-pandai menjaga sikap dan ucapannya.
3. Penjaga perdamaian dan toleransi
Tugas lain yang paling beratdemi stabilitas adalah menjaga perdamaian dan
menumbuhkan toleransi antar umat beragama.

C. Pemerintahan
Provider adalah sector-sektor yang bertanggung jawab secara teknis terhadap
program-program yang dikembangkan dalam pengembangan kemampuan masyarakat
untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong.
Perlu adanya kesamaan presepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan
yang di tempuh serta sepakat untuk mensukseskan.

12
Langkah-langkah pengembangan provider:
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat.
Bertujuan untuk mendapat dukungan, sehingga dapat menentukan kebijakan
nasional atau ragional. Bentuknya pertemuan perorangan, dalam kelompok
kecil, pernyataan beberapa pejabat yang berpengaruh.
2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sector diberbagai tingkat administrasi
sampai dengan tingkat desa. Tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola
pelaksanaan serta makro. Bentuknya lokakarya, seminar, raker, musyawarah.
3) Pengumpulan data oleh oleh sector kecamatan/desa
Merupakan pengenalan situasi dan masalah menurut pandangan
petugas/provider. Macam data yang dikumpulkan data umum, data khusus dan
data perilaku.

Contoh Penerapannya

Pembinaan poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas sector.


Pembinaan teknis medis dilakukan oleh puskesmas, sedangkan pembinaan non-
medis dilakukan oleh pemerintahan desa dan lintas sector di tingkat kecamatan.
Pimbinaan poskesdes meliputi peningkatan pengetahuan, baik petugas kesehatan,
kader, maupun tenaga non-kesehatan , pembinaan administrasi, termasuk pengelolan
keuangan.
Pembinaan ini bertujuan memelihara operasionalisasi dan berfugsinya
poskesdes.Pembinaan tersebut di tunjukan pada pengelolahan sumber daya poskesdes
yang terdiri atas dana, sarana penunjang, dan sumber daya manusia. Pembinaan
dilaksanakan secara berjenjangmulai dari desa sampai pusat oleh berbagai pemangku
kepentingan .

Menciptakan jejaring kerja di komunitas tingkat pemerintah

1. Kepala desa
a) Memberikan produk hokum guna kelancaran oprasional poskesdes

13
b) Menggalang kader dan tenaga PKK
c) Mengupayakan infrastuktur poskedes
d) Melakukakan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta
e) Menggalang dana
f) Melaksanakan pembinaan administrasi
2. Lintas sector desa
a) Mengkoordinasi program/kegiatan soktor dengan program/kegiatan
poskesdes
b) Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan
poskesdes
3. Petugas puskesmas
a) Melaksanakan monitoring, pembinaan, dan evaluasi yang berkaitan
dengan teknis medis
b) Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial lainnya
c) Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan
d) Melakukan fasilitas pelayanan kesehatan apabila di perlukan
4. Camat
a) Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada
b) Mengupayakan infrastruktur poskesdes
c) Menggalang dana untuk oprasional poskesdes
d) Menggalang kader dan tenaga PKK
e) Melaksanakan pembinaan administrasi
5. Peran dinas kesehatan kabupaten/kota
a) Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat kabupaten/kota
dalam rangka pengembangan poskesdes
b) Merevitalisasi puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
melaksanakannya fungsi dan menyelenggarakannya pelayanan kesehatan
secara optimal
c) Merevitalisasi rumah sakit sehingga mampu melaksanakan pelayanan
rujukan dengan baik
d) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader

14
e) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
kabupaten dalam rangka pengembangan poskesdes
f) Menyediakan dukungan anggaran dan sumber daya untuk kesinambungan
dan kelestarian poskesdes
6. Peran dinas kesehatan provinsi
a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan poskesdes
b) Membantu dinas kesehatan kabupatan/kota dalam mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan manajemen dan pelatihan teknis
c) Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota dalam mengembangkan
kemampuan (revitalisasi) puskesmas dan jaringannya dalam rangka
pengembangan poskesdes
d) Melakukan advokasi keberbagai pihak
e) Menyediakan dukungan anggaran dan sumber dana lain untuk
kesinambungan dan kelestarian poskesdes
7. Peran kementrian kesehatan
a) menyusun konsep dan pedoman pengembangan poskesdes dan melakukan
sosialisasi serta advokasi
b) memfasilitasi pembangunan poskesdes
c) memfasilitasi pembangunan survailens, system informasi/pelaporan, dan
system kesipsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat
d) memvasilitasi revitalisasi dinas kesehatan, puskesmas dan jaringannya,
rumah sakit dan posyandu
e) memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk poskesdes
f) menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi
8. peran pemangku kepentingan
a. peran pemerintah daerah
 memberikan dukungan kebijaksanaan, sarana, dan dana untuk
penyelenggaraan poskesdes

15
 mengkoordinasikan penggerakkan masyarakat untuk berperan aktif
dalam penyelenggaraan poskesdes
 mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan
 melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan poskesdes
secara berkesinambungan dan lestari
b. tim penggerak PKK
 berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan poskesdes
 menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan, dan
memanfaatkan poskesdes.

D. Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader
yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu
dan anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan
menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari
sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau
partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau
bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader

16
kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan
secukupnya oleh masyarakat setempat.

Peran Fungsi Kader


Peranan Kader Kesehatan missal dalam kegiatan PPKIA. Secara umum peran
kader kesehatan adalah melaksanakan kegiatan pelayanan masyrakat untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan bersama masyrakat dan menggerakan masyarakat
untuk melaksanakan program KIA . Secara khusus kader ksehatan berperan memotivasi
masyrakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan,menyukseskan dan merencenakan
kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa atau kelurahan bersama masyrakat.Memberi
penyuluhan kesehatan terpadu KIA/KB , mengolah hasil kegiatan ( membuat laporan ,
merujuk ) , menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk membahas
masalah yang dihadapi dalam keluarga atau masyrakat, melakukan kunjungan rumah
pada keluarga binaan , dan membina diri melalui pertukaran pengalamn antar kader atau
mendapat pelatihan atau penyegaran
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a.       perilaku hidup bersih dan sehat
b.      pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c.       upaya penyehatan dilingkungan
d.      peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e.       ermasyarakatan keluarga sadar gizi
Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader
kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu:
a. pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan
penyakit yang ringan
b. melaksanakan pengobatan yang sederhana
c. pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum
dan sesudah melahirkan
d. menolong persalinan
e. pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak
17
f. memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
g. program penimbangan balita dan pemberian makanan
tambahan
h. pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan
pengobatan
i. melakukan penyuntikan imunisasi
j. pemberian motivasi KB
k. membagikan alat-alat KB
l. pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan
perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.
m. pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan
dan perujukan
n. pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit
menular dan perlunya memastikan diagnosis.
o. penenganan penyakit menular.
p. membantu kegiatan di klinik.
q. merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
r. membina kegiatan UKS secara teratur
s. mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas
membantu pencatatan dan pelaporan.

E.DUKUN BAYI

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
(Dep Kes RI. 1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita
yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar
secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta
melalui petugas kesehatan.

18
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses
persalinan seseorang, merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, belajar
berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi biasanya juga selain dilengkapi dengan
keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang dipelajarinya dari
pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur
2 tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat
untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun


bayi atau dukun beranak sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara
turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu
kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti
memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada
kelahiran anak dukun bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah
berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin upacara yang bersangkut paut
dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

Fungsi Dukun Bayi

Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah


fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan
pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya, maka
fungsi tambahan dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka program KIA, fungsi dukun bayi
meliputi:

 Perawatan ibu hamil normal

 Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan

 Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT

19
 Persalinan yang aman

 Perawatan masa nifas

 Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi

Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan


mereka terlibat secara aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun
bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di
masyarakat.Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan
kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat. dukun
bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.

Peran Dukun Bayi

1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
 Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat
memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
 Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
 Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan
benar
 Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya
dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun

20
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan
masyarakat. Terdapat kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun
antara lain :

a. Kelebihan

a) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.

b) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama

c) Persalinan dilakukan di rumah

d) Biaya murah dan tidak ditentukan.

b. Kekurangan

a) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.

b) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan
bayi baru lahir.

c) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam


program pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)

Fungsi Bidan

Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya


pelayanan KIA termasuk KB, di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan
fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat tugasnya dan melakukan
pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat
pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah
sesuai dengan kebutuhan.

Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan,
yaitu pelayanan terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar

21
fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu didukung oleh pengelolaan
program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.

Tugas Pokok Bidan

Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam


pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan tersebut, bidan di desa juga menjadi
pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan dengan
tugas utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.

Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta
masyarakat dalam program KIA khususnya pembinaan dukun bayi dan kader
diantaranya:

 Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas


kesehatan.

 Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.

 Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI
ekslusive.

 Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum


serta pertolongan pertamanya sebelum ditangani oleh petugas kesehatan

 Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi

 Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan
penyuluhan KB.

22
Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan
yang baik dengan masyarakat setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat
dan sasaran.

Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara
dukun dengan tenaga kesehatan sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari
dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan tugas-tugas lainnya yang
menjadi tanggung jawab bidan.

Wewenang Bidan

 Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penerangan dan penyuluhan


tentang kehamilan, persalinan, nifas, menyusukan dan perawatan buah dada,
keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.

 Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang


juga bekerja dalam pelayanan kebidanan dengan kemampuan yang lebih
rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji.

 Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan


persalinan normal, termasuk pertolongan letak sungsang pada multipara,
episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan
nifas dan menyusukan, pemberian uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi
tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.

 Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru lahir,
pengawasan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian imunisasi perawatan,
petunjuk pemberian makanan.

 Bidan juga mempunyai wewenang memberikan obat-obatan meskipun hanya


terbatas dan roboransia, pengobatan tertentu dibidang kebidanan, sepanjang
tidak melalui suntikan, pemberian obat-obat bebas terbatas dimana diperlukan
saja.

23
Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal
yang tidak diinginkan yaitu sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Jadi bila terjadi
tuntutan hukum pada hal hal yang dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka
yang dituntut adalah bidan yang bersangkutan.

Supervise / pembinaan adalah Bimbingan teknis yang terus menerus


danberkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.

Pembinaan menjangkau 2 aspek :

a. Pembinaan ketrampilan dukun bayi.

b. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.

Tujuan Pembinaan Dukun Bayi

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai
dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa perinatal sangat kecil atau dukun
memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara
penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih
tinggi.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun
dalam pengambilan keputusan, maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka
memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan di terima oleh anggota
masyarakat.

Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam
program KB dan pendidikan kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan
kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan
yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran tentang

24
kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang
mungkin muncul pada saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di
kurangi atau di cegah sedini mungkin

Langkah Pembinaan Dukun Bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan


dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang
dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam
pembinaan dukun adalah sebagai berikut:

a. Fase I : Pendaftaran Dukun

a) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar

b) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka


dalam penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II : Pelatihan

a) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment


b) Diberikan sertifikat
c) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu
d) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek

c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih

a) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih

b) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

Upaya Pembinaan Dukun Bayi

25
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah.
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati,
memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar
bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di
antaranya adalah sebagai berikut:

 Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.

 Melakukan pendekatan dengan para dukun.

 Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan


yang bersih dan aman.

 Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi


kehamilan dan bahaya proses persalinan.

 Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling


menguntungkan.

 Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi


kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan

a. Dokter

b. Bidan

c. Perawat kesehatan

d. Petugas imunisasi

e. Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi

a. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu

b. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

26
Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi

a. Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat


tinggal dukun.

b. Pertemuan rutin yang telah disepakat

c. Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi

d. Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

Klasifikasi Pembinaan Dukun

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:

1. Promosi Bidan Siaga

Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan
melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama
dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun
bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut
dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan
(bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut
semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan

Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan


pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang
beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan
merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan
deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:

27
a. Pengenalan golongan resiko tinggi

Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur
terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi badan
kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan
riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain)

b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan

Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada


kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan
wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi
gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus;
dan tidak mau makan

c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan

Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam
sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan
bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air
ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah
atau mengalami kesakitan yang hebat.

d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas

Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir;


keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; bengkak pada
muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara bengkak
disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.

3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan

a. Tetanus neonatorum

28
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami
tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus
menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan.
Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan,
akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus
neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian
bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus
noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat
menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat,
kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril.

Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang
mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot
leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut
lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di
harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu
untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :

 Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak
bisa menetek.
 Mulut mencucu seperti mulut ikan.
 Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
 Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :

 Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.


 Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau
diberi bermacam-macam ramuan.

4. Penyuluhan Gizi dan KB

29
a. Gizi pada ibu hamil.

 Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat
lima sempurna.
 Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
 Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari
seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.
 Tidak ada pantangan makan selama hamil.
 Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.

b. Gizi pada bayi

1) Usia 0-6 bulan

 Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam.
 Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
 Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian

2) Usia 6-9 bulan

Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat


dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lumat

3) Usia 9-12 bulan.

 Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi,
nasi tim dan nasi lembik.
 Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu,
tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
 Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan lain- lain.
 Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring

Penyuluhan KB

30
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk
menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga,
Mengatur jarak kehamilan tidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun

Macam alat kontrasepsi

 Untuk suami : Kondom dan Vasektomi


 Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

5. Pencatatan kelahiran dan kematian

Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang


ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

Hambatan dan Solusi Pembinaan Dukun

Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun


di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Sikap dukun yang kurang kooperatif

b. Kultur yang kuat

c. Sosial ekonomi

d. Tingkat pendidikan

a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif

Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan
malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu
idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.

Solusi :

31
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan
bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun
dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan tetapi, pembinaan
yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam pelayanan
kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan
imbalan sebagai ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir,
misalnya memandikan bayi.

b. Kultur yang Kuat

Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya


pembinaan dukun adalah sebagai berikut :

 Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.


 Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
 Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
 Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
 Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
 Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.

Solusi :

Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat,


misalnya pamong desa, para petua – petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh
pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan pentingnya pembinaan
dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada
masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat
yang dapat merugikan kesehatan terutama kesehatan ibu dan bayi.

c. Sosial Ekonomi

32
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang
rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang
demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena melahirkan di
dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya dapat
di angsur.

Solusi :

Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat


tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama
dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga
kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan
ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan
ambulans desa.

d. Tingkat pendidikan

Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan
mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar
belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima
pemahaman dan pengetahuan baru.

Solusi :

Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami


tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun.
Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga mereka dapat
memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk dukun bayi
yang sudah lama ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan pembinaan dan
kemitraan.

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan


kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayaan kebidanan
Peranan masyrakat di kebidanan komunitas memiliki peranan penting untuk
kesuksesan program pelayanan kesehatan, karena dengan ikut serta nya masyrakat
seluruh anggota masyrakat ikut serta dalam memecahkan masalah dan bertanggung
jawab terhadap kesehatan diri, keluaraga,lingkungan dan masyrakatnya. Dari
masyrakt untuk masyrakat.
Upaya melibatkan masyrakat dilakukan dengan menggalang potensi
masyrakat melalui organisasi-organisasibmasyrakat atau lembaga-lembaga swadaya
masyrakat,perusahaan=perusahaan swasta yang iktu membantu meringankan beban
penyelenggraan kesehatan masyrakata dan pemerintah juga sudah memiliki beberapa

34
program yang mendukung seperti Posyandu,Poskesdes, serta untuk para kader
Program Peminat Kesehatan Ibu dan Anak, serat Asuhan Sayang Ibu.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas Individu (ibu dan anak), keluarga dan
masyarakat. Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan
kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat
sejahtera dalam komunitas tertentu
Jaringan kerja kebidanan komunitas antara lain puskesmas/ puskesmas
pembantu dimana bidan sebagai anggota tim, bisa juga di Polindes, Posyandu, BPS
ataupun rumah pasien sebagai pemimpin tim sekaligus sebagai pengelola dan
pelaksana.

3.2 Saran

Pelayanan kebidanan komunitas sebaiknya ditujukan kepada masyarakat dengan


penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan tujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal sesuai dengan standart pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan.
Dan kedepannya dari masyarakat harus memiliki sikap saling tolong
menolong untuk bekerjasama menjalankan program-program memajukan pelayanan
kesehatan dan harus ikut serta / berpatisipasi agar terjalin komunikasi timbal balik
yang baik antar masyarakat dan kegiatan komunitas kebidanan guna
menyebarluaskan kegiatan pelayanan kesehatan yang bermanfaat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Handajani, Sutjiati Dwi. (2012) Kebidanan Komunitas : Konsep dan Manajemen


Asuhan.Jakarta.Buku Kedokteran EGC

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan. Depkes RI,
(1999). Bidan di Masyrakat, Jakarta (BA-3)

Sarita Sultina,(2012). Kesehatan Masyarakat. Kendari : Poltekkes Kemenkes Kendari. Salemba


Medika

Yuswanto, Tri Johan Agus & Rita Yulifah.(2009) Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta.Salemba
Medika

36

Anda mungkin juga menyukai