PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Kerjasama Lintas Program
2. Mengetahui definisi kemitraan.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
berkesinambungan. Kerja sama lintas sektor harus dilakukan sejak
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada
pengawasan dan penilaiannya (Renstra Depkes 2005-2009).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor
penganggulangan yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen,
peran, dan tanggung jawab. Masalah anggaran sering membuat beberapa
institusi membentu kerja sama. Pengendalian melalui manajemen lingkungan
memerlukan kejelasan yang efektif antara sektor klinis, kesehatan lingkungan,
perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat.
(Renstra Depkes 2005-2009)
Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujuan serta penetapan
kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung jawab timbal balik untuk tujuan
bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa yang akan
melakukan keseluruhan kerja sama. Semua kerja sama memerlukan struktur
dan proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana tanggung
jawab tersebut dikerjakan. (Renstra Depkes 2005-2009)
B. KEMITRAAN
1. Pengertian Kemitraan
3
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.
2. Prinsip Kemitraan
4
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin
kemitraan memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai
dengan kontribusi.
Keterangan:
: saling bekerjasama
Sektor : sektor-sektor dalam pemerintah
P : Program-program dalam sektor
(Notoatmodjo, 2007)
5
Ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu
sama lain tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Pada kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi
efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan
pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang lingkup
aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery dan
resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh
dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang
lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian. Bentuk-
bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen
Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium,
kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut dapat
tertuang dalam:
1) SK bersama
2) MOU
3) Pokja
4) Forum Komunikasi
5) Kontrak Kerja/perjanjian kerja
6
mempengaruhi kepuasaan danpeningkatan keefektifan komitmen serta
keberhasilan aktivitas atau kegiatan. (Anshori, 2001)
7
1) Terbentuknya tim wadah atau sekretariat yang ditandai dengan
adanya kesepakatan bersama dalam kemitraan.
2) Adanya sumber dana/biaya yang memang diperuntukkan bagi
pengembangan kemitraan.
3) Adanya dokumen perencanaan yang telah disepakati oleh institusi
terkait. Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila ketiga
tolok ukur tersebut terbukti ada.
b. Indikator Proses
Tolak ukur keberhasilan proses dapat diukur dari indikator
sebagai frekuensi dan kualiatas pertemuan tim atau secretariat sesuai
kebutuhan. Hasil evaluasi terhadap proses nilai berhasil, apabila tolok
ukur tersebut terbukti adanya yang dilengkapi dengan agenda
pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil pertemuan.
c. Indikator Output
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator
sebagai berikut: Jumlah kegiatan yang dikerjakan oleh institusi terkait
sesuai dengan kesepakatan peran masing-masing institusi. Hasil
evaluasi terhadap output dinilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut
diatas terbukti ada.
d. Indikator Outcome
Tolok ukur keberhasilan outcome adalah menurunnya angka
kesakitan dan kematian karena penyakit.
8
Pasal Uraian
5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan lingkungannya
8 Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi
sosial sehingga pelayanan keschatan bagi masyarakat yang kurang mampu
tetap terjamin.
65 (1) Penyelenggaraan upaya kesehatan dibiayai olch pemerintah dan atau
masyarakat
9
Setiap kemitraan dalam upaya kesehatan perlu menerapkan
prinsip-prinsip sebagai berikut: (Kuswidanti, 2008)
a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing
b. (struktur)
c. Saling memahami kemampuan masing-masing (capacity)
d. Saling menghubungi dan berkomunikasi (linkage)
e. Saling mendekati (proximity)
f. Saling sedia membantu dan dibantu (opennse)
g. Saling mendorong (sinergy)
h. Saling menghargai (reward)
10
Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masyarakat (ORMAS) termasuk
yayasan di bidang kesehatan.
Pengembangan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri
3 tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan
sektor kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan
institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan
yang lebih luas, lintas program, lintas sektor (Promkes Depkes RI).
Lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar sektor
kesehatan merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara
langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerjasama
tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikut serta
mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan dan
interpretasi informasi, serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan
merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari
sektor-sektor berbeda, dibentuk untuk mengambil tindakan pada suatu
masalah agar hasil atau hasil antara kesehatan tercapai dengan cara yang
lebih efektif, berkelanjutan atau efisien dibanding sektor kesehatan
bertindak sendiri (WHO, 1998).
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan, diperlukan kerja sama lintas sektor yang mantap. Demikian
pula optimalisasi pembangunan berwawasan kesehatan yang mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, menuntut adanya
penggalangan kemitraan lintas sektor dan segenap potensi bangsa.
Kebijakan dan pelaksanaan pembangunan sektor lain perlu memperhatikan
dampak dan mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk itu
upaya sosialisasi masalah-masalah dan upaya pembangunan kesehatan
kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan.
Kerja sama lintas sektor harus dilakukan sejak perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian, sampai pada pengawasan
dan penilaiannya (Renstra Depkes 2005-2009).
11
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:
(Kepmenkes, 2004)
a. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintasprogram antara
lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi,
promosi kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa,
promosi kesehatan
b. Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan,
termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerjasama lintas Program adalah program yag melibatkan suatu institusi
atau instansi negeri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan
kekuatan dasar dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang
ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara terpadu dan
komprehensif sehingga adanya keputusan dan kerjasama.
13
2. Dengan adanya kemitraan dan kerjasama lintas sektoral yang baik dapat
menciptakan hubungan yang baik sehingga dalam pembuatan kebijakan
maupun pengambilan keputusan dapat melibatkan semua pihak agar
tercapaikebijakan yang tertata, hal ini perlu terus ditingkatkan sehingga
apa yang menjadi target bisa dicapai.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia,Yesi. 2011. Kerjasama Lintas Sektoral. http:// www. scribd. com/ doc/
79736393/9/ Sistem-Kerjasama-Lintas Sektoral. di akses 2 februari 2017
Pontianak.
Anonim. 2010. Kemitraan. http:// www. sieradproduce. com/ ID/ peluang/ Pages/
Kemitraan. aspx. diakses 2 februari 2017 Pontianak.
14
Anonim. 2012. Kemitraan Sector Kesehatan. http:// www. wiziq. com/
tutorial/147960-KEMITRAAN-BIDANG-KESEHATAN. di akses 2
februari 2017 Pontianak.
Anonim. 2010. Pengertian Keitraan Kesehatan. http:// syehaceh. wordpress. com/
2008/05/12/kemitraa -dalam-kesehatan/. di akses 2 februari 2017
Pontianak.
Anonim. 2011. Usaha Usaha Kesehatan Masyarakat. http:// sehat jasmani dan
rohani. blogspot. com/ 2011/ 01/usaha-usaha-kesehatan-masyarakat. html.
di akses 2 februari 2017 Pontianak.
Kuswidanti. Gambaran Kemitraan dan Organisasi di Bidang Kesehatan. Diunduh
dari : www.lontar.ui.ac.id Diakses tanggal 6 April 2013.
Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI Tahun 2005-2009
Notoadmojo, S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/Sk/Ii/2004 Tanggal 2 februari
2017 Pontianak.
15