Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Mata kuliah;

DOSEN PENGAMPU : Tri Marini, SST, M. Keb

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 14:

 Salva Kafadia Sitepu (P07524419109)


 Shindy Novita Sari (P07524419110)
 Sonia Dewiyanti (P07524419113)

KELAS : DIV/3C

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

TA. 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya itulah penyusunan
“makalah -Masalah Lazim Pada Bayi, Anak Balita Dan Usia Prasekolah. -Upaya Promosi Dan
Prefentif Pada Bayi Dan Balita. – Tehnik Pengumpulan data Fokus Melalui Peremeriksaan Fisik
Pada Bayi Dan Anak Balita.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itulah,
Penyusun menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormat ibu Tri Marini, SST, M. Keb
selaku dosen mata kuliah Asuhan Pada Bayi, Balita, Dan Anak Pra-Sekolah” ini dapat
disesuaikan dengan rencana.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Atas
perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terimakasih.

Medan, 2 Februari 2022

i
DAFTAR IS I
Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah Lazim Pada Bayi, Anak Balita Dan Usia Prasekolah........................ 5

B. Upaya Promosi Dan Prefentif Pada Bayi Dan Balita....................................... 10

C. Tehnik Pengumpulan data Fokus Melalui Peremeriksaan Fisik Pada Bayi

Dan Anak Balita.................................................................................................... 27

BAB IlI PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................... 34

B. Saran................................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Masalah Lazim Pada Bayi, Anak Balita Dan Usia Prasekolah
2. Apa pengertian Promosi Kesehatan ?
3. Bagaimanan Promosi Kesehatan pada bayi ?
4. Bagaimana Promosi kesehatan pada anak balita ?
5. Bagaimana tehnik pengumpulan data pada bayi dan balita ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Masalah Lazim Pada Bayi, Anak Balita Dan Usia Prasekolah
2. Mengetahui pengertian Promosi Kesehatan
3. Mengetahui Promosi Kesehatan pada bayi
4. Mengetahui promosi kesehatan pada anak
5. Mengetahui upaya-upaya promotif dan preventif pada bayi dan balita
6. Mengetahui tehnik pengumpulan data fokus melalui pemeriksaan fisik pada bayi dan anak
balita.

BAB II

PEMBAHASAN
A .    Pengertian Kemitraan

1
                Istilah kemitraan masih relatif baru di Indonesia. Namun pada kenyataannya praktik
kemitraan sudah terjadi sejak zaman dahulu di kehidupan masyarakat yang kita kenal dengan
istilah gotong-royong. Kemitraan merupakan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan baik
oleh individu maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja
sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Berikut ini merupakan beberapa pengertian
kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi :
 Kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak
atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.
 Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
 Kemitraan juga dapat diartikan sebagai  upaya yang melibatkan berbagai komponen baik
sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama
mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.
 Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan
masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen
P2L & PM, 2004).

    B .Tujuan Kemitraan


Tujuan dan manfaat dibentuknya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik,
dengan       saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Selain itu tujuan kemitraan
antara lain              yaitu
Ø  Meningkatkan koordinasi/kerjasama baik itu lintas program maupun lintas sektor
Ø  Meningkatkan komunikasi
Ø  Meningkatkan kemampuan bersama dalam mengatasi masalah.
Ø   Meningkatkan komitmen bersama.
Ø  Meningkatkan percepatan pencapaian tujuan bersama dan tercapainya upaya kesehatan yang
efisien dan efrktif.

CC. Langkah-langkah Kemitraan
Beberapa langkah untuk menjalin kemitraan yaitu:
1.   Penjajakan : Penjajakan perlu dilakukan dengan calon mitra kerja. Tahapan sebelum
melakukan penjajakan adalah identifikasi calon mitra kerja. Tujuan penjajakan ini yaitu untuk
mencari pihak-pihak yang memiliki potensi untuk mendukung program yang akan
dilaksanakan.

2
2.  Penyamaan persepsi : Penyamaan persepsi perlu dilakukan pertemuan awal guna
menyamakan persepsi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi agar keberhasilan mencapai
tujuan bisa dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien. Tujuan lain juga agar masing-masing
mitra memahami kedudukan serta tupoksi masing-masing secara terbuka.
3.    Pembagian peran : Dalam mencapai tujuan kemitraan bersama, peran masing-masing mitra
beragam namun sama pentingnya. Oleh karena itu perlu dibicarakan secara terbuka dan
bersama sebelum menuangkan dalam kesepakatan tertulis.
4. Komunikasi intensif : Komunikasi intensif sangat diperlukan guna mengetahui perkembangan
program kemitraan yang sudah terjalin. Komunikasi antarmitra dapat dilakukan secara teratur
dan terjadwal. Permasalahan yang muncul dapat segera dipecahkan dengan cara ini.
5.      Pelaksanaa : Pelaksanaan kegiatan haruslah  dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah
disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan ini juga harus dikomunikasikan secara intensif pada
waktu yang telah disepakati sehingga masalah yang dihadapi bisa segera dicari solusinya.
6.   Monitoring dan evaluasi  : Agar asas keterbukaan bisa dijaga, maka kegiatan ini juga
disepakati sejak awal. Hal ini mencakup cara monitoring dan juga evaluasi terhadap jalannya
kemitraan maupun dalam upayanya mencapai tujuan bersama. Bila dipandang perlu, hasil
monev dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan kemitraan. 

   D. Prinsip-prinsip Kemitraan
     Prinsip merupakan  suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Dalam membangun sebuah kemitraan terdapat tiga  prinsip kunci yang perlu
dipahami dalam oleh masing-masing aggota kemitraan sehingga mampu mencapai tujuan
bersama  (Notoatmodjo, 2012) yaitu:
a.       Kesetaraan/persamaan (Equity)
Suatu individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati,
sehingga adanya kesetaraan “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu
dalam menjalin kemitraan asas demokrasi harus di junjung tinggi, tidak boleh satu anggota
memaksakan kehendaknya kepada anggota yang lainnya.
b.      Keterbukaan (transparency)
Keterbukaan dimaksudkan adanya saling mengetahui terhadap kekurangan atau kelemahan
masing-masing anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Keterbukaan ada sejak awal
dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan
menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).
c.       Saling Menguntungkan  (mutual benefit)

3
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang, tetapi lebih kepada non
materi. Saling menguntungkan antar individu, organisasi atau institusi dapat dilihat dari
kebersamaan atau sinergi dalam mencapai tujuan. Kegiatan upaya promosi kesehatan akan
menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.

    E. Landasan Kemitraan
1.      Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (Structure)
Mejalin kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang untuk mencapai tujuan bersama,
sehingga diharapkan setiap anggota mitra memahami kedudukan, peran dan fungsinya masing-
masing sesuai dengan tanggungjawab.
2.      Saling memahami kemampuan masing-masing (Capacity)
Saling memahami kemampuan masing-masing anggota. Hal ini perlu disadari walaupun dalam
kesetaraan. Bila nantinya masing-masing  mitra diharapkan kontribusinya maka akan ada
perbedaan kuantitas maupun kualitas. Hal ini juga dianggap wajar karena prinsip kemitraan
adalah “mengambil bagian” dalam upaya pencapaian tujuan.
3.      Saling Menghubungi (Lingkage)
Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menjalin kemitraan. Karena dengan komunikasi
yang baik kita dapat membangun hubungan antara anggota mitra. Untuk itu, saluran
komunikasi dapat terpelihara terus dan tidak tersumbat di antara masing-masing anggota  yang
bermitra. Diupayakan adanya “saling menghubungi” di antara anggota mitra, hal ini bisa dalam
bentuk pertemuan atau rapat kemitraan..
4.      Saling Mendekati ( Proximity)
Dalam upaya pertemanan (friendship) kedekatan anggota mitra mutlak diperlukan. Dengan
demikian dibangun nilai “saling memahami” atau saling mengenal antara anggota mitra.
Karena dengan merasa dekat atau saling mengenal akan membuat kita lebih nyaman dalam
bekerjasama sama menjalankan tugas.
5.      Saling membantu dan dibantu (Openes)
Pada dasarnya setiap individu, organisasi atau institusi tidak dapat bekerja sendiri. Apabila
terdapat rekan mitra kita yang memerlukan bantuan kita harus senantia ikut membantu. Untuk
itu, adanya sikap  saling membantu sangat penting  dalam menjalankan tugas, sehingga
kegiatan atau pekerjaan yang kita lakukan lebih efektif apabila dilakukan secara bersama-sama.
6.      Saling Mendukung dan mendorong (Synergy)
Saling mendukung dan mendorong. Dalam beberapa hal bisa saja terjadi anggota mitra
mengalami  kurang bersemangat. Namun ada juga anggota yang sangat antusias. Saat inilah
dibutuhkan upaya saling mendukung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
7.      Saling Menghargai (Reward)

4
Di antara anggota mitra seharusnya ada nilai saling menghargai dan toleransi serta memahami
suatu perbedaan agar persahabatan atau kemitraan dapat berlangsung lama dan bisa berhasil
mencapai tujuan bersama.

F F. Pilar-Pilar Kemitraan
Dalam mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan ada tiga institusi kunci organisasi atau
unsure pokok yang terlibat di dalamnya. Ketiga institusi tersebut yaitu:
1.      Unsur Pemerintah. Unsur pemerintah terdiri dari berbagai pemerintah yang terkait dengan
dengan masalah kesehatan, antara lain kesehatan sebagai kuncinya, pendidikan, pertanian,
kehutanan, lingkungan hidup, industri dan perdagangan.

2.      Dunia usaha atau unsur swasta (private sector) atau kalangan bisnis, contonya seperti : dari
kalangan pengusaha, industriawan, dan para pemimpin berbagai perusahaan. Salah satu
kemitraan dengan dunia usaha/ usaha dapat berbentuk bantuan uang yang berasal dari dana
corporate social responsibility (CSR). CSR merupakan suatu komitmen perusahaan untuk
membangun kualitas hidup yang lebih baik, yang bekerjasama  masyarakat dan lingkungan
sosial dimana perusahaan itu berdiri. 

3.      Unsur organisasi non pemerintah/ Non Government Organization ( NGO). Unsur


oraganisasi non pemerintah meliputi dua unsur pokok yakni: a) unsur Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan Organisasi Masa ( Ormas) termasuk yayasan bidang kesehatan. b)
Organisasi profesi seperti IDI, PDGI, IAKMI, PPNI dan lain sebagainya.

            Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi  suatu program perlu adanya menjalin


kemitraan baik dengan sektor pemerintah, usaha/swasta , organisasi non pemerintah/LSM
maupun masyarakat. Selain itu, dalam membangun Good Governance ketiga sektor tersebut
memiliki peran yang sangat penting. Sektor pemerintahan lebih banyak memainkan peranan
sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta lebih banyak
berkecipung dan menjadi penggerak aktifitas di bidang ekonomi. Sedangkan sektor masyarakat
merupakan objek sekaligus subjek dari sektor pemerintahan maupun swasta, karena di dalam
masyarakatlah terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya.

    G. Model dan jenis Kemitraan


Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang ada, secara umum
dikelompokan menjadi dua yaitu :
1      A. Model I

5
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking)
atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra atau
intitusi telah memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga
evalusi. Jaringan tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran
pelayanan atau karakteristik lainnya. Sifat kemitraan ini juga disebut koalisi. Contohnya
Koalisi Indonesia Sehat.  
2       B. Model II
Model kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap
anggota mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program atau kegiatan
bersama. Oleh sebab itu visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Contohnya Gerakan Terpadu Nasional
(GERDUNAS), Gebrak Malaria (Rollback Malaria).
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:
1.      Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
bersama secara lebih dekat.
2.      Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.
3.      Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti
program delivery dan resource mobilization.
4.      Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan
sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.

    H.   Syarat Kemitraan


       Dalam menjalin kemitraan ada beberapa syarat diantaranya yaitu:
a.       Kesamaan perhatian ( Common interest)
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu
masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan
perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan
upayaupaya informasi dan advokasi secara intensif.
b.      Saling percaya dan saling menghormati

6
Kepercayaan (trust)  modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu
menimbulkan trust bagi partnernya
c.       Harus saling menyadari arti kemitraan
Saling menyadari pentingnya arti kemitraan Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan
kebersamaan antar anggota utk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan
masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan
advokasi dan informasi.
d.      Harus ada kesepatan visi,misi, tujuan dan nilai yang sama
Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu
disepakati bersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk
menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi
sampai petugas lapangan.
e.       Harus berpijak pada landasan yang sama
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan aspek
yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan
kepada sektor lain bahwa “healtth is not everything, but without health everything is nothing”
disini Informasi dan Advokasi sangat penting.
f.       Kesediaannya untuk berkorban
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana yang
dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah
dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

I  I. Sistem Kemitraan
     Menjalin kemitraan bukanlah suatu sebagai output atau tujuan, tetapi bukan sebuah proses,
namun adalah sebuah sistem. Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam  menjalin kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yaitu :
1.      Input
Input sebuah kemitraan adalah jenis dan jumlah  sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing
unsur yang menjalin kemitraan meliputi sumber daya manusia, sumber daya lainnya seperti
dana, sistem informasi, teknologi dan lain sebagainya.
2.      Proses
Proses dalam kemitraan pada hakikatnya merupakan kegiatan-kegiatan untuk membangun
hubungan kemitraan. Kegiatan membangun kemitraan dapat dilakukan melalui sebuah
pertemuan dengan tahapan diantaranya:
a)      penjajakan

7
b)      sosialisasi/advokasi
c)      di bangunnya kesepakatan
d)     pertemuan mendalam dan penyusunan rencana kerja.
3.      Output
Output yang dimaksud pada kemitraan yaitu terbentuknya jangringan kerja atau networking,
aliansi atau forum. Disamping itu pada output kemitraan juga terdapat penguraian tugas, fungsi
dan tanggungjawab masing-masing anggota mitra.
4.      Outcome
Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, outcome kemitraan dapat dilihat dari indikator-indikator derajat kesehatan
masyarakat, yang merupakan akumulasi dampak dari upaya-upaya lain disamping kemitraan.
Contoh dari outcome kemitraan yaitu meningkatnya status gizi balita, meningkatnya cakupan
asi eksklusif di masyarakat.

BAB III

PENUTUP

8
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Zulkarnain, Febri. 2017. Pelaksanaan Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Dalam Pengelolaan 


Sampah Di Kota Makassar. Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi Negara.

   Soekidjo, Notoadmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT


Rineka Cipta.    

   Kuswanti. (2008). Gambaran Umum Kemitraan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Universitas Indonesia

      Rahajeng, Septiani Dan Manaf Asnawi. 2015. Bentuk-Bentuk Kemitraan Pemerintah, Swasta


Dan  Masyarakat Dalam Upaya Keberlanjutan Program Penataan Lingkungan
Permukiman  Berbasis Komunitas (Studi Kasus: Kabupaten Kendal Dan Kota
Pekalongan). Jurusan  Perencanaan Wilayah Dan Kota,  Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.  Jurnal  Pengembangan Kota (2015) ,Volume 3 No. 2 (112–119). 

              Http://Ejournal2.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jpk.

Anda mungkin juga menyukai