Disusun oleh
Puja SR 20214021
Riska Maulidia SR 20214001
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................i
DAFTAR
ISI............................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN.........................................1
A. Latar
Belakang .................................................2
B. Tujuan
Makalah................................................2
BAB II
PEMBAHASAN...........................................3
A. Pengertian
Kemitraan......................................5
B. Syarat
Kemitraan..............................................6
C. Prinsip
Kemitraan.............................................6
D. Kerangka berpikir dalam
Kemitraan................7
E. Model
Kemitraan..............................................7
BAB III
PENUTUP..................................................8
A.
Kesimpulan.....................................................9
B.
Saran. ...............................................................9
DAFTAR
PUSTAKA.............................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Pengertian Kemitraan
1. Adanya interaksi dua pihak atau lebih, dimana kedua belah pihak
merupakan mitra atau partner.
2. Penggabungan dari berbagai unsur untuk mencapai sesuatu sasaran/
tujuan yang tidak dapat sepenuhnya dicapai secara efektif dan efisien hanya oleh
salah satu unsur saja.
3. Hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan ( memberi manfaat ).
4. Upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok, masyarakat,
lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing.
5. Suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasiuntuk
bekerja sama mencapai tujuan, mengambil danmelaksanakan serta membagi tugas,
menanggung bersama baikyang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau
ulang hubungan masing-masing secara teratur dan memperbaiki kembali
kesepakatan bila diperlukan
6. Adalah suatu bentuk ikatan bersama antara dua atau lebih pihakyang
bekerjasama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagikewenangan dan tanggung
jawab dalam bidang kesehatan, salingmempercayai, berbagi pengelolaan, investasi
dan sumber dayauntuk program kesehatan, memperoleh keuntungan bersama dari
kegiatan yang dilakukan.
Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada
sektor kesehatan saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan
dari semua faktor pembangunan, oleh karena itu semua sektor harus saling bahu
membahu mewujudkan misi Indonesia Sehat 2010. memang Departemen
Kesehatan yang paling bertanggung jawab namun dalam mengimplementasi
kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor lain baik
pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan
pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan ( partnership ) dengan sektor
terkait.
B. Syarat Kemitraan
1. Kesamaan perhatian ( common interest )
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai
perhatian dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang
sama terhadap suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor
kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi
sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi
secara intensif.
2. Saling mempercayai dan menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar
manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya
3. Saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan
antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah
perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada
umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi
4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan
sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi
masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi
sampai petugas
lapangan
C. Prinsip Kemitraan
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan
berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang
lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan
tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati
mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta
memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam
pertukaran pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama
lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas
dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa
mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang
memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen
tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang
dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun
atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu
dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan
dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi
kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral
dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi
1. Penjajakan
Penting dilakukan penjajakan dengan calon mitra
2. Penyamaan persepsi
Perlu pertemuan awal untuk penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
Pengaturan peran harus dibicarakan dan disepakati bersama
4. Komunikasi intensif
Komunikasi antar mitra sangat diperlukan, agar apabila terdapat permasalahan di
lapangan dapat dilakukan penanganan dengan cepat
5. Melaksanakan kegiatan
Harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana kerjatertulis
6. Pemantauan dan penilaian
Perlu disepakati sejak awal tentang cara pemantauan dan penilaian.
E. Model Kemitraan
Pada bagian lain, saat ini mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola
permintaan pelayanan kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari
pelayanan kesehatan tradisional di rumah sakit beralih ke pelayanan keperawatan di
rumah disebabkan karena terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang
cukup besar dibanding sebelumnya (Depkes RI, 2004a, 2004b; Sharkey, 2000;
MacAdam, 2000). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi perubahan
“paradigma sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif ke arah “paradigma
sehat” yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus
pelayanan (Cohen, 1996). Sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang untuk
mengembangkan praktik keperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan
yang sesuai di Indonesia.
Bidang tugas perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya,
yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001),
perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan
dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau
pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan
masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
A. PENGERTIAN
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh
karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak
nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan
itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan
prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya.
Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat
kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang
hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum,
agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi
dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh
pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.
Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or
recommending active espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi :
dukungan aktif.
Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya
persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi
tindak lanjut mengenai sesuatu hal.
Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk
memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang
akurat dan tepat.
Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu
organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi
kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan dan kelurahan)
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan
aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu
kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua
tingkat dan tatanan sosial.
ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN
b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi
dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat
dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut,
mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
c. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi
kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera
dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah
H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya
dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau
diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen
advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang
sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya
dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software)maupun
perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan
advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Peraturan pemerintah daerah (perda)
- Keputusan menteri
- Surat keputusan gubernur/ bupati
- Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
- Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
- Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
- Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.
Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yang
harus dilaksanakan beriringan :
1. Mengerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada sektor kesehatan
saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan dai semua semua faktor pembangunan,
oleh karena itu semua sektor harus saling bahu membahu mewujududkan misi indonesia sehat 2010.
memang departemen kesehatan yang paling bertanggung jawab namun dalam mengiplementasi
kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor lain baik pemerintah maupun
swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau
kemitraan ( partnership ) dengan sektor terkait
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama
berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.dengan demikian untuk membangun
kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling
menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan
dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk berkorban
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M)
tersedia ( input ), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama,seminat ( proses ),
terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama ( output ),
membaiknya indikator derajat kesehatan ( outcome )