Anda di halaman 1dari 15

KEMITRAAN DAN PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan komunitas

Dosen Pengampu : Ns. Suherman, M.Kep


Disusun Oleh : Kelompok 5
1. Muriyati (171440113)
2. Nabila Amelia (171440114)
3. Nefi Faradina (171440115)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penyususn panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas ridho rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Kemitraan dan Pengorganisasian dalam
Keperawatan Komunitas”. Guna untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini
pada masa yang akan datang. Akhir kata penyusun berharap dalam penyusunan
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa/i
Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang.

Pangkalpinang, 20 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi .................................................................................................................. 3
B. Unsur kemitraan ................................................................................................... 3
C. Prinsip kemitraan .................................................................................................. 4
D. Dasar pemikiran dalam kemitraan ........................................................................ 7
E. Tujuan dan hasil dalam kemitraan ........................................................................ 8
F. Upaya dalam kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral dan
lintas program ....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah
dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian
antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan
tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan
partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-
undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang
memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba
mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat
dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang
belum banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas
dalam membangun jenjang kemitraan di masyarakat. Padahal, membina
hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat
merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan
pada keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat
(Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002) menegaskan
bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat penting
untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat.
Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama
dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu
dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis

1
komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama
anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kemitraan dan pengorganisasian ?
2. Apa unsur dalam kemitraan ?
3. Apa prinsip kemitraan ?
4. Apa dasar pemikiran dalam kemitraan ?
5. Apa tujuan dan hasil dari kemitraan ?
6. Apa upaya dan kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral
dan lintas program ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi kemitraan dan
pengorganisasian ?
2. Mahasiswa mampu mengetahui unsur dalam kemitraan ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip kemitraan ?
4. Mahasiswa mampu mengetahui dasar pemikiran dalam kemitraan ?
5. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dan hasil dari kemitraan ?
6. Mahasiswa mampu mengetahui upaya dan kemitraan dalam
membangun kesehatan lintas sektoral dan lintas program ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kemitraan menurut Departemen Kesehatan (2003) adalah
hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan, dan asas saling menguntungkan untuk
mencapai tujuan bersama brdasarkan kesepakatan, prinsip, dan peran
masing-masing. Sementara itu, menurut Eng, Parker, dan Harlan (1997)
dalam Stanhope & Lancaster (2000), kemitraan merupakan suatu bentuk
partisipasi aktif dan adanya keterlibatkan semua pihak untuk perubahan
ke arah sehat komunitas. (Maryani,Sri Dewi. 2014)
Pengorganisasian adalah suatu proses yang terjadi dimasyarakat
dalam mengidentifikasi kebutuhan, menentukan prioritas dari kebutuhan
tersebut, serta berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara
gotong royong. Pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses dimana
masyarakat dapat mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhannya dan
menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan
mengembangkan keyakinan dan berusaha memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan sumber-sumber
yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan
usaha secara gotong royong (S.Notoatmodjo,1997). (Efendi, Ferry &
Makhfudli.)
B. Unsur dalam kemitraan
1. Informed, setiap partisipan yang terlibat harus mengetahui persepsi
dan tanggung jawab masing-masing dengan memberikan informasi
yang jelas sebelum kerja sama di lakukan.

3
2. flexibel, kebutuhan masing-masing mitra harus dipertimbangkan
sehingga semua mitra kerjasama saling diuntungkan dan membuat
kontribusi yang sama terhadap mitra lainnya.
3. negotiated, kontribusi yang diberikan pada masing-masing mitra serta
setiap perubahan yang terjadi berdasarkan kesepakatan bersama.
C. Prinsip Kemitraan
1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga
non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme
dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan
berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang
berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas
operasional yang konkrit.
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan m-amsainsging
anggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi
dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan
konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan
transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu
meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama
rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota
memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan
rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat
besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati
mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta

4
memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain.
Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing
organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu
sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung
jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi
kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan
berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang
memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan
komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap
penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus
menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila
dibangun atas kelebihan-kelebihan komparatif dan saling melengkapi
kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah
satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar
pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi
kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai
bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan
budaya dan bahasa harus diatasi.
Model Kemitraan :
1. Managerialism
Model managerialism menekankan pada penggunaan konsep
manajemen yang baik dan aplikatif dalam menentukan keberhasilan
kemitraan untuk mencapai tujuan. pengembangan kegiatan
manajemen mengacu pada fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan

5
mengembangkan indikator yang terukur untuk melakukan tiap fungsi
manajemen. penggunaan model ini memiliki pemahaman bahwa
manajemen yang efisien dan efektif dapat menyelesaikan hampir
semua permasalahan yang ada.
2. New Pluralism
New pluralism menggunakan penggabungan antara asas ekonomi dan
kesejahteraan. fokus utama penggunaan model Nwe pluralism
menekankan pada adanya hubungan antra individu sebagai voluntir
dan badan hukum. model ini sangat cocok digunakan untuk organisasi
besar yangsudeah memiliki kedekatan hubungan dengan badan
hukum (punya sanksi dengan badan hukum yang jelas) dan tidak tepat
digunakan pada institusi masyarakat yang diprivatisasi karena sedikit
sekali perhatian terhadap kerjasama dengan orgtanisasi sukarela.
model ini lebih “ Business Oriented” dengan memprioritaskan cara
untuk menguntungkan kemitraan yang dibentuk, kurang melihat visi
yang bersifat sosial.
3. State Orientated Radikalism
State Orientated Radikalism lebih liberal dan lebih eksplisit
menantang privatisasi institusi pemerintah. model ini menekankan
bagaimana pelayanan diberikan, bukan bagaimana pengembangan
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan. model ini masih
melihat kepentingan masyrakat lain dan tidak hanya mengutamakan
kepentingan organisasi semata, melainkan lebih mengutamakan
bagaimana menciptakan institusi pemerintah swasta.
4. Entrepreneurialism
Entrepreneurialismn lebih menekankan bisnis dengan memberikan
kebebasan pada pihak lain yang terlibat kemitraan dengan mengkaji
seberapa banyak keuntungan dan manfaat yang akan didapatkan dari
hasil melakukan kemitraan. biasanya model ini lebih menekankan

6
pada pemberian reward untuk menarik perhatian masyarakat dengan
melibatkan beberapa pihak yang akan menguntungkan organisasi.
salah satu komitmen kepada organisasi adalah kebulatan tektat untuk
maju, menganggap bahwa setiap orang pada dasarnya mempunyai
kelebihyan untuk memajukan organisasi dengan bagaimana ia
mempromosikan atau menjualnya ke pihak lain.
5. Movement Building
Movement Building di tujukan terhadap bagaimana membangun
solidaritas kearah sosial dengan orientasi bisnis minimal. solidaritas
diantara organisasi dan individu tidak dapat secara langsung diperoleh
dari identitas sektoral atau dari koalisi sosial, seperti gender, kelas
soail, dan sebagainya. Pada model ini lebih dihargai kelebihan individu
yang terlibat dalam organisasi. Biasanya, model ini digunakan pada
organisasi non privat yang semata-mata untuk membangun
kerjasama didalam batasan kesepakatan bersama. Yang perlu
diutamakan dari aliansi dan koalisi pada model ini adalah mereka
tidak dib atasi oleh institusi atau identitas, tidak berfokus pada
memaksimalkan keuntungan individu, tetapi semua partisipan yang
terlibat kemitraan memberikan reaksi untuk kepentingan dan tujuan
bersama.( Maryani,Sri Dewi. 2014)
D. Dasar pemikiran kemitraan
Seperti telah diuraikan dibagian lain, bahwa kemitraan adalah
suatu jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik
pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu
dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.
Disini untuk membangun kemandirian, kemitraan adalah sangat penting
peranannya. Masyarakat yang mandiri adalah wujud dari kemitraan
antara anggota masyarakat itu sendiri atau diantara masyarakat dengan
pihak-pihak luar, baik pemerintah maupun swasta. Petugas kesehatan

7
bertugas memotivasi dan menfasilitasi mesyarakat untuk menjalin
kemitraan dengan pihak-pihak yang lain, misalnya dapat menfasilitasi
advokasi kepada sektor terkait, seperti pemerintah setempat.
(Achjar,Komang Ayu. 2014.)

E. Tujuan dan hasil kemitraan


1. Tujuan kemitraan adalah meningkatnya jumlah dan mutu kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan yang secara operasional dapat
dijabarkan sebagai berikut.
a. Meningkatkan kemampuan pemimpin (tokoh masyarakat) dalam
merintis dan mengerakan upaya kesehatan dimasyarakat
b. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan
c. Meningkatkan kemampuan masyrakat dalam mengatasi masalah
kesehatan secara mandiri.
d. meningkatakan kemampuan masyrakat dalam mengali,
menghimpun, dan mengelola dana atau sarana masyarakat
untuk upaya kesehatan. (Achjar,Komang Ayu. 2014.)
2. Hasil
Indikator keberhasilan dari kegiatan kemitraan dapat diketahui dari
banyaknya minta yang terlibat, jenis dan jumlah kegiatan yang
dilakukan, kontribusi mitra, keberlangsungan kemitraan, jumlah
kegiatan atau produk yang dihasilkan melalui kemitraan, jumlah
kegiatan atau upaya yang sudah dilakukan. Indikotor keberhasilan
kemitraan yang dapat dilakukan perawat komunitas dapat diketahui
berdasarkan indikator input, indikator proses, dan indikator output.
(Achjar,Komang Ayu. 2014.)

8
F. Upaya dan kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral dan
lintas program
Kemitraan dalam membangun kesehatan lintas sektoral WHO
(1998) mendeskripsikan kemitraan kesehatan sebagai berikut : “Bring
together a set of actors for the common goal of improving the health of
population based on mutually agreed roles and pronciples”.
Kemitraan dalam upaya kesehatan adalah kebersamaan dari
sejumlah pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan
kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang
peranan dan prinsip masing-masing pihak. Dalam membina kemitraan
harus ada aktor-aktor yang berperan yaitu dalam hal ini mitra. Adapun
mitra yang dibangun berasal dari pemerintah dan non pemerintah.
Dapat juga dari sektor kesehatan dan non-kesehatan. Setiap kemitraan
dalam upaya kesehatan harus menghormati nilai-nilai universal yaitu :
1. Hak asasi manusia
2. Keamanan kesehatan
3. Keadilan dalam kesehatan
4. Keamanan individu

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang
terlibat, sumberdaya (3M) tersedia (input), pertemuan-pertemuan,
lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses), terbentuknya jaringan
kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output),
membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome).
Fokus praktik keperawatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen
masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam
upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan pendekatan pengembangan
masyarakat (community development). Intervensi keperawatan
komunitas yang paling penting adalah membangun kolaborasi dan
kemitraan bersama anggota masyarakat dan komponen masyarakat
lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling
menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.
Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan
kesehatan masyarakat” merupakan paradigma perawat spesialis
komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi profesi perawat di
Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua
prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas
keadilan sosial dan azas pemerataan.
B. Saran
1. Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang
terintegrasi antara praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.
2. Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.

10
3. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian
pengembangan kesehatan masyaraka.
4. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor
terkait
5. Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas
6. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional

11
DAFTAR PUSTAKA
Achjar,Komang Ayu. 2014. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori & Praktik.
Jakarta : EGC
Maryani,Sri Dewi. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung : CV Yrama
Widya
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika

12

Anda mungkin juga menyukai