Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TRANSPORTASI DAN MOBILISASI BAYI

Matakuliah : Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan Anak Pra-Sekolah

DOSEN PENGAMPU : Evi Desfauza, SST, M. Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 11:

-Salva Kafadia sitepu (P07524419109)


-Sonia Dewiyanti (P07524419113)
-Shindy Novita Sari (P07524419110)

KELAS : DIV/3C

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

TA. 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang MahaEsa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nyaitulah penyusunan
makalah “Komplikasi kala III Persalinan” ini dapat disesuaikan dengan rencana.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itulah,
Penyusun menyampaikan rasa terimakasih kepada yang terhormatibu Tri Marini, SST, M. Keb
selaku dosen mata kuliah Komplikasi persalinan Dalam Kehamilan, Persalinan Dan Nifas.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Atas
perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terimakasih.

Medan,25Januari2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Atonia Uteri.......................................................................................................3

B. Ratensio Plasenta..............................................................................................11

C. Laserasi jalan Lahir...........................................................................................12

BAB IlI PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................14

LAMPIRAN FORMAT PENILAIAN

DAFTAR PUSTAKA.

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu  pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada  pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk
atau berbaring. Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana  pasien dalam
menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya  penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan
pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus
diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat
mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Komplikasi Kala III Persalinan?


2. Apa saja yang menyebabkan Komplikasi Kala III Persalinan

C. Tujuan
1. Melakukan anamnesa data subjektif yang bersifat data umum maupun khusus pada ibu
bersalin.
2. Melakukan anamnesa dengan efektif dan efesien.
3. Melakukan pendokumentasian hasil anamnesa pada buku KIA, kartu ibu atau status ibu
bersalin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Mobilisasi dan Transportasi pada Pasien A. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda
Sebelum kita membantu pasien untuk berpindah ke kursi roda, yang harus kita lakukan adalah
mengkaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis, hipotensi, ortostatik, toleransi
aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi.
Diana tujuan dari pengkajian ini adalah agar mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
 Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien dengan kelemahan kemampuan
fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.(Firmansyah, Memindahkan Pasien
Ke Kursi, 2009).
 Tujuan
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,
2. Mempertahankan kenyamanan pasien,
3. Mempertahankan kontrol diri pasien,
4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),
5. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,
6. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi dengan
kegiatan ini), dan
7. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring.
 Waktu Pelaksanaan Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.(Suparyanto, 2010).

 Persiapan:
1. Kaji kekuatan otot pasien,
2. Mobilitas sendi,

2
3. Toleransi aktivitas,
4. Tingkat kesadaran,
5. Tingkat kenyamanan,
6. Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
7. Selalu kunci rem pada kedua roda kursi sebelum anda memindahkan pasien ke kursi roda.
Naikkan sanggaan kaki sehingga pasien dapat duduk di kursi roda. Turunkan sangaan kaki ketika
pasien berada di atas kursi roda.
 Alat dan Bahan :
1. Kursi Roda,
2. Handscun atau sarung tangan (jika perlu),
3. Sabuk pemindah (bila diperlukan),
4. Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45 terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong
kaki, dan kunci kaki tempat tidur),
5. Jelaskan prosedur pada pasien, dan
6. Tutup pintu atau pasang tirai.
 Cara Kerja :
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan yang telah disebutkan di atas,
3. Bantu pasien untuk posisi duduk di tepi tempat tidur, dan siapkan kursi roda dalam posisi 45
terhadap tempat tidur,
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu,
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin,
6. Renggangkan kedua kaki Anda,
7. Fleksikan kedua panggul dan lutut Anda, sejajarkan lutut Anda dengan lutut pasien,
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan tempatkan tangan Anda
di skapula pasien,
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul dan tungkai
Anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi,
10.Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut,
11.Tumpukan pada kaki yang jatuh dari kursi,

3
12.Instrusikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk menyokong,
13.Fleksikan panggul dan lutut Anda sambil menurunkan pasien ke kursi,
14.Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk,
15.Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
16.Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
17.Cuci tangan setelah prosedur yang dilakukan, dan
18.Catat prosedur dalam catatan keperawatan. Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat
tidur
 Pengertian Memindahkan klien dari atas kursi roda ke tempat tidur dengan maksud tertentu
 Tujuan Mengembalikan klien ke tempat idur setelah menjalani prosedur tertentu atau setelah
aktivitas lain
 Persiapan alat Sarung tangan (jika perlu)
 Langkah prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur kursi roda dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur (pastikan juga dalam
posisi terkunci)
3. Ankat kedua tatakan kursi roda dan minta klien untuk meletakkan kaki yang kuat di bawah
kursi roda sedangkan kaki yang lemah di depannya
4. Minta klien untuk berpegangan pada kedua lengan kursi roda dengan kuat sambil
menghentakkan tubuh (jika tetap tidak mampu, rangkul tubuh klien dan bantu klien untuk
berdiri)
5. Minta klien untuk berpegangan pada tepi tempat tidur
6. Bantu klien duduk di tepi tempat tidur.
7. Minta klien untuk beringsut ke bagian tengah tempat tidur hingga klien dapat berbaring
8. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
9. Bawa kursi roda menjauh dari tempat tidur klien

B. Membantu Pasien Berpindah dari Tempat Tidur ke Kereta Dorong (Brankart)


 Pengertian Tindakan pemindahan pasien yang dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat.
Pemindahan ini dapat dari tempat tidur ke brankart atau tempat tidur ke tempat tidur lain.

4
Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dan atau tidak boleh melakukan
pemindahan sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien dari tempat tidur
ke kursi roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)
 Tujuan Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan
diagnostik, pindah ruangan, dll.).(Firmansyah, Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur ke
Brangkar, 2009)
 Waktu Pelaksanaan Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.(Hidayat & Uliyah, 2004)
 Persiapan :
1. Kaji kekuatan otot pasien,
2. Mobilitas sendi,
3. Toleransi aktivitas,
4. Tingkat kesadaran,
5. Tingkat kenyamanan, dan
6. Kemampuan untuk mengikuti instruksi.
 Alat dan Bahan :
1. Brankart atau tempat tidur, dan
2. Bantal (bila perlu).
 Cara Kerja
1. Cuci tangan,
2. Lakukan persiapan seperti disebut di atas,
3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama yang berdiri berdampingan
menghadap tempat tidur pasien,
4. Setiap orang bertanggung jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien (kepala dan bahu,
panggul, paha, dan pergelangan kaki),
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat ke tempat tidur di
depan, lutut agak fleksi,
6. Lengan pangangkat ditempatkan di bawah kepala dan bahu, panggul, paha dan pergelangan
kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh pasien,
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka,
8. Pada hitungan ke-3, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat,

5
9. Pada hitungan ke-3 yang kedua, perawat melangkah ke belakang dan menumpu salah satu kaki
untuk mengarah ke brankart/tempat tidur lain, dengan bergerak ke depan (bila perlu)
10.Perawat dengan perlahan menurunkan pasien ke bagian tengah brankart/tempat tidur lain
dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka pada setinggi tepi
brankart/tempat tidur,
11.Perawat mengkaji kesejajaran tubuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur pada posisi
terpasang,
12.Posisikan pasien pada posisi yang dipilih,
13.Observasi pasien untuk menentukan respons terhadap pemindahan. Observasi terhadap
kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan,
14.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan, dan
15.Catat prosedur dalam catatan keperawatan. Memindahkan klien dari brankart ke tempat tidur
 Pengertian Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur dengan maksud tertentu
 Tujuan
1. Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan diatas brankart
2. Memindahkan klien pada tempat perawatan selanjutnya
 Persiapan alat Sarung tangan (jika perlu)
 Langkah prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan tempat tidur
3. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat yang lain di samping
brankart
4. Silangkan tangan klien didepan dada
5. Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat
6. perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap menarik pengalas
7. Dua perawat lain yang berada di samping brankart, mengangkat pengalas dzn tubuh klien
hingga mencapai tempat tidur
8. Jauhkan brankart
9. Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur

6
Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya. 
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter, 1994).
  Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association) (Nanda).

C. Jenis-Jenis Mobilitas

1. Mobilitas penuh
Merupakan keadaan dimana kemampuan seseorang untuk bergerak secara  penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan  peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi dari saraf motoris, volunter dan sensoris untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

2. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu
bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi.

D. Tanda dan Gejala


 
a. Kontraktur sendi
Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot.

b. Perubahan eliminasi urine

7
Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine
mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat
gaya gravitasi.

c. Perubahan sistem integumen


Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah
membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan  persistem pada kulit
dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati.

d. Perubahan metabolik
Ketika cidera atau stress terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon
yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup.

e. Perubahan sistem muskulus skeletal


Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.

 
E. Dampak Dari Mobilisasi
 
a. Status gizi yang kurang baik.
b. Kesulitan dalam memperbaiki kemampuan mobilisasi.
c. Ketidaknyamanan dalam latihan pasif dan aktif.
d. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran
e. Infeksi saluran kemih.
f. Luka tekan sendi kaku

F. Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)

-  0 : Pasien mampu berdiri

8
- 1 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal
- 2 : Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan
- 3 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat
- 4 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan
 

G. Kekuatan Otot/ Tonus Otot

-. 0 : Otot sama sekali tidak bekerja


- 1 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh.
- 2 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh.
- 3 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat.
- 4 (75%): Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan
tekanan secara stimulan
- 5 (100%) : Normal

H. Manfaat Mobilisasi
 
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat.
b. Mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat.
c. Membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
d. Mobilisasi memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien agar dapat merawat
dirinya sendiri.
e. Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi juga meningkatkan kekuatan otot.

I. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar X tulang Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang.
b. Laboratorium Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.
c. Radiologis

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Komplikasi persalinan kala III merupakan masalah yang terjadi setelah janin lahir/berada
diluar rahim. Komplikasi yang terjadi adalah perdarahan yang sering menyebabkan
kefatalan/kematian bila tidak ditangani sesegera mungkin. Perdarahan post
partumdibagimenjadiduayaituperdarahanprimerdansekunder,perdarahanprimerterjadi
dalam24jampertamadansekundersesudahitu.Hal-halyangmenyebabkanperdarahanpost partum
adalah: Atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, terlepasnya sebagian plasenta
dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya klotiledon atau plasenta
suksenturiata. Kadang-kadang perdarahan disebabkan oleh kelainan proses
pembekuandarahakibatdarihipofibrinogenemia (solutionplasenta,retensijaninmatidalam uterus,
emboli airketuban).
C. Penanganan yang dilakukan pada setiap kasus berbeda-berbeda tergantung pada kasus yang
diderita/banyaknya perdarahan. Misalnya pada atonia uteri penanganannya dengan melakukan
Kompresi Bimanual Interna/Eksterna, bila perdarahan tidak dapat diatasi untuk
menyelamatkannyawaibumakadilakukanhisterektomisupravaginal.Padaretensioplasenta
penanganannya manual plasenta. Sedang pada inversion uteri penanganannya dengan
reposisi pervaginam jika masih tetap maka dilakukan laparotomi, dan pada perlukaan jalan
lahir maka penanganannya denganpenjahitan.

10
Kehidupan awal neonatus merupakan masa kritis, karena kehidupannya merupakan masa
transisi dari intra uteri ke ekstra uteri. Dalam kandungan, semua kebutuhann terpenuhi dari
ibu melalu plansenta (transplacenta). Saat menghirup udara luar/ekstra uteri, maka semua
organ yang ada pada neonatus harus berfungsi. Dalam kehidupan diluar, bukan kondisi
fisiknya saja yang harus beradaptasi dengan fungsinya. Tetapi tidak kalah pentingnya adalah
lingkungan neonatus itu sendiri. Apabila internal fungsinya terganggu akan berdampak pada
kasus kegawatdaruratan neonatal, demikian pula dari lingkungan neonatus yang tidak kalah
pentingnya sebagai sumber kegawatdarutan neonatal, misalnya tetanus neonatorum, infeksi.
Kegawatdaruratan neonatal ini membutuhkan ketrampilan tenaga kesehatan khususnya bidan
untuk bisa melakukan penatalaksanaan yang tepat dan cepat atau cepat dan tepat untuk
menyelamatkan bayi.

11
Lampiran:

12
FORMAT PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI

Namamahasiswa :

NIM :

Kompetensi : Asuhankebidananibuhamil

Unit kompetensi : Pengumpulan data objektif

Subunit kompetensi : MenghitungDenyutNadi

A. ASPEK PENGETAHUAN
Standar Kisi-kisi pengetahuan kritis Nilai Ket

Nilaibatas lulus:60 1. Tujuanmelakukanpengukurandenyutnadi


2. Hubungan denyut nadi dengan kelangsungan
Bobot : 20%
kehamilan
3. Teknik mendapatkan denyut nadi yang akurat
4. Prosedur pemeriksaan denyut nadi

B. ASPEK KETERAMPILAN
Standar Aspekketerampilan Yang Dinilai Keterampilan Ket

Ya Tidak

Nilaibatas 1. Menyiapkan alat:


lulus: 100 - arloji dengan jarum detik
- Status ibu
Bobot: 60% - Alat tulis
- Menyiapkan lingkungan:
- Tempat tidur/ kursi untuk tempat ibu
berbaring/ duduk.
- Meletakkan kursi untuk pemeriksaan
didekata tempat tidur ibu
2. Menyiapkan ibu:
- Memberikan informasi kepada pasien
tentang tujuan dan pemeriksaan.
- Memberi tahu prosedur pemeriksaan
3. Melaksanakan prosedur pemeriksaan:
- mempersilahkan ibu duduk ditempat yang telah
disediakan.
- Pemeriksa berada disebelah kanan ibu.
- Meraba denyut arteri radialis dengan ujung jari
tengah dan jari telunjuk, ibu tidak
diperkenankan menggenggamkan atau
mengepalkan tangan
13
- Melakukan tekanan secara perlahan, kemudian
lakukan perhitungan dengan menggunakan
jarum detik selama 1 menit
DAFTAR PUSTAKA

BennetandBrown.2009.MylesTexbookforMidwives(13Ed).UKLondon

Bobak.2011.BukuajarKeperawatanMaternitas.EGC:Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Dasar. Jakarta.

14
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit EGC: Jakarta.

Mochtar, R. 2007. Sinopsis Obstetri. Penerbit EGC: Jakarta.

Varney. 2007. Buku ajar Asuhan Kebidanan Vol.2. EGC: Jakarta

Manuaba, dkk, (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB edisi 2, Jakarta. EGC

Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2007

JNPK-KR, (2008) Asuhan Persalinan Normal

Pusdiknas, WHO, JHIPEGO. (2007). Buku III Asuhan Kebidanan Pada Ibu Infartum. Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai